i
STRUKTUR RANGKA BATANG
TOWER CRANE
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana sains dan teknologi
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan oleh :
Nama : ADE KURNIAWAN
NIM : 035214048
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
TRUSS STRUCTURE
TOWER CRANE
FINAL PROJECT
Presented as partial fulfillment of the requirements to obtain the
sarjana science and technologi degree
In Mechanical Engineering
By :
Nama : ADE KURNIAWAN
NIM : 035214048
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGI FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak didapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta,
2
oktober
2007
Ade Kurniawan
vi
INTISARI
Proses pemindahan material merupakan salah satu mekanisme yang sangat
penting dalam pengerjaan konstruksi bangunan bertingkat. Mekanisme
pemindahan material yang sangat berat membutuhkan suatu alat yang dapat
mengangkat, menurunkan, menggeser dan memindahkan material pada sebuah
ketinggian. Jenis pesawat pengangkat yang sering digunakan dalam konstruksi
bangunan bertingkat adalah tower crane.
Struktur yaitu sesuatu yang dirancang untuk mendukung beban dengan
bentuk tertentu, rangka batang adalah salah satu dari jenis struktur yang terdiri
dari rangka batang 2 dimensi dan rangka batang 3 dimensi.
Dalam tugas akhir ini penulis merancangan ulang struktur rangka batang
tower crane merek GRU EDILMAC tipe E.751 dengan kapasitas 6 ton, tinggi
kapasitas angkat 35 m serta mampu memindahkan beban sejauh 43 m.
Dalam perancangan ulang struktur rangka batang tower crane merek GRU
EDILMAC tipe E.751 dalam menganalisis kekuatan dari struktur rangka batang
tersebut menggunakan program SAP 2000 V.8.0.8. Setelah mendapat hasil
analisis dari setiap batang penulis menghitung kekuatan pada sambungan dan
vii
ABSTRACT
The material moving process is one of the most important mechanism in
constructing a multy storey building. It needs a specific tool to lift, to descent or
simply to move a very heavy material a bit. The type of lifting plane that is often
used in constructing a multy storey building is a Tower Crane.
Structure is thing designed to support load with certain form, truss is one
of structure type consisted of by plane truss sytem and space truss sytem.
In this study, the writer reconstructs the truss structure of GRU EDILMAC
type E.751 Tower Crane with 6 ton capacity, and 35 m height lifting capacity. It
can move material as far as 43 m.
The writer uses SAP 2000 v.8.0.8 in reconstructing the GRU Edilmac type
E.751 truss structure and also in analysing its power. After getting the analysis
result of each frame, the writer counts the power of each frame connection among
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
struktur rangka batang tower
crane
. Tugas Akhir ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.
Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk perkembangan
perancangan pada struktur elemen-elemen mesin, serta dapat menambah
pengetahuan bagi para mahasiswa. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam
tulisan ini. Maka dari itu penulis mengharapkan saran maupun kritik yang
membangun dari para dosen dan teman-teman mahasiswa.
Pada kesempatan ini juga, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas
semua bantuan selama proses penyusunan Tugas Akhir kepada:
1.
Bapak RB. Dwiseno Wihadi, S.T.,M.Si., selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing dan memberi saran-saran kepada penulis dalam
penyusunan Tugas Akhir
2.
Bapak Budi Sugiharto, S.T.,M.T., selaku ketua program studi Teknik Mesin
3.
Segenap Dosen Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dengan
pengetahuan yang sangat membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4.
Bapak dan Ibu yg tercinta, atas dorongan doa, semangat dan biaya selama
ix
5.
Buat kekasihku yang tercinta Rina Sugianto yang selalu memberiku
semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6.
Buat saudara-saudaraku Beli Putu, Landung, Prono, teman seperjuanganku
dalam menyelesaikan tugas akhir dan saudara-saudaraku di kos patria.
7.
Teman-teman lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberi bantuan baik secara moral atau material.
Akhirnya penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa / mahasiswi dan para pembaca lainnya.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..………i
HALAMAN JUDUL.………ii
HALAMAN PENGESAHAN.……….iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN………….……….iv
HALAMAN PERNYATAAN………...v
INTISARI………..vi
ABSTRACT………..vii
KATA PENGANTAR………..viii
DAFTAR ISI……….…..x
DAFTAR TABEL……...………...………...xiii
DAFTAR GAMBAR…...………...…..xiv
DAFTAR NOTASI...xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
.Pengantar…….…...………..1
1.2
.Tower crane merupakan pewawat pengangkat dan pengangkut… ….1
1.3
.Klasifikasi pesawat pengangkat dan pengangkut………...…..2
1.4
.Tower crane………...………...2
1.5
.Batasan masalah………..……….5
BAB II DASAR TEORI
2.1 .Pengertian struktur………...…….6
2.2. Macam-macam struktur…...………...……..6
xi
2.4 Analisis rangka batang...10
2.4.1.Metode keseimbangan titik hubung………...…………...….10
2.4.2.Program analisis dengan komputer………....……...….14
2.5 Sambungan pada rangka batang...14
2.5.1.Sambungan las...………...………….….15
2.5.1.1Kekuatan las………....……...…...18
2.5.2.Sambungan mur-baut...………...…………...21
2.5.2.1Kekuatan Sambungan mur-baut……...…...24
BAB III PERANCANGAN STRUKTUR RANGKA BATANG DAN
STABILITAS TOWER CRANE.
3.1. Perancangan struktur rangka batang tower crane..………...27
3.1.1.Struktur rangka menara (mast)...………...………….….28
3.1.2.Struktur lengan angkat (jib)………...………....30
3.1.3.Struktur lengan penyeimbang(counter jib) ……..…………34
3.1.4.Struktur menara atas(top)...……… …………..…...…36
3.1.5.Analisis rangka batang... …………..…...…37
3.1.6.Sambungan pada rangka batang... …………..…...…49
3.1.6.1.Kekuatan sambungan las...49
3.1.6.2.Kekuatan sambungan mur-baut...51
3.2 Pondasi tower crane...55
3.3 Stabilitas tower crane...56
3.3.1.Keadaan berbeban...………...….…....…….….57
xii
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan……..……….…………60
4.2
Saran……….62
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Ukuran las dan tegangan ijin persatuan panjang.
Tabel 2.2
Ukuran standard ulir kasar metris (JIS B 0205).
Tabel 3.1
Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP
2002 v.8.08 pada batang 96.
Tabel 3.2
Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP
2002 v.8.08 pada batang 550.
Tabel 3.3
Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP
2002 v.8.08 pada batang 607.
Tabel 3.4
Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP
2002 v.8.08 pada batang 1095.
Tabel 3.5
Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP
2002 v.8.08 pada batang 915.
Tabel 3.6
Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP
2002 v.8.08 pada batang 915 dengan profil yang berbeda.
Tabel 3.7
Daftar bahan
Tabel 3.8
Daftar berat rangka batang tower crane yang diperoleh dari
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Tower crane
Gambar 2.1
Rangka batang 2-dimensi
Gambar 2.2
Rangka batang 3-dimensi
Gambar 2.3
Diagram benda bebas pada rangka batang
Gambar 2.4
Kampuh las V
Gambar 2.5
Kampuh las X
Gambar 2.6
Kampuh las rangkap
Gambar 2.7
Tipe las dan contoh penempatan posisi las
Gambar 2.8
Penentuan ukuran las
Gambar 2.9
Sambungan mur-baut
Gambar 2.10 Nama bagian-bagian ulir
Gambar 2.11 Tekanan permukaan pada ulir
Gambar 3.1
Menara dibawah tower head dalam 1 stage
Gambar 3.2
Menara diatas tower head dalam 1 stage
Gambar 3.3
Lengan Angkat 1 dalam 1 stage
Gambar 3.4
Lengan Angkat 2 dalam 1 stage
Gambar 3.5
Lengan Angkat 3 dalam 1 stage
Gambar 3.6
Lengan Penyeimbang 1
Gambar 3.7
Lengan Penyeimbang 2
Gambar 3.8
Menara Atas
xv
Gambar 3.10 Detail sambungan las
Gambar 3.11 Detail sambungan mur-baut
Gambar 3.12 Pondasi tower crane
Gambar 4.1
Kerusakan batang pada stage 2 lengan angkat 1
Gambar 4.2
Penambahan batang pada profil L152x152x15,9 mm, pada
xvi
DAFTAR NOTASI
A =
luas
penampang.
a
= jarak pada saat beban penuh.
b =
lebar
pondasi
Cm =
faktor perkalian karena distribusi momen yang tidak seragam
bentangan.
Cb =
koefisien pengali momen tekuk lateral.
d
1= diameter inti baut.
2d
= diameter efektif baut.
E =
modulus
elastisitas.
e
l= jarak titik berat dengan sumbu putar.
e
g= jarak lengan pengimbang dengan sumbu putar.
f
a stress=
tegangan yg terjadi.
F
a allowable=
tgangan tekan ijin.
F
t allowable=
tegangan tarik ijin.
F
b stress=
momen lentur.
F
b allowable=
kekuatan ijin bahan dalam menahan momen.
F
e allowable=
kekuatan ijin bahan dalam menahan momen terfaktor.
F
sb= tegangan geser ijin baut.
f
sb=
Tegangan geser pada ulir baut.
m s
F
= tegangan geser ijin mur.
f
t= tegangan aksial yang terjadi pada baut.
F
tb= tegangan tarik ijin baut.
F
v= kekuatan geser ijin sambungan las.
F
v stress=
tegangan geser .
F
v allowable=
tegangan geser ijin
F
y= tegangan
leleh
G
f=
bobot
pondasi
xvii
G
l= bobot lengan crane yang berputar (tanpa penyeimbang).
G
2= bobot rangka yang tidak berputar.
h
= tinggi kaitan ulir baut.
H
= beban yang ditimbulkan karena hujan.
I =
momen
inersia.
K =
faktor panjang efektif untuk patah, tergantung pada
pengekang-pengekang ujung batang.
L =
panjang.
L
a=
beban hidup yang ditimbulkan pekerja selama penggunaan.
M
33= momen dalam bidang (1-3).
M
22= momen dalam bidang (1-2).
n =
jumlah
baut
P
= beban aksial, (-) menunjukan beban aksial tekan dan (+) beban
aksial tarik .
p
=
jarak
bagi.
q
= tekanan kontak pada permkaan ulir
Q
= bobot muatan.
r =
jari-jari,
jari-jari
girasi.
S =
modulus
irisan.
T =
momen
torsi.
V
= resultan gaya pada
tower crane
pada saat berbeban penuh.
V
d= kekuatan sambungan las.
V
2= gaya geser dalam bidang (1-2).
V
3= gaya geser dalam bidang (1-3).
V
o= resultan gaya pada tower crane pada saat tak terbeban
W =
beban
angin.
z
= jumlah ulr mur.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Pengantar
Peralatan pengangkat merupakan alat yang digunakan untuk
memindahkan barang atau material dari tempat satu ke tempat lain dengan
jumlah dan besar yang terbatas dan dengan jarak yang sangat terbatas pula.
Operasi muatan dan pengangkutan dalam setiap jenis usaha tergantung pada
fasilitas transportasi dalam lokasi dan luar lokasi dalam pabrik. Dewasa ini
sering kita jumpai peralatan pengangkat dengan berbagai desain. yang
diharapkan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Peralatan pengangkat untuk
menangani benda padat berbeda dengan pesawat pengangkat untuk menangani
benda cair. Pada dasarnya pesawat pengangkat di desain untuk melakukan
gerakan-gerakan tertentu seperti mengangkat, menggeser, menahan dan
memindah muatan.
1.2.Tower Crane Merupakan Pesawat pengangkat dan pengangkut
Pesawat pengangkat dan pengangkut dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a.
External Transport
External
Transport
adalah pengangkutan atau pemindahan muatan
dari luar unit kegiatan/pabrik ke dalam unit kegiatan/pabrik atau
sebaliknya. Misalnya : bahan baku dari luar ke dalam unit kegiatan, atau
2
b.
Internal Transport
Internal
Transport
yaitu pengangkutan atau pemindahan barang
atau material di dalam unit kegiatan atau pabrik. Misalnya : dari unit
produksi ke unit finishing.
1.3.Klasifikasi Pesawat Pengangkat
Pengelompokan jenis-jenis pesawat pengangkat menurut dasar-dasar
rancangannya adalah sebagai berikut :
a.
Alat-alat pengangkat manual misalnya dongkrak dan puli
b.
Mesin-mesin pengangkat
(crane)
c.
Elevator
Menurut tipenya pesawat pengangkatdibedakan atas :
a.
Pesawat pengangkat stasioner (
Stationary
Hoisting Equipment
)
b.
Pesawat pengangkat jenis
mobil (
Mobile Hoisting Equipment
)
c.
Pesawat pengangkat
ringan (
Portable Hoisting Equipment
)
d.
Crane
dengan lintasan khusus (
Traveling Type Hoisting
Equipment
)
1.4.
Tower Crane
3
untuk memindahkan bahan di lapangan atau pada tempat-tempat penumpukan
bahan.
Tower crane
merupakan peralatan pengangkat yang mempunyai tiga
gerakan utama, yaitu: gerak
hoisting
, gerak
traveling
dan gerak
slewing
. Ada
jenis
tower crane
yang dapat dipindahkan dengan menggunakan roda jalan
tanpa membongkar pasang dan ada pula yang yang dipasang tetap pada
pondasi.
Tower crane
mempunyai banyak variasi baik dalam jenis, kapasitas,
cara pengoperasian, frekuensi penggunaan dan harga. Secara umum
tower
crane
hanya menahan beban yang diangkat, tetapi rangka-rangka tower crane
serta pondasi juga harus dirancang untuk menerima beban akibat lingkungan
kerja sekitar seperti angin dan temperatur yang tinggi seperti terlihat pada
4
Gambar1.1 Tower crane
Keterangan :
1.
Pondasi
2.
Rangka menara dibawah tower head
3.
Tower Head
4.
Rangka menara diatas tower head
5.
Kabin
6.
Rangka lengan penyeimbang
7.
Bobot penyeimbang
8.
Sling
9.
Menara atas
10.
Rangka lengan angkat
11.
Kait
Dari berbagai macam jenis pesawat pengangkat yang ada, penulis akan
membahas struktur
rangka batang tower crane
merek GRU EDILMAC tipe
E.751ersebut dengan spesifikasi sebagai berikut :
1.
Kapasitas
angkat
:
6
ton.
2.
Kecepatan angkat standar
: 30 m/menit
3.
Kecepatan pergeseran trolley
: 55 m/menit
4.
Macam gerakan
:
hoisting, trevelling, dan
slewing
.
5
6.
Panjang lengan angkat (
boom
)
: 46 m.
7.
Tinggi kapasitas angkat
: 35 m
1.5 Batasan Masalah
Dalam tugas akhir ini penulis merancang ulang struktur rangka batang
dari tower crane Gru EdilMac tipe E.751. Bentuk struktur rangka abtang dan
bentuk profil sudah diketahui dan penulis lebih menekankan pada analisis
6
BAB II
STRUKTUR RANGKA BATANG
2.1 Pengetian Struktur
Pertama kita perlu mendefinisikan tentang struktur apa yang dimaksud
dengan
struktur.
sebuah jembatan, bendungan atau gedung; benda itu memang
termasuk dalam struktur, tetapi masih membatasi terlalu sempit pemakaian
istilah struktur yang dapat dipakai secara lebih luas. Mobil, kapal terbang,
peti, bahkan kursi itu merupakan suatu struktur. Berarti yang di maksud
dengan
struktur
yaitu sesuatu yang dirancang untuk mendukung beban dengan
bentuk tertentu, sama seperti halnya pada struktur rangka batang tower crane
yang fungsinya untuk mendukung beban-beban yang ada.
2.2 Macam-macam Struktur
a.
Rangka batang (truss)
yaitu struktur yang seluruh anggotanya dipandang sebagai
bagian-bagian yang dihubungkan dengan sendi. Terdapat dua macam rangka
batang yaitu :
1.
Sistem rangka batang 2-dimensi (Plane truss sytem)
Struktur
terbentuk
dari
elemen-elemen batang lurus (lazimnya
prismatis) yang dirangkai dalam bidang datar, dengan sambuangan
antar ujung-ujung batang diasumsikan “sendi sempurna”. Beban luar
7
arah sembarangan namun harus sebidang dengan bidang struktur
tersebut. Bentuk dasar dari rangkaian batang-batang tersebut umumnya
adalah berupa bentuk segitiga. Apabila semua persyaratan tersebut
dipenuhi maka dapat di jamin bahwa semua elemen-elemen
pembentuk sistem rangka batang 2-dimensi tersebut hanya akan
mengalami gaya aksial desak atau tarik.Berbagai contoh struktur
dilapangan yang dapat di idealisasikan menjadi sistem rangka batang
2-dimensi antara lain adalah struktur kuda-kuda, penyangga atap
bangunan dan struktur jembatan rangka.
Gambar 2.1 Rangka batang 2-dimensi
2.
Sistem rangka batang 3-dimensi (space truss sytem)
Struktur terbentuk dari elemen-elemen batang lurus
(lazimnya prismatis) yang dirangkai dalam ruang 3-dimensi, dengan
sambungan antar ujung-ujung batang diasumsikan ‘sendi sempurna”.
8
sambungan) dengan arah sembarang dalam ruang 3-dimensi. Jenis
tumpuan lazimnya adalah jepit.
Berdasarkan pertimbangan struktur, bentuk dasar dari
rangkaian batang-batang tersebut umumnya adalah berupa bentuk
segitiga. Berbagai contoh struktur yang dapat diidealisasikan menjadi
sistem rangka batang 3-dimensi antara lain adalah: struktur rangka
pada tower crane, menara-menara telekomunikasi/pemancar televisi
dan struktur kuda-kuda pada penyangga atap yang luas misalnya
stadion dan hangar pesawat terbang.
2
.
2
.
1
R
a
2.2 Rangka batang 3-dimensi
b.
sistem portal 2-dimensi
9
d.
Sistem Portal 3-dimensi
2.3 Beban Pada struktur
Penentuan beban yang bekerja pada struktur atau elemen struktur
secara tepat tidak selalu dapat dilakukan. Walaupun lokasi beban struktur
diketahui, distribusi beban dari elemen ke elemen pada struktur biasanya
membutuhkan anggapan dan pendekatan yaitu:
1.
Beban Mati
Beban mati adalah beban kerja akibat gravitasi yang tetap
posisinya disebut demikian karena bekerja terus menerus dengan arah
kebumi tempat struktur didirikan berat struktur dipandang sebagai beban
mati, demikian juga perlengkapan yang digantungkan pada struktur seperti
kabel, lampu, kait (hook), motor penggerak dengan kata lain semua benda
yang tetap posisinya selama struktur berdiri dipandang sebagai beban mati.
2.
Beban Hidup
Beban hidup adalah Beban gravitasi pada struktur, yang besar dan
lokasinya bervariasi. Contoh beban hidup adalah Manusia, peralatan yang
dapat bergerak.
3.
Beban Angin
Semua struktur memikul beban angin tetapi umumnya hanya pada
struktur yang tinggi.
4.
Beban hujan
10
2.4 Analisis Rangka Batang
Rancangan pada rangka batang meliputi ketentuan-ketentuan
gaya-gaya pada berbagai batang, tegangan dan regangan yang terjadi, pemilihan
profil batang dan pemilihan ukuran batang. Batang-batang disambung
membentuk rangka batang, sambungan ini dapat berupa sambungan Keling,
Baut dan sambungan las. Bentuk struktur dari batang-batang ini adalah
segitiga, karena bentuk ini lebih stabil dibandingkan dengan bentuk yang
lainya. Dalam menganalisis suatu rangka batang, sambungan batang-batang
(simpul) disebut dengan joint. Gaya batang disebut tarik apabila arah gaya
tanda positif (+) sedangkan bila arah gaya tekan batang diberi tanda negative
(-).Untuk menganalisa rangka batang dapat menggunakan :
2.4.1 Metode keseimbangan titik hubung
Analisa rangka batang menggunakan metode titik hubung, rangka
batang dianggap sebagai gabungan batang dan titik hubung. Gaya batang
diperoleh dengan meninjau keseimbangan titik-titik hubung dan setiap
titik-titik hubung harus berada dalam keseimbangan. Gambar 2.3
mengGambarkan rangka batang umum yang telah diuraikan atas
kumpulan elemen-elemen linier dan titik hubung ideal. Diagram benda
bebas untuk titik hubungn dan batang. Dengan meninjau titik-titik
hubung dapat terlihat bahwa sistem gaya yang bekerja pada setiap titik
11
beban eksternal yang bekerja pada rangka batang. Gaya batang pada titik
hubung sama dan berlawanan arah dengan yang bekerja melalui titik
yang sama, karena semua gaya melalui satu titik yaitu titik hubung yang
bersangkutan maka keseimbangan rotasi tidak perlu ditinjau. Untuk
benda 2 dimensi dapat dinyatakan dengan persamaan kesetimbangan
suatu partikel
Σ
F
x= 0 dan
Σ
F
y= 0. Titik awal dalam menganalisa adalah
titik tumpuan, apabila gaya pada suatu batang telah diketahui dari
kesetimbangan pada suatu titik hubung maka dapat ditinjau titik hubung
berikutnya dimana gaya batang tersebut telah diketahui hal ini dilakukan
berurutan sampai diketahui gaya pada seluruh batang. Perhitungan untuk
menentukan gaya langkah yang pertama adalah menentukan arah gaya
yang bekerja pada masing-masing batang lalu menghitung gaya setiap
12
Gambar 2.3 Diagram benda bebas pada rangka batang
1.
Titik hubung A
Kesetimbangan dalam arah vertikal :
Σ
y= 0
↑
+
+0.5p-F
AEsin 45º = 0
13
Batang AE bertanda positif, berarti sesuai dengan permisalan, yaitu
tekan
Keseimbangan dalam arah horizontal : F
x= 0
→
+
F
AEcos 45º+F
AB= 0
F
AB= +0.5 P (tekan )
Karena bertanda positif maka bantang AB adalah tarik sesuai dengan
permisalan
2.
Titik hubung E
Keseimbangan dalam arah vertical
Σ
Fy = 0
↑
+
+ F
AEsin 45º - F
EBsin 45º = 0
+
F
BE=+0.707P (tarik)
Keseimbangan dalam arah horizontal:
Σ
F
x= 0
→
+ :
F
ED= 1 P (tekan)
3.
Titik hubung B
Keseimbangan dalam arah vertical: FY = 0
↑
+
F
EDsin 45 º + F
BDsin 45º - P = 0
F
BD= 0.0707p (tarik)
Keseimbangan dalah arah horizontal FX = 0
→
+ :1
F
AB+ F
BC- F
EBcos 45º + F
BDcos 45º = 0 atau F
BC=0.5(tarik)
4.
Titik hubung D
Kesetimbangan dalam arah vertical:
Σ
FY = 0
↑
+ :
-F
BDsin 45º + FBC sin 45º = 0
14
Kesetimbangan dalah arah horizontal FX = 0
→
+ :
+
F
DE– F
DBcos 45º - F
DCcos 45º = 0
1 p – 0.0707P cos 45º - 0.707 cos 45º = 0
5. Titik hubung C
Kesetimbangan dalam arah vertical:
Σ
Fy = 0
↑
+ :
-F
DCsin 45º + 0.5p = 0
-0.707P sin 45º + 0.5P = 0
Kesetimbangan dalam arah horizontal:
Σ
Fx = 0
→
:
-F
BC+ F
BCcos 45º = 0 atau -0.5p + 0.707P cos 45º = 0
2.4.2 Program analisis dengan Komputer
Analisis rangka batang pada tower crane tidak memungkinkan
untuk menghitung analisis secara manual karena bentuknya rumit dan
kompleks. Oleh karena itu Program yang akan digunakan dalam analisis
rangka batang ini menggunakan program computer yaitu SAP-2000
versi 8.0.8.
2.5 Sambungan Pada Rangka Batang
Sambungan pada rangka batang
Tower Crane
meliputi sambungan las
dan sambungan mur-baut. Sambungan pada rangka batang diperlukan jika:
1.
Batang standar kurang panjang
2.
Untuk meneruskan gaya dari elemen satu ke elemen yang lain
3.
Sambungan
truss
15
5.
Untuk membentuk batang tersusun
6.
Terdapat perubahan tampang
Kuat rencana setiap komponen sambungan tidak boleh kurang dari
beban yang dihitung. Perencanaan sambungan harus memenuhi persyaratan
berikut:
1.
Gaya-dalam yang disalurkan berada dalam keseimbangan dengan
gaya-gaya yang bekerja pada sambungan.
2.
Deformasi pada sambungan masih berada dalam batas kemampuan
deformasi sambungan.
3.
Sambungan dan komponen yang berdekatan harus mampu memikul
gaya-gaya yang bekerja padanya.
2.5.1 Sambungan Las
Sambungan las yaitu ikatan metalurgi pada sambungan logam
paduan yang dilaksanakn pada keadaan lumer atau cair.
Metode pengelasan terdapat 3 macam yaitu :
1.
metode las tekan yaitu Bagian yang disambung akan dipanaskan
kemudian ditekan. Metode pengelasan ini tanpa menggunakan bahan
tambahan.
2.
Metode las cair yaitu bagian yang akan disambung dipanaskan
16
3.
Pematrian yaitu bagian yang akan disambung disatukan dengan
menggunakan paduan logam dengan titik cair rendah ( logam yang
disambung tidak ikut mencair ).
Metode pengelasan yang digunakan untuk sambungan pada
rangka batang tower crane menggunakan metode las cair. Bagian-bagian
dari las adalah :
a. Bentuk- Bentuk Kampuh las
1.
Kampuh las-V
Kampuh las V digunaka untuk menyambung plat dengan
ketebalan 6-12mm dan apabila hanya dapat dilas satu sisi
permukaan yang akan dilas saja. Kampuh las-X dapat dilihat
pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 kampuh Las V
2.
Kampuh Las X
kampuh las X digunakan untuk menyambungan plat dengan
ketebalan 12-25mm dan kedua sisi permukaan yang akan di las
17
Gambar 2.5 Kampuh las-X
3.
Kampuh Las Sudut Rangkap
Kampuh las sudut rangkap digunakan apabila untuk
megelas dua buah plat dengan ketebalan plat 5-30mm yang
saling tegak lurus. Kampuh las sudut rangkap dapat dilihat pada
Gambar 2.6
Gambar 2.6 Kampuh Las sudut rangkap
b. Tipe Las
Tipe las tergantung dari lokasi yang akan di las Gambar 2.7
18
Gambar 2.7 Tipe las dan contoh penempatan lokasi las
2.5.1.1 Kekuatan Las
Kekuatan las dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu bahan
yang akan dilas, jenis elektroda, ukuran las dan panjang las.
Tabel dibawah ini menunjukan kekuatan sambungan las yang
dilihat dari ukuran las dan panjang pengelasan dengan bahan
19
Tabel 2-1 Ukuran Las dan Beban Ijin F persatuan panjang.
Sumber :
Alfred Jensen dan Harry H.Chenoweth ,
Kekuatan
Bahan Terapan
. (Hal.70)
Tebal pelat
Ukuran las
minimum
Ukuran las
Maksimum
Gaya geser ijin
F
Persatuan
Panjang ukuran
Las Maksimum
in mm
in mm
in mm
Lb/in
N/mm
11/16
5/8
9/16
½
7/16
3/8
5/16
¼
3/16
1/8
18
16
15
14
12
10
8
6
5
3
¼
¼
¼
3/16
3/16
3/16
3/16
1/8
1/8
1/8
6
6
6
5
5
5
5
3
3
3
5/8
9/16
½
7/16
3/8
5/16
¼
¼
3/16
1/8
16
14
13
12
10
8
6
6
5
3
9060
8150
7250
6340
5440
4530
3620
3620
2720
1810
1600
1400
1300
1200
100
800
600
600
500
300
Dalam menentukan ukuran las dapat dilihat dari Gambar
2.8 dibawah ini. Setelah Menentukan ukuran las dapat dihitung
20
Gambar 2.8 Penentuan ukuran las
Tinjauan kekuatan sambungan las :
V
d= L x F
v....…...………...…..….(2.5.1-1)
P
≤
V
d...(2.5.1-2)
Keterangan :.
P
= beban pada pengelasan.
L
= panjang pengelasan
V
d= kekuatan sambungan las
21
2.5.2 Sambungan Mur-Baut
Sambungan Mur dan Baut termasuk dalam sambungan tidak tetap
karena pada sambungannya dapat dilepas seperti yang dilihat dalam
Gambar 2.9 dibawah ini.
Gambar 2.9 Sambungan Mur- Baut
Macam-macam bentuk profil ulir terdiri dari Bentuk V, Persegi
panjang, Trapesium, Bulat, Setengah trapesium. Gambar 2.10 dibawah
ini adalah bagian-bagian dari ulir.
22
Keterangan :
1.
Sudut ulir.
2.
Puncak ulir luar.
3.
Jarak bagi.
4.
Diameter inti dari ulir luar.
5.
Diameter luar dari baut.
6.
Diameter dalam dari ulir dalam.
7.
Diameter luar dari ulir luar.
Macam-macam ulir menurut penggunaan:
a. Ulir
sekrup
pengikatan
-
ulir withworth
-
ulir sellers
-
ulir matrik
b. Ulir
sekrup
gerak
-
ulir persegi panjang
-
ulir trapesium
c. Ulir
sekrup
gas
- ulir withworth
- ulir bisentrix
Ukuran standar dari ulir dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berdasarkan
23
Tabel 2.2 ukuran standar ulir kasar metris (JIS B 0205)
Sumber : Sularso, K iyokatsu Suga
, Dasar perencanaan dan pemilihan
elemen mesin,
hal. 290.
24
2.5.2.1 Kekuatan Sambungan Mur-Baut
a.
Kekuatan baut dengan pembebanan tegangan normal.
Langkah-langkah dalam meninjau kekuatan baut
sesuai dengan persamaan dibawah ini.
Sumber : Buku dasar perencanaan dan pemilihan elemen
mesin, Sularso, Kiyokatsu Suga hal 296.
•
Tegangan aksial yang terjadi pada baut pada diameter
inti baut.
f
t=
A
P
=
(
)
2 14
/
d
P
π
...(2.5.2-3)
f
t=
A
P
≤
F
tb...(2.5.2-4)
d
1 b tF
p
2
≥
...(2.5.2-5)
Keterangan :
f
t= tegangan aksial yang terjadi pada baut
P = beban pada sambungan
F
tb= tegangan tarik ijin baut.
A = luas permukaan baut inti.
d
1= diameter inti baut (sesuai Tabel 2.2)
•
Tekanan kontak pada permukaan ulir seperti yang
terlihat pada Gambar 2.11 dibawah ini dan dikatakan
25
Gambar 2.11 tekanan permukaan pada ulir
q =
F
sbhz
d
p
≤
2
π
...(2.5.2-6)
dengan z = d/
p= 8,8
Keterangan :
q = tekanan kontak pada permkaan ulir.
F
sb= tegangan geser ijin baut.
h = tinggi kaitan ulir baut. (sesuai Tabel 2.2)
z = jumlah ulr mur.
2
d
= diameter efektif baut (sesuai Tabel 2.2)
•
Tegangan geser pada akar ulir baut dikataka aman jika.
f
sb=
z
k
d
P
p
1
π
b s
F
≤
...(2.5.2-7)
Keterangan :
f
sb=
Tegangan geser pada ulir baut.
p
= jarak bagi.
26
•
Tegangan geser pada akar ulir mur dikatakan aman jika.
f
sm=
z
Dj
p
p
π
m s
F
≤
...(2.5.2-8)
Keterangan :
m s
F
= tegangan geser ijin mur
j =
0,75
D
= diameter luar baut (sesuai Tabel 2.2)
b.
Kekuatan baut yang menerima beban geser.
F
smax= F
sb XA...(2.5.2-9)
Jadi kekuatan Sambungan mur dan baut dikatakan aman
jika :
P
≤
n.F
smax...(2.5.2-10)
Keterangan :
P
= beban pada sambungan .
A
= luas permukaan baut.
27
BAB III
PERANCANGAN STRUKTUR RANGKA BATANG DAN
STABILITAS TOWER CRANE
Struktur rangka batang tower crane
mendukung semua mekanisme
operasi, perlengkapan listrik, motor, dan peralatan pengendali crane tersebut.
Kerangka harus dapat menahan beban-beban yang ada yaitu beban mati, beban
hidup, Beban angin (ditempat terbuka), gaya inersia dan lain-lain.
Struktur rangka
batang tower crane
ini akan menstransmisikan gaya-gaya tersebut pada pondasi
atau pendukung lainya pada bangunan gedung.
Struktur rangka batang tower crane
harus dapat menjamin kekuatan
dan stabilitas kontruksi secara keseluruhan. Hal ini berarti tegangan pada
elemenya secara terpisah tidak boleh melebihi batas amannya. Kekakuan
struktur
rangka batang tower crane
yang cukup merupakan tuntunan utama untuk
mendapatkan operasi seluruh mekanisme kerja yang dapat diandalkan dan bebas
dari gangguan.
3.1 Perancangan Struktur Rangka Batang Tower Crane
Pada kontruksi
rangka batang tower crane,
jenis baja yang digunakan
untuk semua batang yaitu BJ 55 dan sesuai dengan lampiran, dengan
tegangan putus minimum (
F
u) 550 MPa, tegangan leleh minimum (
F
y) 410
MPa
dan modulus elastisitasnya 200 GPa. Struktur rangka batang yang
28
3.
1. 1. Struktur Rangka Menara
(Mast)
Pada struktur rangka menara terdapat dua macam 2 macam
bentuk struktur yang berbeda :
1.
Struktur Rangka Menara dibawah Tower Head
Pada struktur rangka menara yang terdapat di bawah tower
head terdiri dari dari 10 stage, Gambar 3.1 menunjukan ukuran dan
bentuk dalam 1 stage :
Gambar 3. 1. Menara di bawah tower head dalam 1 stage
Keterangan :
A.
Bentuk profil
: Siku-siku sama kaki (L)
29
B.
Bentuk profil
: Siku-siku sama kaki (L)
Ukuran profil
: L76 x 76 x9.5 mm
2.
Struktur Rangka Menara diatas Tower Head
Pada Gambar 3.2 menunjukan struktur rangka menara diatas
tower head. Profil baja yang digunakan pada struktur menara diatas
tower head terdiri dari :
A. Bentuk profil
: Siku-siku sama kaki (L)
Ukuran Profil
: L152 x 152 x 15,9 mm
B.
Bentuk profil
: Siku-siku sama kaki (L)
30
Gambar 3. 2. Menara diatas tower head dalam 1 stage.
3.1.2. Struktur Lengan Angkat (Jib)
Struktur Lengan Angkat terdiri dari 9 stage dan terdiri dari 3 bagian
yang berbeda yaitu :
1. Lengan angkat 1.
Terdiri dari 3 bagian yaitu stage 1-3. Pada Gambar 3.3
menunjukan profil Lengan Angkat1 dalam 1 stage. Profil baja yang
31
A. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran Profil
: Diameter
: 48,3 mm
: Tebal
: 3,68 mm
B. Bentuk profil
: C(channels) + pelat
Ukuran profil C
:150 x 15,6 mm
Ukuran profil pelat : 150 x 8 mm
C. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran profil
: Diameter
: 21,3 mm
: Tebal
: 2,77 mm
Gambar 3. 3. Lengan Angkat1 dalam 1 stage.
2. Lengan angkat 2
Terdiri dari 4 bagian yaitu stage 4-7. Pada Gambar 3.4
menunjukan bentuk lengan angkat 2 dalam 1 stage. Profil baja yang
32
A. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran profil
: Diameter
: 48,3 mm
: Tebal
: 3,68 mm
B. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran profil
: Diameter
: 33,4 mm
: Tebal
: 3,38 mm
C. Bentuk profil
: C / channel
Ukuran profil
:150 x 15,6 mm
D. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran profil
: Diameter
: 21,3 mm
: Tebal
: 2,77 mm
33
3. Lengan angkat 3
Terdiri dari 2 bagian yaitu stage 8 dan 9. Pada Gambar 3.5
menunjukan bentuk Lengan Angkat 3 dalam 1 stage. Profil baja yang
digunakan terdiri dari :
A. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran penampang : Diameter
: 33,4 mm
: Tebal
: 3,38 mm
B. Bentuk profil
: C / channel
Ukuran profil
:150 x 15,6mm
C. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran penampang : Diameter
: 21,3 mm
: Tebal
: 2,77 mm
34
3.1.3 Struktur Lengan Pengimbang
(Counter Jib)
Pada lengan penyeimbang terdiri dari 2 bagian yaitu :
1.
lengan penyeimbang 1
Gambar 3.6 menunjukan bentuk lengan penyeimbang 1. Profil baja
yang digunakan terdiri dari :
A. Bentuk profil
: C / channel + pelat
Ukuran profil C
:150 x 15,6 mm
Ukuran profil pelat
: 150 x 5 mm
B. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran penampang
: Diameter
: 33,4 mm
: Tebal
: 3,38 mm
C. Bentuk profil
: C / channel
Ukuran profil
: 75x 8,9 mm
35
2.
Lengan Penyeimbang 2
Gambar 3.7 bentuk rangka batang lengan penyeimbang. Profil baja
yang digunakan terdiri dari :
A. Bentuk profil
:C(channels) + Pelat
Ukuran Kanal C
:150 x 15,6 mm
Ukuran Pelat
: 150 x 5 mm
B. Bentuk profil
: Pipa bulat
Ukuran penampang
: Diameter
: 33,4 mm
: Tebal
: 3,38 mm
C. Bentuk profil
: C / channel
Ukuran penampang
: 75x 8,9 mm
36
3. 1. 4. Struktur Menara Atas
(Top)
Gambar 3.8 menunjukan bentuk rangka batang menara atas. Profil
baja yang digunakan terdiri dari :
A. Bentuk profil
: Pipa
Ukuran penampang
: Diameter
: 48,3 mm
: Tebal
: 3,68 mm
B. Bentuk profil
: Pelat
Ukuran penampang
: 200 x 40 mm
37
3.1.5 Analisis Rangka Batang
Pada analisis rangka batang tower crane penulis menggunakan
program
SAP 2000 V.8.0.8
. Hasil analisis disini meliputi gaya-gaya dan
momen-momen yang terjadi pada batang dan analisis kekuatan batang akibat
dari pembebanan yang terjadi. Langkah-langkah dalam analisis rangka batang
yaitu :
1.
MengGambar struktur rangka batang
Pertama yang dilakukan dalam menganalisis suatu rangka batang
adalah mengGambar sketsanya seperti yang terlihat pada Gambar 3.9
dibawah ini.
38
2.
Menentukan Bahan
Setelah mengGambar sketsa yaitu menentukan bahan yang akan
digunakan dalam rangka batang tersebut. Bahan yang digunakan adalah BJ
55 dan memasukannya dalam material property data sebagai berikut:
Weight per unit volume
= 7860 kg/m
2Modulus of elasticity
= 200 GPa
Poisson’s =
0.3
Coef of thermal expansion
= 11.7 x 10
−6/ ºC
Minimum yeild stress (
F
y)
= 550 MPa
Minimum tensile stress (
F
u)
= 410 MPa
3.
Menentukan Profil
Menentukan profil setiap batang pada rangka batang. sesuai yang
sudah ditulis dalam bab 3.1.1-3.1.4.
4. Menentukan pembebanan yang terjadi
Pembebanan yang ditinjau meliputi beban mati dan beban hidup,
besar beban dan telak beban adalah sebagai berikut :
•
Beban mati :
- beban yang diakibatkan oleh berat struktur rangka batang itu
sendiri.
- beban bobot penyeimbang yaitu sebesar 10 ton.
•
Beban hidup
39
•
Beban angin
Beban angin disini sesuai dengan sesuai dengan
peraturan
pembebanan Indonesia untuk bangunan gedung, 1983
(PPIUG,1983)
yaitu untuk daerah yang berjarak lebih dari 5 km dari
pesisir pantai tekanan tiupnya adalah 25 kg/m
2seperti yang terlihat
pada tabel 12.
•
Kombinasi pembebanan
Kombinasi pembebanan disini sesuai dengan syarat-syarat
kombinasi pembebanan sesuai dengan SNI 2002 Perencanaan
struktur baja halaman 13 adalah sebagai berikut.
1,4D
1,2D + 1,6L (
L
aatau H)
1,2D + 1,6 (
L
aatau H) + (
γ
lL
atau 0,8 W)
1,2D + 1,3 W +
γ
lL
+ 0,5 (
L
eatau H)
Keterangan :
D
adalah beban mati
L
adalah beban hidup
L
aadalah beban hidup yang ditimbulkan pekerja selama
penggunaan.
H
adalah beban yang ditimbulkan karena hujan.
40
l
γ
= 0,5 apabila L<5 Kpa
l
γ
= 1 apabila L
≥
5 Kpa
5. Hasil
analisis
Setelah menyelesaikan langkah-langkah seperti yang diatas hasil dari
analisis dapat diketahui, hasil dari analisis ini dapat dilihat dalam soft copy
yang terdapat dalam lampiran.
6.
Tinjauan kekuatan
Dalam tinjauan kekuatan disini penulis hanya meninjau batang yang
menerima tegangan terbesar yang dapat dilihat di soft copy yang terdapat
dalam lampiran. warna pada batang menunjukan rasio tingkat kekuatan
ijin bahan dengan tegangan yang terjadi. Warna merah menunjukan batang
tidak mampu mendistribusikan beban dengan baik atau yang melebihi
kekuatan ijin bahan. Di tinjau dari masing-masing struktur yaitu :
a.
Struktur rangka Menara Dibawah Tower Head
Struktur rangka menara dibawah tower head yang menerima beban
terbesar pada batang 96 dengan besar tegangan seperti pada lampiran 5.
41
42
→
Total ratio pada data yang terdapat diatas sebesar 0,912 jadi dapat
dikatakan bahwa pada batang 96 dikatakan aman.
Keterangan :
X mid
= menunjukan jarak batang dengan titik absolut x.
Y mid
= menunjukan jarak batang dengan titik absolut y.
Z mid
= menunjukan jarak batang dengan titik absolut z.
Length
=
panjang
batang.
RLLF
= jarak titik yang ditinjau dengan pangkal batang.
Design sect
= nama profil batang.
Design type
= jenis tipe profil batang.
Area =
luas
permukaan.
I
= momen inersia batang dalam bidang 1-3.
S
=
modulus
irisan.
r
=
jari-jari
girasi.
E =
modulus
elastisitas.
F
y= tegangan
leleh
P
= beban aksial, (-) menunjukan beban aksial tekan dan (+)
beban aksial tarik.
M
33= momen dalam bidang (1-3).
M
22= momen dalam bidang (1-2).
V
2= gaya geser dalam bidang (1-2).
43
T
=
momen
torsi.
Major
= dalam bidang (1-2).
Minor
= dalam bidang (1-3).
f
a stress=
tegangan yg terjadi.
F
a allowable=
tgangan tekan ijin.
F
t allowable=
tegangan tarik ijin.
F
b stress=
momen lentur.
F
b allowable=
kekuatan ijin bahan dalam menahan momen.
F
e allowable=
kekuatan ijin bahan dalam menahan momen terfaktor.
Cm
=
faktor perkalian karena distribusi momen yang tidak
seragam bentangan.
Cb
=
koefisien pengali momen tekuk lateral.
K
=
faktor panjang efektif untuk patah, tergantung pada
pengekang-pengekang ujung batang.
L
=
faktor panjang efektif untuk patah, tidak tergantung pada
pengekang-pengekang ujung batang.
F
v stress=
tegangan geser .
F
v allowable=
tegangan geser ijin.
Total
ratio = menunjukan
total
perbandingan maksimum antara kekuatan
ijin pada bahan dengan total tegangan dan momen yang terjadi.
Total ratio =
Fy
f
1
≤
→
aman
44
Struktur rangka menara diatas tower head yang menerima beban terbesar
pada batang 550 dengan besar tegangan seperti pada lampiran6. Tinjauan
kekuatan batangnya seperti pada Tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2 Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP 2002
V.8.0.8 pada batang 550.
→
Total ratio pada data yang terdapat diatas sebesar 0,812 jadi dapat
dikatakan bahwa pada batang 550 dikatakan aman.
45
Struktur rangka menara atas yang menerima beban terbesar pada
batang 607 dengan besar tegangan seperti pada lampiran 1 halaman 8 .tinjauan
kekuatan batangnya seperti pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP 2002
V.8.0.8 pada batang 607.
→
Total ratio pada data yang terdapat diatas sebesar 0,936i jadi dapat
dikatakan bahwa pada batang 607 dikatakan aman.
46
Struktur rangka lengan penyeimbang yang menerima beban terbesar
pada batang 1095 dengan besar tegangannya seperti pada lampiran 1 halaman
9. Tinjauan kekuatan batangnya seperti pada Tabel 3.4 dibawah ini.
Tabel 3.4 Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP 2002
V.8.0.8 pada batang 1095.
→
Total ratio pada data yang terdapat diatas sebesar 0,745 jadi dapat
dikatakan bahwa pada batang 1095 dikatakan aman.
47
Pada lengan angkat yang menerima total ratio lebih dari 1 terdapat
pada batang 900, 901, 902, 903, 911, 915 dan 917 dengan tegangan terbesar
terdapat pada frame 915, dengan besar teganganya seperti pada lampiran 8-10.
Tinjauan kekuatan batangnya seperti pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP 2002
V.8.0.8 pada batang 915.
→
Total ratio pada data yang terdapat diatas sebesar 1.414 jadi dapat
48
Pada batang 900, 901, 902, 903, 911, 915 dan 917 akan dikatakan
aman jika ukuran profilnya diganti dengan profil pipa 1,5 inchi dengan
ketebalan 0,4 inchi . Tegangan terbesar terdapat pada batang 915, tinjauan
kekuatan pada batang 915 seperti Tabel 3.6
Tabel 3.6 Hasil tinjauan kekuatan batang menggunakan program SAP 2002
V.8.0.8 pada batang 915 dengan profile yg berbeda.
→
Total ratio pada data yang terdapat diatas sebesar 0.819 jadi dapat
49
→
Jadi pada batang 900, 901, 902, 903, 911 dan 917 dpt dikatakan aman
pula karena tegangan yang terjadi lebih kecil dari pada tegangan
pada batang 915
3.1.6.Sambungan Pada Bangka Batang
Sambungan pada rangka batang tower crane menggunakan 2 jenis
sambungan sambungan las dan sambungan mur-baut. Dalam meninjau
kekuatan pada sambungan bagian yagn akan ditinjau hanya pada bagian
sambungan yang menerima beban terbesar saja karena jenis baut dan las
yang digunakan sama.
3.1.6.1.Kekuatan sambungan las
Bagian yang ditinjau dalam sambungan las ini adalah
sambungan las pada batang 902 pada struktur rangka lengan angkat
karena perbandingan luas penampang profil dengan tegangan yang
terjadi paling besar seperti yang terlihat pada lampiran halaman 11.
Sambungan ini menghubungkan antara plat landasan sambungan
mur-baut dengan pipa pada batang 902 yang terlihat dalam Gambar
50
Gambar 3.10 Detail sambungan las
Data Pengelasan:
Bahan Baja Bj 55 dilas dengan menggunakan elektroda E70XX.
Pembebanan sesuai dengan lampiran 8 :
P
=
-160969
N
V
=
-443
N
51
Diameter luar pipa = 48,3 mm
Panjang pengelasan = 151,7 mm
Maka sesuai dengan Tabel 2.1 :
Ukuran las
= 12 mm
F geser ijin
= 1200 N/mm
•
Kekuatan Sambungan Las
V
d= L x F
geser ijin………...…..….(2.5.1-1)
V
d= 151,7 x 1200
= 182.040 N
Tinjauan Keamanan :
→
Akibat dari
P
≤
V
d...(2.5.1-2)
161412 N
≤
182040 N
→
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa
sambungan
las
dikatakan
aman
.
3.1.6.2.Kekuatan Sambungan Mur-Baut
Bagian yang ditinjau dalam sambungan
mur-baut
ini adalah
sambungan
mur-baut
pada batang 902 pada struktur rangka lengan
angkat karena perbandingan antara besar baut dan jumlah dengan
tegangan yang terjadi paling besar . Sambungan ini menghubungkan
antara stage 2 pada struktur lengan angkat dengan stage 3 pada
52
Gambar 3.11 Detail sambungan mur-baut
Data sambungan mur-baut :
Pembebanan sesuai dengan lampiran 1 Tabel 5 halaman 63:
P
= -160969 N
V
= 208 N
Jadi gaya total yang diterima setiap baut adalah sebesar:
53
Jenis baut (JIS B 0205) M22 sesuai dengan Tabel 2.2 maka :
D
= 22 mm
P
= 2,5
h
= 1,353 mm
2
d
=
20,376mm
d
1=
19,294 mm
n
=
4
k
=
0,84
j
=
0,75
t
F
b= 300 MPa
s
F
b= 120 Mpa
•
Tegangan aksial yang terjadi pada baut pada diameter inti
baut.
f
t=
A
P
=
(
)
21
4
/
d
P
π
...(2.5.2-3)
=
(
/
4
)
19
,
294
240242,25
π
= 137,7 MPa
f
t=
A
P
≤
F
tb...(2.5.2-4)
137,7 MPa
= 300 MPa
→
aman
d
1 bt
F
p
2
54
19,294
300
40242,25
2
x
≤
19,294
≤
16.4
→
aman
•
Tekanan kontak pada permukaan ulir
q
=
F
sbhz
d
p
≤
2
π
...(2.5.2-6)
z
=
pD
=
8
,
8
5
,
2
22
=
= 9
=
120
9
.
353
,
1
.
376
,
20
.
40242,25
≤
π
MPa
= 51,6 MPa
≤
120
MPa
→
aman
•
Tegangan geser pada akar ulir baut dikataka aman jika.
f
sb=
z
k
d
P
p 1π
b sF
≤
...(2.5.2-7)
=
120
9
.
5
,
2
.
84
,
0
.
294
,
19
.
40242,25
≤
π
MPa
=
35,2
MPa
≤
120 MPa
→
aman
•
Tegangan geser pada akar ulir mur dikatakan aman jika:
f
sm=
z
Dj
p
pπ
m sF
≤
...(2.5.2-8)
=
120
9
.
75
,
0
.
22
.
40242,25
≤
π
MPa
= 86,3 Mpa
≤
120
MPa
→
aman
→
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa
55
3.2 Pondasi tower crane
Suatu tower crane akan tetap berdiri tegak kalau pondasi cukup
kuat untuk mendukungnya. Beban angkat, beban penyeimbang dan beban
rangka batang dilimpahkan kepada pondasi. Fungsi-fungsi dari pondasi
adalah :
1.
Meneruskan bobot
Tower Crane
dan bobot pondasi ketanah.
2.
menjaga agar posisi tower crane tetap.
Agar pondasi tower crane cukup kokoh di dalam tanah, maka
penempatan tower crane harus tepat, agar tanah dibawah pondasi cukup
kuat menahan gaya-gaya yang akan menimbulkan pergeseran pondasi.
Untuk menentukan pondasi tower crane yang tepat dapat ditinjau dari
sifat-sifat, kelakuan tanah, kontruksi pondasi, bahan bangunan, kekuatan
dan juga stabilitas. Pondasi yang akan digunakan dalam tower crane ini
adalah sebagai berikut :
Bahan pondasi
: beton
berat jenis
: 2400 Kg/ m
3(Tabel 3.6)
Ukuran pondasi
: 4m x 4m x 3m
Tabel 3.8 Daftar Bahan
Sumber :
Sidharta S Kamarwan
, Mekanika bahan
Bahan Berat
jenis
(Kg/m
3)
Beton 2400
56
Gambar 3.12 pondasi tower crane
3. 3. Stabilitas
Crane
Dalam perancangan sebuah
tower crane
, stabiltas sistem merupakan
hal yang sangat penting dan perlu untuk diperhitungkan.
Tower Crane
yang
baik harus mempunyai kestabilan pada saat sedang beroperasi dan tidak
terpengaruh oleh beban mati ataupun beban angkutnya. Perhitungan
57
Tabel 3.8 Daftar Berat rangka batang tower crane yang diperoleh dari hasil
analisi menggunakan program SAP2000 V8.0.8
NO Bagian Struktur
Berat (Kg)
1
Bagian yang tak berputar
“meliputi menara dibawah dan diatas tower
head”.
10009
2
Bagian yg ber putar tanpa penyeimbang
“meliputi rangka lengan angkat, lengan
penyeimbang dan menara atas”
7970
3. 3. 1. Keadaan Berbeban
Resultan gaya pada
tower crane
pada saat berbeban penuh
V =
α
Q + G
l+ G
cw+ G
2+ G
f...(3.1)
Dengan :
V
= Resultan gaya pada
tower crane
pada saat berbeban
penuh
V
o=Resultan gaya pada
tower crane
pada saat tak terbeban
α
=koefisien
yang
memperhitungkan pembebanan lebih
pada crane yang diizinkan (1,25)
Q
= bobot muatan (kg)
G
l=bobot lengan crane yang berputar (tanpa penyeimbang)
(kg)
58
G
cw= bobot pengimbang (kg)
G
f= bobot pondasi
b
= lebar pondasi
V
= (1,25 x 6000) +
7970
+ 10.000+10009 +115200
= 150679 kg
Tower crane akan dapat mempertahankan kestabilannya
apabila jarak e
antara resultante gaya dengan sumbu putar tidak lebih
besar dari setengah lebar pondasi.
Jarak titik kerja gaya resultan dengan sumbu putar crane
V
e
G
e
G
Qa
e
=
α
+
l l−
CW g...(3.2)
dengan
a
= jarak pada saat beban penuh (m)
e
l= jarak titik berat dengan sumbu putar (m)
e
g= jarak lengan pengimbang dengan sumbu putar (m)
m
e
x
x
x
x
e
6
.
0
150679
)
5
,
13
000
.
10
(
)
16
7970
(
)
5
,
12
000
.
6
25
,
1
(
=
−
+
=
3.3.2. Keadaan Tak Berbeban
Resultan gaya pada saat keadaan tak berbeban :
Vo = G
l+ G
cw+ G
2+ G
f...(3.3)
=
7970
+10.000 +10009 +11520
= 39499 kg
Jarak titik kerja gaya resultan dengan sumbu putar crane
Vo
e
G
e
G
59
m
e
x
x
e
2
.
0
39499
)
16
7970
(
)
5
,
13
000
.
10
(
0 0=
−
=
Pondasi dikatakan aman jika
:
e <
2
b
(pada kondisi terbeban) ………(3.5)
0.6 <
2
4
→
aman
e
o<
2
b
( pada keadaaan tak terbeban ) ……..………..(3.6)
0.2 <
2
4
→
aman
Dari kondisi titik kerja diatas dapat diketahui bahwa crane
dalam keadaan stabil. Jarak titik kerja gaya resultan pada keadaan
berbeban penuh maupun tanpa beban adalah aman karena
DAFTAR PUSTAKA
E.P.Popov & Zainul Astamar
, Mekanika Teknik edisi ke 2, Penerbit Erlangga
1989
Ferdinand P.Beer, E.Russel Johnston, JR., John T
. Dewolf, Mechanics Of
Materials Third Edition.
Jesen & Chenoweth
, Kekuatan Bahan Terapan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991
N. Rudenko,
Mesin Pengangkat,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1995.
SNI 03.-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja, BSN
Sularso & Kiyokatsu Suga.,
Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin,
1
Hasil keluaran program SAP 2000
Table: Element Forces - Frames
Frame Station OutputCase CaseType P V2 V3 T M2 M3
Text m Text Text KN KN KN KN-m KN-m KN-m
1 0.00000 COMB5 Combination -25.324 69.482 81.118 1.2242 4.5365 0.8186
1 0.03750 COMB5 Combination -25.324 69.509 81.118 1.2242 1.4945 -1.7875
1 0.07500 COMB5 Combination -25.324 69.537 81.118 1.2242 -1.5474 -4.3946
1 0.11250 COMB5 Combination -25.324 69.565 81.118 1.2242 -4.5893 -7.0028
1 0.15000 COMB5 Combination -25.324 69.593 81.118 1.2242 -7.6313 -9.6120
2 0.00000 COMB5 Combination -22.508 -57.719 -84.755 0.0978 -7.9802 -8.9453
2 0.03750 COMB5 Combination -22.508 -57.691 -84.755 0.0978 -4.8019 -6.7814
2 0.07500 COMB5 Combination -22.508 -57.663 -84.755 0.0978 -1.6235 -4.6185
2 0.11250 COMB5 Combination -22.508 -57.635 -84.755 0.0978 1.5548 -2.4567
2 0.15000 COMB5 Combination -22.508 -57.608 -84.755 0.0978 4.7331 -0.2958
3 0.00000 COMB5 Combination 165.874 127.311 2.815 -0.6667 0.3489 -1.1263
3 0.07500 COMB5 Combination 165.874 127.367 2.815 -0.6667 0.1378 -10.6768
3 0.15000 COMB5 Combination 165.874 127.422 2.815 -0.6667 -0.0734 -20.2314
3 0.22500 COMB5 Combination 165.874 127.478 2.815 -0.6667 -0.2845 -29.7901
3 0.30000 COMB5 Combination 165.874 127.533 2.815 -0.6667 -0.4956 -39.3530
4 0.00000 COMB5 Combination 48.856 -16.201 -5.538E-03 0.0119 -0.0089 -8.7876
4 0.16250 COMB5 Combination 48.856 -16.144 -5.538E-03 0.0119 -0.0080 -6.1596
4 0.32500 COMB5 Combination 4