• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan tradisi Rasulan di Gunung Kidul setelah 1998 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perubahan tradisi Rasulan di Gunung Kidul setelah 1998 - USD Repository"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i PERUBAHAN TRADISI RASULAN DI GUNUNGKIDUL SETELAH 1998

Oleh :

Nama : Markus Yuwono

Nim :024314025

JURUSAN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv Almamaterku tercinta, dan Kebangganku : FAkultas Sastra, Prodi Ilmu Sejarah Universitas Sanatha Dharma Yoyakarta

Kedua orang tuaku : (alm) Al. Sumadi dan Sutinem, serta Adik-adikku Bimo dan Deta , yang telah memberikan yang terbaik untukku,

Sahabat-sahabatku Semua

MOTTO

(5)
(6)

vi YOGYAKARTA

Penulisan skripsi dengan Judul “Perubahan Tradisi Rasulan Di Gunungkidul setelah 1998” ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisa perkembangan tradisi Rasulan di Gunungkidul, ketika masyarakat menghadapi perubahan setelah krisis ekonomi 1997, secara umum merupakan bagian dari sejarah Kebudayaan dengan melihat perkembangan sebelum terjadinya Krisis dan setelahnya.

(7)

vii YOGYAKARTA

Writing thesis with title "Development of Tradition rasulan In Gunungkidul after 1998" aims to describe and analyze developments in Gunungkidul Rasulan tradition, when people deal with changes after the 1997 economic crisis, is generally a part of cultural history by looking at the

development before the crisis and afterwards.

As a writing of history, so the methods of research used in writing this essay is, the stage of determining the location or area of research, and respondents who used the collection of literature and oral interview. The collection of written and oral sources should be chosen in a credible and authentic source, for analysis to reconstruct the eventsthatwillbediscussed.

(8)
(9)

ix telah memberikan keselamatan, kesehatan dan karunia, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi Perkembangan tradisi Rasulan Digunungkidul Setelah 1998.

Penulis mengucapkan terimaksih yang tidak terhingga terhadap Drs Silverio.R.L Aji Sampurna. M.Hum sebagai pembimbing tunggal, yang telah mau meluangkan waktu, kesempatan, dan memberikan masukan serta bimbingan terhadap penulis. Tidak lupa beliau juga memberikan kritikan, dan motivasi yang luar biasa, sehingga penulis mampu melanjutkan kembali dan sampai skripsi ini selesai.

Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak melibatkan bantuan baik berupa dukungan matriil dan moril, bimbingan, bantuan, baik langsung maupun tidak langsung. Maka sepantasnya Penulis mengucapkan terimaksih terhadap:

1. Dekan fakultas Sastra, Dr.I.Praptomo Baryadi, M.Hum

2. Drs Hery Santosa. M.Hum yang telah memberikan motivasi dan pengalaman yang luar biasa besarnya bagi penulis, masukan dan kritikan mampu mmemberikan semangat.

(10)

x 5. Rm Baskara T Wardaya, yang telah mengajarkan penulisan yang benar

dan sistematis, serta kedisiplinan.

6. Drs Manu Jaya Atmaja, Dra Juningsih M.Hum, Drs Anton Haroyono M.Hum, St Sunardi, DR Budiyawan yang telah memberikan banyak sekali ilmu yang berguna, serta kedisiplinan dalam hidup.

7. Karyawan Upt Perpustakaan Sanata Dharma yang telah membantu memberikan literature terhadap penulis.

8. Seluruh responden masyarakat Gunungkidul yang telah membantu memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

9. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Perpustakaan Daerah, BPS, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Gunungkidul yang mau memberikan data.

10.Saudara-saudaraku Pakde Man, alm Bude Jirah, Bude Nani, Bude Sut, Bude Sri dan seluruh kakakku yang telah memberikan bantuan.

(11)

xi 13.Teman-teman Wartawan Gunungkidul, Pak Tar, Pak Bambang, Pak Awa, Pak Jono, Endro, Didit, Erwin,Muji, Setya, Gun, Aan, mari memajukan Gunungkidul

14.Teman-teman ojek di Prapatan Playen semuanya terima kasih

15.Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, saya ucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan

Penulis menyadari banyak sekali kekurangan yang ada dalam skripsi ini, maka dari itu mohon saran dan kritikan, agar karya ini menjadi lebih baik. Semoga karya ini berguna bagi masyarakat dan pembaca.

Yogyakarta

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vii

BAB II. SEJARAH BERDIRINYA KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAN BUDAYA RASULAN ... 15

7. Sosial Budaya Masyarakat Gunungkidul ... ... 25

8. Kesenian... ... 25

(13)

xiii

BAB III. KRISIS EKONOMI DAN PENGARUHNYA ... 39

A. Krisis Ekonomi Di Indonesia ... 39

1. Dampak Krisis Ekonomi Bagi Indonesia ... 40

2. Dampak Krisis Ekonomi Bagi Masyarakat Gunungkidul ... 42

B. Perubahan Rasulan ... 44

BAB IV. PERUBAHAN BAGI MASYARAKAT DAN TRADISI ... 51

A. Dampak Perubahan Bagi Masyarakat ... 51

B. Pergeseran Rasulan ... 53

1. Pergeseran Fungsi Sosial ... 53

2. Peralatan Dan teknologi ... 54

3. Religi ... 54

4. Kesenian ... 56

C. Perkembangan Fungsi Rasulan Bagi Masyarakat Gunungkidul ... 56

1. Rasulan Dalam Fungsi Religi ... 56

2. Rasulan Dalam Fungsi Sosial... ... 57

3. Rasulan Dalam FungsiBudaya... ... 58

BAB V. PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 63

B. Rekomendasi ... 64

(14)

1 A. Latar belakang masalah

Penulisan Sejarah pada masa sekarang ini banyak didominasi penulisan sejarah orang-orang besar dan politik. Penulisan sejarah politik dan kisah perjuangan sesorang yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa memang banyak diminati oleh banyak sejarawan di dunia termasuk Indonesia, banyak sekali tulisan-tulisan atau buku yang mengungkapkannya misalnya The Indonesian Killings; Pembantaian PKI Di Jawa dan Bali 1965-1966 yang disunting oleh Robert Cribb dan Bung Karno Menggugat yang ditulis oleh Dr. Baskara T Wardaya, S.J. Kedua buku itu menunjukkan penulisan sejarah peristiwa politik diminati masyarakat, penulisan sejarah local terutama bidang kebudayaan belum banyak ditulis sejarawan masa kini.

Sementara itu penulisan sejarah lokal masih belum begitu banyak ditulis oleh sejarawan. Hal ini disebabkan oleh karena minimnya sumber atau data yang ada. Penulisan sejarah kebudayaan menambah pilihan masyarakat untuk mengetahui sejarah bangsanya sendiri dari sisi yang lain. Penulisan sejarah kebudayaan sebenarnya sudah lama contohnya Darsiti Suratman yang menulis

kehidupan dunia keraton Surakarta (1930-1939), dan G Moedjanto Suksesi dalam Sejarah Jawa

(15)

ini hingga memunculkan berbagai tradisi ucapan rasa syukur terhadap limpahan rejeki yang diberikan oleh Tuhan. Ungkapan masyarakat mempunyai keunikan tersendiri, karena setiap daerah memiliki perbedaan. Hal ini menarik untuk di kaji karena bisa menambah wawasan tentang budaya Indonesia. Perkembangan budaya dapat dikategorikan sejarah budaya. Budaya menjadi bagian hidup dari masyarakat, sedangkan masyarakat ialah pembentuk Negara. Jadi Negara dan budaya ialah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan.

Negara menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya, Jika tidak dipelajari maka menyebabkan bangsa ini kehilangan jati dirinya. Keterkaitan antara budaya dengan Negara pernah tertulis dalam sebuah buku The Civilization of the Renaissance in Italy jilid I karangan Burchardt. Disitu ditulis Negara sebagai pendorong dan bagian system budaya. Negara menjadi salah satu bagian terpenting dari kelangsungan kebudayaan dalam masyarakat.

Kebudayaan sebagai salah satu alat pengukur tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa. Peradaban dan kebudayaan di turunkan dari generasi kegenerasi sehingga, berkembang sesuai dengan jaman. Namun jika dalam suatu kebudayaan tidak ditulis, maka akan hilang. Penulisan Sejarah lokal sebagai upaya untuk melesatarikan budaya masyarakat.

(16)

merupakan bagian dari sejarah umum1. Pernyataan Joseph semakin menguatkan bahwa sejarah kebudayaan merupakan salah satu pilar penting sejarah nasional, dan tidak boleh ditinggalkan. Sejarah lokal ialah kisah lampauan dari kelompok atau kelompok-kelompok masyarakat yang berada pada “daerah geografis” yang terbatas2. Sejarah kebudayaan hanya memiliki ruang lingkup daerah tertentu. Tujuan dari sejarah budaya tidaklah berbeda dengan sejarah pada umumnya yaitu melihat secara umum tentang perkembangan kebudayaan.3 Sejarah kebudayaan memiliki tujuan untuk merekonstruksi tentang perkembangan kebudayaan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini membuat sejarah budaya melihat tentang tradisi masyarakat serta melihat perubahan yang terjadi didalamnya. Dalam tradisi masyarakat ungkapan rasa syukur terhadap sang Pencipta dan alam dilakukan berbagai macam. Mitos memiliki kaitan dengan alam disekitar masyaraat itu tinggal. Agama dan Mitos menjadi bagian budaya masyarakat, yang tidak bisa dijelaskan dengan rasional namun berdasarkan pengalaman iman.4 Dalam

1

(17)

ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan karena panen yang telah berhasil, kepada hyang-hyang yang menunggu sungai dan pohon besar di desa.5

Salah satu budaya yang sampai kini masih ada di dalam masyarakat adalah Tradisi Rasulan atau bersih desa ialah tradisi yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat di Gunungkidul. Tradisi ini memaknai kapan nenek moyang atau leluhur membuka hutan untuk mendirikan sebuah desa, serta ungkapan syukur masyarakat atas hasil panen yang berlimpah. Disebut Rasul karena di dalam upacara tersebut tokoh yang dihormati dan dimintakan berkah ialah Nabi Muhammad yang menjadi rasul Tuhan6. Tradisi rasulan semakin berkembang sesuai dengan perkembangan situasi daerah atau Negara.

Upacara Rasulan yang di gelar hampir seluruh masyarakat di Gunungkidul, sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas rejeki yang diterima masyarakat, berupa panen bagi petani. Misalnya memberikan hasil pertanian untuk sesaji, atau dipersembahkan bagi Tuhan. Selain itu untuk memperingati hari dimana desa atau dusun itu didirikan.

(18)

Perkembangan manusia semakin maju dan modern, tidak hanya menyebabkan kemajuan teknologi, tetapi semakin melebar kearah pola pikir manusia. Perembangan bangsa Indonesia semakin pesat, banyaknya arus informasi yang masuk setelah krisis ekonomi 1997 menyebabkan semakin terbukanya masyarakat. Setelah reformasi bergulir era keterbukaan muncul di sini. Pemerintahan orde baru membatasi arus informasi bagi masyarakat Indonesia. Informasi yang diperolah harus sesuai ijin pemerintah.

Pasca jatuhnya rejim orde baru membuka peluang bagi masyaraat untuk bisa mengespresikan diri masing-masing. Keterbukaan masyarakat mempengaruhi pola pikirnya, masa krisis ekonomi menjadi masa sulit bagi masyarakat dari segi ekonomi, namun dari segi yang lain munculnya kebebasan berekspresi.

Perkembangan masyarakat mempengaruhi tradisi masyarakat, perubahan sampai tingkat sosial budaya termasuk tradisi rasulan. Arus modernitas masyarakat semakin membuat masyarakat berani melawan tradisi yang sudah ada. Masyarakat sudah mulai menggunakan adat tradisi yang berasal dari luar untuk diterapkan dan sebagai pelangkap budaya yang sudah lama berkembang di masyarakat. Perkembangan budaya termasuk dalam sejarah perkembangan budaya local atau sejarah budaya.

B. Identifikasi Permasalahan

(19)

dan perkembangan masyarakat. Masyarakat Gunungkidul sebagai masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi dan reformasi.

Seperti masyarakat lain di Indonesia, Gunungkidul mendapat dampak baik langsung maupun tidak langsung dari krisis ekonomi1997. Krisis ekonomi tidak hanya mempengaruhi perekonomian masyarakat tetapi juga social budaya masyarakat. Pasca turunnya pemerintah orde baru masyarakat Indonesia semain terbuka dengan dunia luar. Hal ini menyebakan semakin banyakanya arus budaya luar yang masuk.

Namun dalam tulisan ini tidak akan membahas benturan budaya luar dan asli masyarakat, tetapi melihat perkembangan tradisi Rasulan dalam masyarakat Gunungkidul pasca krisis ekonomi.

C. Perumusan Permasalahan

Berdasarkan dari latar belakang dapat dilihat beberapa permasalahan 1. Mengapa masyarakat di Gunungkidul melaksanakan Rasulan?

2. Bagaimana masyarakat melihat tradisi Rasulan dan seberapa besar pengaruhnya bagi masyarakat?

3. Mengapa Rasulan mengalami perkembangan pasca krisis ekonomi?

D. Tujuan Penulisan 1. Teoretis

(20)

berkaitan mengenai penulisan sejarah budaya. Krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 menjadi awal untuk melihat dampaknya bagi kehidupan masyarakat, baik dari segi sosial, ekonomi, dan budaya. Penulisan Skripsi ini semoga menjadi titik tolak untuk penulisan sejarah lokal didaerah lain.

2. Praktis

Tulisan ini berguna untuk memperoleh gelar S1 Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian dan tulisan ini semoga berguna bagi masyarakat.

E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Penulisan ini dapat digunakan untuk membrikan data dan gambaran terhadap perkembangan tradisi rasulan seltelah 1998, yang secara umum dalam sejarah Kebudayaan Indonesia

2. Praktis

Sebagai sarat untuk memperoleh gelar Sarjan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma, dan menambah penulisan sejarah Kebudayan Indonesia khususnya Jawa

F. Kajian Pustaka

(21)

Sumber yang lain melalui media cetak dan elektronik serta internet sebagi literatur.

Topik yang dibahas tergolong baru sehingga masih sangat minim data atau tulisan yang pernah membahasnya. Penulis belum menemukan tulisan yang membahas secara mendalam mengenai tradisi rasulan. Penelitian dilakukan di sebagian besar kecamatan di Gunungkidul, untuk menutup kekurangan data yang dimiliki.

Dalam webside www.gunungkidul.go.id, menulis tentang rasulan dibeberapa tempat di Gunungkidul, digunakan untuk mengetahui gambaran masyarakat Gunungkidul, dan untuk mengetahui obyek penelitian.

Dalam www.jurnalekonomirakyat.com, dalam judul artikel Dampak Krisis Ekonomi Bagi Perajin Kecil untuk mengetahui seberapa besar pengaruh krisis ekonomi bagi masyarakat di Gunungkidul. Disana dibahas dampak krisis ekonomi secara umum di wilayah Gunungkidul dan khususnya wilayah kecamatan Wonosari.

Pembahasan rasulan hanya terdapat dalam website www.testeofjogja.com dan www.forumdesa.com keduanya hanya melihat bentuk budaya rasulan tanpa melihat perkembangannya lebih jauh. Dalam situs testofjogja, hanya memberikan gambaran singkat rasulan, misalnya gambaran arak-arakan yang dilaksanakan oleh masyarakat, tanpa melihat latar belakang dilaksanakannya rasulan.

(22)

Gunungkidul. Rasulan sebagai bentuk pertunjukan sehingga layak “dijual” oleh pemerintah kabupaten sebagai aset budaya, tanpa melihat hal yang lebih luas, bagaimana perkembangan di dalam masyarakatnya.

Perkembangan rasulan juga dapat dilihat di media Indonesia online, dengan judul Tradisi Rasulan Dalam Lima Bahasa disana di terangkan proses perkembangan rasulan yang telah menggunakan 5 bahasa yaitu Jawa, Indonesia, Inggris, Jepang dan Perancis, sebagai perkembangan proses perubahan makna dimana rasulan dibuat lebih menarik, sebagai aset pariwisata baik dalam maupun luar negri, merupakan strategi baru pemerintah kabupaten yang di mulai oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan untuk menarik pengunjung untuk menyaksikan kegiatan budaya,

Karya tulis ilmiah ini sebuah karya deskripsi dan analisis untuk mengetahui budaya asli Gunungkidul, dan latar belakang perubahan nilai makna Rasulan bagi masyarakat Gunungkidul.

G. Landasan Teori

Penulisan skripsi ini berdasarkan atas teori sejarah yang mengatakan bahwa peristiwa sejarah hanya sekali terjadi dan unik. Budaya Rasulan dan pengaruh krisis moneter menggunakan pendekatan Antropologi untuk melihat situasi masyarakat.

(23)

merupakan petunjuk bagi masyarakat tersebut dalam menghadapi lingkungannya dan juga dirinya sendiri (proses belajar/adaptasi). Dengan begitu budaya menjadikan tiap-tiap individu dalam masyarakat bagian dari lingkunganya tersebut.7 Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu yang dimaksud merupakan bagian dari budaya tersebut.

Dari permasalahan tersebut dapat diketahui bahwa, budaya timbul sebagai proses adaptasi atau belajar manusia terhadap lingkungan sekitarnya (ecology) yang kemudian mengakibatkan atau memunculkan prilaku sosial (Social behavior). 8

Masuknya bentuk “budaya baru” didalam masyarakat sedikit demi sedikit membawa perubahan. Bentuk budaya baru yang masuk dua macam yaitu obyektif

yang berupa benda misalnya telepon genggam, televisi, dll. Kebudayaan Subyetif

contohnya pemikiran/ideologi. Kebudayaan Subyektif lebih mudah diterima masyarakat (menyesuaikan diri). Hal ini mampu merubah pola pikir masyarakat. masyarakat sudah berani berinovasi dengan menggabungkan budaya asing yang baru bagi masyarakatnya.9

Munculnya arus moderinitas tidak mampu menggeser budaya rasulan yang berkembang di Gunungkidul, meskipun masuknya kebudayaan baru yang berkembang dalam masyarakat.

7

Lihat Harry C. Triandis. Culture and Social Behavior.( Urbana-Champaign:University of Illinois, 1994). Hlm 1

8

Ibid. Hlm 15

9

(24)

H. Metode Penelitian

Penulisan ini menggunakan metode deskriptip analisis yaitu menggambarkan suatu masyarakat dan menganalisis masalah yang timbul dari krisis ekonomi terhadap Rasulan. Ada beberapa tahap yang digunakan dalam penelitian ini.

Tahap Pertama: Pengumpulan Sumber

Penulisan sejarah kebudayaan sebagian besar harus percaya terhadap sumber non dokumenter10. Pengumpulan sumber yang pertama kali dilakukan ialah wawancara. Wawancara ialah cara yang dipergunakan seseorang yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba untuk mendapatkan keterangan dari responden.11 Pengumpulan responden dilakukan di wilayah Gunungkidul dan responden harus mengetahui Rasulan dan maknanya.

Pengumpulan sumber juga berasal dari sumber buku,data yang diperoleh dari tiap-tiap kecamatan mengenai pendapatan sebelum dan sesudah krisis, artikel koran, serta webside.

Tahap kedua : Analisis Data

Analisis data ialah menguraikan data yang telah ada yang digunakan untuk memperoleh data yang di percaya atau interpetasi. Dan menyatukan data yang diperoleh untuk mendapatkan data(sintesis)

10

. Taufik Abdullah dan Abdul Soerjomiharjo, Ilmu Sejarah Historiografi Arah dan Perspektif, Jakarta, PT Gramedia, 1985, hal. 213.

11

(25)

Tahap ketiga : penulisan (Historiografi)

Setelah diperoleh fakta dilakukan penulisan berdasarkan apa yang diperoleh dilapangan dan hasil analisis penulis.

I. Sistematika Penulisan

(26)

15 RASULAN

A. Kabupaten Gunungkidul

1. Sejarah Singkat Kabupaten Gunungkidul

Menurut cerita turun temurun masyarakat di Gunungkidul, Masyarakat Gunungkidul pada awal perkembangannya merupakan pelarian dari kerajaan majapahit. Desa yang pertama kali muncul ialah desa pongangan, kemudian berkembang menjadi dua desa yaitu katong. Desa Pongangan pertama kali dipimpin oleh pelarian majapahit saudara Brawijaya, R Dewa Katong, setelah berkembang ia meninggalkan desa pongangan, mendirikan desa baru yang disebut Katong. Dan karena terus berkembang desa R Suromejo anak dari Dewa Katong pindah ke daerah lain yang disebut Karangmojo.1

Perkembangan, serta semakin bertambahnya jumlah penduduk daerah gunungkidul didengar oleh raja Mataram waktu itu ialah Sunan Amangkurat Amral yang berkedudukan di Kartosuro. Kemudian mengutus Senopati Ki Tumenggung Prawiropekso yang berkedudukan di kartosuro, untuk mendatangi Gunungkidul. Ia menemui R. Suromejo untuk meminta ijin ke raja mataram tinggal karena daerah tersebut merupakan daerah kekuasaan Mataram.

1

(27)

R. Suromejo tidak mau meminta ijin kerajaan Mataram, Gunungkidul diserang yang mengakibatkan R.Suromejo, kedua anaknya, dan menantunya meninggal. Ki Pontjodirjo salah satu anak R. Suromejo menyerahkan diri kepada Pangeran Sambernyowo, dan diangkat menjadi bupati pertama, jabatan sebagai bupati tidak lama karena adanya penentuan batas daerah Gunungkidul antara Sultan dan Mangkunegaran II pada tanggal 13 Mei 1831. Dalam perjanjian itu mengatakan bahwa Gunungkidul (selain Ngawen) menjadi kabupaten dibawah kekuasaan Kasultanan Yogyakarta. Pontjodirjo diganti Tumenggung Prawirosetiko, yang mengalihkan kedudukan kota kabupaten dari Ponjong ke Wonosari.

Ada tiga buku yang ditulis pada tahun penerbitan 1831 yang mengatakan berdirinya Kabupaten Gunungkidul setahun setelah meletusnya perang Diponegoro. Pertama buku yang ditulis Mr RM Suryodiningrat yang berjudul ”Peprentahan Praja Kejawen, kedua buku ”de Vortenlanden” ditulis G.P Rouffaer, dan buku ”en Groi Van het Mangkoenegorosche Rijk” B.M.Mr.A.K Pringgodigdo. Yang menyebutkan2

Goenoengkidoel, wewengkon pareden wetan lepen opak. Poeniko siti maosan dalem sami kaliyan Montjanagari ing jaman kino, dados bawah ipun Pepatih Dalem. Ing tahoen 1831 Nagoragung sarta Mantjanagari-nipoen Ngajogjakarta sampoen dipoen perang-perang, Mataram dados 3

wewengkon, dene Pangagengipoen wewengkon

satoenggal-satoenggalipoen dipoen wastani Boepati Wadono Distrik kaparingan sesebatan Toemenggoeng, inggih poeniko Sleman (Roemijin Denggong), Kalasan serta Bantoel. Siti maosan dalem ing Pengasih dipoen koewaosi dening Boepati Wedono Distrik Pamadjegan Dalem. Makanten oegi ing Sentolo wonten pengageng distrik ingkang kaparingan sesebatan Riya.

2

(28)

Goenoengkidoel ingkang nyepeng siti maosan dalem sesebatan nipoen Riya.

Gunungkidul merupakan wilayah pegunungan sebelah timur kali opak,ini adalah tanah peninggalan Kraton sama dengan mancanegara di jaman dahulu jadi dibawah kekuasaan raja Kraton. Pada tahun 1831 negara Yogyakarta di pecah menjadi tiga, penguasa setiap wilayah disebut bupati wadono disebut Tumenggung, yaitu Sleman (Roemijin Denggong), kalasan, serta Bantul. Tanah peninggalan Sultan itu dikuasai oleh bupati wedono, demikian juga ada penguasa wilayah disebut ria. Gunungkidul yang merupakan tanah peninggalan disebut nipon ria.

Tahun 1984 beberapa peneliti melacak fakta sejarah berdirinya Gunungkidul, pengumpulan data serta kepustakaan bahwa Gunungkidul dengan ibukota kabupaten Wonosari lahir pada Jumat Legi tanggal 27 Mei 1831, dan dikuatkan dengan keputusan Bupati Gunungkidul Drs KRT Sosro Hadiningrat pada 14 Juni 1985 dengan keputusan Bupati No : 70 /188.45/6/1985 tentang hari, tanggal dan tahun lahirnya Kabupaten Gunungkidul.3

Secara yuridis status kabupaten Gunungkidul Sebagai salah satu Kabupaten yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri dalam Daerah Istimewa Yogyakarta, ditetapkan pada 15 Agustus 1950 dengan UU no 15 Tahun 1950 jo Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1950 pada saat Bupati Gunungkidul KRT Labaningrat.

2. Letak Geografis dan Batas Wilayah

Kabupaten Gunungkidul terletak di sebelah selatan timur kota Yogyakarta. Ibu kota kabupaten Wonosari. Memiliki luas 1.485, 35 km2. Gunungkidul terbagi

3

(29)

menjadi 18 kecamatan, Jarak dengan Yogyakarta +/- 39 kilometer. 46% Luas Daerah Istimewa Yogyakarta.

Batas Wilayah Menurut Garis Lintang

Letak ujung ` Bujur lintang Derajat letak geografis

1. Barat Bujur timur 110derajat21’

2. Timur Bujur timur 110 derajat 50’

3. Utara Lintang selatan 7 derajat 46 ‘

4 Selatan Lintang selatan 8 derajat 09’

Barat : Kabupaten tingkat II Bantul dan Kabupaten Daerah tingkat II Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Utara : Kabupaten Daerah Tingkat II Klaten dan kabupaten Daerah tingkat II Sukoharjo, Propinsi Jawa Tengah.

Timur : Kabupaten Daerah Tingkat II Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Selatan : Samudra Hindia

3. Pemerintahan

(30)

a. Gunungkidul zona utara disebut zona batur agung dengan ketinggian 200-700 m diatas permukaan laut meliputi kecamatan patuk, nglipar, Gedangsari, ngawen, semin dan ponjong bagian utara.

b. Zona Tengah disebut ledoksari dengan ketinggian 150-200m diatas permukaan laut meliputi kecamatan playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong dan semanu bagian utara.

c. Zona selatan disebut zona pegunungan seribu dengan ketinggian 100-300 m diatas permukaan laut, meliputi kecamatan panggang, Plaiyan, tepus, saptosari, rongkop, semanu bagian selatan dan ponjong bagian selatan.4

4. Perekonomian

Struktur Perekonomian masyarakat Gunungkidul masih dipegang oleh pertanian, yang hampir setiap tahun berubah. Gunungkidul merupakan daerah lahan kritis atau daerah yang mengandalkan air hujan sebagai irigasinya, hal ini disebabkan Gunungkidul berada diatas ketinggian 30-300m diatas permukaan laut, kebutuhan air menjadi masalah kompleks daerah ini kerena harus mencukupi untuk pertanian dan perumahan. Masa tanam padi di sebagian besar daerah Gunungkidul hanya sekali dalam setahun, tanaman palawija seperti kacang-kacangan, dan sayur-sayuran menjadi solusinya.

Pertanian di Gunungkidul memiliki karekteristik berbeda-beda, karena daerahnya terbagi dalam tiga zona yaitu Utara, Tengah, dan Selatan.

4

(31)

1) Zona Utara, memiliki kawasan berbukit lebih mengandalkan pertanian yang didominasi lahan disela-sela perbukit5, karena system pertanian mengandalkan tadah hujan dan tanah garapan relativ sedikit maka tingkat kesejahteraan penduduknya juga agak berkurang. Makanan masih mengandalkan tiwul.

2) Zona Tengah, Memiliki daerah paling baik karena berada di ledokan, masyarakatnya lebih dinamis, terdidik, dan rasional. Masyarakat sekitar tidak lagi mengandalkan pertanian karena sebagai pusat kota dan pemerintahan, masyarakatnya sebagian besar kaum urban.6

3) Zona Selatan miliki karateristik petani dan nelayan, sering mengalami kekeringan. Akses jalan kurang begitu baik sehingga menyebabkan masyarakat disini agak tertinggal dibanding daerah lainnya.7

Kabupaten Gunungkidul memiliki berbagai macam potensi dari pertanian, perikanan dan peternakan. Hal ini dikarenakan luas wilayah dan memiliki garis pantai sepanjang 75 km. dan pertambangan batu karst.

Untuk lahan pertanian yaitu dengan menggunakan sistem sawah tadah hujan, karena sebagian besar lahan berada di daerah kapur dan hanya sedikit tersedianya air dipermukaan. Gunungkidul memiliki banyak tanaman palawija dan ubi kayu yang digunakan sebagai bahan pembuatan thiwul makanan khas Gunungkidul, sentra penghasil ubikayu di Gunungkidul terdapat di daerah

5

Krisdianto dkk, Pembangunan Yang meminggirkan desa, Institut for Research and Empowerment, Yoyakarta, 2006, hlm 153

6

ibid

7

(32)

Saptosari, Rongkop, Girisobo dan Semanu, hal ini dikarenakan daerah berbukit.103.303 ha lahan kering.8

Perencanaan untuk mengatasi tanah kering di Gunungkidul dilakukan sejak jaman penjajahan. Pada tahun 1943 pemerintah Yogyakarta melalui Sri Sultan Hamengkubuwono IX dengan dana sekitar f 14.550,00 untuk menanggulangi lahan kritis di Gunungkidul dengan memperbaiki dan membuat saluran irigasi persawahan. Karena ada hambatan program tersebut tidak selesai hanya sebatas wacana.9

Pertanian di Gunungkidul memiliki padi unggulan yaitu padi jenis Gogo yang menurut kepercayaan memang padi ini dikembangkan oleh masyarakat sejak dahulu. Padi Gogo merupakan padi berwarna merah ditanam pertama kali didesa Mejosari, Kecamatan Semanu, oleh pemuka masyrakat pada Tahun 1940. Padi yang tahan terhadap lahan kering ini dikembangkan di Gunungkidul mulai berkembang tahun 1946, hal ini ditandai dengan banyaknya masyarakat sudah mulai menanamnya. Dan tahun 2004 pemerintah daerah mengembangkan padi jenis ini mencapai 1987 hektar, setahun kemudian dikukuhkan menjadi komoditas unggulan Gunungkidul. 10

Produksi Padi Sawah dan Ladang

8

F Hariyanto, Profil Daerah jilid 3, Penerbit Kompas, 2003 hlm 259

9

Suwarno P.J, Hamengkubuwono IX dan Sistem Birokrasi Pemerintahan Yogyakarta 1942-1974, Kanisius, Yogyakarta 1994, Hlm 111

10

(33)

1997-200111

Tahun Sawah m2 Ladang m2

1997 46.266 120.858

1998 31.498 121.978

1999 47. 222 146.491

2000 55.751 146.706

Data tabel diatas menunjukkan bahwa, dari tahun 1997 sampai tahun 2000 produksi hasil produksi padi sawah dan ladang di Gunungkidul menunjukkan peningkatan. Produksi pertanian mengalami peningkatan, karena semakin baiknya saluran irigasi yang dibangun oleh pemerintah.

Sumberdaya Tambang yang di miliki kabupaten Gunungkidul termasuk Golongan C yaitu berupa batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kalolin dan pasir kuarsa12

Untuk lautan panjang lautan di sepanjang kabupaten Gunungkidul memiliki pantai yang panjangnya hampir sepanjang 65 km. dari kecamatan Purwosari sampai kecamatan Girisobo. Pantai Sadeng di Kecamatan Girisubo menjadi pelabuhan satu-satunya di Gunungkidul, yang bisa disandari perahu nelayan yang berbobot 10 GroosTon. 13

11

data BPS Gunungkidul 2003

12

. Ibid

13

(34)

Pariwisata sebagai salah satu andalan mendapatkan Pendapatan Asli Daerah di Gunungkidul didominasi wisata laut, seperti Pantai Baron, Krakal, dan Sundak. Selain itu ada wisata Goa yang banyak tersebar di seluruh wilayah Gunungkidul, misalnya Goa Maria Tritis sebagai tempat ziarah umat Katolik

5. Kependudukan

Penduduk Gunungkidul berdasarkan sensudu penduduk 2000 dan sensus penduduk antar Sensus 2005 dan 2007 berjumlah 685.210 jiwa yang tersebar di 18 kecamatan. Dengan jumlah penduduk terbanyak di kecamatan Wonosari dengan 75.517 jiwa. Secara keseluruhan jumlah perempuan 349.799 jiwa dan laki-laki 334.411 jiwa.

6. Pendidikan

Berdasarkan data Sensus Penduduk Nasional tahun 2003 menyebutkan jenjang pendidikan yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun keatas di kabupaten Gunungkidul ialah :

Jenjang Pendidikan di Gunungkidul Tahun 2003 Jenjang pendidikan Besaran

Tidak punya ijazah 39,36%

Tamtan SD 33,39%

(35)

Tamat SMA 8,18%

Tamat PT 1,55%

Angka melek huruf dikabupaten Gunungkidul mencapai 73,31% dan buta huruf 26,18%14. Masih tingginya angka buta huruf di Gunungkidul karena masih kurang meratanya fasilitas pendidikan.

7. Sosial Budaya Masyarakat Gunungkidul

Budaya universal tidak bisa dilepaskan dalam perkembangan kebudayaan daerah.15 Kebudayaan daerah sebagai pilar kebudayaan nasional hendaknya dijaga keberadaannya, hal ini untuk memperoleh satu kebudayaan utuh dan menjadi aset suatu bangsa.

Kebudayaan masyarakat Gunungkidul memiliki perkembangan yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kebudayaan yang berada diluar masyarakat. Kebudayaan asli mulai luntur sesuai perkembangan jaman. Media komunikasi massa memiliki peranan penting dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat, termasuk di Gunungkidul.16 Budaya jawa yang dahulu dipegang teguh oleh

Koentjaraningrat, metode antropologi Dalam Pendidikan Masyarakat dan kebudayaan di Indonesia. UI, Jakarta 1980 hlm 21

16

(36)

8. Kesenian

Masyarakat Gunungkidul memiliki berberapa budaya yang masih dipegang oleh masyarakatnya hingga sekarang, termasuk dalam kesenian. Berbagai karya seni yang ada masih dilaksanakan masyarakat seperti reog, jatilan, karawitan, wayang dan tayub yang merupakan seni tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang.

Alat musik yang masih sering di gunakan dalam berbagai kesenian ialah gamelan. Seperangkat Gamelan terdiri dari beberapa alat musik berupa kendang, rebab dan celempung, gambangm gong dan seruling bambu.

Sementara karawitan saat ini hanya diadakan dalam acara tertentu misalnya di saat ada kunjungan Pejabat di bangsal Sewoko Projo, komplek Pemerintah Kabuaten Gunungkidul. 17

9. Tradisi

Masyarakat Gunungkidul masih menggelar ritual-ritual sesuai adat Jawa, siklus kehidupan yang menjadi dominan dalam melaksanakan upacara. Masyarakat Gunungkidul masih menjalankan upacara-upacara sakral, misalnya perkawinan dengan adat seperti siraman, midodareni, panggih dan resepsi, kelahiran seperti mitoni atau tujuh bulanan, selapanan dan tedak siti, dan kematian

17

(37)

seperti tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, setahun, dua tahun dan seribuhati menurut penanggalan jawa.

Selain upacara siklus kehidupan masyarakat Gunungkidul mempercayai tempat-tempat yang dianggap wingit untuk mencari berkah , seperti Makam Ki Ageng Giring, Kali Goang, Gunung Bagus, dan Gunung Gambar. Kepercayaan mengenai ramalan tentang kondisi Indonesia dalam setahun kedepan oleh Cupu Kyai Panjolo yang berada di kecamatan Panggang. Di dalam kepercayaan masyarakat Gunungkidul gambaran yang terdapat di kain pembungkusnya merupakan ramalan yang dipercaya untuk berhati-hati.

Masyarakat Gunungkidul mempercayai sedekah atau ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas kelimpahan rejeki. Upacara ini misalnya Sedekahan upacara yang dilakukan sebelum bulan Puasa dimulai, Gumbrekan memberikan syukur karena hewan ternak diberi keselamatan, sedekah laut, sedekah gunung, bersih kali dan bersih telaga semuanya ungkapan rasa syukur ditandai dengan membawa makanan dan dibagikan kepada seluruh masyarakat.

B. Tradisi Rasulan

1. Maksud dan Tujuan Rasulan

(38)

Rasulan atau bersih desa bagi masyarakat Gunungkidul merupakan tradisi yang sudah turun temurun dilaksanakan dan dipercaya sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan yang telah melimpahkan hasil bumi (panen). dan membersihkan berbagai bencana yang akan menimpa masyarakatnya.

Menurut kepercayaan masyarakat roh nenek moyang dan penunggu desa perlu didoakan supaya membantu masyarakat dalam mencari penghidupan, seperti bercocok tanam atau bertani. upacara kirim doa inilah yang disebut rasulan,

Tradisi ini dilakukan setiap tahun setelah masa panen. Waktu pelaksanaan tradisi rasulan berbeda setiap daerah satu dengan lainnya. Perbedaan waktu tersebut biasanya didasarkan pada hari berdirinya suatu desa atau daerah. Dalam upacara ini dimaksudkan untuk pengingat karena jaman dahulu belum ada alat tulis.18 Inti dari upacara ini adalah ucapan syukur kepada Tuhan atas kelimpahan rejeki untuk pengingat kepada manusia.

Konsep dasar Rasulan ialah upacara syukur masyarakat agraris atau pertanian atas rejeki, berupa hasil panen tahun ini. Masyarakat percaya bahwa hasil panen yang diperoleh tidak hanya usaha namun juga atas ijin Tuhan dan nenek moyang. Tradisi Rasulan yang paling utama ialah upacara sesaji dan kenduri.

2. Gambaran Umum mengenai Tradisi Rasulan 2.1 Tahap Pra Rasulan

a. Rapat Panitia

18

(39)

Rapat Panitia inti, adalah kepala desa, kepala dusun, ketua RT dan RW, tokoh pemuda, dan tokoh masyarakat. Panitia ini membuat rencana tahapan Rasulan, dilaksanakan satu bulan sebelu rasulan itu berlangsung.

b. Penentuan Tempat Upacara

Dalam tahapan ini menentukan dimana tempat pelaksanaan Rasulan, Apakah dibalai desa atau dusun, tergantung kesepakatan warga yang akan melaksanakan rasulan. Tempat biasanya ditentuntakan bergilir di setiap dusun, setiap tahunnya, ini digunakan sebagai pemerataan tempat, karena biasanya rasulan diikuti dengan berbagai pergelaran budaya. Seperti didesa Playen, pelaksanaan akan diadakan bergilir demi pemerataan.

c. Kerja Bakti

Pitegah atau memberitahukan bahwa ada acara bersih desa. Sebelum puncak tradisi rasulan biasanya masyarakat akan membersihkan seluruh pekarangan rumah, bersih jalan-jalan kampung, membersihkan makam leluhur, dan bersih tempat yang dianggap angker.

Di daerah Pegunungan Langgeran, kecamatan Patuk sehari sebelum upacara rasulan akan diadakam bersih belik atau mata air yang berada dikaki gunung dan disertai tarian Ledek atau tayub

(40)

2.2 Pelaksanaan Rasulan a. Persiapan Tempat

Persiapan tempat dimana pelaksanaan Rasulan, misalnya menyiapkan tempat, dan menyiapkan sarana yang diperlukan. Dan juga mempersiapkan tempat yang diperlukan untuk melaksanakan apa yang akan dihadirkan dalam pementasan budaya, misalnya wayang, dimana memerlukan tempat dan berbagai peralatan yang diperlukan untuk mendukungnya.

b. Kenduri (Kepungan)

Dalam tradisi Rasulan yang biasanya diadakan dibalai desa atau balai dusun tergantung kesepakatan warga, untuk melaksanakan kenduri. Sesuai dengan namanya bersih desa atau rasulan membersihkan dusun atau desa dari segala macam bahaya dan bencana.

Sebelum masyarakat berkumpul dibalai desa/dusun, sesepuh desa memberikan sesaji berupa bunga dan kemenyan. Ditaruh ditempat angker atau wingit dan dipercaya sebagai awal mula desa itu berdiri, biasanya di Pohon besar, sendang atau mata air, sumur tempat mengambil air, dan tempat sampah yang ada di balai desa/dusun tempat diadakan rasulan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tahu ‘penunggu’ agar tidak mengganggu.19

Didaerah tertentu misalnya di kecamatan Semanu dan desa Karang Rejek kecamatan Wonosari di bawah pohon besar bagi masyarakat setempat merupakan

19

(41)

awal mula desa, diadakan kesenian ledek atau tayub. Bagi masyarakat yang percaya akan membawa keberkahan.

Penduduk berkumpul dibalai setelah mendengar bunyi kentongan, biasanya setelah pukul 12.00 siang. Mereka datang dengan membawa setenggok

makanan hasil bumi dibawa dari rumah atau disebut Ambengan, yang berisi nasi, sayur lombok, sayur gurih, kerupuk, dan buah-buahan. Makanan yang dibawa harus dimasak sendiri. Hal berbeda jika ada keluarga yang dianggap mampu untuk membawa ingkung (ayam jantan yang direbus secara utuh, dibumbui serai dan bawang merah dan diikat menyatu antara kepala, sayap, tubuh dan kaki. Diikat dengan seutas tali bambu, harus dengan nasi uduk, dan lalapan).

Setelah semua warga berkumpul dan menaruh semua makanan ditengah-tengah balai desa/dusun, lalu dilanjutkan dengan acara yang dipimpin oleh sesepuh desa / rois. Prosesinya sebagai berikut :

1) Membakar kemenyan dan bunga, sebagai sarana untuk memberitahu kepada nenek moyang penunggu desa bahwa acara bersih desa segera dimulai

2) Membacakan ikrar, sesepuh desa membacakan ikrar rasulan yang berisi tentang makanan yang melambangkan nilai rasulan. Dan di selingi wejangan terhadap masyarakat desa agar tidak melupakan tradisi nenek moyang.

(42)

rejeki dari hasil panen tahun ini. Pada saat doa dibacakan masyarakat diminta untuk mengucapkan kata amin pada jeda akhir kalimat.

4) Setelah selasai dilakukan pertukaran nasi dan lauk yang dibawa oleh masyarakat, pertukaran ini dilakuakan oleh petugas tersendiri yang sudah ditunjuk.

Dalam upacara Rasulan diseluruh wilayah Gunungkidul hampir semua sama, perbedaannya tergantung hasil bumi diwilayahnya masing-masing. Untuk Zona Utara : paling banyak didominasi buah-buahan, hal ini disebabkan sebagian wilayah di zona ini cocok untuk di tanami buah-buahan. Zona tengah ; sayur lombok dan daging sapi, hal ini dikarenakan sebagian penduduknya berprofesi sebagai petani, peternak, dan pegawai. Zona Selatan : banyak didominasi makanan hasil laut20

Sarana atau ambengan yang dipersiapkan dalam upacara Bersih Desa / Rasulan dan di doakan atau diberi makna:

1) Sego Liwet (nasi yang dimasak tanpa dikukus) dengan lauk sambal kacang, kulupan (sayur mayur), telur dadar : melambangkan Rumah beserta isinya, untuk ketentraman didalam dan diluar.

2) Jenang-jenangan :

a) abang (merah) : melambangkan penghormatan Ayah b) Putih : melambangkan Penghormatan Ibu

c) Baru-baru : melambangkan Saudara. Dalam kepercayaan jawa saudara ialah Plasenta atau ari-ari, yang menemaninya saat

20

(43)

berada di dalam kandungan, dan dikubur di kanan atau kiri pintu rumah.

d) Palang : melambangkan memberi kemudahan dalam kehidupan, yaitu bumi, api, air, dan angin.

3) Sego Golong (nasi yang di bentuk seperti Gunung) berjumlah tujuh pasang: a) Nasi pertama melambangkan leleuhur yang menunggu bumi dan dipercaya membantu membuka hutan, pada saat akan membangun pemukiman atau desa.

b) Nasi kedua, melambangkan doa terhadap leluhur.

c) Nasi ketiga, melambangkan empat kiblat dan lima acuan dalam hidup masyarakat Jawa.

d) Nasi keempat, melambangkan hitungan penanggalan jawa yaitu 7 hari, 5 hari pasar, tahun 8 windu.

e) Nasi kelima, melambangkan baginda elisa dan baginda ilir yang menunggu air dan bumi.

f) Nasi keenam, melambangkan berbakti terhadap ibu bumi dan ayah kuasa.

g) Nasi ketujuh, melambangkan meminta maaf kepada Tuhan Yang Maha Esa, dari agama yang dianut Rasul atau yang diutus.

4) Nasi Tumpeng, digunakan untuk yang dipercaya melindungi masyarakat yaitu Kyai Among, nyai among dan Kyai Bodo, nyai Bodo

(44)

6) Jajanan Pasar, untuk menghormati dan memberikan kepada yang membuat hari tujuh, pasaran lima, bulan duabelas, wuku tigapuluh, windu empat. Tujuan meminta keselamatan masyarakat dalam menggunakan hitungan jawa.

7) Bunga, melambangkan untuk menghormati Ibu yang menjaga dan selalu membersihkan rumah. Atau memberi Dewi Partinah dan Nyai Kalimah, yang menjaga sekitar tempat tidur.

Dengan penutupan doa sebagai berikut:

a,udzubillahimianasyaithonirojjim Bismillahhirohman irohiroohim. Allohuma salewo salem ‘ala sayidina Muhammad saiidin wal kairi, sekabate rasolollahajma’in. allohumma asmama samika majami’al fii qulubinaa bitikwati, killawatiarsati arsa’naa anufik basaririnaa, sukbabak ngudadil babak, jail, sutii, kaunen, walasaidii, sakalen fil mahunui Mahmud walimatul mahulud. Innalaka Muhammadi ngibnu Abdullah manna.21

Setelah selesai upacara kenduri atau kepungan dalam tradisi jawa, ditutup dengan doa cara islam, yang dilakukan oleh Kyai yang ditunjuk.

Allahumma inna nas aluka salamatan fiddini wa’afiatan fil jasadi wa ziyadatan fil, ilmi wabarakatan firizqi wa taubatan qoblal mauti qarahmatan ‘indal mauti wamaghfiran ba’dal mauti. Allahumma hawwin’alaina fii sakaratil mauti wanajata mainan narri wal’afwa indal hisab. Rabbana laa tuz’ qulubana ba’daidz hadaitanaa wahablanaa min laduka rahmatan innaka antal wahab. Rabbana aatina fiddunnya hasanatan wa fil akhirati hasanatan wa qina ‘adzabannari.

Sarana tambahan yang dipersiapkan ialah sarang(tempat nasi yang terbuat dari anyaman daun kelapa) sebagai tempat makan bagi penduduk dan ujud atau orang yang datang dari daerah lain untuk mengikuti tradisi rasulan. Sarang akan

21

(45)

disimpan sebagai jimat untuk kesuburan tanaman, dengan cara dililitkan pada sebatang pohon, hal ini dipercaya akan membuat pohon tersebut berbuah.

Setelah selesai upacara rasulan biasanya dilakukan pertunjukan wayang pada malam harinya. Atau sesuai dengan kemampuan masyarakat sekitar. Masyarakat akan antusias datang ke balai desa, karena dipercaya bahwa wayang kulit yang digelar juga sebagai tolak bala bagi desa mereka.

Masyarakat akan memberikan punjungan kepada sanak saudara hasil panen berupa makanan atau sering disebut ater-ater . Makanan di antarkan sendiri, makanan yang dibawa sama dengan makanan dikendurikan. Selain itu ada tradisi mengunjungi sanak saudara atau teman untuk makan bersama, dalam tradisi ini dipercaya semakin banyak orang yang berkunjung kerumah akan semakin banyak rejekinya.22Masyarakat Gunungkidul percaya bila makanan yang diberikan oleh sanak saudara melambangkan persaudaraan. Masyarakat akan menganggap jika tidak diberikan makanan punjungan sudah tidak bersaudara lagi, maka setiap keluarga pasti akan mengirimkan makanan kepada sanak saudaranya.

Sesaji tidak lupa diberikan oleh masyarakat kepada roh nenek moyang di rumah masing-masing, sesaji itu anatara lain :

1) Untuk orang tua

Sesaji ini diletakkan di dalam kamar bekas orang tua tersebut, karena dipercaya setiap rasulan tiba mereka akan kembali kerumah untuk menengok anak dan cucunya, sesaji itu berupa minuman the, kopi dan air

22

(46)

kelapa, bunga bantal, yang terdiri dari bunga tujuh rupa, daun sirih dan tembakau, serta rokok serta kemenyan yang dibakar sebelum diadakan kenduri dibalai. Setelah maghrib sesaji itu akan dibuang atau diminum karena dipercaya membawa berkah bagi seluruh keluarga, hal ini sudah “dicicipi” oleh orang tua yang pulang kerumah.

2) Untuk Dapur

Sesaji yang diletakan di dapur sebelum dimulainya rasulan juga dianggap penting oleh sebagian masyarakat, sesaji ini berupa bunga tujuh rupa dan minuman the, kopi dan air kelapa dengan gula jawa, hal ini dimaksudkan jangan sampai makluk gaib menggangu masakan yang disajikan.

2.3 Pemaknaan Upacara Rasulan Bagi Masyarakat

Masyarakat pedesaan, masih memiliki corak gotong royong sebagai cirikhas masyarakat tradisional. upacara tradisional rasulan merupakan bagian dari religi masyarakat, yang dipercaya sebagai upacara yang mampu bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. religi menurut J. Van Ball23 ialah suatu sarana atau simbol yang digunakan untuk berhubungan dengan jagad raya,,dan simbol-simbol itu akan memberi perisai atau sebagai pengingat bagi masyarakat yang meyakini kebenaran dari ajaran yang telah diturunkan nenek moyang mereka.

Dalam kehidupan sosial masyarakat pedesaan, banyak ditemukan norma atau aturan tidak tertulis yang merupakan hasil dari kesepakatan antar anggota.

23

(47)

Simbol-simbol yang terdapat didalam masyarakat merupakan bagian dari kesepakatan, dan diterima oleh masyarakat. Simbol atau perisai didalam masyarakat menjadi kesepakatan baku tanpa tertulis, salah satunya tradisi rasulan, Pemaknaan dalam tradisi rasulan bisa berbeda-beda tergantung dimana masyarakat itu berkembang, masyarakat Gunungkidul meski terletak di tiga zona namun dasar dalam pemahaman rasulan sama yaitu hubungan antara manusia dengan penciptanya. Manusia bersyukur atas kelimpahan rejeki yang diberikan pada masyraat berupa hasil panen.

Rasulan dengan simbol didalamnya merupakan sarana hubungan manusia dengan alam dan Tuhannya, karena telah memberikan rejeki yang melimpah, dan memberikan kebebsan dari gangguan roh yang akan menggangu kehidupan masyarakat desa. Masyarakat percaya keberadaan roh nenek moyang, ikut urut andil dalam setiap perkembangan masyarakat. Nenek moyang dipercaya menunggui setiap sudut desa, untuk melidungi anak turunnya.

Upacara Rasulan merupakan aktualisasi dari bentuk kebudayaan yang diwariskan oleh nenk moyang secara turun temurun, dan dijadikan pranata sosial dimana masyarakatnya membuat berdasarkan adat istiadat yang berlaku di dalamnya.

(48)
(49)

39 A. Krisis Ekonomi di Indonesia

Krisis yang melanda Indonesia berawal dari kebijakan pemerintah Thailand pada bulan Juli 1997 untuk mengambangkan mata uang Bath terhadap Dollar US. Kebijakan ini berpengaruh terhadap seluruh mata uang Negara ASEAN menyebabkan kemerostan mata uang terhadap Dollar US.1

Indonesia pada Bulan Agustus 1997 mencoba mengambil kebijakan penyelamatan dengan pengendalian nilai tukar, namun pada bulan September-Oktober 1997 kemrosotan nilai tukar Rupiah mencapai 30%. Nilai tukar Rupiah awal 1998 mencapai Rp17.000,00 per Dollar US. Dan Internasional Moneter Financial tidak menunjukkan akan membantu Indonesia.2

Pada 10 Maret 1998 Soeharto terpilih kembali menjadi presiden, dengan membentuk kabinet pembangunan ke VII, yang diharapkan mampu menanggulangi krisis. 3

Pada Juli 1998 Nilai tukar Rupiah mencapai 90 % , penurunan ini diikuti Index Harga Saham Gabungan (ISHG) di pasar moda; Jakarta dengan angka 90%.

1

http://www.ekonomirakyat.org/edisi_3/artikel_3.htm

2

ibid

3

(50)

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia turun menjadi -13,7% dari pertumbuhan sebesar + 4,9% ditahun 1997.4

1. Dampak krisis Ekonomi Bagi Indonesia a. Politik

Perkembangan Politik Indonesia setlah krisis ekonomi menjadi kacau. Masyarakat mualai tidak percaya terhadap politik yang dilakkukan pemerintah orde baru. Setelah pemilu MPR/DPR mengangkat presiden dan wakil presiden pada tanggal 10 Maret 1998 kepada Soeharto dan B.J Habibie. dan membuat cabinet baru yang dinamai Kabinet Pembangunan VII.5

Gelombang aksi protes terhadap pemerintah terus terjadi, untuk melaksanakan reformasi. Pemerintah melalui mentri dalam negri R. Hartono mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003. Pemerintah kemudain meralat bahwa reformasi dilakuakan saat ini. Pada tanggal 4 Mei 1998 kenaikan harga BBM hingga 71 % disusul kerusuhan medan yang menwaskan 6 orang, Kerusuhan berlanjut sampai tanggal 12 Mei yang menewaskan empat mahasiswa trisakti. Puncaknya pada 14 Mei Demonstrasi besar di Jakarta hingga berlanjut ke dalam kerusuhan yang menwaskan ratusan orang.

Tanggal 18 Mei 1998 ketua MPR Harmoko di gedung DPR yang telah di kepung oleh mahasiswa, meminta Presiden Soeharto turun. Permintaan itu ditindak lanjuti pada tanggal 20 Mei 1998 Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran diri dan diganti oleh wakil presiden B.J Habibie.

4

opcit. ekonomirakyat

5

(51)

Atas desakan publik keepada presiden B.J habibie untuk segera melakukan Pemilu ulang, dan pada 13 Juni 1999 diadakan pemilu untuk mengganti hasil pemilu 1997. Sebelum mengadakan pemilu Pemerintah mengajukan Rancangan Undang-undang tentang pemilu, Partai Politik, dan Susunan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD, ketiga rancangan ini disusun oleh tim 7 yang diketuai oleh Prof Dr. M. Ryas Rasyid

Setelah disetujui oleh DPR dan disahkan menjadi UU, Presiden membentuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mempersiapkan pemilu. Pemilu ini diikuti oleh 48 partai politik dari yang mendaftar 141. Lima besar perolehan suara dalam pemilu 1999 ialah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Golkar, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional.6

b. Sosial Budaya

Masyarakat Indonesia setelah reformasi bisa menerima secara bebas akses informasi, diawali dengan kebebsan pers tanpa pembatasan. Dalam undang-undang 40 tahun 1999 tentaang kebebasan pers yang dijamin sebagai hak warga Negara. Kebebasan memunculkan tabloid, Koran dan televisi baru di Indonesia. Masyarakat bebas menerima informasi yang ada dan melihat perkembangan tanpa dibatasi oleh pemerintah.7

(52)

cenderung memilih melihat tv dari pada berkumpul dengan tetangga. Masyarakat mulai membaca Koran dan stasiun Tv yang jenisnya beraneka ragam, acara-acara tv yang mudah dilihat oleh masyarakata secara tidak langsung membawa dampak bagi masyrakat. Masyarakat sudah mulai mengenal berbagai budaya luar, baik luar daerah maupun luar negri.

2. Dampak Krisis Bagi Masyarakat Gunungkidul a. Segi Ekonomi

Disaat krisis ekonomi melanda bidang usaha misalnya, perdagangan, pertambangan, industri pengolahan bahkan pertanian di Gunungkidul mengalami penurunan. Meski mengalami penurunan bidang pertanian menjadi tumpuhan perekonomian Gunungkidul , dikarenakan wilayah ini masih sangat luas untuk pengembangan potensi pertanian. Sektor pertanian mampu menopang perekonomian Kabupaten Gunungkidul. Meski menopang perekonomian, namun krisis ekonomi memberi dampak yang dirasakan petani misalnya melonjaknya harga pupuk, sarana produksi lainnya mahal, serta harga hasil panen cenderung menurun.8

Pertumbuhan ekonomi beberapa bidang usaha di kabupaten Gunungkidul tahun 1998-2000 ( %)9

(53)

Perdagangan 2,68 -22,58 1,18 4,47

Perekonomian masyarakat yang terganggu, namun perkembangan bidang pertanian menjadi salah satu bidang yang mampu bersaing dan bertahan dari krisis. Sebagian masyrakat mengandalkan pertanian sebagai pekerjaan utama, dan mencukupi kebutuhan hidup.

Sebagian besar lahan pertanian di Gunungkidul mengandalkan tadah hujan, namun sebagian kecamatan misalnya Ponjong, Patuk, dan Playen ada yang menggunakan irigasi. Sawah yang menggunakan irigasi bisa memanen hasil sebanyak dua kali. Petani juga memiliki berbagai kelompok tani berfungsi untuk memudahkan koordinasi antar petani dengan pemerintah. Dari data dinas pertanian kabupaten Gunungkidul setidaknya ada 173 kelompok tani yang tersebar diseluruh kabupaten.

b. Kelompok Sosial

Dalam perkembangan hubungan sosial, masyarakat mulai berubah pandangan, masyrakat cenderung memikirkan unsur ekonomi. Perkumpulan keluarga atau garis keturunan yang pada awalnya murni sebagai tempat bersilaturahmi dibuat menjadi Arisan. Hal ini menunjukkan perubahan pandangan masyarakat menjadi praktis dan ekonomi.

(54)

B. Perubahan Rasulan

Dalam Perkembangan Rasulan pada upacara adat Jawa di Gunungkidul, masyarakat memang masih memegang unsur adat. Namun dalam perkembangannya sebagian besar masyarakat sudah tidak melakuakan ritual-ritual jaman dahulu, seperti menggunakan sesaji di rumah-rumah sebelum upacara kenduri atau upacara inti dilaksanakan. Ini beraneka macam alasan yang paling utama sebagian masyarakat menganggap tidak berguna dan membuang makanan. Motif agama yang dipegang melarangg masyarakat untuk memberikan sesaji. Perubahan ini menyangkut bentuk dari upacara rasulan, pergeseran fungsi dan nilai yang terkandung didalmnya.

1.Pra Rasulan

Rapat Panitia sebelumnya membahas tentang bagaimana adat upacara rasulan, bagaimana proses penyelenggaraan. Nilai ekonomi ditinggalkan karena ini merupakan wujud ungkapan rasa syukur. Membicarakan pokok-pokok upacara Rasulan, mengenai penentuan waktu, tempat, siapa yang memasak untuk mempersiapkan ambengan .

(55)

jika ada hiburan. Menentukan Biaya Semakin Banyak hiburan semakin tinggi biaya yang akan dipakai, dalam rapat ini panitia membuat rencana hiburan, dan berapa yang ditanggung masing-masing masyarakat.

2. Tahap Pelaksanaan Rasulan a. Persiapan Tempat

Menjelang hari pelaksanaan upacara diadakan bersih tempat, termasuk tempat yang dianggap sakral, dan bersih-bersih jalan. Dalam awal pelaksanaan rasulan hanya dipersiapkan tempat untuk upacara dan diadakan hiburan rakyat yang ada di dalam desa atau dusun, namun dalam perkembangannya masyarakat lebih mementingkan tempat kesenian. Misalnya panggung hiburan, ndangdut, persiapan tempat bagi sponsor. Bersih tempat dianggap wingit hanya sebatas membersihkan tempat sudah jarang ditemukan memberi sesaji. Dan mencari sponsor untuk acara hiburan.

Malam sebelum upacara puncak rasulan diisi oleh acara keagamaan misalnya pengajian, muatan agama lebih dimunculkan terlebih dahulu. Ini memunculkan bahwa Rasulan merupakan upacara yang dikemas secara agama.

b. Pelaksanaan Rasulan

(56)

dilakukan dengan cara arak-arakan dengan menggunakan berbagai jenis sayuran, meski tidak ditanam petani ada yang diikutkan dalam gunungan. Persembahan yang berupa gunungan dan boneka berbagai bentuk sesuai kesepakatan warga, misalnya bentuk manusia, tank, meriam, dan mobil. Kemudian diarak keliling desa. Hal ini dimaksudkan untuk menambah ramai suasana. Setiap pedukuhan diwajibkan membawa satu gunungan dan boneka. Gunungan dan boneka itu dibuat dengan biaya kolektif masyarakat dusun. Didalamnya diisi dengan bahan pertanian, makanan misalnya nasi uduk, ingkung ayam, dan sayur lombok, yang diletakkan didalam tenggok dibawah. Per kepala keluarga tidak diwajibkan membawa ambengan sendiri, karena sudah diwakilkan dusun. Mereka hanya dimintai iuran untuk mempersiapkan segala sesuatu yang harus dibawa kebalai desa.

Masyarakat diikutkan dalam arak-arakan misalnya kesenian reog, duplikat prajurit lombok abang dari kraton Yogyakarta, drum band sekolah, kesenian lainnya dan berbagai ornamen penunjang lainnya. Masyarakat mengikuti upacara biasanya tidak memperhatikan apa yang dilakukan didalam balai desa, karena mereka tidka mengetahui apa yang sedang dilaksanakan oleh pemangku adat desa setempat.

(57)

terlihat dari pada nilai dan fungsi budaya. Memupuk rasa persaudaraan dengan cara agama dipandang lebih cocok sebagai pengganti budaya Jawa.10 Masyarakat yang dilibatkan dalam kenduri hanya sebagian kecil, mereka adalah ketua dusun, RW, dan RT. Masyarakat hanya melihat dari luar balai.

Selesai kenduri masyarakat memperebutkan gunungan yang dibawa dari masing-masing pedukuhan. Dan pulang kerumah dengan membawa makanan yang dibawa dengan menggunakan sarang yang telah dipersiapkan panitia. Malamnya diisi dengan hiburan yang telah dipersiapkan oleh panitia.

Sejak tahun 1999 pemkab melalui Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata mulai menjadikan rasulan sebagai salah satu paket kunjungan wisata.11Rasulan dikemas dalam paket, agar lebih menarik untuk dikunjungi wisatawan. Upacara inti terpinggirkan dengan hiburan yang lebih mengundang wisatawan untuk datang ke Gunungkidul. Bahkan ada wacana untuk menetapkan rasulan dengan pasti agar memudahkan untuk acara promosi. Fungsi Rasulan sebagai pemersatu masyarakat sudah mulai ditinggalkan, dalam pelaksanan lebih dimunculkan hiburan dan sekedar perayaan tanpa mengenal isi dari tradisi Rasulan.

Paska 1998 banyaknya partai politik membuat acara rasulan dihiasi bendera parpol sebagai sponsor. Peranan sponsor berpengaruh besar terhadap meriah atau tidak upacara Rasulan. Panitia mempersiapkan tempat khusus misalnya tenda yang berada disekitar balai desa disitu ditempatkan media untuk

10

wawancara dengan mbah Engat, Tokoh Masyarakat Playen di Playen November 2010.

11

(58)

menggelar produknya. Mereka juga diikutkan didalam acara arak-arakan. Media Rasulan yang banyak di kunjungi oleh masyarakat menjadi salah satu promoosi potensial, bahkan dalam acara hiburan diisi dengan calon anggota legeslatif untuk memperkenalkan diri. Misalnya saat Rasulan di balai desa Ngawu, setiap kali mendekati pemilihan umum akan ada bendera parpol, dan juga calon legeslatif.

Seni Hiburan lebih menarik setelah banyaknya media massa masuk desa sejak dikeluarkannya UU kebesaan Pers. Rasulan dimuat media massa dengan meriah akan membuat bangga masyarakatnya. Hiburan dalam tradisi rasulan dalam era modern merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dan bahkan menjadi bagian terpenting dalam tradisi rasulan, hal ini dikarenakan rasulan juga sebagai tolok ukur dimana kemakmuran desa atau tempat diadakannya. Semakin banyak dan meriah acara hiburannya maka semakin tinggi gengsi yang diperoleh oleh desa tersebut. Banyaknya acara hiburan yang ditampilkan menambah semarak acara.

Masakan yang disajikan dirumah sebagai salah satu rangkaian Rasulan dalam perkembangannya lebih sederhana, masyarakat hanya membuat atau membeli makanan. Misalnya nasi dengan lauk ayam sambel, lele, dan dengan lauk yang lebih mudah dimasak tanpa proses lebih rumit. Hal ini juga dilakukan didalam masakan yang diantar ke sanak- saaudara. masyarakat semakin selektif dalam memberikan makanan yang dimasak untuk melengkapi rasulan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah pengeluaran.

(59)

dekat yang diberikan makanan. Masyarakat lebih mementingkan nilai ekonomis dan fungsi sosial didalam rasulan. Masyarakat mulai mementingkan nilai kepraktisan sebagai salah satu ciri masyarakat modern.

Perubahan pandangan masyarakat, seagian besar hanya bersifat mengekor atau sekedar tradisi setiap tahunnya, tanpa mengetahui siapa nenek moyangnya atau leluhur desanya. Pandangan generasi muda yang meemandang modernitas sebagai nilai baru bagi masyarakat membuat tradisi ini semakin berkembang dan dipengaruhi nilai ekonomis didalamnya.

(60)

51 A. Dampak Perubahan Bagi Masyrakat

Perubahan masyarakat di Gunungkidul merupakan suatu perubahan menuju kearah modern. Masyarakat modern merupakan perubahan total dari masyarakat tradisionil menuju kearah masyarakat lebih maju. Menurut Wilbert E Moore, modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi social kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi cirri Negara barat yang stabil.1

Perubahan masyarakat dalam berbagia spek kehidupan merupakan dampak dari arus modernisasi. Perkembangan kearah teknologi yang dianggap tradisional kearah lebih modern tidak bisa dihindari.

Masyarakat tidak bisa lepas dari perubahan atau modernisasi diberbagai aspek kehidupan, misalnya sosial budaya. Begitu juga dengan masyarakat Gunungkidul sudah mulai menggunakan peralatan yang modern baik dalam pengolahan pertanian dan teknologi informasi.

Untuk lahan pertanian meski sebagian besar pertanian di Gunungkidul mengandalkan tadah hujan, masyarakat sudah mulai mengolah menggunakan traktor, dan mengunakan mesin perontok padi.

1

(61)

Di Gunungkidul sebagian besar petani menanam ubi kayu atau ketela yang biasa digunakan untuk membuat pada awalnya thiwul (makanan yang terbuat dari ubi kayu yang diolah seperti nasi) untuk dikonsumsi sendiri.

Dalam perkembangannya ubi kayu di jual ke tengkulak, pada awalnya ubi kayu dijual dalam keadaan kering atau Gaplek untuk dijual ke pengepul besar yang ada dikota. Banyaknya tengkulak yang datang ke desa-desa untuk membeli ubi kayu dalam keadaan masih basah atau belum dipanen atau sering disebut

ditebas. Hal ini dikarenakan harga lebih murah, dan petani merasakan manfaat kemudahannya. 2

Keuntungan besar sehingga menyebabkan munculnya tengkulak baru didesa. Keuntungan ini menyebabkan petani kaya membeli alat transportasi untuk memngangkut hasil panen dari desa kekota, sebagian membeli mobil bak terbuka. Perkembangan pertanian di Gunungkidul tidak hanya terbatas dalam pemanfaatan teknologi yang digunakan, namun sudah berkemmbang dalam pengolahan lahan pertanian. Banyaknya penduduk yang melakuakan urbanisasi kekota besar dan bekerja di perkantoran menyebabkan bidang pertanian sudah mulai ditinggalkan Urbanisasi dari Gunungkidul kekota besar semakin meningkat pertahunnya sebagian besar memilih menjadi buruh pabrik. Tidak kurang hampir 3000 orang pertahun paska idul fitri, hal ini dikarenakan masyarakat inngin merubah perekonomian masyarakat. 3Lahan pertanian sudah tidak dianggap

2

. wawancara dengan Kirdi, Petani Desa Jelok Nglipar, Gunungkidul, Desember 2010

3

(62)

menarik bagi masyarakat karena hasil yang diperoleh tidak bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagian masyarakat pemilik sawah ialah pegawai negri atau swasta, yang tidak mungkin mengolah sawahnya sendiri. Biasanya mereka “menjual” tanah dengan system tahunan atau di kontrakkan kepada petani penggarap. Selain itu bagi hasil panen petani dan penggarap pemilik sawah. Sistem panen pun berubah dari gotong royong menjadi sisitem upah. Hitungan pembayarannya dari harian atau paket perbidang sawah.

Pergeseran pola pikir masyarakat menyebabkan lahan pertanian menjadi suatu pekerjaan sampingan dan tidak lagi menjadi suatu pekerjaan. Masyarakat lebih memilih bekerja diluar sector pertanian dan membayar orang untuk menggarap sawah.

B. Pergeseran Rasulan

1. Pergeseran Fungsi Sosial

(63)

2. Peralatan dan Teknologi

Pada awalnya Masyarakat Gunungkidul masih mengandalkan tadah hujan untuk mengolah sawah, dalam perkembangannya masyrakat sudah dikenalkan dengan irigasi yang dibuat oleh pemerintah dengan system. penggunaan sumur bor memang sudah lama namun paska 1998 irigasi mulai dibangun lebih luas sehingga mampu dimanfaatkan masyarakat lebih luas. Perkembangan arus teknologi informasi masyarakat sudah mulai berkebang dengan pesat. Masyarakat sudah mulai menggunakan peralatan lebih modern, misalnya Handphone dengan munculnya penjualan kartu perdana di kota Wonosari dan internet di tandai munculnya warnet pada tahun 1999.

3. Tradisi

Masyarakat Gunungkidul mengenal sistem religi yang dianut masyarakat Jawa yaitu siklus hidup. Sebagaian besar masyarakat masih melaksanakan upacara dari perkawinan, kelahiran dan kematian.

(64)

tidak melakukan kenduri atau melaksanakan tradisi jawa. Masyarakat hanya menerima “bantuan” warga lain melalui uang sumbangan. Untuk tradisi tidak ada yang dijalankan. Yang paling diutamakan ialah pendekatan Agama dan ekonomi.

Dalam upacara kematian tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, setahun, dua tahun, dan seribu hari menurut penanggalan jawa. Setiap kematian menurut adat jawa merupakan suatu perpindahan dari alam nyata kealam gaib. Setiap hitungan hari setelah kematian masyarakat percaya bahwa roh nenek moyang masih disekitar temat tinggalnya. Dan keluarga yang ditinggal harus memberi sesaji dan kenduri yang dihidangkan setiap tanggal kematian dan peringatan kematian dalam perhitungan jawa, karena orang yang meninggal di percaya pulang. Dalam perkembangannya masyarakat hanya memperingati namun meminggirkan adat jawa, sudah sangat jarang melaksanakan kenduri, saat ini diganti dengan doa menurut kepercayaan masing-masing masyarakat.

4. Kesenian

Kesenian merupakan ungkapan keindahan dan untuk dinikmati seluruh kalangan masyarakat. Dalam perkembangan kegiatan kesenian hanya dinikmati jika memiliki uang. Masyarakat mulai meninggalkan fungsi seni dalam arti social. Misalnya seni Pertunjukan Tari Jagrung atau Tayub, pada awalnya tari ini dimainkan secara sacral, tetapi saat ini hanya dimainkan saat tertentu dan sudah mengarah ke motif ekonomi bagi pemain.

Referensi

Dokumen terkait