• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI TERHADAP RUU PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN APBN TA 2008

Pokok Keterangan Pemerintah F-DEMOKRAT F-PG F-PDIP

1 Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP 2008 Upaya-upaya Peningkatan kualitas LKKL :

1. Penyempurnaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pernerintah.,

2. Penyusunan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN)

mulai tahun 2008;

3. Tidak membatasi lingkup pemeriksaan Penerimaan dan Piutang Pajak;

4. Penyempurnaan aplikasi administrasi penerimaan Negara;

5. Penertiban rekening pada kementerian negara/lembaga;

6. Penertiban BMN yang meliputi inventarisasi, penilaian kembali, dan

sertifikasi;

7. Penyempurnaan administrasi pinjaman luar negeri khususnya penyajian

saldo pinjaman luar negeri-,

8. Peningkatan kualitas SDM di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan

di seluruh kementerian negara/lembaga.

Opini LKKL

Opini 2006 2007 2008

Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified) 7 16 35 Wajar Dengan Pengecualian (Qualified) 37 31 30 Tidak Memberikan Pendapat (Disdaimer) 35 33 18

Tidak Wajar (Adversed) - 1 -

Jumlah 79 81 83

Kemajuan lainnya

a) Semakin menurunnya jumlah temuan audit BPK terhadap LKPP dari

sejumlah 57 temuan pada tahun 2004 menjadi 26 temuan pada tahun 2008.

b) Peningkatan jumlah kekayaan bersih (aset minus kewajiban)

Pemerintah, semula tahun 2004 minus Rp497,15 triliun menjadi positif Rp378,01 triliun pada tahun 2008.

c) Semakin menurunnya selisih pencatatan belanja negara antara kementerian negara/lembaga dan BUN (Suspen).

Pemerintah diharapkan dapat

menyempurnakan system akuntansi dan pelaporan keuangannya, sehingga untuk tahun mendatang hasil audit BPK tidak ditemukan lagi opini disclaimer.

Berulangnya temuan-temuan hasil

pemeriksaan LKPP tahun 2008, menunjukan rendahnya tindak lanjut atas hasil pemeriksaan tahun 2005-2007. Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga tahun 2008 secara umum menunjukan bahwa kualitas LKKL dalam lima tahun terakhir memiliki tendensi yang buruk dari tahun ke tahun. BPK memberikan status disclaimer selama 5 tahun berturut-turut. Dan pada tahun 2008 status disclaimer diberikan kpd 18 Laporan Keuangan K/L atau 21,4 % dari 84 K/L. Dan masih terdapat dua laporan keuangan K/L yang belum selesai diaudit. Padahal Laporan

Keuangan K/L ini menentukan berhasil tidaknya amanat reformasi pengelolaan anggaran Negara. Ini memprihatinkan, dengan adanya paket Undang-Undang Keuangan Negara yang belum efektif memperbaiki akuntabilitas pengelolaan Keuangan Negara.

(2)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-DEMOKRAT F-PG F-PDIP

2 Realisasi kondisi ekonomi makro

Pertumbuhan ekonomi : 6,1%. Inflasi: 11,06%.

Nilai tukar rupiah : Rp10.950/USD.

Suku bunga SBI 3 bulan (level akhir tahun): 11,08%.

Harga minyak mentah Indonesia senilai USD 96,8 per barel . Lifting minyak mentah mencapai 931.000 barel/hari.

Fraksi Partai Golkar meminta

penjelasan yang lebih detail menyangkut penurunan realisasi pertumbuhan dari target yang ditetapkan dan implikasinya terhadap

penciptaan lapangan kerja dan penurunan kemiskinan. Fraksi Partai Golkar meminta penjelasan yang lebih detail mengenai peningkatan lifting minyak sebesar 0,4% dari tahun 2008 dan kondisi sumur-sumur minyak baik yang potensial maupun sumur tua yang sudah mengalami penurunan. Fraksi Partai Golkar juga meminta penjelasan mengenai mekanisme pembagian DBH Migas sebagai implikasi dari peningkatan penerimaan Negara dari minyak.

Kenaikan realisasi SBI 3 bulan dan realisasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberi indikasi lemahnya koordinasi antara otoritas moneter dengan Pemerintah. Kebijakan

menaikan SBI juga berimplikasi pada terjadinya kekeringan likuiditas sehingga

Bila dibandingkan dengan

realisasi asumsi makro ekonomi dan APBN 2008, yang secara

umum pencapaian indikator

ekonomi makro nasional 2008 menunjukan :

(a). Realisasi laju pertumbuhan ekonomi 2008 mencapai 6,2 %, dibawah target APBN-P 2008 sebesar 6,4 % ;

(b). Realisasi tingkat inflasi 11,4 %, lebih tinggi dari target APBN-P 2008 sebesar 6,5 % ;

(c). Suku bunga SBI 3 rata-rata 9,3 %, lebih tinggi dibanding APBN-P sebesar 7,5 % ;

(d). Realisasi nilai tukar rupiah rata-rata Rp. 9.691/US $, lebih tinggi dari target APBN-P 2008 sebesar Rp. 9.100/US$ ;

(e). Harga minyak mentah

Indonesia rata-rata sekitar US$ 96,8/barel, lebih tinggi APBN-P 2008 sebesar US$ 95/barel ; (f). Dan lifting minyak mentah Indonesia yang mencapai 931 ribu barel per hari, yang berarti di atas targetnya APBN-P 2008 sebesar 927 ribu barel per hari.

(3)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-DEMOKRAT F-PG F-PDIP

menyebabkan kesulitan

pembiayaan sektor riil yang menghambat pertumbuhan ekonomi dan upaya

pemberantasan kemiskinan dan pengangguran.

Pertanggungjawaban ini perlu ditegaskan oleh Pemerintah dan otoritas moneter.

3 LKPP Tahun 2008 Meskipun pemeriksaan BPK

terhadap LKPP pemerintah pusat tahun 2008 di berikan opini disclaimer, namun Fraksi Partai Demokrat tetap memberikan apresiasi kepada pemerintah terhadap hal-hal kebijakan yang telah di lakukan dan upaya-upaya perbaikan dalam peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Upaya-upaya perbaikan yang dilakukan pemerintah dapat dilihat dari semakin membaiknya opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL). Pada tahun 2008 jumlah LKKL yang mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) adalah sebanyak 35 LKKL, terjadi peningkatan dua kali lipat dari tahun 2007 sebanyak 16 LKKL. Selain itu, kemajuan-kemajuan dalam LKPP juga tampak pada : semakin menurunnya jumlah temuan audit BPK terhadap LKPP

(4)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-DEMOKRAT F-PG F-PDIP

dari 57 temuan pada tahun 2004

menjadi 26 temuan pada tahun 2008, peningkatan jumlah kekayaan bersih, serta menurunnya selisih bersih pencatatan belanja negara; kementerian Negara dan lembaga. a. Neraca: 31 Des 08 (Rp triliun) 31 Des 07 (Rp triliun) Naik/(turun) (Rp triliun) Aset Pemerintah Rp2.071,70 Rp1.600,21 Rp471,49 a. Asset lancar Rp264,07

b. Investasi Jangka Panjang Rp712,04

c. Aset Tetap Rp673,37

d. Aset Lainnya Rp422,23

Kewajiban pemerintah Rp1.693,69 Rp1.430,97 Rp262,73 a. Kewajiban jk pendek Rp181,34

b. Kewjbn jk panjang Rp1.512,35

Equitas Dana Netto Rp378,01 Rp169,25 Rp208,77 a. Ekuitas Dana Lancar Rp82,73

b. Ekuitas Dana Investasi Rp295,28

Pemerintah diharapkan

melakukan pengelolaan utang berkelanjutan untuk menghindari terjadinya risiko jebakan utang (debt trap) dengan

mempertimbangkan tujuan pengelolaan utang yaitu biaya utang yang minimum dengan tingkat resiko yang semakain terkendali.

b. Laporan Realisasi APBN:

Uraian APBN-P (Rp triliun) Persen thd PDB Real (Rp triliun) Persen thd PDB Pendapatan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Perpajakan 609,2 12,3 658,7 13,3 a. Pajak Dalam Negeri 580,2 11,7 622,4 12,6 b. Pajak Perdg International 29,0 0,6 36,3 0,7

2. PNBP 282,8 5,7 320,6 6,5

a. SDA 192,8 3,9 224,5 4,6

b. Bagian Laba BUMN 31,2 0,6 29,1 0,6

c. PNBP Lainnya 58,8 1,2 67,6 1,4

3. Hibah 2,9 0,1 2,3 0,1

Jumlah Pendp Negara & Hibah 894,9 18,1 981,6 19,8 Belanja Negara

1. Belanja Pem Pusat 697,1 14,1 693,4 14,0

a. Belanja Pegawai 123,5 2,5 112,8 2,3

b. Belanja Barang 67,5 1,4 56,0 1,1

c. Belanja Modal 85,1 1,7 72,8 1,5

d. Pembyr bunga utang 94,8 1,9 88,4 1,8

Pencapaian Penerimaan Pajak

lebih tinggi dari targetnya dalam APBN-P seyogyanya diapresiasi sebagai hasil intensifikasi

perpajakan yang didukung dengan langkah reformasi di bidang perpajakan.

Realisasi belanja Negara mencapai Rp 985,73 triliun, atau Rp 4,2 triliun (0,4%) di bawah pagu APBN-P 2008, menunjukkan bahwa daya serap anggaran pemerintah cukup maksimal.

Kenaikan penerimaan tersebut

(berasal dari pajak dan PNBP) perlu dijelaskan lebih detail oleh Pemerintah apakah disebabkan karena kenaikan harga

komoditas atau karena perluasan basis pajak. Fraksi Partai Golkar meminta Pemerintah untuk lebih memacu penyerapan anggaran pada masing-masing

Kementerian/Lembaga terutama belanja modal dengan

Fraksi PDI Perjuangan DPR RI

berpendapat bahwa Silpa

tersebut, sebenarnya dapat

digunakan mengurangi utang

(pembiayaan) pada APBN

berikutnya. Daya serap yang masih rendah khususnya belanja barang dan modal rata-rata sebesar 82%, Silpa pada APBN 2008 sebesar Rp.80,0 triliun, dan Silpa daerah yang tidak bisa menyerap anggaran sebesar Rp. 45,0 triliun di APBD 2008 seluruh Indonesia, membuktikan bahwa

(5)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-DEMOKRAT F-PG F-PDIP

e. Subsidi 234,4 4,7 275,3 5,6 f. Bantuan Sosial 59,7 1,2 57,7 1,2 g. Belanja lain-lain 32,1 0,7 30,3 0,6 2. Transfer ke Daerah 292,4 5,9 292,4 5,9 a. Dana Perimbangan 278,4 5,6 278,7 5,6 i. DBH 77,7 1,6 78,4 1,6 ii. DAU 179,5 3,6 179,5 3,6 iii. DAK 21,2 0,4 20,8 0,4

b. Dana Otsus & Penys 14,0 0,3 13,7 0,3

i. Dana Otonomi Khusus 7,5 0,2 7,5 0,2

ii. Dana Penyesuaian 6,5 0,1 6,2 0,1

Jumlah Belanja Negara 989,5 20,0 985,7 19,9

Defisit Anggaran (94,5) (1,9) (4,1) (0,08)

Pembiayaan (94,5) (1,9) 84,07 1,7

menerapkan reward and punishment yang tegas. Terkait dengan suspen Belanja Negara, Fraksi Partai Golkar meminta penjelasan kepada Pemerintah mengenai sistem koordinasi antara K/L dengan BUN.

Defisit anggaran tahun 2008 lebih rendah dari penganggaran APBN-P 2008. Fraksi Partai Golkar meminta kepada Pemerintah agar proyeksi surplus/defisit anggaran lebih akurat, karena menyangkut kepercayaan dunia usaha dan pembebanan pada keuangan Negara.

Terkait SILPA, Fraksi Partai Golkar meminta kepada Pemerintah agar

mengendalikan penerbitan SUN dan lebih fokus kepada

pencarian pembiayaan melalui investasi yang bersifat langsung dan jangka panjang.

manajemen fiskal pada APBN dan

APBD masih lemah

c. Laporan Arus Kas

Uraian TA 2008 TA 2008 Naik/(turun)

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi dalam TA 2008

Rp68,56 Rp14,46 Arus Kas Bersih dari Aktivitas

Investasi Aset Non Keuangan

(6)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-DEMOKRAT F-PG F-PDIP

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan

Rp84,07 Rp42,46 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non

Anggaran

(Rp28,17) Rp5,99

Saldo Kas BUN Rp75,83 Rp24,06 Rp51,77

4. Saran dan Pendapat Lain Pemerintah diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan memformulasi factor resiko pengelolaan APBN untuk menjaga akuntabilitas pengelolaan

keuangan Negara.

Pemerintah diharapkan dapat melanjutkan reformasi birokrasi yang mengarah pada kemampuan pelayanan yang lebih baik, cepat, tepat, terarah, transparan dan akuntabel.

Fraksi Partai Golkar meminta

kepada Pemerintah agar lebih

transparan dalam setiap

pelaporan keuangan dengan perincian yang sesuai dengan peruntukan dana tersebut. Fraksi Partai Golkar meminta penjelasan kepada Pemerintah mengenai perbedaan nominal Saldo Anggaran Lebih (SAL) antara yang terdapat pada buku kas dengan saldo fisik kas yang

dihasilkan dari arus kas

Pemerintah.

Menghimbau agar DPR RI, DPD

RI, serta DPRD Propinsi dan

Kabupaten/Kota segera

membentuk Panitia Akuntabilitas

Publik untuk mendorong

Pemerintah menindaklanjuti hasil

pemeriksaan BPK-RI, dan

memantau pelaksanaan APBN dan APBD secara keseluruhan dengan lebih efektif dan efisien. Fraksi PDIP DPR RI berharap dan mengingatkan Pemerintah untuk meningkatkan upaya penciptaan tertib dan disiplin anggaran , mulai dari tahap perencanaan anggaran,

pelaksanaan anggaran,

pengendalian dan penyusunan pertanggungjawabannya.

5. Pendapat Akhir Fraksi Partai demokrat

menyatakan menerima Rancangan Undang-Undang tentang Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 ini untuk disahkan menjadi Undang-Undang dalam Rapat Paripurna DPR pada hari ini.

Fraksi Partai Golkar dapat

menyetujui Rancangan

Undang-Undang tentang

Pertanggungjawaban atas

Pelaksanaan APBN Tahun 2008 untuk dibahas dan dibicarakan lebih lanjut sampai disetujui menjadi Undang-Undang.

Fraksi PDI Perjuangan DPR RI

menyatakan dapat melanjutkan pembahasan pada pembicaraan tingkat I dengan memperhatikan

kekurangan sebagaimana

(7)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

(8)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI TERHADAP RUU PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN APBN TA 2008

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKS F.PAN F.PPP

1 Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP 2008 Upaya-upaya Peningkatan kualitas LKKL :

1. Penyempurnaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pernerintah., 2. Penyusunan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN)

mulai tahun 2008;

3. Tidak membatasi lingkup pemeriksaan Penerimaan dan Piutang Pajak; 4. Penyempurnaan aplikasi administrasi penerimaan Negara;

5. Penertiban rekening pada kementerian negara/lembaga;

6. Penertiban BMN yang meliputi inventarisasi, penilaian kembali, dan sertifikasi;

7. Penyempurnaan administrasi pinjaman luar negeri khususnya penyajian saldo pinjaman luar negeri-,

8. Peningkatan kualitas SDM di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan di seluruh kementerian negara/lembaga.

Opini LKKL

Opini 2006 2007 2008

Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified) 7 16 35

Wajar Dengan Pengecualian (Qualified) 37 31 30

Tidak Memberikan Pendapat (Disdaimer) 35 33 18

Tidak Wajar (Adversed) - 1 -

Jumlah 79 81 83

Kemajuan lainnya

a) Semakin menurunnya jumlah temuan audit BPK terhadap LKPP dari sejumlah 57 temuan pada tahun 2004 menjadi 26 temuan pada tahun 2008.

b) Peningkatan jumlah kekayaan bersih (aset minus kewajiban) Pemerintah, semula tahun 2004 minus Rp497,15 triliun menjadi positif Rp378,01 triliun pada tahun 2008.

c) Semakin menurunnya selisih pencatatan belanja negara antara kementerian negara/lembaga dan BUN (Suspen).

Mempertanyakan kesungguhan pemerintah lewat langkah-langkah konkret yang akan ditempuh untuk memperbaiki opini LKPP sehingga diperoleh LKPP yang WTP? Mempertanyakan time frame yang jelas dan terukur terkait

penyempurnaan sistem informasi penyusunan LKPP khususnya terkait penerimaan Negara, hibah, transfer antar kantor KPPN, piutang pajak, pnjaman RDI/RDP/SLA dan penarikan pinjaman luar negeri? Mempertanyakan bentuk

punishment bagi BUMN yang telat melaporkan laporannya sehingga menimbulkan efek jera?

Mempertanyakan time frame yang jelas mengenai penerapan Teknologi Informasi (IT) yang akan mendukung dalam perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan

pertanggungjawaban serta penilaian terhadap semua K/L yang berkaitan dengan disiplin anggaran?

Mempertanyakan alasan

Fraksi PAN mendesak kepada pemerintah untuk memastikan bahwa setiap K/L dapat mengaplikasikan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) secara efektif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fraksi PAN meminta agar pemerintah menjelaskan upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan peran aparat pengawas intern

pemerintah untuk memaksimalkan penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pada setiap kementerian negara/lembaga. Fraksi PAN menyambut baik upaya pemerintah dalam melakukan penertiban rekening-rekening pada semua

Kementerian atau Lembaga yang belum dilaporkan dalam Neraca Pemerintah Pusat. Mohon dijelaskan bagaimana perkembangan penertiban rekening-rekening pada kementerian negara atau lembaga.

Fraksi PAN mengusulkan agar pemerintah melakukan

perbaikan-F. PPP menilai proses

penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Tahun 2008 belum sepenuhnya sesuai dengan Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Mohon tanggapan pemerintah mengenai:

- Terdapat indikasi lamban serta lemahnya kemauan pemerintah untuk

memperbaiki dan

menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan hasil

pemeriksaan BPK. Undang-undang No. 15 tahun 2004 pasal 20 mengandung sanksi pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban menindaklanjuti rekomendasi laporan hasil pemeriksaan dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian. - Fraksi PPP meminta kepada

pemerintah untuk terus memperbaiki kemampuan dalam pengelolaan anggaran

(9)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKS F.PAN F.PPP

keterlambatan pembahasan LKPP 2008 dengan DPR?

Mempertanyakan bentuk reward dan punishment terhadap K/L yang memenuhi kualitas terbaik untuk LKPP?

perbaikan sistem pengelolaan keuangan negara sesuai dengan temuan-temuan sebagaimana dimaksud dalam hasil

pemeriksaan BPK. Untuk itu, Fraksi PAN meminta pemerintah agar APBN mendatang harus melakukan perbaikan-perbaikan dalam penyusunan dan

pelaksanaan APBN yaitu meningkatkan optimalisasi penyerapan anggaran, meningkatkan alokasi belanja modal, dan meningkatkan efektifitas belanja negara agar manfaat terbesar adalah rakyat dan negara.

Negara, karena dalam pertanggungjawaban APBN Tahun 2008 masih ada 18 Laporan Keuangan

Kementrian Negara/Lembaga (LKKL) yang memperoleh opini disclaimer.

- Fraksi PPP meminta agar pemerintah

menginplementasikan sistem perbendaharaan tunggal agar uang Negara tidak lagi tersebar di berbagai rekening yang tidak terpadu dan dikonsolidasikan.

2 Realisasi kondisi ekonomi makro

Pertumbuhan ekonomi : 6,1%. Inflasi: 11,06%. Nilai tukar rupiah : Rp10.950/USD.

Suku bunga SBI 3 bulan (level akhir tahun): 11,08%.

Harga minyak mentah Indonesia senilai USD 96,8 per barel . Lifting minyak mentah mencapai 931.000 barel/hari.

3 LKPP Tahun 2008 Mempertanyakan penyelesaian

penertiban BMN pada K/L yang direncanakan selesai pada akhir tahun 2008 dan mendesak Pemerintah untuk memberikan bentuk punishment bagi K/L yang tidak taat dalam penertiban BMN? Mendesak pemerintah

menyelesaikan pedoman pengelolaan dan kebijakan

(10)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKS F.PAN F.PPP

akuntansi terhadap asset yang berasal dari KKKS sebagai prioritas dan penyusunan time frame inventarisasi dan revaluasi asset yang berasal dari KKKS dan asset eks BPPN?

Mempertanyakan status kas yang disimpan di Bank Century sebesar USD 17.28 juta yang belum dicairkan? a. Neraca: 31 Des 08 (Rp triliun) 31 Des 07 (Rp triliun) Naik/(turun) (Rp triliun) Aset Pemerintah Rp2.071,70 Rp1.600,21 Rp471,49 a. Asset lancar Rp264,07

b. Investasi Jangka Panjang Rp712,04 c. Aset Tetap Rp673,37 d. Aset Lainnya Rp422,23

Kewajiban pemerintah Rp1.693,69 Rp1.430,97 Rp262,73 a. Kewajiban jk pendek Rp181,34

b. Kewjbn jk panjang Rp1.512,35

Equitas Dana Netto Rp378,01 Rp169,25 Rp208,77 a. Ekuitas Dana Lancar Rp82,73

b. Ekuitas Dana Investasi Rp295,28

Mempertanyakan time frame

penyusunan Buletin Teknis atas SAP tentang belanja social untuk dijadikan prioritas sehingga bisa dijadikan pedoman untuk mengatur penyaluran dan pertangggungjawaban belanja social?

Mendesak Pemerintah melakukan verifikasi untuk mengidentifikasi uang muka yang layak ditagih pada PPLN maupun yang tidak layak ditagihkan, serta

mempertanyakan langkah penyelesaian untuk setiap uang muka yang telah teridentifikasi? Mendesak Pemerintah untuk mempercepat penetapan status Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYBDS)

Fraksi PPP meminta kepada pemerintah untuk memperbaiki inventarisasi aset Negara baik di tingkat pusat maupun daerah. Fraksi PPP juga meminta agar secara kelembagaan diperlukan revitalisasi fungsi pengawasan DPR untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK.

Fraksi PPP mencermati masih lemahnya Sistem Pengendalian atas Utang. Fraksi PPP juga menilai Utang Luar Negeri dan Bunga Utang Luar Negeri terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah utang sejak tiga tahun berturut-turut. Mohon tanggapan pemerintah

(11)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKS F.PAN F.PPP

pada 24 BUMN yang perlu diperinci sebagai Penyertaan Modal Negara?

Mempertanyakan implementasi System Akuntansi Utang Pemerintah terkait dengan penyertaan modal pada Lembaga Keuangan Internasional tidak selaras dengan sistim pencatatan penarikan pinjaman antara DJPU dan DJPBN dan mendesak pada pemerintah untuk mempercepat penyusunan draft peraturan PMP pada LKI?

Mempertanyakan kesungguhan Pemerintah untuk menyelesaikan perbedaan kas antara fisik dan catatan Sisa Anggaran Lebih yang sudah terjadi sejak tahun 2004 dan menyarankan kepada BPK untuk melakukan audit untuk tujuan tertentu untuk meyakini nilai SAL?

Mempertanyakan mekanisme evaluasi PNBP yang dilakukan K/L dan mendesak Pemerintah membuat peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pungutan pada setiap

kementerian dan lembaga sebagai prioritas disamping

mempertanyakan bentuk sanksi bagi K/L yang tidak memenuhi aturan?

(12)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKS F.PAN F.PPP

Mempertanyakan langkah-langkah yang sudah disusun Pemerintah terkait tata cara pengelolaan, penggunaan, dan

pertanggungjawaban potongan gaji PNS untuk iuran dana pensiun?

Mempertanyakan tindak lanjut proses hukum atas SPM fiktif sebesar 9,95 miliar yang

dibayarkan melalui KPPN Jakarta Dua?

b. Laporan Realisasi APBN:

Uraian APBN-P (Rp triliun) Persen thd PDB Real (Rp triliun) Persen thd PDB Pendapatan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Perpajakan 609,2 12,3 658,7 13,3 a. Pajak Dalam Negeri 580,2 11,7 622,4 12,6 b. Pajak Perdg International 29,0 0,6 36,3 0,7

2. PNBP 282,8 5,7 320,6 6,5

a. SDA 192,8 3,9 224,5 4,6

b. Bagian Laba BUMN 31,2 0,6 29,1 0,6

c. PNBP Lainnya 58,8 1,2 67,6 1,4

3. Hibah 2,9 0,1 2,3 0,1

Jumlah Pendp Negara & Hibah 894,9 18,1 981,6 19,8

Belanja Negara

1. Belanja Pem Pusat 697,1 14,1 693,4 14,0 a. Belanja Pegawai 123,5 2,5 112,8 2,3

b. Belanja Barang 67,5 1,4 56,0 1,1

c. Belanja Modal 85,1 1,7 72,8 1,5

d. Pembyr bunga utang 94,8 1,9 88,4 1,8

e. Subsidi 234,4 4,7 275,3 5,6 f. Bantuan Sosial 59,7 1,2 57,7 1,2 g. Belanja lain-lain 32,1 0,7 30,3 0,6 2. Transfer ke Daerah 292,4 5,9 292,4 5,9 a. Dana Perimbangan 278,4 5,6 278,7 5,6 i. DBH 77,7 1,6 78,4 1,6 ii. DAU 179,5 3,6 179,5 3,6

Fraksi PAN sangat mendukung pencantuman dengan jelas jumlah Sisa Anggaran Lebih (SAL) hingga tahun 2008. Terkait dengan SAL Tahun Anggaran 2008 tersebut, Fraksi PAN berpendapat agar SAL dimaksud dicantumkan sebagai Saldo Awal dalam APBN tahun berikutnya. Selain itu, kami juga menegaskan agar Sisa Anggaran Lebih tersebut hanya dapat digunakan dalam hal realisasi anggaran pengeluaran melebihi realisasi anggaran penerimaan dalam tahun anggaran berjalan. Fraksi PAN mengharapkan kepada pemerintah untuk

Mohon penjelasan pemerintah atas terjadinya selisih yang cukup besar pada beberapa pos seperti Pendapatan Negara dan Hibah dan realisasi belanja pemerintah pusat yang mengakibatkan penerimaan Negara dan belanja Negara yang dilaporkan dalam Laporan Realisasi APBN APBN, dan pengeluaran sejenis pada Laporan Arus Kas Tahun 2008 tidak dapat diyakini kewajarannya. Mohon penjelasan pemerintah mengenai perbedaan pengakuan pendapatan penerimaan PBB Migas dan PBB Panas Bumi yang menyebabkan terdapat beban pemerintah atas PBB Migas dan

(13)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKS F.PAN F.PPP

iii. DAK 21,2 0,4 20,8 0,4

b. Dana Otsus & Penys 14,0 0,3 13,7 0,3 i. Dana Otonomi Khusus 7,5 0,2 7,5 0,2 ii. Dana Penyesuaian 6,5 0,1 6,2 0,1

Jumlah Belanja Negara 989,5 20,0 985,7 19,9 Defisit Anggaran (94,5) (1,9) (4,1) (0,08)

Pembiayaan (94,5) (1,9) 84,07 1,7

memberikan penjelasan secara komprehensif tentang realisasi APBN Tahun Anggaran 2008 yang dialokasikan pemberdayaan UMKM

PBB Panas Bumi yang tidak dilaporkan dalam Laporan Realisasi APBN.

Fraksi PPP meminta pemerintah untuk memperbaiki transparansi dan akuntabilitas penerimaan Negara baik yang bersumber dari pajak, migas dan penambangan sumberdaya alam lainnya maupun dari penerimaan Negara bukan pajak .

Fraksi PPP menilai upaya penarikan pajak yang dilakukan hingga kini masih bertumpu pada wajib pajak kelas kakap, kurang memperluas basis wajib pajak baru dan dalam sistem

menghitung pajak sendiri tanpa audit internal telah membuka peluang bagi penyelewengan baik oleh wajub pajak maupun oleh petugas pajak.

Mohon penjelasan pemerintah. c. Laporan Arus Kas

Uraian TA 2008 TA 2008 Naik/(turun)

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi dalam TA 2008

Rp68,56 Rp14,46

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan

(Rp72,68) (Rp64,30)

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan

Rp84,07 Rp42,46

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran

(Rp28,17) Rp5,99

(14)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKS F.PAN F.PPP

4. Saran dan Pendapat Lain Fraksi PAN menegaskan kepada

Pemerintah agar semua satker di K/L memperbaiki kinerja lembaga secara maksimal dalam kerangka manajemen modern.

5. Pendapat Akhir Fraksi PAN menyetujui

Rancangan Undang-undang tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 untuk dibahas pada tahap selanjutnya.

Siap untuk melakukan Pembahasan RUU tentang Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2008 2008 pada tingkat selanjutnya.

(15)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI-FRAKSI TERHADAP RUU PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN APBN TA 2008

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKB F.GERINDRA F-HANURA

1 Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP 2008 a. Upaya-upaya Peningkatan kualitas LKKL :

1. Penyempurnaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pernerintah.,

2. Penyusunan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LKBUN)

mulai tahun 2008;

3. Tidak membatasi lingkup pemeriksaan Penerimaan dan Piutang Pajak;

4. Penyempurnaan aplikasi administrasi penerimaan Negara;

5. Penertiban rekening pada kementerian negara/lembaga;

6. Penertiban BMN yang meliputi inventarisasi, penilaian kembali, dan sertifikasi;

7. Penyempurnaan administrasi pinjaman luar negeri khususnya penyajian saldo pinjaman luar negeri-,

8. Peningkatan kualitas SDM di bidang akuntansi dan pelaporan

keuangan di seluruh kementerian negara/lembaga.

Opini LKKL

Opini 2006 2007 2008

Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified) 7 16 35 Wajar Dengan Pengecualian (Qualified) 37 31 30 Tidak Memberikan Pendapat (Disdaimer) 35 33 18

Tidak Wajar (Adversed) - 1 -

Jumlah 79 81 83

Kemajuan lainnya

a) Semakin menurunnya jumlah temuan audit BPK terhadap LKPP dari

sejumlah 57 temuan pada tahun 2004 menjadi 26 temuan pada tahun 2008.

b) Peningkatan jumlah kekayaan bersih (aset minus kewajiban)

Pemerintah, semula tahun 2004 minus Rp497,15 triliun menjadi positif Rp378,01 triliun pada tahun 2008.

c) Semakin menurunnya selisih pencatatan belanja negara antara

Berdasarkan Laporan Hasil

Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan oleh BPK bahwa Pemerintah telah melakukan langkah-langkah upaya perbaikan terhadap kelemahan sistem pengendalian intern dan

ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, namun hasilnya masih kurang memadai atau belum maksimal.

Sejak tahun 2004, upaya-upaya

perbaikan pengelolaan Keuangan Pemerintah Pusat yang dilakukan oleh pemerintah hanya bersifat tambal sulam, belum substantif dan terintegrasi.

Meminta Pemerintah

bersungguh-sungguh memperhatikan dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dan melakukan

penyempurnaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara, khususnya penertiban administrasi aset, sehingga opini BPK atas penyajian laporan keuangan di masa mendatang lebih meningkat.

Mendesak pemerintah lebih disiplin dalam melaksanakan anggaran, yaitu bahwa realisasi Anggaran Belanja tidak boleh melampaui Anggaran Belanja yang telah di tetapkan. Dalam hal terdapat pelampauan Anggran belanja maka harus dijelaskan dan

dipertanggungjawabkan;

Menghimbau Pemerintah meningkatkan sistem

pengendalian intern, khususnya terhadap aliran dana belanja Subsidi, karena ada

kecenderungan bahwa Belanja Subsidi ini meningkat secara

(16)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKB F.GERINDRA F-HANURA

kementerian negara/lembaga dan BUN (Suspen). signifikan dari tahun ke tahun baik

jenis maupun besaran

anggarannya. Pengendalian atas belanja Subsidi tidak hanya dilakukan terhadap pengajuan pemintaan pembayaran Belanja Subsidi, namun pengendalian juga harus dilaksanakan terhadap kebenaran aliran dana untuk menilai apakah Belanja Subsidi tersebut disalurkan dan

dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya.

2 Realisasi kondisi ekonomi makro

Pertumbuhan ekonomi : 6,1%. Inflasi: 11,06%.

Nilai tukar rupiah : Rp10.950/USD.

Suku bunga SBI 3 bulan (level akhir tahun): 11,08%.

Harga minyak mentah Indonesia senilai USD 96,8 per barel . Lifting minyak mentah mencapai 931.000 barel/hari.

3 LKPP Tahun 2008 a. Neraca: 31 Des 08 (Rp triliun) 31 Des 07 (Rp triliun) Naik/(turun) (Rp triliun) Aset Pemerintah Rp2.071,70 Rp1.600,21 Rp471,49 a. Asset lancar Rp264,07

b. Investasi Jangka Panjang Rp712,04

c. Aset Tetap Rp673,37

d. Aset Lainnya Rp422,23

Kewajiban pemerintah Rp1.693,69 Rp1.430,97 Rp262,73 a. Kewajiban jk pendek Rp181,34

b. Kewjbn jk panjang Rp1.512,35

Equitas Dana Netto Rp378,01 Rp169,25 Rp208,77 a. Ekuitas Dana Lancar Rp82,73

b. Ekuitas Dana Investasi Rp295,28

Kami belum melihat pemerintah

membuat langkah konkrit untuk menyelesaikan perbedaan SAL yang sudah tercatat sejak tahun 2004. Demikian juga di area Pengelolaan Utang Luar Negeri, Pengelolaan Aset Tetap dan Pengelolaan Aset Lain-lain. Kami belum melihat rencana tindak lanjut yang komprehensif yang menjamin adanya peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik dan peningkatan opini auditor

(17)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKB F.GERINDRA F-HANURA

b. Laporan Realisasi APBN:

Uraian (Rp triliun) APBN-P thd PDB Persen (Rp triliun) Real thd PDB Persen Pendapatan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Perpajakan 609,2 12,3 658,7 13,3 a. Pajak Dalam Negeri 580,2 11,7 622,4 12,6 b. Pajak Perdg International 29,0 0,6 36,3 0,7

2. PNBP 282,8 5,7 320,6 6,5

a. SDA 192,8 3,9 224,5 4,6

b. Bagian Laba BUMN 31,2 0,6 29,1 0,6

c. PNBP Lainnya 58,8 1,2 67,6 1,4

3. Hibah 2,9 0,1 2,3 0,1

Jumlah Pendp Negara & Hibah 894,9 18,1 981,6 19,8 Belanja Negara

1. Belanja Pem Pusat 697,1 14,1 693,4 14,0

a. Belanja Pegawai 123,5 2,5 112,8 2,3

b. Belanja Barang 67,5 1,4 56,0 1,1

c. Belanja Modal 85,1 1,7 72,8 1,5

d. Pembyr bunga utang 94,8 1,9 88,4 1,8

e. Subsidi 234,4 4,7 275,3 5,6 f. Bantuan Sosial 59,7 1,2 57,7 1,2 g. Belanja lain-lain 32,1 0,7 30,3 0,6 2. Transfer ke Daerah 292,4 5,9 292,4 5,9 a. Dana Perimbangan 278,4 5,6 278,7 5,6 i. DBH 77,7 1,6 78,4 1,6 ii. DAU 179,5 3,6 179,5 3,6 iii. DAK 21,2 0,4 20,8 0,4

b. Dana Otsus & Penys 14,0 0,3 13,7 0,3

i. Dana Otonomi Khusus 7,5 0,2 7,5 0,2

ii. Dana Penyesuaian 6,5 0,1 6,2 0,1

Jumlah Belanja Negara 989,5 20,0 985,7 19,9

Defisit Anggaran (94,5) (1,9) (4,1) (0,08)

Pembiayaan (94,5) (1,9) 84,07 1,7

Kami belum melihat rencana tindak

lanjut yang akan dilakukan pemerintah untuk memperbaiki sistem penerimaan perpajakan secara konprehensif, meliputi target waktu penyelesaian dan siapa yang bertanggung jawab sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi dan dapat meningkatkan opini BPK di waktu mendatang.

Sama dengan tanggapan kami sebelumnya, kami belum melihat rencana tindak lanjut yang

konprehensif sehingga kasus PBB atas area/blok Migas dan Panas Bumi yang belum produksi tidak terulang lagi pada tahun berikutnya dan dapat meningkatkan opini BPK di waktu mendatang.

Mohon penjelasan tambahan

mengenai:

- adanya perbedaan sebesar Rp

90 miliar pada realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang tercatat dalam Laporan Realisasi Anggrana sebesar Rp 320,60 trilyun dengan jumlah yang dilaporkan dalam Laporan Arus Kas sebesar Rp 320,51 trilyun.

- dari Anggaran Penerimaan

Bagian Pemerintah atas Laba BUMN sebesar Rp 31,24 trilyun di realisasikan sebesar Rp 29,09 trilyun atau

93,1%;Dalam catatan Atas laporan Keuangan, belum ada penjelasan tentang penyebab tidak tercapainya target penerimaan tersebut.

- Penjelasan tentang Realisasi

belanja subsidi Tahun 2008 sebesar Rp 275,29 trilyun yang melebihi anggaran sebesar Rp 40,89 trilyun atau 17,44% dari anggaran yang ditetapkan.

- Penjelasan tentang realisasi Belanja Subsidi Tahun 2008

(18)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKB F.GERINDRA F-HANURA

sebesar Rp. 275,29 trilyun

meningkat secara signifikan dibandingkan dengan realisasi Belanja Subsidi Tahun 2007 sebesar Rp 150,21 trilyun atau meningkat 83,27%.

- Dalam Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2008 yang telah diaudit oleh Badan pemeriksa Keuangan dinyatakan bahwa kondisi makro ekonomi secara umum selama tahun 2008 masih relative stabil. Disamping itu Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai salah satu indikator perbankan cukup baik dalam rangka mengantisipasi berbagai resiko yang ada. Hal tersebut menunjukan bahwa alasan penetapan Bank Century sebagai bank Gagal yang Berdampak Sistemik tidak cukup beralasan.

- Kami juga berpendapat bahwa

pemerintah lemah dalam hal pencatatan asset Negara, antara lain ada temuan pencatatan aset Negara 2005-2008 masih belum

ditindaklanjuti oleh pemerintah, tentang pengakuan

(19)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKB F.GERINDRA F-HANURA

permanen di Bank Indonesia,

yang jumlahnya lebih dari Rp 130 trilyun. Perbedaan penafsiran antara pemerintah dan BPK atas pengakuan ekuitas BI senilai Rp 130 trilyun tersebut hendaknya dipercepat penyelesaiannya.

c. Laporan Arus Kas

Uraian TA 2008 TA 2008 Naik/(turun)

Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi dalam TA 2008

Rp68,56 Rp14,46 Arus Kas Bersih dari Aktivitas

Investasi Aset Non Keuangan

(Rp72,68) (Rp64,30) Arus Kas Bersih dari Aktivitas

Pembiayaan

Rp84,07 Rp42,46 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non

Anggaran

(Rp28,17) Rp5,99

Saldo Kas BUN Rp75,83 Rp24,06 Rp51,77

4. Saran dan Pendapat Lain Secara garis besar, Fraksi Partai

Kebangkitan Bangsa memandang Pemerintah telah berupaya

melakukan upaya-upaya perbaikan dalam peningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa juga memandang bahwa kedepan pemerintah harus lebih konsisten dalam penyempurnaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan serta melakukan penilaian kinerja terhadap Kementerian Negara/lembaga (K/L) berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan

Pilihan kebijakan fiskal dengan

anggaran defisit yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang berjalan selama ini sudah sepatutnya untuk kita koreksi bersama. Pemerintah telah memilih untuk mempertahankan paradigma lama yang hanya berorientasi pada pencapaian pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan pada pembiayaan

(20)

BIRO

ANALISA

ANGGARAN

DAN

PELAKSANAAN

APBN

– SETJEN

DPR

RI

Pokok Keterangan Pemerintah F-PKB F.GERINDRA F-HANURA

dan pertanggungjawaban serta

disusun dalam sistem Akuntanbilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

5. Pendapat Akhir Fraksi Partai kebangkitan Bangsa

menyatakan dapat menerima

Rancangan Undang-Undang Tentang pertanggung-jawaban Atas

Pelaksanaan APBN tahun anggaran 2008 untuk selanjutnya dibahas bersama DPR.

Kami dari Fraksi Gerindra

menyatakan menolak Rancangan Undang-undang tentang

Pertanggungjawaban APBN 2008 yang disampaikan oleh pemerintah.

Referensi

Dokumen terkait

waktu tertentu. Waktu dihitung sejak awal staf memberikan suatu layanan pada pasien hingga tepat sebelum diberikan layanan yang sama diberikan kepada pasien

Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan

Asfiksia merupakan penyebab utama kematian bayi, indikator untuk diagnosis asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) dengan penilaian Apgar Score menit pertama kelahiran.

Bank Mega menganalisis kinerja keuangannya dengan melakukan perbandingan laporan keuangan yaitu nilai laba bersih, pendapatan operasional, dan kredit yang

Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati (2001) yang menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen berkaitan

Haba peneutralan bagi tindak balas antara asid hidroklorik dan natrium hidroksida adalah lebih tinggi daripada tindak balas antara asid etanoik dengan

Asbuton dapat digunakan sebagai bahan tambah aspal minyak atau campuran beraspal minyak karena Asbuton, terutama Asbuton Kabungka, memiliki bitumen yang relative lebih

usaramoensis dapat diberikan dalam ransum burung puyuh tanpa menurunkan energi metabolis, retensi nitrogen dan efisiensi ransum sehingga dapat digunakan sebagai