• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar Skripsi Diajukan untuk Memenu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar Skripsi Diajukan untuk Memenu"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT

PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I

Karangkobar

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Sulis Wijayanti

021424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT

PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar

Oleh: Sulis Wijayanti

021424029

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Drs.T. Sarkim, M.Ed. Ph.D Tanggal 03 November 2007

(3)

SKRIPSI

ANALISIS TES HASIL BELAJAR AKHIR SEMESTER MATA PELAJARAN FISIKA UNTUK MENGETAHUI KUALITAS SOAL DAN TINGKAT

PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI YANG DIUJIKAN Studi Kasus Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Sulis Wijayanti

NIM : 021424029

Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada tanggal 13 November 2007 Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Drs. Domi Severinus, M.Si ... Sekretaris : Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ... Anggota : 1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D ... 2. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd ... 3. Drs. Domi Severinus, M.Si ...

Yogyakarta, 13 November 2007 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

(4)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 November 2007 Penulis

Sulis Wijayanti

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hasil dari sebuah pembelajaran adalah perubahan untuk menjadi lebih baik

Kekuatan datang saat kita berusaha dan bertindak

“Skripsi ini terutama kupersembahkan untuk bapak dan ibu terkasih”

(6)

Analisis Tes Hasil Belajar Akhir Semester Mata Pelajaran Fisika

Untuk Mengetahui Kualitas Soal dan Tingkat Penguasaan Siswa Terhadap Materi Yang Diujikan

Sulis Wijayanti 021424029

Hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan. Pada umumnya, soal-soal fisika digunakan sebagai sarana untuk mengetahui pencapaian hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, soal-soal yang diberikan harus mampu mendeteksi mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya. Untuk memperoleh soal-soal yang bersifat demikian, maka soal harus berkualitas. Kualitas soal dapat ditinjau dari tingkat kesukaran dan daya pembeda, tingkat validitas, dan reliabilitas soal.

Dalam rangka memperoleh soal-soal fisika yang berkualitas, maka perlu diadakan analisis terhadap soal-soal yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mengetahui tingkat kualitas soal-soal tes akhir semester, khususnya tipe pilihan ganda; 2) Mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMU Negeri I Karangkobar dan soal-soal fisika tes akhir semester II kelas XI IPA SMU Negeri I Karangkobar. Tes hasil belajar tersebut mengukur pencapaian hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Sampel penelitian terdiri dari 10 siswa yang terdiri dari 5 siswa kelompok atas dan 5 siswa kelompok bawah. Pengambilan sampel dilakukan secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi dan metode wawancara. Metode analisis data mengenai kualitas soal dilakukan secara kuantitatif, sedangkan tingkat penguasaan siswa dilakukan secara kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Soal-soal kurang berkualitas: a) Sebagian soal memiliki tingkat kesukaran yang tinggi; b) memiliki daya pembeda yang rendah; c) memiliki tingkat validitas yang rendah; d) memiliki tingkat reliabilitas sedang. 2) Siswa kurang menguasai materi yang diujikan, yang meliputi materi Teori Kinetik Gas dan Termodinamika.

(7)

ABSTRACT

The analysis of the end of Semester Examination on Physic to reveal the Quality of the test and to reveal Student Understanding about the course

Sulis Wijayanti 021424029

Student learning out comes is essential component to be to studied. In general, phisycs problems are used to measure student’s achievement. Therefore the problems should be able to measure student’s understanding. The problems should meet standart which is characteriscal by the difficulty level and the reliability.

Analysis of the item is required in order to revela the quality of the problem. The research aim to 1) to see the level of quality from the question at the end semester, especially for multiple choice; 2) to see the level of understanding the course that was examined.

The subject of this research is the junior high school student of SMU Negeri 1 Karangkobar in the second years and the physic question of final test in SMU Negeri 1 Karangkobar of sains student in the second years. The test can measure the achievement of student from their study in cognitive way. The research sample consist of 10 student and it could be divided by two, the first one is 5 student as a up member and the second one is 5 student as low member. Taking the sample did by random. Collecting data do by using document method and interrogation methode. Analisys data methode about question quality do by quantitative and about the level of mastering do by qualitative.

The result of this reseach shown that: 1) The question are not good enough: a) several question have high level difficulty; b) have low differ effect; c0 have low validity level; d) haas midle reliability level. 2) Student couldn’t mastering enough the course including Kinetic Gas Theory and Thermodynamica.

(8)

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “ Analisis Tes Hasil Belajar Akhir Semester Mata Pelajaran Fisika untuk Mengetahui Kualitas Soal dan Tingkat Penguasaan Siswa terhadap Materi yang Diujikan” dapat terselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, petunjuk, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Drs.T. Sarkim, M.Ed. Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

3. Drs.T. Sarkim, M.Ed. Ph.D selaku dosen pembimbing. 4. Bapak, ibu, kakak dan adik tersayang.

5. “Tw!t jEL3k”

6. Semua teman-temanku

Harapan penulis, mudah-mudahan para pembaca mendapat manfaat dari penelitian ini.

Yogyakarta, 13 November 2007

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN……….. v

ABSTRAK……… vi

ABSTRACT………... vii

KATA PENGANTAR………. viii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Dasar Teori………... 3

1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Fisika…………... 3

2. Pemahaman Konsep……… 10

3. Evaluasi Hasil Belajar Fisika……….. 11

4. Kriteria Kualitas Tes………... 16

5. Analisis Item-item Tes……… 20

6. Tes Pilihan Ganda………... 21

C. Identifikasi Masalah………. 23

D. Batasan Masalah……….. 24

(10)

F. Tujuan Penelitian……….. 24

G. Manfaat Penelitian……… 25

BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian………. 26

B. Waktu dan Tempat Penelitian……….. 26

C. Populasi dan Sampel……… 26

D. Desain Penelitian……….. 27

E. Metode Pengumpulan Data……….. 28

F. Metode Analisis Data………... 28

1. Kualitas Soal……….. 28

2. Tingkat Penguasaan Siswa………. 33

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian……… 35

B. Data, Analisis dan Pembahasan……….. 36

1. Kualitas Soal………. 36

2. Tingkat Penguasaan siswa……… 54

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan………. 91

B. Keterbatasan penelitian………... 92

C. Saran……… 92

BAB V DAFTAR PUSTAKA……… 94 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal………... 30

Tabel 2 Kriteria Daya Pembeda Soal………. 31

Tabel 3 Kriteria Tingkat Validitas Soal………. 32

Tabel 4 Kriteria Tingkat Reliabilitas Soal……….. 33

Tabel 5 Klasifikaasi Tingkat Kesukaran Masing-masing Soal……….. 36

Tabel 6 Klasifikasi Daya Pembeda Masing-masing Soal……….. 41

Tabel 7 Klasifikasi Validitas Masing-masing Soal……… 50

(12)

Lampiran 1 Soal Tes Akhir Semester II Kelas XI IPA SMU Negeri I . Karangkobar

Lampiran 2 Data Distribusi Pilihan Jawaban Lampiran 3 Rekap Distribusi Pilihan Jawaban Lampiran 4 Data Skor Hasil Tes

Lampiran 5 Daftar Pembagian Kelompok

Lampiran 6 Perhitungan Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda Lampiran 7 Data Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Lampiran 8 Perhitungan Validitas Item

Lampiran 9 Perhitungan Reliabilitas

Lampiran 10 Tabel Rekap Kualifikasi Masing-masing Item Lampiran 11 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A1 Lampiran 12 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A2 Lampiran 13 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A3 Lampiran 14 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A4 Lampiran 15 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa A5 Lampiran 16 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B1 Lampiran 17 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B2 Lampiran 18 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B3 Lampiran 19 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B4 Lampiran 20 Transkrip Wawancara dan Lembar Jawab Siswa B5 Lampiran 21 Tabel Nilai r Product Moment

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu kegiatan pokok yang harus dilaksanakan oleh seorang guru. Terutama evaluasi hasil belajar siswa. Hasil belajar fisika yang paling mendasar adalah penguasaan konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan metode (proses) sains yang dilandasi sikap keilmuan untuk memecahkan masalah.

Sehubungan dengan hal tersebut, pemberian soal-soal (tes) fisika merupakan suatu sarana untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pemecahan soal memberikan kesempatan kepada siswa untuk menumbuhkembangkan kemampuan proses berpikir dan menguji pemahaman siswa terhadap konsep, hukum dan teori-teori fisika yang telah dipelajarinya. Oleh karena itu, dalam evaluasi hasil belajar fisika, soal-soal yang hanya bersifat hafalan kurang begitu cocok.

Selain itu, hal yang harus diperhatikan adalah sifat soal. Soal yang digunakan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pemahamannya, sehingga hasil tes yang diperoleh benar-benar dapat menggambarkan tingkat kemampuan siswa. Agar hasil tes mampu memberikan hasil yang objektif dan dapat menggambarkan hal yang akan diukur, sebuah tes harus memenuhi beberapa kriteria antara lain tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas.

(14)

Bentuk tes yang sering digunakan oleh guru bidang studi adalah bentuk tes pilihan ganda, terutama jika materi yang diujikan cukup banyak. Dalam tes bentuk pilihan ganda siswa memilih pilihan jawaban yang tersedia, oleh karena itu kemungkinan siswa untuk melakukan tebakan jawaban cukup besar. Bila hal tersebut terjadi, maka skor atau hasil tes yang diperoleh siswa belum mampu menggambarkan tingkat penguasaan siswa mengenai materi yang diujikan.

Agar hal tersebut diatas tidak terjadi maka suatu tes harus memenuhi kriteria seperti yang telah diuraikan. Untuk melihat apakah tes sudah memenuhi kriteria tersebut, maka diperlukan analisis terhadap soal tes. Bila hasil analisis soal menunjukkan bahwa tes kurang berkualitas, maka perlu dilakukan diskusi dengan siswa. Dari diskusi tersebut kita dapat mengetahui sebab mengapa tes tersebut kurang berkualitas, mungkin dikarenakan siswa kurang menguasai materi yang diujikan, mungkin soal yang diberikan tidak jelas dan sebagainya.

(15)

Oleh karena itu penulis melakukan penelitian terhadap salah satu tes akhir semester bentuk pilihan ganda, dengan tujuan untuk melihat kualitas tes dan tingkat penguasaan siswa mengenai materi yang diujikan. Sehingga secara khusus, penelitian tersebut berfungsi sebagai umpan balik bagi guru bidang studi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dan kualitas soal tes yang digunakan.

B. Landasan Teori

1. Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Fisika a. Tujuan Pembelajaran Fisika

Fisika merupakan cabang dari sains yang mempelajari tentang gejala alam dan interaksinya. Oleh karena itu tujuan pembelajaran fisika di sekolah tidak terlepas dari hakekat sains itu sendiri. Dari beberapa pengertian tentang sains yang telah diungkapkan oleh beberapa saintis, secara umum sains terdiri dari tiga aspek yaitu aspek produk, aspek proses dan aspek sikap (Kartika Budi, 1998: 162).

(16)

rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur, memiliki rasa percaya diri dan terbuka terhadap pendapat orang lain

Berdasarkan hal tersebut, para pakar pendidikan yang kompeten dalam proses pembelajaran fisika menetapkan suatu tujuan pembelajaran. Tujuan tersebut tercantum dalam kurikulum yang telah disusun. Didalam penelitian ini, kurukulum yang dirujuk adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) karena kurikulum yang dipakai adalah KBK. Dalam KBK, tujuan pembelajaran fisika mencakup:

1. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 2. Memupuk sikap ilmiah

3. Memperoleh pengalaman melalui penerapan metode ilmiah dengan percobaan atau eksperimen

4. Mengembangkan kemampuan berfikir secara analitis dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian soal baik kualitatif maupun kuantitatif

5. Menguasai konsep dan prinsip fisika untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap percaya diri

6. Pembentukan sikap yang positif terhadap fisika. b. Hasil Belajar Fisika

(17)

secara umum hasil belajar yang diharapkan mencakup tiga hal yaitu 1) pengetahuan dan pengusaan konsep, hukum dan prinsip-prinsip fisika; 2) ketrampilan-ketrampilan yang terkait dengan metode ilmiah dan kemampuan untuk menerapkan metode tersebut dalam memecahkan masalah; 3) Sikap-sikap positif, misalnya rasa tanggung jawab, kemauan bekerja sama, tekun, teleran dan jujur. Ketiga hal tersebut dapat direaliasasikan ketika siswa mengerjakan soal-soal fisika. Tanpa menguasai suatu konsep, prinsip dan hukum-hukum fisika siswa tidak dapat memecahkan masalah atau soal-soal yang dihadapi.

Ketika siswa dihadapkan pada soal, siswa harus mampu mengidentifikasi masalah yang dinyatakan dalam soal. Masalah akan dapat ditemukan apa bila siswa mengetahui data-data yang ada dan mampu memahami pernyataan yang disajikan, sehingga keseluruhan identifikasi data-data sampai dengan akhir penyelesaian merupakan suatu proses yang saling berhubungan. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode keilmuan juga diperlukan dalam menyelesaikan soal.

Sikap-sikap positif juga sangat diperlukan dalam memecahkan soal-soal. Sikap teliti, tekun dan sabar merupakan contoh sikap positif yang sangat mendukung memperoleh suatu pengetahun. Tidak terkecuali pada saat siswa mengerjakan soal-soal fisika. Sikap-sikap tersebut sangat diperlukan ketika siswa mengidentifikasi, memilih formula atau melakukan perhitungan matematis.

(18)

Agar soal-soal dapat berfungsi secara optimal, maka soal-soal yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Dilihat dari tingkat cara berfikir sebagaimana diungkapkan oleh J. Peaget, siswa SMU termasuk dalam tahap operasional formal (11 tahun keatas). Pada usia tersebut siswa sanggup berpikir secara formal tanpa harus menghadapi objek secara langsung. Siswa SMU diharapkan sudah mampu untuk menganalisa suatu pertanyaan dan mengambil kesimpulan dari suatu pertanyaan. Oleh karena itu soal-soal yang cocok untuk siswa SMU adalah soal-soal yang bersifat aplikatif, analisis-sintesis dan evaluasi.

Dalam penelitian ini, analisis soal-soal tes hasil belajar hanya dibatasi pada analisis soal untuk mengukur pencapaian aspek kognitif siswa. Menurut Bloom dkk (Subiyanto, 1988: 47-53), tujuan pengajaran terdiri dari 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah psikomotorik dan ranah afektif. Ranah kognitif bersangkutan dengan daya pikir, pengetahuan atau penalaran. Ranah psikomotorik bersangkutan dengan ketrampilan fisik, ketrampilan motorik atau ketrampilan tangan. Sedangkan ranah afektif bersangkutan dengan perasaan/kesadaran, seperti senang atau tidak senang yang akan mendorong seseorang untuk memilih yang disenangi dan menjauhkan diri dari yang tidak disenanginya. Misalnya minat, motivasi siswa.

(19)

tersebut bersifat kontinum dan overlap, artinya aspek yang lebih tinggi meliputi semua aspek yang ada dibawahnya. Secara berurutan dari taraf yang paling rendah sampai dengan taraf yang paling kompleks adalah ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

Ingatan merupakan prasyarat untuk jenjang koginitif yang selanjutya. Dalam jenjang ini, peserta didik hanya dituntut kemampuannya untuk mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta, rumus, teori, metode, klasifikasi dan istilah-istilah yang telah dipelajarinya tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

Contoh:

Dari besaran-besaran dibawah ini yang termasuk dalam besaran pokok adalah

A. Panjang B. Luas C. Berat D. Massa jenis

Jenjang kognitif yang setingkat lebih tinggi dari ingatan adalah pemahaman. Menurut Subiyanto (1988: 49) pemahaman berkaitan dengan kemampuan seseorang menyerap makna atau arti dari sesuatu yang telah dipelajari. Siswa dituntut untuk mengkomunikasikan pengetahuannya kedalam bentuk lain tanpa harus menghubungkannya dengan materi atau konsep-konsep yang lain. seseorang dikatakan memiliki kemampuan pemahaman apabila diantaranya mampu menerjemahkan suatu rumusan matematis kedalam bentuk pernyataan verbal, mampu menjelaskan dan menjelaskan suatu situasi, menafsirkan keadaan benda berdasarkan grafik.

(20)

Jenjang kognitif berikutnya, adalah jenjang penerapan. Jenjang penerapan menurut Bloom et, al yang dikutip oleh Hendiyoto adalah kemampuan menggunakan abstraksi-abstraksi yang telah dipelajari kedalam situasi khusus dan konkret. Abstraksi-abstraksi tersebut dapat dalam bentuk aturan-aturan prosedur atau metode-metode yang tergeneralisasi. Seseorang dikatakan dapat menerapkan pengetahuan yang dipelajari apabila ia dapat menerapkan hukum atau teori untuk menyelesaikan soal, menerapkan hukum atau teori untuk menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi dan dapat membuat grafik. Oleh karena itu, agar siswa mampu melakukan penerapan maka diperlukan pemahaman yang baik tentang konsep, prinsip, teori, hukum yang berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.

1. Menerapkan hukum untuk menyelesaikan soal

Sebuah benda ditarik oleh dua orang kekanan dan kekiri dengn gaya F1 = 40 N arahnya kekanan dan F2 = 10 N arahnya kekiri,

sehingga benda bergerak sejauh 10 m kekanan. Usaha yang diperlukan benda itu selama geraknya adalah

A. 500Nm B. 400Nm C. 300Nm D. 100Nm

2. Menerapkan hukum atau teori untuk menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi

Sebuah benda bergerak jatuh bebas, sehingga makin kebawah kecepatnnya makin besar. Hal tersebut terjadi karena..

A. terjadi perubahan energi potensial menjadi energi kinetik B. terjadi perbahan energi kinetik menjadi energi potensial C. energi potensial tetap

(21)

Jenjang kognitif yang keempat adalah analisis. Menurut Subiyanto (1988: 49) analisis dapat diartikan sebagai kemampuan mengurai atau memisahkan suatu komunikasi (peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya, sehingga ide tersebut menjadi jelas atau hubungan antara ide-ide yang dinyatakan menjadi lebih eksplisit. Pertanyaan yang mengukur jenjang analisis menurut Tresna Sastrawijaya yang dikutip oleh Hendiyoto (1994: 33), biasanya berupa pertanyaan yang meminta mengenal motif, alasan, atau sebab kejadian tertentu, meminta mempertimbangkan dan menganalisis informasi dan pertanyaan yang menganalisis kesimpulan untuk menemukan bukti yang menunjang atau menyangkal kesimpulan tersebut.

Contoh

Pada sebuah kelapa yang jatuh dari pohonnya terjadi perubahan: A. Energi kinetik menjadi energi potensial

B. Energi potensial menjadi energi kinetik

C. Energi kinetik dan eneergi potensial menjadi kalor D. Energi kinetik dan energi potensial menjadi

(22)

dengan konsep, prinsip, teori atau hukum yang lain sehingga memberikan pemahaman baru.

Kemampuan sintesis yang diungkapkan oleh Alimufi yang dikutip oleh Hendiyoto (1994: 34) diantaranya mampu membuat pola atau metod matematis yang sederhana sesuai untuk situasi yang seseungguhnya dan menyeleksinya serta membuat keputusan tentang cara yang terbaik dalam menyajikan data. Untuk mengetahui jenis pertnyaan yang mengungukur jenjang sintesis adalah berupa pertanyaan yang meminta membuat ramalan atau prediksi, meminta mengungkapkan ide yang menghasilkan komunikasi yang orisinil dan meminta memecahkan masalah

Contoh

Tersedia tiga lampu pijar yang masing-masing bertanda 110 V-100 W dan sumber tegangan 220 V. Agar dihasilkan nyala lampu 200 watt, maka lampu-lampu tersebut harus dihubungkan dengan sumber tegangan dengan cara:

A. dua lampu disusun paralel B. dua lampu disusun seri C. tiga lampu disusun paralel D. tiga lampu disusun seri

E. satu lampu disusun paralel dengan dua lampu lain disusun seri

(23)

dikatakan dapat mengevaluasi apabila ia dapat memilih suatu hukum, teori, rumus atau keputusan untuk menyelesaikan masalah atau soal.

Pertanyaan-pertanyaan yang mengukur jenjang evaluasi menurut Tresna Sastrawijaya yang dikutip oleh Hendiyoto (1994: 36) biasanya berupa pertanyaan yang meminta memberikan pendapat tentang persoalan-persoalan atau fenomena yang ada.

Contoh:

Sebuah peluru besi yang massanya 5 kg diikat pada ujung tali yang panjangnya 1 m kemudian hendak dipusarkan menurut lingkaran vertikal dengan kecepatan 2 m/detik (g = 9,8 m det-2)

A. peluru tersebut dapat melakukan gerak melingkar beraturan B. peluru tidak dapat melakukan gerak melingkar beraturan

C. peluru dapat melakukan gerak melingkar beraturan bila massanya diperbesar

D. peluru dapat melakukan gerak melingkar beraturan bila kecepatannya lebih kecil

2. Pemahaman Konsep

(24)

untuk memecahkan masalah bila konsep tersebut telah didefinisikan secara jelas dan benar.

Pemahaman siswa dapat dilihat melalui beberapa indikator, menurut Kartika Budi (1992: 144) indikator-indikator tersebut meliputi 1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri; 2) dapat menjelaskan makna dari konsep kepada orang lain; 3) dapat menganalisis hubungan antara konsep dalam suatu hukum; 4) dapat menerapkan konsep untuk menganalisis dan menjelaskan gejala-gejala alam, memecahkan masalah secara teoritis maupun secara praktis dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi pada suatu sistem bila kondisi tertentu dipenuhi; 5) dapat mempelajari konsep lain yang berkaitan dengan cepat; 6) dapat membedakan konsep yang satu dengan konsep lain yang saling berkaitan.

3. Evaluasi Hasil Belajar fisika

(25)

Dengan menyelenggarakan evaluasi hasil belajar kita dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa yang secara tidak langsung merupakan indikator tentang baik-buruknya penyelenggaraan suatu sistem pengajaran. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak diantaranya adalah guru, siswa serta pihak sekolah secara umum (Suke Silverius, 1991: 7-8).

1. Bagi pihak guru

a. Keadaan siswa; karena hasil evaluasi merupakan hasil yang dicapai oleh masing-masing siswa, maka hasil evaluasi tersebut memberikan informasi pada guru mengenai kemajuan belajar siswa serta mengetahui letak kesulitan-kesulitan belajarnya.

b. Keadaan materi pelajaran; apa bila hasil evaluasi menunjukkan hampir semua siswa mendapatkan hasil yang tidak memuaskan pada soal-soal yang memuat topik tertentu, maka topik tersebut belum dikuasai oleh siswa. Sehingga guru harus meneliti lebih jauh keadaan materi yang belum dikuasai tersebut dan mengupayakan perbaikan atau penyesuaian. Sebaliknya apabila hasil evaluasi menunjukkan hampir semua siswa telah menguasai bahan pelajaran maka materi tersebut tidak perlu diulangi lagi.

(26)

yang diterapkan belum sesuai. Sehingga guru berkewajiban mencari metode lain yang lebih sesuai.

2. Bagi pihak Siswa

a. Menumbuhkan motivasi untuk belajar

b. Membantu siswa meningkatkan usaha belajarnya

c. Membantu siswa dalam memahami dirinya (self understanding) 3. Pihak Sekolah

a. Dapat mengetahui apakah kondisi sekolah sudah tercipta suasana yang kondusif untuk belajar, karena hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah.

b. Informasi hasil evaluasi yang diperoleh dari tahun ketahun dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah apakah telah mencapai standar yang telah ditentukan.

(27)

Secara umum, tes hasil belajar yang digunakan di sekolah dibedakan menjadi dua macam yaitu tes standart dan tes buatan guru. Tes standar biasanya digunakan untuk keperluan yang lebih luas, misalnya ujian nasional. Sedangkan tes buatan guru lebih sering digunakan untuk cakupan yang lebih sempit, misalnya tes ulangan harian dan tes akhir semester. Karena untuk memperoleh tes standart memerlukan biaya dan waktu yang cukup banyak. Untuk memperoleh sebuah tes standar harus melalui beberapa prosedur, yaitu penyusunan, uji coba, analisa, revisi dan edit. Secara umum perbandingan antara tes standart dan tes buatan guru (Suharsimi Arikunto, 2005: 146) adalah:

Tes standart Tes buatan guru 1. Didasarkan pada bahan dan

tujuan umum dari sekolah-sekolah diseluruh negara 2. Mencakup aspek yang luas

dan pengetahuan atau ketrampilan

3. Disusun dengan kelengkapan staf, profesor, pembehas dan editor butir tes

4. menggunakan butir-butir tes yang sudah diujicobakan, dianalisa dan direvisi

5. Mempunyai reliabilitas yang tinggi

6. Dimungkinkan menggunakan norma untuk seluruh negara.

1. Didasarkan pada bahan dan tujuan khusus yang dirumuskan oleh guru untuk kelasnya sendiri

2. Dapat terjadi hanya mencakup pengetahuan atau ketrampilan yang sempit.

3. Biasanya disusun sendiri oleh guru dengan bantuan atau tanpa bantuan tenaga ahli

4. Jarang-jarang menggunakan butir-butir tes yang telah diujicobakan, dianalisa dan direvisi

5. Mempunyai reliabilitas sedang atau rendah

6. Norma kelompok terbatas kelas tertentu

(28)

tes. Perencanaan merupakan langkah awal dalam penyusunan sebuah tes. Tanpa suatu perencanaan yang baik, suatu tes tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehinga dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang keliru. Pada langkah ini, hal-hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain: 1) mengidentifikasi tujuan pengukuran; 2) membatasi cakupan isi tes; 3) menentukan tingkat kompetensi yang akan diungkap; 4) menentukan tipe item yang digunakan; 5) menentukan banyaknya item dan membuat tabel spesifikasi.

Skor atau nilai merupakan gambaran terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Namun hal tersebut belum cukup mengungkap hasil belajar siswa secara nyata, terutama bila tes yang digunakan dalam bentuk pilihan ganda tertutup. Dimana siswa diminta untuk memilih salah satu pilihan jawaban yang paling benar tanpa memberikan alasannya. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan siswa dapat menjawab soal dengan benar tanpa menguasai konsep yang diujikan. Maka langkah selanjutnya yang harus ditempuh oleh seorang guru setelah melakukan penskoran adalah menganalisis hasil tes dan mendiskusikannya dengan siswa.

(29)

dalam mendiagnosis pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari.

4. Kriteria Kualitas Tes

Agar diperoleh suatu hasil tes yang mampu menggambarkan hal-hal yang akan diukur diperlukan sebuah tes yang berkualitas. Menurut Surapranata (2004: 10) tes yang berkualitas harus memenuhi beberapa kriteria antara lain: validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan diskriminatif.

a. Validitas

Validitas suatu tes mununjukkan derajat fungsi mengukurnya suatu instrumen atau derajat kecermatan ukurnya suatu instrumen. Artinya, alat ukur tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Suryabrata, 1999).

(30)

faktor eksternal tes; penetapan kunci jawaban yang salah, pemberian skor yang sama untuk soal-soal yang sukar dan mudah, penyediaan waktu kurang memadai, kemungkinan siswa menjawab dengan cara tidak jujur. 3) faktor psikis dan fisik siswa.

Sebuah tes dikatakan memilki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteriium, dalam arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan menggunakan teknik korelasi product moment yangdikemukakan oleh Pearson.

rXY=

2 2

2 2

) ( }{

) ( {

) )( (

Y Y

N X X

N

Y X XY N

   

 

 

Koefisien korelasi terdapat antara –1,00 samapai dengan +1,00. koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan keofisien positif menunjukkan adanya kesejajaran. Validitas suatu tes dapat dilihat dari validitas masing-masing item penyusun tes. Sebuah item dikatakan valid apabila skor pada item tersebut mempunyai kesejajaran dengan skor total.

b. Reliabilitas

(31)

Menurut Arikunto (2005: 90-103) cara pengujian reliabilitas suatu tes meliputi; 1) metode mengulang (test-retest) dengan cara satu tes diujikan dua kali pada subjek yang sama. Kemudian hasil dari sua kali tes tersebut dihitung korelasinya. Cara tersebut kurang cocok jika digunakan pada tes yang mengungkap pengetahuan dan pemahaman, karena kemungkinan tercoba masih teringat soal-soalnya. Sehingga tenggang waktu antara tes 1 dan ke 2, harus betul-betul dipertimbangkan. 2) metode paralel; dengan cara menyusun dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, susunan tetapi soal-soalnya berbeda. Kelemahan dari metode ini adalah pengetes harus menyusun dua seri tes yang harus memiliki kesejajaran. 3) metode belah dua; dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan diujicobakan satu kali.

Melihat kelemahan dan keunggulan masing-masing metode, metode yang lebih praktis adalah metode belah dua. Untuk pilihan ganda perhitungan tingkat reliabilitas soal dapat dihitung melalui rumus KR-20 yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut

koefisien reabilitas atau rtt.. Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien antara –1,00 sampai dengan 1,00.

rtt=

  

 

 

     

2

2

1 S

pq S

n n

c. Tingkat kesukaran

(32)

Taraf kesukaran suatu soal memberikan gambaran tentang sukar atau mudahnya suatu soal tes. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sulit atau tidak terlalu mudah, karena soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha dalam memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi (Arikunto, 2005: 210).

Taraf kesukaran suatu item dinyatakan dalam suatu bilangan indeks yang disebut indeks kesukaran (IK). Yaitu bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang diperoleh siswa dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu sistem. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran suatu sistem sebesar 0,00 berarti tak seorang pun dari sekolopok siswa dapat menjawab secara benar. Indeks kesukaran sebesar 1,00 berarti seluruh kelompok siswa dapat menjawab secara benar, item tersebut dikatakan mudah sekali. Rumus untuk mencari indeks kesukaran (IK) adalah sebagai berikut:

IK =

-N B

Ket: B = Jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan benar N = Jumlah seluruh peserta tes

d. Daya pembeda

(33)

yang kurang pandai (kelompok bawah), Arikunto (2005: 211). Besarnya daya pembeda suatu soal dinyatakan dengan suatu bilangan yang disebut dengan indeks diskriminasi (ID). Besarnya indeks diskriminasi berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00.

ID suatu item sebesar 1,00 berarti ada perbedaan yang sempurna dari jawaban benar antara siswa yang tergolong kelompok atas dan kelompok bawah. Dengan kata lain, seluruh siswa yang tergolong kelompok atas menjawab benar suatu item tertentu dan kelompok bawah menjawab salah terhadap item tersebut. Sebaliknya, apabila seluruh kelompok bawah menjawab benaar terhadap suatu item tertentu dan kelompok atas menjawab salah terhadap item tersebut maka ID item sebesar –1,00.

Untuk menghitung bilangan indeks diskriminasi suatu item, digunakan rumus sebagai berikut:

NKAatauNKB KB KA

ID 

Keterangan:

NKA/NKB = jumlah peserta kelompok atas/bawah

KA = jumlah peserta kelompok atas/bawah yang menjawab soal itu dengan benar

5. Analisis Item-item Tes

(34)

untuk menggunakan sebuah tes yang baik. Hal tersebut telah diusahakan oleh guru ketika melakukan penyusunan tes, namun apakah suatu tes yang dianggap bermutu sebelum suatu pengukuran akan tetap bermutu setelah suatu pengukuran dilaksanakan. Umpan balik mengenai mutu tes hasil belajar dapat diperoleh melalui pemeriksaan terhadap skor-skor yang diperoleh dari suatu pengukuran. Cara pemeriksaan terhadap mutu tes setelah tes tersebut digunakan disebut dengan analisis soal.

Analisis soal dilakukakan dalam rangka mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan soal-soal penyusun tes. Apabila analisis soal menghasilkan indikator-indikator bahwa tes tidak memenuhi kriteria kualitas tes, misalnya IK dan ID yang rendah, serta soal-soal penyusun tes tidak valid maka perumus soal memperoleh masukan untuk memperbaiki soal.

(35)

siswa melakukan tebakan dalam menyelesaikan soal. Sehingga hasil diskusi tersebut akan menjadi masukan bagi kemungkinan memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar yang telah berlangsung.

6. Tes Tipe Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda termasuk dalam salah satu tes bentuk objektif, yaitu suatu bentuk tes yang dalam penilaiannya tidak dipengaruhi oleh pribadi pemeriksa (Indrakusuma, 1974: 78).

Item tes pilihan ganda pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu pokok item atau stem adalah bagian yang menyajikan masalah dalam suatu pertanyaan dan pilihan jawaban atau option. Option terdiri dari satu jawaban benar, sedangkan alternatif yang lain merupakan pengecoh atau distraktor. Fungsi dari distraktor adalah menimbulkan keraguan bagi siswa, sehingga siswa yang tidak memahami konsep akan terkecoh dengan alternatif-alternatif tersebut.

Keunggulan dari tes pilihan ganda adalah dapat mencakup materi atau bahan yang cukup luas, penskoran bersifat objektif. Namun tes pilihan ganda kurang memberi peluang kepada siswa untuk menyatakan pikirannya secara teratur, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan orisinalitas dalam pemecahan masalah, memungkinkan para siswa mendapat peluang yang cukup besar untuk menerka jawabannya.

(36)

Agar kelemahan-kelamahan tersebut dapat terhindari, maka ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pembuatan item tes pilihan ganda antara lain (Suharsimi Arikunto, 2005: 170 – 171):

1. Stem sebaiknya hanya mengemukakan satu masalah dengan jelas 2. Stem hendaknya merupakan hal-hal yang relevan

3. Hanya terdapat satu jawaban benar

4. Untuk menghindari teste menjawab hanya berdasarkan hafalan dalam item yang mengukur pengertian dan penerapan suatu konsep, sebaiknya menggunakan kalimat dan istilah yang tidak sama dengan buku teks.

5. Pilihan jawaban sebaiknya bersifat homogen baik dalam isi maupun bentuknya.

6. Sebaiknya distraktor setara dengan kunci jawaban, sehingga distraktor dan kunci jawaban sama menariknya untuk dipilih yang tidak mengetahui dan memahami konsepnya.

C. Identifikasi Masalah

(37)

Berdasarkan pembuatannya, tes dibedakan menjadi dua masam yaitu tes buatan guru dan tes standart. Tes buatan guru biasanya belum dilakukan analisis soal, berbeda dengan tes standart yang telah melalui uji coba dan analisis soal sehingga diperoleh tes yang cukup berkualitas.

Bentuk soal yang sering digunakan dalam tes hasil belajar, terutama untuk tes ulangan umum atau tes akhir semester adalah menggunakan tipe pilihan ganda. Karena dengan tipe pilihan ganda. jumlah soal dapat dibuat sebanyak mungkin sehingga dapat memungkinkan mencakup materi pengajaran secara menyeluruh. Dengan menggunakan bentuk soal tipe pilihan ganda, siswa diminta untuk memilih satu pilihan jawaban benar diantara beberapa alternatif jawaban yang tersedia.

Soal-soal tes hasil belajar biasanya digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian hasil belajar siswa dalam ranah kognitif. Menurut taksonomi Bloom, hasil belajar siswa dalam ranah kognitif terdiri dari enam taraf kompetensi. Keenam taraf tersebut bersifat kontinum dan overlap, artinya aspek yang lebih tinggi meliputi kompetensi yang ada dibawahnya. Secara berurutan dari taraf yang paling rendah sampai pada taraf yang paling kompleks, keenam taraf tersebut meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

D. Batasan Masalah

(38)

diteliti juga dibatasi pada tes buatan guru bidang studi, khususnya untuk tes dalam bentuk pilihan ganda.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat kesukaran tes hasil belajar yang digunakan? 2. Bagaimana tingkat daya pembeda tes hasil belajar yang digunakan? 3. Bagaimana tingkat validitas tes hasil belajar yang digunakan? 4. Bagaimana tingkat reliabilitas tes hasil belajar yang digunakan? 5. Bagaimana tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan?

F. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui tingkat penguasaan siswa tentang konsep-konsep, hukum dan teori yang terkait dengan materi yang diujikan.

2. Mengetahui kualitas tes yang digunakan G. Manfaat Penelitian

Dengan mengadakan analisis tes hasil belajar, penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak diantaranya:

1. Guru

a. Mengetahui tingkat kualitas tes yang digunakan

(39)

c. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memecahkan masalah, sehingga dapat digunakan sebagai bahan umpan balik terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Siswa

a. Sebagai umpan balik siswa, apakah di dalam belajar ia sudah menguasai konsep secara tepat.

3. Penulis

a. Memberikan pengalaman dalam menganalisis tes hasil belajar siswa b. Memberikan informasi tentang kriteria-kriteria tes yang baik dan

pentingnya interpretasi hasil tes yang diperoleh siswa.

(40)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran antara metode kuantitatif dan metode kualitatif deskriptif. Metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas soal. Metode kualititatif deskriptif artinya penelitian ini bertumpu atau menitik beratkan pada deskripsi untuk mengungkap kompleksitas permasalahan yang diteliti. Metode kualitatif digunakan untuk menganalisis tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2007 di SMA Negeri I Karangkobar.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta tes akhir semester II kelas IX IPA, SMA Negeri I Karangkobar. Populasi berjumlah 131 siswa yang terdiri dari 44 siswa IPA 1, 44 siswa IPA 2 dan 43 siswa IPA 3.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini merupakan wakil dari siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. Sampel diambil secara acak, setiap kelompok

(41)

diwakili oleh 5 siswa. Sampel yang terpilih merupakan subjek wawancara, untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas soal tes buatan guru dan mengetahui tingkat peguasaan siswa terhadap materi yang diujikan dalam bentuk tes pilihan ganda tertutup. Untuk dapat mengetahui kedua hal tersebut peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes siswa setelah siswa mengikuti suatu tes hasil belajar.

Hal pertama yang dilakukan adalah meminta soal tes akhir semester kepada guru bidang studi dan lembar jawab seluruh peserta tes. Langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui kualitas soal adalah memeriksa jawaban dan memberi skor pada lembar jawab siswa, mengurutkan berdasarkan skor siswa dan menentukan siswa-siswa yang tergolong dalam kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah. Kemudian melakukan analisis dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tes.

Setelah mengetahui kualitas masing-masing butir soal, langkah selanjutnya adalah memeriksa tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan. Untuk hal tersebut, peneliti melakukan wawancara terhadap sampel. Sebelum wawancara sampel di suruh untuk mngerjakan kembali soal-soal tes.

(42)

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan dokumentasi. Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan dokumen atau data yang sudah ada. Dokumen tesebut meliputi: soal-soal tes akhir semester II kelas XI SMU Negeri I Karangkobar dan lembar jawab siswa.

Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan terhadap sejumlah sampel yang sekiranya dapat mewakili peserta tes dengan berbagai tingkat kemampuan, yaitu sejumlah siswa yang tergolong dalam kelompok atas dan sejumlah siswa yang tergolong dalam kelompok bawah. Subjek wawancara diambil secara acak. Wawancara dilakukan dalam bentuk sharing bersama antara peneliti dan sampel satu demi satu. Wawancara tersebut bertujuan utuk mengetahui pemahaman yang dimiliki oleh siswa tehadap materi yang diujikan. Oleh karena itu, materi wawancara berdasarkan konsep yang diujikan dalam setiap item tes. Pedoman wawancara menggunakan pedoman umum, artinya peneliti tidak menyiapkan draft wawancara secara khusus.

F. Metode Analisis Data 1. Kualitas Tes

(43)

reliabel atau tidak serta dapat atau tidak membedakan kemampuan antara siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah. Adapun metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kualitas soal adalah sebagai berikut: a. Taraf kesulitan

Untuk memperoleh indeks kesukaran item-item suatu tes hasil belajar diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengurutkan skor yang diperoleh siswa. Setelah semua kertas jawaban siswa diberi skor, semua kertas jawaban tersebut diurutkan menurut besarnya skor, mulai skor tertinggi sampai skor terendah.

2) Menyiapkan kertas analisis item, yang memuat keterangan-keterangan seperti: nomor kode siswa, no. item, beseerta kunci jawaban (apabila tes obyektif) atau besar skor (apabila tees essai), jumlah skor total yang diperoleh untuk setiap siswa.

3) Memasukkan jawaban benar dan salah semua item ke dalam kertas analisis item mulai dari siswa yang memiliki skor tertinggi sampai dengan siswa yang memiliki skor terendah.

4) Menghitung dan menuliskan jumlah skor dari semua siswa untuk setiap item dalam kolom total skor mulai dari nomor satu sampai dengan nomor terakhir.

5) Menghitung indeks kesukaran.. Untuk menghitung taraf kesukaran soal, digunakan rumus sebagai berikut:

IK =

N B

(44)

Keterangan: B = Jumlah siswa yang menjawab soal itu dengan benar

N = Jumlah seluruh peserta tes

6) Menafsirkan IK yang telah diperoleh kedalam tabel kualifikasi. Tabel 1: Kriteria tingkat kesukaran soal (Masidjo, 1995: 194)

IK Kualifikasi

0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20

Mudah sekali Mudah Sedang/cukup

Sukar Sukar sekali

b. Taraf Pembeda

Untuk memperoleh indeks diskriminasi item-item suatu tes diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan sisa-siswa yang tergolong kelompok atas adan kelompok bawah. Jumlah masing-masing anggota kelompok atas atau bawah sama dengan 25% atau 27 % dari jumlah semua siswa (untuk N 100)dan 50% (untuk N 100).

2) Menyiapkan kertas analisis item untuk ke dua kelompok tersebut dan kelompok tengah bila ada.

3) Memasukkan jawaban benar dan salah semua item ke kertas analisis.

(45)

5) Menghitung selisih jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas dan kelompok bawah untuk setiap item.

6) Menghitung indeks diskriminasi (ID). Untuk menghitung bilangan indeks diskriminasi suatu item, digunakan rumus sebagai berikut:

NKAatauNKB KB KA

ID  

Keterangan:

NKA/NKB = jumlah peserta kelompok atas/bawah

KA = jumlah peserta kelompok atas/bawah yang menjawab soal itu dengan benar

7) Menafsirkan nilai ID kedalam tabel kualifikasi. Tabel 2: Kriteria daya pembeda soal.

ID Kualifikasi

20 . 0 00

.

0  ID Buruk

40 . 0 20

.

0  ID Cukup

70 . 0 40

.

0  ID Baik

00 . 1 70

.

0 ID Sangat Baik

c. Validitas

(46)

Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengetahui validitas tes adalah sebagai berikut:

1) Mengurutkan skor yang diperoleh siswa. Setelah semua kertas jawaban siswa diberi skor, semua kertas jawaban tersebut diurutkan menurut besarnya skor, mulai skor tertinggi sampai skor terendah.

2) Menyiapkan kertas analisis item.

3) Menghitung taraf validitas item, dapat menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson.

rXY=

2 2

2 2

) ( }{

) ( {

) )( (

Y Y

N X X

N

Y X XY N

   

 

 

4) Melakukan penafsiran terhadap harga korelasi

Cara penafsiran harga koefisien korelasi ada dua macam, yaitu: Dengan melihat harga r dan diinterpretasikan kedalam kulifikasi koefisien korelasi

Tabel 3: Kriteria tingkat validitas soal (Masidjo, 1995: 243) Skala Kriteria

0,91 - 1,00 0,71 - 0,90 0,41 - 0,70 0,20 - 0,40 negatif - 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(47)

harga r lebih kecil dari harga kritik dalam tabel maka korelasi tersebut tidak signifikan, begitu juga sebaliknya.

d. Reliabilitas

Untuk menghitung taraf reliabilitas suatu tes dipakai rumus

koefisien alphaatau Kr-20 sebagai berikut:

rtt=

  

 

 

     

2

2

1 S

pq S

n n

ket: rtt = koefisien reliabilitas suatu tes

n = jumlah item

S = standar deviasi dari tes

p = jumlah siswa yang menjawab benar q = jumlah siswa yang menjawab salah (1-p)

Untuk memberi arti terhadap koefisien reliabilitas yang diperoleh digunakan pembanding dalam tabel statistik atas dasar taraf siginifikansi 1% dan 5% atau dengan menggunakan ancar-ancar koefisien.

Tabel 4: Kriteria tingkat reliabilitas soal (Masidjo, 1995: 209)

Skala Kriteria

0,91 - 1,00 0,71 - 0,90 0,41 - 0,70 0,20 - 0,40 negatif - 0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

2. Tingkat Penguasaan Siswa

(48)

Pemahaman siswa diketahui berdasarkan analisis hasil wawancara. Adapaun langkah-langkah yang ditempuh antara lain:

a. Menyusun transkrip hasil wawancara secara kata perkata-kata. Transkrip tersebut dibuat dalam bentuk tabel.

b. Memberikan nomer pada setiap kalimat dalam transkrip

c. Kemudian memberikan keterangan-keterangan tentang pemahaman yang dimiliki oleh siswa pada tabel.

d. Memeriksa lembar jawab siswa pada saat wawancara

(49)

BAB III

DATA, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11-16 Juni 2007, di SMU Negeri I Karangkobar. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta tes, kemudian diambil sampel 10 siswa yang terdiri dari 5 siswa kelompok atas dan 5 siswa kelompok bawah yang mewakili seluruh populasi yaitu siswa kelas XI IPA yang berjumlah 131 siswa. Langkah awal pelaksanaan penelitian adalah meminta lembar soal tes dan lembar jawab siswa pada guru bidang studi. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes akhir semester II, tes tersebut disusun berdasarkan Musyawarah Guru Mata Pelajaran Fisika (MGMP) untuk kabupaten Banjarnegara. Langkah selanjutnya, peneliti memeriksa dan memberi skor pada jawaban masing-masing siswa.

Setelah mengetahui kualitas tes, peneliti melakukan wawancara terhadap sampel. Diskusi diawali dengan pengerjaan soal oleh responden, dalam diskusi peneliti bertanya tentang kosep yang tercakup dalam soal-soal tersebut. Siswa juga diminta untuk menuliskan cara penyelesaiannya, terutama untuk soal-soal yang membutuhkan penerapan suatu persamaan. Langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil wawancara ke dalam transkrip wawancara. Langkah akhir adalah menganalisis hasil wawancara untuk mengetahui pemahaman sampel terhadap materi yang diujikan.

(50)

B. Data, Analisis dan Pembahasan 1. Kualitas Soal

a. Tingkat Kesukaran

Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran soal dalam tabel 1, tingkat kesukaran masing-masing soal dapat dikelompokkan dalam tabel berikut:

Tabel 5: klasifikasi tingkat kesukaran soal

No IK Kualifikasi No. Item Jumlah

1 0,81 - 1,00 Mudah Sekali 24 1

2 0,61 - 0,80 Mudah 1, 2, 3, 4 4

3 0,41 - 0,60 Sedang 7, 8, 12, 17, 21, 22 6 4 0,21 - 040 Sukar 9, 13, 16, 19, 26, 28, 29 7 5 0,00 - 0,20 Sangat Sukar 5, 6, 10, 11, 14 12

15 , 18, 20, 23, 25, 27, 30

(51)

merupakan soal penerapan, dimana siswa dituntut untuk menerapkan persamaan perubahan energi dalam UQW .

Suatu gas dalam sistem menerima usaha dari lingkungannya 100 J pada saat yang sama sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar 150 J. Peru bahan energi dalam sistem tersebut adalah……

a. 150 J b. 110 J c. 100 J d. 70 J e. 50 J * Soal tersebut soal yang terlalu mudah karena soal dapat dijawab dengan benar hanya dengan melakukan perhitungan matematis tanpa siswa mengetahui konsep yang digunakan. Soal tersebut dapat dijawab dengan benar hanya dengan menghitung 150 – 100 = 50. Hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa sampel.

Misalnya siswa B5 ia dapat menjawab benar karena ia menghitung 150-100, dengan alasan kan perubahan berarti kan tinggal dikurangi aja mbak (207-208). Begitu juga dengan siswa yang lain.

4 item termasuk soal yang mudah, yaitu item 1, 2, 3 dan 4. Item 1 memiliki IK = 0,64, artinya 64% siswa peserta tes dapat menjawab dengan benar. Soal no 1 merupakan soal pemahaman, dimana siswa diminta untuk menafsirkan pernyataan hukum Boyle ke dalam grafik P – V. Namun soal tersebut menjadi mudah dan tidak dapat mengukur pemahaman siswa karena soal tersebut ada dalam buku teks. Sehingga soal tersebut hanya mengukur tingkat kognitif siswa dalam jenjang ingatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh sampel KB

Misalnya siswa B2 hukum Boyle ya? Ga tahu mbak tapi gambarnya kaya gitu (6 – 7).

(52)

menghitung suatu besaran. Soal-soal tersebut menjadi mudah karena soal tersebut pernah digunakan untuk latihan soal, sehingga siswa yang belajar dan dapat mengingatnya dapat mengerjakan soal tersebut.

Misalnya, siswa A1; Kenapa dek menggunakan persamaan itu?

ya..emang gitu mbak, latihan-latihan soalnya gitu kok (31-33), begitu juga untuk sampel KB misalnya B2 lha terus kenapa dalam soal itu adek menggunakan persamaan itu?seingetku sih gitu mbak (28-30).

Soal yang terlalu sukar berarti soal tersebut hanya dapat dijawab oleh sebagian peserta tes. Sehingga dapat menyebabkan soal tersebut tidak dapat mengukur kemampuan yang akan diukur. Dalam tes tersebut terdapat 14 soal yang termasuk dalam kategori sangat sukar. Misalnya item 5.

Suatu partikel memiliki energi kinetik rata-rata 6,68.10-21 J, maka suatu partikel gas tersebut adalah……

a. 65 b. 60 c. 55 e. 45 d. 50 *

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar sampel tidak mengerti maksud dari soal item 5. Sehingga siswa tidak dapat mengerjakan soal. Dari 10 sampel tidak satupun siswa memahami maksud dari pertanyaan tersebut.

Misalnya siswa A3, Ga tahu mbak, ga mudeng soale. Begitu juga untuk siswa B1 Tahu makud dari soal itu ga? ga tahu mbak. karena soal tersebut kurang jelas, maka menyebabkan siswa tidak mengerti apa yang ditanyakan. Misalnya siswa A4, B3 dan B4Yang ditanyakan itu apa sih?ga tahu mbak, ra jelas.

(53)

Misalnya “suatu partikel memiliki energi kinetik rata-rata 6,68.10-21 J, maka berapa jumlah partikel gas tersebut”.

Contoh soal lain yang termasuk dalam soal yang sangat sukar adalah item 10.

Satu molekul oksigen dan satu molekul nitrogen memiliki suhu dan tekanan yang sama.

(1) Jumlah molekul keduanya sama (3) volume keduanya sama (2) Laju rata-rata keduanya sama (4) massa jenis keduanya sama Pernyataan yang benar adalah..

a. (1), (2) dan (3) * c. (2) dan (4) e. (1), (2), (3) dan (4) b. (1) dan (3) d. (4) saja

IK dari item 10 adalah 0,137 atau hanya sekitar 13,7% siswa yang dapat menjawab benar yang terdiri dari 9 siswa KA, 7 siswa KT dan 2 siswa KB. Soal tersebut merupakan soal analisis sintesis, dimana siswa diminta untuk menganalisis suatu keadaan dan menghubungkan antar konsep. Siswa mengalami kesulitan dalam menjawab soal tersebut karena siswa belum dapat menyimpulkan sesuatu berdasarkan keadaan yang diajukan.

(54)

dari pernyataan yang diajukan sampel kepada peneliti (A2, A3, B2, B3, dan B5).

Misalnya siswa B3 Kenapa adek milih kalau jumlah molekul keduanya sama? ya…karena sama-sama satu molekul. Nah kalau pernyataan yang ketiga alasannya apa? Volume sama karena tekanan dan suhunya juga sama. Sebagian besar siswa tidak memahami laju rata-rata, misalnya siswa A4; Nah trus mengapa laju rata-rata kedua molekul sama? kenapa ya…ga tahu mbak. Yang adek ketahui laju rata-rata suatu molekul itu apa?Lupa mbak.

Sedangkan untuk pernyataan (4) sebagian siswa mengerti definisi massa jenis yaitu massa pervolum, namun dari keadaan yang diberikan siswa belum dapat menyimpulkan massa jenis kedua molekul gas tersebut.

Misalnya siswa A1 Apa sih massa jenis suatu molekul itu?

Hm..massa per volum. Apakah volume dan massa N2 dan O2 sama? Iya mbak. Berapa massa dari O2 dan N2? Hm…ga tahu mbak. Atau siswa memang tidak mengerti definisi massa jenis (B2, B3, B4, dan B5) mereka mengatakan bahwa massa jenis adalah massa dari molekul tersebut. Misalnya siswa B2;Massa jenis itu apa sih?Massa jenis? Ya massa oksigen dan nitrogen.

Kemungkinan, hal tersebut di atas juga terjadi pada sebagian peserta tes. Hal ini ditunjukkan dari distribusi jawaban siswa, ada 43 siswa yang memilih distraktor B; pernyataan (1) dan (3), 33 siswa memilih distraktor C; pernyataan (2) dan (4).

(55)

karnot. Ke-5 soal tersebut menjadi soal yang sukar karena menurut siswa belum pernah latihan-latihan soal untuk menerapkan persamaan efisiensi mesin karnot, sehingga siswa tidak mengerti cara menggunakan persamaan tersebut untuk menghitung suatu besaran. Ada siswa yang tahu persamaannya namun tidak dapat menggunakan persamaan tersebut dan ada pula siswa yang memang tidak dapat menyatakan persamaan efisiensi siklus karnot.

Misalnya untuk siswa A1; Ga bisa mbak kemarin ga ada latihan soal sih jadi ya ga tahu caranya ngitung, begitu juga dengan siswa A5 ia dapat menyatakan besaran-besaran yang diketahui dan ditanyakan serta persamaannya secara tepat namun siswa tidak dapat menghitungnya. Sedangkan untuk siswa B2 tidak dapat menyatakan besaran-besaran yang diketahui dan ditanyakan secara tepat.

Dari uraian diatas, tingkat kesukaran soal dapat disebabkan oleh soal itu sendiri dan keadaan peserta tes. Contoh keadaan soal adalah permasalahan tidak disampaikan secara jelas, sehingga tidak dapat dipahami oleh siswa (item 5, 6, 18, 23). Soal-soal yang diberikan pernah diberikan pada latihan-latihan soal terutama untuk soal-soal penerapan suatu persamaan (mis: item 2, 3, 4, 9 dst) atau persis dengan buku teks (mis: item 1 dan 16).

Sedangkan keadaan peserta tes adalah penguasaan siswa terhadap materi yang diujikan. Kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah, identifikasi masalah meliputi menentukan besaran-besaran yang diketahui dan ditanyakan, memilih persamaan yang digunakan, menafsirkan suatu keadaan dan menentukan konsep apa yang tercakup dalam soal tersebut.

(56)

b. Daya pembeda

Berdasarkan kriteria daya pembeda soal dalam tabel 2, daya pembeda masing-masing soal dapat dikelompokkan dalam tabel berikut:

Tabel 6: kualifikasi daya pembeda soal

No ID Kualifikasi No. Item Jumlah

1 0.00 ID0.20 Buruk 9, 10, 11, 13 14, 18, 19, 14 20, 23, 24, 25, 26, 27, 30 2 0.20 ID0.40 Cukup 1, 2, 5, 6, 8, 12, 15, 22, 10

28, 29

3 0.40 ID0.70 Baik 3, 4, 16, 17, 21, 5

4 0.70 ID1.00 Sangat Baik 7 1

Soal dikatakan diskriminatif apabila soal tersebut memiliki daya pembeda yang tinggi, yaitu cukup peka untuk dapat membedakan kualitas-kualitas yang diukur dalam hal ini adalah tingkat kemampuan siswa. Jadi, soal yang diskriminatif harus mampu mengambarkan perbedaan tingkat kemampuan siswa KA dan KB. Apakah sebagian besar siswa KA menjawab item tersebut dengan tepat dan sebagian siswa KB menjawabnya salah.

(57)

siswa yang kesehariannya tergolong dalam siswa yang bodoh dapat menjawab soal dengan benar sedangkan siswa yang tergolong pandai juga dapat menjawab soal tersebut, maka kedua siswa sama-sama memperoleh skor. Sehingga siswa yang seharusnnya tidak lulus menjadi lulus ataupun sebaliknya.

Ketidakmampuan soal membedakan kemampuan siswa KA maupun KB juga terkait dengan tingkat kesukaran soal. Soal yang terlalu mudah berarti siswa dari KA maupun KB dapat menjawab soal tersebut Sedangkan soal yang terlalu sukar berarti hanya sedikit siswa yang dapat menjawab soal dengan benar, termasuk siswa dalam kelompok atas.

Misal item 9, soal tersebut termasuk sukar dengan IK = 0,343 atau hanya sekitar 34,3% siswa dapat menjawab dengan benar. Sedangkan ID = 0,085, terdapat 14 siswa KA dan 11 siswa KB yang dapat menjawab dengan benar. Hal tersebut jelas menunjukkan bahwa soal tersebut tidak dapat membedakan tingkat kemampuan antara siswa KA dan siswa KB.

Tiga mol gas menempati volume 10-2m3, suhu gas pada saat itu 270C. tekanan gas tersebut adalah….(R = 8,31x103J/mol K)

a. 74,8 x 103N/m2 c. 74,8 x 105N/m2* e. 74,8 x 107N/m2 b. 74,8 x 104N/m2 d. 74,8 x 106N/m2

(58)

penyelesaian soal tersebut siswa hanya memerlukan beberapa tahap yaitu:

a. Identifikasi masalah; Masalah: menghitung tekanan gas. b. Identifikasi data;

n = 3 mol, V = 10-2m3, T = 270C = 300oK, R = 8,31x103J/mol K c. Analisis penyelesaian; Memilih persamaan: PV = nRT

d. Melakukan perhitungan

Item 9 termasuk dalam soal yang sukar dan kurang diskriminatif dapat disebabkan oleh bebarapa hal. Dari hasil wawancara terlihat beberapa hal yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut diantaranya adalah siswa dapat menyatakan dan mengidentifikasi soal dengan baik namun siswa salah dalam menentukan hasil akhir.

Misalnya siswa A1, B1 dan B4. Siswa belum mampu mengidentifikasi soal dengan baik, misalnya siswa B2; siswa tidak dapat menyatakan besaran-besaran yang diketahui dan ditanyakan dengan tepat.

Siswa tidak mengetahui persamaan yang digunakan atau salah menyatakan persamaan yang digunakan.

Misalnya, siswa A2 salah menyatakan persamaan yang digunakan,P = 3NRT/2Vsehingga jawaban akhirnya pun salah.

(59)

Misalnya siswa A2 dalam lembar jawab ia dapat menjawab dengan benar, namun ketika wawancara ia tidak dapat menjawab dengan benar bahkan salah dalam menyatakan persamaan yang digunakan;P = 3NRT/2V. Begitu juga untuk siswa KB, misalnya siswa B5, ia dapat menjawab dengan benar, namun ketika diminta untuk melakukan penyelesaian ia tidak dapat menjawab dengan benar.

Selain itu, soal tersebut juga pernah diberikan dalam latihan soal sehingga siswa hanya mengingat saja.

Misalnya siswa A3 Kenapa adek menggunakan rumus itu?

ya..karena emang gitu mbak.. Siswa A4; Dek, kenapa pake rumus itu?

Ya emang gitu mbak.Emang gitu piye? Ya seingetku gitu sih. Siswa B4;Kenapa pake rumus itu dek?Kenapa ya mbak, lah ya gitu kalo pas latihan soal. Maka, sebaiknya soal-soal penerapan yang bersifat perhitungan tidak diberikan dalam tes bentuk pilihan ganda tertutup.

Contoh lain item yang belum mampu membedakan tingkat kemampun siswa KA dan KB adalah item 19. Soal tersebut merupakan soal penerapan. Dimana siswa dihadapkan pada sebuah grafik yang menggambarkan proses siklus mesin carnot, dari grafik tersebut siswa diminta untuk menentukan besarnya kerja yang dihasilkan.

Suatu gas ideal mengalami proses siklus seperti pada diagram P – V dibawah ini.

Kerja yang dihasilkan pada proses siklus tersebut adalah

a. 2 x 105J c. 6 x 105J e. 12 x 105J b. 4 x 105J* d. 8 x 105J

Dalam menyelesaikan soal tersebut, siswa harus melalui beberapa tahap antara lain:

a. Mengidentifikasi peristiwa;

Pada lintasan a – b gas mengalami proses isobarik, lintasan b – c gas mengalami proses isokhorik, pada lintasan c – d gas kembali mengalami proses isobarik, pada lintasan d – a gas kembali mengalami proses isokhorik.

(60)

b. Mengidentifikasi masalah;

Masalah: menghitung usaha yang dihasilkan setelah gas mengalami proses satu siklus.

c. Mengidentifikasi data;

Data: Lintasan a – b, P = 3x105Pa, V1= 2 m3,V2= 4 m3

Lintasan b – c, V = 4 m3, P1= 3x105Pa, P2= 1x105Pa

Lintasan c – d, P = 1x105Pa, V1= 4 m3,V2= 2 m3

Lintasan d – a, V = 2 m3, P1= 1x105Pa, P2= 3x105Pa

d. Analisis penyelesaian;

Ada 4 peristiwa yaitu proses isobarik-isokhorik-isobarik-isokhorik. Lintasan a – b, isobarik W1= P (V2– V1)

Lintasan b – c, isokhorik W2= 0

Lintasan c – d, isobarik W3= P (V2– V1)

Lintasan d – a, isokhorik W4= 0

e. Melakukan perhitungan

Usaha yang dihasilkan setelah gas mengalami proses satu siklus: Wtot = W1+ W2+ W3+ W4

ID dari item 19 adalah 0,057, jumlah siswa KA yang menjawab benar adalah 9 sedangkan siswa KB berjumlah 7 siswa dan keseluruhan siswa yang menjawab benar berjumlah 29 siswa. Hal tersebut memperlihatkan bahwa soal tersebut belum dapat membedakan tingkat kemampuan siswa KA dan KB.

(61)

Misalnya siswa A1; W = (P2 – P1) (V2– V1) kenapa kaya gitu

dek? Kan yang ditanyakan usaha dalam satu siklus, apa itu sudah menggambarkan satu siklus?Ya sudah mbak. kan PV, ya berarti P2 –

P1 trus Vnya V2– V1. Jawabannya B.. Siswa A4; dalam penyelesaian

siswa menggunakan persamaan W = (P2– P1) (V2 – V1) Kenapa adek

menggunakan persamaan itu? Ga mbak, pokoknya seingetku aja, kan yang diketahui itu ya udah sapa tahu bener. Siswa B3; lah kok bisa kamu ngitungnya kaya gitu?Ya iya..kan 3-1 = 2 trus ini 4-2 = 2.trus?

Ya udah 2 x 2 = 4x105Usaha itu rumusnya gimana?gimana ya mbak? Siswa B5; W = (P2– P1) (V2– V1). Jawabannya yang B mbak.Kenapa

dek, pake rumus itu? ya seingetku sih itu mbak, ya kan ada P1 dan P2,

V1dan V2ya berarti tinggal dikurangi aja mbak.

Jadi siswa menjawab benar bukan karena ia tahu konsep yang digunakan tapi lebih karena faktor kebetulan. Karena sebagian siswa juga tidak memahami siklus atau proses yang terlihat dalam grafik tersebut. Dalam siklus yang terlihat dalam grafik tersebut terdapat 2 proses, yaitu proses isokhorik dan proses isobarik. Sedangkan proses yang dapat menghasilkan usaha adalah proses isobarik yaitu lintasan a – b dan c – d. Dari sampel hanya 1 siswa yang dapat menjelaskan hal tersebut, yaitu siswa A2.

Ini kok ada W1 dan W2, maksudnya apa? W1 itu kerja pada garis

c-d,W2 kerja pada garis a-b. Kok kerja digaris b-c dan d-a ga

dihitung? Ya ga mbak W di garis b-c dan d-a itukan nol. Kenapa?

karena prosesnya isokhorik. Jawabannya B.

(62)

diatas adalah peluang tebakannya masih cukup besar, sehingga proses berpikir siswa tidak dikembangkan.

Item 11 juga termasuk soal yang belum dapat membedakan tingkat kemampuan siswa KA dan siswa KB, ID soal tersebut adalah 0,114. item 11 juga termasuk soal yang sangat sukar. Siswa yang dapat menjawab benar hanya 12 siswa, 5 siswa dari KA hanya 5 dan 1 siswa KB. Item 11 merupakan soal penerapan, dimana siswa dituntut untuk menyatakan suatu persamaan energi rata-rata untuk setiap derajat kebebasan yaitu ½ kT.

Dalam suatu gas yang bersuhu T, setiap derajat kebebasan dari molekul akan memberikan konstribusi energi rata-rata sebesar…..

a. kT/3 c. 2kT/3 e. 3kT/2 b. kT/2 * d. kT

(63)

Misalnya siswa A1; Jawabannya E mbak. Kenapa? Ya gitu mbak, Ek = 3/2 kT. siswa A2; Kok pilih E? ya iya mbak energi rata-rata itukan rumusnya Ek = 3/2 kT. Apa hubungannya antara suhu, derajat kebebasan dan energi rata-rata? Ga tahu mbak. Siswa B1; yang E 3kT/2. Derajat kebebasan suatu molekul itu apa? derajat kebebasan apa ya? Ga ngerti mbak. lha terus kenapa milih yang E?ya kan energi rata-rata emang rumusnya gitu mbak.Ada hubungannya ga energi rata-rata sama derajat kebebasan?Ga ngerti mbak.

Soal item 11 sebenarnya cukup baik, karena kita dapat mengetahui bagaimana pemahaman siswa mengenai energi rata-rata suatu gas. Namun sebaiknya soal tersebut tidak diberikan dalam bentuk pilihan ganda tertutup. Mungkin soal dapat diberikan dalam bentuk uraian ataupun dalam soal pilihan ganda terbuka, dimana siswa diminta untuk memberikan alasan mengapa ia memilih jawaban tersebut.

Soal yang terlalu mudah juga dapat menyebabkan soal tersebut tidak dapat membedakan tingkat kemampuan siswa KA dan KB. Misalnya item 24.

Suatu gas dalam sistem menerima usaha dari lingkungannya 100 J pada saat yang sama sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar 150 J. Perubahan energi dalam sistem tersebut adalah……

(64)

konsepnya juga dapat menjawab dengan benar. Sehingga faktor tebakan masih cukup besar.

Misalnya siswa B1; Perubahan energi dalam = 150 – 100 = 50 J. Siswa B3; V 15010050J. Siswa B5;Kok bisa dek seperti itu?.

ya…bisalah mbak. kan perubahan berarti kan tinggal dikurangi aja.

Dari uraian diatas, soal yang tidak dapat membedakan tingkat kemampuan siswa disebabkan oleh beberapa hal antara lain adalah tingkat kesukaran soal. Soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah dapat menyebabkan soal tersebut tidak mampu membedakan tingkat kemampuan siswa, karena soal yang terlalu sukar berarti hanya sebagian siswa yang dapat menjawab soal tersebut sedangkan soal yang terlalu mudah berarti sebagian besar peserta tes dapat menjawab soal. Sehingga hasilnya tidak dapat memberikan gambaran tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Sifat soal yang lebih menuntut pada perhitungan matematis, juga menyebabkan soal tersebut menjadi tidak diskriminatif, karena faktor tebakan beperan cukup besar. Tahapan penyelesaian soal yang terlalu kompleks juga dapat menyebabkan siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal (mis item 19).

c. Validitas

Berdasarkan kriteria tingkat validitas soal dalam tabel 3, tingkat valditas masing-masing soal dapat dikelompokkan dalam tabel berikut:

Tabel 7: kualifikasi validitas soal

No Koef. Korelasi Kualifikasi No. Item Jumlah

(65)

-2 0,71 - 0,90 Tinggi -

-3 0,41 - 0,70 Cukup 4, 7, 15, 17, 21, 5

4 0,21 - 0,40 Rendah 1, 2, 3, 6, 8, 10, 11, 12, 15 13, 16, 22, 26, 2, 28, 29

5 Negatif - 0,20 Sangat Rendah 5, 9, 14, 18, 19, 20, 23, 10 24, 25, 30

Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Yang valid atau tidak valid adalah hasil pengukuran dari tes tersebut dalam hal ini adalah skor, bukan tes itu sendiri. Jadi suatu tes hasil belajar valid apabila skor tersebut benar-benar mampu menunjukkan hasil belajar siswa yang akan diukur.

Dalam penelitian ini validitas tes ditinjau berdasarkan validitas masing-masing item. Suatu item dikatakan valid apabila skor pada item tersebut mempunyai kesejajaran dengan skor total. Atau dengan kata lain seberapa besar masing-masing item sebagai penyusun tes memberi dukungan terhadap keseluruhan tes.

Telah dikatakan sebelumya, bahwa tingkat validitas diketahui dengan menggunakan rumus product moment. Hasil perhitungan kemudian di bandingkan kedalam tabel Product moment (lampiran 22), Untuk jumlah soal 30 dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh rtabel

= 0,361. berdasarkan hal tersebut, hanya terdapat 7 item yang valid (item 3, 4, 7, 15, 16, 17, 21).

Gambar

Tabel 1: Kriteria tingkat kesukaran soal (Masidjo, 1995: 194)
Tabel 2: Kriteria daya pembeda soal.
Tabel 3: Kriteria tingkat validitas soal (Masidjo, 1995: 243)
Tabel 4: Kriteria tingkat reliabilitas soal (Masidjo, 1995: 209)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji apakah terdapat pengaruh variabel pendapatan, kesesuaian harga, pemahaman agama dan etika konsumsi

Bermula dari terbatasnya kegiatan forum yang dilakukan, maka pihak fispaba berharap dapat melakukan kegiatan atau promosi acara dengan menggunakan teknologi

Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata.. Sesuai dengan sifat kata yang

Rendang tidak hanya hadir sebagai produk kuliner yang dapat dijumpai pada setiap Rumah Makan Padang atau sebagai produk komersial semata, tetapi juga sebagai produk budaya yang

Ini berarti perusahaan yang memiliki kinerja baik dalam mengelola assetnya mampu menghasilkan profitabilitas tinggi dan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

Metode sintesis sangat mempengaruhi ukuran, bentuk, serta distribusi ukuran partikel yang dihasilkan, ikatan kimia pada permukaan partikel, dan sifat lainnya..

Ketika sedang melakukan transaksi pembayaran untuk asuransi, Untuk proses transaksi pembayaran biasa cepat namun untuk pembayaran asuransi membutuhkan waktu yang

Jumlah sarana distribusi di Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru pada tahun 2019 berjumlah 1035 (seribu tiga puluh lima) sarana, yang terdiri dari 3 (tiga) sarana