EFEKTIFITAS PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 3 PANCA RIJANG KEC. KULO KAB. SIDRAP
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Manajame Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Prodi Manajamen Pendidikan Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Oleh
SYAMSIR NIM. 20301109022
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Alhamdulillahi teladan yang terbaik dalam mendidik gene
terbaik yaitu para saha
semua serta orang-ora
Melalui tulisan tulus, teristimewa ke Fatimah dan nenek H
yang telah mengasuh, pendidikan, sampai se
dengan apapun di duni semoga Allah SWT m
Penulis juga m
pihak skripsi ini tidak karena itu penulis pat
setinggi-tingginya kep
KATA PENGANTAR
lahi Rabbil ‘Alamin, segala puji hanya milik A mesta alam, pemilik langit, bumi dan segala yan nantiasa memuji_Nya atas segala limpahan nikm
unjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaika m senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muha
g Pencerah bagi seluruh umat manusia, Beliau ik bagi umat manusia bukan hanya dalam iba enerasi-generasi penerusnya sehingga mengha
sahabatnya, tabi’in dan tabi’ut tabi’in, keselama
orang yang senantiasa mengikuti mereka dengan ba
san ini pula, penulis menyampaikan ucapan ter kepada kedua orang tua tercinta ayahanda k H. Minong, dan segenap keluarga besar kedua
asuh, membimbing dan membiayai penulis i selesainya skripsi ini. semuanya tidak akan bi
dunia ini, kepada beliau penulis senantiasa m menjaga, mengasihi, dan mengampuni dosany menyadari tanpa adanya bantuan dan partisipa
dak mungkin dapat terselesaikan seperti yang di patut menyampaikan rasa terima kasih dan pe
kepada:
k Allah Subhanah yang ada di antara kmat, kasih sayang
saikan skripsi ini. Muhammad SAW, kedua belah pihak
nulis selama dalam n bisa tergantikan
memanjatkan doa nya. Amin.
sipasi dari berbagai
1. Bapak Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing H.T, M.S. selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Pembantu Rektor I, Pembantu Rektor II, dan Pembantu Rektor III
beserta seluruh staf dan jajarannya.
2. Bapak Dr. H. Salehuddin, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Alauddin Makassar, Pembantu Dekan I, Pembantu Dekan II, dan Pembantu Dekan III beserta seluruh stafnya atas segala pelayanan yang diberikan kepada penulis.
3. Bapak Drs. H. Muhammad Yahya, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam dan Ibu Hamsiah Djafar S.Hum selaku Sekretaris Jurusan
serta staf atas izin, pelayanan, kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Drs. Hamka Ilyas, M.Th. I selaku pembimbing I dan Drs. H. Andi Achruh,
M.Pd.I selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing penulis hingga menyelesaikan skripsi ini.
5. Para Dosen, karyawan dan karyawati fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik, mengajar dan memberi bantuan baik langsung maupun tidak langsung hingga penulis dapat menambah ilmu dan wawasan.
6. Bapak Zainuddin, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Fitriani Sanusi selaku Bendahara Dana BOS beserta seluruh staf, guru, siswa SMP Negeri 3 Panca
Rijang Kec. Kulo Kab. Sidrap atas segala bantuan yang telah diberikan selama penulis melakukan penelitian.
7. Untuk keluarga besar H. Mashur SH. MH , H. Fahmi SE, Arifuddin Hafid,
motivasi dan bantuanya sehingga saya dapat menyelesaikan studi di UIN Alauddin Makassar.
8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Manajemen Pendidikan Islam baik itu adinda maupun kakandaku. Dan spesial buat teman-teman MPI angkt 09 H.Azhar,
Ridwan, Andrianto, Hariyanto, Pasbir, Yusran, Besse, Syarif, Munawir, Asdar dan teman-teman yang tidak sempat penulis namanya disebut satu persatu. Kalian adalah sahabat terbaikku.
9. Seluruh sahabatku baik senior maupun junior yang tergabung dalam IPMI SIDRAP, dan terkhusus buat sahabat-sahabatku di IPMI SIDRAP BKPT UIN
yang telah bersama-sama memberikan manfaat terhadap organisasi daerah
yang kita cintai “Resopa temmaginggi namalomo naletei pammase dewata”.
10. Seluruh kader HMI komisariat Tarbiyah cabang Gowa raya dan terkhusus buat
rekan-rekan pengurus Badko HMI Sulselbar semoga perjuanga kita sebagai
insan akedemis, pencipta dan pengabdi di ridhoi oleh Allah swt “yakin usaha
sampai”.
11. Seluruh keluarga besar mahasiswa KKN UIN Angkt. 48 Desa Labbo Kec. Tompobulu, Kab. Bantaeng.
12. Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang penulis tidak sempat sebut satu persatu namanya. terimah kasih atas
dukungan dan doanya selama ini.
penulis harapkan balasan dan semoga bernilai pahala disisi-Nya, Amin Ya Rabbal Alamin
Teriring do’a semoga Allah SWT akan membalas semua amalan mereka
dengan pahala yang berlipat ganda di dunia dan akhirat. Penulis menyadari
walaupun telah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, para pembaca dapat memperbaiki dan melanjutkan sebagai pengembangan
dan perbaikan lebih lanjut. ” Tak ada gading yang tak retak.
Samata-Gowa, Desember 2013
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAN KEASLIAN SKRIPSI... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
KATA PENGANTAR... v
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan masalah ... 8
C. Pengertian Opersional Variabel ... 8
D. Tujuan dan Kegunaan... 9
E. Garis Besar Isi Skripsi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kebijakan Penddidikan .... ... 11
B. Efektifitas Pengelolaan Dana BOS ... 25
C. Kebijakan Program BOS ... 29
D. Penggunaan Dana BOS ... 30
ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 43
B. Populasi dan Sampel ... 43
1. Populasi ... 43
2. Sampel ... 44
C. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 45
1. Instrumen Pengumpulan Data ... 45
2. Teknik Pengumpulan Data... 46
D. Teknik Analisis dan Pengelolaan Data ... 46
BAB IV PENGELOLAAN DANA BOS DI SMPN 3 PANCA RIJANG A. Gambaran Umum SMPN 3 Panca Rijang Kec. Kulo... 49
B. Apakah Efektifitas Pengelolaan Dana BOS di SMPN 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kab. Sidrap Telah Mencapai Hasil ... 55
C. Gambaran Penggunaan Dana BOS Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kab. Sidrap... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 67
B. Implikasi Penelitian ... 68
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel hal
2.1 Penggunaan Dana BOS Berdasarkan Juknis Tahun 2013... 35
4.1 Jumlah Guru ... 52
4.2 Nama Guru ... 52
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri, jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata-Gowa, 27 Desember 2013 Penulis
Syamsir
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul, “Efektifitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kab. Sidrap.” yang disusun oleh saudara Syamsir, NIM : 20301109022, mahasiswa Jurusan Manajmen Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Selasa, Tanggal 8 April 2014 M bertepatan dengan Tanggal 7 Jumadil Tsani 1435 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam ilmu kependidikan Islam Jurusan Manajamen Pendidikan Islam, tanpa ( dengan beberapa*) perbaikan.
Samata Gowa, 8 April 2014 M 7 Jumadil Tsani 1435 H
DEWAN PENGUJI
(SK DEKAN NO.374 Tahun 2014)
Ketua : Drs. Muhammad Yusuf Hidayat, M.Pd (...…... ) Sekertaris : Dra. Hamsiah Djafar, M.Hum (…....…... ) Munaqisy I : Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M.S (...………... ) Munaqisy II : Dra. Hj. ST. Syamsudduha, M.Pd.I (...……. )
Pembimbing I : Drs. Hamka Ilyas, M.Th.I (…....…..…..)
Pembimbing II : Drs. Andi Achruh, M.Pd.I ( ..….…..…. )
Disahkan oleh:
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
xiii
ABSTRAK
Nama : Syamsir
Nim : 20301109022
Judul Skripsi : Efektivitas pengelolaan dana BOS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kab. Sidrap
Skripsi ini membahas tentang analisis efektifitas pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dalam meningkatan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kabupaten Sidrap. Fokus penelitiannya adalah gambaran pengelolaan dana BOS dalam meningkatan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kabupaten Sidrap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengelolaan dana BOS, upaya yang dilakukan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, dan untuk mengetahui pengaruh pengelolaan dana BOS terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kabupaten Sidrap.
Lokasi penelitian di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Variabel penelitian berupa variabel mandiri yaitu pengelolaan dana BOS dalam meningkatan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, bendahara sekolah, dan satu guru mata pelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data adalah pedoman wawancara dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam (deep interview), dan dokumentasi. Sumber data diperoleh dari dua sumber yakni data primer yang diperoleh dari hasil wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil dokumentasi. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yang kemudian diolah dengan menggunakan metode interaktif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang berfungsi memanusiakan manusia, bersifat normatif,
dan mesti dapat dipertanggung jawabkan karena itu, idealnya pendidikan tidak dilaksanakan secara sembarangan, melainkan seyogianya dilaksanakan
secara bijaksana. karna Salah satu aspek yang memiliki peranan penting bagi kemajuan dan kemunduran suatu bangsa adalah pendidikan. Pendidikan hendaknya merupakan upaya yang betul-betul disadari, jelas landasanya,
tepat arah dan tujuanya, efektif dan efisien pelaksanaanya.
Sebelum melaksanakan pendidikan, calon pendidik dan atau pendidik perlu mempelajari dan mempertimbangkan terlebih dahulu berbagai hal yang terlibat dan berhubungan dengan pendidikan, antara lain mengenai berbagai landasanya. Ibarat suatu bangunan, bangunan dapat berdiri tegak dan berfungsi dengan baik apabila memiliki landasan (fondasi) yang kokoh. Demikian pula pendidikan, agar sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat dipertanggung jawabkan maka pendidikan perlu dilaksanakan atas dasar landasan yang kokoh.1
Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari
penerapan pendidikan, karena dengan adanya pendidikan manusia bisa mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kepribadian kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan bagi
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan dalam kaitan ini dilakukan manusia sejak berada dalam
usia yang sangat dini (dalam kandungan ibu), kemudian terus berproses sampai ia mencapai usia dewasa. Proses pendidikan ini bahkan
1
berlangsung tanpa dibatasi usia, kataJohn Deweydisebut sebagai long live education, pada prinsipnya bahwa pendidikan merupakan proses yang
berkelanjutan dan tidak mengenal titik akhir, ini artinya bahwa berkahirnya pendidikan berarti berakhir pula kehidupan.2 Hal ini sesuai
dengan hadits nabi bahwa:
ِﺪْ ﻠا َﱃا ِﺪْﻬَﳌا َﻦِﻣ َ ْﲅِﻌﻟا ِﺐُﻠ ْﻃُا
Artinya“Tuntutlah Ilmu Mulai dari Ayunan Hingga ke lian lahat”(HR. Ibnu al-Barr).3
َﻢْﻠِﻌْﻟا اﻮُﺗوُأ َﻦﯾِﺬﱠﻟاَو ْﻢُﻜﻨِﻣ اﻮُﻨَﻣاَء َﻦﯾِﺬﱠﻟا ُﷲ ِﻊَﻓ ْﺮﯾ
ت ﺎ َﺟ َر َد
Terjemahan:”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.”(QS.Al
-Mujadalah:11)4
Kemudian dilanjutkan di dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 5 disebutkan ayat (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; dan ayat (5) bahwa setiap warga
negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.5
Dengan demikian pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, baik kehidupan kelompok maupun kehidupan individu. Oleh sebab itu hampir
semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu yang penting dalam
2
Baharuddin, “Pendidikan Gratis dan Kualitas Pembelajaran,” (Tesis, Program Pasca Serjana UIN Alauddin Makassar 2011), h. 18.
3
Ahmad Tafsir.Pendidikan Agama dalam Keluarga. (Cet III. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h.26.
4
QS. Al-Mujadallah ayat 11. Departemen Agama RI, 2010 5
konteks pembangunan bangsa dan negara. Bahkan, negara yang notabenya sudah menjadi negara maju dan besar, juga tetap menempatkan pendidikan
sebagai prioritas utama dalam pembangunan. Ratu Elisabet II misalnya dengan tegas mengatakan dalam pidatonya di depan parlamen inggris pada
14 Mei 1977 bahwa:
Prioritas utama pemerintah sekarang adalah pendidikan, pemerintah berusaha keras dalam meningkatkan standar pendidikan disekolah dan perguruan tinggi serta berupaya menggalakkan program belajar terus menerus di tempat kerja.6
Selain itu mereka bukan saja memprioritaskan pendidikan menjadi yang utama, tetapi juga menggratiskan pendidikanya. Dan hasilnya,
kualitas pendidikan mereka jauh lebih baik. langkah ini pulalah yang kemudian di tempuh negara-negara tetangga, tidak ketinggalan Indonesia meskipun masih tergolong negara berkembang.
Pelayanan dan perolehan pendidikan masih menjadi pandangan yang tidak langkah di negara kita. Namun diskriminasi tentang perolehan
dan pemanfaatan fasilitas pendidikan masih dijumpai di berbagai daerah. Susahnya memperoleh pendidikan yang layak masih menghantui mereka yang kurang mampu.
Sangat jelas dalam Pembukaan UUD Negara RI tahun 1945 alinea ke-4 dinyatakan bahwa pemerintah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.7
Berdasarkan undang-undang tersebut seharusnya pemerintah mempunyai komitmen yang tinggi untuk melaksanakan pendidikan.
6
Kunandar,Guru Profesional, (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada 2007), h. 9. 7
Karena selain tuntutan dari undang-undang, pendidikan juga dapat meningkatkan kesejahteraan warganya. Namun kenyataan sekarang, belum
ada langkah nyata dari pemerintah. Sedikit sekali pemerintah kota/ Kabupatan yang peduli terhadap amanat undang-undang.
Majunya suatu negara dapat dilihat dari majunya pendidikan di negara tersebut. Semakin tinggi mutu pendidikan di suatu negara otomatis masyarakatnya juga semakin cerdas dan kemakmuran dari masyarakat
akan tercapai. Sejarah telah membuktikan bahwa Islam pernah mencapai puncak keemasan karena pendidikan dan telah membangun pondasi
peradaban yang gemilang bagi umat manusia, hal ini senada dengan pendapat Mulyasa bahwa:
Pendidikan memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam mengembangkan watak bangsa (National Caracter Bulding).8
Perhatian terhadap pendidikan baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoritis pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya untuk
mendewasakan manusia, sementara itu secara praktis pendidikan akan terlihat dari kelembagaanya, yang menurut undang-undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 terdapat tiga lingkungan
pendidikan yaitu pendidikan informal, pendidikan nonformal, dan pendidikan formal.
Di lihat dari sudut keteraturan kelembagaan, pendidikan nonformal dan pendidikan formal tampaknya lebih memungkinkan untuk
8
diorganisasikan secara baik dengan menerapkan prinsip-prinsip manajamen dalam berbagai fungsinya, sehingga analisis dan tinjauan terhadap peroses
penyelenggaraanya akan menjadi sesuatu yang sangat penting bagi pengembangan kelembagaan dalam proses pendidikan, dan di antara
kelembagaan pendidikan yang mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat adalah sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal sudah tentu memerlukan
pengelolaan yang impersonal, di dalamnya perlu dan harus diterapkan prinsip-prinsip manajamen modern. Dalam hubungan ini, The Six’s M yang
menjadi objek pengelolaan manajamen dapat juga diterapkan pada lembaga pendidikan. Keenam objek tersebut adalah;
1. Man (manusia)
2. Money (dana/uang) 3. Material ( bahan-bahan)
4. Machine (mesin) 5. Methode (cara)
6. Market ( pasar/konsumen)9
Namun demikian hal itu sudah tentu memerlukan penyesuaian agar dapat sejalan dengan misi lembaga pendidikan sebagai lembaga nirlaba.
Dari keenam unsur tersebut, salah satu yang penting dalam lembaga pendidikan adalah masalah uang/dana. Adalah tidak mungkin lembaga
9
pendidikan dapat berjalan dengan baik tanpa ada ketersedian dana untuk melaksanakan kegiatanya dalam menyelenggarakan proses pendidikan.10
Pendidikan pada dasarnya termasuk jasa yang langka sehingga untuk memperolehnya diperlukan pengorbanan. Dilihat dari segi anggaran,
biaya pendidikan menunjukan sisi pengeluaran dari anggaran pendidikan. Besaran anggaran secara tersirat menunjukan komitmen serta perioritas kegiatan dari suatu kebijakan pendidikan. Bantuan oprasioanal sekolah
(BOS) pada dasarnya merupakan kebijakan yang berkaitan dengan anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang dimaksudkan untuk
membantu pembiayaan pendidikan dalam upaya meningkatkan aksesibilitas pendidikan serta peningkatan mutu .Dana Bantuan oprasional sekolah (BOS) lebih bersifat membantu meringankan beban biaya yang ditanggung
orang tua dalam menyekolahkan anaknya untuk mencapai penuntasan Wajar Dikdas meskipun akses memperoleh layanan pendidikan yang lebih
baik juga mendapat perhatian. Oleh karena itu, faktor pengelolaan penggunaan dana BOS dalam meningkatkan perestasi dan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun menjadi faktor tujuan penting dari kebijkan dan
BOS.
Namun kebijakan Dana BOS bukan berarti berhentinya
permasalahan pendidikan, masalah baru muncul terkait dengan penyelewengan dana BOS, dan ketidakefektifan pengelolaan dana BOS, tujuan dari pemerintah sendiri baik, namun terkadang sistem yang ada
10
menjadi bumerang dan menghadirkan masalah baru, selain itu pribadi dan budaya manusia Indonesia ikut berpengaruh terhadap penyelewengan dan
ketidakefektifan pengelolaan dana BOS. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama semua elemen dalam mewujudkan efektifitas pengelolaan dana BOS.
Dana BOS sebagai salah satu upaya meringankan beban orang tua tidak sesuai dengan pelaksanaan dan pengelolaanya, selain masih banyak kendala yang dihadapi juga terjadi penyimpangan dalam penggunaanya.
Meskipun pemerintah telah menetapkan dana sebesar 20% dari APBN untuk penyelenggaraan program pendidikan.
Dengan adanya BOS yang diberikan oleh pemerintah, diharap sekolah-sekolah akan lebih kreatif untuk melakukan hal-hal yang lebih inovatif, dan diharap kepada siswa-siswi untuk lebih bersungguh-sungguh
dalam melaksanakan pendidikan agar tujuan pendidikan yakni memenuhi mutu dan produktifitas sumber daya manusia yang unggul.11
Dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik meneliti dan ingin mengetahui sejauh mana pelaksanaan program pengelolaan dana BOS dengan melibatkan kepala sekolah, bendahara sekolah, beberapa guru dan
siswa yang merupakan objek langsung dan dengan mengobservasi gambaran efektivitas pengelolaan Dana BOS dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec.Kulo Kab. Sidrap.
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka
peneliti mengangkat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran pengelolaan Dana BOS di SMP Negeri 3 Panca
Rijang Kec. Kulo Kab. Sidrap?
2. Bagaimana Gambaran penggunaan Dana BOS dalam meningkatkan prestasi balajar Siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kec. Kulo Kab.
Sidrap?
C. Pengertian Operasional Variabel
Untuk menghindari pemahaman yang keliru atau penafsiran yang salah terhadap isi skripsi ini, serta untuk memberikan pengertian yang lebih terarah maka perlu dikemukakan pengertian variabel yang dimaksud peneliti.
Yakni Pengelolaan Dana BOS dan Prestasi Belajar Siswa.
Pengelolaan adalah pengaturan, penyusunan dan pelaksanaan
perancangan yang dibuat dan melibatkan penggemblengan semua elemen yang ada di sekolah.
Dana bantuan oprasional sekolah (BOS) adalah program pemerintah
yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib
belajar.
Sedangkan Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan efektivitas pengelolaan dana BOS dalam meningkatkan prestasi
belajar adalah ukuran yang menyatakan bahwa segala pelaksanaan dan pemanfaatan pembiayaan pendidikan dari program pemerintah bagi satuan
pendidikan dapat mengahasilkan siswa yang berprestasi dalam sebuah lembaga pendidikan.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan dana BOS di SMP Negeri 3
Panca Rijang Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap.
b. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan dana BOS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang
Kecamatan Kulo kabupaten Sidrap. 2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi pengelolaan Dana BOS di Sidrap.
b. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dalam mengembangkan dan memberi tambahan pengetahuan didunia pendidikan dengan landasan
dan kerangka teoritis yang ilmiah.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif dalam
efektifitas pengelolaan dana BOS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
d. Sebagai acuan bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar di
E. Garis Besar Isi Skripsi
Untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan sistematis, penulisan
skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab di rinci ke dalam beberapa sub bab yang tidak terpisahkan gambarannnya adalah sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan yang diawali dengan uraian latar belakang masalah yang akan mengungkap kerangka dasar mengenai pemikiran awal yang menjadi alasan untuk mengambil judul tersebut. Berikutnya adalah
rumusan masalah yang menjadi topik inti dari pembahasan dalam skripsi ini. Kemudian dikemukakan pengertian judul atau defenisi operasional untuk
menghindari pemahaman yang salah terhadap isi skripsi ini. Berikutnya penulis mengemukakan tujuan dan kegunaan penelitian agar penelitian ini tepat sasaran, baik kegunaan secara ilmiah maupun kegunaan secara praktis.
Pada bagian akhir bab ini dipaparkan garis besar isi skripsi.
Bab II adalah tinjauan pustaka yang berisi kerangka konseptual
mengenai pembahsan dalam skripsi ini. Pada bagian ini diawali dengan mengemukakan tentang kebijakan pendidikan kemudian efektifitas pengelolaan dana BOS. Selanjutnya penulis menjelaskan tentang prestasi
belajar siswa, faktor-faktor yang mempengaruhinya dan indikator prestasi belajar.
Bab IV hasil penelitian, memuat hasil-hasil penelitian yang memberikan gambaran tentang pembahasan isi skripsi yang mengacu pada
penelitian lapangan (field Research) yang meliputi gambaran umum atau selayang pandang SMP Negeri 3 Panca Rijang Kecamatan Kulo Kabupaten
Sidrap. Kemudian deskripsi tentang efektifitas pengelolaan Dana BOS. Kemudian penulis mengemukakan peningkatkan prestasi belajar siswa. Kemudian penulis mengemukakan apakah ada pengaruh pengelolaan Dana
BOS terhadap prestasi belajar siswa di SMP Negeri 3 Panca Rijang Kecamatan Kulo Kabupaten Sidrap.
Bab V penutup yang meliputi kesimpulan hasil penelitian berdasarkan dengan rumusan masalah yang ada. Dan saran-saran yang dianggap perlu agar tujuan penelitian dapat tercapai dan dapat bermanfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Pendidikan
Program yang dapat menyiapkan arah perkembangan masyarakat
Indonesia di masa depan adalah pendidikan. Pendidikan dalam konsep pengembangan masyarakat merupakan dinamisasi dalam pengembangan
manusia yang beradab. Pendidikan tidak hanya terbatas berperan pada pengalihan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja.
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan memiliki fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Proses pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi sosial) antara pendidik dan peserta didik dengan menggunakan isi, metode, dan alat
pendidikan tertentu yang berlangsung dalam suatu lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Karakteristik pergaulan
yang mengandung situasi pendidikan sebagai suatu proses pendidikan adalah adanya upaya mempengaruhi, pengaruh itu datangnya dari orang dewasa yang ditujukan kepada peserta didik agar mencapai kedewasaan.2 Pencapaian
tujuan pendidikan nasional, dunia pendidikan kita secara nasional dihadapkan pada salah satu masalah besar yakni peningkatan mutu dan relevansi
1
Undang-Undang RI, Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3. H.15
2
pendidikan. Masalah ini menjadi faktor yang paling penting dalam pembangunan pendidikan nasional. Pembangunan pendidikan menjadi tolok
ukur kemajuan SDM suatu negara.3
Pendidikan pada dasarnya adalah proses yang berkaitan dengan upaya
untuk mengembangkan diri seseorang dalam tiga aspek kehidupannya, yakni pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bisa dilaksanakan di sekolah, luar
sekolah dan keluarga. Kegiatan di sekolah direncanakan dan dilaksanakan secara ketat dengan prinsip-prinsip yang sudah ditetapkan. Pelaksanaan di
luar sekolah, meski memiliki rencana dan program yang jelas tetapi pelaksanaannya relatif longgar dengan berbagai pedoman yang relatif fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Pelaksanaan
pendidikan dalam keluarga dilaksanakan secara informal tanpa tujuan yang dirumuskan secara baku dan tertulis. Dengan mendasarkan pada konsep
pendidikan tersebut di atas, maka sesungguhnya pendidikan merupakan pembudayaan. suatu proses untuk memposisikan seseorang mampu hidup dalam suatu budaya tertentu. Konsekuensi dari pernyataan ini, maka praktek
pendidikan harus sesuai dengan budaya masyarakat akan menimbulkan penyimpangan yang dapat muncul dalam berbagai bentuk
goncangan-goncangan kehidupan individu dan masyarakat.4
3
Sitti Mania, “Profesionalitas Kepala Sekolah: Analisis Idealita dan Realita,” Lentera
Pendidikan, vol. 14 no. 1 (Juni 2011), h. 52-53.
http://ejurnal.uin-alauddin.ac.id/artikel/04%20Profesionalitas%20Kepala%20Sekolah%20-%20Sitti%20Mania.pdf. (29 Mei 2013).
4
http://ft-Persoalan dasar yang menyebabkan masih buramnya kondisi pendidikan Indonesia adalah menyangkut problem kebijakan. Paling tidak
ada tiga kelemahan berkaitan dengan kebijakan pendidikan kita, yaitu: elitisme perumusan kebijakan, distorsi implementasi, serta keseluruhan
prosesnya cenderung bersifat instan. Hal ini mengindikasikan adanya kerapuhan dalam hal dasar-dasar ideologis terhadap kebijakan pendidikan yang digunakan. Oleh karenanya, pilihan ideologi menuju kebijakan yang
mendorong tumbuhnya sikap kritis partisipatoris menjadi sangat penting.5 Arah kebijakan pendidikan nasional dititikberatkan pada peningkatan
mutu, otonomi, dan peningkatan daya saing bangsa. Daya saing bangsa dapat dimaknai sebagai kemampuan penyelenggaraan pendidikan yang sanggup berkompetisi dalam hal kualitas dengan bangsa-bangsa lain. Beberapa
komponen penting yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk itu adalah penguasaan IPTEK bagi siswa dan sekaligus menjadi salah satu kunci
keunggulan suatu bangsa di era globalisasi ini. Sementara itu, peningkatan sumber daya manusia merupakan faktor penentu lainnya sekaligus merupakan aset bangsa.
Fakta menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia kita cukup jauh tertinggal dari negara maju lainnya. Indonesia harus bekerja keras untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia yang masih jauh tertinggal. Upaya
unm.net/medtek/Jurnal_MEDTEK_Vol.3_No.2_Oktober_2011_pdf/Jurnal%20PAk%20Muis.pdf. (29 Mei 2013).
5
Arif Rohman, “Akar Ideologis Problem Kebijakan di Indonesia,”Fondasia,vol. II no. 2/Th. I (September 2002), h. 1. http:
yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah di Indonesia antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, sistim
evaluasi, sarana pendidikan, materi ajar, mutu guru, dan tenaga kependidikan lainnya. Namun, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan
terhadap peningkatan mutu pendidikan. hal ini diindikasikan dengan nilai hasil evaluasi belajar untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA yang cenderung tidak menunjukkan peningkatan yang berarti bahkan
dapat dikategorikan konstan dari tahun ke tahun.6
Kebijakan pendidikan jika diartikan sebagai kebijakan publik adalah
pertama, kebijakan pendidikan berkaitan dengan upaya pemberdayaan
peserta didik. Oleh karena pendidikan merupakan ilmu praksis maka kebijakan pendidikan merupakan proses pemanusiaan yang terjadi dalam
lingkungan alam dan sosialnya sehingga kebijakan pendidikan adalah penjabaran dari visi dan misi dari pendidikan dalam masyarakat tertentu.
Sedangkan validasinya terletak pada seberapa besar sumbangan kebijakan tersebut bagi proses pemerdekaan individu dan pengembangan pribadi individu yang kreatif dalam mentransformasikan masyarakat serta
kebudayaannya.
Kedua, kebijakan pendidikan lahir dari ilmu praksis pendidikan
sehingga kebijakan pendidikan meliputi proses analisis kebijakan, perumusan kebijakan, implementasi dan evaluasi kebijakan. Proses kebijakan tersebut
6
dapat menggunakan model-model yang telah baku, walaupun model-model tersebut mempunyai kelemahan dan kekurangan, namun dengan kombinasi
berbagai model dapat dihasilkan proses kebijakan yang layak.
Ketiga, pendidikan milik masyarakat (barang publik) maka suara
masyarakat dalam berbagai tingkat perumusan, pelaksanaan dan evaluasi kebijakan perlu di dengar dan di akomodasi. Selain itu, pendidikan sebagai barang publik hendaknya ditangani oleh pemerintah dan upaya menyerahkan
pendidikan ke pasar merupakan suatu proses komersialisasi dan hal ini akan merugikan kepentingan bangsa yang lebih luas melebihi semata-mata
pertimbangan kelangkaan sumber dana.
Keempat, merujuk kepada filsafat moral maka kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik bukan kebijakan pendidikan bagian dari kebijakan
publik. Selain alasan filsafat moral yang memposisikan kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik, juga didukung oleh teori kegagalan pasar dalam
teori ekonomi politik.7
Disadari sepenuhnya bahwa pendidikan di Indonesia saat ini belum mampu membentuk karakter bangsa. Pendidikan telah menjadi barang
mewah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi sehingga pendidikan telah berubah menjadi lahan bisnis. Hal ini
mengakibatkan jumlah pengangguran selalu meningkat dari waktu ke waktu
7
Aminuddin Bakry, “Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik,”Jurnal MEDTEK, vol. 2 no. 1 (April 2010), h. 12.
akibat pendidikan yang tidak memadai. Disamping itu dari tahun ke tahun biaya pendidikan semakin hari semakin melambung tinggi.
Biaya pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: besar kecilnya sebuah institusi pendidikan, jumlah siswa, tingkat gaji guru atau
dosen yang disebabkan oleh bidang keahlian atau tingkat pendidikan, ratio siswa berbanding guru / dosen, kualifikasi guru, tingkat pertumbuhan penduduk (khususnya di negara berkembang), perubahan kebijakan dari
pendapatan (revenue theory of cost). Dalam menghitung biaya pendidikan ini, faktor input dan output dari pendidikan serta proses yang ada didalamnya
yang dikaitkan dengan program pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi, dapat dihitung menggunakan teknik (cost analysis): (1) productifity measurementatau analisacost-effectivenessatau (2) analisacost-benefit.
Hasil perhitungan biaya pendidikan dapat mengevaluasi apakah investasi tersebut menguntungkan atau tidak baik untuk individu tersebut
(private rate of return) ataupun untuk masyarakat secara luas (social rate of return). Isu lain yang berkaitan dengan biaya pendidikan ini adalah:
perbedaan pengeluaran anggaran di bidang pendidikan di negara maju dengan
negara berkembang, perbedaan biaya sekolah baik di institusi pendidikan negeri maupun swasta. Selain itu juga perbedaan biaya untuk pendidikan
termasuk investasi pendidikan terkait dengan program peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sistem biaya pendidikan merupakan proses di mana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk
sangat bervariasi tergantung dari kondisi masing-masing negara seperti kondisi geografis, tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum
pendidikan, ekonomi pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah. Sementara itu terdapat beberapa faktor yang perlu
diperhatikan untuk mengetahui sesuai tidaknya sistem dengan kondisi negara. Untuk mengetahui apakah sistem tersebut memuaskan, dapat dilakukan dengan cara: (1) menghitung berbagai proporsi dari kelompok usia, jenis
kelamin, tingkat buta huruf; (2) distribuasi alokasi sumber daya pendidikan secara efisien dan adil sebagai kewajiban pemerintah pusat mensubsidi sektor
pendidikan dibandingkan dengan sektor lainnya.8 Contoh kebijakan yang paling kontroversial selama tiga tahun terakhir adalah penyelenggaraan ujian nasional. Meski dikritik dan ditentang kalangan akademisi karena dianggap
melanggar prinsip-prinsip pedagogis dan UU No 20/2003 tentang Sisdiknas, pemerintah tetap menjalankan kebijakan tersebut. Contoh lain adalah
mekanisme penyaluran dana bantuan operasional sekolah (BOS) yang diperuntukkan bagi pembiayaan pendidikan dasar (SD/MI/salafiah dan SMP/MTs/salafiah). Seharusnya, pembiayaan pendidikan dasar sebagai salah
satu urusan wajib yang menjadi wewenang pemerintah daerah disalurkan melalui mekanisme pembiayaan desentralisasi. Tapi, karena menjadi bagian
dari program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak (PKPS BBM), dana BOS justru disalurkan melalui mekanisme pembiayaan
8
Nanang Fattah, “Pembiayaan Pendidikan: Landasan Teori dan Studi Empiris,”Jurnal Pendidikan Dasar,no. 9 (April 2008), h. 1.
dekonsentrasi. Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada pemerintah kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/ atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
Tiga hal yang menjadi indikator keengganan pemerintah dalam
mendorong percepatan desentralisasi pendidikan. Pertama, selain proyek fasilitas pembentukan dewan pendidikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta komite sekolah, hampir tidak ada program signifikan
dalam pemberdayaan kedua institusi baru tersebut yang didanai APBN/APBD.
Kedua,sejak UU Sisdiknas diberlakukan pada 8 Juli 2003 hingga hari ini (sekitar 5 tahun), pemerintah baru menerbitkan dua peraturan pelaksanaannya. Kedua peraturan itu adalah PP No 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan serta UU No 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Padahal, UU Sisdiknas membutuhkan tidak kurang dari satu lusin peraturan
pelaksanaan. Peraturan pelaksanaan yang tidak kalah mendesak untuk diterbitkan seperti yang mengatur pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, pendanaan, dan pengelolaan pendidikan.
Ketiga, kebijakan ujian nasional. Di luar perdebatan tentang aspek pedagogis dan yuridis terkait dengan UU Sisdiknas yang selama ini
berkembang, pelaksanaan ujian nasional merupakan cermin semangat anti desentralisasi yang diidap pejabat Depdiknas. Pemberian wewenang tersebut dimaksudkan agar mutu lulusan sekolah setempat meningkat melalui
berganda, tapi jawaban tertulis (esai). Selain itu, Depdiknas akan membentuk Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) yang bertugas menilai
pelaksanaan UAN di sekolah. Jika sekolah tidak serius melaksanakan UAN, akreditasi sekolah dinyatakan rendah.9
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Indonesia, pemerintah selalu mencari solusi yang tepat, baik itu dari segi kurikulum, proses pembelajaran, sarana dan prasarana sampai dengan
pembiayaan. Dengan peningkatan mutu pendidikan, berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa sehingga tujuan pendidikan nasional dapat
dicapai.
Program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau
adalah program pendidikan wajib belajar pendidikan dasar (wajar Dikdas) 9 tahun. Program wajar Dikdas ini dilakukan baik melalui jalur formal maupun
nonformal, yang mencakup SD/MI atau SMP/MTs, dan pendidikan nonformal kesetaraan SMP. Seluruh anak usia 7 sampai 15 tahun, baik laki-laki maupun perempuan, dan anak-anak yang memerlukan perhatian khusus
dalam memperoleh pendidikan, setidak-tidaknya dapat bersekolah sampai ke sekolah menengah pertama atau sederajat.
Semakin meningkatnya biaya pendidikan dari waktu ke waktu, tak jarang menimbulkan keresahan bagi orang tua, apalagi orang yang tidak mampu. Keinginan besar bagi mereka agar anaknya mendapatkan pendidikan
9
yang setinggi-tingginya, membuat orang tua harus memutar otak untuk mendapatkan biaya pendidikan.
Untuk mengurangi beban orang tua siswa dan untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan yang lebih baik, pemerintah memberikan
program dana bantuan operasional sekolah (BOS). Pemerintah melalui program dana BOS ini akan turun keseluruh daerah yang ada di Indonesia, untuk memberikan bantuan kepada murid/siswa yang kurang mampu
sehingga mereka semua dapat tetap bersekolah.
Peran pemerintah terhadap pedidikan telah banyak usaha yang
dilakukan dalam memajukan dunia pendidikan seiring globalisasi, di antaranya yang terkait dengan pendidikan anak wajib belajar 9 tahun, karna pemerintah memberikan subsidi biaya pendidikan terhadap pendidikan 9
tahun seperti subsidi SPP, dan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Bantuan ini diberikan ke sekolah-sekolah bertujuan agar anak-anak Indonesia
secara adil mengecap pendidikan minimal tamat SLTP dan kepada orang tua anak agar tidak lagi dipungut biaya sekolah.10
Kebijakan pemerintah melalui Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) diyakini oleh berbagai pihak tidak akan mampu mengurangi angka Drop Out (DO) apalagi menghilangkannya. Biaya-biaya atau
pungutan-pungutan yang selama ini dipungut oleh sekolah tidak akan mampu ditutupi
10
Nurlina, “Women Vegetable Traders in Improving Children’s Education in West Padang,” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol. 4 no. 1 (Januari 2013), h. 43.
oleh BOS. Ini dapat kita lihat dari besaran dana yang diterima adalah SD dan sederajat mendapat Rp. 580.000,-/siswa/tahun, SMP dan sedererajat
mendapat Rp. 710.000,-/siswa/tahun.11 Untuk kondisi sekarang, jelas bantuan ini tidak akan cukup untuk membiayai kebutuhan sekolah karena
tingginya angka pungutan yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Keadaan ini menyebabkan pendidikan terasa semakin mahal dan hanya akan bisa dinikmati oleh kalangan yang mampu.12
Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menyediakan pendidikan yang berkualitas. Salah satu di antaranya adalah menyediakan
Biaya Operasional Sekolah (BOS). Pada tahun 2005 pemerintah menyediakan Dana BOS untuk SD/MI, SMP/MTs, dan satuan setingkat sebesar 5,1 triliun rupiah, kemudian tahun 2006 sebesar 11,6 triliun rupiah.
BOS dimaksudkan untuk menutupi biaya operasional dan mengurangi serta meniadakan biaya pendidikan yang dipungut dari orang tua siswa, khususnya
pada jenjang pendidikan dasar 9 tahun yang merupakan program wajib belajar. Dengan penyediaan dana BOS ini diharapkan tidak ada alasan bagi orang tua untuk tidak mengirimkan anaknya ke sekolah karena
ketidakmampuan membayar uang sekolah.
Selain dana BOS, untuk biaya operasional pemerintah juga
memberikan biaya melalui skema pemberian Dana BOS buku yang bertujuan
11
Kemendikbud, Peraturan Menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 76 tahun 2012 ‘’petunjuk teknis penggunaan dan pertanggungjawaban Dana BOS tahun 2013,h 3.
12
meningkatkan kualitas sekolah. Pada tahun 2006 pemerintah menyediakan 40,3 juta eksemplar buku pelajaran pokok untuk SD/MI, dan 12,97 juta
eksemplar pada tahun 2007. Untuk SMP/MTs pada tahun 2006 disediakan 22,79 juta eksemplar dan pada tahun 2007 sebesar 9,6 juta eksemplar. Upaya
lain untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan juga dilakukan, seperti penambahan pembangunan perpustakaan, workshop, laboratorium IPA, laboratorium bahasa dan multimedia serta penyediaan peralatan
laboratorium lainnya.13
Dalam menunjang kualitas pendidikan, perlu juga disediakan sarana
dan prasarana seperti perpustakaan, buku teks, buku pegangan guru. Khusus penyediaan buku teks, sekurang-kurangnya harus terpenuhi satu buku teks untuk setiap pelajaran yang dapat dipakai oleh setiap siswa. Untuk
meningkatkan kualitas, perlu disediakan pula buku rujukan dan pengayaan serta sumber belajar lain yang dapat diakses oleh siswa dan guru. Selain
perpustakaan dan buku serta sumber belajar lain juga perlu penyediaan laboratorium, seperti laboratorium IPA dan komputer dan untuk tingkat SMP/MTs juga laboratorium bahasa.14
Sekurang-kurangnya ada empat hal yang bisa diperbaiki guna meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Pertama, berhubungan dengan
akses dan infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud di sini tidak hanya mencakup sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah. Dalam
13
Mohammad Ali,Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional(Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama 2009, Jakarta), h. 20.
14
kaitan ini pemerintah harus dapat menyediakan infrastruktur jalan dan transportasi yang memadai agar anak dapat bersekolah dengan nyaman.
Kasus anak-anak di Banten yang harus menantang maut, menyeberangi jembatan yang runtuh di atas arus Sungai Ciberang yang deras agar bisa
sekolah, tak boleh lagi terjadi. UUD 1945 menjamin hak setiap warga negara mendapatkan pendidikan yang layak dan negara dalam hal ini berkewajiban memenuhi hak itu.
Kedua, program pendidikan dasar gratis memang dari segi kuantitas dapat dikatakan berhasil karena angka partisipasi siswa SD hampir mencapai
100 persen, tetapi tidak dari segi kualitas.
Ketiga, privatisasi dalam bidang pendidikan walau diperlukan untuk menunjang kinerja pemerintah telah memperlebar jurang pencapaian prestasi
antara anak dari keluarga berkecukupan dan anak dari keluarga tak mampu. Salah satu contoh dapat dilihat dari dominasi siswa dari sekolah swasta yang
meraih prestasi di ajang olimpiade ataupun kompetisi bergengsi lain.
Ketimpangan ini dapat terjadi karena sekolah swasta dengan uang sekolah yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah negeri mempunyai
anggaran lebih besar untuk terus memperbarui infrastruktur dan fasilitasnya. Swasta juga memiliki daya tarik lebih kuat bagi calon guru dengan
kompetensi yang tinggi. Selain gaji yang lebih tinggi, lingkungan kerja pun pendidikan yang diterima oleh siswa di seluruh pelosok Indonesia lebih baik.
Keempat, mengacu pada ketiga hal di atas, dapat dipastikan
mempersiapkan siapa saja baik yang terlahir di keluarga kaya maupun miskin untuk bisa mendapatkan kesejahteraan hidup.
Tren masyarakat dan dunia kerja yang menekankan pencapaian akademis membuat persekolahan yang bertumpu pada ekonomi pasar secara
tidak langsung berperan memperuncing ketidaksetaraan ekonomi-sosial yang ada. Meminjam rumusan Pierre Bourdieu, anak dari keluarga kaya punya tendensi untuk bertahan di piramida sosial atas karena mereka ditunjang
budaya keluarga yang sejalan dengan budaya dominan: materi dan jaringan yang tidak dimiliki anak yang terlahir di keluarga miskin. Walaupun keempat
hal di atas masih menjadi tantangan besar dalam dunia pendidikan Indonesia, bukan berarti hal tersebut tidak dapat dibenahi. Bantuan pendidikan, seperti bantuan operasional sekolah dan anggaran pendidikan yang mencapai 20
persen dari total APBN/APBD, adalah awal yang baik.15
Pembangunan suatu sistem pendidikan yang baik, dibutuhkan
perencanaan dan standar pengelolaan pendidikan yang baik pula. Untuk itu, tingkat satuan pendidikan sebagai unit terkecil pengelolaan pendidikan perlu dibenahi dengan baik. Standar pengelolaan pada tingkat sekolah diatur
melalui Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang
berlaku secara nasional, beberapa aspek standar pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi adalah meliputi:
15
Tracey Yani Harjatanaya, “Pendidikan Indonesia, Sebuah Evaluasi,”Kompas.com. 02 Mei 2012.
a. Perencanaan program dan pelaksanaan rencana kerja b. Pengawasan dan evaluasi
c. Kepemimpinan sekolah/madrasah d. Sistem informasi manajemen.
Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi sekolah, tujuan sekolah, rencana kerja sekolah.16
B. Efektifitas Pengelolaan Dana BOS
Untuk memahami tentang efektifitas pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan baik, berikut penulis paparkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pengertian efektifitas dan pengelolaan
Efektifitas Merupakan ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan
(kuantitas, kualitas, waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan efektifitas adalah sama dengan hasil nyata dibagi dengaan hasil yang
diharapkan, sedangkan Pengelolaan suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang
dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.
16
2. Bantuan Operasional Sekolah
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang
pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.17
Menurut peraturan Mendiknas Nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai
bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai
Standar Nasional Pendidikan. Dana BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program
wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.18
Biaya operasional meliputi biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan jam mengajar, guru tidak tetap, pegawai tidak tetap, uang lembur dan pengembangan profesi guru, musyawarah guru mata pelajaran,
musyawarah kerja kepala sekolah, kelompok kerja kepala sekolah, kelompok kerja guru, dan lain-lain). Biaya non operasional adalah biaya
untuk menunjang kegiatan pembelajaran, evaluasi penilaian, perawatan/pemeliharaan, daya dan jasa, pembinaan kesiswaan, rumah
17
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,op. cit., h. 9.
18
tangga sekolah dan supervisi. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimaksud dalam program kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar
minyak (PKPS-BBM) bidang pendidikan ini secara konsep mencakup komponen untuk biaya operasional dan non operasional hasil studi badan
penelitian dan pengembangan departemen pendidikan nasional (Balitbang Kemendikbud), namun karena biaya satuan yang digunakan adalah biaya rata-rata nasional maka penggunan dana BOS dimungkinkan untuk
membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Secara detail beberapa jenis kegiatan yang boleh
dibiayai oleh dana BOS sangat banyak namun diperioritaskan untuk biaya operasional non personil bagi sekolah.19
Prinsip mekanisme pengalokasian dana BOS adalah harus
transparan dan akuntabel. Pencairan dana BOS tahun 2012 ini berbeda dibandingkan tahun-tahun lalu. Kali ini dana dari pusat langsung transfer
ke propinsi. Pemerintah propinsi yang bertanggung jawab menyalurkan ke sekolah-sekolah melalui transfer bank (rekening BOS di sekolah bersangkutan).20
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan 2009 sebagaimana yang tercantum dalam Buku Panduan BOS menyatakan
bahwa tujuan khusus bantuan operasional sekolah adalah sebagai berikut :
19
Luqman Hakim, “Analisis Pemantauan Outcome Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di Madrasah Tsanawiyah Gresik” (Tesis diterbitkan, Jurusan Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2007), h. 23.
20
1. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari beban biaya operasional sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta.
2. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya operasional sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI).
3. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di sekolah swasta.21
Tiga tahun kemudian, pemerintah mengadakan sedikit revisi mengenai
tujuan khusus bantuan operasional sekolah. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan tahun 2012 menyatakan bahwa :
1. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam
bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;
2. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan
SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan
SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih;
3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.22 Namun, secara umum program Bantuan Operasional Sekolah itu bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.
Perencanaan program dilakukan secara terpusat yang dilaksanakan
oleh Kementerian pendidikan dan kebudayaan dan kementerian agama.
21
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,op. cit., h. 4.
22
Pengalokasian jumlah penerima BOS dilakukan oleh Tim PKPS BBM Pusat yang penetapannya berdasarkan data yang diusulkan dan setelah memperoleh
verivikasi dari Tim PKPS BBM Propinsi dan Tim PKPS BBM Kabupaten/Kota. Tim PKPS BBM Kabupaten/Kota yang selanjutnya
menetapkan sekolah penerima dana BOS.23
Pelaksanaan program BOS mengacu pada petunjuk pelaksanaan program yang ditetapkan oleh Kementerian pendidikan dan kebudayaan dan
kementerian agama. Buku petunjuk tersebut digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program bagi seluruh pengelola
pendidikan dari tingkat pusat sampai tingkat sekolah. Masyarakat (wali siswa) dilibatkan dalam penentuan penggunaan dana BOS. Selanjutnya sekolah yang akan bertindak sebagai pengelola dana BOS.24
C. Kebijakan Program BOS
Menurut Kemendikbud 2010 seperti yang tercantum dalam Buku
Panduan BOS menyatakan bahwa Kebijakan dasar pelaksanaan program BOS adalah sebagai berikut :
a. Biaya satuan BOS, termasuk BOS buku, untuk tiap siswa/tahun mulai Januari 2009 naik secra signifikan menjadi : SD di kota Rp 400.000, SD di kabupaten Rp 397.000, SMP di kota Rp 575.000, dan SMP di
kabupaten Rp 570.000.
23
Kementerian Pendidikan & Kebudayaan dan Kementerian Agama, Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Operasional Sekolah PKPS BBM Bidang Pendidikan(Jakarta: 2005).
24
b. Dengan kenaikan guru PNS dan kenaikan BOS sejak januari 2009, semua SD dan SMP negeri harus membebaskan siswa dari biaya
operasional sekolah, kecuali RSBI dan SBI
c. Pemda wajib mengendalikan pungutan biaya operasional di SD dan
SMP swasta sehingga siswa miskin bebas dari pungutan tersebut dan tidak ada pungutan berlebihan pada siswa mampu
d. Pemda wajib mensosialisasikan dan melaksanakan kebijakan BOS serta
menyanksi kepada pihak yang melanggarnya
e. Pemda wajib memenuhi kekurangan biaya operasional sekolah dari
APBD
f. Pemda wajib menyediakan dana untuk pengelolaan dan monitoring program BOS bagi Tim Manajemen BOS Provinsi/Kab/Kota, serta
pengawasan program BOS dari sumber APBD.25
D. Penggunaan Dana BOS
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal
1 Ayat 1), dan Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
25
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2).
Untuk mewujudkan cita-cita luhur tesebut, pemerintah menetapkan 8 Standar Nasional Pendidikan Indonesia yang menjadi pedoman bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional
Pendidikan Indonesia:
1. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan
peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi
lulusan minimal mata pelajaran.
2. Standar Isi
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
3. Standar Proses
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang
harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan
Kompetensi Sosial.
Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs,
Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan
pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan.
5. Standar Sarana dan Prasarana
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan
satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin,
instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang
proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
6. Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan
oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah.
tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan
atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain
sebagainya.
8. Standar Penilaian Pendidikan
Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud
di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Kemendikbud sebagaimana yang tercantum dalam Buku Petunjuk Teknis Penggunaan dana BOS tahun 2013 bahwa Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama
Hasil kesepakatan dan keputusan harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan ditandatangani oleh peserta rapat.26
Tabel 2.1 Penggunaan dana BOS berdasarkan Juknis tahun 2013.
26
36 memenuhi rasio satu siswa satu buku
•Biaya pendataan pokok pendidikan karya ilmiah remaja, pramuka dan palang
Termasuk untuk : •Honor jam
mengajar tambahan
Sekolah (UKS) lomba •Fotokopi
•Membeli alat olah raga, alat kesenian
dan biaya pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris
•Minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah •Pengadaan suku cadang
alat kantor 6 Langganan daya dan
jasa
•Listrik, air, dan telepon, internet (fixed/mobile modem) baik dengan cara berlangganan maupun prabayar
•Pembiyaan penggunaan internet termasuk untuk pemasangan baru
•Membeli genset atau jenis lainnya yang lebih cocok di daerah tertentu misalnya panel surya, jika di sekolah tidak ada voucher sebesar Rp. 250.000 per bulan
sekolah (kamar mandi dan WC), perbaikan lantai ubin/keramik dan perawatan fasilitas honorer harus sesuai bidang yang yang terkait langsung dengan peningkatan mutu pendidik dan ditugaskan oleh sekolah tahun anggaran yang
sama hanya
transportasi sederhana bagi siswa miskin yang akan menjadi barang inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll)
•Membeli seragam, sepatu dan alat tulis bagi siswa penerima bantuan siswa miskin (BSM) termasuk tinta printer, CD danflash disk) •Penggandaan,
surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos 12 Pembelian perangkat
komputer
•Desktop/work station •Printer atau printer plus
scanner
13 Biaya lainnya jika seluruh komponen 1 s.d 12 telah
•Pembelian meja dan kursi siswa jika meja dan kursi yang ada sudah rusak berat
E. Prestasi Belajar Siswa
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata ,
yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai makna arti yang berbeda. Oleh karena itu sebelum membahas pengertian prestasi belajar maka kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan
prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi
tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan suatu kegiatan. Pencapaian prestasi tidaklah mudah, akan tetapi kita harus menghadapi berbagai rintangan dan hambatan hanya dengan keuletan dan
optimis dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Karna sebuah prestasi seseorang dapat diukur berdasarkan dua konsep yaitu efisiensi
dan efektifitas. efisiensi berarti menjalankan pekerjaan dengan benar, sedangkan efektifitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat.27
Berbagai kegiatan dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenagan
dari masing-masing individu. Pada prinsipnya setiap kegiatan harus digeluti secara optimal. Sedangkan Belajar adalah proses aktif dalam 27
memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku.28 Belajar juga berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif, dengan fakta sebanyak-banyaknya, jadi belajar dalam hal ini dipandang sebagai proses validasi atau
pengabsahan terhadap penguasaan siswa kepada materi yang telah dipelajari, sedangkan ukuran keberhasilannya adalah dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.29
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupkan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Misalnya ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu
kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Sejalan dengan pendapat ini, maka seseorang yang telah belajar akan ditandai dengan banyaknya
fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan, sehingga hasil-hasil belajar akan tampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu sebagai hasil latihan. Untuk
banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dengan berbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang
28
Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawan,Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 4.
29
otomatis. Seperti misalnya agar seseorang siswa mahir dalam matematika, maka ia harus banyak dilatih mengerjakan soal-soal latihan.30
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam sebuah aspek tingkah laku.
Secara kuantitatif (ditinjauh dari sudut jumlah), belajar berarti
kegiatan pengisiaan atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari
sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.
Secara instuksional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses’’validasi’’ atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa
atas materi-materi yang telah dipelajari. Bukti institusional yang menunjukan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses mengajar.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi
siswa.31 Pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa “Belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
30
Slameto, Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (cet,5; jakarta; Rineka cipta,2010), h.1-2.
31