• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER

(Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

AVI NELA VITRINA

NIM : 21413013

F

AKULTAS SYARI’AH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER

(Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

AVI NELA VITRINA

NIM : 21413013

FAKULTAS SYARI’AH

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Avi Nela Vitrina

NIM : 21413013

Judul : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM

BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 11 September 2017 Pembimbing

Evi Ariyani, S.H., M.H.

(5)

v

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

Jl. Nakula Sadewa V No. 09 Telp (0298) 323706, 323433 Salatiga Website: www.Fakultas Syari‟ah..ac.id E-mail: administrasi@iainsalatiga.ac.id

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo)

Avi Nela Vitrina NIM: 21413013

Telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Senin tanggal 25

September 2017 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana dalam Hukum (S.H.). Dewan Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang : Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc, M.A.

Sekertaris Sidang : Ahmad Mifdlol M, Lc, M.S.I.

Penguji I : Dr. Nafis Irkhami, M. Ag., M.A.

Penguji II : Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si.

Salatiga, 25 September 2017 Dekan Fakultas Syariah

Dr. Siti Zumrotun, M.Ag

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Avi Nela Vitria

NIM : 21413013

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari‟ah

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM

BARTER (Studi di Desa Benowo Kecanmatan Bener Kabupaten Purworejo)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga,11 September 2017 Yang menyatakan

(7)

vii MOTTO









(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Bapak ibukku tercinta yang senantiasa

mendo‟akan

dan

memberikan dukungan.

Kakak-kakak dan teman-temaku yang selalu mendukung,

mendo'akan dan memberikan segalanya, baik moral maupun

spritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa

meridhoinya.

Dosen pembimbingku yang setia dan sabar dalammemberikan

arahan sampai dengan selesainya penyusunan skripsi ini, serta

teman-teman mahasiswa IAIN Salatiga.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karuninnya-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai strata satu Hukum Ekonomi Syariah. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai dalam penyusunannya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syar‟iah IAIN Salatiga dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan bimbingan dan pengarahan untuk selalu melakukan yang terbaik.

3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah IAIN Salatiga dan selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dukungannya untuk mengarahkan saya dalam menyusun sekripsi ini.

4. Ibu Lutfiana Zahriani, S. H., M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.

5. Pihak kepala Desa Benowo Bpk Aris Wantoro , serta masyarakat Desa

Benowo yang sudah mengizinkan dan meluangkan waktu untuk penelian.

6. Keluarga tercinta Ibuk ,bapak, saudara yang tak henti-hentinya selalu

(10)

x

7. Terimakasih kepada teman-teman tercinta Diana, Anida, Nurul, Umi, Ratna,

Yuliana serta teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak untuk pertemanannya selama ini dan sukses selalu untuk kalian semua.

8. Seluruh jajaran Akademi Institut Agama Islam Negeri Salatiga Fakultas

Syariah yang tidak bisa penulis sebutkan semuannya terimakasih banyak telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan Konstribusi dan dukungan yang cukup besar sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dari awal hingga akhir di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan

maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.

Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penlis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi materi ataupun skripsi. Sehingga saran, dan kritik serta perbaikan yang membangun dari pembaca akan penulis terima dengan kerendahan hati. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

(11)

xi

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan sekripsi ini maaih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisisnya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan sekripsi ini, sehingga mudah dipahami.

Akhirnya penulis berharap semoga sekripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

Salatiga, 11 September 2017

Penulis.

(12)

xii ABSTRAK

Vitrina, Avi Nela.2017. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Barter”

Sekripsi.Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Fakultas Syariah.Institut

Agama Islam Negri Salatiga.

Pembimbing: Evi Ariyani, S.H,.M.H

Kata Kunci : Jual Beli Barter, Hukum Islam

Barter merupakan proses pertukaran barang dengan barang yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara menukarkan barang yang satu dengan barang yang lain. mereka berperan sebagai penjual namun pembayarannya tidak menggunakan uang, melainkan menggunakan barang. Transaksi barter masih di terapkan di Desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Setiap harinya mereka melakukan transaksi barter untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun masalah yang tertuang dalam sekripsi ini yaitu Bagaimana sistem barter yang terjadi di Desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem Barter di Desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo

Penelitan ini menggunakan jenis penelitin Diskriptif Analitis , dalam pengumpulan data yang digunakan peneitian yaitu Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Hasil dari Observasi,Wawancara dan Dokumentasi, kemudian diolah dengan cara menelaah data, menata, membagi menjadi satuan-satuan sehingga dapat dikelola yang akhirnya dapat ditemukan makna yang sebenarnya. Lokasi penelitian ini mengambil tempat di Desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo yang terletak didekat pegunungan gunung Kunir Kabupaten purworejo Jawa tengah.

(13)

xiii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATAPENGANTAR ... x

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4

D. Penegasan Istilah ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Metode Pengumpulan Data ... 7

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian jual Beli ... 12

B. Pengertian Barter ... 23

C. Rukun Barter ... 28

D. Syarat Barter... 29

E. Dasar hukum Barter ... 29

(14)

xiv

1. Sejarah Desa Benowo ... 35

2. Letak geografis Desa Benowo ... 36

3. Struktur Organisasi kepala Desa Benowo ... 36

4. Keadaan social ... 37

B. Praktik barter ... 42

C. Akad transaksi jual beli barter ... 48

D. Faktor penyebab masyarakat menggunakan Barter ... 51

E. Jumlah masyarakat yang menggunakan Barter ... 52

BAB IV TRANSAKSI BARTER DI DESA BENOWO KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO A. Analisis Rukun dan Syarat barter dalam Hukum Islam ... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Jual beli merupakan sebuah transaksi yang dilakukan setiap manusia, baik didalam maupun diluar negri. Di Indonesia memiliki berbagai macam bentuk jual beli, dimulai dari jual beli menggunakan

kartu atau biasa disebut dengan credit card, lalu jual beli menggunakan

(16)

2

hanya sebagian kecil yang menggunakan sistem barter. Selama zaman kuno, sistem barter adalah fenomena lokal yang melibatkan orang-orang di lokasi yang sama. Barter tersebut masih ada di pedesaan yang sedikit penduduknya. Biasanya di daerah pedalaman, seperti di wilayah Magelang hanya beberapa desa saja yang masih menggunakan barter. Pada masa ini timbul benda-benda yang selalu dipakai dalam pertukaran, kesulitan yang dialami oleh manusia dalam barter antara lain, menurut Agustianto dalam buku percikan pemikiran ekonomi Islam sistem barter banyak menghadapi kendala-kendala itu antara lain :

1. Kesulitan menemukan orang yang diinginkan

2. Sulit akan menentukan nilai barang yang akan ditukar terhadap barang

yang akan diinginkan.

3. Sulit menentukan orang yang mau menukarkan barangnya dengan jasa

yang dimiliki atau sebaliknya.

4. Sulit menemukan barang yang akan ditukarkan pada saat yang cepat

sesuai dengan yang diinginkan. Artinya untuk memperoleh barang yang diinginkan, memerlukan waktu yang terkadang relatif lebih lama.

5. Karena banyaknya kendala yang di hadapi oleh suatu barter mulai

(17)

3

(18)

4 B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah sistem barter yang terjadi di desa Benowo Bener

Purworejo?

2. Bagaimakah tinjauan hukum Islam terhadap sistem barter di desa

Benowo Bener Purworejo?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem barter di Desa Benowo

Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

2. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem

barter di desa Benowo kecamatan Bener kabupaten Purworejo.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Dapat menambah wawasan dan keilmuan dtentang jual beli barter dalam perspektif hukum islam. Menjadi bahan rujukan untuk peneitian selanjutnya .

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini hususnya dalam masyarakat lebih mengerti tentang sistem pertukaran dengan baik, dan yang memang di

perbolehkan dalam al-Qur‟an, Hadis, serta pemerintah. Dalam

(19)

5

dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi lembaga lain tentang transaksi barter dalam perspektif hukum Islam.

E. Penegasaan istilah

1.Barter

Barter adalah kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi tanpa perantara uang tahap selanjutnya menghadapkan manusia. Bahwa kenyataan apa yang di produksi sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya, untuk memperoleh barang-barang yang tidak dapat di hasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang mau menukar barang yang dimilikinnya dengan barang lain yang di butuhkannya. akibat barter, yaitu barang ditukar dengan barang.

2. Hukum islam

Hukum Islam yaitu rangkaian kata “Hukum” dan kata “Islam”

(20)

6

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan nanti adalah penelitian diskriptif analitis, yaitu suatu metode yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. (sugiono,2009:29)

Penelitian ini adalah usaha untuk mengetahui secara mendalami bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan jual beli barter di desa Benowo Kecamatan Bener Kabupatrn Purworejo, kami sebagai peneliti memilih metode diskriptis analitis karena dipilih karena dipandang cocok untuk mendeskripsikan bagaimana sistem barter di desa Benowo kecamatan Bener Kabupaten Purworejo

2. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti disini yakni untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Maka peneliti disini di harapkan harus hadir dan dapat terlibat secara langsung dalam aktifitas barter di desa Benowo Bener Purworejo khususnya dalam memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

3. Lokasi penelitian

(21)

7

karena lokasi tersebut Di daerah lereng gunung, hanya di desa Benowo yang ada barter.

4. Sumber data

Dalam penelitian ini sumber data yang di pakai meliputi data

primer dan data sekunder.

a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2001:91). Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber informasi yang di ambil dari beberapa masyarakat saja yang berasal dari desa Benowo Bener Purworejo.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya (Azwar, 2001:91). Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantara dengan menggunakan seperti, buku-buku, foto, hasil penelitian dll yang berkaitan dengan penelitian tentang barter.

5. Metode pengumpulan data

Sesuai dari sumber data di atas, maka metode pengumpulan data yang di gunakan peneliti meliputi sebagai berikut:

a. Wawancara, sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang

(22)

8

untuk dijawab. Wawancara dilakukan secara mendalam karena peneliti menggunakan dasar penelitian, maka pengumpulan data dengan wawancara secara mendalam dianggap paling tepat karena dimungkinkan mendapat informasi secara diteliti. Wawancara mendalam dilakukan secara langsung terhadap informan yang berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti sebelumnya.

b. Observasi, merupakan pengamatan yang di lakukan secara

langsung pada objek yang diteliti dan dimungkinkan untuk memberi penelitian pada objek yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan mengunjungi dan mendata orang-orang yang melakukan sistem barter.

c. Dokumentsi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau Variabel

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 231). Dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi foto-foto jual beli dengan sistem barter.

6. Analisis data

(23)

9

membagi menjadi satuan-satuan sehingga dapat dikelola yang akhirnya dapat ditemukan makna yang sebenarnya sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan (Saekan, 2010: 91).

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dengan cara menjelaskan secara jelas dan mendalam. Mengumpulkan informasi dari masyarakat mengenai sistem barter.

7. Pengecekan keabsahan data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realiblitas) menurut versi

positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan pradigmanya sendiri (Moleong,2011:321) dan untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan orang umum dan apa yang dikatakannya secara pribadi, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2011:330).

8. Tahap-tahap penelitian

Dalam penelitian kulitatif ini peneliti akan melakukan berbagai tahapan antara lain:

a. Observasi, teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan

(24)

10

gejala-gejala subyek yang diselidiki baik pengamatan itu dilakukan didalam situasi sebenarnya maupun dilakukan didalam situasi buatan, yang husus diadakan. (Burhan,2013: 26) Dalam penelitian ini peneliti akan mengunjungi dan mendata orang-orang yang melakukan sistem barter.

b. Pengumpulan data, adalah proses pengumpulan data yang

diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.

c. Pembahasan, merupakan proses analisis data-data yang di

peroleh dari observasi dan wawancara.

d. Laporan, merupakan sebuah bentuk dokumen atau penyajian yang

e. berisi tentang fakta suatu keadaan atau kegiatan.

G. Sistemmatika penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang rinciannya sebagai berikut:

BAB1: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

(25)

11

Masyarakat Desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo masih menggunakan transaksi barter. Jumlah Masyarakat yang menggunakan sistem barter.

BAB IV:PEMBAHASAN. Tinjauan Hukum Islam di Desa Benowo Kecamatan Bener. Meliputi: Analisis Rukun dan syarat Barter dalam hukum Islam.

(26)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian jual beli

Jual beli merupakan usaha yang baik untuk mencari rizki, menjual meneurut bahasa artinya memberikan sesuatu karena ada pemberian (imbalan yang tertentu). Menurut istilah artinya pemberian harta karena menerima harta dengan ikrar penyerahan dan jawab penerimaan

(ijab-qabul) dengan cara yang diizinkan. (Moh, Rifa‟I, 2005:183)

Menurut bahasa jual beli adalah memberikan sesuatu karena ada pemberian (imbalan yang tertentu). Sedangkan menurut istilah adalah pemberian harta karena menerima harta dengan ikrar penyerahan dan

jawab penerimaan dengan cara ijab qabul. ( Moh.Rifa‟I ,2005:183)

Menurut pengertian syari‟at, yang dimaksud dengan jual beli

adalah: “ pertukaran harta atas saling rela”. Atau memindahkan milik

dengan ganti yang dapat di benarkan” ( yaitu berupa alat tukar yang sah). Dapat disimpulkan bahwa jual beli itu dapat terjadi dengan cara:

1. Pertukaran harta antara dua belah pihak atas dasar saling rela

2. Memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan yaitu berupa

alat tukar yang diakui sah dalam lalu lintas perdagangan. (chairuman pasaribu, 2004:33)

Jual-beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai‟ dalam bahasa

(27)

asy-13

syira‟ (beli). Dengan demikian, kata al-bai‟berarti jual-beli, secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual-beli yang dikemukakan Ulama Fiqih, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi ini adalah sama, yaitu tukar-menukar barang dengan cara tertentu atau tukar-menukar sesuatu dengan yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. (berupa alat tukar yang sah). (Gemala, 2005:101)

Supaya usaha jual beli itu berlangsung menurut cara yang dihalalkan, harus mengikuti ketentuan yang telah ditentukan. Ketentuan yang dimaksud berkenan dengan rukun dan syarat dan terhindar dari hal-hal yang dilarang. (Syarifudin, 2003:194)

Batasan pengertian jual beli adalah suatu perjanjian dengan nama pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan,

dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan”. (Evi

Ariyani,2012:29)

1. Syarat dan rukun jual-beli

Adapun syarat dan rukun jual beli disini adalah:

1) Penjual dan pembeli

Syarat dari penjual dan pembeli adalah sama dengan syarat subyek akad pada umumnya. antara penjual dan pembeli memiliki akad yang sah (jelas).

(28)

14

Syarat yaitu Suci. Barang najis tidak sah dijual dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelikan, seperti kulit binatang atau bangkai yang belum dimasak. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW. Dari jabir bin Abdulah:

Rasulullah SAW berkata, sesungguhnya allah dan Rasulnya telah mengharamkan menjual arak dan bangkai, ya Rasulullah? Karena lemak itu berguna buat cat perahu, buat

minyak kulit, dan minyak lampu.‟‟jawab beliau, “tidak boleh,

semua itu haram, celakalah orang yahudi tatkala Allah mengharamkan lemak bangkai, mereka hancurkan lemak itu menjadi minyak, kemudian kemudian mereka jual minyaknya,

lalu mereka makan uangnya.”(Sepakat ahli hadits)

Barang yang boleh di perjual belikan adaa lima syarat yaitu suci, bermanfaat,milik penjual, bias diserahkan, diketahui keadaanya.

Barang yang najis atau tidak ada manfaatnya tidak boleh dijual belikan (sepertiketerangan di atas). Jual beli harus milik sendiri atau yang dikuasakan kepadanya, jadi miliknya sendiri atu milik oarng lain yang telah di kuasakan, dan untuk

dirinya sendiri atau untuk orang lain yang telah

menguasakannya. (Moh. Rifa‟i, 2005:184-185)

(29)

15

maka jual beli sah, dan jika tidak ada maka tidak sah. Misalnya, pembeli buku mensyaratkan hendaknya buku itu kertasnya kuning, atau pembeli rumah mensyaratkan hendaknya pintu rumah akan dibelinya itu terbuat dari besi, dan sebagainnya.

Persyaratan manfaat khusus dalam jual beli juga diperbolehkan, misalnya penjual hewan yang akan dijualnya kesalah satu tempat, atau penjual rumah mensyaratkan ia mendiami rumah yang akan dijualnya selama satu bulan, atau pembeli baju mensyaratkan ia dalam menjahit bajunya tersebut, atau pembeli kayu bakar mensyaratkan kepada Rasulullah saw, biasa menaiki untanya terlebih dahulu, padahal untanya tersebut telah di jual kepada beliau.

3) Syarat tidak disahnnya jual beli ada beberapa macam antara lain:

i.Menggabungkan dua syarat dalam jual beli, misalnya, pembeli kayu bakar mensyaratkan bisa memecah kayu bakar sekaligus

membawanya, karena Rasulullah bersabda:” Dua syarat dalam

satu jual beli itu tidak halal. ( HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi). ii.Mensyaratkan sesuatu yang merusak inti jual beli itu sendiri,

misalnya penjual kambing mensyaratkan kepada pembeli bahwa meminjamkan sesuatu kepadanya, atau menjual sesuatu

(30)

16

menjual apa yang tidak ada disisimu”. (HR.Abu Daud dan At- Tirmidzi).

iii. Syarat batil yang biasa mensahkan jual belinya sah, Rasulullah saw bersabda: Barang siapa mensyaratkan persyaratan yang tidak

ada dalam kitabullah maka batil”,kendati seratus persyaratan”.

(HR.Abu Daud dan Al-Hadis Rukun jual beli).

Menurut Madzhab Syafi‟i syarat orang melakukan akad

melipiti dua hal, yaitu:

1. Faham, yaitu baligh dan berakal, baik agamanya dan hartanya.

Maka tidak sah akad jual belinya anak kecil meski pun telah diuji, begitu pula orang gila dan orang yang dicegah bertasyaruf karena dia bodoh.

2. Tidak ada pemaksaan dengan jalan yang tidak benar maka tidak

sah akad orang yang dipaksa pada barangnya tanpa hak. Berdasarkan firman allah (QS An-Nisa[4]:29)

Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu

(31)

17

larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan

membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti

membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.

Islam, untuk orang yang membeli mushaf, kitab-kitab hadits dan atshar salaf, serta kitab-kitab fikih yang didalamnya terdapat

bacaan al-qur‟an dan hadis secara atsar salaf, agar tidak dapat

penghinaan kepada itu semua, maka tidak sah bagi orang kafir membeli hamba sahaya, menurut pendapat yang kuat.

Kehendak pembeli bukan orang kafir yang diperangi atau orang yang memerangi, hal ini berlaku jual beli alat-alat perang, seperti pedang, tombak, dan sebagainnya. Karena senjata itu dapat memperkuat orang-orang yang diperangi sehingga biasa jadi

mengalahkan orang-orang mukmin, atau digunakan untuk

mempersenjatai diri mereka guna memerangi kita suatu saat. (Wiroso,2005:31).

2. Rukun jual beli.

Rukun yang pokok dalam akad ( perjanjian) jual beli itu adalah

ijab-qabul yaitu ucapan penerimaan di pihak lain. (Syarifuddin, 2003:195).

(32)

18

a. Penjual, ia harus memiliki barang yang dijualnya atau

mendapatkan izin untuk menjualnya , dan sehat akalnya.

b. Pembeli, ia disyaratkan diperbolehkan bertindak dalam arti ia

bukan orang yang kurang wa ras, atau bukan anak kecil yang tidak mempunyai ijin untuk membeli.

c. Barang yang dijual, barang yang dijual harus merupakan yang hal

yang diperbolehkan dijual, bersih, bisa diserahkan kepada pembeli, dan bisa diketahui pembeli meskipun dengan ciri-cirinya.

d. Bahasa akad, yaitu penyerahan (ijab) dan penerima (qabul) dengan

perkataan, misalnya, pembeli berkata “aku jual barang ini

kepadamu”, kemudian penjual memberikan pakaian yang

dimaksud kepada pembeli.

e. Kerelaan kedua belah pihak, penjual dan pembeli tidak sah dengan

ketidak relaan salah satu dari dua pihak, karena Rasulullah saw. bersabda, sesungguhnya jual beli itu dengan kerelaan.

Rukun jual beli menurut Hanafiah adalah ijab dan qabul yang menunjukkan sikap saling tukar menukar, atau saling memberi. Atau

dengan redaksi yang lain, ijab qabul adalah perbuatan yang menunjukan

(33)

19

Rukun jual beli di kalangan fuqaha, terdapat perbedaan mengenai rukun jual beli. Menurut fuqaha kalangan hanafiyah, rukun jual beli adalah ijab dan qabul. (Huda,2011:55)

3. Jenis-Jenis Jual Beli yang Dilarang

Rasulullah saw melarang sejumlah jul beli, karena di dalamnya

terdapat gharar yang membuat manusia memakan harta orang lain secara

batil, dan pemusuhan diantara kaum muslimin. Diantara jenis-jenis jual beli yang beliau larang adalah sebagai berikut.

a. Jual Beli Barang yang belum diterima

Seorang muslim tidak boleh membeli suatu barang kemudian menjualnya, padahal ia belum menerima barang dagangnya tersebut, karena dalil-dalil berikut ini.

Sabda Rasulullah SAW: “ jika engkau membeli sesuatu barang

kemudian menjualnya, padahal hingga engkau menerimanya”. (HR.

Ahmad dan Ath-Thabrani).

Sabda Rasulullah SAW: Barang siapa membeli makanan, ia jangan

menjualnya hingga engkau menerimanya”. (HR. Al-Bukhari).

Abdullah bin Al-Abbas r.a. Berkata,”Aku tidak menghitung sesuatu

kecuali dengan semisalnya”. (HR. Al-Bukhari).

b. jual beli seorang muslim dari muslim lainya.

(34)

20

kemudian ia berkata kepada penjualnya, mintalah kembali barang itu dan batalkan jual belinya, karena aku akan membelinya

darimu seharga enam ribu” karena Rasulullah SAW bersabda :

“janganlah sebagaian dari kalian menjual diatas jual beli

sebagaian lainnya”. (HR.Mutafaq Alaih). Ada beberapa jual beli

Seorang muslim dari muslim lainnya antara lain:

1) Jual Beli Najasy disini menerangkan bahwa seorang muslim

tidak boleh menawar suatu barang dengan harga tertentu, padahal ia tidak ingin membelinya, namun ia berbuat seperti itu agar diikuti para penawar lainnya kemudian pembeli tertarik membeli barang tersebut. Seorang muslim juga tidak boleh berkata kepada pembeli yang ingin membeli suatu

barang, “Barang ini dibeli dengan harga sekian”. Ia berkata

bohong untuk menipu pembeli tersebut, Ia bersekongkol dengan penjual atau tidak, karena Abdullah bin Umar r.a.

berkata, bahwa “ Rasulullah saw melarang jual beli Najsy”.

Dan karena Rasulullah saw bersabda: “janganlah kalian saling

melakukan jual beli Najsy”. (HR.Muttafaq Alaih)

2) Jual beli dua barang dalam Satu Akad adalah Seorang Muslim

(35)

21

benar. Dua jual beli dengan satu akad mempunyai banyak bentuk, misalnya, penjual berkat kepada kepada pembeli.

“ Aku jual barang ini kepadamu seharga sepuluh ribu kontan,

atau lima belas ribu sampai tertentu (kredit)”. Setelah itu,

akad jual beli dilangsungkan dan penjual tidak menjelaskan jual beli manakah (kontan atau kredit) yang ia kehendaki.

Contoh lain, misalnya penjual berkata kepada pembeli, “Aku

jual rumah ini seharga sekian dengan syarat engkau

menjualnya lagi kepadaku dengan harga sekian dan sekian “.

Contoh lain misalnya, menjual salah satu dari dua barang yang berbeda seharga satu dinar dan akad pun dilangsungkan, namun pembeli tidak tau barang manakah yang telah ia beli. Jual beli seperti diatas dilarang karena diriwayatkan bahwa

Rasulullah saw melarang dua jual beli dalam satu akad”.

(Nawawi , 2012: 75-79).

4. Dasar Hukum Jual Beli

Para ulama‟ mujtahid sepakat bahwa jual beli dihalalkan,

sedangkan riba diharamkan. Para imam madzhab sepakat bahwa jual beli itu dianggap sah jika dilakukan oleh orang yang sudah balig, berakal, kemauan sendiri, dan berhak membelanjakan hartanya. Oleh karena itu jual beli tidak sah jika dilakukan oleh orang gila. (Muhamad al-alamah, 2014:204)

(36)

22

a. Transaksi jual beli tanpa sighat (ijab qabul)

Transaksi jul beli seperti di supermarket tidak dapat sighat ijab Kabul dari kedua pihak maka hukumnya sah dan diperbolehkan. (Maaimun,2014:2)

Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan

Al-qur‟an, sunnah dan ijma‟ para ulama . Dilihat dari aspek hukum,

jual beli hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh

syara‟. Adapun dasar hukum dari Alqur‟an antara lain

(Muslich,2010:177-179). Surat Al-Baqarah (2) ayat 275:

1) Surat Al-Baqarah ayat 275

Jual beli disyariatkan oleh dalil-dalil Al-Quran,

sunahkanperkataan, serta sunnah dalam Al- Baqarah ayat

275

(37)

23

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

5.

Pembatalan dalam jual beli

Dalam sistem jual beli bila tidak ada kecocokan dapat dibatalkan (iqalah) dan hal ini disunahkan jika salah satu dari pembeli dan

penjual memintanya, karena Rasulullah saw besabda: “ Barang siapa

menerima pembatalan jual beli orang muslim, allah menerima

pembatalannya pada hari kiamat”. (HR.Al-Baihaqi).

Sedangkan macam hukum-hukumnya terbagi menjadi sebagai berikut:

a. Dipersilahkan, yaitu apakah iqalah itu pembatalan jual beli

pertama, sedang Imam Maliki berpendapat bahwa iqalah adalah pembatalan jual beli pertama, sedangkan imam Maliki berpendapat bahwa iqalah adalah jual beli baru.

b. Pembatalan (iqalah) diperbolehakan jika barang tersebut memiliki

(38)

24

c. Tidak boleh ada kenaikan atau pengurangan harga pada iqalah. Jika

terjadi kenaikan atau pengurangan harga maka iqalah tidak diperbolehkan.

Pembatalan dalam jual beli itu merupakan perilaku ekonomi yang mengarah pada kondisi yang membangun agar dalam jual beli tidak ada yang dikecewakan, baik pada penjual maupun pembeli. ( Ismai Nawawi, 2017:83)

B. Pengertian Barter

Menurut Istialah jual beli barter adalah menukar barang dengan barang ( barter) atau barang dengan jalan melepaskan hak milik dari satu pihak kepada pihak kepada pihak lain dengan dasar saling rela. Dalam bahasa arab barter disebut muqayadoh.

Barter merupakan sebagai sebuah kegiatan dagang yang dilakukan dengan cara mempertukarkan barang yang satu dengan barang yang lain. Jadi dalam barter terjadi proses jual beli namun penbayarannya tidak menggunakan uang, melainkan menggunakan barang.

Perjanjian tukar menukar adalah suatu perjanjian, dengan ke dua belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu barang secara bertimbal balikkan sebagai suatu barang lainnya.

Definisi tersebut selanjutnnya dijelaskan oleh Salim (2007: 418-419) sebagai berikut:

(39)

25

Barter dalam prespektif hukum islam jika salah satu pihak tidak dirugikan maka hukum jual belinnya sah. Perdagangan barter menurut ulama ahli fikih dan pakar mendefinisikan secara berbeda-beda bergantung pada sudut pandangnya masing-masing.

Menurut Syarah Al-Mumti dalam Ismail Nawawi (2012:75) dikukakan definisi yang komprehensif bahwa jual beli adalah tukar-menukar barang meskipun masih dalam jaminan atau manfaat jasa yang di perbolehkan, seperti jalan melintas di rumah dengan salah satu yang sepadan dari keduannya, dari yang bersifat permanen tanpa unsur riba maupun pinjaman.

Yang menjadi obyek muamalah dalam islam mempunyai bidang yang

amat luas sehingga al-Qur‟an dan sunah Mayoritas lebih banyak. Dalam

hal ini diantaranya adalah tukar-menukar, jual beli, pinjam-meminjam, upah mengupah bersyariat dalam usaha dan lain-lain.

Pengertian Arti harfiah dari sharf adalah penambahan, penukaran,

penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual-beli. Sharf adalah

perjanjian jual-beli satu Valuta lainnya.

Barter merupakan salah satu bentuk awal perdagangan. Sistem ini menfasiitasi pertukaran barang dan jasa saat manusia belum menemukan uang. Sejarah barter dapat ditelusuri kembali hingga tahun 6000 SM. Diyakini bahwa sistem barter diperkenalkan oleh suku-suku Mesopotamia.

(40)

26

diseberang lautan. Sebuah sistem yang lebih baik dari barter dikembangkan di Babilonia.

Berbagai barang pernah digunakan sebagai standar barter semisal tengkorak manusia. Item lain yang populer digunakan untuk pertukaran adalah garam. Dahulu, garam dianggap sebagai barang berharga. Bahkan gaji tentara Romawi di bayar menggunakan garam.

Kelemahan utama dari barter adalah tidak adanya kriteria standar untuk menentukan nilai barang dan jasa yang rawan mengakibatkan perselisihan serta bentrokan.

Kesulitan tersebut bisa diatasi dengan penemuan uang, meskipun sistem barter tetap hidup dalam berbagai bentuk. Orang- orang Eropa mulai menjelajah samudra selama Abad Pertengahan utuk kemudian menukarkan barang-barang yang mereka bawa seperti bulu binatang dan kerajinan dengan parfum dan sutra. Pada awalnya, orang-orang kolonial Amerika tidak punya cukup uang untuk berbisnis sehingga menggunakan bartersebagai bantuan. Sistem barter juga mewarnai sejarah tahun-tahun awal Universitas Oxford dan Universitas Harvard.

(41)

27

Pasca Perang Dunia II, rakyat Jerman juga terpaksa melakukan barter akibat mata uang Jerman yang kehilangan nilai. Sistem barter telah digunakan di seluruh dunia selama berabad-abad.

Penemuan uang tidak lantas mematikan sistem ini. Saat krisis moneter, misalnya, banyak orang kembali melirik barter karena fluktuasi nilai mata

uang yang tidak menentu. (

www.amazine.co/21678/sistem-barter-sejarah-perdagangan-barter-dari-berbagai-masa/ di unduh 7 juni pukul 09.00) Menurut Ibnu Qadamah dalam Ismail Nawawi (2012:75), perdagangan adalah pertukaran harta dengan harta untuk menjadikan miliknya. Nawawi (1956:130) menyatakan jual beli adalah pemilikan harta benda secara tukar menukar yang sesuai dengan ketentuan syariah. Pendapat lain dikemukakan oleh Al-Hasani dalam Ismail Nawawi (tt: 133 jilid V), ia mengemukakan pendapat Hanafiyah. Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta dalam konteks harta yang memiliki manfaat serta terdapat

kecenderungan manusia untuk menggunakan ungkapan (Sighag ijab

qobul).

Perdagangan atau jual beli secara bahasa (lughatan) berasal dari

bahasa arab al-bai‟, at-tijarah, al-mubadalah artinya mengambil,

memberikan sesuatu atau barter‟. Secara istilah (syariah) ulama ahli fikih

dan pakar mendefinisikan secara berbeda berbeda-beda bergantung pada sudut pandangnya masing-masing.

(42)

28

barang meskipun masih dalam jaminan atau manfaat jasa yang diperbolehkan, seperti jalan melintas dirumah dengan salah satu yang sepadan dari keduanya, dari yang bersifat permanen tanpa unsur riba maupun piutang atau pinjaman.

Definisi tersebut selanjutnya dijelaskan oleh Salim dalam Ismail Nawawi (2012:75) sebagai berikut.

1. Barang dalam definisi ini adalah setiap barang material yang boleh

dimanfaatkan, bukan karena hajat atau kebutuhan mendesak,

misalnya, emas, perak, gandum, sya‟ir semacam gandum yang dibuat

bir, kurma, garam mobil, perabot, obat-obatan, dan lain-lain.

2. Kata meskipun dalam jaminan maksudnya adalah akad kadang kala

terjadi pada barang tertentu, atau barang yang dalam masih tanggungan (dhama) di tangan orang lain. Apabila dikatakan, saya menjual buku ini dengan harga Rp. 10.000,00 ini namanya menjual barang tertentu dengan barang atau uang yang masih dalam tanggungan dengan barang yang masih menjadi tanggungan orang lain.

3. Dimaksud manfaat jasa yang diperbolehkan dengan menukar harta

benda dengan manfaat yang diperbolehkan, seperti menjual jalan dirumah, oleh karena itu pengecualian barang-barang yang diharamkan memanfaatkan, seruling dan alat musik lainnya.

(43)

29

Bagian Sesuatu bukan berarti esensi bahwa pinjaman tidak bisa disebut dengan jual beli.

Islam pada perinsipnya membolehkan terjadinya pertukaran barang dengan barang (barter). Namun, dalam pelaksanaannya bila tidak memperhatikan ketentuan syariat dapat menjadi barter yang mengandung unsur riba. Para ahli fiqih Islam telah membahas masalah riba dan jenis barang ribawi dengan panjang lebar dalam kitab-kitab mereka.

Dengan perikatan benda (al-iltizam bi al-„Ain) dimaksudkan suatu

hubungan hukum yang objeknya adalah benda tertentu untuk dipindah milikan, baik bendanya sendiri atau manfaatnya, atau untuk diserahkan kepada orang lain. (Syamsul Anwar,2017:53)

C. Rukun Barter

1. Penjual, orang yang menawarkan barang yang dijualnya dengan

memiliki nilai harga dan memiliki akad yang sah kepada kedua belah pihak.

2. Pembeli, orang yang ditawarkan untuk membeli barang kepada

penjual untuk ditukarnya barang tersebut.

3. Sama-sama sebagai penjual antara kedua belah pihak

4. Barang yang dipertukar, benda yang akan ditukarkan harus jelas tidak

ghoror.

5. Ijab qabul, adanya kesepakatan dan jawaban yang sah terhadap

(44)

30 D. Syarat barter

a.Khiyar majlis, adanya proses transaksi di tempat

b.Barang yang ditukar harus jelas

c.Berakal, agar dia tidak terkecoh,orang yang gila atau bodoh tidak sah

jual belinya. (Rasjid,2014:279)

E. Dasar hukum Barter

Dasar hukum diperbolehkannya as-Sharf adalah dari Hadits Nabi, antara lain:

HR.Muslim:

“Diriwayatkan oleh Abu Ubadah bin asah Shamid berkata, bahwa telah bersabda Rasulullah saw, emas (hendaklah dibayar) dengan emas, perak dengan perak, garam dengan barang harusnya dari tangan ketangan (sah). (Gemala Dewi, 2005:88)

Riba yang terjadi dalam barter yaitu riba fald: pertukaran barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda.

Adapun jenis barangnya, Islam ingin menghapus kan pertukaran yang tidak jujur dan tidak adil dalam trnsaksi bisnis, tidak ada yang dzalimi dan merasa tertekan dan memberatkan. (Diana,2008:140-141)

Banyak sekali ayat al-Qur‟an dan hadits dan hadits yang

(45)

31

Artinya: Jaganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (kenikmatan duniawi) sebagaimana allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

b. Surat QS. Ar-Rum (30): 39 bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

c. Surat an-Nisa‟ (4): 160

(46)

32

kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.

d. Surat ali-Imron (3): 130

Artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat gandaan bertakwalah kamu kepada Allah supaya

kamu mendapat keberuntungan.

Yang dimaksud riba di sini ialah riba nasi'ah. Menurut sebagian besar ulama bahwa riba nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl, riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah.

e. Surat al-Baqarah (2): 278-279.

(47)

33

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Selain itu terdapat hadits yang menjelaskan antara barter dan riba. Seperti yang tertulis pada HR. Bukhari.

Dasar hukum nilai tukar atau kurs ulama fiqih menyatakan bahwa dasar di perbolehkannya penjualan mata uang berdasarkan sabda Rasulullah jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum apabila salah satu jenisnya harus sama (kualitas dan kualitasnya yang di lakukan) secara tunai. Apabila jenisnya berbeda, maka jualah dengan kehendakmu dengan syarat secara tunai. (HR. Bukhari).

“jangan kamu memperjual belikan emas dengan emas perak

dengan perak, kecuali sejenis, dan jangan pula kamu memperjual belikan perak dengan emas yang salah satunya ghoib (tidak ada

tempat) dan yang lainnya ada.” (HR. Bukhari). Diriwayatkan pula oleh

Abu Ubadah bin Ash Shamid berkata, bahwa telah bersabda

Rasulullah SAW, “Emas (hendaknya dibayar) dengan emas, perak

(48)

34

Menurut syarah al-Mumti dalam Salim (2007: 418-419) ditemukan definisi yang komperhesif bahwa perdagangan adalah tukar -menukar barang, meskipun dalam jaminan manfaat jasa yang diperbolehkan, seperti jalan melintas dirumah dengan salah satu yang sepadan dari keduanya, dari yang bersifat permanen tanpa unsur riba maupun piutang jaminan.

Munabazah dalam suatu penjelasan diartikan dengan pertukaran kurma yang masih basah dengan yang sudah kering dan pertukaran anggur yang masih basah dengan yang sudah kering dan mempertukarkan anggur yang masih basah dengan yang sudah kering dengan menggunakan alat ukur tukaran. Hukum jual beli bentuk barter ini adalah haram . (Syarifudin, 2003:203)

Dalam hadis yang menerangkan tentang bila menginginkan untuk menjual kurma dengan kurma yang lebih baik maka di terangkan dalam hadis bukhari:

ِهْث ِذٍِعَس ْهَع ِهَمْحَّزنا ِذْجَع ِهْث ِمٍٍَُْس ِهْث ِذٍِجَمْنا ِذْجَع ْهَع ٍكِنبَم ْهَع ُخَجٍَْتُق بَىَثَّذَح

بَمٍُْىَع ُ َّاللَّ ًَِضَر َحَزٌَْزٌُ ًِثَأ ْهَعََ ِّيِرْذُخْنا ٍذٍِعَس ًِثَأ ْهَع ِتٍََّسُمْنا

ََ ًٍَِْهَع ُ َّاللَّ ىَّهَص ِ َّاللَّ َلُُسَر َّنَأ

ٍتٍِىَج ٍزْمَتِث ُيَءبَجَف َزَجٍَْخ ىَهَع الًُجَر َمَمْعَتْسا َمَّهَس

َلُُسَر بٌَ ِ َّاللَََّ َلَ َلبَق اَذَكٌَ َزَجٍَْخ ِزْمَت ُّمُكَأ َمَّهَسََ ًٍَِْهَع ُ َّاللَّ ىَّهَص ِ َّاللَّ ُلُُسَر َلبَقَف

اََ ِهٍَْعبَّصنبِث اَذٌَ ْهِم َعبَّصنا ُذُخْأَىَن بَّوِإ ِ َّاللَّ

ىَّهَص ِ َّاللَّ ُلُُسَر َلبَقَف ِخَث َلًَّثنبِث ِهٍَْعبَّصن

باجٍِىَج ِمٌِاَرَّذنبِث ْعَتْثا َّمُث ِمٌِاَرَّذنبِث َعْمَجْنا ْعِث ْمَعْفَت َلَ َمَّهَسََ ًٍَِْهَع ُ َّاللَّ

(49)

35

Abu Sa'id Al Khudriy dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mempekerjakan sesorang di daerah Khaibar kemudian orang itu datang dengan membawa kurma pilihan yang terbaik Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Apakah semua kurma Khaibar seperti ini?" Orang itu berkata: "Demi Allah, tidak wahai Rasulullah, sesungguhnya kami menukar (barter) satu sha' dari jenis kurma ini dengan dua sha' kurma lain dan dua sha' kurma ini dengan tiga sha' kurma lain. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kamu melakukannya, juallah semua dengan dirham kemudian beli dengan

dirham pula" yang di timbag.”( demikian pula benda-benda).(H.R Bukhari).

Sebagaimana juga pada hadist yang diriwayatkan oleh HR.Asy Syafi‟i :

ث َحْهِمناَلَََ ِزْمَّتنِبثَزْمَّتناَلَََ ِزٍِْعَّشنِبثَزٍِعَّشناَلَََ ِّزُجْنِبثَّزَجْناَلَََ ِتٌََّذنِبجَجٌَذٌناْاُُعِجَتَن

(tunai), tetapi berjual belilah emas dengan uang (kertas), kertas dengan emas, beras dengan gandum, gandum dengan beras, beras dengan kurma, kurma dengan garam dan garam dengan kurma bagaimanapun kamu inginkan, siapa atau menambah atau minta tambah sungguh

telah membuat riba”.(HR. Asy Syafi‟i).

pada hadist riwayat Asy Syafii tersebut di atas, yang mana boleh bertukar barang yang berlainan jenis dalam takaran berbeda asalkan kedua pihak pelaku barter saling rela dan merasa tidak ada yang

dirugikan diantara keduanya. (Moh. Rifa‟I 2005:188-189)

.

(50)

36 BAB III

TRANSAKSI BARTER DI DESA BENOWO KECAMATAN BENER KABUPATEN PURWOREJO

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Benowo

Nama Desa Benowo berasal dari salah satu nama Pangeran

kerajaan Pajang yaitu Pangeran Benowo, dimana pada masa penjajahan Belanda kira-kira tahun 1830 M beliau bersama para pengikutnya menepi atau tirakat disuatu tempat dalam perjalanan dari kerajaan Pajang menuju Kerajaan Mataram yaitu di Pegunungan Menoreh, tepatnya disebuah bukit yang di namakan Batur, yang saat ini tempat tersebut dikenal masyarakat umum dengan nama Petilasan Pangeran Benowo di Desa Benowo. didekat bukit tersebut terdapat juga sendang atau belik yang dipergunakan para pengikut Pangeran Benowo untuk minum dan membersihkan diri, nama sendang atau belik tersebut dikenal masyarakat sekitar dengan Sendang Bengawan. Di Desa Benowo juga sampai saat ini masih tersimpan barang-barang yang di pergunakan rombongan Pangeran Benowo antara lain Piring Keramik, Ulekan batu, dan lain-lain. Seiring waktu berjalan para pengikut Pangeran Benowo menetap ditempat tersebut dan sampai sekarang telah turun temurun menjadi warga Desa Benowo, dan sekarang masyarakat umum menyebut daerah tersebut dengan nama Desa Benowo.

(51)

37

Desa Benowo, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah merupakan satu dari 28 desa di Kecamatan Bener yang mempunyai jarak 25 km dari kota kabupaten dan 13 km dari kota Kecamatan yang berada di deretan Pegunungan Menoreh dengan

ketinggian 700 – 100 dpl sehingga memiliki potensi wisata alam dan

wisata religi yang perlu dikembangkan. Secara geografis Desa Benowo dengan luas wilayah 500 Ha, terletak berbatasan langsung dengan:

Sebelah Utara : Desa Kalirejo, Kec. Salaman, Kab, Magelang

Sebelah Timur : Desa Pagerharjo, Kec.Samigaluh,

Kab.Kulonprogo, DIY

Sebelah Selatan : Desa Ngargosari,Kec.Loano,Kab.Purworejo

Sebelah Barat : Desa Cacaban Kidul,Kec.Bener,Kab.Purworejo

Letak topografis tanahnya berbukit-bukit, dengan sebagian besar wilayahnya di manfaatkan sebagai lahan Pertania

Demikian sekelumit ringkasan Sejarah Desa Benowo,yang kami tulis berdasarkan keterangan dari para narasumber dan perkebunan cengkeh.

3. Struktur Organisasi kepala Desa Benowo

(52)

38

nafkah secara gotong-royong. Baru mulai tahun 1945 sistim pemerintahan tertata sampai sekarang sebagai berikut :

a. Kepala Desa : Ali Muhamad memerintah dari tahun 1945-1950

b. Kepala Desa : Amat Taslim memerintah dari tahun 1950-1955

c. Kepala Desa : Yasmorejo memerintah dari tahun 1955-1988

d. Kepala Desa : Amat Salam memerintah dari tahun 1988-1998

e. Kepala Desa : Turus Supanto memerintah dari tahun 1998-1999

f. Kepala Desa : Pujiono memerintah dari tahun 1999-2011

g. Kepala Desa : Turus Supanto memerintah dari tahun 2011-2013

h. Kepala Desa : Aris Wantoro memerintah dari tahun

2013-sekarang

4. Keadaan Sosial

Penduduk Desa Benowo yang berjumlah 1.141 orang, terdiri dari 589 laki-laki dan 552 perempuan, sedangkan keseluruhan KK berjumlah 274 KK.

(53)

39

Tabel 3.1 Keadaan Sosial Desa Benowo :

No. Dusun

Sangat Miskin

Miskin Menengah Kaya

1 Dusun Sirebut 25 40

Peta Sosial dibuat oleh masyarakat karena masyarakatlah yang banyak mengetahui kondisi dimasing-masing daerahnya. Sehingga dalam peta sekaligus disepakati tanda-tanda agenda untuk peta sosial, misalnya tentang tanda/ simbol batas dusun atau desa, tanda jalan, perumahan, pertanian, ladang, tempat industri, kelompok-kelompok pengrajin, letak potensi desa dan lain sebagainya. Masyarakat perlu menyepakati bila

rumah masyarakat Sangat Miskin diberi simbol misal : (●) lingkaran

diblok, Miskin diberi simbol (□) kotak , Masyarakat Menengah diberi

(54)

40

trapesium diblok. Peta sosial ini memudahkan setiap orang/masyarakat sebagai media untuk melihat kondisi dan menganalisis kebeneran dari masing-masing dusun/ kelompok masyarakat

(55)
(56)

42

Tanah kas desa murni

Lain-lain tanah

B. Praktik barter yang dilakukan Masyarakat Desa Benowo kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

(57)

43

sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Warung tersebut terletak didalam Desa yang sangat minimalis tetapi warung tersebut menyediakan berbagai kebutuhan pokok sehingga para masyarakat mudah untuk menukarkan barang yang akan dibutuhkan.

Berikut adalah wawancara antara peneliti dengan para masyarakat yang melakukan barter sebagai kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. SD (40 tahun)

SD adalah warga dari Desa Benowo kecamatan Bener yang berasal dari Dusun Pabungan. Disini dia sebagai pembeli, yang sehari-harinya dia melakukan transaksi barter untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Seperti yang di ungkapkan ibu SD berikut ini:

Bahasa jawa:

“Biasane kulo nglakokke proses jual beli barter, kulo tanglet

rien kaleh seng sade,“bulek kulo mboten gadah arto kulo gadahe

kapulogo”, kulo saget mboten lambangke kapulogo kaleh gulo

seng sade ngomong “saget mbak” berhubung kapulogo seng

ajeng kulo sade meniko teles. Bade kulo lambangke kaleh gulo

ingkang regi mirah mawon seng sepadankaleh regi kapulogo”

(SD,01-08-2017)

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

“Biasanya saya melakukan proses jual beli barter, saya terlebih

(58)

44

uang saya hanya punya kapulago, saya bisa tidak menukar

kapulogo dengan gula”. Lalu sipenjual mengatakan “bisa mbak”.

Berhubung kapulogo yang saya jual itu basah maka saya tukarkan dengan gula yang harga rendah aja yang harganya sama dengan

kapulogo”.(SD,01-08-2017)

Apabila pembeli sepakat dengan harga yang ditentukan oleh penjual maka terjadilah kesepakatan jual beli barter tersebut.

2. NJ (30 tahun)

NJ adalah warga Desa Benowo kecamatan Bener yang berasal dari Dusun Benowo, Dia sebagai pembeli, dalam sehari-harinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dia melakukan sistem barter. Disini dia sebagai pembeli, yang sehari-harinya dia melakukan transaksi barter untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Seperti yang diungkapkan ibu NJ berikut ini:

Bahasa jawa:

“Biasane kulo nglakokke proses jual beli barter, kulo langsung

mawon lambangke kaleh seng sade, niki kulo lambangke beras

geh bulek, langsung ngoten mawon. Kulo mboten tanglet

pinten regi perkilograme beras, seng penting regi berase niku

saget di lambangke kalian keperluan kulo bade ngeregini

pinten lan seng penting keperluan kulo kecekepan mbak.

Nopomaleh empun terdesak sama sekali mboten gadah arto,

(59)

45

purun mboten purun kulo nglakokke jual beli barter niku. (02-08-2017).

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

“Biasanya saya melakukan proses jual beli barter, saya

langsung saja menukarkan beras kepada penjual, “ini saya

tukar beras ya bulek” langsung begitu saya, saya tidak

menanyakan berapa harga perkilogramnya beras, yang penting mau di hargai berapa yang sama dengan keperluan saya, yang saya akan tukarkan, yang penting keperluan saya terpenuhi. Apalagi sudah terdesak sama sekali tidak punya uang, sayur di dapur tidak ada, saya punyanya Cuma beras ya mau tidak mau saya lakukan jual beli barter tersebut . (02-08-2017)

3. MT (28 tahun)

MT adalah warga Desa Benowo kecamatan Bener dia berasal dari Dusun Sirebut Dia sebagai pembeli, . Disini dia sebagai pembeli, yang sehari-harinya dia melakukan transaksi barter untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Seperti yang di ungkapkan ibu berikut ini:

Bahasa jawa:

“Biasane kulo ngelakokke proses jual beli barter, kedah

enten kesepakatan antara seng sade kaleh seng tumbas.

Misale“sayuran buk”,nggeh,tapi kulo gadahe kopi mb, nek

(60)

46

kulo mboten gadah arto bu ditukar kalian beras angsal

mboten”. (MT,02-08-2017).

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Biasanya saya melakukan proses jual beli barter, harus

ada kesepakatan antara penjual dan pembeli. Misalnya. “sayur

kah bu”, “ia”, tapi saya tidak punya uang bulek ditukar dengan

kopi boleh tidak”, kalau ada kesepakatan ya jadi tetapi kalau tidak ya tidak jadi mbak. (MT,02-08-2017).

Berikut ini adalah hasil wawancara antara penulis dengan pedagang yang selama ini menjadi penjual di Desa Benowo kabupaten Purworejo.

a. NK (39 tahun)

NK adalah warga Desa Benowo Kecamatan Bener berasal dari dusun sikebek, Dia sebagai pedagang, . Disini dia sebagai pedagang, yang sehari-harinya dia berdagang dengan sistem barter. Seperti yang di ungkapkan ibu NK berikut ini:

Bahasa jawa:

“Biasane kulo sadean barter, kulo nawarke riyen“ tumbas

sayur mboten bu”“enggeh tumbas bu” mbok menawi biasane

kulo langsung nawakke kaleh seng tumbas, sayur seng kulo

sade saget dilambangke kaleh beras kok mbak. Nek misale

barang seng dibarterke niku tergantung seko barang seng kulo

gadahi, biasane godong cengkeh kaleh minyak, gandum, utowo

(61)

47

9000 ajeng di tukarke beras 1 kg ingkang regi 8000 mengkeh

tirahane kulo pendet barang meleh men mboten sami gadah

utang ( NK 03-08-2017)

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Biasanya saya melakukan proses jual beli barter, saya

terlebih dahulu menawarkan “beli kah bu, iya beli bulek”.

Tetapi biasanya saya langsung mewarkan kepada pembeli sayur yang saya jual bisa ditukar dengan beras kok mbak, sedangkan barang yang dibarterkan itu tergantung dari barang yang saya punya, biasanya daun cengkeh dengan minyak, atau beras dengan tahu. Misalnya, daun cengkeh sama minyak, gandum, atau beras di tukar dengan tahu.misalnya dau cengkeh di hargai 6 kg 9000 mau ditukar beras 1kg yang harganya 8000. Nanti sisanya di ambil barang lagi biar tidak sama-sama punya hutang ( NK 03-08-2017)

b. YN (45 tahun)

YN warga Desa Benowo Kecamatan Bener dusun Kabohan, Dia sebagai pedagang, dalam sehari-harinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dia melakukan sistem barter. Disini dia sebagai pedagang, yang sehari-harinya dia berdagang dengan menggunakan sistem barter. Seperti yang diungkapkan ibu YN berikut ini:

(62)

48

“Biasane kulo nglakokke proses jual beli barter, kulo

nawarke rien barang dagangan seng kulo beto “tumbas sayur

kah mbak”, “enggeh mbah”. Biasane kulo langsung nawarke ke

seng tumbas, bahwa barang dagangan seng kulo beto saget

dilambangke kaleh beras. Mbok menawi seng tumbas tanglet

kaleh kulo, sayur seng kulo beto saget mboten dilambangke

kaleh beras.biasane mbak barang dagangan seng dibarterke

niku tergantung kaleh barang dagangan seng kulo beto mbak.

Biasane beras dilambangke kaleh sayur kangkung, kacang,

terong, tempe dan lain-lain. Misalke yo mbak beras 1 kg regine

Rp.9.000, mbok menawi kulo tumbas beras seng mereka tawarke

niku cocok kaleh regi pasaran mbak. Sangkeng beras 1kg regine

Rp.9.000, wau niku saget dilambangke kaleh kangkung utawi

kaleh seng laine mbakkadang nggeh kaleh besek. (04-08-2017).

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

“Biasanya saya melakukan proses jual beli barter, saya

terlebih dahulu menawarkan barang dagangan yang saya bawa“

beli sayur mbak”, “iya mbak”. Biasanya saya langsung menawarkan ke pembeli, bahwa barang dagangan yang saya bawa bisa ditukarkan dengan beras, terkadang pembeli yang

menanyakan kepada saya “sayur yang saya bawa bisa tidak

(63)

49

itu tergantung dari barang dagangan yang saya bawa mbak. Biasanya beras ditukar sama sayur kangkung, tempe, terong, kacang dan lain-lain. Misalkan ya mbak beras 1 kg harganya Rp.9.000, saya kalau membeli beras yang mereka tawarkan itu sesuai dengan harga pasaran mbak, dari beras 1 kg harga Rp.9000, tadi itu bisa ditukar dengan kangkung atau dengan

yang lainnya mbak” biasanya ya sama besek. (04-08-2017) C.Akad transaksi barter yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Benowo

Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo.

Mengenai akad transaksi jual beli barter yang dilakukan masyarakat, peneliti langsung terjun kelapangan dengan masyarakat dan berikut ini adalah hasil wawancara antara peneliti dengan masyarakat (yang bertransaksi).

1. Pembeli.

a) SD (40 tahun)

Bahasa jawa:

“Kulo pas nglampahke transaksi barter niku perinsipe naming

setunggal nggeh niku “saling ikhlas” nek empun enten omongan

“enggeh” sangking tiang kaleh niku empun dados akad”.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

“saya ketika melakukan transaksi barter, perinsipnya yaitu “saling

ikhlas”. Jika sudah ada kata “iya” dari kedua belah pihak maka sudah

(64)

50

b) NJ (50 tahun)

Bahasa jawa:

Kulo ngelampahi sistem barter puniko , sade sak entene geh bulek, lan

akadte kados seng dilampahke kaleh seng sade lan seng tumbas sami

kaleh umume, pas kaleh sampean nglampahke transaksi.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Saya melakukan sistem barter yaitu, jual seadanya ya bulek, dan akadnya seperti yang dilakukan oleh penjual dan pembeli pada umumnya saat mereka melakukan transaksi.

c) MT (28 tahun)

Bahasa jawa:

“Kulo ngelampai sistem barter puniko akadte niku sami-sami ikhlas

mawon, nek empun ngomong enggeh niku empun akad lan menawi

enten kelebihan teng takaran utawi timbangan yo mboten nopo-nopo,

nek kirang nggeh diikhlaske mawon”.

Terjemahan:

Saya melakukan sistem barter tersebut akadnya yaitu sama-sama ikhlas

aja, jika sudah bilang “iya” itu sudah akad dan apabila ada kelebihan

dalam takaran atau timbangan ya tidak apa-apa, kalaupun kurang ya diikhlaskan aja.

2. Penjual

a. NK (39 tahun)

(65)

51

“Kulo ngelampahi sadean barter puniko kalian akad sami-sami

ikhlas mawon, yen enten kelebihan yo niku rezekine sampean, yen

enten kirange nggeh diikhlaske mawon geh bulek”.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

“Saya melakukan sistem barter tersebut dengan akad sama-sama ridho aja, kalau ada kelebihan ya itu rezeki sampian kalau kurang

ya ikhlaskan aja ya bulek”..

b. YN (45 tahun)

Bahasa Jawa:

Kulo ngelampai sistem barter puniko kalian akad sami-sami

ihklas mawon mbak, nek empun enten omongan “iya” niku

empun dados akad mbak.kadang nggeh sedinten niku mesti enten

pembeki seng kirang tapi nggeh kulo teko diihlaske mawo lha

peripun meleh. Peripun meleh nggeh teng deso biasanipun nggeh

kados mekaten tapi nggeh kulo niati nulung.

Terjemahan dalam bahasa Indonesia:

Saya melakukan sistem barter tersebut dengan akad, itu sama

sama ihklas aja mbak, kalau udah ada omongan “iya” itu sudah

(66)

52

D. Faktor-faktor Penyebab Masyarakat desa Benowo Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo masih menggunakan transaksi barter

Dalam suatu lingkungan masyarakat, terdapat faktor-faktor yang mempengarui terjadinya kebudayaan. Seperti halnya sistem jual beli barter, terdapat faktor-faktor yang menpengarui terjadinya jual beli barter dimasyarakat, seperti dibawah ini:

a. Letak desa tersebut sangat jauh dengan pasar

b. Sudah dari dulu tradisi masyarakat menggunakan barter

c. Faktor ekonomi masyarakat tidak membaik

d. Kebutuhan hidup sangat terbatas.

E. Jumlah masyarakat yang menggunakan sistem barter

Gambar

Tabel 3.1 Keadaan Sosial Desa Benowo :
Tabel 3.2 Luas Daerah atau Wilayah

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dapat dilihat bahwa pos yang memiliki kontribusi paling besar bagi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamandau adalah lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, dan

4 (a) The working capital cycle illustrates the changing make-up of working capital in the course of the trading operations of a business:.. 1 Purchases are made on credit and the

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: (1) Guru diharapkan semakin meningkatkan kreatifitasnya dalam menciptakan suatu situasi yang mampu

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan bahwa terdapat peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dan peningkatan keterampilan proses

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tekanan anggaran waktu, tekanan ketaatan, dan pengalaman auditor terhadap audit judgment kepada auditor yang ada di Kantor

Alat angkat fleksibel untuk sepeda motor bebek ini cara kerjanya dengan menggunakan chain hoist yang digantung pada tiang penyangga atas kemudian diputar

This is not only useful for measuring the decision to purchase private label products as a mediating variable bridge brand trust and brand image in the creation

suasana kegiatan yang kondusif, membangun interaksi yang aktif dan positif anta peserta didik dengan guru, sesama peserta didik, dalam kegiatan bersama di