• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Lama Hari Rawat Pasien Post Appendectomy di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Lama Hari Rawat Pasien Post Appendectomy di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SULTHAN DG. RADJA

BULUKUMBA

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana keperawatan (S.Kep) jurusan ilmu keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

ANDI ENNI YULFANITA 70300109006

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

JURUSAN : KEPERAWATAN FAKULTAS : ILMU KESEHATAN

JUDUL : FAKTOR–FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA

HARI RAWAT PASIEN POST APPENDECTOMY DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HA SULTHAN DAENG RADJA BULUKUMBA.

Appendectomy adalah proses pengangkatan organ apendiks yang mengalami peradangan. Pasien –pasien dengan post pembedahan Appendectomyakan menjalani proses perawatan diruang rawat inap Rumah Sakit. Dimana lama perawatan setiap pasien akan berbeda-beda. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor usia, jenis penyakit appendicitis, penyakit penyerta, komplikasi dan infeksi luka operasi (ILO) dengan lama hari rawat pasien postappendectomy.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan “Cross Sectional Study”, dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Accidental sampling. Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisis hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa belum diperoleh hubungan yang signifikan dengan uji chi-squareantara faktor independen tehadap faktor dependen. Dimana nilai hasil analisis chi-square masing-masing untuk usia adalah p= 0,38, jenis penyakit apendisitis p = 0,448, penyakit penyertap = 0, 919, komplikasip = 0, 423, infeksi luka operasi p = 0.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa belum didapatkan hubungan yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen. Masukan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memaksimalkan jumlah responden yang ada untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya.

(3)

di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar-benar hasil karya penyusun sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Makassar, Juli 2013 Penulis,

(4)

Sulthan Dg. Radja Bul

ulukumba” yang disusun oleh saudari Andi En , Mahasiswa Jurusan Ilmu Keperawatan pada F uddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan

selenggarakan pada hari Kamis, tanggal 1 Agus ggal 23 Ramadhan 1434 H, dinyatakan dapat dit uk mendapatkan gelar Sarjana dalam Ilmu Keseha

ngan beberapa perbaikan).

Makassar, 1 Agust 23 Ram

DEWAN PENGUJI

of. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A (…… . Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si,.Apt (…… Abd. Majid, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp KMB (……

of. DR. H. Darussalam, M.Ag (……

(5)

i

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufiq hidayah dan Inayah-Nya sehingga skripsi dengan judul :

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Hari Rawat Pasien Post AppendectomyDi Rumah Sakit Umum Daerah Sulthan Daeng Radja Bulukumba.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat guna menempuh ujian akhir pada pendidikan Strata satu ( SI ), Jurusan ilmu keperawatan Fakultas kesehatan Universitas Islam negeri alauddin makassar.

Dengan Segala Kerendahan hati, Melalui Kesempatan ini Kami menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada :

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Andi Bustang dan Ibunda Alm. Andi Norma serta saudara terbaikkuAndi Asbar dan Andi Rahmatiah . Ucapan doa, kiranya beliau-beliau diampuni dan dikasihi oleh ALLAH SWT. Sebagaimana beliau-beliau mengasihi penulis semenjak kecil, yang atas asuhan dan limpahan kasih sayangnya, penulis beroleh kekuatan moril maupun materil dalam menapaki jenjang pendidikan.

2. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT., MS, selaku Rektor Universitas Islam Negri Alauddin Makassar.

(6)

ii

memberikan motivasi dan pengetahuan yang luas kepada kami anak didiknya. 5. Eny Sutria,S.Kep., Ns., M.Kes dan Basri Syam S.Kep., Ns., M.Kes,

masing-masing sebagai pembimbing I dan II .

6. Selaku Dosen serta staf Program Studi Keperawatan yang telah memberi bantuan dan bimbingan selama peneliti mengikuti pendidikan.

7. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian ditempat tersebut.

8. Pemberi motivasi dan semangatku yaitu sahabat-sahabatkuMawan, Jackline dan Rosellah, keponakan terbaikAndi Arinal Ma’rifat.

9. Teman-teman KKN UIN Angkatan-48 dan seluruh rekan mahasiswa keperawatan yang tak sempat ku sebut namanya. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa kami sebut satu persatu.

Penulis mengakui bahwa banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan ini, oleh karenanya kritik dan saran untuk kesempurnaan Skripsi ini sangat di harapkan. Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin,

Makassar, Juli 2013 Penulis

(7)

iii Abstrak

Pernyataan Keaslian Skripsi Pengesahan Skripsi

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi... iii

Daftar Tabel ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan tentang Penyakit Apendisitis ... 9

A. Defenisi . ... 9

B. Etiologi ... 9

C. Patofisiologi Apendisitis ... 11

D. Klasifikasi Apendisitis ... 14

E. Manifestasi Klinis ... 17

(8)

iv

B. Fase Operasi/Pembedahan ... 21

C. Operasi Apendisitis/Apendiktomi ... 22

III. Tinjauan Lama Hari Rawat... 24

IV. Tinjauan Faktor yang Berhubungan Lama Hari Rawat Pasien Post Apendiktomi. ... 25

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 32

B. Variabel Penelitian ... 33

C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif ... 33

D. Hipotesis Penelitian... 36

E. Kerangka Kerja ... 38

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian... 40

B. Lokasi Penelitian... 40

C. Populasi dan Sampel ... 40

D. Tehnik Pengambilan Sampel... 41

E. Instrumen Penelitian... 41

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 42

G. Pengolahan dan Analisa data ... 43

(9)

v

1. Karakteristik Responden ... 48

2. Analisis Univariat... 51

3. Analisis Bivariat... 56

B. Pembahasan... 63

C. Keterbatasan penelitian ... 72

BAB VI PENUTUP A. Simpulan ... 73

B. Saran... 74 DAFTAR PUSTAKA

(10)

vi

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien

Post Appendectomy Di Rumah Sakit Umum Daerah

HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba. 48

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Usia Pasien Post Appendectomy

Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja

Bulukumba 49

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi usia Pasien Post Appendectomy

Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja

Bulukumba. 49

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi usia Pasien Post Appendectomy

Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja

Bulukumba 50

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi usia Pasien Post Appendectomy

Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja

(11)

vii

Bulukumba 51

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi usia Pasien Post Appendectomy

Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja

Bulukumba. 52

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi usia Pasien Post Appendectomy

Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja

Bulukumba 52

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi usia Pasien Post Appendectomy

Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja

Bulukumba 53

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi usia Pasien Post Appendectomy

Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja

Bulukumba. 53

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi jenis penyakit apendisitis Pasien Post Appendectomy Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan

(12)

viii

Daeng Radja Bulukumba. 54

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi komplikasi Pasien Post

Appendectomy Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan

Daeng Radja Bulukumba. 55

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi infeksi luka operasi Pasien Post

Appendectomy Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan

Daeng Radja Bulukumba. 55

Tabel 5.15 Hubungan faktor usia dengan lama hari rawat Pasien Post

Appendectomy Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan

Daeng Radja Bulukumba. 56

Tabel 5.16 Hubungan faktor usia dengan lama hari rawat Pasien Post

Appendectomy Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan

Daeng Radja Bulukumba. 57

Tabel 5.17 Hubungan faktor usia dengan lama hari rawat Pasien Post

(13)

ix

Appendectomy Di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan

Daeng Radja Bulukumba. 58

Tabel 5.19 Hubungan faktor jenis penyakit apendisitis dengan

lama hari rawat Pasien Post Appendectomy Di Rumah

Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba.59

Tabel 5.20 Hubungan faktor penyakit penyerta apendisitis dengan

lama hari rawat Pasien Post Appendectomy Di Rumah

Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba.60

Tabel 5.21 Hubungan faktor komplikasi dengan

lama hari rawat Pasien Post Appendectomy Di Rumah

Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba.61

Tabel 5.22 Hubungan faktor infeksi luka operasi dengan

lama hari rawat Pasien Post Appendectomy Di Rumah

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Petugas kesehatan khususnya perawat dalam hal ini memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan suatu pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat. Kesehatan dan gaya hidup dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Salah satu contohnya adalah kurangnya konsumsi makanan berserat dalam menu sehari-hari, diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya masalah kesehatan yaitu apendisitis (Bambang, 2010).

Apendiks merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Apendiks banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir dan dipercaya sebagai sistem imun. Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan terjadinya nanah (pus) (Arisandi, 2008).

Sedangkan menurut jong (2005) apendisitis merupakan kasus infeksi intraabdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bila

(15)

dibandingkan dengan masyarakat desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Apendisitis dapat terjadi pada semua tingkat usia, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun.

Perbandingan antara pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita penyakit ini. Namun penyakit ini paling sering di jumpai pada dewasa muda antara umur 13-30 tahun. (Smeltzer, 2002) Penelitian Omran et al (2003) di Kanada pada 65.675 penderita appendicitis didapat 38.143 orang (58%) laki-laki dan 27.532 orang (42%) perempuan. Penelitian Khanal (2004) di Rumah Sakit Tribhuvan Nepal pada 99 penderita appendicitis didapat 76 orang (76,8%) laki-laki dan 23 orang (23,2%) perempuan, serta kelompok umur 15-24 tahun 41 orang (41,4%), 25-34 tahun 38 orang (38,4%), 35-44 tahun 15 orang (15,2%), 45-54 tahun 3 orang (3,0%), 55-64 tahun 1 orang (1,0%), dan 65-74 tahun 1 orang (1,0%). Penelitian Nwomeh (2006) di Amerika Serikat pada 788 penderita appendicitis didapat proporsi kulit putih 81%, kulit hitam 12%, dan lainnya 7%.30 Penelitian Salari (2007) di Iran pada 400 penderita appendicitis didapat 287 orang (71,7%) laki-laki dan 113 orang (28,3%) perempuan, serta kelompok umur 5-14 tahun 58 orang (14,5%), 15-19 tahun 114 orang (28,5%), 20-24 tahun 99 orang (24,8%), 25-34 tahun 102 orang (25,5%), dan ≥35 tahun 27 orang (6,8%).

(16)

Serikat pada anak umur 2-20 tahun didapat bahwa perforasiappendicitislebih cenderung di pedesaan (69,6%) daripada perkotaan (30,4%) (p=0,042).

Penelitian Dombal (1994) di Amerika Serikat terjadi penurunan kasus appendicitis dari 100 menjadi 52 per 100.000 penduduk periode tahun 1975-1991. Penelitian Walker (1995) di Afrika Selatan terjadi peningkatan kasus appendicitis dari 8,2 menjadi 9,5 per 100.000 penduduk periode tahun 1987-1994. Penelitian Bisset (1997) di Skotlandia terjadi penurunan kasus appendicitis dari 19,7 menjadi 9,6 per 10.000 penduduk periode tahun 1973-1993. Penelitian Ballester et al (2003) di Spanyol terjadi peningkatan kasus appendicitisdari 11,7 menjadi 13,2 per 10.000 penduduk periode tahun 1998-2003.

Sementara itu, Appendicitis dapat terjadi pada semua usia dan paling sering pada dewasa muda. Penelitian Addins (1996) di Amerika Serikat, appendicitis tertinggi pada usia 10-19 tahun dengan Age Specific Morbidity Rate (ASMR) 23,3 per 10.000 penduduk. Hal ini berhubungan dengan hiperplasi jaringan limfoid karena jaringan limfoid mencapai puncak pada usia pubertas.

(17)

salpingitis akut, kehamilan ektopik, kista ovarium, dan penyakit ginekologi lain.

Faktor ras berhubungan dengan pola makan terutama diet rendah serat dan pencarian pengobatan. Penelitian Addins (1996) di Amerika Serikat, IR kulit putih : kulit hitam yaitu 15,4 : 10,3 per 10.000 penduduk dengan rasio 1,5 : 1. Penelitian Richardson et al (2004) di Afrika Selatan, IR kulit putih : kulit hitam yaitu 2,9 : 1,7 per 1.000 penduduk dengan rasio 1,7 : 1.

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi abses, peritonitis bahkan shock. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32% dan yang tertinggi adalah pada anak kecil dan lansia. Perforasi terjadi secara umum 24 pertama setelah awal nyeri. Angka kematian yang timbul akibat terjadi perforasi adalah 10-15% dari kasus yang ada. Sedangkan angka kematian pasien apendisitis akut adalah 0,2% –0,8%. yang berhubungan dengan komplikasi penyakitnya dari pada akibat intervensi tindakan. (Sjamsuhidayat,R., & Jong, W. 2005).

(18)

Pasien-pasien dengan post apendiktomi menjalani proses perawatan di ruang perawatan bedah di rumah sakit. Lama hari rawat inap pasien bervariasi tergantung jenis appendicitis yang dideritanya. Jika apendiks tidak ruptur, pasien dapat pulang dalam 1-2 hari, jika terdapat perforasi, ia dapat tinggal selama 4-7 hari, terutama jika terjadi peritonitis. (Sjamsuhidajat,R., & Jong, W., 2005).

Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Wayang Wartawan (2011), Beberapa faktor yang berhubungan dengan keadaan klinis pasien, tindakan medis, pengelolahan pasien di ruangan maupun masalah administrasi rumah sakit bisa mempengaruhi terjadinya penundaan pulang pasien. Terutama pasien yang memerlukan tindakan medis atau pembedahan, faktor-faktor yang berpengaruh tersebut antara lain : komplikasi atau infeksi luka operasi, tenaga dokter yang menangani atau pelaksana operasi, hari pulang dari rumah sakit, umur penderita, pekerjaan, jenis penanggung biaya, alasan keluar dari rumah sakit, pemerikasaan penunjang medis, serta kelas perawatan yang dipilih.

Penelitian yang dilakukan oleh Suwardiman (2007) mengenai Faktor risiko kejadian infeksi luka operasi apendiktomi juga ikut mempengaruhi lama hari rawat, dimana infeksi luka operasi post apendiktomi meningkatkan lama hari rawat rata-rata 2 - 7 hari.

(19)

rawat, menambah beban biaya langsung perawatan, menaikkan jumlah kunjungan rawat jalan dan menambah beban biaya langsung rawat jalan.

Berdasarkan survei yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba jumlah pasien yang menjalani operasi appendectomysebanyak 51 orang periode Januari–Mei 2013.

Oleh karena itu, Berdasarkan gambaran tersebut, maka terdapat perbedaan lama hari rawat pasien post apendiktomi berkisar dari 2 hari sampai 8 hari perawatan, adanya perbedaan tersebut peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan lama rawat pasien post apendiktomi, seperti faktor usia, klasifikasi penyakit appendicitis, penyakit penyerta, komplikasi dan Infeksi Luka Operasi (ILO).

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah usia berhubungan dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi?

2. Apakah klasifikasi penyakit apendisitis berhubungan dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi?

3. Apakah penyakit penyerta berhubungan dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi?

4. Apakah komplikasi berhubungan dengan lama rawat pasien post apendiktomi?

(20)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien Post apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Dg. Radja Bulukumba

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya hubungan usia dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba

b. Diketahuinya hubungan klasifikasi penyakit appendicitis dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba.

c. Diketahuinya hubungan penyakit penyerta dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba.

d. Diketahuinya hubungan komplikasi dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi di ruang perawatan Rumah Sakit Umum Daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba.

(21)

D. Manfaat Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan : 1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan untuk pengetahuan maupun pengembangan penelitian yang lain yang berkaitan dengan bidang keilmuan yang dimaksudkan khususnya di keperawatan UIN Makassar.

2. Bagi instansi tempat penelitian

Diharapkan sebagai salah satu sumber informasi mengenai penyakit terkait sehingga memungkinkan sebagai penentu kebijakan pada instansi tempat penelitian sehingga dapat menyusun perencanaan evaluasi guna upaya pencegahan apendisitis.

3. Bagi penulis

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Tentang Penyakit Apendisitis A. Definisi

Appendicitis adalah peradangan/inflamasi pada apendiks.

Appendicitis adalahpenyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen, untuk bedah abdomen darurat.

(Mubarak, 2009)

B. Etiologi

Begitu banyak hasil penelitian para ahli yang menyatakan kesalahan dalam makanan dapat mengganggu beberapa kerja tubuh, hingga akhirnya baik langsung ataupun tidak langsung dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti : penyakit kronis pada jantung, paru-paru, darah tinggi (hypertenssion), diabetes, penyakit lambung dan usus (peptic ulcer disease), kegemukan (obesity), depresi, tumor, kanker dsb. Itu bias jadi disebabkan karena manusia terlalu banyak makan, terlalu banyak garam, terlalu banyak gula, terlalu banyak lemak dan kholesterol, terlalu banyak bahan makanan tambahan (food additive), alkohol, merokok dsb.

(23)

Padahal semua yang berlebihan itu tidak disukai Allah SWT, seperti dalam firman-Nya Q.S Al A’raaf/7: 31:

(memasuki) mesjid. makan minumlah dan jangan berlebih-lebihan (melampaui batas yang dibutuhkan tubuh dan batas-batas yang dihalalkan)". Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"

Ibn Abbas ra. Berkata : “makanlah sesukamu, dan pakaiah

sesukamu asalkan anda terhindar dari dua macam : boros dan sombong”.

Ikram menjelaskan lagi: “jangan berlebih-lebihan ialah pada

memakai pakaian da makanan dan minuman.”

Ibnu munabbah berkata : “boros ialah jika orng berpakaina atau

makan atau minum barang-barang yang diluar dari kesanggupannya.”

Berlebih-lebihan atau boros ialah melampaui batas yang

patut.makanlah sampai kenyang; kalau sudah mulai kenyang berhentilah,

jang diteruskan juga karena selera masih terbuka. Minumlah sampai

lepas haus; kalau haus sudah lepas jangan diteruskan junga minum nanti

badan menjadi lelah, sebagai tentara thalud yang dilarang minum

sebelum menyebrang palestina kecuali seteguk air. Yang meminum lebih

dari seteguk air maka lemahlah badannya, hingga tidak kuat berjuang

(24)

Hal tersebut berkaitan dengan penyebab terjadinya Appendisitis

yakni obstruksi , yakni penimbunan makanan yang sulit dicerna oleh

tubuh. seperti yang telah dijelaskan dalam uraian diatas sebenarnya islam

telah menganjurkan kita untuk makan dan minum yang seperlunya

(jangan berlebihan) sebab makan dan minum yang berlebihan inilah yang

akan memicu terjadinyaappendicitis.

Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya

lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing

usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab utama appendicitis. Erosi

membran mukosa appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba

histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis.

(Sjamsuhidajat, R., dan Jong, W., 2005).

Selain itu, Menurut penelitian epidemiologis menunjukkan

kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi

yang dapat menimbulkan appendicitis. Hal tersebut akan meningkatkan

tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan

meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon (Sjamsuhidajat De

Jong, 2005).

C. Patofisiologi Apendisitis

Tubuh manusia memiliki mekanisme yang sangat rumit oleh

karena itu tubuh harus dipelihara dengan baik. Salah satu segi

pemeliharaan tubuh itu dengan makanan. Dan tentu saja jika fungsi

tersebut ada yang salah, misalnya tubuh terserang penyakit maka

(25)

segi perawatan dan pemeliharaannya. Karena Allah tak akan

menghadirkan bencana disebabkan ulah manusia itu sendiri, seperti

dalam firmanNya Q.S An Nisaa /4 : 79 : saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Disini Tuhan menyebutkan engkau yakni tertuju kepada Rasul.

Tetapi perkataan enkau disini bukan hanya ditujukan kepada Rasul

melainkan kepada tiap diri-diri orang mukallaf. Rasul hanya jadia

perantara untuk menyampaikan. Yakni bahwasanya nikmat dan Rahmat

Allah cukuplah diberikan kepada manusia dialam ini. tidak ada yang

kurang. Sehingga pada asalnya semuanya adalah baik. Tidak ada Tuhan

Allah memberikan yang buruk. Manusia diberikan akan dan

disuruhuntuk berusaha. Maka jika manusia gagal atau didalam menuju

yang baik tiba-tiba buruk yang menimpa maka itu adalah dari diri

manusia sendiri. Baik karena kesia-siaan atau karena manusia belum tahu

dan belum berpengalaman yang terlebih wajib harus dijaga oleh manusia

supaya dia mensyukuri nikmat Tuhan. (Prof. Dr. HAMKA)

Ayat diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah SWT telah

(26)

kebaikan dan melarang kepada keburukan. Maka apabila manusia

mengikuti manhaj, menempuh jalan ini, berusaha melakukan kebaikan

dan menjauhi keburukan, niscaya Allah akan menolongnya. Oleh karena

itu, setiap penyakit dapat menyerang manusia akibat ulah manusia itu

sendiri, seperti halnya dengan apendisitis yang merupakan peradangan

(27)

neutrofil, dinding menebal karena edema dan pembuluh darah kongesti. (Sjamsuhidajat, R., dan Jong, W., 2005).

Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi (Sjamsuhidajat, R., dan Jong, W., 2005)

D. Klasifikasi Apendisitis

Adapun klasifikasi apendisitis berdasarkan klinik patologis adalah

sebagai berikut:

1. Apendisitis Akut

a) Apendisitis Akut Sederhana(Cataral Appendicitis)

Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa

disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen

appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang

mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema,

dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah

umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan.

Pada apendisitis kataral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat

normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa.

(28)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema

menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks

dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia

dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar

berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa

sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin.

Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan

di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan

rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik

Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.

Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai

dengan tanda-tanda peritonitis umum.

c) Apendisitis Akut Gangrenosa

Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah

arteri mulai terganggu sehingga terjadi infrak dan ganggren. Selain

didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks mengalami gangren

pada bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau

keabuan atau merah kehitaman. Pada apendisitis akut gangrenosa

terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang

purulen.

2. Apendisitis Infiltrat

Apendisitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang

(29)

dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang

melekat erat satu dengan yang lainnya.

3. Apendisitis Abses

Apendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi

nanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum,

retrocaecal, subcaecal,danpelvic

4. Apendisitis Perforasi

Apendisitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah

ganggren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut

sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak

daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.

5. Apendisitis Kronis

Apendisitis kronik adalah nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu atau terjadi secara menahun . Apendisitis kronik sangat jarang terjadi. Prevalensi hanya 1-5 %. Diagnosis apendisitis kronik sulit ditegakkan. Terdapat riwayat nyeri perut kanan bawah yang biasa terjadi secara berulang (Pieter, 2005).

Apendisitis kronis merupakan lanjutan apendisitis akut

supuratif sebagai proses radang yang persisten akibat infeksi

mikroorganisme dengan virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial

terhadap lumen. Diagnosa apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika

ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari

dua minggu, radang kronik appendiks secara makroskopik dan

(30)

mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi

sel radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia,

dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.(Masjoer, arif, dkk. 2000)

E. Manifestasi Klinis

Keluhan appendicitis biasanya bermula dari nyeri didaerah umbilicus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tingi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terdapat diare, mual, dan muntah.

Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap. Namun, dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif, dan dengan pemeriksaan saksama akan ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme biasanya juga muncul. Bila tanda rovsing, psoas, dan obturator positif akan semakin meyakinkan diagnosis klinis apendisitis. (Masjoer, arif, dkk. 2000)

(31)

sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. (Sjamsuhidajat, R., dan Jong, W., 2005)

F. Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer, Arif., dkk. (2000), penatalaksanaan apendisitis terdiri dari:

1. Sebelum operasi

a. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi b. Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin c. Rehidrasi

d. Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan secaraintravena

e. Obat – obatan penurun panas, phenergan sebagai anti mengigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai

f. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi 2. Operasi Apendiktomi

(32)

3. Pasca Operasi

a. Observasi Tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan.

b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah

c. Baringkan pasien dalam posisi semi fowler

d. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selam pasien dipuasakan

e. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforata, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.

f. Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4 –5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak

g. Satu hari pascar operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit

h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar i. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan

pulang

(33)

Pengisapan nasogastrik harus digunakan jika ada muntah yang berat atau perut kembung. Antibiotik harus mencakup organisme yang sering ditemukan (Bacteroides, Escherichia coli, Klebsiella, dan pseudomonas spesies). Regimen yang sering digunakan secara intravena adalah ampisilin (100 mg/kg/24 jam), gentamisin (5 mg/kg/24 jam), dan klindamisin (40 mg/kg/24 jam), atau metrobnidazole (Flagyl) (30 mg/kg/24 jam). Apendiktomi dilakukan dengan atau tanpa drainase cairan peritoneum, dan antibiotik diteruskan sampai 7-10 hari. (Pieter, 2005).

II. TINJAUAN TENTANG POST APENDIKTOMI A. Pengertian Operasi/Pembedahan

(34)

B. Fase Operasi/Pembedahan

Seperti yang telah disebutkan di atas, menurut Long (1989) terdapat tiga fase pembedahan yaitu :

a. Fase Praoperatif

Fase praoperatif dimulai saat keputusan untuk tindakan pembedahan dibuat dan berakhir dengan mengirim pasien ke kamar operasi. Lingkup kegiatan keperawatan dari pengkajian dasar pasien melalui wawancara praoperatif di klinik, ruang dokter, atau melalui telepon, dan dilanjutkan dengan pengkajian di tempat atau ruang operasi. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien yang akan menjalani operasi merupakan salah satu peran perawat pada fase praoperatif

b. Fase Intraoperatif

Fase intraoperatif dimulai saat pasien dikirim ke ruang operasi

dan berakhir saat pasien dipndahkan ke suatu ruang untuk pemulihan

dari anestesi. Pada fase ini, lingkup tindakan keperawatan dari

mengkomunikasikan asuhan perencanaan pasien, mengidentifikasi

kegiatan keperawatan yang dianjurkan untuk hasil yang diharapkan,

dan menetapkan prioritas tindakan keperawatan. Tindakan

keperawatan disusun dalam pemikiran yang logis.

c. Fase Pascaoperatif

Fase pascaoperatif dimulai dengan mengirim pasien ke ruang

(35)

rumah. Lingkup keperawatn pada fase ini mencakup rentang aktivitas

yang luas. Pada fase pascaoperatif langsung, fokus termasuk mengkaji

efek dari agens anestesia, dan memantau fungsi vital serta mencegah

komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada

peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan.

C. Operasi Apendisitis/Appendiktomi

Pengobatan dalam setiap penyakit sangat dianjurkan dalam islam seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda,

ُﷲ َل َﺰ ْﻧ َأ ﺎ َﻣ

ًءﺎَﻔَﺷ ُﮫَﻟ َل َﺰْﻧَأ ﱠﻻِإ ًءاَد

Terjemahnya :

“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya”

Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda,

ا ُء ا َو ﱠﺪ ﻟ ا َب ﺎ َﺻ َأ ا َذ ِﺈ َﻓ ، ٌء ا َو َد ٍء ا َد ﱢﻞ ُﻜ ِﻟ

ﱠﻞ َﺟ َو ﱠﺰ َﻋ ِﷲ ِن ْذ ِﺈ ِﺑ َأ َﺮ َﺑ ، َء ا ﱠﺪ ﻟ

Terjemahnya :

“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.”(HR. Muslim)

(36)

Berdasarkan beberapa tinjauan hadits diatas, maka sebenarnya telah jelas dikatakan bahwa setiap penyakit ada obatnya. Berhubungan dengan hal tersebut, maka salah satu pengobatan yang dilakukan untuk penderita apendisitis adalah dengan melakukan apendiktomi. Dimana Appendectomy merupakan pengobatan yang paling baik bagi penderita appendicitis. Teknik tindakan appendectomy ada 2 macam, yaitu open appendectomy dan laparoscopy appendectomy. Open appendectomy yaitu dengan cara mengiris kulit daerah McBurney sampai menembus peritoneum, sedangkan laparoscopy appendectomy adalah tindakan yang dilakukan dengan menggunakan alatlaparoscop yang dimasukkan lewat lobang kecil di dinding perut. Keuntungan laparoscopy appendectomy adalah luka dinding perut lebih kecil, lama hari rawat lebih cepat, proses pemulihan lebih cepat, dan dampak infeksi luka operasi lebih kecil.

Apabila apendectomi tidak mengalami komplikasi, pasien dapat dipulangkan hari itu juga bila suhu dalam batas normal dan area operasi terasa nyaman. namun apabila terdapat komplikasi yang memperberat kondisi pasien maka klien harus dipertahankan dirumah sakit dan dipantau dengan ketat.

(37)

III. TINJAUAN LAMA HARI RAWAT

Lama rawat inap menunjukkan beberapa hari lamanya seseorang pasien dirawat inap pada satu episode perawatan. Cara menghitung Lama dirawat adalah dengan menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar dari RS, hidup maupun mati) dengan tanggal masuk RS. Dalam hal ini, untuk pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama lama dirawatnya dihitung sebagai satu hari ( Nurlina 2010).

Pelayanan rawat inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan

yang terdapat di rumah sakit yang merupakan gabungan dari beberapa fungsi

pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu

perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Menurut Revans

(2004) bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat inap mengalami

tingkat proses transformasi, yaitu :

1. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan kenyakinan

dirawat tinggal dirumah sakit.

2. TahapDiagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.

3. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam

program perawatan dan terapi

4. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan

dibandingkan pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.

5. TahapControl, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.

6. Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses

(38)

Tidak ada teori pasti yang meyatakan tentang lama rawat inap pasien Apendicitis dirawat. Rata-rata lama rawat inap pasien appendisitis akut tanpa perforasi adalah 2 hari, sedangkan pasien appendisitis akut dengan perforasi adalah 4-5 hari. Kebanyakan pasien setelah operasi apendiktomi sembuh spontan tanpa penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari.

IV. TINJAUAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN LAMA HARI RAWAT PASIEN POST APENDIKTOMI.

Rata-rata lama rawat inap pasien appendisitis akut tanpa perforasi adalah 2 hari, sedangkan pasien appendisitis akut dengan perforasi adalah 4-5 hari. Variasi lama rawat inap pasien ini dipengaruhi oleh beberapa factor yakni :

1. Usia.

Usia dalam kamus bahasa Indonesia adalah waktu hidup atau sejak dilahirkan. Sedangkan Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):

a) Masa balita = 0 - 5 tahun,

(39)

c) Masa remaja Awal = 12 - 1 6 tahun. d) Masa remaja Akhir = 17 - 25 tahun. e) Masa dewasa Awal = 26 - 35 tahun. f) Masa dewasa Akhir = 36 - 45 tahun. g) Masa Lansia Awal = 46 - 55 tahun. h) Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun.

i) Masa Manula = 65 - sampai atas

Usia mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan,

besarnya resiko, serta sifat resistensi tertentu. Di samping itu, usia juga

mempunyai hubungan yang erat dengan beragam sifat yang dimiliki oleh

seseorang. Perbedaan penyakit menurut umur mempunyai pengaruh yang

akan berhubungan dengan:

1) Perbedaan tingkat keterpaparan dan kerentanan menurut umur.

2) Perbedaan dalam proses pathogenesis.

3) Perbedaan dalam hal pengalaman terhadap penyakit tertentu

Makin besar umur penderita maka akan memerlukan lama hari

rawat lebih lama. Pada beberapa penelitian, faktor umur mempengaruhi

panjang lama hari rawat pasien bedah. Pasien yang sudah lanjut usia

(diatas 45 tahun) cenderung lebih panjang lama hari rawatnya

dibandingkan dengan pasien usia muda. Afif dan Ahmad (2008)

menemukan bahwa pasien usia 65 tahun keatas berpotensi memiliki lama

(40)

2. Penyakit penyerta

Kebanyakan pasien setelah operasi appendektomi sembuh spontan tanpa penyulit, namun komplikasi dapat terjadi apabila pengobatan tertunda atau telah terjadi peritonitis/peradangan di dalam rongga perut. Cepat dan lambatnya penyembuhan setelah operasi usus buntu tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan umum pasien, penyakit penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan lainya yang biasanya sembuh antara 10 sampai 28 hari.

3. Jenis penyakit

Kasus yang akut dan kronis akan memerlukan lama hari rawat

yang berbeda, dimana kasus yang kronis akan memerlukan lama hari

rawat lebih lama dari pada kasus-kasus yang bersifat akut. Demikian juga

penyakit yang tunggal pada satu penderita akan mempunyai lama hari

rawat lebih pendek dari pada penyakit ganda pada satu penderita

(Barbara J., 2008 ; Krzysztof, 2011)

4. Komplikasi

(41)

dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15% terjadi pada anak-anak dan orang tua. Anak-anak memiliki dinding appendiks yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan pembuluh darah. (Sjamsuhidajat, R. dan Jong, W., 2005). Adapun jenis komplikasi diantaranya:

a) Abses

Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila appendicitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.

b) Perforasi

(42)

c) Peritonitis

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.

5. Infeksi luka operasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi luka operasi

dan komplikasi pada umumnya, yaitu (Razi, Fakhrul, 2011):

1. Waktu / lama operasi

Makin lama waktu yang dibutuhkan untuk operasi maka akan

mempengaruhi terhadap penyembuhan luka operasi dan juga akan

meningkatkan terjadinya infeksi luka operasi, sehingga lama hari

rawat akan lebih panjang.

2. Tehnik operasi

Operasi yang menyebabkan kerusakan jaringan lebih luas

akan mempunyai resiko terjadinya infeksi luka operasi yang lebih

besar 2. Jenis Operasi Pada jenis operasi elektif pasien dipersiapkan

secara optimal, sedangkan pada operasi yang berjenis cito

(43)

oleh karena dengan ditundanya tindakan operasi akan

membahayakan jiwa pasien. Sehingga dengan persiapan yang

kurang optimal terutama pada operasi yang bersifat cito, resiko

untuk terjadinya infeksi luka operasi menjadi lebih besar (Erbaydar,

2004).

Semua luka kronis adalah luka yang terkontaminasi tapi tidak

selalu ada infeksi. Infeksi adalah pertumbuhan organisme pada luka yang

berlebihan dan ditandai dengan terjadinya reaksi jaringan lokal maupun

sistemik. Sebelum terjadi infeksi ada proses perkembangbiakan kuman

mulai dari kontaminasi, kolonisasi, kritikal kolonisasi lalu infeksi. Luka

dikatakan infeksi jika ada tanda inflamasi/infeksi, eksudat purulen/nanah,

bertambah banyak dan sangat berbau, luka meluas/breakdown serta

melalui pemeriksaan penunjang diagnostik seperti : leukosit dan

makrofag meningkat, kultur eksudat : bakteri > 106/gr jaringan. (Puspita,

(44)

BAB III

KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dibahas, pada bab ini akan diuraikan kerangka konsep penelitian, kerangka kerja, definisi operasional dari variabel -variabel yang diteliti serta hipotesis penelitian. Uraian ini sepenuhnya mengacu pada tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien post appendectomi. Sebagaimana yang telah diuraikan di latar belakang masalah, terdapat variasi lama hari rawat inap pasien post appendectomy yakni 1-3 hari hingga 4-7 hari berdasarkan faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Faktor internal ( faktor yang ada dalam rumah sakit) :

2. Faktor eksternal (faktor yang ada diluar rumah sakit/ faktor yang berhubungan dengan karakteristik pasien )

Faktor internal dan eksternal merupakan variabel independen (variabel bebas) sedangkan untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah lama rawat inap. Adapun faktor internal yang dimaksudkan adalah jenis penyakit, penyakit penyerta, komplikasi dan infeksi yang ditimbulkan. Sementara untuk faktor eksternal yang berkaitan dengan lama rawat inap pasien adalah usia. Untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut (internal dan eksternal) dan hubungannya dengan lama rawat inap pasien post appendectomy dapat digambarkan pada skema dibawah ini:

(45)

A. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor internal

Faktor eksternal :

Ket :

: Variabel yang diteliti/ Variabel independen.

: Variabel Dependen.

Lama Hari Rawat pasien post Appendectomy Jenis penyakit

appendicitis.

Penyakit penyerta.

Komplikasi.

Infeksi Luka Operasi (ILO)

(46)

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (Independen variabel)

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). (Nursalam : 2003). Dalam penelitian ini, Faktor internal dan eksternal merupakan variabel independen (variabel bebas). Adapun faktor internal yang dimaksudkan adalah klasifikasi penyakit Apendisitis, penyakit penyerta, komplikasi serta infeksi luka operasi yang ditimbulkan. Sementara untuk faktor eksternal yang berkaitan dengan lama rawat pasien apendisitis adalah usia.

2. Variabel terikat (Dependen variabel)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. (Nursalam: 2003). Adapun variabel dependennya adalah lama hari rawat pasien post apendiktomi. C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

1) Usia

Usia adalah waktu hidup atau sejak dilahirkan. Dalam hal ini, umur pasien saat menjalani perawatan dalam tahun. Dimana usia dapat

menjadi faktor yang akan mempengaruhi lama hari rawat.

Kriteria objektif :

(47)

d) Masa dewasa Awal = 26 - 35 tahun. e) Masa dewasa Akhir = 36 - 45 tahun. f) Masa Lansia Awal = 46 - 55 tahun. g) Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun. h) Masa Manula = 65 - sampai atas 2) Penyakit Penyerta

Penyakit penyerta adalah penyakit sekunder yang menyertai penyakit apendisitis baik yang timbul sebelum operasi maupun setelah operasi yang dapat memperpanjang lama hari rawat pasien.

Kriteria objektif :

a. Ada penyakit penyerta, (diabetes mellitus, Hipertensi, jantung, dan penyakit pencernaan lain, dan lainnya).

b. Tidak ada penyakit penyerta (diabetes mellitus, Hipertensi, jantung, dan penyakit pencernaan lain, dan lainnya).

3) Klasifikasi penyakit

Klafikasi penyakit adalah jenis penyakit apendisitis yang dialami oleh pasien sebelum dilakukan operasi, berdasarkan keluhan dan lamanya dialami yang dapat mempengaruhi lama hari rawat.

Kriteria objektif :

a. Appendicitisakut. : nyeri yang dirasakan < 2 minggu

(48)

4) Komplikasi

Komplikasi adalah dampak yang dapat timbul pada penyakit

apendisitis sebelum dilakukan operasi atau terjadi karena keterlambatan

operasi yang dapat mempengaruhi lama hari rawat.

Kriteria objektif :

a. Terdapat komplikasi.

b. Tidak terdapat komplikasi.

5) Infeksi Luka Operasi (ILO)

Infeksi yang terjadi pada luka operasi apendisitis, yang ditandai

dengan adanya tanda-tanda infeksi baik tanda local maupun sistemik,

sehingga dapat memperpanjang hari rawat pasien.

Kriteria Objektif :

a. Terdapat infeksi luka operasi

b. Tidak terdapat infeksi luka operasi.

6) Lama Hari Rawat

Lama hari rawat menunjukkan lamanya pasien menjalani perawatanpost appendectomydi ruang perawatan rumah sakit.

Kriteria Objektif :

(49)

D. Hipotesis Penelitian 1. Usia.

H0 : terdapat hubungan faktor usia dengan lama rawat pasien post apendiktomi.

H1 : tidak terdapat hubungan faktor usia dengan lama rawat pasien post apendiktomi.

2. Penyakit Penyerta.

H0 : terdapat hubungan faktor Penyakit penyerta dengan lama rawat pasien post apendiktomi.

H1 : tidak terdapat hubungan faktor Penyakit Penyerta dengan lama rawat pasien post apendiktomi.

3. Jenis Penyakit.

H0 : terdapat hubungan faktor Jenis Penyakit dengan lama rawat pasien post apendiktomi.

H1 : tidak terdapat hubungan faktor Jenis Penyakit dengan lama rawat pasien post apendiktomi..

4. Komplikasi

H0 : terdapat hubungan faktor komplikasi dengan lama rawat pasien post apendiktomi.

(50)

5. Infeksi luka operasi

H0 : terdapat hubungan faktor luka infeksi dengan lama rawat pasien post apendiktomi.

(51)

E. Kerangka Kerja

Populasi

Semua pasien penderitapost Appendectomyyang dirawat inap di bagian keperawatan bedah Rumah Sakit Umum umum daerah

HA sulthan Dg. Radja Bulukumba (yakni, perawatan II, perawatan II dan VVIP)

Accidental sampling

Variabel Independen (faktor : Usia, Klasifikasi Penyakit

apendisitis, Penyakit Penyerta, komplikasi, infeksi Luka Operasi

Variabel dependen ( Lama Hari rawat pasien

postappendectomy) Sampel.

Pasien yang menjalani perawatan post Appendectomydirawat ruang rawat inap perawatan bedah Rumah Sakit Umum umum daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba 26

juni–13 juli 2013

Pengumpulan data

( pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar pertanyaan checklist yang diisi oleh peneliti saat

(52)

Analisa data

Analisa data dilakukan untuk mengetahui faktor independen (usia, jenis penyakit apendisitis, penyakit penyerta, komplikasi, infeksi luka operasi) yang berhubungan dengan faktor dependen (lama hari

rawat) dengan menggunakan analisischi-squarepada spss 16,0

Penyajian data

(53)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriktif analitik dengan menggunakan rancangan “Cross Sectional Study” untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan lama perawatan pasien post apendiktomi di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja BUlukumba. Dimana subjek penelitian dan pengukuran status karakter atau variabel subjek di ukur menurut keaadaan atau statusya secara stimulant pada suatu saat dalam suatu sampel populasi yang representative atau memberi kesempatan pada peneliti untuk melakukan analisa descriktif dari variabel yang diteliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian adalah di Rumah sakit umum daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba.

2. Waktu pengambilan data primer adalah 26 Juni- 13 Juli 2013. C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti ( Nursalam, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pasien yang menjalani operasi appendectomy sebanyak 51 orang periode Januari – Mei 2013. semua pasien post operasi apendicitis yang dirawat dibagian

(54)

perawatan bedah Rumah sakit umum daerah H.A sulthan Dg. Radja Bulukumba sebagai tempat dilakukannya penelitian.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu biasanya memenuhi atau mewakili populasi. ( Nursalam, 2003).

Sampel pada penelitian ini adalah pasien Post apendiktomi yang dirawat di ruang perawatan bedah Rumah Sakit umum daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba ( ruang VIP, perawatan II dan perawatan III)

D. Tehnik Pengambilan Sampel

Tehnik pengambilan sampel dengan menggunakan tehnik non probability sampling, yaitu dengan tehnik accidental sampling dimana kriteria sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi penelitian, dengan kriteria sebagai berikut:

a. Klien yang menjalani perawatan post Apendiktomi .

b. Klien yang dirawat di ruang perawatan bedah di rumah sakit. c. Klien yang bersedia diteliti.

E. Instrumen Penelitian

(55)

primer. Data primer dalam penelitian ini adalah langsung meneliti kepada pasien post operasi apendisitis yang ada diruang rawat inap dengan menggunakan lembar Observasi.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu pendekatan kepada subjek atau responden dan proses pengumpulan subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2003)

Prosedur pengumpulan data :

1. Mengurus kelengkapan surat pengantar dari institusi UIN Alauddin Makassar ke bagian yang di tujukan ke Rumah Sakit umum daerah HA sulthan Dg. Radja Bulukumba untuk melaksanakan penelitian.

2. Setelah mendapat persetujuan dari Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba, peneliti mulai melakukan surney ke ruang perawatan VIP, perawatan II, dan perawatan III di Rumah Sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba.

3. Menentukan pasien yang memenuhi Kriteria inklusi.

4. Memberikan Penjelasan inform consent, tentang penelitian yang sedang dilakukan yakni untuk diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien postAppendectomydi Rumah sakit Umum Daerah HA Sulthan Daeng Radja Bulukumba dan tujuan penelitian tersebut.

(56)

6. Setelah mendapat persetujuan responden, peneliti kemudian menanyakan beberapa pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dan diisi sendiri oleh peneliti.

7. Data responden yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis oleh peneliti kedalamspss 16.

G. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan data.

a. Editing

Setelah lembar observasi diisi oleh responden, kemudian di kumpukan dalam bentuk data, data tersebut di lakukan pengecekan dan memeriksa kelengkapan data, kesinambungan dan memeriksa keseragaman data.

b. Kodings.

Untuk memudahkan data, semua data atau jawaban disederhanakan dengan memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban.

c. Tabulasi.

Data di kelompokkan ke dalam tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki, kemudian data dianalisis secara statistik.

d. Pembersihan data.

(57)

2. Analisis Data.

Analisis dilakukan dalam bentuk :

a. Analisis Univariat, dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel dependen (lama hari rawat pasien post Appendectomy) maupun variabel independen (usia, jenis penyakit apendisitis, penyakit penyerta, komplikasi, infeksi luka operasi).

b. Analisis Bivariat, dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen (usia, jenis penyakit apendisitis, penyakit penyerta, komplikasi, dan infeksi luka operasi) dan variabel dependen (lama hari rawat pasien post Appendectomy) dengan menampilkan tabel-tabel silang untuk mengetahui korelasi faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien post appendectomy dengan uji chi square dengan tingkat kemaknaan α= 0.05. untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel independen (usia, jenis penyakit apendisitis, penyakit penyerta, komplikasi, infeksi luka operasi) dengan variabel dependen (lama hari rawat pasien post Appendectomy). Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai P), yaitu :

(58)

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan instansi-instansi terkait lainnya. Setelah mendapat persetujuan maka peneliti melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika menurut KNEPK (Komisi Nasioanal Etik Penelitian Kesehatan) (Yurisa, 2008) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebabasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).

Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat mansuia adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari :

a) Penjelasan manfaat penelitian

b) Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidakanyamanan yang dapat ditimbulkan

c) Penjelasan manfaat yang akan didapatkan

d) Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian

(59)

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality)

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu termasuk infrmasi yang bersifat pribadi. Sedangkan tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inkliusivitas (respect for justice and inclusiviness)

(60)

kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakukan yang sama baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)

(61)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba, di ruang VIP, Perawatan II (Melati), dan perawatan III (Seruni).

Pengambilan data primer ini dilakukan pada tanggal 26 juni– 13 juli 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang diperoleh dengan menggunakan metode Accidental Sampling. Setelah dilakukan pengolahan data melaluiSPSS 16.0,diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden a. Karakteristik jenis kelamin

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.

No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase

(%)

1. Laki- laki 7 46,7%

2. Perempuan. 8 53,3%

Jumlah 15 100%

Sumber : data primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden terdapat responden dengan jenis kelamin laki-laki hanya sebanyak 7 orang (46,7%) sedangkan responden perempuan sebanyak 8 orang (53,3%).

(62)

b. Karakteristik usia

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi usia pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba

No. Usia Frekuensi Persentase

(%)

1. 5–11 tahun 3 20%

2. 12–16 tahun 2 13,33%

Jumlah 5 33,33%

Sumber : data primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden terdapat responden dengan usia 5 – 11 tahun sebanyak 3 orang (20%) sedangkan responden usia 12–16 tahun sebanyak 2 orang (13,33%).

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi usia pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H.Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba

No. Usia Frekuensi Persentase

(%)

1. 17–25 tahun 2 13,3%

2. 26–35 tahun 1 6,7%

Jumlah 3 19,3%

(63)

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi usia pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba

No. Usia Frekuensi Persentase

(%)

1. 36–45 tahun 2 13,3%

2. 46–55 tahun 3 20%

Jumlah 5 33,33%

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden terdapat responden dengan usia 36 – 45 tahun sebanyak 2 orang (13,3%) sedangkan responden usia 46–55 tahun sebanyak 3 orang (20%).

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi usia pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba

No. Usia Frekuensi Persentase

(%)

1. 56–55 tahun 2 13,33%

2. 65– sampai atas 0 0%

Jumlah 2 13,33%

(64)

c. Katakteristik lama hari rawat

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi lama hari rawat pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.

No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase

(%)

1. Sesuai = < 4 hari 2 13,3%

2. Tidak sesuai =≥ 4 hari 13 86,7%

Jumlah 15 100%

Sumber : data primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden terdapat responden dengan lama hari rawat sesuai = < 4 hari hari hanya sebanyak 2 orang (13,3%) sedangkan lama hari rawat tidak sesuai = ≥ 4 hari sebanyak 13 orang (86,7%).

2. Analisis Univariat

(65)

a. Berdasarkan faktor usia

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi usia pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.

No. Usia Jumlah

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden terdapat responden dengan usia 5 – 11 tahun sebanyak 3 orang (20%) sedangkan responden usia 12–16 tahun sebanyak 2 orang (13,33%).

Tabel 5.8

Distribusi frekuensi usia pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H.Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba

No. Usia Jumlah

(66)

Tabel 5.9

Distribusi frekuensi usia pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba

No. Usia Jumlah

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden terdapat responden dengan usia 36 – 45 tahun sebanyak 2 orang (13,3%) sedangkan responden usia 46–55 tahun sebanyak 3 orang (20%).

Tabel 5.10

Distribusi frekuensi usia pasien PostAppendectomydi Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba

No. Usia Jumlah

(67)

b. Berdasarkan faktor jenis penyakit apendisitis Tabel 5.11

Distribusi responden berdasarkan faktor jenis penyakit apendisitis di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.

No. Jenis penyakit Apendisitis Jumlah

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden terdapat responden dengan apendisitis akut sebanyak 12 orang (80%) sedangkan responden apendisitis kronik sebanyak 3 orang (20%).

c. Berdasarkan faktor penyakit penyerta Tabel 5.12

Distribusi responden berdasarkan faktor penyakit penyerta di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.

No. Penyakit Penyerta Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Terdapat penyakit penyerta 7 46,3%

2. Tidak terdapat penyakit penyerta 8 53,7%

Jumlah 15 100%

Sumber : data primer

(68)

d. Berdasarkan faktor komplikasi

Tabel 5.13

Distribusi Responden berdasarkan Faktor komplikasi di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja Bulukumba.

No. Komplikasi Jumlah

(n)

Persentase (%)

1. Terdapat Komplikasi 4 26,7%

2. Tidsk terdapat komplikasi 11 73,3%

Jumlah 15 100%

Sumber : data primer

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 15 responden terdapat responden yang mengalami komplikasi sebanyak 4 orang (26,7%) sedangkan responden yang tidak mengalami komplikasi sebanyak 11 orang (73,3%).

e. Berdasarkan faktor Infeksi Luka Operasi ( ILO ) Tabel 5.14

Distribusi responden berdasarkan faktor Infeksi Luka Operasi (ILO) di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja

Bulukumba

No. Infeksi Luka Operasi (ILO) Jumlah (n)

Persentase (%)

1. Terdapat infeksi 0 0%

2. Tidak terdapat infeksi 15 100%

Jumlah 15 100%

Sumber : data primer

(69)

1. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen secara sendiri-sendiri (yakni usia, jenis penyakit apendisitis, penyakit penyerta, komplikasi dan infeksi luka operasi) dengan variable dependen (yakni lama hari rawat) dengan menggunakan uji statistik chi-squarejenis table 2x2 dengan batas kemaknaan α = 0, 05.

a. Hubungan faktor usia dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi. Tabel 5.15

Hubungan faktor usia dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja

Bulukumba.

(70)

Tabel 5.16

Hubungan faktor usia dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja

Bulukumba.

Berdasarkan tabel 5.16 diperoleh data bahwa terdapat 1 responden dengan usia 17 – 25 tahun, dimana tierdapat 1 responden memiliki lama hari rawat sesuai < 4 hari (6,7%) dan tidak terdapat satupun responden yang menjalani hari rawat tidak sesuai ≥4 hari sedangkan usia 26 – 35 tahun terdapat 2 responden (13,4%) dimana tidak terdapat responden yang memiliki lama hari rawat kategori sesuai = < 4 hari dan 1 responden memiliki lama hari rawat kategori tidak sesuai =≥ 4hari (6,7%)

Tabel 5.17

Hubungan faktor usia dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja

(71)

Berdasarkan tabel 5.17 diperoleh data bahwa terdapat 1 responden dengan usia 36 – 45 tahun, dimana tierdapat 1 responden memiliki lama hari rawat sesuai < 4 hari (6,7%) dan tidak terdapat satupun responden yang menjalani hari rawat tidak sesuai ≥4 hari sedangkan usia 46 – 55 tahun terdapat 4 responden (26,7%) dimana tidak terdapat responden yang memiliki lama hari rawat kategori sesuai = < 4 hari dan 3 responden memiliki lama hari rawat kategori tidak sesuai = ≥ 4hari (20%).

Tabel 5.18

Hubungan faktor usia dengan lama hari rawat pasien post apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah H. Andi Sulthan Dg. Radja

Bulukumba.

Gambar

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien
Tabel 5.8Distribusi Frekuensi usia Pasien Post Appendectomy
Tabel 5.14Distribusi Frekuensi infeksi luka operasi Pasien Post
Tabel 5.19Hubungan faktor jenis penyakit apendisitis dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait