• Tidak ada hasil yang ditemukan

OUTLOOK ENERGI NUKLIR INDONESIA Indonesia Nuclear Energy Outlook

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "OUTLOOK ENERGI NUKLIR INDONESIA Indonesia Nuclear Energy Outlook"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

OUTLOOK ENERGI NUKLIR INDONESIA

Indonesia Nuclear Energy Outlook

Editor:

Dr. Hudi Hastowo

Dr. Taswanda Taryo, M Sc.

Ir. Yarianto SBS, M .Si

Dr. Suparman

Diterbitkan oleh/ Published by

(3)

TIM PENYUSUN / AUTHORS

Pengarah/

Prof. Dr. Djarot Sulist io Wisnubroto Penanggung Jawab/

Dr. Taswanda Taryo, M Sc. Ket ua/

Ir. Yarianto SBS, M .Si

Wakil Ket ua/ : Dr. Suparman Sekretaris/ : Yohanes Dw i Anggoro, S.T.

Anggota/

Steering Commite Chairman of BATAN

Person in Charge Deput y Chairman

Team Leader

Head of Nuclear Energy System Assessment Cent re

Co-leader Secretary

M embers:

1. Dr. Ir. Sudi Ariyanto, M .Eng (BATAN) 2. Ir. Sriyana, M T (BATAN)

3. Dr. Jupiter S Pane, M .Sc (BATAN) 4. Ir. Sungkono, M T (BATAN) 5. Ir Husen Zamroni (BATAN)

6. Wiku Lulus Widodo, M .Eng (BATAN) 7. Ir. Edwaren Liun (BATAN)

8. M ochamad Nasrullah, M .Si (BATAN) 9. Ir. M och. Djoko Birmano, M .Sc. (BATAN) 10. Cit ra Candranurani, M T (BATAN) 11. Nurlaila, ST, M .Si (BATAN) 12. Nuryant i, S.Si, M .T (BATAN)

13. Arief Tris Yuliyanto, ST., M T. (BATAN) 14. Yuliast ut i, M .Si. (BATAN)

15. Rizki Firmansyah Set ya Budi, ST (BATAN)

16. Suroso Isnandar (PLN) 17. Ir. Adiwardjojo (M PEL)

18. Budi S Sudarsono, M .Sc (M PEL) 19. Dr. Ir. Arnold Soet risnanto (DRN) 20. Ir. Agus Sugiyono, M .Eng (BPPT) 21. Dr. Safaruddin (KEM ENRISTEK)

22. Qat ro Romandhi, ST, M .Sc (EBTKE-KESDM ) 23. Ir. Yenny Dw i Suharyani (DEN-KESDM ) 24. Dr. Deendarlianto (PSE-UGM )

25. Prof. Dr. Eng. M . Ismail Yusuf (Pusat EBT-UNTAN) 26. Drs. Taufik, M T (Distamben-Babel)

(4)
(5)

DAFTAR ISI / SAM BUTAN /

RINGKASAN EKSEKUTIF / KATA PENGANTAR /

1.3.2. Pembagian Wilayah / 1.3.3. Skenario /

BAB 2 /

KONDISI DAN PERM ASALAHAN ENERGI / 2.1. Kondisi Keenergian Saat Ini /

2.1.1. Bauran Energi /

2.1.2. Sektor Ketenagalistrikan / 2.1.3. Konsumsi Energi per Kapita / 2.2. Permasalahan Keenergian /

2.2.1. Cadangan Energi Fosil Terbatas / 2.2.2. Subsidi Energi Yang Terus M eningkat /

2.2.3. M inimnya Pembangunan Infrastruktur Energi / 2.2.4. Emisi Karbon /

BAB 3 /

PROYEKSI ENERGI NUKLIR SAM PAI TAHUN 2050 / 3.1. Proyeksi Kebutuhan Energi /

3.2. Penyediaan Energi Nasional /

3.2.1. Asumsi Dasar Penyediaan Energi /

3.2.2. Proyeksi Penyediaan Energi Nasional dan Bauran Energi /

3.2.3. Proyeksi Kapasitas Energi Nuklir / .

Projection of National Energy Supply and Energy M ix Projection of Nuclear Energy Capacity

(6)

BAB 4 /

FAKTOR PENDORONG PEM ANFAATAN ENERGI NUKLIR / 4.1. Kebutuhan Energi Yang Terus M eningkat /

4.2. Keberhasilan Negara Pembangun PLTN / 4.3. Teknologi PLTN yang Semakin M aju / 4.4. Ekonomi /

4.5. Permintaan Pemerintah Daerah /

BAB 5 /

ASPEK KESELAM ATAN, BAHAN BAKAR DAN PENGELOLAAN LIM BAH NUKLIR SERTA PENERIM AAN M ASYARAKAT /

. 5.1. Keselamatan PLTN / 5.2. Bahan Bakar Nuklir /

5.3. Pengelolaan Limbah Nuklir / 5.4. Penerimaan M asyarakat / BAB 6 /

KESIAPAN INFRASTRUKTUR DAN PETA JALAN / 6.1. Kesiapan Infrastruktur /

6.2. Tapak /

6.2.1. Tapak M uria / 6.2.2. Tapak Banten / 6.2.3. Tapak Bangka /

6.2.4. Tapak Kalimantan Barat / 6.2.5. Tapak Kalimantan Timur / 6.3. Peta Jalan PLTN / FACTORS FOR NUCLEAR ENERGY UTILIZATION

Increasing Energy Needs

The Success of the State who Build NPP SAFETY, FUEL AND WASTE M ANAGEM ENT, AND PUBLIC

(7)

Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) didukung oleh berbagai instansi dan organisasi yang kompeten dapat menerbit kan buku Out look Energi Nuklir Indonesia (Indonesian Nuclear Energy Out look, INEO) 2014. Secara umum buku INEO 2014 ini mengulas kondisi dan permasalahan energi baik saat ini maupun proyeksinya, dengan bahasan khusus pada energi nuklir dalam kurun 2014-2050. Sepert i kita ketahui bersama bahwa energi nuklir (baca PLTN) masih merupakan isu sensit if. Hal ini menjadi salah sat u penyebab belum dapat dimanfaat kannya energi nuklir unt uk pembangkit list rik di Indonesia sampai saat ini, dan menjadi tantangan tersendiri.

Energi nuklir masih mendapat kan perlakuan yang kurang setara, karena hanya menjadi pilihan terakhir dalam dalam draf Kebijakan Energi Nasional (KEN). Namun demikian mengingat kebut uhan energi yang semakin meningkat , guna mendukung pert umbuhan penduduk, ekonomi dan indust ri, maka PLTN adalah sebuah keniscayaan unt uk hadir di bumi pert iw i. Terlebih kita dihadapkan pada fakta bahwa cadangan energi fosil sem akin m enipis, ser t a kom it m en pemerintah unt uk mengurangi emisi karbon.

Buku INEO ini memberikan berbagai sudut pandang dan perspekt if pengem bangan energi nuklir di

Wit h sincere grat it ude to Allah SWT, Nat ional Nuclear Energy Agency (Batan), supported by various competent agencies and organizat ions, has published a book on t he Indonesian Nuclear Energy Out look (INEO) 2014. In general, INEO 2014 review s bot h current and projected energy condit ions and issues, w it h a special discussion on nuclear energy in t he period of 2014-2050. It is understood t hat nuclear energy (read NPP) is st ill a sensit ive issue. This is one reason w hy nuclear energy is yet to be ut ilized for elect ricit y generat ion in Indonesia unt il now and remains as a challenge.

Nuclear energy has received unequal t reat ment as it is posit ioned as t he last opt ion in t he draft of Nat ional Energy Policy (KEN). How ever, considering t he increase in energy demand to support grow t h of populat ion, economy and indust ry, nuclear pow er plant is a necessit y in Indonesia. M oreover, w e are faced w it h t he fact t hat fossil fuel reserves are running low and t here is t he government 's commit ment to reduce carbon emissions.

INEO 2014 provides a variet y of view point s and perspect ives on nuclear energy development in Indonesia to support nat ional energy securit y. Nuclear energy w ill be t he most rat ional and prospect ive opt ion, considering various advantages ??such as technology opt ions, higher level of

Sambutan

Kepala / Chairman of BATAN

Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto

“ PLTN adalah sebuah keniscayaan unt uk hadir di bumi pert iw i.

Terlebih kita dihadapkan pada fakta bahwa cadangan energi fosil

(8)

In d o n esi a d al am ko n t eks u n t u k m en d u ku n g ketahanan energi nasional. Energi nuklir akan menjadi pilihan paling rasional dan prospekt if, mengingat berbagai nilai posit if sepert i pilihan teknologi, t ingkat keselamatan semakin andal, biaya pembangkitan list rik yang kompet it if dan success story negara pengguna PLTN. Hal i n i akan m e n j ad i d aya d o r o n g p e r ce p at an pembangunan PLTN di Indonesia.

Keseim bangan dan pem erat aan pem bangunan ant ar w ilayah di Indonesia m asih m enjadi perm asalahan fundam ent al. Akselerasi pem bangunan akan sangat t ergant ung pada ket ersediaan infrast rukt ur t ermasuk kelist rikan. Int roduksi energi nuklir dengan berbagai pilihan teknologi dan variannya (kapasitas, teknologi, aplikasi panas) adalah potensi yang sangat besar dan rasional unt uk mendorong percepatan pembangunan ekonomi di seluruh w ilayah Indonesia, sejalan dengan semangat M P3EI.

Penguasaan energi, khususnya nuklir akan memperkuat diplomasi energi, baik di t ingkat regional maupun global, seh in gga akan m en in gkat kan p o sisi t aw ar d alam menghadapi persaingan bebas.

Berbagai topik mengenai keselamatan PLTN, pengelolaan limbah radioakt if, penerimaan masyarakat , kesiapan tapak yang aman, kesiapan infrast rukt ur, dan peta jalan menjadi bagian yang pent ing dalam buku ini unt uk menjawab tantangan dan kekhawat iran masyarakat pada umumnya.

Buku ini adalah buah kajian dan analisis para pakar dalam berbagai bidang keahlian, tent unya akan memperkaya sudut pandang dan perspekt if bagi para pengambil kebijakan, agar lebih bijaksana dan tepat dalam penetapan kebijakan energi nasional. Pengambilan keput usan hari ini akan menent ukan dan membawa nasib bangsa Indonesia masa depan.

Kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada t im penyusun serta semua pihak yang telah memberi dukungan dan bant uan sehingga buku ini bisa diterbit kan.

safet y, compet it iveness of pow er generat ion cost and success stories of count ries w it h NPP. This w ill be t he driving force to accelerate NPP development in Indonesia.

Balance and dist ribut ion of development among regions in Indonesia is st ill a fundamental problem. Accelerat ion of d evel o p m ent w i l l d ep en d o n t h e a va i l a b i l i t y o f infrast ruct ure including elect ricit y. Int roduct ion of nuclear energy w it h various t echnology opt ion and variant s (capacit y, technology, heat applicat ion) is highly potent ial and rat ional to accelerate economic development in all regions of Indonesia, in line w it h t he spirit of M P3EI.

Energy sovereignt y, nuclear in part icular, w ill st rengt hen energy diplomacy, bot h at regional and global levels, t hereby increasing t he bargaining pow er in t he light of free compet it ion.

Various topics concerning NPP safet y, radioact ive w aste m a n a g em en t , p u b l i c a ccep t a n ce, si t e r ea d i n ess, infrast ruct ure preparedness, and road map become an important part of t his book to address t he challenges and concerns to t he public.

This book is t he pieces of st udy and analysis of expert s in various fields of expert ise w hich w ill surely enrich t he view point s and perspect ives of policy makers to be more t hought ful and precise in set t ing nat ional energy policy. Today's decision w ill determine t he fate of Indonesia in t he fut ure.

I ext end my t hanks and appreciat ion to t he editorial team and everyone w ho have given t heir support and assistance for t he publicat ion of t his book.

Jakarta, 6 Juni 2014

Prof. Dr. Djarot Sulist io Wisnubroto

(9)

Indonesia masih sangat tergant ung pada minyak bumi unt uk pemenuhan kebut uhan energinya dengan persentase 48% dari total pasokan energi. Secara persentase angka ini akan

berkurang, namun secara kuant itas konsumsi minyak terus meningkat . Sementara produksi minyak dalam negeri terus menurun yang saat ini sudah sampai pada angka kurang dari 1 juta barel per-hari. Harga minyak dunia yang mempunyai t rend/ kecenderungan meningkat berakibat pada meningkat nya subsidi BBM dan energi, yang menjadi beban keuangan negara terus menerus. Sumberdaya lain pun sepert i gas dan bat ubara juga mengalami penipisan cadangan. Pemerintah melalui inst rumen kebijakan energi berupaya keras mengatasi ketergant ungan pada energi fossil ini dengan mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) secara intensif. Namun demikian kebijakan ini perlu diperhat ikan konsistensi dalam implementasinya.

Di sektor ketenagalist rikan, dalam beberapa tahun terakhir pert umbuhan konsumsi list rik belum dapat diimbangi oleh pert umbuhan kapasitas pembangkit . M eskipun kapasitas pembangkit list rik, jaringan t ransmisi, dan jaringan dist ribusi terus berkembang, namun laju pert umbuhannya t idak seiring dengan laju permintaan list rik. Hal ini mengakibat kan

banyaknya konsumen yang masuk dalam “daftar t unggu” unt uk memperoleh aliran list rik. Lebih ironis lagi, dalam kondisi tertent u guna menjaga keandalan sistem dilakukan “ pemadaman” akibat permintaan yang terlalu t inggi. Peningkatan target rasio elekt rifikasi dan kebut uhan list rik menunt ut pembangunan infrast rukt ur ketenagalist rikan di masa datang. Saat ini elekt rifikasi rasio baru mencapai 80 %, dan it upun masih terpusat di Pulau Jawa.

Di lingkungan regional ASEAN, konsumsi energi final per kapita Indonesia pada tahun 2011 sebesar 0,857 TOE masih lebih rendah dibandingkan dengan Brunei (9,427 TOE), Singapura (6,452 TOE), M alaysia (2,639 TOE), dan Thailand (1,790 TOE) pada tahun yang sama, namun masih lebih t inggi dibandingkan dengan Viet nam dan Filipina. Begit u juga dengan konsumsi

Indonesia st ill depends heavily on pet roleum to meet it s energy needs w hich comprises 48% from t he total of energy supply. The percentage figure w ill decrease, but t he quant it y of oil consumpt ion cont inues to increase. Domest ic oil product ion cont inues to decline to less t han 1 million barrels per day at t he present t ime. World oil prices tend to increase result ing in t he increase in fuel and energy subsidies, w hich cont inuously became t he state's financial burden. Ot her resources such as gas and coal are also depleted. The government t hrough t he inst rument of energy policy st rives to overcome t he dependence on fossil energy by encouraging t he use of New and Renew able Energy (NRE) intensively. How ever, t he consistency in t he implementat ion of t his policy needs to be considered.

In elect ricit y sector in recent years, t he grow t h of

elect ricit y consumpt ion cannot be offset by t he grow t h of generat ing capacit y. Alt hough t he capacit y of pow er plant s, t ransmission lines and dist ribut ion net w orks cont inue to grow, t he rate of grow t h is not keeping pace w it h t he rate of elect ricit y demand. This resulted in t he number of consumers being put into t he "w ait ing list " to get elect ricit y. M ore ironically, under certain condit ions, in order to maintain t he system stabilit y, outage has to be performed because demand is too high. Increases in t he target for elect rificat ion rat io and elect ricit y demand require elect ricit y infrast ruct ure development in t he fut ure. Current ly, elect rificat ion rat io has reached 80% and it is st ill concent rated in Java Island.

(10)

list rik per kapita Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Brunei, Singapura, M alaysia, Viet nam, dan Thailand pada tahun yang sama, namun masih lebih t inggi dibandingkan dengan dan Filipina.

Kesenjangan regional antara Jawa dan Luar Jawa juga belum dapat diatasi. M asih banyak kawasan indust ri dan kawasan ekonomi yang belum dapat dilayani oleh sistem kelist rikan nasional. Di beberapa daerah luar Jawa, dimana sumber daya melimpah, malah kekurangan pasokan list rik. M enurut kajian Dewan Energi Nasional (DEN) tahun 2010 ada sekitar delapan daerah di Indonesia yang sedang mengalami krisis list rik parah. Adapun daerah tersebut antara lain, Riau, Kalimantan Barat , Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Selawesi Utara, Bali, dan Nusa Tenggara.

Proyeksi kebut uhan energi nasional dengan mengacu kepada Draft Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang telah mendapat perset ujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tahun 2014 menyebut kan bahwa target penyediaan energi primer pada tahun 2025 sekitar 400 M TOE (2.932 Juta SBM ) dan pada tahun 2050 sekitar 1000 M TOE (7.230 Juta SBM ). Sedangkan target unt uk pemanfaatan list rik per kapita pada tahun 2025 sekitar 2.500 kWh/ kapita dan sekitar 7.000 kWh/ kapita pada tahun 2050. Dengan target ini diperlukan pasokan energi yang besar dan dapat disediakan secara masif.

Nuklir diproyeksikan mulai masuk ke dalam sistem kelist rikan Jamali pada tahun 2027 sebesar 2.000 M W (2 x 1.000 M W) dan bertambah sampai tahun 2050 sebesar 12.000 M W.

Sedangkan unt uk w ilayah Sumatera, nuklir akan masuk mulai tahun 2031 sebesar 2.000 M W dan diakhir tahun 2050 menjadi sebesar 8.000 M W. Pada tahun yang sama PLTN mulai

memasok list rik di sistem Kalimantan dengan 100 M W dan meningkat menjadi 800 M W di tahun 2050. Sedangkan unt uk pulau-pulau lain, nuklir mulai dapat berkont ribusi tahun 2041 dengan kapasitas 35 M W. (Tabel 1.)

Philippines. Similarly, Indonesia's per capita elect ricit y consumpt ion w as st ill low er t han Brunei, Singapore, M alaysia, Viet nam, and Thailand in t he same year, but st ill higher t han t he Philippines.

Regional gap bet w een Java and out side Java is also yet to be resolved. There are many indust rial and economic zones t hat cannot be served by t he nat ional elect ricit y system. In some areas out side Java, w here resource is abundant , pow er shortage st ill occurs. According to t he review of t he Nat ional Energy Commission (NEC) in 2010 t here w ere about eight regions in Indonesia having severe pow er crisis. Those areas include: Riau, West Kalimantan, Aceh, Nort h Sumat ra, East Kalimantan, Sout h Sulaw esi, Nort h Sulaw esi, Bali, and Nusa Tenggara.

Project ion of nat ional energy demands refers to t he Draft of Nat ional Energy Policy (NEP) w hich has been approved by t he House of Representat ives (DPR) in 2014. It is stated t hat t he target of primary energy supply in 2025 is about 400 M TOE (2,932 million BOE) and in 2050 about 1,000 M TOE (7,230 million BOE). The target of elect ricit y consumpt ion per capita in 2025 is about 2,500 kWh / capita and approximately 7,000 kWh / capita in 2050. This goal requires large amount of energy supply and one t hat can be provided massively.

Nuclear is projected to go online in t he Jamali elect rical system start ing in 2027, amounted to 2,000 M W (2 x 1,000 M W), and w ill increase to 12,000 M W in 2050. As for t he Sumat ra region, nuclear w ill enter in 2031 at about 2,000 M W and at t he end of 2050 it w ill reach 8,000 M W. In t he same year nuclear pow er plant w ill start to supply elect ricit y in Kalimantan system at 100 M W and w ill increase to 800 M W in 2050. For ot her islands, NPP may start it s cont ribut ion in 2041 w it h a capacit y of about 35 M W. (Table 1).

(11)

Public fears concerning t he use of nuclear energy are based on many reasons, part icularly concerning t he danger of ionizing radiat ion (Poll result s). In principle, any development of nuclear reactors (NPP) must consider t he safet y of w orkers, societ y and t he environment t hrough increased safet y and securit y standards, in accordance w it h t he principle of defense in dept h, so t hat t he radioact ive produced from nuclear reactors are

guaranteed not to be released into t he environment bot h during normal operat ion and in case of accident . Nuclear Ketakutan masyarakat awam terhadap pemanfaatan

energi nuklir mempunyai berbagai alasan terutama kekhawat iran terhadap bahaya radiasi pengion (hasil Jajak Pendapat ). Pada prinsipnya set iap pembangunan reaktor nuklir (PLTN) wajib mempert imbangkan keselamatan pekerja, mayarakat dan lingkungan melalui peningkatan standar keselamatan dan keamanannya, sesuai dengan prinsip defense in dept h, sehingga zat radioakt if yang dihasilkan reaktor nuklir dijamin t idak terlepas ke lingkungan baik selama operasi normal maupun jika

Ta h u n

Ye a r Ja m a li Su m a t e r a Ka lim a n t a n

Pu la u La in n ya

O t h e r Isla n d To t a l

2 0 1 3 - - - - -

- - - - -

2 0 2 7 2 .0 0 0 - - - 2 .0 0 0 2 0 2 8 2 .0 0 0 - - - 2 .0 0 0 2 0 2 9 2 .0 0 0 - - - 2 .0 0 0 2 0 3 0 2 .0 0 0 - - - 2 .0 0 0 2 0 3 1 2 .0 0 0 2 .0 0 0 1 0 0 - 4 .1 0 0 2 0 3 2 2 .0 0 0 2 .0 0 0 1 0 0 - 4 .1 0 0 2 0 3 3 2 .0 0 0 2 .0 0 0 1 0 0 - 4 .1 0 0 2 0 3 4 2 .0 0 0 2 .0 0 0 1 0 0 - 4 .1 0 0 2 0 3 5 2 .0 0 0 2 .0 0 0 2 0 0 - 4 .2 0 0 2 0 3 6 4 .0 0 0 2 .0 0 0 2 0 0 - 6 .2 0 0 2 0 3 7 4 .0 0 0 2 .0 0 0 2 0 0 - 6 .2 0 0 2 0 3 8 4 .0 0 0 2 .0 0 0 2 0 0 - 6 .2 0 0 2 0 3 9 4 .0 0 0 2 .0 0 0 2 0 0 - 6 .2 0 0 2 0 4 0 4 .0 0 0 4 .0 0 0 2 0 0 - 8 .2 0 0 2 0 4 1 6 .0 0 0 4 .0 0 0 4 0 0 3 5 1 0 .4 3 5 3 0 4 2 6 .0 0 0 4 .0 0 0 4 0 0 3 5 1 0 .4 3 5 2 0 4 3 6 .0 0 0 4 .0 0 0 4 0 0 3 5 1 0 .4 3 5 2 0 4 4 6 .0 0 0 4 .0 0 0 4 0 0 3 5 1 0 .4 3 5 2 0 4 5 6 .0 0 0 6 .0 0 0 4 0 0 3 5 1 2 .4 3 5 2 0 4 6 8 .0 0 0 6 .0 0 0 6 0 0 7 0 1 4 .6 7 0 2 0 4 7 1 0 .0 0 0 8 .0 0 0 6 0 0 7 0 1 8 .6 7 0 2 0 4 8 1 2 .0 0 0 8 .0 0 0 6 0 0 7 0 2 0 .6 7 0 2 0 4 9 1 2 .0 0 0 8 .0 0 0 6 0 0 1 4 0 2 0 .7 4 0 2 0 5 0 1 2 .0 0 0 8 .0 0 0 8 0 0 1 4 0 2 0 .9 4 0

Tabel 1. Proyeksi Kapasitas PLTN sampai tahun 2050 (M W )

(12)

terjadi kecelakaan. Teknologi PLTN t erus berevolusi secara signifikan, terutama dalam desain sehingga PLTN generasi berikut nya menjadi lebih andal, aman, ekonomis serta lebih mudah unt uk dioperasikan. Peningkatan keandalan dan keamanan diperoleh pada penyederhanaan sistem pendingin primer, perbaikan pada mekanisme batang kendali dan opt imasi dari pendinginan int i dalam keadaan darurat . Peningkatan kemudahan operasi dan

pemeliharaan diupayakan dengan cara perbaikan sistem inst rumentasi dan pengendalian, sedangkan penurunan biaya konst ruksi dan operasi diharapkan dapat

meningkat kan unjuk kerja secara ekonomis.

Jajak pendapat terbaru (2013) terhadap masyarakat tentang pembangunan PLTN di Indonesia yang dilakukan oleh konsultan independen menunjukkan bahwa secara nasional 60,4% masyarakat set uju dengan pembangunan PLTN. Hasil ini meningkat dibandingkan dengan jajak pendapat yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

Dari segi ekonomi, di beberapa negara, ongkos pembangkitan list rik nuklir dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan lebih rendah dari harga pokok penjualan list rik. Hal ini menunjukkan prospek yang menjanjikan sebagai salah sat u pemasok list rik di

Indonesia. PT PLN (Persero) telah melakukan st udi keekonomian dan perencanaan energi serta kelist rikan. Hasil st udi menunjukkan unt uk PLTN dengan daya 1.000 M W ongkos pembangkitan list rik per kWh pada kisaran 6 sen USD sudah termasuk biaya jaringan list rik. Jika dibandingkan dengan pembangkit non-nuklir, maka PLTN kompet it if.

Pengembangan energi nuklir juga didorong oleh adanya permintaan beberapa pemerintah daerah yang

menginginkan supaya dibangun PLTN di w ilayahnya. Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Bangka Belit ung sangat berkeinginan unt uk dapat membangun PLTN. Alasan utamanya adalah kurangnya pasokan list rik dan adanya potensi sumberdaya Uranium dan Thorium

pow er technology cont inues to evolve significant ly, especially in t he design so t hat t he next generat ions of NPP become more reliable, safe, economical and easy to operate. Improved reliabilit y and securit y is obtained on simplifying t he primary cooling system, improvement s to t he cont rol rod mechanism and opt imizat ion of core cooling in an emergency. Improved ease of operat ion and maintenance improvement s are sought by w ay of

inst rumentat ion and cont rol systems, w hile decreasing t he cost of const ruct ion and operat ion are expected to improve economic performance.

Recent poll (2013) on t he development of NPP in Indonesia w hich w as carried out by independent consultant s show ed t hat , nat ionally, 60.4% of people agree w it h t he const ruct ion of NPP. This number has increased compared to polls conducted in t he previous year.

From economic perspect ive, in some count ries, t he cost of nuclear elect ricit y generat ion from year to year has show n a t rend of low er elect ricit y selling price. This condit ion show s a promising prospect for NPP as a supplier of elect ricit y in Indonesia. PT PLN (Persero) has done a st udy on economy, energy and elect ricit y planning. The st udy show s t hat for an NPP w it h a capacit y of 1,000 M W, t he pow er generat ion cost s per kWh is in t he range of 6 cent s USD including t he cost of elect ricit y grid. When compared to non-nuclear pow er plant , t he NPP is

compet it ive.

Nuclear energy development is also driven by demands from some local government s w ho w ant to build NPPs in t heir regions. The government of East Kalimantan, West Kalimantan and Bangka Belit ung are very eager to build NPPs. The main reason is t he lack of elect ricit y supply and t here are some potent ial uranium and t horium resources to be used as nuclear fuel.

(13)

sebagai bahan bakar nuklir.

Penyediaan infrast rukt ur unt uk mendukung keberhasilan pembangunan PLTN secara aman, selamat , damai dan efisien merupakan hal yang sangat pent ing. Berbeda dengan pembangkit list rik lainnya, penyiapan

infrast rukt ur pembangunannya lebih memerlukan kajian mendalam dan komprehensif terkait dengan aspek keselamatan. Terkait dengan organisasi pelaksana persiapan infrast rukt ur pembangunan PLTN, IAEA menyarankan perlu dibent uknya NEPIO (Nuclear Energy Program Implementat ion Organizat ion). Organisasi ini berperan dalam implementasi program energi nuklir, yang mencakup persiapan unt uk menetapkan keput usan program energi nuklir hingga pelaksanaannya,

mengkoordinasikan inst it usi terkait pada pelaksanaan pemanfaatan energi nuklir atau berperan dalam implementasi program energi nuklir.

Terkait dengan penyiapan tapak PLTN, t erdapat beberapa lokasi di Indonesia yang telah diident ifikasi sebagai tapak potensial. Tapak-tapak tersebut berada di Semenanjung M uria, Banten, Pulau Bangka, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat . Calon tapak Bangka adalah yang paling siap unt uk dibangun PLTN.

Saat ini kita dihadapkan suat u pilihan yang harus segera diput uskan, apakah Indonesia menginginkan pasokan list rik yang cukup, terjangkau, andal serta ramah lingkungan dengan keberanian unt uk memanfaat kan nuklir secepat nya ataukah sebaliknya menerima keadaan krisis list rik sepert i apa adanya saat ini tanpa usaha yang berart i dan mengabaikan pemanfaatan nuklir? Unt uk menjadi bangsa besar perlu keberanian dalam mengambil keput usan.

development of NPP safely, securely, peacefully and efficient ly is very important . In cont rast to convent ional pow er plant s, preparat ion of infrast ruct ure development requires more in-dept h and comprehensive st udy related to safet y aspect s. Associated w it h t he preparat ion of t he implement ing organizat ion infrast ruct ure development of NPP, IAEA suggest s on t he establishment of t he NEPIO (Nuclear Energy Program Implementat ion Organizat ion). NEPIO has an important role in t he implementat ion of nuclear energy program, w hich includes t he preparat ion of decision to set up a nuclear energy program up to t he implementat ion, relevant inst it ut ions coordinat ion related to t he implementat ion of nuclear energy usage or

part icipat ion in t he implementat ion of nuclear energy program.

Associated w it h t he preparat ion of NPP site, t here are several locat ions in Indonesia, w hich has been ident ified as potent ial sites. The sites are located in t he M uria peninsula, Banten, Bangka Island, East Kalimantan and West Kalimantan. Bangka candidate site is t he most prepared NPP site.

(14)

Thank to Allah SWT, t he Almight y God w ho has given His grace and guidance so t hat w e can finish t he book on t he Indonesia Nuclear Energy Out look (INEO) 2014.

Preparat ion of INEO 2014 is based on several reference document s, among ot hers: Draft of Government Regulat ion on t he Nat ional Energy Policy, Indonesia Energy Out look by Agency for t he Assessment and Applicat ion of Technology (BPPT), Indonesia Energy Out look by M inist ry of Energy and M ineral Resources (M EM R), World nuclear energy Out look by World Nuclear Associat ion (WNA), World Energy Out look by The

Internat ional Energy Agency (IEA), and nuclear energy project ions document s by t he Internat ional Atomic Energy Agency (IAEA). The data used in t he calculat ion and opt imizat ion are coming from PT. PLN, t he Nat ional Development Planning Agency (Bappenas), M EM R, BPPT and discussion w it h expert s.

Thanks to t he Chairman of Nat ional Nuclear Energy Agency (Batan), Deput y Chairman for Technology of Nuclear Energy, t he aut hors, t he expert s and cont ributors w ho have helped in t he compilat ion of INEO 2014.

Hopefully, t his publicat ion may be useful as an input in developing t he nat ional energy policy.

Jakarta, 10 Juni 2014 KETUA TIM PENYUSUN

AUTHOR TEAM LEADER

Ir. Yarianto SBS, M .Si

Puji syukur kami panjat kan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang M aha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan buku Indonesia Nuclear Energy Out look (INEO) 2014.

Penyusunan buku INEO 2014 berdasarkan beberapa dokumen acuan, antara lain: Rancangan Perat uran Pemerintah (RPP) Kebijakan Energi Nasional, Out look Energi Indonesia – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia Energy Out look –

Kementeriaan Energi dan Sumber Daya M ineral (KESDM ), World Nuclear Energy Out look – World Nuclear

Associat ion (WNA), World Energy Out look – Internat ional Energy Agency (IEA), dan dokumen proyeksi energi nuklir – Internat ional Atomic Energy Agency (IAEA). Data yang digunakan dalam perhit ungan dan opt imasi antara lain dari PT. PLN, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), KESDM , BPPT dan diskusi dengan para narasumber.

Terima kasih disampaikan kepada Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Deput i Bidang Teknologi Energi Nuklir – BATAN, para Anggota Tim Penyusun, para narasumber dan kont ributor yang telah membant u menyusun buku INEO 2014.

Demikianlah, semoga bermanfaat sebagai bahan masukan dalam menent ukan kebijakan pengelolaan energi nasional.

(15)
(16)

OUTLOOK

ENERGI

NUKLIR INDONESIA

INDONESIA NUCLEAR

ENERGY

BAB

(17)
(18)

PEN DAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Permintaan energi diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan pert umbuhan ekonomi, pert umbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kesejahteraan. Pada sisi lain paradigma baru sektor energi mengusung mandat tentang pent ingnya keberlanjutan (sustainabilit y) terkait dengan wacana terjadinya perubahan iklim global akibat emisi Gas Rumah Kaca. Perubahan iklim global ini tent u saja memberikan implikasi pada terjadinya perubahan peta energi global. Penggunaan teknologi energi konvensional kini mulai beralih pada teknologi energi yang lebih ramah lingkungan. Peta energi global tersebut perlu dievaluasi dalam kaitannya dengan energi nuklir (Pembangkit List rik Tenaga Nuklir/ PLTN), mengingat PLTN merupakan salah sat u teknologi pembangkitan yang bebas dari emisi gas rumah kaca.

Saat ini PLTN t elah berkont ribusi sekitar 14% terhadap energi list rik dunia. Sebuah Indonesia Nuclear Energy Out look (INEO) perlu disusun unt uk mengetahui stat us dan kecenderungan (t rend) sektor energi ke depan di Indonesia dalam kaitannya dengan energi nuklir. Dengan Out look ini juga dapat diketahui prospek energi nuklir di dunia dan secara khusus di Indonesia. Unt uk mengetahui proyeksi maupun t rend energi ke depan tent u diperlukan data yang komprehensif baik aspek demografi, ekonomi, perkembangan teknologi maupun kebijakan yang terkait dengan energi. Oleh karena it u kegiatan penyusunan Out look tersebut akan melibat kan seluruh aspek yang terkait dengan perencanaan energi.

INEO merupakan out look energi yang berisi prakiraan t rend perkembangan energi nuklir Indonesia sampai dengan 2050. INEO 2014 disusun dengan memasukkan isu-isu pokok dan krusial serta mempert imbangkan kebijakan dan regulasi pemerintah. Beberapa isu pokok dan kebijakan yang menjadi pert imbangan dalam

IN TRODUCTION

1.1. Background

Energy demand is projected to increase in line w it h economic grow t h, populat ion grow t h and increasing prosperit y. On t he ot her hand, t he new paradigm brings mandate to t he energy sector on t he importance of sustainabilit y associated w it h t he discourse on global climate change due to greenhouse gas emissions. Global climate change implies a change in t he global energy map, of course. The use of convent ional energy

technologies is now beginning to t urn to environmentally friendly technologies. The global energy map needs to be evaluated in relat ion to nuclear energy (Nuclear Pow er Plant / NPP) as one of generat ion technologies t hat is free of greenhouse gas emissions.

Current ly nuclear pow er plant s have cont ributed to approximately 14% of t he w orld's elect ricit y generat ion. The Indonesian Nuclear Energy Out look (INEO) is necessary to evaluate t he fut ure stat us and t rends of several energy sectors in Indonesia in relat ion to nuclear energy. In t his out look t he prospect of nuclear energy in t he w orld and specifically in Indonesia can be recognized. To determine t he project ion of energy t rends and t he fut ure course a comprehensive data is needed for aspect s such as demography, economy, technology development s and all energy related policies. Therefore t he preparat ion of t he Out look w ill involve all aspect s related to energy planning.

INEO is an energy out look containing t rend forecast ing of t he development in Indonesian nuclear energy up to 2050. INEO 2014 is prepared by incorporat ing key and crucial issues as w ell as considerat ions to policies and

BAB

(19)

penyusunan INEO 2014 diantaranya: ekspor-impor energi, akses energi, bauran energi primer (kebijakan energi nasional), kebijakan harga energi, serta mit igasi perubahan iklim, yait u kont ribusi sektor energi terkait dengan komit men pemerintah terhadap perubahan iklim.

1.2. M aksud dan Tujuan.

M aksud penyusunan INEO 2014 ini adalah unt uk

memberikan rujukan kepada penyusun kebijakan, pelaku pasar energi, investor, pengguna dan penelit i energi mengenai peran potensial energi nuklir sebagai bagian dari bauran energi nasional yang opt imal unt uk mendukung pembangunan berkelanjutan serta sejalan dengan sasaran pembangunan millenium/M illennium Development Goal (M DG) menuju masyarakat Indonesia yang maju/ moderen (modern societ y needs). M engingat energi sangat terkait dengan sektor lain, INEO juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan bidang energi di masa mendatang. Adapun t ujuan penyusunan INEO adalah unt uk memberikan gambaran kuant itat if mengenai kecenderungan energi nuklir di masa mendatang yang mencakup permintaan energi, khususnya energi list rik, dan kemampuan pasokannya yang berasal dari potensi di dalam negeri maupun dari impor, serta gambaran mengenai kebut uhan infrast rukt ur yang terkait dengan penyediaan energi.

1.3. Pendekatan Studi

1.3.1. M odel

Proyeksi kapasitas nuklir menggunakan model peren-canaan opt imasi energi dan kelist rikan dari Interanat ional Atomic Energy Agency (IAEA) yait u M ESSAGE (M odel for Energi Supply St rategy Alternat ives and t heir General Environment Impact s), sedangkan proyeksi permintaan energi menggunakan target pemenuhan energi dan konsumsi list rik per kapita dari draf KEN.

government regulat ions. Some of t he key issues and policies taken into considerat ion in t he preparat ion of INEO 2014 includes: export -import of energy, access to energy, primary energy mix (nat ional energy policy), energy pricing policies, as w ell as t he mit igat ion of climate change, w hich is related to t he energy sector's cont ribut ion to t he government 's commit ment to climate change.

1.2. Purpose and Objective

The purpose of INEO 2014 is to provide a reference for policy makers, energy market part icipant s, investors, energy users and energy researchers w it h regard to t he potent ial role of nuclear energy as a part of t he nat ional opt imum energy mix to support sustainable development and in line w it h t he millennium development goals (M DG) for t he Indonesian modern societ y. Considering t hat energy is related to ot her sectors, INEO is also expected to be used as an input in t he energy policy formulat ion in t he fut ure. The object ive of INEO is to provide a quant itat ive overview on t he t rend of nuclear energy in t he fut ure w hich includes a demand for energy, especially elect ricit y, and t he availabilit y of supply coming from potent ial domest ic and import sources, as w ell as depict ions of infrast ruct ure requirement s associated to energy provision.

1.3. Study Approach

1.3.1. M odels

(20)

1.3.2. Pembagian W ilayah

Karena w ilayah Indonesia sangat luas, maka unt uk dapat lebih merefleksikan karakterist ik masing-masing daerah dan perkembangannya, maka khusus unt uk proyeksi kebut uhan dan penyediaan list rik dibagi menjadi empat w ilayah, yait u: 1) Jawa-M adura dan Bali, 2) Sumatera, 3) Kalimantan, dan 4) Pulau Lain (Sulawesi, M aluku, Papua, NTB dan NTT), sedangkan unt uk proyeksi kebut uhan energi final (non-list rik) dihit ung secara nasional, t idak dibagi per w ilayah.

1.3.2. Region Distribution

Because Indonesian region is very w ide, t herefore to bet ter reflect t he characterist ics of each region and it s development , specific to t he projected demand and supply of elect ricit y, it is divided into four regions, namely: 1) Java-M adura and Bali, 2) Sumat ra, 3) Kalimantan, and 4) Ot her Islands (Sulaw esi, M aluku, Papua, NTB and NTT), w hile final energy demand project ions (non-elect ric) is calculated nat ionally, not divided by region.

NATIONAL ENERGY POLICY

CONSUM PTION TARGET

PROJECTION

PROJECTION ON FINAL

ENERGY/ ELECTRICITY CONSUM PTION

OPTIM ATION M ESSAGE

OPTIM IZED SOLUTION

DATA TECHNOLOGY

RESOURCES

BOUNDARY

Gambar 1.1. Alur Kerja unt uk M enyusun Bauran Energi Opt imal

(21)

1.3.3. Skenario

Periode st udi meliput i tahun 2013 hingga 2050, dengan tahun dasar (base year) 2012 dengan pert imbangan lain adalah ketersediaan data input pada tahun 2012.

Dalam rangka mendukung rencana perencanaan energi yang komprehensif perlu memperhat ikan 6 (enam) kriteria sebagai faktor pendorong yang harus dipenuhi oleh semua jenis energi yang direncanakan. Adapun 6 kriteria (Six Compat ibilit y Criteria) mencakup aspek: kebut uhan energi, lingkungan, antar generasi, sosial-polit ik, geososial-polit ik, dan ekonomi. Khusus unt uk aspek lingkungan, dalam penyusunan proyeksi pasokan list rik memasukkan faktor eksternalitas.

1.3.3. Scenario

The st udy covers t he period of 2013 to 2050. The base year is 2012, taking into considerat ion t he availabilit y of input data in 2012.

In order to support a comprehensive energy planning t here are six (6) criteria as a mot ivat ing factor t hat must be met by all t ypes of planned energy. The 6 criteria (Six Compat ibilit y Criteria) cover aspect s such as: energy demand, t he environment , inter-generat ion, socio-polit ics, geopolit ics, and economics. Part icular to t he

environmental aspect , t he preparat ion of projected elect ricit y supply int roduces ext ernalit ies (ext ernalit y factors).

Gambar 1.2. Pembagian Wilayah Indonesia Unt uk Proyeksi Kebut uhan dan Pasokan List rik

(22)

OUTLOOK

ENERGI

NUKLIR INDONESIA

INDONESIA NUCLEAR

ENERGY

BAB

(23)
(24)

KON DISI DAN PERM ASALAHAN EN ERGI

2.1. Kondisi Keenergian Saat Ini

2.1.1. Bauran Energi

Indonesia masih sangat tergant ung pada minyak bumi unt uk pemenuhan kebut uhan energinya, dengan persentase 48% dari total energi, dan secara kuant itas konsumsi minyak terus meningkat . Sementara produksi minyak dalam negeri terus menurun dan saat ini di bawah 1 juta barel per-hari. M engingat kecenderungan harga minyak dunia yang cenderung naik menumbuhkan keinginan bangsa ini unt uk mengurangi

ketergant ungannya terhadap minyak bumi. Bat ubara dan gas menempat i urutan kedua dan ket iga dalam pasokan energi dengan masing-masing sebesar 27% dan 20%, sedangkan peran Energi Baru Terbarukan (EBT) masih rendah yait u sekitar 5%.

EN ERGY CON DITION AN D CHALLEN GES

2.1. Current Energy Conditions

2.1.1. Energy M ix

Indonesia is st ill very dependent on pet roleum to fulfill it s energy needs, w hich is 48% of total energy. The quant it y of oil consumpt ion cont inues to increase w hile domest ic oil product ion cont inues to decline to less t han 1 million barrels per day current ly. The t rend of increasing w orld oil prices has accrued t he nat ion's desire to reduce it s dependence on pet roleum. Coal and gas have ranked second and t hird in t he supply of energy at 27% and 20% respect ively, w hile t he role of Renew able Energy (RE) is st ill low at around 5%..

Gambar 2.1. Pangsa Pasokan Energi Nasional

Figure 2.1. The Share of Nat ional Energy Supply

BAB

(25)

Eksplorasi sumberdaya energi saat ini lebih banyak difokuskan pada energi fosil yang bersifat t idak bisa diperbarui (energi tak terbarukan) sedangkan energi yang bersifat terbarukan (energi terbarukan) relat if belum banyak dimanfaat kan. Kondisi ini menyebabkan ketersediaan energi fosil, khususnya minyak mentah, semakin menipis dan saat ini telah menjadi net import ir minyak mentah dan produk-produk t urunannya. M enurut Kementerian Energi dan Sumberdaya M ineral (2010) cadangan minyak mentah Indonesia hanya dapat

diproduksi (akan habis) dalam kurun wakt u 23 tahun, gas selama 59 tahun dan bat ubara selama 82 tahun. Hasil perhit ungan ini menggunakan asumsi bahwa t idak ditemukan lagi ladang-ladang baru sebagai sumber energi fosil. Cadangan energi dapat meningkat (bertahan lama) apabila ditemukan landang-ladang yang baru.

Konsumsi energi final (termasuk biomasa) pada kurun wakt u 2000-2011 meningkat dari 764 juta SBM pada tahun 2000 menjadi 1.044 juta SBM pada tahun 2011 atau meningkat rata-rata 2,87% per tahun. Konsumsi energi final tersebut t idak mempert imbangkan ot her pet roleum product s di sektor indust ri.

2.1.2. Sektor Ketenagalistrikan

Di sektor ketenagalist rikan, dalam beberapa tahun terakhir, pert umbuhan konsumsi list rik juga belum dapat diimbangi oleh pert umbuhan kapasitas pembangkit . M eskipun kapasitas pembangkit list rik, jaringan t ransmisi, dan jaringan dist ribusi terus berkembang, namun laju pert umbuhannya t idak seiring dengan laju permintaan list rik. Hal ini mengakibat kan banyaknya konsumen yang masuk dalam “daftar t unggu” unt uk memperoleh aliran list rik dan dalam kondisi tertent u guna menjaga

keandalan sistem dilakukan “ pemadaman” akibat permintaan yang terlalu t inggi. Peningkatan target rasio elekt rifikasi dan kebut uhan list rik menunt ut

pembangunan infrast rukt ur ketenagalist rikan.

Explorat ion of energy resources is now much more focused on fossil fuels t hat are not renew able (non renew able energy) w hile renew able energy is relat ively untapped. These condit ions led to t he availabilit y of fossil fuels, especially crude oil, to dw indle and Indonesia has now become a net importer of crude oil and it s derivat ive product s. According to t he M inist ry of Energy and M ineral Resources (2010) Indonesia's crude oil reserves can only be produced (to be discharged) w it hin a period of 23 years, gas for 59 years and coal for 82 years. The result of t his calculat ion is based on t he assumpt ion t hat t here is no new discovery of fossil energy sources. Energy reserves can be increased (last a long t ime) if new sources are discovered.

Final energy consumpt ion (including biomass) in t he period of 2000-2011 had increased from 764 million BOE in 2000 to 1,044 million BOE in 2011 or increased by an average of 2.87% per year. Final energy consumpt ion does not take into account ot her pet roleum product s in t he indust rial sector.

2.1.2. Electricity Sector

In elect ricit y sector, in recent years, t he grow t h of

elect ricit y consumpt ion cannot be offset by t he grow t h in generat ion capacit y. Alt hough t he capacit y of pow er plant s, t ransmission lines, and dist ribut ion net w orks cont inues to grow, t he rate of grow t h is not in line w it h t he rate of elect ricit y demand. This resulted in many consumers being included in t he "w ait ing list " to obtain elect ricit y and under certain condit ions, in order to

maintain system reliabilit y; "pow er outage" are performed because demand is too high. Increased target of

elect rificat ion rat io and elect ricit y needs require t he development of elect ricit y infrast ruct ure.

(26)

Pada 2013, kapasitas daya terpasang naik 1.875 M W atau 4,1 persen dibandingkan 2012 sebesar 45.253 M W. Dari kapasitas terpasang 2013 sebesar 47.128 M W, yang dimiliki PLN sebesar 74 persen, swasta (IPP) 22 persen, dan PPU 3,7 persen.

Rasio elekt rifikasi di Indonesia pada akhir 2013 telah mencapai 80% atau naik sekitar 4% dibandingkan dengan rasio elekt rifikasi pada 2012, yakni sebesar 76%. Angka elekt rifikasi ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga mencapai angka 100% di seluruh w ilayah Indonesia pada tahun 2020.

w hich w as 45.253 M W. From t he 2013 installed capacit y of 47.128 M W, 74 percent of w hich w as ow ned by PLN, 22 percent by private (IPP), and 3.7 percent by PPU.

Elect rificat ion rat io in Indonesia at t he end of 2013 had reached 80%, an increase of 4% compared to t he elect rificat ion rat io in 2012, w hich amounted to 76%. Elect rificat ion rat io is projected to cont inue to increase unt il reaching 100% in all regions of Indonesia in 2020.

2.1.3. Konsumsi Energi per Kapita.

Di ASEAN, konsumsi energi final per kapita Indonesia pada tahun 2011 di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan Brunei, Singgapura, M alaysia, dan Thailand pada tahun yang sama, namun masih lebih t inggi dibandingkan dengan Viet nam dan Filipina. Begit u juga dengan konsumsi list rik per kapita Indonesia masih

2.1.3. Energy Consumption per Capita

In ASEAN, in terms of final energy consumpt ion per capita in 2011, Indonesia w as st ill low er t han Brunei, Singapore, M alaysia, and Thailand in t he same year, but st ill higher t han Viet nam and t he Philippines. In terms of elect ricit y consumpt ion per capita, Indonesia w as st ill low er t han Brunei, Singapore, M alaysia, Viet nam, and Thailand in t he

Gambar 2.2. Rasio Elekt rifikasi

(27)

lebih rendah dibandingkan dengan Brunei, Singgapura, M alaysia,Viet nam, dan Thailand pada tahun yang sama, namun masih lebih t inggi dibandingkan dengan dan Filipina. Gambaran perbedaan konsumsi energi final dan list rik per kapita dari beberapa negara tahun 2011 dit unjukkan pada Grafik 2.1 dan Gambar 2.1.

same year, but st ill higher t han t he Philippines. Overview of t he differences final energy consumpt ion and elect ricit y per capita of some count ries in 2011 are show n in Graph 2.1 and Graph 2.2.

Grafik 2.1. Konsumsi Energi Final per Kapita

Graph 2.1. Final Energy Consumpt ion per Capita

Sumber/ Source: Bank Dunia/ World Bank, 2011 Grafik 2.2. Konsumsi List rik per kapita

Graph 2.2. Elect ricit y Consumpt ion per Capita

(28)

Pert umbuhan konsumsi energi antara lain disebabkan oleh pert umbuhan penduduk dan ekonomi, serta pola konsumsi energi yang masih boros di berbagai sektor, sedangkan rendahnya laju penyediaan energi karena keterbatasan kemampuan pendanaan pemerintah dan besarnya subsidi energi khususnya BBM dan list rik. Terbatasnya infrast rukt ur ini merupakan salah sat u penyebab sulit nya pembent ukan pasar energi yang efisien di dalam negeri, sehingga para produsen energi lebih tertarik mengekspor produk energinya daripada melayani kebut uhan domest ik. Di sisi lain, ketersediaan pasokan energi akan mempengaruhi pert umbuhan ekonomi karena pert umbuhan ekonomi t idak akan tercapai bila energi yang dibut uhkan t idak dijamin ketersediaannya. Kondisi ini pada akhirnya

berdampak pada kurangnya lapangan kerja baru, sehingga kesejahteraan rakyat masih dirasakan belum maksimal.

M enurut beberapa analisis dari data empiris, antara konsumsi list rik per kapita dengan Indeks Pembangunan M anusia (Human Development Index) memiliki korelasi yang kuat . Peningkatan konsumsi list rik per kapita secara langsung merangsang pert umbuhan ekonomi yang lebih cepat dan secara t idak langsung target pembangunan sosial dapat dit ingkat kan – terutama unt uk negara-negara yang masih mempunyai indeks pembangunan manusia rendah dan menengah. Pada umumnya, ambang batas atau t ransisi HDI rendah ke ekonomi menengah adalah ket ika konsumsi list rik 500kWh per kapita dicapai. Nilai ini didasarkan pada jumlah minimal list rik yang digunakan unt uk memompa air, penerangan, dan pendingin makanan dan obat -obatan, dimana masyarakat secara signifikan dapat meningkat kan kondisi hidup mereka. Sedangkan konsumsi list rik per kapita sebesar 4000 kWh merupakan garis batas antara Negara berkembang dan Negara maju.

Unt uk menjadi negara yang sejahtera (nilai HDI t inggi), perlu peningkatan konsumsi list rik yang signifikan, dari kondisi sekarang yang masih dibawah sekitar 700 kWh/ kapita. Bahkan unt uk mengejar negara tetangga sepert i M alaysia saat ini sekalipun, perlu usaha sangat keras dalam penyediaan energi.

Grow t h in energy consumpt ion is caused among ot hers by populat ion and economic grow t h, as w ell as inefficiencies in energy consumpt ion in various sectors, w hile rated energy supply is low because of limited abilit y by t he government to fund energy subsidies, especially fuel and elect ricit y. Lack of infrast ruct ure has been one cause of difficult y in shaping an efficient energy market in t he count ry, so t hat energy producers are more interested in export ing product s rat her t han serving domest ic needs for energy. On t he ot her hand, availabilit y of energy supply w ill affect economic grow t h because economic grow t h w ill not be achieved if t he energy availabilit y is not guaranteed. These condit ions have an impact on t he lack of new jobs, so t hat t he w elfare of t he people is not maximized.

According to some analysis of empirical data, elect ricit y consumpt ion per capita and Human Development Index (Human Development Index) have st rong correlat ion. The increases in elect ricit y consumpt ion per capita direct ly st imulate faster economic grow t h and indirect ly improve social development target - especially for count ries w it h low er and middle human development index. In general, HDI t hreshold or t ransit ion from low to t he middle-class economy is w hen elect ricit y consumpt ion of 500 kWh per capita is achieved. This value is based on a minimal amount of elect ricit y used for pumping w ater, light ing and cooling of food and medicine, w here people can

significant ly improve t heir living condit ions. Elect ricit y consumpt ion per capita in t he amount of 4000 kWh is t he border line bet w een developing and developed count ries.

(29)

2.2. Permasalahan Keenergian

M asalah keenergian yang ada di Indonesia saat ini antara lain disebabkan oleh belum terlaksananya secara maksi-mal Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP). Pengelolaan sum-ber daya alam, termasuk sumsum-ber daya energi lebih berorientasi pada pengendalian disisi penyediaan dari pada sisi kebut uhan. Secara keseluruhan, pengelolaan sumber daya energi belum dimanfaat kan unt uk mengha-silkan nilai tambah bagi modal pembangunan nasional.

Indonesia merupakan salah sat u negara yang memiliki kandungan sumber daya alam yang dapat dijadikan sebagai modal unt uk menggerakkan pert umbuhan ekonomi dalam rangka unt uk mew ujudkan menjadi negara makmur. Dit injau dari dimensi perdagangan

2.2. Energy Challenges

Current energy issues in Indonesia stems from less t han opt imal implementat ion of Act No. 17 of 2007 on t he Long Term Development Plan (RPJP). M anagement of nat ural resources, including energy resources, is more oriented to cont rol t he supply rat her t han t he demand-side. Overall, management of energy resources has not been ut ilized to produce added value for nat ional development capital.

Indonesia is one count ry w it h nat ural resources t hat can be used as capital to drive economic grow t h in order to bring about prosperit y. From t he dimensions of t he global t rade, t he price of indust rial product s should be more compet it ive in t he internat ional market if

Gambar 2.3. Hubungan antara Indek Pembangunan M anusia dengan Konsumsi List rik per Kapita Figure 2.3. The Relat ionship bet w een t he Human Development Index w it h Elect ricit y Consumpt ion per Capita

(30)

global, seharusnya harga produk indust ri menjadi lebih kompet it if di pasar internasional jika tersedia energi yang murah. Pembangunan berbagai infrast rukt ur akan berjalan pesat karena ditopang devisa dari hasil penjualan kekayaan alam dan produk indust ri. Selanjut nya, masya-rakat akan mudah mendapat kan akses pendidikan dan kesehatan yang mamadai, serta pengentasan kemiskinan dapat berjalan dengan baik. Sumber daya manusia berkualitas yang dihasilkan akan semakin memperkuat daya saing internasional dan kemandirian negara.

Namun kenyataan membukt ikan lain, t idak semua negara penghasil sumber daya energi dapat mengelola dengan baik. Dengan kekayaan alam yang berlimpah, beberapa negara just ru mengalami kemunduran ekonomi dan daya saing. Nigeria adalah salah sat u contoh klasik sebuah negara kaya minyak yang just ru mengalami pert umbuhan ekonomi negat if selama beberapa dekade. Indonesia pada tahun 1970-an yakni masa awal pemerintahan orde baru berlimpah energi, khususnya minyak bumi

mengalami pert umbuhan ekonomi yang cukup t inggi. Sesuai dengan UUD 1945, sumber daya (pangan, air dan energi) harus digunakan secara efisien dan opt imal unt uk sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat . Karena perannya yang besar dalam mendukung perekonomian negara, sumber daya energi t idak hanya dipandang sebagai kekayaan, tetapi harus dimanfaat kan unt uk memenuhi kebut uhan masyarakat saat ini dan unt uk generasi yang akan datang.

Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, energi mempunyai peranan yang sangat pent ing dan st rategis unt uk pencapaian t ujuan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan berkelanjutan, serta pendorong pert umbuhan perekonomian. Bangsa yang maju dan sejahtera dapat diindikasikan dengan penggunaan energi per kapita yang t inggi. Oleh karena it u, sebagai

konsekuensi dari pembangunan ekonomi dan juga kenaikan jumlah penduduk, maka kebut uhan energi nasional akan meningkat .

cheap energy is available. Infrast ruct ure development w ill be rapid, sustained by inflow of foreign exchange from t he sale of nat ural resources and indust rial product s. Furt hermore, people w ill have easy access to proper educat ion and healt h, and povert y can be reduced. Qualified human resources generated w ill furt her st rengt hen t he internat ional compet it iveness and independence of t he count ry.

The fact to t he mat ter is different , not all count ries producing energy resources can manage t he resources w ell. Wit h abundant nat ural resources, some count ries have lost t heir st rengt h in terms of economy and compet it iveness. Nigeria is one of t he classic examples. It is an oil-rich count ry w it h negat ive economic grow t h for decades. Indonesia in t he 1970s, in t he early days of new order government , had abundant source of energy, especially pet roleum and enjoyed high economic grow t h.

In accordance w it h t he 1945Const it ut ion, resources (food, w ater and energy) should be used efficient ly and opt imally for t he maximum prosperit y of t he people. Because of it s important role in support ing t he

count ry's economy, energy resources are not only seen as w ealt h, but must be used to meet t he needs of today's societ y and for fut ure generat ions.

(31)

Pengelolaan sektor energi nasional masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, antara lain oleh peningkatan konsumsi energi yang belum mampu diimbangi oleh peningkatan pasokan energi, ketergant ungan yang t inggi terhadap jenis energi fosil, pemanfaatan energi non-fosil yang relat if kecil, rendahnya konsumsi energi final per kapita, masih adanya kesenjangan di dalam akses

terhadap energi, lemahnya koordinasi lintas sektor energi dan non energi, serta lemahnya pengawasan.

Sampai saat ini, energi yang digunakan unt uk memenuhi kebut uhan dalam negeri sebagian besar masih berasal dari jenis energi fosil, yait u minyak bumi, gas bumi, dan bat u bara yang merupakan energi tak terbarukan. Selain dipakai unt uk memenuhi kebut uhan dalam negeri, energi fosil nasional juga diekspor ke luar negeri unt uk

mendapat kan devisa negara. Disisi lain, harus diakui bahwa akses unt uk mendapat kan jaminan suplai energi yang handal, dan baik unt uk keperluan masyarakat dan indust ri (diantaranya indust ri baja, indust ri kelist rikan, indust ri kimia, dan pet rokimia) sampai saat ini belum terpenuhi secara opt imal.

Dalam konteks isu lingkungan global, st rukt ur penggunaan energi primer di Indonesia yang masih didominasi oleh jenis energi fosil t urut memberikan kont ribusi yang signifikan di dalam peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Posisi Indonesia sebagai negara t ropis kepulauan dan terletak di garis kat ulist iwa sangat rentan terhadap efek perubahan iklim. Oleh karena it u,

pengurangan polusi udara di berbagai sektor pengguna energi, terutama sektor t ransportasi dan indust ri mest i menjadi perhat ian serius. Sehubungan dengan upaya penurunan emisi GRK, Pemerintah Indonesia telah berkomit men unt uk menurunkan emisi GRK sebesar 26% pada tahun 2020, dengan kont ribusi sektor energi dan t ransportasi didalam target penurunan tersebut adalah sebesar 1,26% atau setara dengan 0,038 Giga Ton CO2. Kesenjangan regional antara Jawa dan Luar Jawa belum dapat diatasi. M asih banyak kawasan indust ri dan

M anagement of nat ional energy sector st ill faces a number of challenges such as: t he increase in energy consumpt ion has not been able to be offset by an increase in energy supply, high dependence on fossil energy, relat ively limited ut ilizat ion of non-fossil energy are, low final energy consumpt ion per capita, gaps in t he access to energy, lack of coordinat ion across energy and non-energy sectors, and ineffect ive supervision.

Unt il now, energy supply used to meet domest ic demand remains largely derived from fossil energy t ypes such as pet roleum, nat ural gas, and coal, w hich are from non-renew able energy. Besides being used to meet domest ic demand, nat ional fossil energy are also exported abroad to earn foreign exchange. On t he ot her hand, it should be admitted t hat access to get good and reliable supply of energy for t he societ y and indust ry (including t he steel indust ry, elect rical indust ry, chemical indust ry, and pet rochemical indust ry) has not been opt imally fulfilled.

In t he context of global environmental issues, t he st ruct ure of primary energy use in Indonesia is st ill dominated by fossil fuels t hat cont ributed significant ly to t he increase in greenhouse gas emissions (GHG). Indonesia is an archipelago and t ropical count ry located in t he equator so t hat it is highly vulnerable to t he effect s of climate change. Therefore, reduct ion of air pollut ion in t he various sectors of t he energy use, especially t ransportat ion and indust rial sectors should be of serious concern. In connect ion w it h effort s to reduce GHG emissions, t he Indonesian government has commit ted to reduce GHG emissions by t he amount of 26% in 2020. The cont ribut ion of t he energy and t ransportat ion sector in t he reduct ion target is 1.26% or equivalent to 0.038 Gigat ons of Co2.

(32)

kawasan ekonomi yang belum dapat dilayani oleh sistem kelist rikan nasional.

Di beberapa daerah luar Jawa, dimana sumber daya melimpah, just ru terjadi kekurangan pasokan list rik. M enurut kajian Dewan Energi Nasional (DEN) tahun 2010 ada sekitar delapan daerah di Indonesia yang sedang mengalami krisis list rik cukup parah. Adapun daerah tersebut adalah Riau, Kalimantan Barat , Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Selawesi Utara, Bali, dan Nusa Tenggara.

Kesenjangan juga ditandai dengan pert umbuhan rasio elekt rifikasi (jumlah rumah tangga yang sudah berlist rik dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada) antara Jawa dan Luar Jawa.

- Jawa Bali dan Sumatera: rasio elekt rifikasi

mengalami pert umbuhan paling t inggi yait u sekitar 1,1% per tahun

- Kalimantan: rasio elekt rifikasi mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir, disebabkan oleh

keterbatasan pembangkit yang t idak sebanding dengan pertambahan jumlah rumah tangga

- Sulawesi: rasio elekt rifikasi mengalami pert umbuhan yang rendah, hanya 0,5% per tahun disebabkan keterbatasan pembangkit

- Indonesia Bagian Timur: rasio elekt rifikasi

mengalami pert umbuhan sangat rendah, hanya 0,1% per tahun.

2.2.1. Cadangan Energi Fosil Terbatas.

Indonesia mempunyai sumberdaya energi yang cukup beragam, baik berupa fosil maupun non fosil, dimana sumberdaya energi fosil umumnya terdapat di w ilayah Kalimantan dan Sumatera, sedangkan sumberdaya energi non fosil tersebar di w ilayah Indonesia lainnya. Kegiatan eksplorasi berbagai jenis energi fosil tersebut belum dilaksanakan dengan opt imal sehingga jumlah cadangan

been able to be bridged. There are many indust rial and economic regions unable to get service from t he nat ional elect ricit y system.

In some areas out side Java, even w it h abundant resources, t here are shortages of elect ricit y supply. According to t he review by t he Nat ional Energy Board (DEN) in 2010, t here w ere about eight areas in

Indonesia w it h severe elect ricit y crisis. Those are Riau, West Kalimantan, Aceh, Nort h Sumat ra, East

Kalimantan, Sout h Sulaw esi, Nort h Sulaw esi, Bali, and Nusa Tenggara.

The gap w as also marked by t he grow t h of elect rificat ion rat io (t he number of elect rified households divided by t he number of exist ing households) bet w een Java and out side Java.

- Java, Bali and Sumat ra: elect rificat ion rat io have t he highest grow t h of around 1.1% per year, - Kalimantan: elect rificat ion rat io has decreased in

t he last t w o years, due to t he limitat ions of pow er plant s t hat are not proport ional to t he increase in t he number of households,

- Sulaw esi: elect rificat ion rat io have low grow t h, only 0.5% per year due to pow er limitat ions,

- Eastern Indonesia: elect rificat ion rat io has grow n very slow ly at only 0.1% per year.

2.2.1. Limited Reserves of Fossil Energy.

(33)

energi fosil relat if kecil dibandingkan sumberdayanya. Cadangan baru migas relat if menurun karena minat investor unt uk melakukan eksplorasi pada w ilayah terpencil, laut dalam, lapangan marginal, dan proyek Enhanced Oil Recovery (EOR) yang berbiaya t inggi lainnya terhambat oleh sistem bagi hasil yang sama dan adanya ket idakpast ian dalam perat uran perundangan akibat perubahan sistem pemerintahan dari sistem yang bersifat sent ralisasi ke arah desent ralisasi. Kondisi ini juga

berlangsung unt uk energi non fosil.

Potensi energi fosil nasional berdasarkan data tahun 2012, sebagian besar masih dalam bent uk sumber daya sehingga diperlukan kegiatan peningkatan eksplorasi unt uk menambah cadangan. Pada tahun 2012 tersebut besarnya total cadangan minyak bumi nasional mencapai 7,41 milyar barel (3,75 milyar barel cadangan terbukt i dan 3,66 milyar barrel cadangan potent ial). Total cadangan minyak bumi nasional tersebut hanya mencapai 0,3% dari total cadangan terbukt i minyak bumi dunia. Cadangan minyak bumi terbesar terdapat pada w ilayah Sumatera Tengah dengan pangsa sebesar 49,4%, Jawa Timur dengan pangsa sebesar 13,2%, Sumatera Selatan dengan pangsa sebesar 11,2%, dan Kalimantan dengan pangsa sebesar 8,6% dari total cadangan minyak bumi.

Dari total cadangan minyak bumi pada tahun 2012 tersebut , sebesar 314,6 juta barrel telah diproduksi selama tahun 2012, produksi minyak bumi tersebut sudah termasuk kondensat . Namun apabila dibandingkan dengan produksi tahun 2010 yang sebesar 344,8 juta barrel ternyata produksinya mengalami penurunan. Produksi minyak bumi nasional mencapai 918 ribu barel minyak per hari dengan konsumsi 1565 ribu barel minyak per hari, sehingga rasio antara cadangan dan produksi adalah sebesar 11 tahun. Perkembangan total cadangan minyak bumi nasional mulai tahun 2004 hingga 2012 dit unjukkan pada Grafik 2.3.

reserves is relat ively small compared to it s resources. New reserves for oil and gas has decreased because investor's interest for explorat ion in remote areas, deep sea, marginal field, and Enhanced Oil Recovery (EOR) project t hat have high cost have been hampered by t he product ion sharing agreement s and t he uncertaint y in legislat ion due to changes in t he government system from cent ralizat ion tow ards decent ralizat ion. This condit ion also applies for non-fossil energy.

Nat ional fossil energy potent ial based on 2012 data is largely st ill in t he form of resources, necessitat ing an increase in explorat ion act ivit ies to increase reserves. In 2012, t he total amount of t he nat ional pet roleum reserves reached 7.41 billion barrels (3.75 billion barrels of proven reserves and 3.66 billion barrels of potent ial reserves). The total nat ional pet roleum reserve is only 0.3% of total proven w orld oil reserves. Largest oil reserves are in t he region of Cent ral

Sumat ra w it h a share of 49.4%, East Java w it h a share of 13.2%, Sout h Sumat ra w it h a share of 11.2%, and Borneo w it h a share of 8.6% of total pet roleum reserves.

(34)

Sedangkan besarnya cadangan gas bumi pada tahun 2012 mencapai 150,70 TCF, dengan cadangan terbukt i dari gas bumi adalah 103,35 TCF. Angka tersebut menurun apabila dibandingkan dengan besarnya total cadangan gas bumi pada tahun 2010 sebesar 157,14 TCF.. Total cadangan gas bumi nasional tersebut hanya mencapai 1,6% dari total cadangan terbukt i gas bumi dunia. Disamping it u, sekitar separuh dari produksi gas bumi digunakan unt uk ekspor karena infrast rukt ur gas yang terbatas dan harga gas domest ik lebih murah daripada harga gas t ujuan ekspor. Perkembangan total cadangan gas bumi nasional mulai tahun 2004 hingga 2012 dit unjukkan pada Grafik 2.4.

The amount of nat ural gas reserves in 2012 reached 150.70 TCF, w it h proven reserves of nat ural gas of 103.35 TCF. This figure had decreased w hen compared w it h t he total amount of nat ural gas reserves in 2010 w hich w as 157.14 TCF. The total nat ional gas reserves reached only 1.6% of w orld's total proven reserves for nat ural gas. In addit ion, about half of nat ural gas product ion is used for export because of limited gas infrast ruct ure and domest ic gas prices are cheaper t han gas price for export . The development of t he total nat ional gas reserves from 2004 to 2012 is show n in Graph 2.4.

Grafik 2.3. Perkembangan Total Cadangan M inyak Bumi Nasional 2004 – 2012

Graph 2.3. The Development of Nat ional Pet roleum Reserves from 2004 to 2012

Gambar

Tabel 1. Proyeksi Kapasitas PLTN sampai tahun 2050 (M W)
Gambar 1.1. Alur Kerja untuk M enyusun Bauran Energi OptimalFigure 1.1. Work Flow to Arrange Optimal Energy M ix
Gambar 1.2. Pembagian Wilayah Indonesia Untuk Proyeksi Kebutuhan dan Pasokan ListrikFigure 1.2
Gambar 2.1. Pangsa Pasokan Energi NasionalFigure 2.1. The Share of National Energy Supply
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Panitia Pengadaan barang/jasa pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Maluku Utara,dengan ini mengumumkan bahwa pelelangan gagal untuk paket

Dilihat secara berurutan, ketiga data tersebut berada dalam satu penggalan cerita yang memudahkan peneliti dalam memahami konteksnya. Para pengamat ahli pun

Panitia Pengadaan barang/jasa pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Maluku Utara,dengan ini mengumumkan bahwa pelelangan gagal untuk paket

other examples, such as the convergence of slice samplers (Roberts and Rosenthal, 1999), this extra condition does not alter the bound on the actual convergence time (see Theorem 12

Panitia Pengadaan barang/jasa pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Provinsi Maluku Utara,dengan ini mengumumkan bahwa pelelangan gagal untuk paket

PEKERJAAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN TALUD DAN PEKERJAAN SERVICE ROAD TERMINAL BARU BANDARA SULTAN BABULLAH

Dari gambar 1, dapat diketahui bahwa untuk membuat suatu peta 3D dibutuhkan sumber daya awal yang nantinya diolah dengan menggunakan aplikasi Unreal Engine. Editor yang