• Tidak ada hasil yang ditemukan

LPSE Provinsi Jawa Tengah RKS TEKNIK LARANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LPSE Provinsi Jawa Tengah RKS TEKNIK LARANGAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 1

BAB I

SYARAT - SYARAT UMUM DAN TEKNIS

Pasal 1

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor / Pemborong meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta Buku Rencana Kerja dan Syarat-syarat

Teknis ini adalah :

1.1. PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG PELAYANAN BALAI PENGAWASAN KONSERVASI WILAYAH BARAT

Pembangunan Meliputi :

• Pembongkaran Bangunan lama;

• Pemerataan dan pembersihan tanah. .

1.2. PEKERJAAN SITE DEVELOPMENT.

Termasuk dalam pekerjaan ini perataan / pembersihan dan melaksanakan pekerjaan site development (Pengembangan) sesuai Gambar Kerja dan RKS.

1.3. PEKERJAAN PERSIAPAN.

Meliputi : mobilisasi peralatan, pengadaan sarana komunikasi, pengadaan air dan listrik untuk bekerja dan pembongkaran bangunan existing.

1.4. PEKERJAAN SIPIL, ARSITEKTUR, MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLUMBING / SANITASI.

Sesuai dalam Gambar Kerja.

Pasal 2 MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal penunjukan dan perintah kerja pelaksanaan pekerjaan (SPK), pihak Kontraktor / Pemborong harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.Apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor / Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia / Owner.

Pasal 3 : MOBILISASI

Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :

3.1 Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

(2)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 2

3.3 Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong dapat membuat berbagai perubahan, pengurangan dan atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya.

3.4 Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

Pasal 4

PAPAN NAMA PROYEK

Kontraktor / Pemborong harus memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor / Pemborong.

Pasal 5

KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1Di lapangan pekerjaan, Kontraktor / Pemborong wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut ‘Site Manajer’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor / Pemborong, berpendidikan minimal Sarjana Muda Teknik Sipil / Arsitektur atau sederajat dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.

5.2Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor / Pemborong lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

5.3Kontraktor / Pemborong wajib memberitahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.

5.4Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor / Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’. 5.5Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, Kontraktor / Pemborong

harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor / Pemborong sendiri (Penanggung Jawab / Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6 RENCANA KERJA

6.1Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor / Pemborong wajib membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa bar chart dan S-curve bahan dan tenaga.

6.2Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterima oleh Kontraktor / Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pemberi Tugas / Pejabat Pembuat Komitmen.

6.3Kontraktor / Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 2 (dua) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pemilik Proyek dan Perencana. 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding bangsal Kontraktor / Pemborong di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan / prestasi kerja.

6.4Kontraktor / Pemborong harus selalu dalam pelaksanaan penbangunan pekerjaan sesuai dengan Rencana Kerja tersebut.

(3)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 3 Pasal 7

DIREKSI KEET

7.1Direksi Keet ( Los Pengawas ).

Kontraktor / Pemborong harus menyediakan Direksi Keet (Los Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dengan bahan semi permanen seluas 24 m2 ( Ruang

Konsultan Pengawas dan Ruang Rapat ), lantai diplester, dinding tripleks / papan / asbes, diperlengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Dalam hal ini Kontraktor / Pemborong dapat memanfaatkan sementara ruangan/lokasi pada area bangunan yang belum/tidak dibongkar yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

7.2 Kantor Pemborong, Los Kerja Dan Gudang Bahan.

Kontraktor / Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Pemborong di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang, yang mana tempatnya / lokasinya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas / Personalia Proyek.

7.3Kontraktor / Pemborong berkewajiban menjaga keamanan dan kebersihan los Pemborong, los Pengawas beserta inventarisnya.

7.4Pagar Pengaman Proyek.

Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi / Pemilik dapat memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Pemborong . Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat / tiang pagar dari kayu Dolken / kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan dan atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.

7.5Kantor Pemborong, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh Kontraktor / Pemborong, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor / Pemborong.

7.6Direksi Keet dan Pagar pengaman proyek (butir 7.1. dan 7.4.) yang dibuat oleh Kontraktor / Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut akan ditentukan pemanfaatannya oleh Proyek, namun apabila dianggap perlu Direksi dapat memerintahkan kepada Kontraktor / Pemborong untuk segera membongkarnya dan membersihkannya, dan bahan-bahan bekasnya diserahkan kepada Proyek.

Pasal 8

KEBERSIHAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1Selama masa pekerjaan, Kontraktor / Pemborong harus senantiasa memelihara kebersihan lokasi pekerjaan, setiap saat sampah-sampah pekerjaan selalu diangkut dan dikumpulkan di suatu tempat yang telah ditentukan.

8.2Kontraktor / Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja dan personil yang terlibat dalam proyek.

(4)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 4

8.4Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya. 8.5Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor / Pemborong selekas mungkin memberitahukan kepada

Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.

Pasal 9

TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor / Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserah-terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.

9.1 TENAGA KERJA / TENAGA AHLI

Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.

9.2 PERALATAN BEKERJA

Menyediakan alat-alat bantu seperti mesin las, alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

9.3 BAHAN-BAHAN BANGUNAN

Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.

9.4 PENYEDIAAN AIR DAN LISTRIK UNTUK BEKERJA

9.4.1 Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong dengan supply air dari luar.

9.4.2 Air harus bersih, bebas dari : bau, lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi.

9.4.3 Kontraktor / Pemborong harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi penuh dengan kapasitas minimum 3,5 m3.

9.4.4 Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor / Pemborong dan diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Genset untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara apabila sambungan sementara PLN tidak memungkinkan dan harus atas petunjuk Konsultan Pengawas.

Pasal 10

PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

10.1PERSYARATAN PELAKSANAAN.

(5)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 5

“ukuran jadi (finished)” sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor / Pemborong wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.

Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, pemborong harus menyediakan :

1. Penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak. 2. Buku komunikasi untuk kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek. 3. Buku Tamu untuk kunjungan tamu-tamu yang tidak ada hubungannya dengan proyek. 4. Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan. 5. Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :

• 1 (satu) kamera.

• 1 (satu) alat ukur schuifmat.

• 2 (dua) alat ukur optik ( theodolit & waterpass).

• 1 (satu) mesin tik standar 18” atau 1 (satu) unit komputer dan printer.

• 1 (satu) alat ukur panjang 5 m & 50 m.

• 1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.

10.2STANDAR YANG DIPERGUNAKAN.

Semua pekerjaan yang akan silaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia, Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain :

PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia.

NI-3 PMI PUBB 1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia. NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia.

NI-10 : Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan. PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia. PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik.

PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia. SII : Standar Industri Indonesia.

SK SNI T-15-1991-03 ( PBI-1991 ) : Peraturan Beton Bertulang Indonesia. AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.

Serta :

• Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.

• Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga Kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.

• Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan bahaya kebakaran. Jika tidak terdapat di dalam Peraturan / Standar / Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku Peraturan / Standar / Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen bahan / material / komponen yang bersangkutan.

Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :

• Dokumen Lelang yang sudah disahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar Kerja, RKS, BQ, BA, Aanwijzing dan Surat Perjanjian / Kontrak ).

(6)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 6 Pasal 11

LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

11.1 Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan / pekerjaan, baik bersifat teknis maupun administratif.

11.2 Dalam pembuatan laporan tersebut, pihak Kontraktor / Pemborong harus memberikan data-data yang diperlukan menurut data dan keadaan sebenarnya.

11.3 Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan secara rutin dibuat oleh Pengawas Lapangan dari Konsultan Pengawas.

11.4 Laporan-laporan tersebut di atas setiap minggu dan bulannya, harus diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk bahan monitoring.

Pasal 12

PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

12.1 Bila gambar yang menyangkut spesifikasi teknis tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah RKS.

12.2 Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignemen, lokasi seksi (bagian) dan detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor / Pemborong harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidak-sesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan spesifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.

12.3 Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya. Permukaan-permukaan pekerjaan yang sudah selesai harus sesuai dengan garis, lapisan bagian dan ukuran yang tercantum dalam gambar, kecuali bila ada ketentuan lain dari Konsultan Pengawas.

12.4 UKURAN.

12.4.1 Pada dasarnya semua ukuran yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar Pelengkap meliputi :

• As - as • Luar - luar • Dalam - dalam • Luar - dalam.

12.4.2 Ukuran - ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Centi meter ( cm ) untuk pekerjaan Arsitektur dan Sipil, dan ukuran Milimeter ( mm ) untuk pekerjaan Baja dan Mekanikal / Elektrikal.

12.4.3 Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur, pada dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan jadi / selesai ( “finished”).

12.4.4 Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor / Pemborong wajib melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan.

(7)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 7

Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis. Kontraktor / Pemborong tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuranukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas / Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong baik dari segi biaya maupun waktu.

12.5 PERBEDAAN GAMBAR.

12.5.1 Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat (berlaku).

12.5.2 Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil / Struktur, maka Kontraktor / Pemborong wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Konsultan Perencana.

12.5.3 Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka didalam hal terdapat jelasan, kesimpang-siuran, perbedaanperbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor / Pemborong diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas secara tertulis dan selanjutnya diadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas / Direksi dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.

12.5.4 Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor / Pemborong untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.

12.6 ISTILAH.

Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut : SD : Site Development, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan dinding beton, batu kali penahan tanah, pengerasan di luar bangunan, penanaman rumput, pohon peneduh, perdu dan lain-lainnya.

SR : Struktur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensioning kolom, balok dan tebal lantai.

AR : Arsitektur, mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun estetika.

M : Mekanikal, yang ada hubungannya dengan sistim air bersih-air kotordrainase, sistim pemadam kebakaran, sistim instalasi diesel-generator set dan sistim pengkondisian udara (AC).

EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan sistim penyediaan daya listrik dan penerangan.

12.7 SHOP DRAWING.

12.7.1 Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh Kontraktor / Pemborong berdasarkan gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

12.7.2 Kontraktor / Pemborong wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.

(8)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 8

yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.

12.7.4 Kontraktor / Pemborong wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas / Direksi. 12.7.5 Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor / Pemborong dan diajukan kepada

Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuain dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.

12.8 PERUBAHAN, PENAMBAHAN, PENGURANGAN PEKERJAAN DAN PEMBUATAN “AS BUILT DRAWING“.

12.8.1 Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.

12.8.2 Setelah pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor / Pemborong berkewajiban membuat gambar-gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan / dibangun oleh Kontraktor / Pemborong ( As Built Drawing ). Biaya untuk penggambaran “As Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong.

Pasal 13

TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR / PEMBORONG

13.1 Kontraktor / Pemborong harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

13.2 Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mengawasi, menegur atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas. 13.3 Kontraktor / Pemborong bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat

pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor / Pemborong sendiri.

13.4 Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka Kontraktor / Pemborong berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas segala kerusakan yang timbul.

13.5 Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.

13.6 Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor / Pemborong dalam melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung jawab Kontraktor / Pemborong.

13.7 Selama pembangunan belangsung, Kontraktor / Pemborong harus menjaga keamanan bahan / material, barang milik proyek, milik Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor / Pemborong dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya Pekerjaan Tambah.

13.8 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

(9)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 9 Pasal 14

KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN – BAHAN

14.1 Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. 1941 dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI Tahun 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.

14.2 MERK PEMBUATAN BAHAN / MATERIAL & KOMPONEN JADI.

14.2.1 Kecuali bila ditentukan lain dalam Dokumen Kontrak, semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas / setara dan tidak diartikan sebagai sesuatu yang mengikat. Setiap keterangan mengenai peralatan, material barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standar atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan, dan Kontraktor / Pemborong harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh material paten itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.

14.2.2 Bahan / material dan komponen jadi yang dipasang / dipakai, harus sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja dan RKS, memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.

14.2.3 Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang diajukan / ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai Pelaksana. Dalam hal ini, Kontraktor / Pemborong tidak berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah.

14.2.4 Disyaratkan dalam satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.

14.2.5 Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal / dalam negeri baik kualitas, ketahan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong tanpa dapat mengajukan sebagai biaya pekerjaan tambah.

(10)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 10

14.4 Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada Kontraktor / Pemborong selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.

14.5 PENYIMPANAN MATERIAL

Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

14.5.1 Penempatan bahan-bahan material diatur dengan pertimbangan yang matang agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan serta sirkulasi / akses pekerja. Bahan material disusun dengan metoda yang baik dengan cara FIFO (first in first out), sehingga tidak ada bahan material yang tersimpan terlalu lama dalam gudang / stock material.

14.5.2 Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaian untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan. Benda-benda milik pribadi tidak boleh dipergunakan untuk penyimpanan tanpa ijin tertulis dari pemiliknya.

14.5.3 Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

14.5.4 Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainase / pemasukan dari kandungan air / cairan yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat / dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari 1 (satu) meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari 5 (lima) meter.

Pasal 15

PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

15.1 Bahan-bahan yang didatangkan / dipakai harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.

15.2 bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir / ditolak oleh Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lokasi bangunan / proyek selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.

15.3 Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor / Pemborong, yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong sepenuhnya. Disamping itu pihak Kontraktor / Pemborong tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu per mil) dari harga borongan.

15.4 Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor / Pemborong harus menguji dan memeriksakannya ke laboratorium Balai Penelitian Bahan pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas / Direksi / Konsultan Perencana. Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor / Pemborong.

(11)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 11

15.6 Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Pasal 16

SUPPLIER DAN SUB KONTRAKTOR

16.1 Jika Kontraktor / Pemborong menunjuk Supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor/Pemborong “wajib” memberi-tahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas / Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

16.2 Kontraktor / Pemborong wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan dengan Sub Kontraktor dan Supplier bahan atas petunjuk Konsultan Pengawas.

16.3 Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

Pasal 17

PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

17.1 Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing didalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan Pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini. Pekerjaan ini mencakup pula perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.

17.2 Lubang-lubang akibat pembongkaran harus di-urug dengan material yang memadai dan dipadatkan sampai 90 % dari kepadatan kering maksimum.

Pasal 18

PENGUKURAN KONDISI TAPAK & PENENTUAN PEIL + 0.00

18.1 PEKERJAAN PENGUKURAN KONDISI TAPAK.

18.1.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi “existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

18.1.2 Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

18.1.3 Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat waterpass & theodolit.

18.1.4 Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

(12)

pekerjaan-RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 12

pekerjaan lain yang terkait. Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada :

a.Personil :

• 1 orang surveyor ahli • 1 orang pekerja surveyor b.Peralatan pengukuran (survey) :

• 1 pita meteran baja dengan panjang 50 m • 1 steel measuring rod (4 m)

• Patok-patok survey dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey. Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap termasuk tripod danlain-lain. Atas tanggungan biaya sendiri, Kontraktor / Pemborong harus mengadakan survey dan pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor / Pemborong harus bertanggung jawab atas ketepatan pengukuran dan survey yang dikerjakan oleh karyawannya. Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor harus dijaga baik-baik. Bila terganggu atau rusak, harus segera diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh Konsultan Pengawas.

18.1.6 Kontraktor / Pemborong harus mengajukan 3 (tiga) salinan / copy penampang melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya, kemudian mengembalikannya kepada Kontraktor / Pemborong. Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan / revisi, Kontraktor / Pemborong harus mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan tersebut di atas. Cross section dari Kontraktor / Pemborong harus digambar di atas kertas kalkir agar memungkinkan direproduksi. Bila cross section ini akhirnya disetujui, maka Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil reproduksinya kepada Pemimpin Proyek. Gambar cross section harus memakai judul dan ukuran sesuai dengan yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas.

18.2 PEKERJAAN PENENTUAN PEIL + 0,00

Pekerjaan penentuan peil + 0,00 (finishng Arsitektur) adalah permukaan lantai finishing ruangan Lantai Satu seperti tertera dalam gambar kerja yaitu sama dengan elevasi Lantai Dasar bangunan yang sudah ada. Selanjutnya peil + 0,00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 19

PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( BOUWPLANK )

19.1 PATOK UKUR.

(13)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 13

Kontraktor / Pemborong harus membuat pengukuran atas pekerjaan pematokan dan Konsultan Pengawas akan memeriksa pengukuran itu.

19.1.2 Patok ukur dibuat dari kayu secukupnya, berpenampang 5 x 7 cm. tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm. dengan bagian yang muncul diatas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi peil + 0,00 sesuai Gambar Kerja, dan diatasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian diatas peil + 0,00. 19.1.3 Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur sesuai

petunjuk Konsultan Pengawas.

19.1.4 Pada dasarnya, patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian atau peil permukaan yang ada dantercantum dalam Gambar Kerja.

19.1.5 Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.

19.1.6 Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.

19.2 PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK).

19.2.1 Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm. dan lebar 15 cm., lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

19.2.2 Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 dengan jarak satu sama lain adalah 1,50 m. tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.

19.2.3 Papan bangunan dipasang sejarak 2,00 m. dari as pondasi terluar atau sesuai dengan keadaan setempat.

19.2.4 Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan antara satu dengan lainnya atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.

19.2.5 Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor / Pemborong harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

19.2.6 Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 20

PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

20.1 IJIN MEMASUKI TEMPAT KERJA.

20.1.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor / Pemborong, tetapi karena bahan / material ataupun komponen jadi maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas / Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor / Pemborong dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas / Direksi.

20.1.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutupi atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas, dan Kontraktor / Pemborong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada Petugas / Ahli dari Konsultan Pengawas untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.

(14)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 14

memberikan petunjuk tertulis kepada Kontraktor / Pemborong apa yang harus dilakukan.

20.1.4 Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari waktu diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak terhitung hari libur / hari raya) tidak dipenuhi / ditanggapi oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor / Pemborong dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas / Direksi.

20.1.5 Bila Kontraktor / Pemborong melalaikan perintah, Konsultan Pengawas / Direksi berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.

20.1.6 Biaya pembongkaran dan pemasangan / perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor / Pemborong, tidak dapat di-klaim sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.

20.2 KEMAJUAN PEKERJAAN

20.2.1 Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh Kontraktor / Pemborong demikian pula metode / cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas.

20.2.2 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Konsultan Pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

20.3 PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN.

Bila Kontraktor / Pemborong atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja dimana Konsultan Pengawas bermaksud untu memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua petugas pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor / Pemborong untuk menangani pekerjaan itu.

20.4 TOLERANSI.

(15)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 15

BAB II

SYARAT - SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN PEMBONGKARAN DAN PEKERJAAN TANAH

Pasal 1 U M U M

1.1 LINGKUP PEKERJAAN.

Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan tidak terbatas pada :

• Pekerjaan pembongkaran bangunan existing dan pembersihan sebelum pelaksanaan.

• Pekerjaan perlindungan instalasi “existing”.

• Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah.

• Pekerjaan perbaikan / urugan kembali.

1.2 PERSIAPAN PELAKSANAAN.

Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor / Pemborong harus mempelajari dengan seksama Gambar Kerja. Kontraktor / Pemborong harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan yang meliputi dan tidak terbatas pada bangunan existing, saluran pipa-pipa, instalasi existing lainnya. Kontraktor / Pemborong harus mengamankan / melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya maupun yang sedang berjalan, bahan / komponen / instalasi existing yang dipertahankan agar tidak rusak atau cacat. Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang atau konstruksi khusus sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan.

Pasal 2

PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN

2.1 Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan mencakup pembongkaran / pembersihan / pemindahan konstruksi keluar dari dalam tapak / site terhadap semua hal yang dinyatakan oleh Konsultan Pengawas / Perencana dan Direksi tidak akan digunakan lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan diantaranya :

• Pembongkaran dan pembersihan bangunan existing.

• Pembersihan material yang ada di lokasi.

2.2 Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat dilaksanakan pemasangan baru sesuai dengan Gambar Kerja.

2.3 Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak / site konstruksi dan dikumpulkan di tempat / lokasi tertentu yang ditunjukkan oleh Konsultan Pengawas. Pada dasarnya, barang-barang bongkaran tersebut tidak dapat dipakai lagi dala pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas.

Pasal 3

PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING

(16)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 16

dan akan digunakan lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas, Kontraktor / Pemborong harus menjaga dan memeliharanya dari gangguan / cacat.

3.2 kabel dan pipa existing yang masih berfungsi harus dilindungi memakai buis beton ½ ∅ 30 cm. Khusus pada bagian yang diperkirakan akan mendapat beban, maka pada dasar atau pipa yang bersangkutan harus diberi alas dasar terbuat dari pasangan batu bata minimal 1 (satu) lapis, lebar 30 cm. sepanjang pembebanan tersebut.

3.3 Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi harus dipindah, maka Kontraktor / Pemborong harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas.

Pasal 4

PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang / galian di tanah dan termasuk pengurugan / pemadatan tanah kembali yang diperlukan untuk :

• Pondasi Batu kali belah;

• Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

4.1 MACAM GALIAN.

Penggalian dibagi dalam macam-macam jenis, yaitu : 4.1.1 Galian tanah biasa.

Galian tanah biasa mencakup semua galian yang bukan galian batu, galian konstruksi atau galian material dan bahan baku lainnya.

4.1.2 Galian konstruksi.

Galian konstruksi / obstacle adalah semua galian selain dari galian tanah dan galian batu dalam batas pekerjaan yang disebut dalam spesifikasi ini atau tercantum dalam Gambar Rencana. Semua galian yang disebut sebagai galian konstruksi terdiri dari galian pondasi bangunan atau sesuai dengan Syarat-syarat kerja yang menyangkut bidang lain, mengikuti ketentuan-ketentuan letak, peil dan dimensi seperti yang dicantumkan dalam Gambar Rencana atau petunjuk Konsultan Pengawas.

4.2 Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa seta disetujui Konsultan Pengawas.

4.3 Galian untuk konstruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug bekas serta sisa bahan bangunan.

4.4 Urutan penggalian harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjukpetunjuk Konsultan Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada kegiatan lainnya.

4.5 Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar / rata sesuai dengan Gambar Kerja dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran.

4.6 Galian pondasi harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan kanan dimiringkan 10o kearah luar pondasi dari As, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja, diperiksa serta disetujui Konsultan Pengawas.

(17)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 17 Pasal 5

GALIAN STRUKTUR

5.1 LINGKUP PEKERJAAN.

5.1.1 Galian struktur merupakan penggalian tanah untuk bangunan struktur, sesuai dengan batasan pekerjaan sebagaimana dijelaskan disini atau sebagaimana tampak pada gambar. Pekerjaan galian yang dijelaskan dengan pasal-pasal lain dalam spesifikasi ini tidaklah digolongkan sebagai galian struktur.

5.1.2 Pekerjaan galian ini mencakup pengurugan kembali dengan material yang disetujui oleh Konsultan Pengawas, berikut pembuangan bahan-bahan sisa, dan semua bahan serta peralatan lainnnya untuk menghindarkan galian dari genangan air tanah dan air permukaan.

5.1.3 Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi.

5.2 PERSYARATAN PEKERJAAN. 5.2.1 Tata letak.

Kontraktor / Pemborong bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor / Pemborong harus menyerahkan rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Bench mark yang bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan atau pemindahan.

5.2.2 Pengawasan.

Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor / Pemborong harus diwakili oleh seorang pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan penggalian / pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai kontrak.

5.2.3 Pekerjaan pembersihan dan pembongkaran. a. Galian konstruksi / obstacle.

Kriteria galian konstruksi/obstacle adalah berupa konstruksi beton dan pasangan batu kali belah.

a. Semua brangkal dan kotoran dari bekas pembongkaran konstruksi existing harus segera dikeluarkan dari site dan dibuang ke tempat yang ditentukan oleh Direksi / Konsultan Pengawas.

b. Semua peralatan yang diperlukan pada paket pekerjaan ini, harus tersedia di lapangan dalam keadaan siap pakai.

5.3 PENGGALIAN.

5.3.1 Sebelum memulai pekerjaan galian, Kontraktor / Pemborong harus :

(18)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 18

5.3.2 Bila tanah dasar pondasi lembek, berlumpur atau tidak memenuhi syarat, maka bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor / Pemborong harus menggantinya dengan material berbutir atau kerikil sebagaimana disyaratkan pada RKS ini. Material penggganti tersebut harus diurugkan dan dipadatkan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis 15 cm, sampai mencapai elevasi dasar pondasi dengan kepadatan sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.

5.3.3 Kepadatan tanah dasar harus mencapai CBR 3%. Bila menurut Konsultan Pengawas tanah dasar pondasi tidak memenuhi syarat semata-mata karena kesalahan Kontraktor / Pemborong dalam mengerjakan kewajibannya, maka Kontraktor / Pemborong harus membuang dan mengganti tanah dasar pondasi atas tanggungan biaya sendiri, atau menangguhkan pekerjaan galian itu sampai kondisi tanah dasar pondasi tersebut memenuhi syarat.

5.3.4 Semua material hasil galian bila memenuhi syarat, harus dimanfaatkan sebagai material urugan atau timbunan, dan bila ternyata berlebihan maka harus dibuang.

Pasal 6

URUGAN DAN PEMADATAN

6.1 PEKERJAAN URUGAN.

Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk :

• Semua galian sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 2% atau sesuai Gambar Kerja.

• Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan dengan kepadatan CBR 3% atau sesuai Gambar Kerja.

• Terkecuali untuk tempat tertentu / khusus, kepadatan tanahnya seperti tercantum dalam Gambar Kerja atau petunjuk Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.

6.2 PENGURUGAN.

6.2.1 Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari humus, akar tanaman, benda-benda organis, sisa-sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat mengurangi kualitas pekerjaan ini.

6.2.2 Urugan harus bebas dari segala macam bahan yang dapat membusuk, sisa bongkaran, dan atau yang dapat mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat diambil dari bekas galian atau tanah yang didatangkan dari luar yang tidak mengandung bahan-bahan seperti tersebut di atas dan atau telah disetujui Konsultan Pengawas.

6.2.3 Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis dan langsung dipadatkan sampai mencapai permukaan / peil yang diinginkan. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan tidak boleh melebihi 20 cm.

(19)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 19

BAB III

SYARAT - SYARAT TEKNIS

PEKERJAAN STRUKTUR

Pasal 1

PEKERJAAN STRUKTUR BETON

1.1 PERSYARATAN MUTU. 1.1.1 Mutu Beton.

Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu karakteristik minimal, sebagai berikut :

a. Sloof Beton : K-300

b. Kolom dan Rink Balok : K-300

c. Sloof ,Kolom & Ring Balok Praktis : K-250 d. Adukan Beton.

Adukan beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus menggunakan mesin molen, kecuali ada pertimbangan lain pada bagian bagian tertentu dapat menggunakan beton konvensional yang sebelumnya sudah mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.

g. Lantai Kerja/Rabat beton.

Seluruh beton untuk lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1pc : 3ps : 5kr.

1.1.2 Mutu Baja Tulangan.

Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai berikut :

a. Mutu baja tulangan s/d. ∅ 12 mm. adalah BJTP 240 ( U-24 ) dengan kekuatan tarik 2080 Kg/Cm2.

b. Mutu baja tulangan ≥ ∅ 13 mm. (diameter luar) adalah BJTD 320 (U- 32 ) dengan kekuatan tarik 2780 Kg/Cm2.

c. Atau bila dalam gambar disyaratkan menggunakan wiremesh, maka digunakan wiremesh U-50, dengan ukuran / tipe sesuai dengan Gambar Kerja.

1.2. PERSYARATAN BAHAN BETON. 1.2.1 Semen.

a. Semua semen harus Semen Portland yang disesuaikan dengan persyaratanndalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standar Inggris BS 12.

b. Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK, TIGA RODA dan HOLCIM serta memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.

c. Pemeriksaan

(20)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 20

semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.

d. Tempat Penyimpanan

• Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara. Tempat penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu pengambilan.

• Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm. dari tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar sehingga kelambatan atau kemacetan dalam pekerjaan dapat dicegah dan harus mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truk semen secara terpisah-pisah dan menyediakan jalan yang mudah untuk mengambil contoh, menghitung zak-zak dan memindahkannya. Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.

• Untuk mencegah semen didalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan, Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang diterima di tempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua zak kosong harus disimpan dengan rapih dan diberi tanda yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

• Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh

• Kontraktor untuk menimbang semen didalam gudang dan di lokasi serta harus dilengkapi segala timbangan untuk untuk keperluan penyelidikan

• .Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-gudang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.

• Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Konsultan Pengawas bila dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu ditiap bagian pekerjaan.

1.2.2 Pasir dan kerikil

a. Kontraktor harus mengangkut, membongkar, mengerjakan dan menimbun semua pasir dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan dan penimbunan pasir dan kerikil harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

(21)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 21

c. Pasir

• Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan Konsultan Pengawas.

• Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan dasar ( pokok ) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada Konsultan Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang cukup, seberat 15 kg. dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14 hari sebelum diperlukan.

• Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki. Segala macam tanah pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan.

• Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam subsansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.

• Pasir harus mempunyai “modulus kehalusan butir“ antara 2 sampai 32, atau jika diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan standar Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan No Prosentase Satuan Timbangan tertinggal di saringan

4 8 16 30 50 100 PAN

0 - 15 6 - 15 10 - 25 10 - 30 15- 35 12- 20 3 - 7

Jika persentase satuan tertinggal dalam saringan no. 16 adalah 15% atau kurang, maka batas maksimum untuk persentase satuan dalam saringan no. 8 dapat naik sampai 20%.

d. Agregat Kasar ( Kerikil )

• Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

(22)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 22

merugikan. Besarnya persentase dari semua substansi yang merusak tidak boleh mencapai 3 (tiga) persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, keras, padat, kekal dan tidak berpori. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka agregat kasar harus dicuci.

• Gradasi

Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm. sampai dengan 25 mm. dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

- Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6 % berat.

- Sisa di atas ayakan 4 mm harus berkisar antara 90% dan 98% berat.

- Selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat serta harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971. Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.

1.2.3 A i r

Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan spesi injeksi harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetap-kan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

1.2.4 Baja Tulangan

a. Semua baja tulangan beton harus baru, mutu dan ukuran sesuai dengan standar Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971, atau ASTM DesignationA-15, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari semua baja tulangan beton yang disediakan, untuk persetujuan Konsultan Pengawas sesuai dengan persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum di dalam gambar rencana.

b. Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya lekat antara baja tulangan dengan beton.

1.2.5 Cetakan ( bekisting )

a. Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex dengan tebal minimum 12 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka kayu Borneo Super ukuran 5/7, 6/10, 6/12 dan sebagainya, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas / Konsultan Perencana.

b. Steiger / penyangga bekisting harus terdiri dari pipa-pipa besi standar pabrik (schafolding) atau kayu dan tidak diperkenankan memakai bambu.

1.2.6 Admixture

(23)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 23

SIKA dengan takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas / Perencana.

b. Retarder digunakan untuk memperlambat waktu setting beton (initial set), dimana bila waktu pengiriman beton dari Batching Plant ke proyek dan sampai dengan waktu penuangan beton memerlukan waktu lebih dari 1 (satu) jam. Bahan retarder yang dipergunakan adalah CONPLAST RP264M2 dengan takaran 0,20 – 0,60 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di Batching Plant.

c. Superplasticizer digunakan untuk membuat beton lebih plastis dan mencapai kekuatan awal yang lebih tinggi (high early strength). Bahan plasticizer adalah CONPLAST SP 430D dengan takaran 0,60 –2,00 liter per 100 kg. semen. Pencampuran dilakukan di dalam mixer sebelum beton dituang ke dalam cetakan.

1.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON 1.3.1Kelas dan Mutu Pekerjaan Beton

a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan Standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan lain, kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 cm. (0,003375 m3) diuji pada umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.

b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil σbk ( kekuatan tekan beton karakteristik )

yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam table 4.2.1. PBI-1971.

c. Umur benda uji pada saat pengujian harus dilaksanakan pada umur 7, 14, atau 28 hari sesuai dengan kesepakatan dengan Konsultan Pengawas yang tertuang dalam risalah rapat.

1.3.2Komposisi campuran Beton

a. Beton harus dibentuk dari campuran bahan-bahan semen portland, pasir, kerikil dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang tertentu / serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik / tepat. b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi

ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan (design mix)“. Campuran yang direncanakan ini dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan dan dilakukan oleh laboratorium dari instansi pemerintah atau Badan yang sudah terbukti akreditasinya.

c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.

d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.

e. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.

(24)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 24

g. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :

• Faktor air semen untuk pondasi, sloof, maksimum 0,60.

• Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dinding beton dan listplank / parapet, maksimum 0,60.

• Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap dan tempat-tempat basah lainnnya, maksimum 0,55.

h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor. Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian.

1.3.3 Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton

a. Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau gradasi ( perbutiran ) dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk ( mixer ). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang adalah sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu. Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm. dan tidak melampaui 12 cm. untuk segala beton yang dipergunakan. Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.

b. Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm. dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai dengan NI-2 PBI-1971, Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.

1.3.4 Pekerjaan Baja Tulangan

a. Baja tulangan beton harus dibengkokkan / dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi. Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara yang dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukan dalam gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokkan dalam keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh cara pengerjaannya disetujui oleh Konsultan Pengawas atau Perencana.

b. Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk menempatkan tulangan-tulangan tetap tepat ditempatnya, maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton ( bendraat ) dan memakai bantalan blok-blok beton cetak ( beton decking ) dan atau kursi-kursi besi / cakar ayam perenggang. Dalam segala hal untuk besi beton yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak akan ada batang yang turun.

(25)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 25

d. Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan adalah luas tulangan. Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.

1.3.5 Pekerjaan Selimut Beton

Penempatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan sesuai butir 1.3.4.b. tersebut di atas, serta harus mempunyai jarak tetap dan tertentu untuk setiap bagian-bagian konstruksi sesuai dengan gambar rencana. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Balok sloof : 2,5 cm. b. Kolom : 2,5 cm. c. Balok : 2,5 cm. d. Pelat beton : 2,0 cm.

1.3.6 Pekerjaan Sambungan Baja Tulangan

Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

1.3.7 Pekerjaan Mengaduk

a. Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

b. Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton ( “batch mixer/beton mollen“ ). Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata / seragam dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

c. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki dan atau diganti. Mesin pengaduk yang disentralisir ( batching mixing plant ) harus diatur sedemikian rupa, sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan mudah dari stasiun operator. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan. Setiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan.

1.3.8 S u h u

(26)

RKS Teknis Pembangunan Balai Pengawasan Konservasi Wilayah Barat 26

mendinginkan agregat, mencampur dengan es dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, untuk mempertahankan suhu beton waktu dicor pada suhu dibawah 32o C.

1.3.9 Pekerjaan Rencana Cetakan

Cetakan (bekisting) harus sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan yang mungkin dapat timbul pada waktu pemakaian. Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera menanggulangi bentuk yang diafkir tesebut dan menggantinya atas bebannya sendiri.

1.3.10Pekerjaan Konstruksi Cetakan

a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau lain gerakan selama dan sesudah pengecoran beton. b. Semua cetakan beton harus kokoh.

Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan (bekisting) harus dilaburi / diminyaki dengan minyak bekisting yang biasa diperdagangkan untuk maksud itu yang dapat mencegah secara efektif melekatnya beton pada cetakan, dan akan memudahkan melepas bekisting / cetakan beton. Minyak bekisting tersebut dapat dipakai hanya setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak bekisting ini harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat.

c. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan dari beton yang telah selesai, harus tersedia.

d. Penyangga cetakan ( steiger ) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

1.3.11Pekerjaan Pengangkutan Beton

Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.

1.3.12Pekerjaan Pengecoran

a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lainlainnya telah selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai, permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

b. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton ( cetakan / bekisting ) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas. Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban / air dari beton yang baru dicor - tidak akan diserap.

Referensi

Dokumen terkait

Kelebihan dari sistem SCADA yang diterapkan pada jaringan distribusi jika dibandingkan dengan sistem yang telah ada sebelumnya (konvensional) yaitu dapat memantau,

Gambaran Frekuensi Konsumsi Bahan Makanan Serat dan Sumber Kolesterol, Indeks masa Tubuh (IMT), Kadar Kolesterol Darah dan Low Density Lipoprotein (LDL) Pada Pasien Penyakit Jantung

Sebutkan 5 (lima) macam pewarna yang bisa di gunakan untuk menggambar

Setelah mendapatkan tabel program dan investasi berdasarkan sektor, maka untuk menjamin keterpaduan program bidang Cipta Karya, usulan program-program dikempelompokan

Berdasarkan Koreksi Aritmatik paket tersebut diatas dengan ini Panitia Pengadaan Barang/ Jasa pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Melawi mengumumkan hasil koreksi aritmatik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, waktu

Demokrasi Pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha esa, yang berperikemanusiaan yang adil

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Rasio Camel Terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar