• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Prancis Corruption,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Prancis Corruption,"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

33

AGAMA ISLAM

A. Makna dan Konsep Korupsi 1. Makna Korupsi

Korupsi berasal dari kata Latin Corruptio atau Corruptus. Kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Prancis Corruption, dalam bahasa Belanda Korruptie, selanjutnya dalam bahasa Indonesia dengan sebuatan korupsi.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.2

Korupsi secara universal selama ini diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.3 Pada intinya korupsi merupakan hal yang sangat tidak dibenarkan dalam konteks apapun, karena akibatnya adalah kehancuran dunia yang tidak bisa terbendung lagi.

1A. Hamzah, Korupsi : Dalam Pengelolaan Proyek Pembangunan (Jakarta : Akademika

Pressindo, 1985), hlm. 2-3.

2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Indonesia), Edisi ke-4 (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum, 2008), hlm. 736.

3 Wijayanto dan Ridwan Zachrie, Korupsi Mengorupsi Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia

(2)

Korupsi merupakan perbuatan tercela dan berakibat fatal bagi banyak orang, karena mengambil hak masyarakat untuk kepentingan memperkaya diri sendiri. Tindak korupsi juga merupakan cerminan dari moral dan sifat seseorang yang gemar bermewah-mewahan, sehingga apapun sumber yang dapat mencapai tujuan tersebut dilakukan meskipun bukan haknya. Hal tersebut tentu menjadi perhatian penting mengingat korupsi dilakukan oleh sebagian besar orang terdidik dan beragama, karena hal tersebut memang kembali pada individu yang melakukan, yang menunjukkan kebobrokan nalar dan tindakannya.

2. Motif dan Alasan Korupsi

Mengetahui maraknya tindak korupsi di negeri ini, kita sudah pasti trenyuh dan mengelus dada. Betapa tidak, bangsa kita yang sejak bertahun-tahun dikenal begitu religius ternyata saat ini sebagian besar menjadi koruptor. Pertanyaan yang muncul kemudian, apa yang menyebabkan seseorang melakukan korupsi? Apa yang memicu terjadinya praktik korupsi?

Menurut Merican sebagaimana yang dikutip oleh Agus Wibowo dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Antikorupsi di Sekolah; Strategi Internalisasi pendidikan Antikorupsi di Sekolah” , korupsi di Indonesia terjadi disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya :

(3)

a. Warisan dari pemerintah kolonial Belanda.

b. Korupsi disebabkan oleh kemiskinan, ketidaksamaan dan ketidakmerataan.

c. Gaji yang rendah.

d. Presepsi yang populer bahwa korupsi itu sudah dilakukan banyak orang, sementara pelakunya hanya mendapat sangsi ringan.

e. Pengaturan yang lambat, dan

f. Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.

Mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang korupsi, besar kemungkinan melakukan tindak itu. Maka, sosialisasi mengenai korupsi ini harus dilakukan secara bertahap dan merata. Berbagai media sosial baik cetak maupun elektronik, harus menjadi sarana utama mensosialisasikan pengetahuan tentang korupsi. Kerjasama segenap pihak harus dilakukan, mengingat korupsi bisa terjadi disetiap lini kehidupan.4

3. Dampak Korupsi Bagi Masyarakat

Korupsi, berdampak dalam berbagai kehidupan masyarakat, baik ekonomi, politik, sosial dan budaya. Secara umum, korupsi berdampak pada berkurangnya kualitas layanan publik. Sebagai korban dari korupsi, masyarakatlah yang paling merasakan akibat dari korupsi. Bukan kesejahteraan yang didapatkan, melainkan beban hidup semakin berat. Akibat positif dari korupsi belum ditemukan, karena kekayaan

4 Agus Wibowo, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah (Strategi Internalisasi pendidikan

(4)

dari hasil korupsi hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Sedangkan akibat negatifnya cukup banyak, yaitu : putus sekolah, anak sakit tidak bisa membayar biaya rumah sakit karena mahal, yang miskin semakin miskin, KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), harga-harga kebutuhan pokok menjadi mahal, BBM naik, banyak pengangguran sehingga angka kriminalitas menjadi meningkat, dan lain-lain.5

Di dalam buku Membasmi Korupsi yang ditulis oleh Robert Klitgaard juga dijelaskan bahwa korupsi umumnya merugikan pembangunan ekonomi, politik dan organisasi. Korupsi juga menimbulkan dampak eksternal yang negatif (keburukan-keburukan umum). Korupsi menghancurkan kepercayaan, keyakinan, dan tegaknya hukum. Biaya-biaya sosial tindakan korupsi tertentu sangat tinggi apabila tindakan itu menciptakan bahaya-bahaya bagi keamanan dan lingkungan, menggerogoti sistem, atau dengan kata lain mengancam kepentingan umum. 6

Selain itu dijelaskan pula menurut KPK dalam Buku Pendidikan Korupsi untuk Perguruan Tinggi tentang dampak massif dari tindak korupsi. Diantaranya dalam bidang ekonomi, yakni lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, penurunan produktivitas, rendahnya kualitas barang dan jasa bagi publik, menurunya pendapatan negara dari sektor pajak, dan meningkatnya hutang negara. Kemudian,

5Tim IDEA, Korupsi Telanjang di Mata Perempuan (Yogyakarta : IDEA, 2005), hlm. 34. 6 Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi, alih bahasa Hermoyo (Jakarta : Yayasan Obor

(5)

dampak sosial dan kemiskinan masyarakat diantaranya, mahalnya harga jasa dan pelayanan publik, pengentasan kemiskinan yang berjalan lambat, terbatasnya akses bagi masyarakat miskin, meningkatnya angka kriminalitas, langkanya solidaritas sosial dan demoralisasi.7

B. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi 1. Pengertian Nilai

Nilai berasal dari bahasa latin valere atau Perancis kuno valoir. Sebatas arti denotatifnya, valere, valoir, value , atau nilai dapat dimaknai sebagai harga. Namun dalam memberikan ulasan tentang harga dapat dipersepsikan dari sudut pandang yang berbeda pula.8 Di dalam buku Zaim Elmubarok dikatakan secara garis besar nilai dibagi dalam dua kelompok yaitu nilai-nilai nurani (Values of being) dan nilai-nilai memberi (values of giving). Nilai-nilai nurani adalah nilai yang ada dalam diri manusia kemudian berkembang menjadi perilaku serta cara kita memperlakukan orang lain. Yang termasuk dalam nilai-nilai nurani adalah kejujuran, keberanian, cinta damai, potensi dan disiplin. Nilai-nilai memberi adalah nilai yang perlu dipraktikkan atau diberikan yang kemudian akan diterima sebanyak yang diberikan.

7 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan Anti Korupsi Untuk

Perguruan Tinggi (Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Perguruan Tinggi, 2011), hlm. 55-69.

8 Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai ( Bandung : Alfabeta, 2004), hlm.

(6)

Yang termasuk pada kelompok nilai-nilai memberi adalah setia, dapat dipercaya, hormat, cinta, dan lain-lain.9

2. Konsep Pendidikan Anti Korupsi

Di dalam pembahasan pendidikan anti korupsi dimaknai sebagai upaya yang dilakukan untuk meminimalisir dan memberantas korupsi melalui pendidikan. Pendidikan dipilih sebagai salah satu alternatif pemberantasan korupsi karena pendidikan sendiri memiliki dua fungsi esensial, yakni menumbuhkan kreatifitas dan menanamkan serta mensosialisasikan nilai-nilai luhur.10

Pengertian pendidikan anti korupsi sebagaimana yang sudah di jelaskan sebelumnya bahwa pendidikan anti korupsi merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut, maka pendidikan anti korupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan pengetahuan (kognitif), namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif), dan kesadaran moral dalam melakukan perlawanan ( psikomotorik), terhadap penyimpangan perilaku korupsi.

Selanjutnya, untuk mewujudkan pendidikan anti korupsi, pendidikan di sekolah harus diorientasikan pada tataran moral action, agar peserta didik tidak hanya berhenti pada kompetensi (competence) saja, tetapi sampai memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit)

9

Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai (Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai) (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm. 7.

10 Amin Abdullah, pendidikan Anti Korupsi (Jakarta : UN Syarif Hidayatullah, 2005),

(7)

dalam mewujudkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.11 Sebagaimana pendapat Lickona yang dikutip dalam buku Pendidikan Antikorupsi di Sekolah, bahwa untuk mendidik moral anak sampai pada tataran moral action diperlukan tiga proses pembinaan yang berkelanjutan mulai dari proses moral knowing, moral feeling, hingga sampai pada moral action. Ketiganya harus dikembangkan secara terpadu dan seimbang. Dengan demikian diharapkan potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal, baik pada aspek kecerdasan intelektual, yaitu memiliki kecerdasan, kemampuan membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah, serta menentukan mana yang bermanfaat.12

Menurut Baho, pendidikan anti korupsi bukan cuma berkutat pada pemberian wawasan dan pemahaman saja. Tetapi diharapkan dapat menyentuh pada ranah afektif dan psikomotorik, yakni membentuk sikap dan perilaku anti korupsi pada anak didik. Pengajaran pendidikan anti korupsi hendaknya menggunakan pendekatan yang sifatnya terbuka, dialogis dan diskursif sehingga mampu merangsang kemampuan intelektual anak didik dalam membentuk rasa keingintahuan, sikap kritis dan berani berpendapat.13

11 Agus Wibowo, op. cit., hlm. 39. 12

Ibid., hlm. 39.

13Gordon Baho. “Gepak Siapkan Pendidikan Anti Korupsi Untuk Para Siswa.”

http://www. kabarindonesia .com/2010/gepak-siapkan-pendidikan-anti-korupsi-untuk-para-siswa/. (4 Mei 2010). Diakses, 26 Desember 2014.

(8)

3. Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi

Dalam pendidikan anti korupsi terdapat nilai-nilai yang harus ditanamkan kepada peserta didik dalam segala aktivitasnya. Penanaman nilai dapat diartikan sebagai wujud aplikasi dari apa yang diperoleh dari pendidikan yang kemudian ditransformasikan secara sadar kedalam sikap dan perilaku sehari-hari. Penanaman nilai yang dimaksud dalam hal ini adalah mendorong lahirnya generasi yang mampu memperbaharui sistem nilai yang sedang berjalan dan melawan beberapa arus yang kini mulai menggerogoti budaya bangsa, khususnya korupsi.

Menurut Prof. Dr. Jalaluddin, M.A nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat diinterpretasikan melalui lembaga pendidikan dengan cara memahami tata tertib sekolah, menghargai waktu, berlaku jujur, memenuhi tanggung jawab, serta bersikap adil dan berpihak kepada yang benar.14

Sedangkan nilai-nilai anti korupsi menurut bahan perkuliahan yang merujuk pada Universitas Paramadina adalah sebagai berikut : a. Larangan suap

b. Larangan hadiah bagi pejabat c. Larangan merusak

d. Larangan mengambil harta orang lain dengan cara khianat e. Keharusan jujur

14 Jalaluddin, dkk, Korupsi, Hukum, dan Moralitas Agama Mewacanakan Fikih

(9)

f. Keharusan amanah

g. Keharusan menegakkan keadilan.

Selain itu menurut Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2012), terdapat nilai-nilai yang diinternalisasikan dalam pendidikan anti korupsi yaitu : 15

a. Nilai Kejujuran

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Jika merujuk pada pembelajaran pendidikan anti korupsi, nilai kejujuran yang diajarkan sebagai sebuah materi belajar memiliki beberapa tujuan.

Diantaranya, peserta didik diharapkan mampu memahami dan menjelaskan manfaat karakter jujur bagi orang lain dan diri sendiri. Selain itu peserta didik diajarkan tentang pentingnya memupuk karakter kejujuran dalam hidup. Selanjutnya, dalam aktivitas belajar mengajar, guru dan peserta didik bersama-sama mengidentifikasi karakter jujur sebagai karakter utama yang perlu dimiliki dan menjelaskan dampak perilaku tidak jujur bagi kehidupan. Sikap yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran diantaranya adalah berkata benar, bertindak benar, terbuka dan mampu menghargai diri sendiri.16

15

Agus Wibowo, op. cit., hlm. 45-46.

16 Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi tingkat

SLTA/MA Kelas 1 (Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)& Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, 2008), hlm. 39-40.

(10)

b. Nilai Kepedulian

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Kepedulian juga dapat diartikan mempunyai atau memperlihatkan perasaan bersatu (senasib, sehina, semalu, dan sebagainya) dan (rasa) setia kawan. Perasaan peduli muncul biasanya karena faktor kesetaraan atau kesamaan misalnya, satu suku, satu sekolah, seusia, senasib, menjadikan rasa persaudaraan itu muncul.

Dalam proses pembelajaran pendidikan anti korupsi, nilai kepedulian yang menjadi materi tersendiri mengarah pada beberapa tujuan pokok. Diantaranya, guru dan peserta didik bersama-sama mampu menjelaskan pentingnya memiliki sikap peduli. Kemudian, peserta didik diharapkan mampu menunjukan sikap peduli yang merupakan kunci utama persatuan. Selanjutnya, peserta didik diarahkan untuk mengetahui batasan-batasan peduli dalam aktivitas sehari-hari. Sikap-sikap yang ingin diajarkan dalam proses pembelajaran, kaitanya dengan nilai kepedulian seperti misalnya rasa persaudaraan, empati, toleransi, kesetia kawanan, membela yang benar, satu rasa dan memiliki rasa senasib sepenanggungan terhadap penderitaan yang dialami orang lain.17

17 Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi tingkat

SLTA/MA Kelas 3 (Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)& Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, 2008), hlm. 42-47.

(11)

c. Nilai Kemandirian

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. Mandiri sebagaimana pengertian di atas yang berarti keadaan yang dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain akan membuat seseorang tumbuh menjadi pribadi yang sanggup mengatasi segala persoalan sendiri. Nilai kemandirian sebagai salah satu materi yang diajarkan dalam pendidikan anti korupsi memiliki beberapa tujuan. Diantaranya, peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi karakter mandiri.

Kemudian peserta didik mampu menjelaskan manfaat kemandirian dalam membentuk sikap tangguh. Selanjutnya, guru dan peserta didik mampu menunjukan sikap mandiri dalam membuat keputusan. Sikap yang hendak ditanamkan dalam pembelajaran nilai kemandirian adalah peserta didik mampu melakukan segala hal sendiri, berdikari, percaya diri, tidak bergantung kepada orang lain, tegar dan juga berani.18

d. Nilai Kedisiplinan

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin merupakan kunci dari kesuksesan seorang pemimpin. Disiplin memang tidak mudah, tetapi dengan terus berlatih, komitmen pada perencanaan yang

18 Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi tingkat

SLTA/MA Kelas 2 (Jakarta : Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)& Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, 2008), hlm. 35-43.

(12)

telah dibuat, maka akan membentuk sebuah kebiasaan yang positif dan mampu melatih diri menjadi konsisten.

Dalam proses pembelajaran pendidikan anti korupsi, materi tentang kedisiplinan juga diajarkan sebagai salah satu nilai yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Dalam kegiatan pembelajaranya, peserta didik diajarkan untuk menghayati manfaat karakter disiplin dan menyadari pentingnya memupuk dan memelihara karakter disiplin. Selain itu guru dan siswa bersama-sama mengidentifikasi dan menjelaskan karakter disiplin sebagai karakter utama yang perlu dimiliki jika ingin menjadi pribadi dan pemimpin yang sukses.

Selanjutnya, peserta didik diharapkan mampu melakukan kontrol diri atas perilaku sehari-hari untuk tetap disiplin dengan perencanaan, rancangan dan tujuan hidup. Kemudian, peserta didik mampu mengetahui dan menghayati hasil dari perilaku disiplin, akibat buruk dari perilaku tidak disiplin dan mengidentifikasi serta menjelaskan perilaku tidak disiplin yang perlu dihindari. Beberapa sikap yang hendak ditanamkan dalam maeri tentang disiplin diantaranya komitmen, tepat waktu, perencanaan, konsisten, tekun, taat, memiliki prioritas dalam hidup dan fokus dalam mencapai tujuan.19

19 Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi tingkat

(13)

e. Nilai Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu tanggung jawab juga merupakan ciri individu yang bisa diandalkan. Berani bertanggung jawab berarti berani menanggung resiko atas perbuatan yang dilakukan. Tidak takut memikul beban tanggung jawab, sebab dengan membiasakan diri bertanggung jawab merupakan calon pemimpin yang dapat diandalkan.

Di dalam proses pembelajaran pendidikan anti korupsi, nilai tanggung jawab diajarkan sebagai salah satu materi pembelajaran. Di dalam aktivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) peserta didik dirangsang untuk mengetahui dengan jelas ciri khas karakter tanggung jawab. Kemudian menunjukan proses rasa tanggung jawab terhadap sesuatu sebagai hasil pemahamannya terhadap karakter tanggung jawab. Selanjutnya peserta didik mampu menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan dari perilaku yang tidak bertanggung jawab.

Sikap-sikap yang ditanamkan diantaranya kewajiban dalam melaksanakan tugas, kesiapan menanggung resiko, amanah, berani

(14)

menghadapi masalah, tidak mengelak, berbuat yang terbaik dan memahami setiap konsekuensi dari tindakan yang dilakukan.20 f. Nilai Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Nilai kerja keras yang diajarkan dalam pendidikan anti korupsi diantaranya, peserta didik diharapkan mampu menyebutkan ciri-ciri pribadi pekerja keras. Selain itu, guru dan peserta didik mampu menjelaskan dampak sikap kerja keras dalam mencapai tujuan, dan peserta didik diharapkan mampu menunjukan sikap kerja keras dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap-sikap yang ditanamkan sebagai tujuan dari proses pembelajaran nilai kerja keras diantaranya kuat, gigih, usaha, obsesi, tabah, memiliki impian yang kuat, giat, berpendirian keras, pantang menyerah, terus berharap dan bersungguh-sungguh. Ada beberapa tips yang ditawarkan agar peserta didik menjadi pribadi yang ulet, bekerja keras dan pantang menyerah, diantaranya : 1) Tentukan Cita-cita

2) Membuat dream book

3) Jangan takut dengan kegagalan

4) Bersinergi dengan orang yang bersemangat tinggi

20Ibid., hlm. 1-4.

(15)

5) Kumpulkan kata-kata bijak 6) Membaca biografi orang besar 7) Jangan mudah menyerah.21 g. Nilai Kesederhanaan

Bersahaja, sikap dan perilaku yang tidak berlebihan, tidak banyak seluk beluknya, tidak banyak pernik, lugas, apa adanya, hemat, sesuai kebutuhan, dan rendah hati. Menerapkan pola hidup sederhana bukan berarti identik dengan kemiskinan. Sederhana berarti tidak berlebihan dan sesuai kebutuhan. Kesederhanaan dalam kegiatan belajar mengajar pada pendidikan anti korupsi mencakup beberapa tujuan. Diantaranya, peserta didik diharapkan mampu menyebutkan manfaat karakter sederhana dan memahami pentingnya mengaplikasikan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, kegiatan pembelajaran juga bertujuan agar peserta didik mampu mengidentifikasikan pola hidup sederhana dan mampu menjadikan diri sebagai contoh dalam menjalani pola hidup sederhana. Selanjutnya, peserta didik diharapkan mampu mengetahui dan menghayati akibat dari pola hidup bermewah-mewahan. Sikap yang ditanamkan dalam pembelajaran pendidikan anti korupsi, khususnya pada nilai kesederhanaan. Diantaranya sikap bersahaja, hidup tidak berlebihan dan secukupnya. Selain itu,

21 Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi tingkat

(16)

ditanamkan juga sikap rendah hati, apa adanya dan mencapai sesuatu sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki.22

h. Nilai Keberanian

Mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya. (Tidak takut, gentar, kecut) dan pantang mundur. Nilai keberanian yang diajarkan dalam pendidikan anti korupsi meliputi beberapa hal diantaranya, peserta didik diarahkan untuk mampu mengidentifikasi tindakan-tindakan berani dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, guru dan siswa bersama mampu memahami dan menjelaskan dampak tindakan berani dalam bentuk pribadi yang kuat. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan juga mengarah pada kemampuan peserta didik untuk bertindak berani dalam kehidupan sehari-hari.

Sikap-sikap yang ingin dibentuk dalam pembelajaran nilai keberanian tersebut seperti kemantapan, ketegaran dalam menghadapi masalah, percaya diri, pantang mundur, tidak memiliki rasa gentar dan takut dalam hidup. Seperti kata bijak oleh Jawarhalal Nehru “sukses bisa diraih oleh mereka yang berani untuk berbuat; jarang diraih oleh mereka yang selalu takut menanggung konsekuensi dari perbuatannya”.23

22Ibid., hlm. 1-7.

23 Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi tingkat

(17)

i. Nilai Keadilan

Sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak/tidak pilih kasih, berpihak/berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, tidak sewenang-wenang, seimbang, netral, objektif dan proporsional. Nilai keadilan yang diajarkan dalam pendidikan anti korupsi memuat beberapa tujuan. Diantaranya peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi tindakan adil dan menjelaskan perlunya tindakan adil dalam penyelesaian masalah. Selain itu, peserta didik diharapkan mampu menghindari diri dari sikap berat sebelah atau tidak seimbang.

Sikap-sikap yang ditanamkan dalam pembelajaran nilai keadilan pada pendidikan anti korupsi seperti obyektif, proporsional, tidak memihak, penuh pertimbangan dalam melakukan sesuatu dan menempatkan sesuatu pada tempatnya atau sesuai.24

Kemdiknas (2011) juga menjabarkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi menurut beberapa dimensi, yaitu politik, ekonomi, sosiologi dan hukum. Secara terperinci penjabaran nilai-nilai pendidikan anti korupsi menurut kemdiknas sebagai berikut :25

24Ibid., hlm. 1-2.

(18)

Tabel 1. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi Menurut Kemdiknas PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

No. Dimensi dan Indikator Nilai Acuan 1. POLITIK : a. Membuat kebijakan didasarkan pada kepentingan umum/bersama (adil, berani) b. Melaksanakan kebijakan didasari pada sikap menjunjung tinggi kebenaran (jujur, berani) c. Melaksanakan

pengawasan kebijakan secara tidak tebang pilih (adil, berani)

1. SPORTIF : bersifat

kesatria, jujur, tegak (tetap pendirian, tetap memegang keadilan).

2. TANGGUNG JAWAB : keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb. Misalnya berani dan siap menerima resiko, amanah, tidak mengelak, dan berbuat yang terbaik), hak fungsi menerima

pembebanan sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain, melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh. 3. DISIPLIN : tata tertib,

ketaatan (kepatuhan) pada peraturan, tepat waktu, tertib, dan konsisten. 4. JUJUR : lurus hati, tidak

curang, tulus, dapat dipercaya, berkata dan bertindak benar,

mengungkapkan sesuatu sesuai dengan kenyataan (tidak berbohong), dan punya niat yang lurus terhadap setiap tindakan. 5. SEDERHANA : bersahaja,

sikap dan perilaku yang tidak berlebihan, tidak banyak seluk-beluknya, tidak banyak pernik, lugas, apa adanya, hemat, sesuai kebutuhan, dan rendah hati. 6. KERJA KERAS : kegiatan 2. SOSIOLOGI :

a. Menepati janji (tanggung jawab)

b. Tidak diskriminatif dalam memberikan layanan (adil) c. Tidak nepotisme (adil,

mandiri)

d. Tidak kolusi (jujur, mandiri)

3. EKONOMI :

a. Melakukan persaingan secara sehat (tanggung jawab, jujur, kerja keras) b. Tidak menyuap (jujur) c. Tidak boros dalam

menggunakan sumber daya (sederhana, tanggung jawab)

d. Tidak melakukan

penyimpangan alokasi dan distribusi (jujur, peduli, tanggung jawab) 4. HUKUM :

a. Tidak melakukan

penggelapan dana, pajak, barang, dan sebagainya

(19)

(jujur, tanggung jawab) b. Tidak melakukan

pemalsuan dokumen, surat, tanda tangan, dan sebagainya (jujur, tanggung jawab) c. Tidak melakukan

pencurian dana, barang, waktu, ukuran yang merugikan pihak lain, dan sebagainya (jujur,

tanggung jawab, disiplin) d. Tidak melakukan

penipuan terhadap pihak lain (jujur) e. Tidak melakukan persengkokolan dalam membuat putusan (tanggung jawab) f. Tidak melakukan perusakan terhadap barang/fasilitas milik negara (tanggung jawab, peduli)

g. Tidak memberikan atau menerima gratifikasi (jujur, sederhana) h. Tidak menyalahi/ melanggar aturan

(disiplin, tanggung jawab)

melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh, pantang menyerah/ulet dan

semangat dalam berusaha. 7. MANDIRI : dalam keadaan

dapat berdiri sendiri, tidak bergantung dengan orang lain, percaya pada

kemampuan diri sendiri, mampu mengatur dirinya sendiri, dan mengambil inisiatif.

8. ADIL : sama berat, tidak berat sebelah, tidak

memihak/tidak pilih kasih, berpihak/berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, tidak sewenang-wenang, seimbang, netral, objektif dan proporsional.

9. BERANI : mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dsb. (Tidak takut, gentar, kecut) pantang mundur.

10. PEDULI : mengindahkan, memperhatikan (empati), menghiraukan, menolong, toleran, setia kawan, membela, memahami, menghargai, dan memperlakukan orang lain sebaik-baiknya.

Menurut Yulita TS, dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini kedalam kehidupan/ proses belajar siswa diharapkan siswa mampu berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, dan akhirnya akan bersikap anti koruptif. Penanaman nilai ini tidak sebatas pada insersi mata pelajaran, tetapi perlu diberikan di semua lini pendidikan. Nilai

(20)

ini hendaknya selalu direfleksikan ke dalam setiap proses pembelajaran baik yang bersifat intra kurikuler maupun ekstra kurikuler.26

4. Pandangan Islam tentang Korupsi

Korupsi merupakan jenis perampasan terhadap harta kekayaan rakyat dan negara dengan cara memanfaatkan jabatan demi memperkaya diri. Apapun jenis korupsi itu merupakan haram hukumnya karena akibatnya akan merusak semua tatanan kehidupan. Menurut Hafidhuddin sebagaimana yang dikutip oleh Mansyur Semma dalam bukunya Negara dan Korupsi mencoba memberikan gambaran korupsi dalam perspektif ajaran Islam. Ia menyatakan, bahwa dalam Islam korupsi termasuk perbuatan fasad atau perbuatan yang merusak tatanan kehidupan. Pelakunya dikategorikan melakukan jināyah kubra (dosa besar) dan harus dikenai sanksi dibunuh, disalib atau dipotong tangan dan kakinya dengan cara menyilang (tangan kanan dengan kaki kiri atau tangan kiri dengan kaki kanan) atau diusir. Dalam konteks ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan (al-‘adālah), akuntabilitas (al-amānah), dan tanggung jawab.27

Korupsi dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan berbagai distorsi terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat

26 Yulita TS. “ Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah, Perlukah?”. http:// sintak.unika.ac.id/

staff/ blog/ uploaded/5811988034/files/pendidikan-anti-korupsi-di-sekolah,perlukah.pdf/. (2010). Diakses, 26 Desember 2014.

27 Mansyur Semma, Negara Dan Korupsi (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm.

(21)

dikategorikan termasuk perbuatan fasad, kerusakan di muka bumi, yang sekali-kali amat dikutuk Allah SWT. Namun sepertinya meskipun perbuatan itu sudah jelas diharamkan dalam agama tetap saja pelakunya menjadi peringkat utama. Salah satu alasan mengapa korupsi kurang dipelajari sebagai masalah kebijakan barangkali adalah perasaan yang terus menerus muncul bahwa tak ada apapun yang dapat dilakukan tentang hal itu.

Ketika menulis dalam abad ke-14, Abdul Rahman ibn Khaldun mengatakan bahwa “akar penyebab korupsi” adalah “ nafsu untuk hidup bermewah-mewah di kalangan kelompok yang berkuasa. Untuk menutup pengeluaran yang mewah itulah maka kelompok penguasa melakukan tindak korupsi”.28 Terdapat banyak sumber/ ayat Al-Qur‟an yang mendukung dilaksanakannya perilaku anti korupsi. Diantaranya adalah firman Allah SWT :

a. Tentang Pencurian

“ Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah, dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al Maidah : 38).29

Kemudian di dalam QS. An Nisa juga dijelaskan, Allah berfirman :

28 Robert Kligaard, op. cit., hlm. 9.

(22)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil....” (QS. An Nisa : 29).30 b. Tentang penyuapan

“...Jika mereka (orang yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”. (QS. Al Maidah : 42).31

c. Tentang Penghianatan

Di dalam QS. Al Imron ayat 161 Allah berfirman :

“...Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatinya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya”. (QS. Al Imron : 161).32

Dari ayat-ayat di atas sudah jelas bahwa kita tidak diperbolehkan mengambil dan memakan harta milik orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan oleh Agama, termasuk korupsi. Menurut Helmy Ali mengatakan bahwa di dalam bahasa Indonesia, korupsi termasuk juga tindakan “suap” atau “sogok”. Hal ini terkait dengan

30Ibid., hlm. 122.

31Ibid., hlm. 166. 32Ibid., hlm. 104.

(23)

sabda Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis yang maknanya lebih kurang sebagai berikut : “Allah memberi laknat kepada pemberi suap, penerima suap, dan perantara diantara keduannya”. Dengan demikian , dalam ajaran Islam jelas bahwa perbuatan korupsi dan suap atau sogok hukumnya „haram‟ dan sama sekali dilarang dan mendapat ancaman yang sangat berat nantinya di yaumil akhir bagi pelakunya.33

Di era globalisasi ini penuh muatan suap yang dikemas dengan baju syar’i berbentuk hadiah, baik dalam bentuk uang nominal atau barang kongkret. Biasanya mereka menyebut hadiah bukan suap tentunya bentuk hadiahnya variatif, tergantung kebutuhan penerima. Bisa berbentuk mobil, uang, rumah, atau jaminan tertentu seperti anak atau kerabatnya dijamin masuk perguruan tinggi misalnya dan seterusnya.

Imam Ibnu Taimiyah mengatakan, “ Barangsiapa yang memberikan hadiah kepada Waliyul Amr (pejabat pemerintah) untuk melakukan perbuatan yang tidak diperbolehkan (pelanggaran) maka hadiah tersebut haram bagi pemberi dan penerima. Hadiah ini identik dengan risywah yang diharamkan.34 Jika demikian praktek korupsi yang dilakukan oleh beberapa oknum yang beragama Islam, bukanlah karena agama memang membolehkannya. Agama Islam secara terang-terangan melarang umatnya melakukan korupsi, bahkan Allah SWT

33

Helmy Ali, Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Perspektif Islam ( Aceh : Widyaiswara Madya BKPP Aceh, t.t), hlm. 3.

34Abu Fida‟ Abdur Rafi‟,

Terapi Penyakit Korupsi dengan Tazkiyatun Nafs (penyucian Jiwa) (Jakarta : Republika, 2006), hlm. 19.

(24)

mengancam akan memberikan tempat yang sangat hina nantinya di hari akhirat.35

C. Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah 1. Sejarah Pendidikan Anti Korupsi di Indonesia

Pendidikan merupakan upaya normatif yang mengacu pada nilai-nilai mulia yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa, yang dengannya nilai tersebut dapat dilanjutkan melalui peran transfer pendidikan baik aspek kognitif, sikap (afektif), maupun ketrampilan (psikomotorik). Menurut Dikdaskemdikbud, upaya pemberantasan korupsi melalui jalur pendidikan harus dilakukan karena pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis untuk membina generasi muda, khususnya dalam menanamkan nilai-nilai kehidupan termasuk anti korupsi.

Menyadari pendidikan sebagai sarana efektif memutus mata rantai korupsi, maka sejak tahun 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama Komisi Pemberantasan Korupsi membuat program pendidikan anti korupsi, dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Kemendikbud dengan penuh optimis menargetkan pada akhir tahun 2012, pendidikan anti korupsi sudah bisa masuk menjadi kurikulum mata pelajaran di sekolah-sekolah. Kemdikbud juga sudah menyusun modul untuk kurikulum anti korupsi. Adapun target kemdikbud dimulai dari

35 Helmy Ali, op. cit., hlm. 3.

(25)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan di sekolah dasar hingga ke tingkat perguruan tinggi. Sejumlah guru-guru dan dosen sudah disiapkan untuk mengikuti training pembekalan kurikulum anti korupsi ini. Selain itu, inspektorat Jendral Kemdikbud juga sudah menurunkan tim pengawas ke sekolah-sekolah untuk mengontrol pengelolaan keuangan di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi.

Ide memasukkan kurikulum anti korupsi ke dalam pendidikan anak bangsa, sebenarnya jauh hari sudah digagas oleh Haryono Umar, mantan Wakil Ketua KPK periode 2007-2011. Beliau menjadi salah satu pelopor yang ditunjuk sebagai Inspektur Jenderal Kemendikbud untuk melaksanakan kurikulum anti korupsi. Menurut Haryono Umar, pelajaran anti korupsi ini sebenarnya sudah pernah diujicobakan pada tahun 2010 lalu di sepuluh provinsi, tapi belum terlaksana dengan baik. Tahun 2012 kurikulum pendidikan anti korupsi direvisi sekaligus disempurnakan kekurangan-kekurangannya. Diharapkan akhir tahun 2012, kurikulum anti korupsi tersebut sudah bisa diterapkan di sekolah-sekolah, meskipun nantinya tidak dimasukkan dalam materi ujian akhir sekolah.36

(26)

2. Tujuan dan Urgensi Pendidikan Anti Korupsi

Menurut Muhammad Nuh, program pendidikan anti korupsi ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang bermoral baik dan berperilaku anti koruptif. Sebab, dengan begitu maka mereka akan terhindar dari berbagai macam sikap dan perilaku koruptif. Bahkan, ketika mendengar korupsi saja mereka sudah alergi.

Tujuan pendidikan anti korupsi, menurut Haryono Umar, tidak lain untuk membangun karakter teladan agar anak tidak melakukan korupsi sejak dini. Anak-anak juga dapat menjadi promotor pemberantasan korupsi. Karena itu, sejak usia dini para generasi muda perlu ditanamkan mental anti korupsi serta nilai-nilai yang baik. Secara singkat, pendidikan anti korupsi itu nantinya terdapat dalam pendidikan karakter bangsa. Melalui strategi tersebut, diharapkan beberapa tahun ke depan tumbuhlah generasi-generasi bangsa yang anti terhadap korupsi.37

Menurut Biyanto yang dikutip dalam buku Pendidikan antikorupsi di Sekolah mengemukakan beberapa alasan betapa pentingnya pendidikan anti korupsi segera diaplikasikan di sekolah hingga perguruan tinggi. Beberapa urgensi diterapkannya pendidikan anti korupsi itu di antaranya : Pertama, dunia pendidikan khususnya lembaga pendidikan pada umumnya memiliki seperangkat pengetahuan (knowledge), untuk memberikan pencerahan terhadap

37Ibid., hlm. 38.

(27)

berbagai kesalahpahaman dalam usaha pemberantasan korupsi. Itu karena sampai saat ini definisi korupsi baru sebatas pada pengertian yang bersifat legal-formal. Sementara, berbagai bentuk praktik korupsi telah tumbuh subur dan menggurat akar di tengah-tengah masyarakat kita. Dalam situasi seperti ini lembaga pendidikan dengan sumber daya yang dimiliki, dapat menjadi referensi untuk mencerahkan problematika praktik korupsi.

Kedua, lembaga pendidikan penting dilibatkan dalam pemberantasan korupsi karena memiliki jaringan (networking) yang kuat hingga ke seluruh penjuru tanah air. Pelibatan lembaga pendidikan mulai tingkat dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi akan menjadikan usaha pemberantasan korupsi dapat menjelma sebagai gerakan yang bersifat massif. Dengan gerakan yang massif ini diharapkan bahwa pada saatnya bangsa Indonesia dapat keluar dari problem korupsi.

Ketiga, jika ditelisik latar belakang sosial satu persatu pelaku tindak korupsi maka dapat dikatakan bahwa mayoritas mereka adalah alumni perguruan tinggi. Mereka rata-rata bergelar sarjana. Persoalannya, mengapa mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum? Jawabannya, selain faktor kesengajaan untuk memperkaya diri, sangat mungkin perbuatan tersebut dilakukan karena mereka tidak mengetahui seluk beluk tindak pidana yang dapat dikategorikan korupsi. Dengan beberapa argumentasi tersebut, lanjut Biyanto, maka

(28)

lembaga-lembaga pendidikan dapat dimaksimalkan fungsinya sehingga mampu memberikan sumbangan yang berharga untuk pemberantasan korupsi dan penegakan integritas publik (public integrity).38

3. Metode dan Strategi Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah a. Metode Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi

Menurut Budiningsih sebagaimana yang dikutip dalam buku panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di Madrsah, internalisasi nilai-nilai anti korupsi sebagai sebuah integritas dalam sistem pembelajaran harus memperhatikan 4 hal : (1) pengertian atau pemahaman terhadap karakter intergritas dalam hal ini nilai-nilai anti korupsi; (2) Perasaan integritas; (3) tindakan integritas, dan (4) internalisasi nilai-nilai. Keempat komponen tersebut telah mencakup domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang dicapai melalui materi dan metode pembelajaran yang tepat.

Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran materi anti korupsi, sebagaimana diuraikan di bawah ini :39

1) Metode Inquiry

Metode Inquiry menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan siswa

38

Ibid., hlm. 41-42.

39 Kementerian Agama RI, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di

Madrasah ( Jakarta : Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Drektorat Madrasah, 2013), hlm. 13-17.

(29)

untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan dan pengarahan guru. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satu-satunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi.

2) Metode Pencarian Bersama (Collaboratative)

Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat. Dimana pada proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berfikir logis, analitis, sistematis, argumentatife untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama.

3) Metode Siswa Aktif atau Aktivitas Bersama

Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan siswa sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan siswa dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Siswa membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan

(30)

atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong siswa untuk mempunyai kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang.

4) Metode Keteladanan (Pemodelan)

Proses pembentukan kepribadian pada siswa akan dimulai dengan melihat orang yang akan diteladani. Guru dapat menjadi tokoh idola dan panutan bagi siswa. Proses penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada siswa melalui proses keteladanan pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun siswa perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa kita tidak boleh korupsi, menjelaskan bahaya dari tindakan korupsi atau menjaga kita harus jujur, tidak mencontek pada waktu ulangan. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai. 5) Metode Live In

Metode Live in dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung siswa dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat

(31)

dilaksanakan secara periodik melalui kegiatan lomba dan sayembara tentang anti korupsi.

6) Metode Penjernihan Nilai atau Klarifikasi Nilai

Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Sebagai contoh, misalnya siswa diajak untuk membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap siswa diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakat dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan.

Siswa diajak untuk melihat duduk permasalahan dan berani mengambil sikap dan pilihan dalam hidupnya. Penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting. Apabila bias tentang nilai dan sikap hidup ini dibiarkan maka akan menyesatkan. Apabila yang salah ini dibiarkan dan seolah dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan di dalam hidup bersama.

b. Strategi Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi

Strategi pendidikan anti korupsi melalui pendidikan formal dapat dilaksanakan dengan kurikulum yang terdapat di sekolah-sekolah, seperti SD, SMP, SMA maupun perguruan tinggi.

(32)

Kurikulum menjadi bagian penting dalam menanamkan dan mensosialisasikan nilai-nilai anti korupsi, karena di dalamnya sarat dengan pengetahuan dan pengalaman yang harus diberikan dan dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat mencapai out came yang dharapkan.40

Mengenai materi pendidikan anti korupsi, secara tegas Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh menyatakan bahwa materi pendidikan anti korupsi tidak akan berbentuk mata pelajaran tersendiri, tetapi akan dimasukkan dalam seluruh mata pelajaran terkait, mengingat kurikulum saat ini sarat beban, sehingga tidak memungkinkan menambah pelajaran baru.41

Di dalam buku “Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di Madrasah” juga dijelaskan ada 2 strategi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi, yaitu :42

1) Strategi Integrasi

Pada prinsipnya strategi integrasi bisa dilakukan melalui perngembangan materi, metode, media, dan sumber belajar. Integrasi melalui pengembangan materi terutama dilakukan terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan yang memang sebagian materinya

40 Heru Nugroho, Mungkinkah Pendidikan Menjadi Alternatif Pemberantasan Korupsi?

(Yogyakarta : KAUB, LP3 UMY dan Yogya Corruption Watch, 2004), hlm. 11.

41

Samuel Febriyanto. “ Siap-siap! Peluncuran Kurikulum Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah. “ http://www.tribunnews.com/nasional/2010/09/06/siap-siap-peluncuran-kurikulum-pendidikan-anti-korupsi-di-sekolah. (6 September 2010). Diakses, 13 Desember 2014.

(33)

mengandung muatan nilai dan perilaku anti korupsi. Integrasi melalui pengembangan materi dilakukan dengan memberikan penonjolan, penajaman, pendalaman, atau perluasan materi pembelajaran yang terkait dengan nilai dan perilaku anti korupsi tertentu sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa yang ada pada setiap jenjang madrasah/sekolah.

Integrasi melalui pengembangan metode dilakukan dengan memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang bisa mendorong terjadinya internalisasi nilai dan tumbuhnya sikap dan perilaku anti korupsi, seperti jujur, disiplin, adil, tanggung jawab, dan sebagainya. Beberapa metode seperti diskusi, bermain peran, demonstrasi, simulasi, curah pendapat, dan sebagainya yang perlu didesain dengan skenario yang dapat mendorong terjadinya proses internalisasi nilai dan tumbuhnya sikap dan perilaku anti korupsi.

2) Strategi Pengembangan

Pengembangan pendidikan anti korupsi melalui kegiatan kesiswaan dilakukan dengan strategi sebagai berikut :

a) Melaksanakan pemilihan kepengurusan organisasi kesiswaan (OSIS, Pramuka, PMR, Kopsis) dan panitia kegiatan dilaksanakan secara demokratis dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan dengan mengutamakan kemampuan dan kualitas siswa tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif

(34)

yang mengarah pada korupsi. Untuk itu perlu ditetapkan dan diumumkan secara terbuka syarat-syarat yang menonjolkan kualitas kepribadian dan kemampuan profesional dari calon. Perlu dikembangkan pula sistem dan tata cara pemilihan secara terbuka disertai dengan penyampaian alasan yang obyektif dan rasional.

b) Memastikan bahwa setiap anggota pengurus organisasi kesiswaan (OSIS, Pramuka, PMR, Kopsis,) dan panitia kegiatan melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing dengan penuh dedikasi keikhlasan dan rasa pengabdian. Untuk itu setiap pengurus atau kepanitiaan perlu menuliskan setiap jenis pekerjaan yang telah dilakukan dalam jurnal kegiatan individual pengurus atau panitia yang sewaktu-waktu dapat dicek oleh siapa pun.

c) Semua hasil keputusan rapat, setiap rencana, proses pelaksanaan, dan hasil kegiatan kesiswaan diumumkan secara tertulis di dalam papan informasi kegiatan siswa secara terbuka. Untuk itu setiap proses dan hasil keputusan rapat ditulis dalam berita acara yang ditandatangani dan disahkan oleh pengurus atau panitia kegiatan.

d) Setiap kegiatan kesiswaan harus disertai dengan rencana anggaran kegiatan secara rinci, dan setiap selesai pelaksanaan

(35)

kegiatan sesegera mungkin atau secepatnya ditulis laporan keuangan sesuai dengan apa adanya memuat rincian segala jenis penerimaan dan pengeluaran secara lengkap disertai dengan bukti-bukti yang sah.

e) Menyediakan rubrik anti korupsi sebagai rubrik tetap di samping rubrik-rubrik lainnya dalam majalah dinding siswa. Rubrik ini diisi secara bergantian oleh setiap kelas. Pengisian rubrik anti korupsi ini bisa dilombakan dan diberikan penghargaan dan/atau hadiah yang menarik bagi para pemenangnya. Penilaian dalam lomba dilakukan secara obyektif dan transparan.

4. Konsep Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat diartikan sebagai upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup) seseorang. Dalam pengertian selanjutnya dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan seseorang untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya untuk dijadikan sebagai pandangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam keterampilan hidupnya sehari-hari.43

43 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,

(36)

Secara konseptual-teoritis pendidikan agama Islam di sekolah berfungsi sebagai: (1) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin; (2) penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; (3) penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial; (4) perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari; (5) pencegahan dari hal-hal negatif budaya asing yang dihadapinya sehari-hari; dan (6) penyaluran untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.44

Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu menciptakan pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat. Selain tujuan umum itu, terdapat pula tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Tujuan-tujuan khusus itu adalah tahap-tahap penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspeknya; pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, keterampilan, atau dengan istilah lain kognitif, afektif, dan motorik. Dan tahapan-tahapan inilah kemudian dapat

44Ibid., hlm. 40.

(37)

dicapai tujuan-tujuan yang lebih rinci dan lengkap dengan materi, metode dan sistem evaluasi. Inilah yang kemudian disebut dengan kurikulum, yang selanjutnya dirinci lagi ke dalam silabus dan berbagai materi bimbingan yang akan diberikan.45

45 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam (Tradisi dan modernisasi di Tengah Tantangan

Gambar

Tabel 1. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi Menurut Kemdiknas  PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari regresi linier sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku keberagamaan dengan kecemasan peserta didik kelas IX dalam

dengan kerugian Negara yang dalam hal ini perhutani KPH Madura, yang kerugiannya mencapai sebesar Rp.81.741.701 (delapan puluh satu juta tujuh ratus empat puluh satu

Hal ini dapat dilihat dari responden yang mengetahui definisi, jenis, keuntungan, kerugian, dan pelayanan AKDR memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi yang digunakan

[r]

Penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian Suryono dan Prastiwi (2011) dengan tujuan untuk mengetahui apakah pengungkapan sustainability report perusahaan dapat

pertimbangan tersebut, negara mengesahkan beberapa peraturan perundang-undangan dengan substansi hukumnya menjamin hak asasi anak yang merupakan hak dasar yang

Constitutional Complaint oleh Mahkamah Konstitusi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya: melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik