MODEL PEMBELAJARAN e-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN
Fitri Rahmawati
Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY
Abstrak
Aplikasi TI, misalnya multimedia dan web, dalam bidang pendidikan, melahirkan banyak terobosan baru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan gudangnya sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Kata Kunci : Model Pembelajaran. e-Learning, Internet, Kualitas Pendidikan
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Ada beberapa kekuatan yang akan mengubah perjalanan hidup kita
tentang cara belajar (Learning Revolution) sebagaimana digambarkan
Dryen (2000) dalam Siti Irene Astuti (2003) bahwa dunia sedang bergerak sangat cepat melalui titik balik sejarah yang menentukan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien
dalam proses pembangunan, kalau tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dalam menjalani era globalisasi tersebut.
Dalam era global seperti sekarang ini, setuju atau tidak, mau atau tidak mau, kita harus berhubungan dengan teknologi khususnya teknologi
informasi. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut telah
mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu, kita sebaiknya tidak „gagap‟ teknologi. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa siapa yang terlambat menguasai informasi, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan-kesempatan untuk maju.
Teknologi informasi (TI) merupakan salah satu sub-sektor teknologi yang berkembang sangat pesat dan aplikasinya sangat luas dewasa ini. Aplikasi TI, misalnya multimedia dan web, dalam bidang pendidikan, melahirkan banyak terobosan baru dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran. Oleh karenanya banyak negara tidak ragu-ragu melakukan investasi untuk mengembangkan infrastruktur bagi penggunaan TI dalam bidang pendidikan. Salah satu terobosan yang dapat digunakan untuk peningkatan kualitas pembelajaran adalah model pembelajaran e-learning
e-LEARNING
Terdapat sedikit kerancuan dengan berbagai istilah seperti e-learning, online/internet learning, dan web based learning. Perbedaan tersebut jika
diuraikan yaitu e-learning adalah suatu konsep belajar berbasiskan
teknologi baik itu teknologi informasi, telekomunikasi, maupun digital.
Sedangkan online/internet learning mempunyai batasan yang lebih sempit,
dimana teknologi yang digunakan adalah teknologi informasi khususnya Internet. Belajar melalui e-mail, situs web tertentu, dan semua aplikasi berbasis Internet. Sedangkan web based learning adalah suatu sistem belajar jarak jauh berbasis teknologi informasi dengan antarmuka web. Anwas, (2003).
e-Learning atau electronic learning kini semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai
alat bantunya. e-Learning memang merupakan suatu teknologi
pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia. Untuk menyederhanakan istilah, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu „e‟ yang merupakan singkatan dari „electronica‟ dan „learning‟ yang berarti „pembelajaran‟. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video atau perangkat
komputer atau kombinasi dari ketiganya. (Soekartawi, 2003).
Namun harus diakui bahwa pemanfaatan e-learning di Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Philippines dan Singapore atau bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Hal ini bisa dilihat dari data pengguna internet di mana pengguna internet terbesar adalah berada di negara-negara maju. Di Indonesia, pengguna internet diperkirakan sebesar 7 juta atau sekitar 3 % dari jumlah penduduk. Sementara itu pengguna internet di Eropa sebesar 113 juta atau 14 % dari total penduduk. Pengguna internet dunia diperkirakan sudah mencapai angka 407 juta atau sebesar 7 % dari total jumlah penduduk (Ishaq, 2002 dalam Soekartawi, 2003).
INTERNET SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN
Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun 1995 ketika IndoInternet membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun 1997-an mulai berkemb1997-ang pesat. Namun harus diakui bahwa kini pem1997-anfaat1997-an teknologi ini masih didominasi oleh lembaga seperti perbankan, perdagangan, media massa, atau kalangan industri. Jika melihat
potensinya, dalam waktu mendatang mungkin saja lembaga pendidikan akan mendominasinya.
Internet sering disebut sebagai jaringan komputer. Padahal tidak semua jaringan komputer termasuk internet. Jaringan sekelompok komputer yang sifatnya terbatas disebut sebagai jaringan lokal (Local Area Network). “Internet merupakan jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan jutan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauanya mencakup seluruh dunia (Kamarga, 2002 dalam Anwas, 2003). Jaringan ini bukan merupakan suatu organisasi atau institusi, sifatnya bebas, karena itu tidak ada pihak yang mengatur dan memilikinya.
Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang mengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global. Karena internet terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun melalui jaringan internet. Melalui internet faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah. Dunia seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi menjadi mudah. Dalam hal ini Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet juga telah mengubah metode komunikasi massa dan penyebaran data atau informasi secara fleksibel dan mengintegrasikan seluruh bentuk media massa konvensional seperti media cetak dan audio visual.
Internet memiliki banyak fasilitas yang telah digunakan dalam berbagai bidang, seperti militer, media massa, bisnis, dan juga untuk pendidikan. Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup, Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web (WWW). Di antara banyak fasilitas tersebut menurut Onno W. Purbo (2002), “ada lima aplikasi standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”.
Teknologi internet pada hakekatnya merupakan perkembangan dari teknologi komunikasi generasi sebelumnya. Media seperti radio, televisi, video, multi media, dan media lainnya telah digunakan dan dapat membantu meningkatkan mutu pendidikan. Apalagi media internet yang memiliki sifat interaktif, bisa sebagai media massa dan interpersonal, dan gudangnya sumber informasi dari berbagai penjuru dunia, sangat dimungkinkan menjadi media pendidikan lebih unggul dari generasi sebelumnya. Setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia.
Pemanfatan teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya telematika tahun 1961). Pemanafaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra. Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan teknologi ini seperti; memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia, memudahkan kerjasama, hiburan, berbelanja, dan kemudahan aktivitas lainnya. Sebaliknya yang kontra menunjukan sisi negatifnya, antara lain: biaya relatif besar dan mudahnya pengaruh budaya asing. Internet sebagai media baru ini juga belum begitu familier dengan masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu sangat perlu terus dilakukan kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning.
MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING
Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey (1998)
perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis
internet, yaitu web course, web centric course, dan web enhanced course”.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk
menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan meteri pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain seolah peserta didik belajar dihadapan pengajar melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu “sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini dikemukakan setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar games komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer sangatlah mengasyikan. Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya lewat komputer tersebut. Bahkan mampu duduk berjam-jam dan memainkan permainan tersebut dengan senang hati.
Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning. Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta didik untuk mengikuti setiap langkah belajar di dalamnya seperti layaknya ketika bermain sebuah games. Penerapan teori games dalam merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-leraning perlu mengadaptasi
unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran
konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional dan dapat diukur, ada apersepsi atau pre test, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas, contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh karena itu merancang e-laarning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain: pengajar, ahli materi, ahli komunikasi, programmer, seniman, dll.
Untuk merelaisasikan sebuah sekolah maya yang berdasarkan pada web based learning, fasilitas yang perlu dipertimbangkan, apa saja, bagaimana, sumberdaya manusia. Sebelum mumutuskan untuk merubah proses pendidikan dari sistem konvensional menjadi sistem e-learning, para penyusun kebijaksanan dibidang pendidikan perlu melakukan observasi dan mempertimbangkan beberapa hal antara lain adalah :
1. Biaya untuk mengkonversi pembelajaran dalam kelas menjadi format elektronik multimedia.
2. Materi pembelajaran yang akan dimigrasi kedalam model e-learning 3. Pemeriksaan efektivitas dari proses migrasi tersebut
4. Sumber Daya Manusia yang terlibat di dalamnya
masing jenis kursus, dan juga bergantung pada apakah kursus tersebut diselenggarakan secara internal, eksternal, atau dua-duanya.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, internet menurut Onno W. Purbo (1998) paling tidak ada tiga hal dampak positif penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:
1. Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata kuliah dimanapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara. 2. Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli di bidang
yang diminatinya.
3. Kuliah/belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada universitas/sekolah tempat si mahasiswa belajar. Di samping itu kini hadir perpustakan internet yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh jagat raya.
Pendapat ini hampir senada dengan Budi Rahardjo (2002). Menurutnya, manfaat internet bagi pendidikan adalah dapat menjadi akses kepada sumber informasi, akses kepada nara sumber, dan sebagai media kerjasama. Akses kepada sumber informasi yaitu sebagai perpustakaan on-line, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan akses kepada materi kuliah. Akses kepada nara sumber bisa dilakukan komunikasi tanpa harus bertemu secara fisik. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan penelitian bersama atau membuat semacam makalah bersama.
Penelitian di Amerika Serikat tentang pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk keperluan pendidikan diketahui memberikan dampak
positif (Pavlik, 1963 dalam Anwas 2003). Studi lainya dilakukan oleh Center
for Applied Special Technology (CAST), “bahwa pemanfaatan internet
sebagai media pendidikan menunjukan positif terhadap hasil belajar peserta didik)”.
Penggunaan teknologi Internet mempunyai kelebihan dan kekurangan dibanding sistem yang lainnya. Beberapa pihak memandang salah satu keuntungan dari penggunaan Teknologi Internet ini sebagai kemampuan teknik untuk menembus batas waktu dan tempat, kemudahan dalam melakukan pembaharuan terhadap bahan ajar atau informasi yang akan disampaikan, mempermudah hubungan antara siswa dengan narasumber, terbukanya kesempatan yang sangat luas untuk mempelajari budaya lain.
Kelebihan-kelebihan tersebut juga memiliki tantangan dari sudut pandang yang berbeda. Pengenalan dan pengetahuan mengenai budaya lain memungkinkan terjadinya proses akulturasi yang lebih cepat. Hal ini tentu saja dapat mengancam kebudayaan asli yang dimiliki bangsa Indonesia. Komunikasi antar budaya yang berbeda memungkinkan terjadinya kesalahpahaman pada saat proses belajar berlangsung. Oleh karena itu, semua aspek yang menyangkut sistem belajar jarak jauh ini dapat dikaji lebih dalam dan luas, tidak hanya pada sisi teknologinya saja. Mulai dari sistem kebijakan, sistem administrasi, manajemen, perancangan kurikulum, perancangan instruksional, sumber daya manusia yang akan mendukung pengembangan dan operasional.
Dari segi proses belajarnya sendiri, diperlukan motivasi yang kuat dari seorang murid untuk menyelesaikan proses belajar melalui media ini. Mengapa demikian? Karena dalam sistem ini, proses belajar akan dipusatkan pada kemandirian dari seorang siswa. Sedangkan guru pada akhirnya akan bertindak sebagai fasilitator saja yang memandu murid untuk mengkontruksi informasi-informasi yang diketahui oleh muridnya menjadi sebuah pengetahuan. Jadi sebaiknya hubungan penggunaan media ini dengan tingkat kemandirian siswa dapat diperhatikan, sehingga memudahkan untuk menentukan level pendidikan seperti apa sistem belajar jarak jauh ini diterapkan, apakah Sekolah Dasar, Menengah, pendidikan tinggi, formal, non-formal, dan lain-lain.
Bagi penyelenggara pendidikan, mungkin ini adalah sebuah cara baru
dalam menyelenggarakan suatu layanan pendidikan. Dengan
menggunakan web, penggunaan waktu lebih effisien, sehingga tidak perlu lagi dicetak buku/modul pelajaran. Apabila dalam belajar jarak jauh konvensional terdapat fase-fase tertentu dalam menyiapkan materi, diantaranya mencetak modul dan kemudian mengirimkannya. Ada kemungkinan bahwa bahan tersebut tidak sampai pada waktu yang tepat. Dengan menggunakan web, semua hal tersebut dapat dikurangi dalam waktu yang singkat. Hanya dengan melakukan upload ke internet, semua orang darimana saja dan kapan saja dapat mengakses atau membaca materi tersebut.
Dari segi biaya tentu saja tidak akan sama dengan cara penyelenggaraan secara konvensional. Komponen-komponen biaya yang mungkin akan muncul adalah biaya berlangganan Internet dan operasionalnya, biaya desain dan pengembangan web itu sendiri. Sulit dikatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan yang mana yang lebih murah dalam pelaksanaannya melalui web atau secara konvensional. Semua tergantung bagaimana pola layanan yang akan dijalankan. Bagi user atau siswa, hal ini merupakan cara baru dalam belajar dan diperlukan upaya-upaya untuk beradaptasi dengan hal tersebut. Salah satu keuntungan dari belajar melalui web adalah murid dapat belajar darimana saja dan kapan saja. Tetapi mereka harus mempertimbangkan faktor biaya tambahan untuk berlangganan Internet atau mengakses internet melalui jasa warnet.
Pengungkapan kelebihan ataupun tantangan yang akan dihadapi bukan berarti bahwa penggunaan teknologi informasi (web based learning) ini harus mutlak diterapkan ataupun tidak diterapkan. Tetapi uraian tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan teknologi informasi secara tepat sasaran dan tepat guna.
PENUTUP
Penggunaan Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan,
sebaiknya mengikuti rambu-rambu yang mengatur proses dan sistem pendidikan, sehingga pemanfaatan teknologi informasi ini dapat berjalan dengan baik. Teknologi hanya merupakan alat yang dapat membantu manusia melakukan aktifitasnya. Oleh karena itu, dalam pemanfaatannya harus ditelaah dan disikapi dengan bijaksana, sehingga akan diperoleh manfaat yang berguna. Implementasi pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, baik dari sisi model teknologinya sendiri (dari yang sederhana sampai yang paling mutakhir) maupun yang lainnya.
SUMBER BACAAN
Anwas, Oos M. (2000), Internet: Peluang dan Tantangan Pendidikan
Nasional. Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas.
Anwas, Oos M. (2003), Model Inovasi E-Learning dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas Edisi
No.12/VII/Oktober/2003
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Ketenagaan Perguruan Tinggi, (2004); Peningkatan Kualitas
Pembelajaran. Jakarta
Harry Firman. (2001). Impikasi Perkembangan Teknologi Informasi
Terhadap Kurikulum Dan Pembelajaran Dalam Program Pendidikan Guru. Makalah Seminar-Lokakarya Pembaruan
Kurikulum Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri
Yogyakarta, 29 Oktober 2001
Purbo, Onno W. dan Antonius AH. (2002). Teknologi e-Learning Berbasis
PHP dan MySQL: Merencanakan dan Mengimplementasikan Sistem e-Learning. Jakarta: Gramedia.
Siti Irene Astuti D (2003); Pengembangan Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Penanaman Etos Kerja dan Membangun Kreativitas Anak. Cakrawala Pendidikan Jurnal Ilmiah Pendidikan; Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat; Universitas Negeri Yogyakarta.
Soekartawi (2003). E-Learning di Indonesia dan Prospeknya di Masa
Mendatang. Makalah disampaikan di seminar nasional di Universitas Petra, Surabaya,3 Februari 2003.
Soekartawi. (2003), Prinsip Dasar E-Learning: Teori dan Aplikasinya Di Indonesia. Jakarta: Jurnal Teknodik Depdiknas Edisi