BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak reformasi bergulir pada satu dekade lalu, semakin disadari
pentingnya kualitas pendidikan bagi pembangunan bangsa di masa datang. Dalam
hal ini, pendidikan tidak hanya sekedar suplemen dalam pembangunan, melainkan
menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional.Selain akan membentuk
karakter anak bangsa, (carakter building) di masa depan terbentuk juga kearifan
lokal bangsa. Karena itu, paradigma pembangunan pendidikan nasional yang
sebelumnya hanya menitikberatkan pada penumbuhan sektor perekonomian telah
mengalami perubahan. Pendidikan menjadi bagian dari membangun manusia
Indonesia yang kreatif, yang akan berdampak pada pembangunan perekonomian
Bangsa. Pergeseran paradigma ini didasarkan atas pelajaran dari keberhasilan
bangsa lain, yang dapat membangun perekonomian bangsa lewat peningkatan
kualitas pendidikannya, yang berimplikasi pada kualitas sumber daya
manusianya.
Untuk menciptakan manusia Indonesia yang dapat membangun karakter
bangsa, tidak bisa dilepaskan dari upaya peningkatan mutu pendidikan.
Membangun manusia merupakan proses panjang, berjenjang dan berlangsung
secara berkelanjutan. Keberhasilan pencapaian mutu pendidikan di tingkat dasar
tergolong remaja harus mendapat perhatian, mengingat di tangan generasi muda,
kelanjutan pembangunan nasional dilimpahkan. Peningkatan mutu pendidikan
yang mencapai standar kompetensi pada setiap mata pelajaran akan berakumulasi
pada proses pencapaian visi pendidikan secara nasionalyaitu,mewujudkan
manusia Indonesia yang bertakwa dan produktif.
Pendidikan seni budaya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan pendidikan nasional. Pendidikan seni memiliki karakter pada
orientasi perubahan perilaku peserta didik yang berkualitas dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap menghargai karya seni, serta dapat berkreasi seni secara
kreatif. Perubahan perilaku peserta didik tersebut hanya mungkin bisa berjalan
manakala terciptanya kondisi interaksi yang bermutu, antar peserta didik dan
antar pendidikan dengan peserta didik di lingkungan sekolah.Pemanfaatan
berbagai sumber belajar seni budaya di lingkungan sekitar, menjadikan
pembelajaran disesuikan dengan kontek sosial budaya setempat. Untuk mencapai
hal itu, maka diperlukan usaha-usaha yang serius oleh para guru seni budaya,
untuk menyusun materi seni budaya berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pembelajaran (KTSP), membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seni
budaya dan melaksanakan pengelolaan pembelajaran seni budaya, yang lebih
dapat mengembangkan potensi seni budaya para siswa. Usaha ini dilakukan agar
kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kreatif dalam berkarya
seni.
Pengelolaan pembelajaran seni budaya akan sulit tercapai pada tingkat
kreativitas siswa, jika para gurunya tidak mendisain pembelajaran secara kreatif.
Pembelajaran seni budaya yang bersifat monoton dan konvensional, sebatas
memberi teori dan praktek, tanpa melakukan proses olah rangsang untuk
kreativitas siswa, bukan hanya tidak sesuai dengan semangat zaman, melainkan
mengingkari dari watak pembelajaran seni budaya. Lebih dari itu pembelajaran
seni budaya akan ditinggalkan oleh para siswa.
Saat ini banyak model pembelajaran seni kreatif yang ditemukan, baik dari
pengalaman maupun hasil penelitian. Para siswa telah terbiasa mendapat input
dari berbagai sumber pembelajaran, seperti pameran maupun media internet.
Pembelajaran seni budaya yang kreatif akan mengajak para siswa pada sesuatu
yang kongkrit, dengan praktek berkarya tanpa meninggalkan teori. Dalam banyak
peluang, siswa dibelajarkan secara langsung dengan kehidupan masyarakat seni
budaya yang ada di lingkungannya, sehingga bersifat kontekstual.
Hakekat pendidikan seni budaya yang kreatif secara langsung akan
mendukung pencapaian pembangunan manusia Indonesia yang aktif, produktif
dan kreatif. Kompetensi sumber daya manusia yang demikian menjadi
persyaratan dalam kompetisi dalam persaingan bebas abad 21. Pendidikan seni
menciptakan kualitas manusia yang dapat mewujudkan, usaha-usaha dalam
pelestarikan nilai-nilai lokal di lingkungannya, bangsanya dan dunianya. Dengan
demikian tujuan utama pendidikan seni budaya adalah membangun manusia
dalam situasi kehidupan lingkungan yang berada dalam pengaruh global.
Pendidikan seni budaya yang dapat mengakomodir nilai-nilai kreativitas
adalah, pendidikan seni yang adaptif dan kolaboratif dengan tuntutan dan
kebutuhan zaman.Dinamika perkembangan seni budaya yang terus berkembang,
dapat mempengaruhi lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.Dinamika ini
seharusnya diintegrasikan dalam pembelajaran seni budaya. Diperlukan usaha
penyesuaian materi dan penyajian pembelajaran dengan karakter umum peserta
didik, sehingga dapat menumbuhkan minat dan bakat, serta mendorong
pencapaian kreativitas secara optimal.
Salah satu bagian mata pelajaran seni budaya adalah pembelajaran seni
rupa.Materi pembelajaran seni rupa berkaitan dengan kompetensi pengetahuan,
kreasi dan apresiasi dalam kategori seni murni dan seni pakai, maupun kategori
dua dimensi dan tiga dimensi. Sumber pembelajaran seni rupa yang ada di
lingkungan sekitar sekolah atau daerah setempat, lingkungan nusantara dan
bahkan sumber belajar seni rupa dari mancanegara.
Materi pembelajaran seni rupa yang tergolong seni rupa murni dengan
bentuk tiga dimensi adalah, pembelajaran dalam kompetensi ekspresi diri melalui
tiga dimensi yang memanfaatkan bahan dan teknik yang berbeda. Pemilihan
bentuk, bahan dan teknik, akan disesuaikan dengan karakter siswa dan lingkungan
sekolah. Untuk mencapai optimalisasi kreativitas siswa, maka dalam proses
pembelajaran guru harus membuat RPP pembelajaran secara kreatif. Lebih dari
itu, guru harus mengelola pembelajaran seni patung pada siswa secara kreatif,
sehingga mencapai sasarannya.
Dalam kenyataannya perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran seni
patung untuk siswa SMA, khususnya di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
masih banyak yang harus dibenahi. Umumnya usaha pengembangan kreativitas
siswa SMA dengan pembelajaran seni patung, masih tergolong sangat langka. Hal
itu tampak pada serangkaian pengamatan maupun diskusi terbatas, yang
dilakukan oleh penulis beserta forum guru seni budaya SMA, se Kabupaten
Tangerang, Banten, pada 10 Januari 2012. Fenomena ini menunjukkan bahwa,
masih kurangnya optimalisasi pencapaian kreativitas siswa melalui seni patung,
khususnya dalam pengembangan kreativitas siswa SMA. Melalui pengamatan itu
dapat penulis rangkum, sebagai berikut:
1. Jarang sekali guru seni budaya mengajarkan seni patung sebagai rangsang
menumbuhkan kreativitas siswa SMA. Kalaupun ada, guru yang mengajarkan
seni patung tidak menggunakan media yang tepat, sehingga tidak
mengekploitasi daya kreativitas siswa. Para guru seni budaya lebih sibuk
dua dimensi saja, karena cipta karya tiga dimensi dipandang akan merepotkan
pekerjaan guru.
2. Pengembangan kreativitas dengan pembelajaran seni patung umumnya hanya
tugas individual yang diselesaikan di sekolah. Jarang sekali pembuatan karya
seni patung dengan ukuran yang besar atau monumental, sehingga kurang
mendorong daya kreativitas siswa SMA, yang nyatanya membutuhkan
tantangan. Pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas seni budaya
dengan menggunakan kerja kelompok, pada siswa SMA ternyata berdampak
luas bagi kreativitas pembelajaran seni budaya, yang bersifat kolaboratif dan
dapat mencapai sinergi pembelajaran yang lebih diharapkan.
3. Pemilihan media dan tehnik berkarya seni patung tidak sepenuhnya diberikan
kepada siswa SMA, padahal para siswa dapat mempelajarinya secara
langsung di lingkungan masing-masing ataupun dengan memanfaatkan
sumber belajar internet. Dalam hal ini pendidik seni budaya kurang
mengarahkan proses pengembangan dalam usaha mencari, atau
mengekploitasi potensi para siswa, untuk menemukan cara-cara
menyelesaikan karya patung dengan ukuran yang relatif lebih besar.
4. Kemungkinan tidak dilakukannya pembelajaran seni patung, yang mendorong
pengembangan kreativitas siswa SMA di Kabupaten Tangerang, berkaitan
dengan pengalaman dan kompetensi guru seni budaya, yang pada umumnya
5. Terdapat fenomena dukungan pengembangan kreativitas siswa berkait
manajeman sekolah, meskipun keterbatasan sarana dan prasarana di sekolah,
yang tidak memiliki studio dalam pelaksanaan pembelajaran seni patung.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ditemukan di lapangan
menunjukan bahwa, pembelajaran seni patung di SMA cenderung masih jauh dari
harapan dalam pencapaian pengembangan kreativitas siswa. Bahkan
pembelajaran seni patung tidak diajarkan. Kalaupun diajarkan cenderung
monoton dan biasa-biasa saja, seperti siswa diberi penugasan, dikerjakan di
rumah, guru tidak melakukan demontrasi secara teknik. Guru hanya memberikan
contoh karya seni patung berupa gambar, tidak adanya pembimbingan dalam
memotivasi kreativitas, sehingga tidak menarik bagi siswa SMA. Pembelajaran
seni patung dengan pendekatan kolaboratif, akan memberi kebebasan bagi siswa
SMA untuk memilih bahan, teknik, disain, dan bekerja secara kelompok, hal ini
memungkinkan untuk dijadikan cara, dalam pengembangkan kreativitas.
Pengalaman penulis selama ini sebagai pendidik seni rupa di SMA menunjukkan,
seni patung dapat menjadi media dalam mengembangkan kreativitas
siswa.Penulis memandang penting untuk meneliti secara serius, untuk memahami
peran pembelajaran seni patung, untuk pengembangan kreativitas siswa SMA
secara berkelompok.
Pembelajaran seni budaya yang dapat mengembangkan kreativitas siswa
SMA, khususnya melalui seni patung tentunya banyak dimensi yang harus
diperhitungkan.Untuk itu penulis memfokuskan pada pembelajaran seni patung
yang lebih menekankan kebebasan dan fokus aktivitas siswa dalam berkarya
secara berkelompok agar mencapai pengembangan kreativitas siswa. Fokus
penelitian ini dapat dirumuskan menjadi, sebagai berikut: “Apa, mengapa dan
bagaimana kreativitas siswa dikembangkan melalui pembelajaran seni
patung pada siswa di SMAN 13 Tangerang - Banten?”Fokus Masalah ini
dapat dijelaskan lagi melalui pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Pengelolaan pembelajaran seni patung bagaimana yang bisa mengembangkan
kreativitas siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang?
2. Bagaimana dampak pembelajaran patung dalam peningkatan kreativitas siswa
SMAN 13 Kabupaten Tangerang?
3. Bagaimanakah upaya-upaya memaksimalkan pencapaian pengembangan
kreativitas siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang melalui pembelajaran seni
patung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
beberapa cara mengembangkan kreativitas anak dalam pelajaran seni rupa.
1. Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran seni patung bagaimana yang bisa
mengembangkan kreativitas siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang.
2. Menganalisis dampak pembelajaran patung dalam peningkatan kreativitas
siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang.
3. Menemukan upaya-upaya memaksimalkan pencapaian pengembangan
kreativitas siswa SMAN 13 Kabupaten Tangerang melalui pembelajaran seni
patung.
D. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Secara akademis dapat menemukan konsep baru tentang pembelajaran
seni budaya, khususnya seni patung yang dapat mengembangkan kreativitas
siswa SMA secara maksimal.
2. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan praktis bagi
para guru seni budaya dalam pembelajaran seni patung secara kreatif. Bagi
sekolah dan masyarakat, dapat membuka wawasan untuk mendukung
pembelajaran seni patung yang kreatif.
3. Bagi pemerintah daerah maupun pusat, khususnya Departeman Pendidikan
Nasional, akan menjadi landasan kebijakan dalam pendidikan seni budaya di
masa mendatang.
4. Secara khusus penelitian ini dilakukan sebagai landasan dasar, untuk keprofesian