• Tidak ada hasil yang ditemukan

Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 1

Bab

3.

Arahan Kebijakan Dan Rencana

Strategis Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

3.1.

ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Arahan pembangunan Bidang Cipta Karya terhadap rencana-rencana pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kabupaten karo adalah mengacu pada Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019.

3.1.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019 atau yang disebut RPJMN merupakan dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 hingga tahun 2019. Pada saat RPJMN sebagai tahapan Pembangunan Nasional telah memasuki periode pelaksanaan RPJMN yang ke-3.

(2)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 2 RPJM dalam Tahapan Pembangunan Nasional

RPJMN yang ditepakan oleh Presiden Republik Indonesia melalui Perpres RI No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 berfungsi sebagai :

a. pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga;

b. bahan penyusunan dan penyesuaian RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional;

c. pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah;d.acuan dasar dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RPJM Nasional.

Dalam melaksanakan seluruh program-program yang telah ditetapkan dalam RPJM Nasional ini, seluruh Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah menjabarkannya dalam Rencana Strategis di tingkat Kementerian/Lembaga dan dan RPJMD di tingkat daerah.

A. Strategi Pembangunan Nasional

Strategi pembangunan nasional selama 5 (lima) tahun ke depan sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 berdasarkan kepada :

a. Norma Pembangunan, b. Dimensi Pembangunan;

c. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil. d. Quickwins. Quickwins

(3)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 3 Gambar 3.1. 1. Strategi Pembangunan Nasioanal 2015-2019

B. Arah Kebijakan Utama Pembangunan Wilayah Nasional

Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali dan Sumatera.

Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu;

1. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Hal ini dicapai melalui strategi pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas; peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta peningkatan iklim investasi dan iklim usaha.

(4)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 4 kota aman, nyaman, dan layak huni; perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana; pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan. Sedangkan arah kebijakan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan kondisi geografisnya; (2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan SDM, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan; (6) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota. 3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah peningkatan

keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjanganantara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi: (1) perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau. (2) perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat dalam peningkatan keterkaitan Kota-Desa.

(5)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 5 tersebut akan dicapai melalui strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi; (2) sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3) pembangunan konektivitas simpul transportasi utama; (4) transformasi kelembagaan lintas batas negara; (5) peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah negara di darat dan laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan.

5. Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui strategi; internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana. 6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah pengembangan

struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,

7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah meliputi peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.

C. Agenda Prioritas Nasional

Untuk menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan 9 (sembilan) agenda prioritas yang disebut

NAWA CITA, yaitu:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Sesuai dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, pembangunan nasional 2015-2019 akan diarahkan untuk mencapai sasaran utama yang mencakup:

(6)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 6 3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan: meliputi kedaulatan pangan; ketahanan energi; maritim dan kelautan; pariwisata dan industri manufaktur; serta ketahanan air, infrastruktur dasar dan konektivitas.

4. Sasaran Dimensi Pemerataan: meliputi penurunan kesenjangan antar kelompok ekonomi; serta peningkatan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu.

5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah: meliputi pemerataan pembangunan antar wilayah.

6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan: meliputi politik dan demokrasi; tata kelola dan reformasi birokrasi; penguatan tata kelola pemerintah daerah; serta pertahanan dan keamanan.

3.1.1.2. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019

Rencana Strategs Kementrian PUPR Direktorat Jenderal Cipta Karya (Ditjen Cipta Karya) disusun berdasarkan arahan RPJMN Tahun 2015 – 2019 dengan. Dengan melihat capaian hasil-hasil pelaksanaan program Ditjen Cipta Karya pada Penyelenggaraan Kinerja Ditjen Cipta Karya Tahun 2015 pada penyelenggaraan program Pembinaan dan Pembangunan Infrastruktur Permukiman, maka Renstra Ditjen Cipta Karya telah mengamanatkan kebijakan-kebijakan prioritas sebagai pelaksanaan program-program strategis Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019.

A. Kebijakan Prioritas

Sebagai kebijakan prioritas dalam kegiatan perencanaan dan penganggran untuk tahun pemograman 2017, Ditjen Cipta Karya telah menyususn arahan dan kebijakan Program Infrastruktur Permukiman yang di khususkan pada kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan yang disebut “Program Permukiman Berkelanjutan 100-0-100”. Sebagai strategi terhadap pelaksanaanya dilakukan melalui 3 (tiga) bentuk pendekatan yaitu:

1. Membangun Sistem

2. Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk Kemitraan) 3. Memberdayakan Masyarakat

Tabel 3.1. 1. Strategi Pelaksanaan dan Sasaran Strategis Pelaksanaan Perencanaan dan Pemograman Anggaran Ditjen Cipta Karya

Strategi Pelaksanaan Sasaran Strategis

Membangun Sistem

Memberikan dukungan pembangunan sistem infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infastruktur

Provinsi/Kab./Kota

Fasilitasi Daerah/Pemda Provinsi/Kab/ Kota (Termasuk

Kemitraan)

Melakukan fasilitasi kepada pemerintah daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan

Memberdayakan Masyarakat Memberikan dukungan pembangunan infrastruktur melalui

kegiatan pemberdayaan masyarakat

(7)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 7 1. Mendukung pengembangan sistem perkotaan nasional 2015-2019 yaitu 7 kawasan metropolitan eksisting, 5 kawasan metropolitan baru, 20 kota sedang, 10 kota baru, dan 39 kawasan pusat pertumbuhan baru (RPJMN 2015-2019) ;

2. Mendukung keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya di 35 Wilayah Pengembangan Strategis, 24 Pelabuhan Strategis, 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, dan 22 Kawasan Industri Prioritas (BPIW, 2015) ;

3. Mendukung Keterpaduan Infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kawasan Perbatasan dengan membangun 7 Kawasan Pos Lintas Batas Negara, dan 9 Kawasan Permukiman (Non-PLBN - Inpres No. 6 Tahun 2015) ;

4. Mendukung Keterpaduan Infrastruktur bidang Cipta Karya di 30 Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan (DJCK, 2014) ;

5. Mendukung kegiatan terkait Pengarus Utamaan Gender, Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim ;

6. Mendukung keberlanjutan kegiatan Multiyears Contract.

B. Kebijakan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP)

Kebijakan Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) Ditjen Cipta Karya pada kegiatan perencanaan dan penganggran untuk tahun pemograman 2017 adalah meliputi:

1. Fasilitasi Perda Kawasan Kumuh di 86 kab / kota serta Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Pemukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) di 54 kab /kota;

2. Dukungan untuk Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman di Wilayah Pengembangan Strategis WPS dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional;

3. Dukungan pengembangan perkotaan metropolitan, 5 kota otonom, 3 kws. perkotaan metropolitan, 188 kws. Perkotaam, dan 3 kota baru;

4. Peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan di 30 Kab/Kota Kementerian PUPR;

5. Dukungan untuk keberlanjutan kegiatan Multiyears Contract Pembangunan Infrastruktur Permukiman di Kawasan Perbatasan;

6. Penataan Kawasan Kampung Nelayan di 11 Kab/Kota Prioritas Tahun 2017.

C. Kebijakan Sektor Air Minum (PKPAM)

Kebijakan Sektor Air Minum (PKPAM) Ditjen Cipta Karya pada kegiatan perencanaan dan penganggran untuk tahun pemograman 2017 adalah meliputi:

1. Pencapaian 100% Akses Aman Air Minum di 17 Kabupaten/Kota yang termasuk

Showcase City (Kota Binaan) melalui pemanfaatan idle capacity, penurunan kebocoran serta pengembangan kapasitas untuk pemenuhan kebutuhan harian;

2. Pembangunan SPAM Regional di 31 kawasan;

3. Pengembangan SPAM di Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) dan Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang akan difokuskan pada peningkatan / optimalisasi jaringan dan kapasitas idle produksi yang ada untuk meningkatkan capaian outcome / pemanfaatan SPAM terbangun;

(8)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 8 5. Pengembangan SPAM di Kawasan Khusus (perbatasan, pulau kecil terluar, kawasan

nelayan, mendukung operasional kegiatan RSUD);

6. Pengembangan SPAM di 30 Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan prioritas (DJCK, 2014);

7. Kegiatan PAMSIMAS tahun 2017 dengan target 15.000 desa di 33 propinsi.

D. Kebijakan Sektor Air Minum (PKPAM)

Kebijakan Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Ditjen Cipta Karya pada kegiatan perencanaan dan penganggran untuk tahun pemograman 2017 adalah meliputi:

1. Percepatan pembangunan Infrastruktur Air Limbah dengan Sistem Terpusat, baik di skala regional, kota, kawasan, maupun di tingkat komunal;

2. Pembangunan IPLT Sistem Setempat diprioritaskan untuk kab/kota yang belum memiliki IPLT dengan cakupan akses sanitasi layak lebih dari 50% jumlah penduduk; 3. Pembangunan TPA yang diprioritaskan untuk daerah yang telah memiliki MP dan DED,

yang disesuaikan dengan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan untuk menghindari idle capacity. Sedangkan untuk rehabilitasi TPA diprioritaskan untuk kab/kota yang umur pakai TPA-nya sudah habis;

4. TPA Regional diutamakan untuk kab/kota yang sudah memiliki kesepakatan kerjasama dan PKS serta siap dikelola oleh institusi yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi; 5. Pembangunan Infrastruktur Sanimas diutamakan pada lokasi (desa/kelurahan) rawan

sanitasi berdasarkan SSK dan kawasan kumuh perkotaan yang bersifat masif;

6. Pembangunan Infrastruktur Fasilitas Pengolahan Sementara Sampah (ITF) diutamakan untuk kota besar dan atau metropolitan;

7. Pembangunan drainase lingkungan diutamakan untuk menangani genangan di kawasan strategis permukiman, utamanya untuk kab/kota yang memiliki MP dan DED termasuk untuk mendukung penanganan kawasan permukiman kumuh perkotaan di 30 Kab/kota prioritas.

E. Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kebijakan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Ditjen Cipta Karya pada kegiatan perencanaan dan penganggran untuk tahun pemograman 2017 adalah meliputi:

1. Penyusunan RTBL pada lokasi NUDP dan WPS serta untuk kawasan P2KH dan P3KP; 2. Revitalisasi Kawasan Tematik Perkotaan meliputi pengembangan RTH untuk Kab/Kota

anggota P2KH, revitalisasi kawasan pusaka untuk anggota P3KP, pengembangan Kebun Raya di 12 kawasan prioritas, revitalisasi kawasan pengembangan destinasi wisata di 16 kawasan strategis pariwisata nasional ;

3. Penataan Bangunan Kawasan Strategis, untuk Kab/Kota yang termasuk KSN serta untuk kegiatan Direktif Presiden;

4. Pembangunan Bangunan Gedung Hijau melalui percontohan Retrofitting PIP2B di provinsi yang telah memiliki kelembagaan UPTD, memiliki IMB dan tidak ada sengketa lahan ;

(9)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 9 6. Fasilitasi dan Implementasi Perda BG ;

7. Edukasi dan Kampanye Publik Bidang PBL melalui fasilitasi ruang terbuka publik untuk menonton bersama video/film bertemakan revolusi mental pada kecamatan yang telah memiliki BKM dan RTH

8. Klinik keciptakaryaan melalui Pusat Informasi Penyelenggaraan Penataan Bangunan (PIP2B)

3.1.2. Arahan Penataan Ruang

Dalam upayanya untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Karo terus melakukan pembangunan yang lebih terpadu dan terarah melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan agar seluruh sumberdaya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Salah satu panduan pokok yang dibutuhkan terhadap hal-hal tersebut adalah untuk agar terciptanya keterpaduan dan keserasian pembangunan melalui arahan-arahan dan kebijakan pada rencana tata ruang yang telah dituangkan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah pada seluruh tingkatannya.

3.1.2.1. Arahan Penataan Ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai pedoman untuk:

1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,

3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,

4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor,

5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, 6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :

1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; 2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; 4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang

di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;

5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;

6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;

7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah; 8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan

(10)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 10 A. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Arahan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional yang telah ditetapkan dalam RTRW Nasional adalah seperti pada rincian dalam tabel berikut.

Tabel 3.1. 2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN

A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan A.1. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki.

Strategi Kebijakan

1. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya. 2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang belum terlayani oleh

pusat pertumbuhan.

3. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai.

4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

Kebijakan A.2. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Strategi Kebijakan

1. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara.

2. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi.

3. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik.

4. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

5. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.

B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung

Kebijakan B.1. Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Strategi

Kebijakan

1. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.

2.Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya.

3.Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

Kebijakan B.2. Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Strategi

Kebijakan

1. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup. 2. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau

dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

3. Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.

4.Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan. 5. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin

kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.

6.Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

(11)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 11

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN

kawasan rawan bencana.

C. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budi Daya

Kebijakan C.1. Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya. Strategi

Kebijakan

1. Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah.

2. Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya

3. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

5. Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi.

6. Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional. Kebijakan C.2. Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung

lingkungan. Strategi Kebijakan

1. Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.

2. Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak.

3. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan.

4. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan besar dan metropolitan untu mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.

5. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.

D. Kebijakan dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional.

Kebijakan D.1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan

keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional.

Strategi Kebijakan

1. Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung.

2. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.

3. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan

4. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya.

5. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun

6. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional. Kebijakan D.2. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.

Strategi Kebijakan

1. Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan.

2. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan. 3. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di

sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.

(12)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 12

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN

Strategi Kebijakan

1. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah. 2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif.

3. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan

4. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan

5. Mengintensifkan promosi peluang investasi.

6. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang Kegiatan ekonomi. Kebijakan D.4. Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Strategi

Kebijakan

1. Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi.

2. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya.

3. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.

Kebijakan D.5. Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa. Strategi

Kebijakan

1. Meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur.

2. Mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan masyarakat. 3. Melestarikan situs warisan budaya bangsa.

Kebijakan D.6. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar.

Strategi Kebijakan

1. Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan keseimbangan ekosistemnya. 2. Meningkatkan kepariwisataan nasional

3. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.

Kebijakan D.7. Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

Strategi Kebijakan

1. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan berkelanjutan.

2. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah

3. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat. 4. Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan.

5. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan kegiatan ekonomi.

Sumber : RTRWN, PP No. 26 Tahun 2008

Kebijakan dan strategi penataan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab II tentang Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional pada PP No. 26 Tahun 2008.

B. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional

Rencana struktur ruang adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan. Arahan Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tetntang RTRWN adalah meliputi:

1. Sistem Perkotaan Nasional.

Sistem Perkotaan Nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Selain PKN, PKW dan PKL dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) berupa kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.

(13)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 13 b. sistem jaringan transportasi laut; dan

c. sistem jaringan transportasi udara.

3. Sistem Jaringan Energi Nasional, yang terdiri atas: a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;

b. pembangkit tenaga listrik; dan c. jaringan transmisi tenaga listrik.

4. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional, yang terdiri atas: a. jaringan terestrial; dan

b. jaringan satelit.

5. Sistem Jaringan Sumber Daya Air.

Sistem Jaringan Sumber Daya Air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah

sungai dan cekungan air tanah.

Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab III dan digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I pada PP N0. 26 Thn.2008.

Kriteria penetapan Sistem Perkotaan Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab III dan lokasi penetapnya tercantum dalam Lampiran II pada PP N0. 26 Tahun 2008. Kriteria penetapan Sistem Jaringan Transportasi Nasional, Sistem Jaringan Energi Nasional Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional dan Sistem Jaringan Sumber Daya Air secara lengkap dijelaskan pada Bab III dan dalam Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V dan Lampiran VI pada PP N0. 26 Thn.2008.

C. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional

Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional terdiri dari kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional.

i. Kawasan Lindung Nasional.

Kawasan lindung nasional dalam RTRWN terdiri dari: 1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; 2)Kawasan perlindungan setempat; 3)Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; 4) Kawasan rawan bencana alam; 5) Kawasan lindung geologi; dan 6) Kawasan lindung lainnya.

Kriteria Kawasan Lindung Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan lokasi penetapanya tercantum dalam Lampiran VIII pada PP N0. 26 Thn.2008.

ii. Kawasan Budi Daya.

Kawasan Budi Daya dalam RTRWN terdiri dari terdiri dari: 1)Kawasan peruntukan hutan produksi; 2) Kawasan peruntukan hutan rakyat; 3) Kawasan peruntukan pertanian; 4) Kawasan peruntukan perikanan; 4) Kawasan peruntukan pertambangan; 5) Kawasan peruntukan industri; 6)Kawasan peruntukan pariwisata; 7) Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau 8) Kawasan peruntukan lainnya.

(14)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 14 D. Penetapan Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional berdasarkan kepentingan:

a. Pertahanan dan keamanan; b. Pertumbuhan ekonomi; c. Sosial dan budaya;

d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kriteria Kawasan Strategis Nasional secara lengkap dijelaskan pada Bab V dan lokasi penetapanya tercantum dalam Lampiran X pada PP N0. 26 Thn.2008.

E. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional

Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang dan dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya. Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional terdiri atas 4 (empat) tahapan sebagai indikasi program utama lima tahunan,yaitu; tahap pertama (periode tahun 2010-2014), tahap kedua (periode tahun 2015-2019), tahap ketiga (periode tahun 2020-2024) dan tahap keempat (periode tahun 2025-2027). Rincian penetapan indikasi program pemanfaatan ruang lima tahunan secara rinci dijelaskan dalam Lampiran XI pada PP N0. 26 Thn.2008.

Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta, dan/atau kerja sama pendanaan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, yang terdiri atas:

1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional; 2. Arahan perizinan;

3. Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan 4. Arahan sanksi.

Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang terdiri atas: a) Sistem perkotaan nasional; b) Sistem jaringan transportasi nasional; c) Sistem jaringan energi nasional; d) Sistem jaringan telekomunikasi nasional; e) Sistem jaringan sumber daya air; f) Kawasan lindung nasional; dan g) Kawasan budi daya.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional secara lengkap dijelaskan dalam Bab VII tentang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional pada PP N0. 26 Thn.2008.

3.1.2.2. Arahan Tata Ruang dalam Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Mebidangro

A. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro

(15)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 15 1. Mewujudkan Metropolitan Mebidangro sebagai pusat pelayanan wilayah Provinsi Sumatera Utara serta memberi manfaat bagi pencapaian tujuan pembangunan nasional.

2. Mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang sehat di Kawasan Metropolitan Mebidangro.

3. Menciptakan pemanfaatan ruang dikawasan metropolitan Mebidangro secara optimal dengan memaksimalkan fungsi lahan.

4. Memaksimalkan dan melindungi peran kawasan lindung di kawasan metropolitan Mebidangro.

5. Mendorong perkembangan industri di kawasan metropolitan Mebidangro secara berkelanjutan.

6. Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan pengaturan dan

pembangunan infrastruktur yang terarah dan sinergi.

Kebijakan dan strategi yang ditempuh dalam pencapaian tujuan adalah sebagai berikut.

1. Kebijakan Optimasi Pemanfaatan Ruang di Kawasan Metropolitan Mebidangro, ditempuh dengan strategi sebagai berikut.

 Optimasi pemanfaatan ruang terbangun yang telah ada melalui pengembangan intensitas kawasan sesuai daya dukung,

 maksimasi RTH melalui konservasi lahan perkebunan,  sawah irigasi teknis dan kawasan lindung.

2. Kebijakan Penetapan Fungsi Kota Inti – Kota Satelit dan Pengembangan Pusat Kegiatan Perkotaan (TOD), ditempuh dengan strategi sebagai berikut.

 Penetapan fungsi dan peran yang tepat untuk setiap peluang pengembangan Pusat Pertumbuhan Perkotaan, melalui keberadaan Kota Inti, Kota Satelit dan Pusat Kegiatan Perkotaan (TOD), sebagai upaya efisiensi pergerakan, hemat energy dan pengendalian daerah terbangun.

3. Kebijakan Pengalokasian Ruang Untuk Kegiatan Industri, ditempuh dengan strategi sebagai berikut.

 Strategi pengalokasian ruang yang sesuai untuk pengembangan kegiatan industri kedepan, menjadi faktor penting dengan pertimbangan aksesibilitas serta dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan ini.

 Maksimasi kawasan industri yang saat ini sudah berkembangan dengan pengendalian lingkungan yang ketat serta alternatif pengembangan kawasan industri baru dengan konsep eco industri.

4. Kebijakan Pengaturan dan Pengarahan Lokasi Pengembangan Jaringan Infrastruktur Regional, ditempuh dengan strategi sebagai berikut.

 Jaringan transportasi untuk perwujuan MRT dan mendukung integrasi antar moda. Pengembangan Jaringan jalan kereta api, jalan tol dan struktur jaringan utama perkotaan terintegrasi pergerakan lintas wilayah (pergerakan regional).

 Infratruktur Drainase perkotaan dengan memanfaatkan jaringan alami yang ada, mengendalikan kawasan resapan dan kawasan penyangga pantai

(16)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 16 Gambar 3.1. 2. Kawasan Perkotaan Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo)

B. Peran dan Fungsi Kabupaten Karo dalam Konteks Pengembangan Kawasan Perkotaan

Mebidangro

Beberapa faktor penting yang mendasar pelibatan Kabupaten Karo dalam kerangka pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro adalah sebagai berikut.

1. Jaraknya dengan Kota Medan relatif dekat dan mudah terjangkau (sekitar 75 km ditempuh dengan kendaraan bermotor selama 1,5 jam), didukung oleh infrastruktur dan transportasi yang memadai. Dengan demikian, interaksi antara Kota Medan dan Kabupaten Karo dapat terakomodasi dengan baik.

(17)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 17  bagian pengelolaan kawasan lindung, dengan ditetapkannya kawasan lindung di

suaka alam Lau Debuk-debuk dan kawasan rawan bencana disekitar Danau Toba.  bagian pengembangan kawasan budidaya: pertanian lahan basah, perikanan, hutan

produksi, dan pariwisata.

3. Sebagian wilayah Kabupaten Karo yang berbatasan langsung dengan Kawasan Metropolitan Mebidangro (bersebelahan dengan Kabupaten Deli Serdang) berpotensi untuk berkembang sebagai kawasan perkotaan, yaitu Kabanjahe, Berastagi, Tiga Panah, dan Simpang Empat. Hal ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh ekspansi pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro.

4. Struktur perekonomian Kabupaten Karo selama 10 tahun terakhir mulai menunjukkan perubahan menuju dominasi kegiatan perkotaan. Kegiatan pertanian masih mendominasi, namun dengan proporsi yang semakin menurun, sementara kegiatan lainnya mulai mendominasi, walaupun masih fluktuatif, seperti angkutan dan komunikasi, perdagangan; hotel dan restoran; serta jasa-jasa.

5. Kabupaten Karo merupakan sentra produksi pertanian, terutama hortikultura (sayur dan buah-buahan) di Sumatera Utara. Kawasan Metropolitan Mebidangro yang relatif dekat dengan kabupaten ini berpotensi sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian, terutama untuk selanjutnya dibawa ekspor, baik ke luar negeri maupun wilayah lain di Sumatera dan Jawa.

6. Dengan potensi pertanian hortikultura dan peternakan, Kabupaten Karo dapat menjadi hinterland bagi Kawasan Metropolitan Mebidangro, yang berfungsi sebagai supplier kebutuhan masyarakat di kawasan tersebut.

7. Sekitar 31,6% luas wilayah Kabupaten Karo merupakan hutan lindung. Hal ini berarti, dalam lingkup regional, Kabupaten Karo memiliki peran strategis sebagai kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan di bawahnya, dimana Kawasan Metropolitan Mebidangro merupakan kawasan bawah hutan lindung di Kabupaten Karo. Hutan-hutan di Kabupaten Karo merupakan catchment area yang cukup penting. C. Strategi Pengembangan Kabupaten Karo dalam Kerangka Pengembangan Kawasan

Perkotaan Mebidangro

Strategi pengembangan Kabupaten Karo diarahkan selaras dengan visi pemanfaatan ruang Kawasan Metropolitan Mebidangro: “mewujudkan Kawasan Metropolitan Mebidangro-Ro sebagai Kota Global yang bercirikan Keragaman Budaya setempat”.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor penting diatas, serta dalam rangka penyelarasan dengan visi pemanfaatan ruang Kawasan Metropolitan Mebidangro, maka strategi pengembangan Kabupaten Karo diarahkan sebagai berikut.

1. Urgensi pelibatan Kabupaten Karo diarahkan berbeda dengan Kawasan Metropolitan Mebidangro lainnya. Kota Medan, Kota Binjai, dan sebagian Kabupaten Deli Serdang memiliki keterkaitan fungsi dan keterkaitan fisik, yang tergambar dalam delineasi kawasan metropolitan. Sementara, keterkaitan Kabupaten Karo lebih ditekankan pada keterkaitan fungsinya sebagai pendukung kota inti dan kota-kota satelit (keterkaitan fungsional).

2. Fungsi Kabupaten Karo dalam kerangka pengembangan Kawasan Metropolitan Mebidangro diarahkan sebagai:

(18)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 18  catchment area bagi kota inti dan kota-kota satelit, dengan penekanan fungsi pada

kawasan hutan lindung dan suaka alam.

3. Implementasi fungsi sebagai hinterland kota inti dan kota-kota satelit diarahkan dengan:

 Menetapkan sentra-sentra produksi pertanian hortikultura dan peternakan.

 Optimalisasi lahan pertanian tanaman bahan makanan dan hortikultura yang ada saat ini.

 Penyediaan fasilitas penunjang, seperti gudang, pasar, pakan ternak, dll.

 Penyediaan infrastruktur transportasi yang didukung oleh moda angkutan yang memadai, sebagai media pengangkut hasil produksi ke pusat-pusat koleksi dan distribusi di kota inti dan kota-kota satelit.

 Mengidentifikasi peluang pengembangan agropolitan.

4. Implementasi fungsi sebagai catchment area kota inti dan kota-kota satelit diarahkan dengan:

 Pengelolaan kawasan hutan dengan konsep social-forestry (melibatkan masyarakat),

 Menata kegiatan budidaya di sekitar dan di dalam kawasan hutan (kegiatan hutan produksi),

 Pemanfaatan kawasan hutan lindung dan suaka alam sebagai objek wisata, dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya.

5. Optimalisasi sektor perekonomian: angkutan dan komunikasi, perdagangan; hotel dan restoran; serta jasa-jasa, yang mendukung fungsi Kabupaten Karo sebagai hinterland kota inti dan kota-kota satelit.

(19)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 19 Gambar 3.1. 3. Posisi Kabupaten Karo dalam Konteks Pengembangan Kawasan

Perkotaan Mebidangro

3.1.2.3. Arahan Penataan Ruang dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara

A. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Rencana Tata Ruang Provinsi adalah perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi di wilayah yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi dengan tujuan untuk mewujudkan wilayah yang sejahtera, merata, berdaya saing dan berwawasan lingkungan.

Sampai dengan saat ini Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara masih dalam proses penetapan sehingga sebagai Rancangan peraturan daerah atau Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara. RTRWP Sumatera Utara bersifat umum disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif provinsi Sumatera Utara (yang meliputi 33 kabupaten/kota) dengan muatan substansi mencakup Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang.

B. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Sumatera Utara

(20)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 20 Tabel 3.1. 3. Kebijakan dan Strategi RTRW Provinsi Sumatera Utara

Kebijakan dan Strategi RTRW Provinsi Sumatera Utara

Kebijakan 1: Mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat.

Strategi Kebijakan 1. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah barat sesuai dengan potensi dan daya dukung; dan

2. Membangun dan meningkatkan jaringan jalan lintas timur dan barat.

Kebijakan 2 : Mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk. Strategi Kebijakan 1. Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi komoditi unggulan;

2. Meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi komoditi unggulan menuju pusat pemasaran;

3. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin kestabilan produksi komoditi unggulan;

4. Mengembangkan pusat-pusat agropolitan dan agromarinepolitan untuk meningkatkan daya saing;

5. Meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi yang tersedia dan terbaharukan serta memperluas jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik guna mendukung produksi komoditas unggulan; dan

6. Mengembangkan kawasan yang berpotensi memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.

Kebijakan 3 : Mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan yang ada dan ekstensifikasi kegiatan pertanian pada lahan non-produktif.

Strategi Kebijakan 1. Mempertahankan luasan lahan pertanian; 2. Meningkatkan produktivitas pertanian;

3. Melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan

4. Mencetak kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan baru untuk memenuhi swasembada pangan.

Kebijakan 4 : Menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem. Strategi Kebijakan 1. Mempertahankan luasan kawasan lindung

2. Meningkatkan kualitas kawasan lindung; dan 3. Mengembalikan ekosistem kawasan lindung.

Kebijakan 5 : Mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi perkembangan wilayah. Strategi Kebijakan 1. Mengendalikan perkembangan fisik permukiman; dan

2. Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan

Kebijakan 6 : Meningkatkan aksebilitas dan meratakan pelayanan sosial ekonomi ke seluruh wilayah provinsi.

Strategi Kebijakan 1. Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian wilayah; 2. Menyediakan dan memeratakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi.

Sumber :Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara

Kebijakan dan strategi penataan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab III tentang Tujuan, kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara pada Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara.

C. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Rencana struktur ruang wilayah provinsi meliputi:

1. Sistem perkotaan;

2. Sistem jaringan transportasi; 3. Sistem jaringan energi;

4. Sistem jaringan telekomunikasi; 5. Sistem jaringan sumber daya air; dan 6. Sistem jaringan prasarana lingkungan.

(21)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 21 D. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi:

1. Kawasan Lindung, yang terdiri dari : a) Kawasan hutan lindung; b) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; c) Kawasan perlindungan setempat; d) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; d) Kawasan rawan bencana; e) Kawasan lindung geologi ; dan f)Kawasan lindung lainnya.

Penetapan kawasan lindung dilakukan dengan mengacu pada pola ruang kawasan lindung yang telah ditetapkan secara nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara.

2. Kawasan Budi Daya, yang terdiri dari: a) Kawasan peruntukan hutan produksi; b) Kawasan hutan tanaman rakyat; c) Kawasan peruntukan pertanian; d) Kawasan peruntukan perkebunan; e) Kawasan peruntukan peternakan; f) Kawasan peruntukan perikanan dan kelautan; g) Kawasan peruntukan pertambangan; h) Kawasan peruntukan industri; i) Kawasan peruntukan pariwisata; j) Kawasan peruntukan permukiman; dan k)Kawasan peruntukan lainnya.

Penetapan kawasan budidaya dilakukan dengan mengacu pada pola ruang kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional, serta memperhatikan pola ruang kawasan budidaya Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Rencana Pola Ruang dan Rencana Pengembangan Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:250.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran XV, Lampiran XVI, Lampiran XVII, Lampiran XVIII, Lampiran XIX, Lampiran XX, Lampiran XXI, Lampiran XXII, Lampiran XXIII, Lampiran XXIV, Lampiran XXV, Lampiran XXVI dan Lampiran XXVII Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara.

E. Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Sumatera Utara

Kawasan strategis di Provinsi Sumatera Utara meliputi penetapan Kawasan Strategis Nasional dan penetapan Kawasan Strategis Provinsi. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Sumatera Utara, meliputi:

a. Dari sudut kepentingan pertahanan keamanan, yaitu Pulau Berhala Kabupaten Serdang Bedagai di Kawasan Perbatasan laut Negara Kesatuan Republik Indonesia b. Dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli

Serdang-Karo (Mebidangro);

c. Dari sudut kepentingan lingkungan, yaitu Kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Kawasan strategis provinsi merupakan bagian wilayah provinsi yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi, baik di bidang ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis provinsi ditetapkan berdasarkan kepentingan:

a. pertumbuhan ekonomi; b. sosial dan budaya;

c. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Kriteria Penetapan Kawasan Strategis Provinsi secara lengkap dijelaskan pada Bab VI tentang Penetapan Kawasan Strategis Provinsi.

(22)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 22 F. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Pemanfaatan ruang wilayah berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang. Pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang berdasarkan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan seperti terlampir pada Lampiran XXVII Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara.

(23)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 23 Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta atau sumber

lain yang tidak mengikat, dan/atau kerja sama pendanaan.

Pemanfaatan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab VII tentang Arahan Pemanfaatan

Ruang Wilayah pada Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara.

G. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi merupakan acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi: a) Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi; b) Arahan perizinan; c) Arahan insentif dan disinsentif; dan f)Arahan sanksi.

Arahan, Indikasi arahan dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab VIII tentang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi dan di bagian Lampiran XXVII pada Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara.

3.1.2.4. Status Kabupaten Karo dalam Arahan Penataan Ruang RTRWN dan RTRW Provinsi

Dari arahan kebijakan dan strategi RTRW Nasional yang telah dijabaran diatas, sebagai tindak lanjut penyusunan RPIJM maka status penetapan tata ruang untuk Kabupaten Karo menurut arahan RTRWN adalah sebagai berikut.

A. Arahan Terhadap Pusat-pusat Kegiatan RTRWN

1. Arahan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Terhadap Kabupaten Karo

Dalam Arahan Rencana Struktur Ruang dan Pola Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Karo telah ditetapkan sebagai salah satu kota dalam Sistem Perkotaan Nasional. Kabupaten Karo termasuk dalam arahan lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berdasarkan kriteria:

a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional;

b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau

c. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

(24)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 24 Tabel 3.1. 4. Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (Pkn) Dan Pusat Kegiatan Wilayah

(Pkw) Untuk Provinsi Sumatera Utara Dalam Sistem Perkotaan Nasional

No Provinsi PKN PKW

2 Sumatera Utara Kawasan Perkotaan

Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo

(Mebidangro) (I/C/3)

Tebingtinggi (II/C/1)

Sidikalang (II/B)

Pematang Siantar (I/C/1)

Balige (II/C/1)

Rantau Prapat (I/C/1)

Kisaran (II/C/1)

Gunung Sitoli (I/D/1), (II/C/1)

Padang Sidempuan (II/C/1)

Sibolga (I /C/1)

Sumber :RTRWN , PP N0. 26 Tahun 2008 (Lampiran II)

2. Arahan Kawasan Andalan

Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Karo termasuk dalam arahan kawasan andalan di Provinsi Sumatera Utara seperti tergambar dalam Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional (Lampiran VII) dan Lampiran IX tentang penetapan Kawasan Andalan pada PP Nomor 26 Tahun 2008.

Tabel 3.1. 5. Penetapan Kota Binjai sebagai salah satu kabupaten/kota dalam Kawasan Andalan Provinsi Sumatera Utara dalam Lampiran IX, PP Nomor 26 Tahun 2008

NO Provinsi / Kawasan Andalan Sektor Unggulan

2 Sumatera Utara

6 Kawasan Perkotaan Metropolitan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro)

- (I/D/1) - (II/B/2) - (I/E/1) - (I/A/1) - (II/F/2)

- industri - perkebunan - pariwisata - pertanian - perikanan

Sumber :Peraturan Pemerintah RI N0. 26 Thn.2008 (Lampiran IX)

(25)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 25

Sumber :RTRWN, PP N0. 26 Thn.2008 (Lampiran VII)

B. Arahan terhadap Pusat-pusat Kegiatan RTRW Provinsi Sumatera Utara

Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Provinsi Sumatera Utara, yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi Sumatera Utara, dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas. Dalam penetapan PKN Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo adalah termasuk salah satu pusat pelayanan. Pusat pelayanan ini terletak di kawasan perkotaan Mebidangro (Medan – Binjai – Deli Serdang – Karo). Pengembangan Kota Medan dan sekitarnya sebagai pusat pelayanan primer. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1. 6. Pusat Kegiatan Nasional Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2028

No Hirarki Kota Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan

1.

 Pusat pemerintahan Provinsi.

 Pusat perdagangan dan jasa regional.

 Pusat distribusi dan kolektor barang & jasa regional.

 Pusat pelayanan jasa pariwisata.

 Pusat transportasi darat, laut, dan udara regional.

 Pendidikan tinggi.

 Industri.

Sumber : RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2028

(26)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 26 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Provinsi Sumatera Utara ditetapkan dengan kriteria:

a. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

Berdasarkan penentuan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo tidak diarahkan untuk fungsi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Provinsi Sumatera Utara adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) ditetapkan dengan kriteria:

1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

Sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2028, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang ditetapkan di Kabupaten Karo adalah Kota Kabanjahe, Tiga Binanga dan Berastagi yang fungsinya diarahkan untuk agroindustri, pertanian, perkebunan, pariwisata serta pengolahan hasil pertanian dan perkebunan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut..

Tabel 3.1. 7. Pusat Kegiatan Lokal Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 – 2028

No Hirarki Kota Status Kota Strategi Fungsi yang Diarahkan

1

 Pengolahan hasil pertanian dan hortikultura.

 Pertanian tanaman pangan

 Perkebunan

 Pengolahan hasil pertanian tanaman pangan dan hortikultura.

 Pariwisata

 Agroindustri

Merek  Pertanian tanaman pangan dan

hortikultura

 Perkebunan

 Pengolahan hasil pertanian tanaman Pangan.

Kutabuluh Revitalisasi  Pertanian tanaman pangan

 Perkebunan

 Pengolahan hasil pertanian tanamanPangan.

(27)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 27 3. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Provinsi Sumatera Utara adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) ditetapkan dengan kriteria:

1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga.

2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga.

3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya.

4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

Berdasarkan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maka di wilayah Kabupaten Karo tidak ada ditetapkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).

3.1.2.5. Arahan Penataan Ruang dalam RTRW Kabupaten Karo

Tujuan pembangunan Kabupaten Karo yang akan dituju, adalah:

Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Karo yang maju dan sejahtera melalui pengembang an sektor pertanian dan pariwisata berbasis agrbisnis Yang berdaya saing, produktif dan berwawasan lingkungan”

Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut, maka melalui Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karo ditetapkan Tujuan Penataan Ruang, yaitu:

“Terwujudnya Kabupaten Karo sebagai Kawasan Pertanian dan Pariwisata Berbasis Agri bisnis yang Aman, Nyaman, Produktif, berdaya saing dan Berkelanjutan.”

A. Rencana Struktur Ruang 1. Rencana Sistem Perkotaan

Kabupaten Karo memiliki 4 (empat) tingkatan tata jenjang pusat permukiman/pusat‐ pusat pelayanan, yaitu:

a. PKN (Pusat Kegiatan Nasional) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi;

b. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;

c. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) dalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa;

d. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Tabel 3.1. 8. Rencana Pusat-pusat Pelayanan Kabupaten Karo

No. Hirarki Kawasan Perkotaan Fungsi yang Diarahkan

1 PKN Kawasan Perkotaan

Mebidangro

 Pusat pemerintahan Provinsi.

 Pusat perdagangan dan jasa regional.

 Pusat distribusi dan kolektor barang & jasa regional.

 Pusat pelayanan jasa pariwisata.

(28)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 28

No. Hirarki Kawasan Perkotaan Fungsi yang Diarahkan

 Pendidikan tinggi.

 Industri.

2 PKL Kaban Jahe  Agroindustri

 Pengolahan hasil pertanian dan holtikultura

Tiga Binanga  Pertanian tanaman pangan

 perkebunan

Berastagi  Pengolahan hasil tanaman pangan dan holtikultura

 Pariwisata

 Agroindustri

Merek  Pertanian tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan.

 Pengolahan hasil tanaman pangan.

 Pertanian tanaman pangan.

 Perkebunan

 Pengolahan hasil tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan.

3 PPK Barusjahe  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pengolahan hasil tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan.

Munte  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pengolahan hasil budidaya kehutanan.

Tiga Panah  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pengolahan hasil perkebunan.

 Pengolahan hasil budidaya kehutanan.

4 PPL Dolat Rakyat  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pengolahan hasil holtikultura dan perkebunan.

Juhar  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pengolahan hasil budidaya kehutanan.

 Pengolahan hasil tanaman pangan lahan basah, lahan kering, holtikultura, dan perkebunan.

Payung  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pengolahan hasil budidaya kehutanan.

 Pengolahan hasil tanaman pangan lahan basah, lahan kering, holtikultura, dan perkebunan.

Tigan Derket  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Permukiman pedesaan.

Simpang Empat  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pusat cagar budaya

 Pengolahan hasil budidaya kehutanan.

 Pusat pengolahan hasil pertanian holtikultura.

Naman Teran  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pariwisata

 Pusat pengolahan hasil pertanian holtikultura.

Merdeka  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pusat pengolahan hasil pertanian holtikultura.

Mardingding  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pengolahan hasil perkebunan.

 Pengolahan hasil tanaman pangan lahan basah, lahan kering, dan perkebunan.

Laubaleng  Pusat Pemerintahan Kecamatan.

 Pengolahan hasil budidaya kehutanan.

 Pengolahan hasil tanaman pangan lahan basah, lahan kering, dan perkebunan.

Sumber: RTRW Kabupaten Karo 2010 - 2030

2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

a. Jalan yang menghubungkan ibu kota kecamatan dengan ibukota Kabupaten berfungsi sebagai Jalan Kolektor Primer.

(29)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Page |

III

- 29 c. Jalan yang menghubungkan pusat lingkungan permukiman II dengan pusat lingkungan Permukiman II atau antar pusat lingkungan permuiman I diberi fungsi sebagai Jalan Kolektor Sekunder.

Berdasarkan pengembangan wilayah Kabupaten Karo yang meliputi semua sektor di dalamnya, maka rencana pengembangan jalan diarahkan untuk mendukung pen gembangan ibukota Kabupaten (Kabanjahe) sebagai Sekunder B (III) untuk skala propinsi dan Orde I untuk skala Kabupaten.

3. Rencana Pengembangan Prasarana Pengelolaan Lingkungan

a. Persampahan

Arahan pengelolaan persampahan bertujuan untuk merubah kebiasaan masyarakat yang selalu membuang sampah secara sembarangan dan membuang limbah cair melalui aliran air/sungai.

Untuk meningkatkan kesehatan masyarakat diarahkan menggunakan sistem daur ulang sampah dengan fungsi fermentasi untuk menghasilan kompos serta mengembangkan instalasi septic‐tank. Alternatif kedua adalah menimbun sampah ke TPS sebelum dibuang ke TPA sampah. Untuk itu direncanakan untuk tiap ibukota kecamatan disediakan masing‐masing TPS

b. Air Limbah/Drainase

Prasarana drainase meliputi sistem pembuangan air hujan maupun pembuangan air limbah cair dari rumah tangga (domestic) dan sistem pengendalian banjir.

Pengembangan jaringan drainase diarahkan di Pusat ibukota kabupaten dan pusat ibukota kecamatan dalam upaya untuk mengantisipas wilayah‐wilayah yang rawan bencana seperti banjir, erosi dan sebagainya.

Pengembangan jaringan drainase dilakukan dengan memanfaatkan karakter topografi dan pola jaringan jalan sehingga pembuangan airdapat dialirkan secara cepat dan bebas gangguan air tergenang atau banjir dengan membagi beberapa jenis saluran penampung, saluran pengumpul serta saluran pembuangan sekunder dan primer/utama dengan mempertimbangkan:

 Saluran terbuka untuk memudahkan perawatan dan pembersihan;

 Bentuk saluran trapesium, kecuali pada tempat tertentu dipasang dengan kemiringan

slope yang sesuai agar tidak terjadi pengendapan dalam saluran. c. Penyediaan Air Bersih

(30)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

(31)

LAPORAN AKHIR BANTEK Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Karo 2015-2019

Gambar

Gambar 3.1. 1. Strategi Pembangunan Nasioanal 2015-2019
Tabel 3.1. 2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang dan Pola ruang Dalam RTRWN
Gambar 3.1. 2. Kawasan Perkotaan Mebidangro (Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo)
Gambar 3.1. 3. Posisi Kabupaten Karo dalam Konteks Pengembangan Kawasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: pertama, penyerahan mahar yang dilakukan sebelum akad nikah di KUA Kecamatan Prambon adalah penyerahan mahar oleh calon mempelai laki-laki

Agar pengamat merasa terlibat, ia perlu diberi penjelasan mengenai tugas-tugasnya antara lain: menilai sejauh mana kecocokan peran yang dimainkan dengan masalah

Royal Olive Body Scrub Body scrub yang mengangkat sel-sel kulit mati dengan ekstrak minyak zaitun murni yang membersihkan, menyegarkan, dan menjadikan kulit lembut.. | 200 ml

Motivasi pada karyawan KPRI “Perta- guma” Kota Madiun adalah baik. Hal ini juga dapat terlihat pada keadaan di koperasi me- ngenai motivasi yang timbul dari dalam diri individu

Kesimpul-an bagi yang percaya Alkitab kanon terbuka adalah bahwa tidak ada doktrin yang absolut yang dapat disimpulkan dari Alkitab, karena Alkitab hanya salah satu

Perkembangan sel B, immunoglobulin gene rearrangement dan hubungannya dengan limfoma dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 5... Perkembangan sel T dan T-cell

Kebangkrutan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-

Hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) model Group Investigation dan Problem Solving terbimbing hanya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada aspek