Analisis
Obat, Makanan dan Kosmetika
Oleh
Hari Susanti, S.Si.,M.Si.,Apt
Fakultas Farmasi
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
PROTEIN
I. Struktur Umum Protein
Berdasarkan struktur diatas,
Protein mempunyai sifat amfoter,
dan dengan asam dan basa akan membentuk garam
yang dapat mengalami ionisasi
Gugus -NH
2bebas melekat pada ujung kiri dan gugus
-COOH bebas melekat pada ujung kanan molekul
H2N HC
R
C O
H
N C
R
C O
H C
R
C
OH O H
N
II. Struktur Molekul Protein
Protein
terdiri dari
asam amino-asam amino
,
terikat bersama-sama dalam bentuk
ikatan peptida
(-CO-NH-) melalui
proses kondensasi
.
Pada pembentukan ikatan peptida
, air dilepaskan dari H
pada gugus
-NH
2suatu asam amino
dan dari OH pada
gugus
-COOH
asam amino yang lain
CH2
glisin
glisin H2C NH2
C O OH N H H C O OH CH2 H2C NH2
III. Sifat Koloid Larutan Protein
IV. Klasifikasi Protein
1. Berdasarkan komposisi
a. Simple Protein. Protein murni yang ditemukan di alam, yang jika terhidrolisis membentuk beberapa asam amino utama atau derivatnya
contoh: albumin, globulin, prolamin, protamin.
b. Conjugated Protein. Simple Protein yang terikat dengan molekul nonprotein
contoh: kromoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, nukleoprotein.
c. Derived Protein. Protein yang padanya melekat gugus
artifisial (artificial group) hasil dari aktivitas panas, enzim, dan reagen kimia
contoh: pepton, coagulated protein. 2. Berdasarkan fungsi fisiologinya
a. Protein struktural d. Enzim
b. Protein kontraktil e. Antibodi
V. Fungsi Protein
1. Komponen membran dinding sel dan
mitokondria.
2. Komponen darah.
3. Komponen hemoglobin.
4. Enzim (katalis biologis).
5. Hormon.
VI. Komposisi Protein
C
= 50-55%,
H
= 6-7,3%,
O
= 19-24%,
N
= 13-19%,
S
= 0-4%.
Protein juga dilaporkan mengandung
P
,
Fe
,
Cu
,
I
,
IX. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif protein tidak cukup dilakukan dengan beberapa reaksi warna saja melainkan
harus diikuti dengan uji tertentu yang terkait dengan tertentu yang terdapat pada protein.
1. Uji Komposisi Suatu Protein
a. Uji komposisi secara umum
Protein (serbuk) dipanaskan dalam tabung reaksi kering. Warna hitam residu menandakan adanya karbon; bau
amoniak (membirukan kertas lakmus merah) menandakan
adanya nitrogen dan hidrogen; kertas yang mengandung
Pb-asetat menjadi berwarna hitam menandakan adanya
sulfur.
b. Uji terhadap nitrogen organik --- uji Lassaigne
2. Reaksi Warna Untuk Protein
a. Uji Biuret
CuSO4 dalam suasana basa bereaksi dengan senyawa yang mengandung dua atau tiga ikatan peptida membentuk
kompleks berwarna violet.
Reaksi ini bersifat tidak mutlak spesifik untuk ikatan peptida; juga diberikan oleh semua senyawa yang mempunyai dua atau lebih ikatan peptida.
Asam amino negatif : tidak mempunyai ikatan peptida
Dipeptida negatif : hanya mempunyai satu ikatan peptida Warna yang dihasilkan karena terbentuknya kompleks
koordinasi antara Cu2+, gugus karbonil dan gugus –NH- yang
b.
Uji Millon
Reagen Millon + larutan protein
pertama-tama
protein diendapkan sebagai garam-merkuri (endapan
berwarna putih). Pada pemanasan dengan nyala api kecil
endapan berubah seperti warna merah-daging (+)
Hanya protein yang mengandung tirosin
yang mengalami
hidrolisis yang memberikan reaksi positif
.
Gugus hidroksifenil (-C
6H
4OH) pada tirosin merupakan
gugus yang merespon uji ini. Karenanya uji Millon
c. Uji Hopkins-Cole
Gugus indol pada triptofan merupakan gugus
yang merespon uji ini. Gugus aldehid pada asam glioksilik membantu merubah gugus indol menjadi senyawa
berwarna violet.
Uji Hopkins-Cole ini selanjutnya dijadikan uji terhadap triptofan. H C asam glioksalik + O COOH triptofan N H H2 C HC
d. Uji Liebermann
Jika HCl pekat ditambahkan pada protein (padatan), kemudian dididihkan, dan ditambah beberapa tetes larutan sukrosa, maka warna violet akan terlihat jika protein mengandung triptofan. Mirip dengan uji
Hopkins-Cole, gugus aldehid di sini berasal dari kerja HCl terhadap gula
e. Uji Acree-Rosenheim
Uji ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi formaldehid dalam susu. Protein yang
mengandung triptofan pada susu, dengan adanya
formaldehid (mempunyai gugus aldehid),
memberikan hasil positif (ditunjukkan dengan
f. Uji p-DAB Ehrlich
Ehrlich menyarankan digunakannya p-DAB (p-dimetil-aminobenzaldehid) sebagai aldehid untuk uji triptofan. g. Uji Diazo Ehrlich
Pada penambahan larutan protein yang mengandung histidin atau tirosin, dan larutan dibuat basa dengan NH4OH terjadi
warna merah hingga orange. Histidin akan memberikan warna merah hingga orange; tirosin memberikan warna orange terang.
h. Uji Sulfur
Jika larutan protein dididihkan dengan campuran larutan KOH atau NaOH dan Pb-asetat, endapan berwarna hitam akan terbentuk jika terdapat asam amino yang mengandung sulfur (misalnya sistein dan metionin). Larutan basa kuat memutus ikatan sulfur pada asam amino, membentuk K2S, yang
dengan Pb-asetat membentuk PbS, senyawa berwarna hitam.
i. Uji Molisch
Uji ini ditujukan untuk beberapa KH, tetapi baik juga
digunakan untuk keperluan memperoleh larutan protein murni yang berasal dari glikoprotein.
j. Uji Ninhydrin
Selain oleh protein, hasil positif juga diberikan oleh peptone, asam amino, dan amin primer lainnya, termasuk
amoniak. C C C O O N C C O_ C O C C C O O OH OH ninhidrin
R HC COOH
NH2
- H2O
-asamamino
R C OH O
senyawa komplek berwarna
k. Uji Biuret
untuk senyawa yang mengandung dua gugus karbamil
(-CONH2) yang berikatan secara langsung maupun melalui satu atom nitrogen atau atom karbon.
Protein mengandung pasangan gugus CONH.
Senyawa yang terbentuk di-postulat sebagai berikut :
OH
NH2 CO.
NH
NH2 CO.
Cu
K
OH
H2N
HN
K
.OC
H2N .OC
OH OH
Senyawa yang mirip yang mengandung (menempati gugus –CONH2) gugus –CSNH2, -C(NH)NH2, -CH2NH2 juga (+)
3. Reaksi pengendapan untuk protein
a. Denaturasi dengan panas dan pH ekstrim
b. Pembentukan endapan dengan logam berat (antara lain: HgCl2, AgNO3)
c. Pembentukan endapan dengan reagen bersifat asam (antara lain: asam fosfotungstat, asam pikrat)
d. Endapan dengan ferrosianida
e. Endapan dengan alkohol
R HC C
NH3+ protein
+ O
O _ AgNO3 R HC C
NH2
perak proteinat O
O Ag + HNO3
R HC C
NH3+ protein
+ O
O _ H+- pikrat R HC C +NH
2
protein pikrat O
OH + H+
X. Analisis Kuantitatif
1. Volumetri
a. Metode Kjeldahl
Yang ditentukan kandungan nitrogen, bukan protein
Kandungan protein suatu substansi hasilnya dikali dengan faktor kimia untuk meng-konversi nitrogen ke kadar protein. Karena rata-rata kandungan nitrogen dalam protein adalah 16%,
maka 16 mg N2 setara dengan 100 mg protein: 1 mg N2 setara dengan 100/16 setara dengan 6,25 mg protein. Contoh perhitungan :
Jika makanan tertentu mengandung nitrogen sebanyak 2%, maka kandungan protein dalam makanan tersebut adalah sama dengan 2 X 6,25, atau = 12,5%.
Karena lain protein lain pula jumlah kandungan nitrogennya, maka faktor perkalian lainnya dapat digunakan untuk
Modifikasi metode Kjeldahl Yang biasa digunakan :
sampel dipanaskan dengan H2SO4 pekat, Na2SO4 dan
sejumlah kecil CuSO4. Setelah digestasi berjalan sempurna, nitrogen berada dalam bentuk (NH4)2SO4. Ketika NaOH ditambahkan pada residu, H2SO4 dinetralkan dan NH3
dibebaskan. NH3 ini didestilasi dan dilewatkan dalam suatu larutan standar asam (jumlahnya terukur), dan dari asam yang dinetralkan, sebagaimana biasanya titrasi maka
kelebihan asam dititrasi dengan larutan standar basa. Modifikasi lainnya :
Mengumpulkan amoniak yang dibebaskan ke dalam larutan
asam borat yang mengandung indikator (misalnya campuran bromkresol dan merah metil). Asam borat bereaksi dengan amoniak membentuk amonium borat, karenanya terjadi
pergeseran pH larutan ke arah basa. Dengan menggunakan indikator yang spesifik maka larutan ini dapat dititrasi
b. Titrasi formol untuk alanin
Formaldehid bereaksi dengan gugus amino(-NH2) membentuk senyawa monometilol dan senyawa dimetilol.
-NH2 + HCHO -NH(CH2OH)
-NH(CH2OH) + HCHO -N(CH2OH)2
Formaldehid tidak bereaksi dengan gugus amino bermuatan (-NH3+), sehingga efek penambahan formaldehid adalah
menggeser pK gugus amino ke pH lebih rendah. pH titik akhir titrasi asam amino dengan larutan standar NaOH menjadi berkurang sehingga dapat ditetapkan (indikator PP).
2. Spektrofotometri a. Metode Biuret
Larutan protein + reagen Biuret, dicampur dan dihangatkan pada suhu 37 oC selama 10 menit. Kemudian didinginkan
b. Metoda Folin-Lowry
Protein bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteau
membentuk senyawa kompleks berwarna. Pembentukan warna disebabkan karena reaksi alkaline copper dengan protein sebagaimana uji biuret dan reduksi fosfomolibdat oleh tirosin dan triptofan yang terdapat pada protein.
Metode ini umumnya digunakan pada analisis biokimia. c. Serapan pada daerah UV
1). Serapan pada 210 nm. 2). Serapan pada 280 nm.
3. Metoda Pengikatan Zat Warna
Pada kondisi tertentu, gugus-gugus yang bersifat asam dan basa pada makromolekul protein berinteraksi dengan
gugus-gugus pada zat warna organik yang mengalami disosiasi, misalnya radikal asam dari asam sulfonik, membentuk endapan yang berwarna. Fenomena
4. Turbidimetri
Pada turbidimetri, intensitas cahaya yang dilewatkan melalui
larutan turbid diukur vs intensitas cahaya yang melalui larutan murni.
Turbidimetri digunakan sebagai metode untuk menentukan protein sederhana. Jika semua kondisi pengujian adalah
konstan, maka konsentrasi dapat ditentukan hanya dari kurva kalibrasi.
Metoda turbidimetri untuk menetapkan protein dapat digunakan terutama untuk keperluan clinical analysis.