• Tidak ada hasil yang ditemukan

KASIDMS GURUMI PAI SFAKULTASTARBI YAHDANKEGURUAN UNI VERSI TASI SLAM NEGERI( UI N)ALAUDDI N MAKASSAR 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KASIDMS GURUMI PAI SFAKULTASTARBI YAHDANKEGURUAN UNI VERSI TASI SLAM NEGERI( UI N)ALAUDDI N MAKASSAR 2011"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

Gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S. Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama

Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

HAJERAH

(2)

ii

MAKASSAR

2011

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusunan sendiri, jika dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat dari orang lain secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Makassar, 05 Maret 2011

HAJERAH

(3)

iii

27.04.10.000574 , mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul: “Dampak Perilaku Guru Terhadap Mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.

Makassar, 5 Maret 2011

(4)

iv

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Peranan Guru PAI Dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Murid di MIS Ma’arif Borongkapala Kecamatan

Tompobulu Kabupaten Bantaeng.” yang disusun oleh Saudara Muh

Saleh NIM 20100107-00925 Mahasiswa Program Peningkatan Kualifikasi Guru MI/PAIS melalui Dual Mode Sistem pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang

munaqasyah

yang dilaksanakan pada hari Rabu 27 Juli 2011 M bertetapan dengan 25 Sya’ban 1432 H. dan dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan beberapa perbaikan.

27 Juli 2011 M

Samata-Gowa,

25 Sya’ban 1432

H

DEWAN PENGUJI

(SK Dekan Nomor. 038/Kw-DMS/2011)

(5)

v

Pembimbing : Prof. Dr. H. Mappanganro, MA (………...) Disahkan :

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

DR. H. Salehuddin, M.Ag Nip. 19541212 198503 1 001

KATA PENGANTAR

ﻧﺒ

ﻴﺎ

ﺀ ﻷﺍ

ﻰ ﻡﻼ ﺍﻟ

ﺴ ﻭ ﺓﻼ ﺍﻟ

ﺼ ﻭ

ﺎﻟ

ﺍﻟ

ﺏ ﻟﻠ

ﺍﻟ

ﺎﺑ

ﻭﺍ

ﺍﻟ

ﻧﺎ ﺳ

ﻠﻴ

ﺍﻟ

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Demikian pula, salam dan shalawat penulis peruntukkan kepada Nabi Muhammad saw.

(6)

vi Makassar.

2.

Muh. Takbir, Suami Penulis yang tercinta yang tidak kenal lelah dengan penuh kasih sayang memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

3. Bapak Dr. H.Salehuddin, M.Ag, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

4. Bapak, Dr. Susdiyanto, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar dan sekaligus juga sebagai pembimbing dalam penulisan skripsi ini.

5. Prof.Dr.H.Mappanganro, M.A, dosen pembimbing penulis, karena beliaulah yang telah meluangkan waktunya membimbing penulis sehingga karya tulis ini dapat terwujud.

(7)

vii

Makassar, 28 Juli 2011 Penyusun

HAJERAH

Nim. 27.04.10.000574

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

ABSTRAK ix

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Pengertian Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian 4

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 7

(8)

viii 27

BAB III METODE PENELITIAN 33

A. Populasi dan Sampel 33

B. Instrumen Penelitian 35

C. Prosedur Pengumpulan Data 37

D. Teknik Analisis Data 38

BAB IV HASIL PENELITIAN 41

A. Gambaran Tentang Lokasi Penelitian 41 B. Perilaku Guru dalam Proses belajar mengajar di MIN

Dampang Kab. Bantaeng 47

C. Upaya yang dilakukan Guru terhadap Mutu

Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng 52 D. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Guru

terhadap mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab.

Bantaeng 59

BAB V PENUTUP 65

A. Kesimpulan 65

B. Saran-saran 66

DAFTAR PUSTAKA 68

(9)

x Dampang Kab. Bantaeng.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan permasalahan, bagaimana perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng, upaya-upaya apa yang dilakukan guru terhadap mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng, serta apa pengaruh perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara terinci tentang perilaku guru dalam proses belajar mengajar di MIN DampangKab. Bantaeng, untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru terhadap mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng, serta untuk mengetahui apakah ada pengaruh perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN DampangKab. Bantaeng.

Populasi dalam penelitian ini adalah Guru dan siswa yang berjumlah 103 orang siswa, dengan menggunakan sampel jenuh. Pengumpulan data dilakukan melalaui penelitian lapangan dengan metode angket atau kuesioner, interview, observasi, dan dokumentasi. Untuk memecahkan masalah tersebut penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan metode penelitian yaitu berupa penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan ( Field Research). Data mengenai perilaku guru serta upaya-upaya yang dilakukan guru terhadap mutu pendidikan dan pengaruh perilaku guru terhadap mutu pendidikan MIN DampangKab. Bantaeng, diperoleh dari hasil wawancara dan lembaran angket, masing-masing angket diolah dengan persentase.

(10)
(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya pembangunan potensi-potensi

yang diberikan Tuhan kepada manusia, seperti pengembangan

pikiran, penataan perilaku, pengaturan hubungan manusia dengan

Tuhannya manusia dengan manusia serta hubungannya dengan

alam ini. Tujuannya agar manusia mampu memelihara,

mengembangkan, dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada

pada dirinya dengan baik.

Pendidikan dapat berlangsung dalam tiga dimensi

yakni:lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam

pelaksanaan pendidikan ada beberapa komponen yang saling

berhubungan antara lain, kepala sekolah, guru, dan siswa.

Kemampuan guru sangat mempengaruhi kualitas siswa. Apabila

guru mampu mengajar dan mendidik secara profesional, maka

siswa pun termotivasi dalam mengikuti materi pelajaran dan patuh

terhadap petunjuk yang diberikan guru.1

(12)

Kondisi seperti ini menyebabkan lulusan lembaga pendidikan

khususnya jurusan pendidikan dipertanyakan oleh masyarakat yang

intinya difokuskan kepada guru. Hal ini didasarkan pada anggapan

bahwa guru adalah orang yang menentukan keberhasilan dalam

pelaksanaan pendidikan.

Sejalan dengan itu sebagai tenaga pengajar yang profesional

dalam melaksanakan tugasnya, guru merupakan inti, dari

pelaksanaan proses pendidikan. Konsep ini berlatar belakang dari

anggapan bahwa yang secara langsung berhadapan dengan peserta

didik adalah guru, sebagaimana yang dikemukakan dalam buku

CBSA dan proses belajar mengajar bahwa:

Guru adalah ujung tombak pendidikan, sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina, mengembangkan kemampuan siswa agar menjadi manusia cerdas, terampil dan bermoral tinggi.2

Dari uraian di atas, terlihat bahwa upaya peningkatan mutu

pendidikan difokuskan pada penataan proses belajar mengajar

dengan asumsi bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan

khususnya metode mengajar perlu dibenahi secara khusus.

h. 67

2Nana Sudjana, Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran,(Jakarta: F.F. Universitas, 1980),

h. 14

(13)

Pencapaian hasil yang optimal akan diraih bila pengolahan

pengajaran di sekolah dilakukan secara profesional, termasuk

kemampuan para guru melakukan banyak variasi mengajar.

Hal tersebut di atas, sejalan dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Drs. Wens Fanlein bahwa:

Rendahnya mutu pendidikan disebabkan oleh pemrosesan pendidikan yang jarang mendapat penanganan secara seksama, mutu pendidikan itu hanya mungkin meningkat jika pemrosesan pendidikan (PBM) juga mendapat pembenahan yang seksama.3

Begitu pula rendahnya mutu pendidikan itu sangat berkaitan

erat dengan kesesuaian motivasi belajar siswa. Diduga bahwa minat

belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kurang

sesuainya materi pengajaran yang diberikan dengan kebutuhan

siswa.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas,

maka terdapat beberapa permasalahan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Perilaku Guru terhadap mutu pendidikan di MIN

3Wens Tenlein,Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

(14)

Dampang Kab. Bantaeng?

2. Upaya-upaya apa yang dilakukan guru terhadap mutu Pendidikan

di MIN Dampang Kab. Bantaeng?

3. Apa ada pengaruh perilaku guru terhadap mutu pendidikan di

MIN Dampang Kab. Bantaeng?

Dari rumusan masalah diatas maka yang menjadi hipotesis

adalah ada dampak yang signifikan antara perilaku guru terhadap

mutu pendidikan diMIN Dampang Kab. Bantaeng.

C. Pengertian Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Pengerian Operasional

Secara operasional skripsi yang berjudul “Dampak

perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang Kab.

Bantaeng”. ini memiliki pengertian bahwa terdapat Hubungan

Dampak perilaku guru terhadap mutupendidikan di MIN

Dampang kabupaten Bantaeng. maka penulis dapat

mendefinisikan secara operasional beberapa variabel dalam

ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

a. Dampak Perilaku Guru

(15)

dengan kepribadian Guru sebagai pendidik, atau yang

mengajar dalam lingkungan formal (sekolah) juga dalam

lingkungan non formal.jadi perilaku guru adalah tingkah laku

atau kepribadian seorang pengajar dalam lingkungan formal

(sekolah).

b. Peningkatan Mutu Pendidikan

Mutu adalah Tingkat Pengetahuan, kemampuan atau Sering di

kenal dengan kualitas. Pendidikan adalah proses

pembentukan kepribadian yang di tanamkan kepada anak

didik untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari demi

terwujudnya generasi yang berkualitas. Jadi mutu pendidikan

adalah kualitas pengetahuan yang diterapkan dalam

pembentukan kepribadian anak didik.

c. MIN Dampang

Yakni sebuah Madrasah Ibtidaiyah yang berstatus Negeri

yang dikelola berdasarkan peraturan pemerintah,

dibawah naungan Kementerian Agama.

Madrasah ini berdiri sejak tahun 2000, dan hingga

(16)

orang yang tersebar kebeberapa sekolah menengah dan

Tsanawiyah. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Dampang

terletak di Dampang Kecamatan Gantarangkeke

Kabupaten bantaeng yang berjarak 20 km dari Kota

Bantaeng.

2. Ruang Lingkup penelitian

a. Batasan dan cakupan penelitian

Agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan

efisien, maka penulis memberikan batasan dan cakupan

sebagai berikut :

1) Batasan penelitian dan cakupannya

- Siswa: Meliputi keadaan perkembangannya sejak

tahun berdiri madrasah hingga sekarang.

- Guru: Meliputi keadaan guru tenaga pendidik pada

madrasah tersebut priode 2010-2011.

- Tenaga kependidikan: Meliputi keadaan

organisasi penunjang proses pembelajaran di

madrasah tersebut

(17)

pelaksanaan proses belajar mengajar di MIN

tersebut.

2) Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 21 hari efektif dari 2 s/d

25 Nopember 2010.

3) Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Dampang Kelurahan Gantarangkeke Kecamatan

Gantarangkeke kabupaten Bantaeng, sebagaimana

telah digambarkan diatas.

4) Tehnik yang dipergunakan.

5) Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik

pengolahan data secara dedukatif, induktif dan

komparatif.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Bahwa lazimnya suatu usaha dan kegiatan didasarkan

pada tujuan tertentu. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam

(18)

a. Mengetahui perilaku guru dalam proses belajar mengajar di

MIN Dampang Kab. Bantaeng.

b. Mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan guru terhadap

mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng.

c. Mengetahui pengaruh perilaku guru terhadap mutu pendidikan

di MIN Dampang Kab. Bantaeng

2. Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan penelitiaan skripsi ini, dihapkan supaya:

a. Dapat memperjelas dan mengembangkan cakrawala berpikir

ilmiyah dalam bidang pendidikan khususnya masalah yang

berkaitan dengan perilaku guru terhadap mutu pendidikan

utamanya di MIN Dampang Kab. Bantaeng.

b. Dapat menjadi bahan informasi guru dan calon guru

terutama bagi guru MIN Dampang Kab. Bantaeng supaya

lebih memahami bagaimana mutu pendidikan dan perilaku

guru dalam mencapai proses belajar yang dapat bersaing

ataupun sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

c. Dapat dijadikan sebagai sumber bagi peneliti-peniliti

(19)

relevan dengan judul skripsi ini untuk dijadikan sebagai

bahan perbandingan yang memiliki nilai penuh terhadap

objek yang diteliti tersebut.

E. Garis Besar Isi.

Pada bab pertama, penulis mengemukakan sekilas tentang

pentingnya meningkatkan dan mempertahankan kualitas serta

aktivitas pendidikan di Indonesia. Selanjutnya penulis

mengemukakan hipotesis sebagai jawaban sementara dari

permasalahan di mana diduga bahwa ada dampak yang signifikan

antara perilaku guru dan mutu pendidikan di MIN Dampang Kab.

Bantaeng. Sub bab selanjutnya penulis mengetengahkan batasan

pembahasan skripi ini yang menjadi ruang lingkup penelitian.

Bab kedua, membahas tentang tinjauan pustaka, di

dalamnya disajikan pengertian perilaku guru dan perilaku guru dalam

mengajar dengan mengutip pendapat para ahli dari berbagai buku

yang ada kaitannya dengan pembasan tersebut.

Bab ketiga, dalam bab ini dibahas tentang metode-metode

yang di gunakan dalam penelitian meliputi, angket, observasi, dan

(20)

pengumpulan data dengan mempergunakan metode tersebut.

Kemudian diakhiri dengan uraian tentang tehnik yang digunakan

untuk mengelola dan menganalisis data.

Pada bab keempat, dikemukakan hasil penelitian dengan

rincian pembahasan tentang, Bagaimana perilaku guru dalam proses

belajar mengajar di lanjutkan dengan pembahasan tentang

bagaimana mutu pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng yang

tertera pada nilai rapor. Pada sub bab selanjutnya hubungan antara

perilaku guru dengan mutu pendidikan di MIN Dampang Kab.

Bantaeng.

Bab kelima, sebagai bab penutup berisi

kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian yakni Mutu pendidikan

di MIN Dampang Kab. Bantaeng tergolong baik, serta ada hubungan

signifikan (Memiliki keterkaitan yang erat antara guru dan siswa di

MIN Dampang Kab. Bantaeng)

Terakhir adalah implikasi penelitian yakni dengan hasil

penelitian ini diharapkan agar guru dan siswa terus dapat

mempertahankan keberhasilan proses belajar mengajar khususnya

(21)

serta semua pihak kepala sekolah agar menambah guru-guru yang

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perilaku Guru

Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah

figur yang menempati posisi dan memegang peranan penting

dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah

dunia Pendidikan. Figur guru mesti terlibat dalam agenda

pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan

formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal, karena lembaga

pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru. Sebagian besar

waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di

masyarakat.4

Di sekolah, guru hadir untuk mengabdikan diri kepada umat

manusia dalam hal ini adalah anak didik. Negara menuntut

generasinya yang memerlukan pembinaan dan bimbingan guru.

Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada

masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi

persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia.

4 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu

Pendekatan Teoritis Psikologis, (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 1

(23)

Kualitas manusia indonesia tersebut dihasilkan melalui

penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru

mempunyai fungsi, peran dan kedudukannya yang sangat strategis.5

Pada hakikatnya guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu

dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi

jiwa mereka tetap satu sebagai “

DWI TUNGGAL

” yang kokoh bersatu.

Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan,

bukan seiring tapi tidak setujan. kesatuan jiwa guru dengan anak

didik tidak dapat dipisahkan oleh deminsi ruang, jarak, dan waktu.

Tidak pula dapat di cerai beraikan oleh, daratan dan udara. Guru

tetap guru dan anak didik. Tidak ada istilah “bekas guru” dan “bekas

anak didik” meski pun suatu waktu guru telah pensiun dari

pengabdiannya di sekolah atau anak didik telah menamatkan

sekolah di lembaga tempat guru tersebut mengabdikan diri.

Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu

perbuatan mudah, tetapi menjadi guru berdasarkan panggilan jiwa

atau tuntutan hati nurani adalah tidak, karena kepadanya lebih

banyak di tuntut suatu pengabdian kepada anak didik daripada

karena tuntutan pekerjaan dan material oriented. Guru yang

(24)

berdasarkan pengabdiannya karena panggilan jiwa merasakan

jiwanya lebih dekat dengan anak didik ketiadaan anak didiknya di

kelas menjadi pemikirannya, kenapa anak didiknya tidak hadir di

kelas, apa yang menyebabkan, dan berbagai pertanyaan yang

mungkin guru ajukan ketika itu.

Uraian di atas adalah gambaran figur guru dan segala

kemuliaannya, yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa,

bukan karena kerjaan sampingan. Oleh karena itu wajarlah bila

dikatakan cerminan pribadi yang mulia. Figur guru yang demikian

itulah yang di harapkan dari siapa pun yang ingin menerjunkan

dirinya ke dalam dunia pendidikan di sekolah. Figur guru yang mulia

adalah sosok guru yang rela hati yang menyisihkan waktunya demi

kepentingan anak didik, demi membimbing anak didik,

mendengarkan keluhan anak didik, menasehati anak didik,

membantu kesulitan anak didik dalam segala hal yang bisa

menghambat aktivitas belajarnya, merasakan kedudukan anak didik,

bersama-sama dengan anak didik pada waktu senggang berbicara

dan bersenda gurau, di luar jam kegiatan interaksi edukatif di kelas,

(25)

jarak dengan anak didik.

Akhirnya, guru dan anak didik adalah sebagai dwitunggal.

Kemuliaan guru tercermin pada pengabdiannya kepada anak didik

dalam interaksi edukatif di sekolah dan di luar sekolah.

Di sekolah, guru adalah orang tua kedua bagi ank didik.

Sebagai orang tua, guru harus menganggapnya sebagai “peserta

didik”. Istilah peserta didik lebih pas diberikan kepada mereka yang

mengikuti kegiatan-kegiatan latihan dan pendidikan yang waktunya

relatif singkat, yakni sebulan atau tiga bulan atau bahkan seminggu.

Misalnya seperti kursus-kursus kilat, kursus menjahit, kursus montir,

kursus mengetik, latihan kepemimpinan, kursus tata rias pengantin,

penataran P-4, pendidikan jurnalistik, dan sebagainya dalam

masyarakat.

Penyebutan istilah anak didik lebih pas digunakan sebagai

mitra guru di sekolah. Guru adalah orang tua. Anak didik adalah anak.

Orang tua dan anak adalah dua sosok insani yang diikat oleh tali jiwa.

Belaian kasih dan sayang adalah naluri jiwa orang tua yang sangat

diharapkan oleh anak, sama halnya belaian kasih dan sayang

(26)

Ketika guru hadir bersama-sama anak didik di sekolah, di

dalam jiwanya seharusnya sudah tertanam niat untuk mendidik anak

didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan, mempunyai

sikap dan watak yang baik, yang cakap dan terampil, besusila dan

berakhlak mulia.

Kebaikan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam

bersikap dan berbuat, tidak saja ketika di sekolah, tetapi juga di luar

sekolah. Guru memang harus menyadari bahwa dirinya adalah figur

yang diteladani oleh semua pihak, terutama oleh oleh anak didiknya

di sekolah. Guru adalah bapak rohani bagi anak didiknya. Hal ini

berarti, bahwa guru sebagai arsitek bagi rohani anak didiknya.

Kebaikan rohani anak didik tergantung dari pembinaan dan

bimbingan guru. Di sini tugas dan tanggung jawab guru adalah

meluruskan tingkah laku dan perbuatan anak didik yang kurang baik,

yang dibawanya dari lingkungan keluarga dan masyarakat.

Pendidikan rohani untuk membentuk kepribadian anak didik

lebih dipentingkan. Anak didik yang berilmu dan berketerampilan

belum tentu berakhlak mulia. Cukup banyak orang yang berilmu dan

(27)

yang berilmu dan berketerampilan, tetapi karena tidak mempunyai

akhlak yang mulia, mereka terkadang menggunakannya untuk

hal-hal yang negatif. Namun demikian, bukan berarti orang yang berilmu

dan berketerampilan tidak diharapkan, tetapi yang sangat diperlukan

tentu saja adalah orang yang berilmu dan berketerampilan, serta

yang berakhlak mulia. Pembinaan anak didik mengacu pada tiga

aspek di atas, yakni anak didik yang berakhlak mulia/bersusila,

cakap, dan terampil.

Sebagai mana telah disebutkan sebelumnya bahwa guru bagi

murid berfungsi sebagai contoh oleh karenanya dalam menghadapi

siswa-siswanya guru harus menilai kemampuan, persepsi, motivasi,

perasaannya dan kekuatan-kekuatan jiwa maupun

kelemahan-kelemahannya. Atau Dengan kata lain guru harus selalu menyadari

perilakunya dalam mengajar agar dapat memberi arti bagi siswa.

Karena mustahil bagi guru mengharapkan siswa memahami

perasaan, kebutuhan, dan perilakunya jika guru itu tidak mengenal

dirinya sendiri.

Guru adalah pembimbing, pengajar, pelatih, dan juga sebagai

(28)

interpersonal. Antara guru dan anak didik diharapkan tercipta situasi

yang memungkingkan anak didik dapat belajar menerapkan

nilai-nilai yang dapat dijadikan pembentukan pribadi anak. Guru dalam

perilaku mengajar hendaknya memberi contoh dan menjadi contoh

bagi ciri anak didik.6 Karena kepribadian guru itulah yang akan

menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan pembina-pembina

dengan baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau

penghancur bagi hari depan anak didiknya.

Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap

materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak

diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan

penjelasan guru, karena itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti

akan bahan yang diberikan guru.7

Dalam jumlah siswa yang besar atau banyak biasanya

ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa

tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Maka seharusnya dalam

pemberian materi, para guru harus mengetahui karakteristik siswa

6Abdul Rahman, Pengelolaan Pengajaran (Ujung Pandang: CV. Bintang Selatan,

1990), h. 50

7Syaiful Bahri Djamarah, & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Cet. II; Jakarta:

(29)

atau murid yang diajarnya atau yang dihadapinya, karena di dalam

kelas atau ruangan tidak semua siswa sama tingkat pengetahuan,

pemahamannya di dalam menerima pelajaran atau materi yang

disampaikan guru.8 Maka dari itu, guru juga harus mengetahui

kepribadin siswanya.

Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif para muridnya agar dalam merangcang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa.9

J. Mursell & S. Nasution dalam buku

Mengajar Dengan Sukses

bahwa, “Guru harus mengetahui intelegensi anak agar dapat

megajar dengan baik”.10

Sebagaimana Roestiyah N.K, mengemukakan bahwa:

Guru harus pandai menyesuaikan diri dengan murid, karena tiap murid tidak sama, setiap siswa mempunyai kepribadian yang berbeda satu sama lainnya; dalam waktu yang sama memberikan pengajaran kepada tiap murid yang tak sama, karena tiap murid berbeda daya serapnya; tiap guru harus memerlukan waktu untuk menyesuaikan dengan tiap pribadi yang unik itu.11

8Ibid,h. 82

9Asri Budiningsih,Belajar dan Pembelajaran,(Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.

40

10J. Mursell & S Nasution, Mengajar Dengan Sukses (Successful Teaching),(Ce. II;

Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002), h. 68

11Rostiyah N.K.,Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem,(Cet. III; Jakarta: Rineka

(30)

E. Mulyasa, mengemukakan bahwa:

Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreativitas, intelegensi, dan kompetensinya.12

Supaya anak didik tidak bosan dalam mengikuti pelajaran,

maka guru harus memberikan materi yang menantang bagi siswa,

karena kondisi yang tidak menantang bagi para siswa berarti siswa

tidak berkonsentrasi dalam belajar atau mengikuti pelajaran karena

tidak menarik dan dianggap bahwa kurang bermanfaat.

Perilaku guru yang dimaksud mencakup dua hal yaitu:

1. Perilaku guru yang berhubungan langsung dengan mengajar,

mengajar pada hakekatnya bermaksud mengantarkan siswa

mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dan di

dalam praktek, perilaku, mengajar yang dipertunjukkan guru

sangat beraneka ragam meski pun sama.

Perilaku guru yang berhubungan langsung dengan mengajar

meliputi:

a) Keterampilan membuka dan menutup pelajaran

12E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

(31)

Maksudnya ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh

guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan

prakondisi bagi murid agar mental mau pun perhatianyya

terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha

tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap

kegiatan belajar. Sedangkan kemampuan menutup pelajaran

ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri

pelajaran atau kegiatan belajar mengajar, ini dimaksudkan

untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah

dipelajari oleh siswa, tingkat pencapaian siswa, dan tingkat

keberhasilan siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam

proses belajar mengajar.

b) Keterampilan mengajarkan pertanyaan maksudnya ialah

keterampilan guru mengajukan pertanyaan yang tersusun

dengan baik dan keterampilan mengantarkan

pertanyaan-pertanyaan kelancaran yang baik dan keterampilan

melontarkan pertanyaan-pertanyaan kelancaran bertanya dari

guru ini perlu dilatih dengan baik dari pertanyaanya maupun

(32)

c) Keterampilan menjelaskan pertanyaanya dalam hal ini ialah

kemampuan guru menyajikan informasi secara lisan yang

diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya

hubungan antara satu dengan yang lainnya.

d) Keterampilan menggunakan penguatan. Keterampilan guru di

sini dimaksudkan untuk mengajar atau membesarkan hati

siswa, agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi

belajar mengajar, misalnya, dengan kata-kata pujian,

penghargaan dan acungan jempol, wajah cerah dan

sebagainya.

e) Keterampilan membuat variabel dan improvisasi dalam

mengajar maksudnya ialah kemampuan guru untuk mengatasi

kebosanan murid, sehingga dalam situasi proses belajar

mengajar murid menunjukkan ketekunan, antusiasme serta

terus berpartisipasi

f) Keterampilan menggunakan media atau teknologi intruksional

maksudnya ialah kemampuan guru memahami media dan

sumber yang digunakan kemampuan ini pada dasarnya

(33)

proses belajar-mengajar dapat berlangsung secara efektif dan

efisien.

g) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

maksudnya ialah kemampuan guru untuk membimbing

siswanya berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil untuk

memberikan informasi, pemecahan masalah, dan

pengambilan keputusan dalam suasana terbuka. Yang mana

setiap siswa bebas mengemukakan ide-idenya karena merasa

tanpa merasa ada tekanan dari teman siswa harus mentaati

peraturan yang telah ditetapkan sebelumnya.

h) Keterampilan mengajar perorangan dan kelompok.

Keterampilan mengajar dengan gaya ini dimaksudkan untuk

memungkingkan guru memberikan perhatian terhadap siswa

serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan

siswa mau pun antara siswa dan siswa. Dan pengajaran ini

memberikan peluang yang besar bagi tercapainya tujuan

pengajaran.

i) Keterampilan mengelolah kelas maksudnya adalah

(34)

belajar yang optimal dan mengembangkannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Misalnya

penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan

perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu

penyelesaian tugas siswa, dan lain-lain.

2. Perilaku guru yang berhubungan dengan pribadinya

Prilaku guru yang biasa ditampilkan yang berhubungan

dengan pribadi/dirinya mencakup beberapa hal yaitu:

a) Penampilan (gaya mengajar). Dalam hal penampilan atau

gaya mengajar guru di sini mencakup gaya mengajar klasik,

personalisasi, teknologis dan interaksional.

b) Keterbukaan. Kesiapan mendiskusikan setiap permasalahan

merupakan salah satu tujuan seorang guru. Ia diharapkan

mampu menampung aspirasi siswa dan siswa dan bersedia

mendukungnya. Ia akan terus berusaha meningkatkan serta

memperbaiki suasana kehidupan siswa berdasarkan

kebutuhan dan tuntunan siswa. Dengan demikian sikap

terbuka oleh guru maka demokrasi dalam proses belajar

(35)

akan mendidik dan melatih siswa untuk bersikap terbuka pula,

tidak menutupi kesalahan atau mau dikritik untuk

memperbaiki pada masa mendatang.

c) Kerja sama dalam mencapai cita-cita, guru diharapkan akan

selalu meningkat, pengetahuan umum yang dimilikinya selalu

bertambah sehingga dapat mengelola proses belajar

mengajar dengan baik pula. Untuk itu ia juga akan

mempertahankan dedikasi dan loyalitas yang tinggi. Sehingga

perilaku mengajar yang ditampakkannya akan memberikan

hasil yang baik dan memuaskan.

d) Sederhana dalam bertindak, sifat kesederhanaan dari guru

baik itu dari segi bahasa mau pun dari segi tindakannya akan

menjadi keterkaitan batin guru dengan siswa, dengan adanya

terikatan tersebut guru akan mampu mengendalikan proses

belajar mengajar yang diselenggarakannya dan menunjukkan

perilaku mengajar yang menarik dan menyenangkan.13

B. Peranan dan Kedudukan Guru

1. Peranan Guru

Peranan guru ini akan menggambarkan pola tingkah laku

(36)

yang diharapkan dalam berbagai interaksi, baik dengan siswa

atau sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dan berbagai

kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang sebagai

sentral bagi peranannya sebab baik disadari atau tidak bahwa

sebagian dari waktu dan perhatian guru hanya dicurahkan untuk

menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dan

siswanya, sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar,

pendidik, dan pembimbing maka diperlukan adanya peranan pada

diri guru. Mengenai apa peranan guru ada beberapa pendapat

antara lain.

“FREY KATS”

Menggambarkan peranan guru sebagai

komunikator sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat

motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing

dan pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai orang

yang akan menguasai bahan yang diajarkan.14

Menurut James W. Brown yang dikutip oleh Sardiman A.M

bahwa:

Peranan guru antar lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, dan merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan

14 Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers,

(37)

siswa.15

Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis mengambil

suatu kesimpulan bahwa peranan guru dalam kegiatan belajar

mengajar adalah sebagai motivator dan oleh karena itu penting

artinya dalam meningkatkan kegairahan dan pengembangan

kegiatan belajar siswa

“reinforcement”

untuk mendinamisasikan

potensi siswa, menumbuhkan swadaya dan daya cipta, sehingga

akan terjadi di dalam mengajar. Dengan demikian seorang guru

itu harus mampu menumbuhkembangkan potensi yang ada pada

diri anak didik supaya proses belajar mengajar dapat berjalan

dengan baik.

2. Kedudukan guru.

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam

proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha

pembentukan sumberdaya manusia yang potensial di bidang

pembangunan. Sesuai dengan profesi dan tanggung jawabnya

yakni mengajar dan mendidik. Tugas ini merupakan faktor yang

penting dalam terlaksananya proses pendidikan, namun untuk

dapat menunaikan tugasnya ini banyak tantangan dan tuntutan

(38)

yang menghiasi kedudukannya sebagai guru sehinga akibatnya

tidak sembarangan orang berhak menjadi guru.

Mengajar atau menjadi guru adalah jabatan yang bersifat

profesi, karena itu tanggung jawab guru dewasa ini adalah

bagaimana mengembangkan proses balajar agar lebih berdaya

guna dan berhasil guna serta lebih bertanggung jawab. Tanggung

jawab guru memang sangat besar pekerjaannya manakala ia lalai

dan sengaja salah menjalankan kewajibannya, maka ia

bersama-sama dengan dosa orang yang disesatkann dan akan memikul

dosanya. Sebagaimana dalam (Q.S. Al-Ankabut [29]:13).

ﻳ َ

Terjemahnya:

Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban

(dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di

samping beban-beban mereka sendiri, dan

sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari

kiamat tentang apa yang selalu mereka

ada-adakan

.16

Demikian pula persyaratan dan tugas para guru/pengajar

adalah:

Bahwa kesempurnaan ilmu, hendaklah si guru mengamalkan

16Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Yayasan

(39)

ilmu, jadi ilmu itu harus dapat dipraktekkan, lebih-lebih oleh guru itu sendiri. Janganlah perkataan bertentangan dengan perbuatannya, sedangkan amal perbuatannya dilihat hanya dengan mata kepala jumlahnya jauh lebih banyak.17

Bertolak dari uraian tersebut di atas, maka bagi guru

merupakan tenaga profesional di bidang pendidikan, bukan

berarti tugasnya menjadi ringan tetapi justru lebih berat dalam

rangka memberikan layanan kepada masyarakat.

Menurut Ahmad Tafsir mengenai syarat-syarat dan sifat

guru adalah:

a. Guru harus mengetahui karakter murid.

b. Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahliannya. c. Guru harus mengamalkan ilmunya.18

3. Persyaratan Guru

Menurut Sardiman A.M. Guru dalam melaksanakan tugas,

serta tanggung jawabnya memerlukan syarat-syarat tertentu,

untuk dapat melakukan peranan dan tugasnya serta tanggung

17H. B. Hamdan Ali,Filsafat Pendidikan(Cet. III; Jogyakarta: PT. 1986), h. 3

18Ahmad Tafsir,Ilmu Pendidikan Islam Prespektif Islam(Cet. I; Bandung: PT. Remaja

(40)

jawab, maka guru memerlukan syarat-syarat sebagai berikut;

syarat administratif, teknik, psikis dan fisik.19

a. Persyaratan administrasi, ini antara lain meliputi: soal

kewarganegaraan (warga negara Indonesia) umur

(sekurang-kurangnya 18 tahun) berkelakuan baik, mengajukan

permohonan.

b. Persyaratan tehnis, dalam persyaratan tehnis ini ada yang

bersifat formal, yakni harus berijazah pendidikan guru, hal ini

mempunyai konotasi bahwa seseorang yang memiliki ijazah

pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian

syarat-syarat yang lain adalah mengusai cara dan tehnik

mengajar, terampil mendesain program pengajaran serta

memiliki motivasi dan cita-cita memajukan

pendidikan/pengajaran.

c. Persyaratan psikis yang berkaitan dengan kelompok

masyarakat psikis, antara lain: sehat rohani, dewasa dalam

berpikir dan bertindak, mau pun mengendalikan emosi, sabar,

ramah dan sopan memiliki jiwa kepimimpinan, konsekuen dan

berani bertanggung jawab, berani berkorban dan memiliki jiwa

(41)

pengabdian di samping itu guru juga dituntut untuk bersifat

pragmatis tetapi juga memiliki pandangan dan mendasar dan

filosofis, guru juga harus mematuhi norma dan nilai yang

berlaku serta memiliki semangat membangun, inilah

pentingnya bahwa guru itu harus memiliki panggilan hati

nurani untuk mematuhi pengabdian.

d. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah

semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk

membimbing dan membina anak didik, baik secara individual

mau pun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.

C. Mutu Pendidikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.

Meski pun barangkali di antara kita mengetahui tentang apa

itu pendidikan, tetapi ketika pendidikan tersebut diartikan dalam

satu batasan tertentu, maka terdapatlah macam-macam pengertian

yang diberikan.

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai

usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan

nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam

(42)

bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan

diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau

kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat

hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.20

Kenyataannya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami

perkembangan, meski pun secara esensial tidak jauh berbeda.

Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian pendidikan.

1) Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.21

Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini

adalah:

a. Usaha (kegiatan), usaha itu bersikap bimbingan (pimpinan

atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar.

b. Ada pendidik, pembimbing atau penolong.

c. Ada yang dididik atau si terdidik

20Sudirman N., dkk,Ilmu Pendidikan(Bandung Remaja Rosdakarya: 1992), h. 4

21Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT. Al-Ma’arif

(43)

d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan

e. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan22

2) Ki Hajar Dewantara

Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.23

3) Menurut UUD Nomor 2 Tahun 1989

a) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

b) Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.24

4) Menurut UUD Nomor 20 Tahun 2003

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

22Ibid.,h. 20

23Suwarno,Pengantar Umum Pendidikan(Jakarta: Aksara Baru, 1985), h. 2

24Departemen Agama RI, Himpunan Perundang-undangan Sistem Pendidikan

(44)

kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia serta keterampilan yang dipelukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.25

Dari beberapa pengertian dan batasan pendidikan tersebut,

meskipun berbeda secara redaksional, namun secara esensial

terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat di

dalamnya, yaitu bahwa pengertian pendidikan tersebut menunjukkan

suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang di dalamnya

mengandung unsur-unsur seperti pendidikan, anak didik, tujuan dan

sebagainya.

Karena itu, dengan memperhatikan batasan-batasan

pendidikan tersebut, ada beberapa pengertian dasar yang perlu

dipahami sebagai berikut.

a. Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik

berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa

susila. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila

anak didik sudah mencapai pribadi dewasa susila, maka ia

sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan

hidupnya dan masyarakatnya.

b. Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi, pendidikan lahir

(45)

dari pergaulan antar orang dewasa dan orang yang belum

dewasa dalam suatu kesatuan hidup. Tindakan mendidik yang

dilakukan oleh orang dewasa dengan sadar dan sengaja didasari

oleh nilai-nilai kemanusiaan, dan hidup nilai-nilai tersebut.

Kedewasaan diri merupakan tujuan pendidikan yang hendak

dicapai melalui perbuatan atau tindakan pendidikan.

c. Pendidikan merupakan hubungan antarpribadi pendidik dan anak

didik. Dalam pergaulan terjadi kontak atau komunikasi antara

masing-masing pribadi. Hubungan ini jika meningkat ke taraf

hubungan pendidikan, maka menjadi hubungan antarpribadi

pendidik dan pribadi si anak didik, yang pada akhirnya melahirkan

tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan.

Pendidikan bertindak demi kepentingan dan keselamatan anak

didik, dan anak didik mengakui kewibawaan pendidikan dan

bertanggung jawab.

d. Tindakan atau perbuatan mendidik, menuntun anak didik

mencapai tujuan-tujuan tertentu, dan hal ini tampak pada

perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Perubahan sebagai

(46)

terus menerus mengalami peningkatan sampai penentuan diri

atas tanggung jawab sendiri oleh anak didik atau terbentuknya

pribadi dewasa susila.26

Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental,

yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena

itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah

tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggung jawaban terhadap

perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan dididik.

Oleh karea itu, sebagai ilmu pengetahuan seperti halnya

ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, ilmu-ilmu pendidikan membahas tentang

masalah-masalah yang bersifat ilmu, bersifat teori atau pun bersifat

praktis. (terapan), ilmu pendidikan juga membicarakan

masalah-masalah yang menyangkut pelaksanaan, baik menyangkut teori-teori,

pedoman-pedoman maupun prinsip-prinsip tentang pelaksanaan

pendidikan. Ia juga tertuju pada cara-cara (mendidik), bergerak

dalam situasi pendidikan, tertuju pada pelaksanaan, realisasi

cita-cita ideal yang telah tersusun dalam ilmu pendidikan teoritis.

Sementara itu sebagai ilmu pendidikan teoritis, maka ilmu

pendidikan ditujukan pada penyusunan persoalan dan pengetahuan

(47)

sekitar pendidikan secara ilmiah, bergerak dari praktek

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1.Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa “Populasi adalah

keseluruhan subyek penelitian.26 Sedangkan menurut Hadari

Nawawi mengemukakan bahwa:

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan atau sumber data yang memiliki karakteristik tertentu.27

Berkaitan dengan definisi populasi di atas, maka

disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan yang menjadi

objek penelitian, baik berupa manusia, benda dan hewan,

kelompok, individu dan yang dapat memberikan informasi atau

data yang dibutuhkan. Populasi yang dimaksud dalam penelitian

ini terdiri atas keseluruhan guru MIN Dampang Kab. Bantaeng

dengan jumlah 26 orang dan siswa sebanyak 103 orang.

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian

26Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian,(Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 102

27Hadari Nawawi,Metode Penelitian Bidang Sosial,(Cet. VI; Yokyakarta: Gadjamadah University Press, 1993), h. 141

(49)

skripsi ini adalah keseluruhan Guru dan peserta didik pada

Madrasah Ibtidaiyah negeri Dampang Kabupaten Bantaeng

tahun ajaran 2010–2011.

Tabel 1

Keadaan Populasi Peserta Didik MIN Dampang Tahun Pembelajaran 2010-2011

Sumber data: Buku absen kelas I-VI pegangan guru MIN Dampang

2.Sampel

Sampel menurut Suharsimi Arikunto “

sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”

.28 Dalam menentukan sampel penelitian

berpedoman pada pendapat Suharsismi Arikunto yang

menyatakan, dalam Prosedur Penelitian dilakukan Suatu

Pendekatan Praktek yang memberikan pedoman sebagai berikut,

apabila subjek kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua

sehingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya

28Suharsimi Arikunto,op. cit.,h. 109

No Kelas Laki-LakiJenis KelaminWanita Jumlah Keterangan 1

(50)

jika subjeknya yang besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25 %

atau lebih.29

Dalam pengambilan sampel ini peneliti akan menggunakan

sampel jenuh, Menurut Sutrisno Hadi dalam sampel jenuh

pemilihan sekelompok orang yang dapat mewakili.30Ada pun yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 44 orang siswa dari

populasi 103 siswa (43 % dari 103 orang siswa) yang mewakili 6

kelas dari kelas I – VI dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2

Sampel siswa MIN Dampang Kab. Bantaeng

Sumber data :Buku Absen Kelas I-VI pegangan guru MIN Dampang Tgl 22 April 2011

B. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen penelitian

29Ibid.,h. 112

30Sutrisno Hadi,Statistik Jilid I,(Yogyakarta: Andi Offset, 1990), h.82

No Kelas Laki-LakiJenis KelaminWanita Jumlah Keterangan 1

(51)

yaitu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik, dalam arti lebih cermat, lebih lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah.31

Adapun instrumen penelitian yang digunakan, meliputi:

1. Pedoman observasi

Observasi yaitu beberapa hal yang harus dicetak setelah

mengadakan pengamatan di lapangan. Observasi dilakukan

untuk mempermudah dalam pengumpulan data tentang dampak

perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang Kab.

Bantaeng.

2. Angket/kuesioner

Angket/kuesioner suatu alat pengumpulan informasi

dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk

dijawab secara tertulis oleh responden.32 Jadi angket adalah soal

-soal yang berkaitan dengan penelitian yang diberikan kepada

responden untuk memperoleh informasi mengenai perilaku guru

31Ibid.,h. 151

(52)

terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng.

3. Format dokumentasi

Format dokumentasi merupakan instrumen penelitian yang

digunakan dalam mencatat dokumen-dokumen atau arsip-arsip

guru MIN Dampang Kab. Bantaeng.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam tahap pengumpulan data, penulis menggunakan dua

cara, sebagai berikut:

1.

Library research

, yaitu kegiatan pengumpulan data dengan

membaca buku-buku dengan literatur yang ada hubungannya

dengan penelitian ini. Kegiatan pengumpulan data dengan

kepustakaan menggunakan dua teknik kutipan, yaitu:

a) Kutipan langsung, menggunakan pendapat yang dikutip

dengan tidak mengubah redaksi dan kalimatnya.

b) Kutipan tidak langsung, yaitu suatu bentuk kutipan dimana

redaksi kalimatnya telah mengalami perubahan atau dapat

dibentuk ikhtisar atau ulasan, namun tidak menyimpang dari

maksud dan tujuannya.

(53)

penelitian secara langsung ke lokasi penelitian yang telah

ditentukan. Untuk mendapatkan data di lapangan, penulis

menggunakan beberapa teknik, diantaranya:

a) Observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara

langsung di lapangan penelitian dengan mengamati keadaan

yang ada hubungannya dengan penelitian ini tentang dampak

perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang

Kab. Bantaeng.

b) Angket, yaitu daftar pertanyaan tertulis diberikan kepada

sumber data yakni kepada para guru. Angket ini

dipergunakan untuk memperoleh informasi tentang dampak

perilaku guru terhadap mutu pendidikan di MIN Dampang

Kab. Bantaeng.

c) Dokumentasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan

mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, arsip-arsip

persuratan di MIN Dampang Kab. Bantaeng.

d) Wawancara, yaitu mencari informasi dengan wawancara

(54)

maupun masyarakat di sekitarnya.

D. Teknik Analisis Data

Melalui tahap analisis data, data hasil penelitian yang

diperoleh baik melalui penelitian kepustakaan

(Library research)

mau pun penelitian lapangan

(Field research)

, akan diolah dan

disusun dengan teratur dan sistematis, untuk pengambilan

keputusan yang akurat, penulis menggunakan metode analisis

sebagai berikut:

1. Metode Kuantitatif, yaitu metode yang digunakan dalam

penyajian data berdasarkan jumlah baik dalam bentuk tabel

atau grafik, dan penggunaan analisis data, seperti data yang

diperoleh dari hasil instrumen diolah dengan tekhnik analisis

data kuantitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Untuk mengetahui jumlah presentase dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Dimana : P= Presentase

(55)

N= Sampel.33

2. Metode Kualitatif, yaitu metode yang digunakan dalam

menganalisa dan meninterpretasi data secara akurat

berdasarkan hasil, dalam hal penggunaan metode secara

kualitatif penulis menggunakan beberapa bagian metode di

dalamnya antara lain:

a. Metode Deduktif, yaitu menganalisa data dari hal-hal yang

bersifat umum kemudian menarik kesimpulan secara khusus.

b. Metode Induktif, yaitu menganalisa data, keterangan serta

informasi dari hal yang bersifat khusus kemudian mengambil

kesimpulan secara umum.

c. Metode Komparatif, yaitu metode yang digunakan dalam

menganalisa data dengan jalan membandingkan dua data

atau lebih, kemudian memilih salah satu di antaranya yang

dianggap sesuai dan akurat, atau membandingkan data-data

tersebut kemudian mengambil suatu kesimpulan akhir.

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab.

Bantaeng

1. Selayang pandang MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab.

Bantaeng.

MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng

merupakan suatu lembaga pendidikan formal, di mana di

dalamnya diatur secara sistematis menurut sistem pendidikan

yang berlaku bernaung di bawah Kementerian Agama dan Dinas

Pendidikan pemuda dan olahraga. Di mana sekolah ini

merupakan Madrasah unggulan yang satu-satunya di Madrasah

yang berstatus Negeri di Kab. Bantaeng sekarang ini didukung

oleh Kementerian Agama dan Dinas pendidikan yang dibangun

pada tahun 1999.

Lokasi MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng

berada pada posisi dua dimensi kekuatan, yaitu sebagian besar

masyarakat (orang tua siswa) berada pada daerah dataran tinggi

(57)

sehingga kesemuanya merupakan potensi besar di dalam

mendukung program pengembangan sekolah. MIN Dampang Kec.

Gantarangkeke Kab. Bantaeng berlokasi di Dampang Kel.

Gantarangkeke Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng Di atas tanah

seluas 9.000 M2. Lokasi MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab.

Bantaeng sangat menunjang terlaksananya proses belajar

mengajar yang baik karena udaranya yang sejuk dan jauh dari

keramaian, sehingga aktivitas siswa dapat berjalan dengan baik.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang di dalamnya

terdapat kepala sekolah, guru-guru, pegawai, tata usaha, dan

siswa siswi yang memerlukan adanya organisasi yang baik.

Dengan demikian agar jangan terjadi overlopping (tabrakan)

dalam memegang atau menjalankan tugas-tugasnya

masing-masing diperlukan organisasi sekolah, kepala sekolah biasanya

selalu didudukkan di tempat paling atas, sehingga dengan

adanya struktur organisasi ini maka tiap-tiap orang akan

menyadari tugasnya masing-masing.

Berikut ini penulis cantumkan struktur organisasi MIN

(58)

bagan berikut:

Struktur Organisasi

MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng

2. Keadaan Guru

Pada dasarnya Guru merupakan salah satu komponen yang

sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di

suatu lembaga pendidikan, dipercayakan untuk melaksanakan

tugas mengajar dalam rangka mentransfer nilai-nilai pendidikan

kepada anak didik, yang dilaksanakan atas dasar kode etik

profesi yang di dalamnya tercakup suatu kedudukan fungsional

yang melaksanakan tugas/tanggung jawabnya sebagai pengajar,

pemimpin dan sebagai orang tua.

Dengan semikian tampak jelas bahwa menjadi guru

bukanlah suatu tugas mudah, tetapi guru itu adalah beban moril

sebab dapat dikatakan bahwa salah satu faktor dominan dalam

mempengaruhi keberhasilan siswa seperti halnya di MIN

Tenaga Pendidik

Kepala Madrasah Komite

(59)

Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng sangat diharapkan

bagaimana aktivitas dan kreativitas guru-guru tersebut dalam

memberikan bimbingan siswa. Jadi peranan guru sebagai

pengajar sangat besar dalam proses belajar mengajar. Sebagai

rencana pengajaran, pengelola hasil belajar.

Untuk mengetahui keadaan guru MIN Dampang Kec.

Gantarangkeke Kab. Bantaeng dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3

No Nama Guru JabatanTugas / Pangkat Ket.

1.

Fahmi Dahlan, S.Ag, MA

Sulhaeni, A.Ma Rohani, S.Pd.I Nurhaya, S.Pd St. Husna. D, S.Pd.I Syahrun Hidayat, S.Pd.I Fatmawati, S.Pd.I

Sumarni, A.Ma Nursyamsi, A.Ma

(60)

Keadaan Guru MIN Dampang Kabupaten BantaengT.A 2010 – 2011

Sumber data : Kantor Tata Usaha MIN Dampang Kab. Bantaeng

Berdasarkan tabel di atas bahwa keadaan guru MIN . Nuraeni. K, S.Pd Sabir, A.Ma M. Ilham, S.Pd.I Mujahid

St. Rabiatul Adasiah Nurhikma, S.Pd.I

Guru MP Fiqih Guru MP

Guru MP Guru MP Guru MP Pendamping Guru M. Lokal

(61)

Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng cukup memadai

dalam proses belajar mengajar dan keadaan stafnya sudah

cukup dalam membantu manajemen pendidikan di sekolah

tersebut

3. Keadaan Siswa

Siswa merupakan faktor determinan yang menetukan

kelangsungan kegiatan pendidikan dan pengajaran pada lembaga

pendidikan formal maupun informal.

Untuk mengetahui dengan jelas perkembangan keadaan

siswa MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng dapat

dilihat tabel berikut:

Tabel 4

Keadaan Perkembangan Peserta Didik MIN Dampang Kab. Bantaeng 2000 – 2010

No PembelajaraTahun n

Jenis

Kelamin Jumlah Keterangan

(62)

Sumber data : Arsip Kepala Sekolah MIN Dampang Kab.

Bantaeng Pada tanggal 2 Oktober 2010

(diambil dari buku penrimaan murid baru

tahun 2001 s/d 2011)

4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan suatu unsur penting dalam

kesuksesan proses belajar mengajar pada lembaga pendidikan. Sebab

tanpa sarana dan prasarana yang memadai, pelaksanaan pengajaran

tidak dapat berjalan dengan baik.

Untuk lebih jelasnya keadaan sarana dan prasarana MIN

Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 5

Keadaan Sarana dan Prasarana MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng T.A 2010-2011

No Jenis Ruangan Jumlah Ukuran PxL (M)

1.

R. Kepala Sekolah R. Guru

R. Tata Usaha

Kamar Kecil Kepsek Kamar Kecil Siswa Kamar Kecil Guru

12

(63)

Sumber data: Kantor MIN Dampang Kec. Gantarangkeke Kab. Bantaeng

Berdasarkan tabel di atas, dapat dinilai sarana, fasilitas

belajar mengajar telah memadai. Khusus sarana dan fasilitas

yang menunjang pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dinilai

telah cukup memadai.

B. Perilaku guru dalam proses belajar mengajar di MIN Dampang Kab.Bantaeng.

Kita ketahui bersama bahwa tenaga pendidik (Guru)

senantiasa berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan

terkhusus dalam membina perilaku, akhlak dan keterampilan bagi

peserta didik sebagai tunas bangsa. Dengan demikian maka untuk

meningkatkan mutu peserta didik atau generasi muda sebagai

tunas bangsa, maka perlu adanya pembinaan yang serius dan baik

(64)

tersebut peserta didik senantiasa diberikan bermacam-macam

disiplin ilmu yang dapat berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat

dan juga bagi bangsa, negara dan agama.

Dengan demikian maka Dewan Guru MIN Dampang

Kabupaten Bantaeng merupakan salah satu wadah terhadap

pembinaan karakter bagi anak didik sebagai tunas bangsa, sebab

Guru sebagai tenaga pendidik bertujuan untuk:

1. Menjadikan manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur

serta tinggi moral, mental, budi pekertinya yang kuat keyakinan

beragamanya.

2. Menjadikan warga negara Indonesia yang ber-Pancasila, setia

dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.34

Guna memberikan kejelasan kepada kita bahwa Dewan Guru

MIN Dampang Kab. Bantaeng sebagai pembina moral, budi pekerti

dan akhlak siswa, dapat dilihat pada hasil penelitian yang sesuai

dengan angket yang telah diedarkan kepada responden yang

menjadi sampel dan telah diolah dengan rumus persentase.

Tabel 4

34H.A. Kadir Djaelani,Panduan Tugas Tenaga Kependidikan (Cet. I; Jakarta: Batavia

(65)

Guru MIN Dampang Kab. Bantaeng Merupakan tenaga pendidik Mengutamakan kepribadian yang ber-Islami dan ber-Pancasila

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1.

Sumber Data: Angket No. 1

Dari analisis tabel di atas menggambarkan bahwa Dewan

Guru MIN Dampang Kab. Bantaeng merupakan tenaga pendidik

yang selalu berusaha membentuk kepribadian siswa yang

ber-Islami dan ber-Pancasila. Dari 44 responden sebanyak 6 orang

atau 13% yang menjawab sangat setuju, sedangkan yang

menjawab setuju sebanyak 38 orang atau 87%, dan yang menjawab

kurang setuju dan tidak setuju tidak ada.

Rabiatul Adasiah, S.Pd.I sebagai guru Akidah Akhlak

menjelaskan bahwa:

(66)

bagi dirinya sendiri, keluarga, agama,bangsa dan negara.35

Sejalan dengan hal tersebut Saharuddin, S.Pd.I guru

pengembangan diri dan pembina menjelaskan pula bahwa:

Dalam setiap kegiatan pembelajaran, anak didik senantiasa diberikan berbagai disiplil ilmu, materi keterampilan, kecakapan dan yang lebih penting adalah bagaimana anak didik itu bisa menjadi anak yang saleh, hormat pada orang tua, jujur, rajin beribadah, sehingga dapat berguna bagi dirinya, agama, bangsa dan negara.36

Sedangkan keteladanan guru didukung pula oleh responden

sebagaimana tampak pada tabel berikut.

Tabel 7

Keteladanan Dari Guru Dalam Setiap Kegiatan

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1.

Sumber Data: Angket No. 4

Pembinaan perilaku yang dilakukan oleh para Guru MIN

35 Rabiatul Adasiah, Guru Akidah Akhlak, Wawancara di MIN Dampang, Tanggal 9

Nopember 2011.

36 Saharuddin, Guru Mata pelajaran, Wawancara,di MIN Dampang Kab. Bantaeng,

(67)

Dampang Kab. Bantaeng yang menggambarkan metode

keteladanan diakui oleh peserta didik sebanyak 18 orang atau 40%,

di mana mereka sering sekali menerima pembinaan melalui

keteladanan, dan terdapat 26 orang atau 60% yang menjawab

sering menerima metode ini, dan yang menjawab kurang dan tidak

pernah tidak ada.

Analisis tabel di atas semakin menguatkan data responden

sebelumnya yang mengemukakan bahwa metode pembinaan yang

digunakan para Guru MIN Dampang Kab. Bantaeng dalam

membina perilaku anak didik adalah bagaimana sikap keteladanan

yang ditunjukkan oleh guru .

Namun demikian, metode lainnya tetap digunakan selama

metode tersebut dipandang sesuai dengan perkembangan

kejiwaan peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 8

Sanksi Atau Hukuman Dari Guru Bila Terjadi Pelanggaran

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

(68)

4. Tidak Pernah - - %

Jumlah 44 100 %

Sumber Data: Angket No. 5

Analisis tabel tersebut mengemukakan bahwa metode yang

paling sering digunakan selain metode ceramah atau nasehat serta

keteladanan adalah pemberian hukuman atau sanksi bagi anak

didik yang melakukan pelanggaran dalam setiap kegiatan. Dari 44

responden sebanyak 13 orang atau 30% yang memberikan jawaban

sangat sering menerima metode ini, yang menjawab sering

sebanyak 25 orang atau 57%, dan hanya 6 orang atau 13% yang

menjawab jarang menerima metode ini jika melakukan pelanggaran,

dan yang menjawab tidak pernah menerima metode ini tidak ada.

Berangkat dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa

metode atau sistem yang bervariasi sesuai kondisi dan karakter

digunakan oleh para Guru MIN Dampang Kab. Bantaeng dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

C. Upaya yang Dilakukan Guru Terhadap Mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng

Adapun mengenai upaya-upaya yang dilakukan guru di MIN

(69)

adalah menggunakan waktu yang efesien dalam setiap kegiatan

tentang banyaknya materi dalam pengembangan karakter siswa

yang Islami dan berbasis keterampilan dalam berbagai hal yang

diberikan kepada siswa, hampir setiap materi pelajaran apakah itu

materi pendidikan agama Islam maupun ilmu pengetahuan umum

diberikan bombingan khusus di luar jam pelajaran, hal ini dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Memberi bimbingan khusus di luar jam pelajaran siswa kelas 1 sampai kelas VI Guru MIN Dampang Kab. Bantaeng

No Kategori Jawaban Frekuensi Persentase

1.

Sumber Data: Angket No. 2

Dari analisis tabel di atas menunjukkan bahwa dalam setiap

kegiatan para Guru banyak memberikan materi yang berkaitan

dengan pembinaan akhlak, dimana responden yang menjawab

banyak sekali ada 8 orang atau 17%, yang menjawab banyak ada 32

orang atau 73%, sedangkan yang menjawab kurang hanya 4 orang

(70)

Oleh karena guru MIN Dampang Kab. Bantaeng merupakan

tenaga pendidik yang selalu berupaya menjadikan peserta didiknya

berperilaku dan berakhlak baik, maka upaya tersebut perlu

dikembangkan, baik dari segi mutu maupun yang lainnya, sehingga

dapat membawakan nama harum serta memberikan keyakinan

yang mantap kepada anak didik yang berbudi luhur, berkreasi dan

dinamis, yang sanggup menyelenggarakan pembangunan bangsa

dan negara dengan baik, sehingga tujuan yang di dambakan dalam

meningkatkan mutu pendidikan dapat tercapai dengan

sebaik-baiknya.

Dalam hal tersebut di atas maka peranan Dewan guru sangat

besar terhadap pembinaan peserta didik, sesuai dengan fungsi dan

tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu guna mensukseskan

kegiatan pembelajaran itu sangat diperlukan kualitas dan

kemampuan dari para guru sebagai tenaga pendidik.

Tenaga pendidik (Guru) tidak hanya memiliki pengetahuan

saja, melainkan juga memahaminya secara mendalam,

menghayatinya, dan mampu mengembangkan dan

(71)

tercapainya tujuan pendidikan.

Bertolak dari hal-hal tersebut di atas maka dalam rangka

mensukseskan program pendidikan yang telah ditetapkan sesuai

dengan tujuan dan tugas pokok seorang guru dalam menolong

perkembangan moral, kecakapan, kecerdasan serta sifat-sifat yang

luhur pada usaha untuk mengembangkan kemampuan anak didik,

perlu adanya perencanaan sebelumnya sehingga fungsi dan tujuan

yang dicita-citakan akan nampak jelas, pada akhirnya peranan

Dewan guru MIN Dampang Kab. Bantaeng dalam membina perilaku

anak didik tersebut dapat mencerminkan nilai-nilai moral yang baik

dan berguna bagi bangsa, negara, dan agama.

Fahmi Dahlan, S.Ag, M.Ag mengatakan bahwa:

Salah satu tehnis pendekatan dalam membina moral anak didik adalah melalui perilaku guru itu sendiri, dimana dalam mendidik anak didik senantiasa mengadakan bimbingan, baik itu melalui pendekatan secara teori maupun dilaksanakan dengan praktek atau latihan-latihan dalam keseharian. Juga dalam pembinaan itu selalu diadakan latihan-latihan keterampilan, kesenian, olahraga dan keagamaan.37

Nuraeni K, S.Pd mengungkapkan pula bahwa:

37 Fahmi Dahlan, Kepala MIN Dampang , Wawancara, di Kantor MIN Dampang,

(72)

Perilaku Guru merupakan cerminan dalam masyarakat yang merupakan tenaga pendidik dalam sekolah yang bernuansa Islam tempat pendidikan serta pembinaan yang baik sekali untuk anak-anak generasi penerus bangsa dalam rangka menjadikan anak sebagai manusia yang bermoral.38

Maka dari itu semua sudah jelas bahwa peranan Guru

terhadap pendidikan anak sangat besar sekali, utamanya dalam

menciptakan kondisi mental serta akhlak anak sebagai peserta

didik tersebut untuk menjadi generasi harapan bangsa sesuai

dengan cita-cita pembangunan dalam mengisi kemerdekaan

sekarang ini, sebab di pundak merekalah jaya dan mundurnya

agama dan negara yang tercinta ini.

Adapun Upaya yang Dilakukan Guru Terhadap Peningkatan

Peningkatan Mutu Pendidikan di MIN Dampang Kab. Bantaeng

adalah:

1. Memberi bimbingan khusus di luar jam pelajaran siswa kelas 1

sampai kelas VI.

2.Memberi bimbingan khusus pada siswa kelas 6 pada sore hari

terutama dalam menghadapi UAS dan UAN tertama mata

pelajaran yang di UANkan.

3.Memanfaatkan semua sarana yang ada di sekolah untuk

Gambar

Tabel 1Keadaan Populasi Peserta Didik MIN Dampang
Tabel 2Sampel siswa MIN Dampang Kab. Bantaeng
Tabel 3Tugas /JabatanPangkat
Tabel 5Keadaan Sarana dan Prasarana MIN Dampang Kec. Gantarangkeke
+5

Referensi

Dokumen terkait