• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUKU PEDOMAN SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2014 (SKP14)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUKU PEDOMAN SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2014 (SKP14)"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)REPUBLIK INDONESIA. BUKU PEDOMAN SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2014 (SKP14). BPS - REPUBLIK INDONESIA.

(2) BUKU PEDOMAN SURVEI USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN 2014 (SKP14).

(3) KATA PENGANTAR. Buku Pedoman ini disusun dalam rangka Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2014 (SKP14) yang akan dilaksanakan pada tahun 2014. Buku ini disamping memuat petunjuk teknis berkaitan dengan tata cara pengelolaan kegiatan lapangan dan pemahaman metodologi bagi penanggung jawab di BPS Provinsi dan di BPS Kabupaten/Kota, juga memuat tata cara pendataan bagi pencacah, dan pedoman pengawasan/pemeriksaan lapangan bagi pengawas. Diminta agar semua pihak yang berkaitan membaca dan menggunakan buku ini secara sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugasnya, agar memiliki keseragaman pemahaman yang sama, sehingga dapat diperoleh hasil pendataan yang maksimal sesuai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Akhirnya diucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh jajaran BPS atas konstribusinya dalam pelaksanaan Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2014.. Jakarta, Maret 2014 Deputi Bidang Statistik Produksi. Dr. Adi Lumaksono, MA NIP: 196008311983021002.

(4) DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................... iii DAFTAR ISI.............................................................................................. v BAB I. 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8.. PENDAHULUAN Umum ......................................................................................... Landasan Hukum ........................................................................ Tujuan ......................................................................................... Ruang Lingkup ........................................................................... Data dan Keterangan yang Dikumpulkan................................... Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan ............................................. Jenis Dokumen dan Buku yang Digunakan................................ Arus Dokumen Pelaksanaan SKP14............................................ 1 2 2 3 3 4 5 8. BAB II. METODOLOGI 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9. Cakupan Wilayah........................................................................ 9 Pembentukan Kerangka Sampel ................................................. 9 Metode Pemilihan Sampel.......................................................... 9 Metode Identifikasi Responden .................................................. 10 Alokasi Sampel Usaha................................................................ 11 Penarikan Sampel Usaha ............................................................ 14 Penarikan Sampel Pengganti ...................................................... 17 Pengisian Daftar SKP14-DS....................................................... 19 Contoh Penarikan Sampel .......................................................... 19. BAB III ORGANISASI LAPANGAN 3.1 3.2. Organisasi Lapangan .................................................................. 21 Penanggung Jawab Pelaksanaan SKP14 di Daerah.................... 21. BAB IV. TATA CARA PENYUSUNAN &PENGIRIMAN DOKUMEN 4.1 4.2 4.3. Pengiriman Dokumen dari BPS ke BPS Provinsi ...................... 27 Pengiriman Dokumen dari BPS Provinsi ................................... 27 Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kotake BPS Provinsi....... 28. BAB V. TATA CARA PELAKSANAAN PENDATAAN 5.1. Umum ......................................................................................... 31. Pedoman Survei Usaha KonstruksiPeroranganv.

(5) 5.2 5.3 5.4 5.5. Tata Tertib Pengisian Daftar....................................................... Konsep dan Definisi ................................................................... Penyiapan Dokumen Pendataan ................................................. Mekanisme Pendataan ................................................................. 31 33 35 37. BAB VI. TATA CARA PENGISIAN DAFTAR 6.1 6.2 6.3 6.4. Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-P ......................................... Penggunaan dan Tata Cara PengisianLembar Pembantu ........... Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-DS ...................................... Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-S .......................................... 41 51 52 58. BAB VII.PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 7.1 7.2 7.3 7.4. Latar Belakang............................................................................ Fungsi Pengawasan dan Pemeriksaan ........................................ Pengawasan................................................................................. Pemeriksaan................................................................................. 83 83 84 85. BAB VIII.PEMERIKSAAN ISIAN DAFTARSKP14-P 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 BAB IX. 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 9.6 9.7 9.8 9.9. Pemeriksaan Blok I: Keterangan Tempat .................................. Pemeriksaan Blok II: Ringkasan ................................................ Pemeriksaan Blok III: Keterangan Petugas dan pengesahan...... Pemeriksaan Blok IV: Catatan.................................................... Pemeriksaan Blok V: Daftar Rumahtangga/Usaha Konstruksi ... 87 87 87 87 88. PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR SKP14-S Pemeriksaan Secara Umum ....................................................... Pemeriksaan Blok I: Keterangan Tempat ................................... Pemeriksaan Blok II: Keterangan Usaha.................................... Pemeriksaan Blok III: Keterangan Umum,Bimbingan, dan Sumber Modal ............................................................................ Pemeriksaan Blok IV: Pekerja, Hari Kerja,Balas Jasa dan Upah............................................................................................ Pemeriksaan Blok V: BiayaKegiatan UsahaSelama Setahun yang Lalu .................................................................................... Pemeriksaan Blok VI: Pendapatan SelamaSetahun yang Lalu .. Pemeriksaan Blok VII: Ringkasan.............................................. Pemeriksaan Blok VIII: Permodalan ........................................... viPedoman Survei Usaha KonstruksiPerorangan. 91 92 92 93 94 95 95 96 97.

(6) 9.10 Pemeriksaan Blok IX: Kendala danProspek Usaha.................... 97 9.11 Pemeriksaan Blok X: KeteranganResponden dan Petugas......... 97 9.12 Pemeriksaan Blok XI: Catatan.................................................... 98 LAMPIRAN Lampiran 1: KBLI 2009 Bidang Konstruksi .......................................... 99 Lampiran 2: Contoh SKP14-DSDESA .................................................. 131 Lampiran 3: Alokasi Usaha dan Petugas................................................ 132 Lampiran 4: Contoh Pengisian Daftar.................................................... 133. Pedoman Survei Usaha KonstruksiPeroranganvii.

(7) BAB I. PENDAHULUAN. 1.1. Umum Pertama. kali. pengumpulan. data. usaha. konstruksi. rumahtangga/perorangandilaksanakan secara lengkap melalui Sensus Konstruksi 1977. Kemudian secara lengkap pula terintegrasi pada Sensus Ekonomi 1986, Sensus Ekonomi 1996, dan Sensus Ekonomi 2006. Seiring dengan makin diperlukannya. informasi. mengenai. kegiatan. usaha. konstruksi. rumahtangga/perorangan, maka secara tersendiri pada tahun 2012 Badan Pusat Statistik melaksanakan survei usaha konstruksi rumahtangga/perorangan untuk pertama kalinya, yang disebutSurvei Usaha Konstruksi Tidak Berbadan Hukum (VTBH12 Konstruksi). Pada tahun 2013 juga dilaksanakan survei usaha konstruksi rumahtangga/perorangan dengan nama Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2013 (SKP13). Tahun 2014ini Badan Pusat Statistik kembali akan melaksanakan pengumpulan data usaha konstruksi rumahtangga/perorangan yang ketigamelaluiSurvei Usaha Konstruksi Perorangan 2014 pada beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.Perubahan nama dan identitas ini mengacu pada tingkatan kualifikasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Tingkat Nasional Nomor 02/SE/LPJK-N/III/2012. Tingkatan kualifikasi ini terdiri dari gred 5, 6 dan gred 7 disebut dengan kualifikasi Non Kecil, gred 2, 3, dan 4 disebut dengan kualifikasi Kecil sedangkan gred 1 disebut dengan kualifikasi Perorangan. Jumlah sampel Survei Usaha Konstruksi Perorangan (SKP14) sama seperti SKP13. Survei Usaha Konstruksi Perorangan Tahun 2014 yang selanjutnya disebut SKP14 diselenggarakan untuk mengetahui profil, keberadaan, penyebaran, aktivitas, dan karakteristik. kegiatan usaha konstruksi perorangan yang. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan1.

(8) menyebar pada beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sedang untuk pencacahan sampel SKP14 dilakukan melalui pendekatan usaha. Buku ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk Kepala BPS Provinsi dan Kepala BPS Kabupaten/Kota, pedoman pendataan bagi pencacah, dan pedoman pengawasan/pemeriksaan bagi pengawas agar mempunyai persepsi dan pemahaman yang sama berkaitan dengan pelaksanaan SKP14.. 1.2. Landasan Hukum Landasan hukum pelaksanaan SKP14: a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. b. Peraturan. Pemerintah. RI. Nomor. 51. Tahun. 1999. tentang. Penyelenggaraan Statistik. c. Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja BPS. d. Keputusan Presiden RI No. 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik.. 1.3. Tujuan Secara umum Survei Usaha Konstruksi Perorangan(SKP14) bertujuan untuk mengetahui profil usaha konstruksi perorangan di Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan ekonomi secara makro. SKP14 akan mengumpulkan dan menyajikan data tentang kegiatan usaha konstruksi perorangan pada tingkat nasional. Secara khusus tujuan SKP14 adalah mendapatkan informasi dasar tentang berbagai informasi mengenai kegiatan, seperti: a. Banyaknya usaha b. Banyaknya tenaga kerja c. Pengeluaran untuk tenaga kerja 2Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(9) d. Struktur input dan output e. Permodalan f. Kendala dan prospek usaha g. Keterangan lain yang berkaitan dengan usaha konstruksi perorangan. 1.4. Ruang Lingkup Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2014 (SKP14) dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Banyaknya kabupaten/kota yang menjadi lokasi survei adalah 160 kabupaten/kota yang tersebar di 33 Provinsi. Sampel SKP14sebanyak 12.000 usaha konstruksi perorangan yang berusaha di sektor konstruksi dengan sistem borongan baik borongan bahan dan tenaga kerja maupun borongan tenaga kerja saja dan aktif selama setahun lalu yangtersebar di 1.200 desa/kelurahan.. 1.5.Data dan Keterangan yang Dikumpulkan Adapun data dan keterangan yang dikumpulkan dalam SKP14: a. Daftar SKP14-P terdiri dari 6 (enam) blok, yaitu: Blok I. :. Keterangan Tempat. Blok II. :. Ringkasan. Blok III. :. Keterangan Petugas dan Pengesahan. Blok IV. :. Catatan. Blok V. :. Daftar Rumahtangga/Usaha Konstruksi. Blok VI. :. Keterangan Penarikan Sampel. b. Daftar SKP14-S terdiri dari 11 (sebelas) blok, yaitu: Blok I : Keterangan Tempat Blok II. :. Keterangan Usaha. Blok III. :. Keterangan Umum, Bimbingan dan Sumber Modal. Blok IV. :. Pekerja, Hari Kerja, Balas Jasa dan Upah. Blok V. :. Biaya Kegiatan UsahaSelama Setahun yang Lalu. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan3.

(10) Blok VI. :. Pendapatan Selama Setahun yang Lalu. Blok VII. :. Ringkasan. Blok VIII. :. Permodalan. Blok IX. :. Kendala dan Prospek Usaha. Blok X. :. Keterangan Responden dan Petugas. Blok XI. :. Catatan. 1.6. Jadwal Kegiatan dan Pelaksanaan Adapun jadwal kegiatan dan pelaksanaan SKP14yang dilaksanakan pada tahun 2014 seperti tabel di bawah ini: No.. Kegiatan. Waktu Pelaksanaan. (1). (2). (3). 1. Penyusunan Metodologi, Kuesioner dan Buku Pedoman 2. Pencetakan Kuesioner dan Buku Pedoman 3. Pengiriman Dokumen ke BPS Provinsi/Kabupaten/Kota 4. Listing dan Pengambilan Sampel 5. Pencacahan Sampel (Daftar S) 6. Pemeriksaan di BPS Kabupaten/Kota 7. Pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS Provinsi 8. Pemeriksaandi BPS Provinsi. Januari 2014 Maret 2014 April 2014 Mei 2014 Juni 2014 Juni – Juli 2014 Juli 2014 Juli –Agustus 2014. 9. Pengiriman dokumen hasil pencacahana ke BPS 10. Pengolahan (Data Entri & Pasca Konputer) di BPS 11. Finalisasi Tabulasi Hasil di BPS 12. Penulisan Naskah Publikasi di BPS. 16 – 30 Okt 2014. 13. Pencetakan Publikasi di BPS. 1 – 14 Nop 2014. 14. Penyebaran/Diseminasi Publikasi. 15 – 31Nop 2014. 4Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan. Agustus 2014 Agust –Sept 2014 1 – 15 Okt 2014.

(11) 1.7. Jenis Dokumen dan Buku yang Digunakan 1) Peta SP2010-WA Satuan pengamatan SKP14 adalah desa/kelurahan. Oleh karena itu, salinan peta desa/kelurahan (SP2010-WA) sangat dibutuhkan oleh pencacah sebagai panduan dalam mengenali wilayah tugasnya agar tidak terjadi lewat cacah maupun cacah ganda. Hal ini sekaligus untuk memberikan keyakinan bahwa pencacahan yang dilakukan tidak akan melewati batas wilayah kerjanya. Dokumen SP2010-WA berisi informasi batas wilayah desa/kelurahan dan muatannya. Sebelah kiri atas berisi tulisan SP2010-WA, sebelah kanan atas berisi kode wilayah. Bagian sebelah kanan adalah kotak keterangan legenda yang antara lain berisi informasi nama wilayah mulai desa/kelurahan hingga pulau, arti garis dan arti simbol-simbol lain yang tertera pada gambar sketsa peta. Dalam Gambar 1, Sketsa SP2010-WA berisi informasi di Desa Limboro dengan kode wilayah 7204082005.Desa ini terdiri dari 6 blok sensus dan 8 rukun tetangga, BS berkode 001B dan 005B berasosiasi masing-masing dengan RT 7 dan RT 8. Kode BS 002B berasosiasi dengan gabungan RT 6 dan RT 5, kode BS 003B berasosiasi dengan gabungan RT 3 dan RT 4, dan kode BS 004B berasosiasi dengan gabungan RT 1 dan RT 2. Simbol tempat kedudukan kantor camat, kantor desa/kelurahan, masjid, sekolah, dan lainlain tergambar di dalam sketsa peta akan memudahkan proses pencarian responden kegiatan SKP14. Beberapa hal yang harus disiapkan berkaitan dengan peta SP2010-WA adalah sebagai berikut:  BPSKabupaten/Kota menyediakan peta Desa/Kelurahansampel SP2010WA terpilih.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan5.

(12)  Apabila ada peta yang tidak lengkap, maka BPS Kabupaten/Kota mencetak (print) file image peta SP2010-WA pada kertas ukuran A3 menggunakan tinta berwarna.  Bila pendataan dalam 1 (satu) desa/kelurahanharus diselesaikan oleh 2 (dua) orang pencacah, maka SP2010-WA harus di print dalam ukuran A3 menggunakan tinta warna untuk petugas kedua.  Pembagian tugas kerja di lapangan harus jelas dengan memperhatikan batas SLS dan BS dalam peta SP2010-WA.  Sketsa peta SP2010-WA dipinjamkan kepada pencacah pada saat pelatihan untuk digunakan dalam pendataan.. Gambar 1. Contoh peta Desa/Kelurahan SP2010-WA. 2) Daftar SKP14-P  Daftar SKP14-P digunakan untuk pemutakhiran pengusaha/badan usaha konstruksi. Daftar ini dicetak (print) pada kertas ukuran A4 bolak-balik di BPS Kabupaten/Kota.  Untuk 1 (satu) desa/kelurahanyang menggunakan 2 (dua) orang pencacah, maka Daftar SKP14-P Konstruksi harus diprint rangkap 2 (dua). 6Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(13)  Pada lembar SKP14-P ini disediakan baris kosong untuk diisi berdasarkan hasil snowballing. 3) Daftar SKP14-RD  Daftar SKP14-RD diisi oleh pengawas dan digunakan untuk merekap jumlah usaha konstruksi perorangan per desa/kelurahan.  Daftar SKP14-RD sebagai dasar BPS kabupaten/kota mengalokasikan target sampel usaha konstruksi peroranganper desa/elurahan per bidang pekerjaan utama. 4) Daftar SKP14-DS  Daftar SKP14-DS adalah daftar nama dan alamat sampel usaha konstruksi perorangan terpilih per desa/kelurahan. 5) Daftar SKP14-S  Daftar SKP14-S digunakan pada saat melakukan pendataan karakteristik pada usaha konstruksi perorangan terpilih. 6) Lembar Pembantu  Lembar Pembantu digunakan untuk mencatat semua informasi dari narasumber tentang keberadaan calon responden hasil snowballing. 7) Buku Pedoman  Buku ini dibuat sebagai pedoman teknis untuk Pimpinan BPS Propinsi dan Pimpinan BPS Kabupaten/Kota, untuk Pencacah dan Pengawas dalam melakukan pencacahan maupun petunjuk bagi para Pengawas dalam melakukan pengawasan/pemeriksaan.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan7.

(14) 1.8. Arus Dokumen Pelaksanaan SKP14 Alur. pendistribusian. dokumen. Survei. Perorangan2014(SKP14) seperti pada gambar di bawah ini:. 8Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan. Usaha. Konstruksi.

(15) BAB II. METODOLOGI. 2.1. Cakupan Wilayah Survei. Usaha. Konstruksi. Perorangandilaksanakan. di. 1.200. Desa/Kelurahan pada 160 Kabupaten/Kotayang tersebar di 33 Provinsi di Indonesia.. 2.2. Pembentukan Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari 2 jenis, yaitu kerangka sampel untuk pemilihan desa/kelurahan dan kerangka sampel untuk pemilihan usaha.  Kerangka. sampel. desa/kelurahankondisi. pemilihan Juli. desa/kelurahanadalah. 2013yang. dilengkapi. daftar. dengan. nama. informasi. banyaknya usaha konstruksi hasil Sensus Ekonomi (SE2006).  Kerangka sampel pemilihan usaha konstruksi adalah daftar usaha konstruksi hasil pencacahan SE2006 dengan Daftar SE2006-L2,yaitu isian pada Daftar SE2006-L2 Rincian 11 yang berkode 9 (usaha) dan Rincian 14.dberkategori NK (Non Kualifikasi).Kerangka sampel ini dimutakhirkan dengan Daftar SKP13-P pada tahun lalu dan dilengkapi dengan daftar usaha hasil pemutakhiran berdasarkan Daftar SKP14-P.. 2.3. Metode Pemilihan Sampel Survei dirancang menggunakan desain sampel 2 (dua) tahap (two-stage sampling design), dengan prosedur pemilihan sampel sebagai berikut: Tahap. pertama,. pada. setiap. kabupaten/kota. dipilih. desa/kelurahansecaraprobality proportional to size (PPS) dengan size jumlah usaha konstruksi perorangan hasil SE2006.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan9.

(16) Tahap kedua, dari setiap desa/kelurahan terpilih, dipilih sejumlah usaha konstruksi perorangan dari hasil pendaftaran usaha konstruksi perorangan didesa/kelurahan terpilih secara linear systematic sampling. Pemilihan sampel desa dilakukan di BPS, sedangkan pemilihan sampel usaha dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Jumlah sampeldesa/kelurahan dan usaha Banyaknya sampel desa/kelurahanSKP14 adalah 1.200 desa/kelurahan, dan 12.000 usaha konstruksi perorangan. Alokasi jumlah sampel desa/kelurahan per kabupaten/kota dilakukan secara proporsional berdasarkan banyaknya desa/kelurahan yang terdapat usaha konstruksi perorangan per kabupaten/kota terhadap total usaha konstruksi perorangan di kabupaten/kota terpilih.. 2.4. Metode Identifikasi Responden Identifikasi responden dilakukan dengan Daftar SKP14-P. Identifikasi ini dilakukan untuk memperoleh data populasi usaha/badan usaha konstruksi baik yang berbadan usaha maupun perorangandi setiap desa terpilih yang selanjutnya digunakan sebagai kerangka sampel untuk pemilihan sampel usaha. Petugas harus melakukan identifikasi adanya usaha konstruksi di setiap desa secara optimal. Pengumpulan data pada pelaksanaan SKP14 dilakukan dengan kunjungan dan wawancara langsung dengan responden. Sedang penentuan responden. melalui. proses. identifikasi. rumahtangga/usaha. konstruksi. perorangan (Daftar SKP14-P) dan snowballing. Metode. identifikasi. responden. SKP14. dilakukan. dengan. cara. snowballing. Pendataan dengan snowballing atau getok tular adalah pendataan semua usaha konstruksi baik berbadan hukum maupunperoranganberdasarkan 10Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(17) informasi dari berbagai narasumber termasuk pengusaha yang dikunjungi oleh pencacah. Metode ini dilakukan dalam suatu wilayah desa/kelurahan usaha konstruksi. Pengidentifikasian dimulai dengan mengkonfirmasi keberadaan pengusaha/badan usaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP14-P kepada Ketua atau pengurusSatuan Lingkungan Setempat (SLS), seperti Ketua RukunTetangga/Dusun/Lingkungan/Jorong, setempat.. Hasil. konfirmasi. dari. maupun. narasumber. ini. tokoh. masyarakat. adalah. identifikasi. pengusaha/badan usaha konstruksi, yang selanjutnya harus dikunjungi oleh pencacah. Apapun hasil kunjungan pada pengusaha/badan usaha tersebut, pencacah harus melakukan proses snowballing, yaitu dengan menanyakan kepada pengusaha/badan usaha konstruksi tersebut apakah ada pengusaha/badan usaha konstruksi yang lain yang berada dalam desa/kelurahan tersebut.Informasi yang diperoleh dari narasumber tersebut dicantumkan pada Daftar SKP14-P .. 2.5. Alokasi Sampel Usaha a. Alokasi sampel usaha per bidang pekerjaan utama Dari populasi usaha menurut bidang pekerjaan utama, seluruh usaha konstruksi sipil dan khusus dipilih sebagai sampel (take all), sedangkan sampel usaha konstruksi gedungdiperoleh dari pengurangan target sampel usaha dengan sampel usaha sipil dan khusus. Penghitungan alokasi sampel usaha menurut bidang pekerjaan utama untuk setiap kabupaten/kota dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. 3  n   i  nij nij   j 2  N ij . dengan:. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan11. ; j 1 ; j  2,3.

(18) nij : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupateni,bidang pekerjaan utama j (1 = gedung, 2 = sipil, 3 = khusus), ni. : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i,. Nij : Populasi usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang pekerjaan utamaj. Contoh: Dari rekapitulasi usaha konstruksi perorangan menurut bidang pekerjaan utama hasil pemutakhiran dengan Daftar SKP14-P di suatu kabupaten, diperoleh 449 usaha yang bidang pekerjaan utamanya gedung, 3usaha konstruksi sipil, dan 35 usaha konstruksi khusus. Diketahui target sampel usaha untuk kabupaten tersebut diketahui sebanyak 80 usaha. Alokasikan menurut bidang pekerjaan utamadilakukan sebagai berikut: Bidang pekerjaan utama Jumlah Gedung. Sipil. khusus. (1). (2). (3). (4). (5). Populasi. 449. 3. 35. 487. Sampel. 42. 3. 35. 80. b. Alokasi sampel usaha per desa. Penghitungan alokasi sampel usaha pada masing-masing bidang pekerjaan utama untuk setiap desa dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota setelah pemutakhiran seluruh usaha konstruksi perorangan selesai dilakukan dalam satu kabupaten. Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan per bidang kegiatan utama pada setiap desa terpilih dihitung dengan rumus power allocation dengan α = 0,5 , yaitu:. 12Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(19) nijk .  N ijk K.  k 1.  N ijk.  nij . N ijk K.  k 1.  nij ,. N ijk. dengan: nijk : Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang kegiatan utama j, desa k, nij : Target sampel usaha konstruksi perorangan di kabupaten i, bidang kegiatan utama j, Nijk : Jumlahpopulasi usaha konstruksi peroranganhasil pemutakhiran di kabupaten i, bidang kegiatan utama j, desa k. Contoh: Dari hasil pemutakhiran usaha konstruksi pada desa terpilih di suatu kabupaten diperoleh populasi usaha konstruksi dengan bidang pekerjaan utama konstruksi gedung seperti pada tabel berikut pada kolom (2). Bila target sampel usaha bidang pekerjaan utama konstruksi gedung sebesar 42, maka alokasi jumlah sampel untuk setiap desa dapat dihitung sebagai berikut: Tabel. Rekapitulasi populasi usaha konstruksi bidang pekerjaan utama gedung per desa Provinsi: … Kabupaten/Kota: … Populasi usaha konstruksi perorangan bidang kegiatan Desa utama konstruksi gedung (Hasil pemutakhiran). Jumlah sampel. (1). (2). (3). 1 2 3 4. 103 78 95 173. 10 9 10 13. Jumlah. 449. 42. engisian Daf tar SKP14-DS. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan13.

(20) 2.6.Penarikan Sampel Usaha Penarikan. atau. pengambilan. sampel. usaha. dilakukan. setelah. pemutakhiran usaha konstruksi dalam satu desa/kelurahan selesai dilakukan dan target sampel per BPU sudah diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota.Tugas penarikan atau pengambilan sampel usaha konstruksi perorangan dalam satu desa/kelurahan dilakukan oleh pengawas. Keterangan pengambilan sampel usaha terdapat pada Daftar SKP14-P Blok VI.Tahapan pengambilan sampel usaha dijelaskan sebagai berikut: - Periksa apakah pemberian tanda cek () pada Blok V Kolom (13) s.d.Kolom (15) sudah benar yaitu terisi hanya jika isian Kolom (10) berkode ‘1’ atau ‘9’. Cek pula apakah benar setiap baris yang sesuai hanya ada satu tanda cek. - Periksa apakah pemberian nomor urut disamping kanan tanda cek pada Kolom (13) s.d.Kolom (15) sudah benar, yaitu berurutan mulai nomor 1 pada Kolom (13) halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, kemudian dilanjutkan ke Kolom (14) halaman pertama Blok V yang terisi sampai halaman terakhir, dan nomor halaman pertama pada Kolom (15) sampai halaman terakhir yang terisi. Jika ditemui ada kesalahan, perbaiki kesalahannya lebih dahulu sebelum melakukan pemilihan sampel. - Contoh : Untuk Kolom (13) halaman pertama hingga halaman terakhir, pemberian nomor dimulai dari : 1, 2, 3, 4, ....27. Kemudian lanjutkan pemberian nomor pada Kolom (14) halaman pertama hingga halaman terakhir dimulai dengan nomor 1, 2, 3, .... 11. Selanjutnya pemberian nomor untuk Kolom (15) halaman pertama hingga halaman terakhir dengan nomor 1, 2, 3, ....7. Contoh pemberian nomor urut Daftar SKP14-P Blok V Kolom (13) s.d. Kolom (15) halaman 1 s.d. terakhir: 14Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(21) Halaman 1 dari 5 halaman 1 (Gedung). 2 (Sipil). 3 (Khusus). (13). (14). (15). 1 1 1. 2. Halaman 2 dari 5 halaman 1 (Gedung). 2 (Sipil). 3 (Khusus). (13). (14). (15). 2. 3. 2. . . . . . .. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan15.

(22) 1 (Gedung). Halaman 5 dari 5 halaman 2 (Sipil) 3 (Khusus). (13). 27. (14). (15). 11. 7. - Hitung interval penarikan sampel per desa/kelurahanj per BPU k (Ijk) untuk pemilihan usaha dengan cara: Ij . Banyaknya usaha per desa/kelur ahan BPU gedung Banyaknya sampel per desa/kelur ahan BPU gedung. Ij . mj nj. Interval sampel dihitung sampai dua angka dibelakang koma. - Gunakan angka random (AR) yang tertera pada Daftar SKP14-P Blok I Rincian 6, untuk mendapatkan nomor urut sampel rumahtangga/usaha pertama (R1) BPU gedungdengan rumus berikut:. R 1  AR  I j - Angka random yang tercantum pada Daftar SKP14-P Blok I Rincian 6 adalah angka yang dibangkitkandengan program sedemikian sehingga mengikuti distribusi Uniform dengan nilai antara 0 s.d. 1. - Untuk desa pengganti yang terpilih, bila isian AR pada SKP14-P kosong atau belum tercetak maka AR-nya mengikuti AR dari desa yang digantikan sebelumnya. - Catatan: apabila R1<1, maka R1nya adalah 1. 16Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(23) - Selanjutnya gunakan interval sampel per desa/kelurahan BPU gedung (Ij) untuk menentukan angka random pemilihan sampel rumahtangga/usaha berikutnya, yaitu R2, R3, ......., Rnj sebagai berikut: R2 R3 . . . Rnj. = R1 + Ij = R2 + Ij. = R(nj-1) + Ij. - Nomor urut rumahtangga/usahaterpilih adalah yang memiliki nomor urut tanda cek yang sesuai dengan R1, …, Rnjdengan membulatkan hasil perhitungan sampai 0 angka dibelakang koma. - Lingkari nomor urut pada salah satu tanda cek () Kolom (13) s.d. Kolom(15) yang sesuai dengan R1, …, Rnj. - Lingkari. pula. Nomor. Blok. Sensus. Kolom. (1),. Nomor. Urut. rumahtangga/usaha Kolom (2) dan Nomor Urut Usaha/NUU Kolom (11) yang berada sebaris dengan nomor urut pada salah satu Kolom (13) s.d. Kolom (15) yang dilingkari. - Salin seluruh sampel rumahtangga/usaha tersebut ke Daftar SKP14-DS.. 2.7. Penarikan Sampel Pengganti Bila ada calon responden yang tidak berhasil dicacah dengan dokumen SKP14-S, maka wajib ada sampel pengganti dari desa yang sama sampai jumlah target pencacahan (Daftar SKP14-DS Blok II Rincian 1) terpenuhi. Penentuan sampel pengganti ini dilakukan setelah pemilihan sampel utama selesai dilakukan untuk setiap Bidang pekerjaan Utama (BPU).Jika dari desa yang sama sudah tidak ada lagi usaha konstruksi perorangan yang bisa dijadikan sampel pengganti, maka tidak perlu dilakukan penarikan sampel pengganti dari desa. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan17.

(24) yang lain. Penentuan sampel pengganti dilakukan sampai batas akhir pencacahandan hanya untuk BPU berkode 1 (Gedung), sedangkan untuk BPU 2 dan 3 tidak ada sampel pengganti karena dilakukan take all (populasi diambil semua). Uraian rinci tentang cara menentukan sampel pengganti adalah sebagai berikut : a. Cari nomor urut konstruksi perorangan yang telah terpilih sebagai ”sampel utama”. yaitu yang Nomor Blok Sensus, Nomor Urut, Nomor Urut Usaha di Daftar SKP14-P Blok V Kol.(1), Kol.(2) dan Kol.(11) yang dilingkari. b. Kemudian cari di Daftar SKP14-P Kol.(13) : 1.. Nomor urut usaha konstruksi perorangan berikutnya dari sampel utama, yaitu usaha konstruksi perorangan Gedung yang nomor urutnya lebih besar dari nomor urut sampel utama. Contoh :nomor urut sampel utama Gedung yang tidak berhasildicacah adalah 7, maka sampel penggantinya adalah usaha konstruksi perorangan Gedung dengan nomor urut usaha 8.. 2.. Jika sampel utama yang tidak berhasil dicacah adalah usaha konstruksi perorangan nomor urut terakhir, maka sampel penggantinya adalah nomor urut usaha konstruksi perorangan sebelumnya (nomor urut sampel pengganti lebih kecil dari sampel utama). Contoh : nomor urut sampel utama Gedung yang tidak berhasil dicacah adalah 12, maka sampel penggantinya adalah usaha konstruksi perorangan Gedung dengan nomor urut usaha 11.. c. Berikan tanda segitiga (Δ) di Kol.(13) pada Blok V SKP14-P untuk nomor urut usaha konstruksi perorangan gedung yang telah terpilih sebagai sampel pengganti. d. Berikan tanda segitiga (Δ) di Kol.(11), yang nomor urut tanda cek (√) nya pada Kol.(13) diberi tanda segitiga (Δ).. 18Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(25) e. Berikan pula tanda segitiga (Δ) di Kol.(1) dan Kol.(2) pada Daftar SKP14-P yang nomor urut tanda cek (√) nya pada Kol.(13) diberi tanda segitiga (Δ).D. 2.8.Pengisian Daftar SKP14-DS Pengisian Daftar SKP14-DS dilakukan setelah selesainya seluruh tahapan pemilihan sampel usaha. Tahapan pemindahan informasi usaha dari Daftar SKP14-P ke Daftar SKP14-DS dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Salin Nomor Urut Usaha (NUU) yang diberi lingkaran pada Daftar SKP14-P Blok V Kol.(11) ke Daftar SKP14-DSBlok V Kol.(3) mulai dari nomor urut terkecil. b. Salin KIP dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.(3) ke daftar SKP14-DS Blok V Kol.(4) c. Salin nama usaha/pengusaha/pemilik dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.(4) kedalam Daftar SKP14-DSBlok V Kol.(5), yang Nomor Urut Usaha tanda cek () nya diberi lingkaran. d. Salin alamat lengkap dan BPU dariSKP14-P Blok V Kolom(5) dan Kolom(13) s.d.Kolom(15) yang nomor urut tanda cek () nya diberi lingkaran, ke Daftar SKP14-DSBlok V Kolom(6) dan Kolom (7).. 2.9.Contoh Penarikan Sampel a. Hasil pemuktahiran Daftar SKP14-P Kelurahan Baros, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut:  Jumlahusaha. konstruksi. perorangan. sebanyak. 22. usaha. [penjumlahan nomor urut terakhir pada Daftar SKP14-P Blok V Kolom (13) s.d.Kolom (15) = 22].  Jumlah usaha konstruksi perorangankode BPU gedung (usaha konstruksi dengan bidang pekerjaan utama gedung) sebanyak 12.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan19.

(26) b. Hasil penghitungan alokasi sampel, dan interval sebagai berikut:  Target sampel usaha konstruksi perorangan pada kelurahan ini adalah 14.  Target sampel usaha konstruksi perorangan BPU gedungadalah 4.  Interval untuk usaha konstruksi perorangan BPU gedung adalah 12/4 = 3,00. c. Menghitung R1, …, Rnuntuk BPU gedung sebagai berikut:  Angka random satu (AR) yang tercantum pada Daftar SKP14-P Blok I Rincian 6 adalah 0,35, maka R1 = AR1 x I = 0,35 x 3,00 = 1,05 ≈ 1. Karena 1 < Interval (3,00), maka R 1= 1  Setelah didapat R1 selanjutnya menghitung R2s.d. R4 dengan cara: R1 R2 R3 R4. = = = =. 1,05 ≈ 1 R1 + I = 1,05 + 3,00= 4,05≈ 4 R2 + I = 4,05 + 3,00 = 7,05 ≈ 7 R3 + I = 7,05 + 3,00=10,05≈ 10. e. Pemilihan Sampel Usaha  Berikan lingkaran di kolom BPU gedung, yaitu Kolom (13) pada nomor-nomor tanda cek yang sesuai dengan angka random terpilih. Kemudian lingkari pula pada Nomor Blok Sensus kolom (1), Nomor Urut Kolom (2), dan Nomor Urut Usaha Kolom (11). Untuk BPU 2 dan 3 dilakukan take all (populasi diambil semua).. 20Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(27) BAB III. ORGANISASI LAPANGAN. 3.1. Organisasi Lapangan Untuk memperlancar pelaksanaan lapangan kegiatan SKP14, struktur organisasi lapangan telah ditetapkan sebagai berikut: BPS Provinsi. Bidang Statistik Produksi. BPS Kabupaten/Kota. Seksi Statistik Produksi. PML Staf BPS. PCL KSK/Staf BPS. 3.2. Penanggung JawabPelaksanaan SKP14 di Daerah Seperti survei-survei lainnya yang dilakukan oleh BPS, penanggung jawab pelaksanaan SKP14 di daerah baik teknis maupun administrasi adalah Kepala BPS Provinsi dibantu oleh Kepala BPS Kabupaten/Kota. Dengan demikian BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota mengatur segala hal mulai dari rekruitmen petugas sampai dengan terkumpulnya seluruh dokumen hasil survei. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan21.

(28) Tugas masing-masing unsur, yaitu BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota, Pengawas (PML), dan pencacah (PCL) adalah sebagai berikut: a. BPS Provinsi 1. Mengkoordinasikan semua kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan persiapan pelaksanaan seperti: alokasi petugas, alokasi dokumen, dan alokasi sampel per kabupaten/kota. 2. Membuat petunjuk rinci tentang pengerahan petugas sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. 3. Mengatur. pengiriman. dokumen. ke. dan. dari. setiap. BPS. Kabupaten/Kota sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 4. Mengatur pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS sesuai jadwal yang ditentukan setelah terlebih dahulu diperiksa. 5. Mengkoordinasikan tugas BPS Kabupaten/Kota sesuai dengan beban tugas baik yang menyangkut bidang teknis maupun administrasi. 6. Membuat laporan secara lengkap pelaksanaan kegiatan SKP14, mengenai bidang teknis dan ditujukan ke BPS (Direktur Statistik Industri). 7. BPS Provinsi secara berkala mengadakan pertemuan dengan aparat pelaksana wilayahnya dalam rangka koordinasi untuk mengevaluasi perkembangan kegiatan dan pemecahan permasalahan yang timbul. 8. Membuat Early Warning System (Sistem Peringatan Dini) untuk memantau pelaksanaan kegiatan SKP14, baik kualitas data dan jumlah kuesioner yang telah didaftar oleh petugas maupun ketepatan waktu penyampaian dokumen.. 22Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(29) b. BPS Kabupaten/Kota 1. Seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan dikoordinir oleh kepala BPS Kabupaten/Kota. 2. Menyediakan surat tugas para petugas lapang (pencacah/pengawas) untuk pelaksanaan dilapangan. 3. Merekrut calon petugas PML/PCL SKP14 yang berasal dari staf BPS Kabupaten/Kota dan KSK. 4. Menyediakan peta desa/kelurahan (SP2010-WA) terpilih untuk diserahkan ke PCL sesuai dengan wilayah kerja yang dimiliki. 5. Melakukan pengawasan lapangan secara langsung pada waktu petugas melakukan pencacahan usaha, dan memeriksa secara sampel hasil pencacahan usaha tersebut. 6. Penghitungan alokasi sampel per desa/kelurahandilakukan di setiap BPS Kabupaten/Kota dikoordinir oleh kepala seksi statistik produksi atau yang berwenang. 7. Pertemuan secara berkala dengan para pelaksana survei harus dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan pemecahan masalah lapangan. 8. Pelaksanaan. administrasi. dan. pengolahan. keuangan. di. BPS. Kabupaten/Kota harus sesuai prosedur yang telah ditetapkan. 9. Pembuatan laporan akuntabilitas tentang penyelengaraan survei harus dibuat oleh setiap BPS Kabupaten/Kota dan dikirim ke BPS Provinsi. 10. Pengiriman dokumen hasil pencacahan yang telah diperiksa harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan23.

(30) c. Tugas Pengawas 1. Menyiapkan peta desa/kelurahan (Peta SP2010-WA), Daftar SKP14-P, SKP14-S untuk diteruskan kepada pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, serta Daftar SKP14-DS Desa, SKP14-DS, SKP14-RD. 2. Bersama-sama pencacah yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan pengamatan dan penelitian lapangan terhadap ketepatan sasaran wilayah pencacahan dan mengenali batas-batas desa/kelurahan yang menjadi tanggungjawab setiap pencacah, dengan berpedoman Peta SP2010-WA. 3. Mendampingi dan membimbing pencacah pada awal pencacahan, sehingga pencacah mampu melaksanakan pencacahan dengan benar. 4. Memantau aktivitas pencacah di lapangan, untuk menjamin pekerjaan pencacah. dapat selesai tepat waktu dan membantu memecahkan. masalah jika pencacah menghadapi kesulitan di lapangan. 5. Melakukan pertemuan dengan pencacah yang menjadi tanggungjawabnya secara periodik, untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang mungkin dijumpai di lapangan dan mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan tersebut. 6. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian Daftar SKP14-P, dan menanyakan kepada pencacah apabila ditemui isian yang meragukan untuk dilakukan pembetulan dan pendaftaran ulang ke lapangan, kalau perlu bersama-sama dengan pencacah. 7. Apabila. setiap. pencacah. telah. selesai. melakukan. pendataan. rumahtangga/usaha, maka pengawas harus segera memeriksa tanda cek (√). Daftar. SKP14-P. Blok. V. untuk. usaha. konstruksi. peroranganpadasalah satu Kolom (13) s.d.Kolom (15) sesuai jenis 24Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(31) pekerjaan utama pada Kolom (12). 8. Selanjutnya pengawas memeriksa Daftar SKP14-P Blok V banyaknya usaha ke dalam baris jumlah dari halaman 1 s.d. halaman terakhir. 9. Mengisi. rekapitulasi. jumlah. usaha. konstruksi. peroranganper. desa/kelurahan (SKP14-RD) dari SKP14-P Blok II Rincian 1 populasi usaha konstruksi perorangandan mengisi Blok II Rincian 2 jumlah sampel per bidang pekerjaan utama setelah mendapat target sampel dari BPS Kabupaten/Kota. 10. Berdasarkan selanjutnya. target. sampel. usaha. dari. BPS. Kabupaten/Kota,. pengawas bertugas untuk melakukan pemilihan sampel. dengan menggunakan Daftar SKP14-P Blok VI Keterangan Penarikan Sampel menurut bidang pekerjaan utama. 11. Pengawas harus segera menyalin sampel usaha dari hasil pemutakhiran ke dalamDaftar SKP14-DS di setiap desa/kelurahan terpilih. 12. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan, kebenaran dan konsistensi isian Daftar SKP14-S. d. Tugas Pencacah 1. Mengamati wilayah kerjanya sebelum melakukan pencacahan dengan acuan Peta SP2010-WA terpilih. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi lewat cacah atau ganda cacah. 2. Memberitahukan dan minta pengesahan aparat desa/lurah atau yang setara sebelum dan sesudah melakukan pencacahan pada wilayah tersebut. 3. Melakukan pemuktahiran dan pendataan dengan Daftar SKP14-P 4. Melakukan pencacahan usaha terpilih dengan Daftar SKP14-S yang berpedoman pada Daftar SKP14-DS (Daftar Sampel). 5. Mengikuti pertemuan dengan pengawas untuk membahas berbagai. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan25.

(32) temuan/masalah yang ditemukan di lapangan, dan cara mengatasinya. 6. Melakukan pencacahan ulang responden yang bermasalah dengan disertai pengawas. 7. Menyerahkan dokumen yang telah selesai kepada pengawas. 8. Menepati jadwal pelaksanaan lapangan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.. 26Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(33) BAB IV. TATA CARA PENYUSUNAN & PENGIRIMAN DOKUMEN. Untuk memudahkan pelaksanaan pelatihan petugas dan pelaksanaan pencacahan di BPS Prov/Kab/Kota, maka perlu diatur mekanisme pengiriman dokumen baik dari BPS ke BPS Provinsi, BPS Provinsi ke BPS Kab/Kota. Begitu sebaliknya BPS Kab/Kota ke BPS Provinsikemudian dari BPS Provinsi ke BPS. Adapun mekanismenya adalah sebagai berikut:. 4.1. Pengiriman Dokumen dari BPS ke BPS Provinsi a. Seluruh dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangan 2014 (SKP14) akan dikirim melalui ekspedisi. b. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. c. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap pengiriman. d. Pada salah satu sisi box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan banyaknya box/koli, contoh:Bila pengiriman ada sebanyak 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke daerah, maka cara penomoran untuk masing-masing box/koli adalah: Box pertama : [1] [3] Box kedua : [2] [3] Boxketiga : [3] [3]. 4.2. Pengiriman Dokumen dari BPS Provinsi a. Seluruh dokumen Survei Usaha Konstruksi Perorangandikirim ke BPS Kabupaten/Kota terpilih melalui ekspedisi. b. Seluruh dokumen hasil Survei Usaha Konstruksi Perorangan dikirim ke. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan27.

(34) BPS melalui ekspedisi. c. Surat pengantar dilampiri daftar isi dari setiap box/koli yang dikirim secara rinci. d. Surat pengantar pengiriman dokumen dikirim pada box/koli pertama pada setiap pengiriman. f. Pada salah satu sisi box/koli dan banyaknya box/koli dibagian kanan atas dicantumkan nomor box/koli dan banyaknya box/koli. Contoh: Bila pengiriman 3 (tiga) box/koli dokumen yang dikirimkan ke BPS, maka cara penomoran untuk masing-masingbox/koli adalah: Box pertama : [1] [3] Box kedua : [2] [3] Boxketiga : [3] [3] g. Pengiriman dokumen hasil pencacahan ke BPS ditujukan ke alamat berikut:. Subdirektorat Statistik Konstruksi Direktorat Statistik Industri Badan Pusat Statistik (BPS) Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta Pusat 10710 dan diinformasikan melalui alamat email: konstruksi@bps.go.id. 4.3. Pengiriman Dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi Adapun tata cara pengiriman dokumen dari BPS Kab/Kota ke BPS Provinsi,sebagai berikut: a.. Pengemasan dokumen SKP14tidak boleh dicampur dengan dokumen lain.. b.. Pengiriman dokumen tidak perlu menunggu seluruh pencacahan selesai.. 28Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(35) Pengiriman minimal satu desa/kelurahanselesai. c.. Susunan dokumen harus diurut berdasarkan nomor urut sampel dalam satu desa/kelurahandan dibendel menjadi satu. Kemudian urutkan masing-masing desa/kelurahan di setiap kecamatan. Dokumen yang akan dikirim ke BPS Provinsi harus diurutkan berdasarkan kecamatan.. d. Surat pengantar harus dilampiri daftar isi setiap box/koli yang dikirim rinci.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan29.

(36) 30Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(37) BAB V. TATA CARA PELAKSANAANPENDATAAN. 5.1. Umum Bab ini dimaksudkan untuk memudahkan petugas dalam memahami berbagai konsep, definisi, tata tertib penulisan daftar, dan mekanisme pendataan Survei Usaha Konstruksi Perorangan2014(SKP14). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa SKP14 menggunakan 6 (enam) jenis daftar yaitu Daftar SKP14-DSDesa, Daftar SKP14-P, Lembar Pembantu, SKP14-RD, SKP14-DS, dan SKP14-S. Mengingat banyaknya daftar yang digunakan dalam SKP14, maka setiap petugas harus memahami jenis dan kegunaan masing-masing daftar, dan berbagai informasi serta tata cara pengisian.. 5.2. Tata Tertib Pengisian Daftar Berikut tata tertib pengisian daftar: a. Semua pengisian daftar harus menggunakan pensil hitam. b. Semua isian harus ditulis dengan jelas agar mudah dibaca. Penulisan kata-kata harus menggunakan huruf kapital (balok) dan tidak boleh disingkat, kecuali kata-kata yang terlalu panjang.Angka harus ditulis dengan angka biasa (bukan angka romawi). Contoh:Daftar SKP14-Phasil snowballing Rincian. Penulisan salah. Penulisan benar. Blok V Kolom (4) : Calon Responden (Nama usaha/pengusaha/pemilik). 1. Rudi 2. Inggar. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan31. 1. RUDI 2. INGGAR.

(38) c. Cara pengisian daftar dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1. Mengisikan keterangan/jawaban pada tempat yang tersedia dan tuliskan pada kotak yang tersedia. Contoh: Daftar SKP14-S Blok III Rincian 3 :. 3. Umur. :. 41. Tahun (dibulatkan ke bawah). 4 1. 2. Melingkari salah satu kode jawaban yang sesuai, kemudian pindahkan kode jawabannya ke dalam kotak yang tersedia. Contoh: Daftar SKP14-S Penulisan salah. Rincian Blok III Rincian 2 : Jenis Kelamin. Laki - laki Perempuan. -1 -2. Penulisan benar. Laki - laki Perempuan. 1. -1 -2. 1. 3. Memindahkan isian ke kotak mengikuti kaidah penuh tepi kanan (right justified) Contoh: Daftar SKP14-S Penulisan salah. Rincian Blok III Rincian 5.b : b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan di bidang konstruksi adalah : Instansi Pemerintah 1 Perusahaan BUMN/Swasta. 2. Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM. 4. Lainnya (tuliskan…………….). 8. 3. Penulisan benar. 0. 3. 4. Bila keterangan/jawaban responden tidak terdapat pada pilihan jawaban yang tersedia, tuliskan jawaban di lainnya.. 32Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(39) Contoh: Daftar SKP14-S Rincian Penulisan Salah Penulisan Benar Blok III Rincian 5.b : Blok III Rincian 5.b : Blok III Rincian 5.b : b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan b. Penyelenggara bimbingan/pelatihan/penyuluhan di bidang konstruksi adalah : di bidang konstruksi adalah : di bidang konstruksi adalah : Instansi Pemerintah. 1. Instansi Pemerintah. 1. Instansi Pemerintah. Perusahaan BUMN/Swasta. 2. Perusahaan BUMN/Swasta. 2. Perusahaan BUMN/Swasta. 1 2. Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM. 4. Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM. 4. Perguruan Tinggi/Yayasan/LSM. 4. Lainnya (tuliskan…………….). 8. Lainnya (tuliskan…………….). 8. Lainnya (tuliskan KOPERASI ). 8. 5. Referensi waktu survei: a. Bulan Mei 2014 . b. Selama setahun yang lalu (12 bulan terakhir) yaitu: Mei 2013- April 2014.. 5.3. Konsep dan Definisi Konstruksi. adalahsuatukegiatanyang. hasil. akhirnya. berupa. bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian prafabrikasi bangunan atau struktur di lokasi proyek, konstruksi yang bersifat sementara , dan juga pembongkaran bangunan. Hasil kegiatan antara lain: gedung, jalan, jembatan, rel dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, bandara, jaringan listrik dan telekomunikasi, dan lain-lain. Usahaadalah suatu badan yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang/jasa, terletak di suatu bangunan fisik pada lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri. Usahakonstruksi perorangan adalah usaha rumahtangga dibidang konstruksi yang modal usahanyatidak dipersyaratkan dan batas nilai satu pekerjaan hingga Rp. 100 juta.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan33.

(40) Usahakonstruksi non-gred adalahusaha non-perorangan di bidang konstruksi. yang. belum. meregistrasikan. usahanya. ke. Lembaga. Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN). Bidang. Pekerjaan. adalah. pengelompokan. kegiatan. konstruksi. berdasarkan golongan pokok2 digit KBLI 2009, yaitu: Konstruksi Gedung (41), Konstruksi Sipil (42), dan Konstruksi Khusus (43). Bouwheer adalah pemilik/investor pemberi perintah untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi. Pemborong Umumadalah usaha yang bergerak di bidang pembangunan, perubahan/perombakan, perbaikandan pembongkaran yang pekerjaannya berdasarkan. atas. dasar. borongan. langsung. dengan. pemilik(bouwheer/investor).Jenis-jenis pekerjaannya meliputi: gedung, jalan, jembatan, rel KA dan jembatan kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi, bandara. Pemborong Khususadalah perusahaan yang khusus mengerjakan sebagian. dari. satu. pekerjaan. proyek. pembangunan.. Jenis-jenis. pekerjaannya meliputi: pemasangan alat pendingin (AC); alat pemanas ruangan (heater); pemasangan batu hias, ubin, batu marmer, pintu, jendela, atap; pengerjaan lantai; dekorasi instalasi listrik; fasilitas sanitasi; pondasi; pembongkaran; perbaikan dan pemeliharaan rumah/gedung dsb. Borongan adalah perjanjian antara pemilik pekerjaan (bouwheer) dengan pemborong umum yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan seluruh kegiatan proyek pembangunan. Sub-boronganadalah perjanjian antara pemborong dengan pemborong lain atau pemilik yang biasanya mengerjakan sebagian dari suatu proyek pembangunan.. 34Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(41) Nilai Boronganadalahnilai nominal pekerjaan yang disepakati antara pemborong dengan pemilik atau pemborong lain. Nilai Pekerjaanadalah nilai fisik proyekyang telah diselesaikan oleh pihak pemborong menurut realisasi proyek yang telah diselesaikan dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan nilai borongan antara pemilik dengan pemborong. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku statistik mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi menurut kegiatan ekonomi, tidak membedakan unit produksi menurut kepemilikan, jenis badan hukum, formal atau informal.KBLI 2009 menggunakan kode angka 5 digit yang menunjukkan struktur klasifikasi. KBLI untuk sektor konstruksi ada pada bagian Lampiran.. 5.4. Penyiapan Dokumen Pendataan Satuan pengamatan dalam SKP14 adalah desa/kelurahan. Oleh karena itu, peta desa/kelurahan dijadikan pemandu kerja petugas untuk mencapai tempat kerja, agar tidak terjadi lewat cacah dan ganda cacah. Hal ini sekaligus akan memberikan keyakinan bahwa pencacahan tidak akan melewati batas wilayah kerja. Sebelum melakukan pendataan, beberapa dokumen tertentu yang perlu disiapkan adalah: a.. Salinan Sketsa Peta Desa SP2010-WA di BPS Kabupaten/Kota 1) BPS Kabupaten/Kota menyiapkanSketsa Peta Desa/kelurahan SP2010WA. 2) Bila pendataan dalam 1 (satu) desa/kelurahan harus diselesaikan oleh 2 (dua) PCL, maka SP2010-WA harus di print dalam ukuran A3. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan35.

(42) menggunakan tinta warna untuk petugas kedua. Pembagian tugas kerja dilapangan harus jelas dengan memperhatikan batas SLS dan BS dalam peta SP2010-WA. 3) Sketsa peta SP2010-WA dipinjamkan kepada PCL pada saat pelatihan untuk digunakan dalam pendataan. Peta SP2010-WA berisi informasi batas wilayah desa/kelurahan dan muatannya. Sebelah kiri atas berisi tulisan SP2010-WA, sebelah kanan atas berisi kode wilayah. Bagian sebelah kanan adalah kotak keterangan legenda yang antara lain berisi informasi nama wilayah mulai desa/kelurahan hingga pulau, arti garis dan arti simbol-simbol lain yang tertera pada gambar sketsa peta. Informasi batas wilayah terdiri dari batas wilayah desa dan satuan lingkungan setempat (SLS) tingkat 1 ditulis dengan warna merah, sedangkan batas blok sensus (BS) ditulis dengan warna hijau. SLS ini dapat berupa Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Jorong, Korong, Lingkungan, Dusun, atau nama lain yang berlaku di wilayah setempat. b.. Daftar SKP14-P 1) Daftar SKP14-P di print pada kertas ukuran A4 bolak-balik di BPS Kabupaten/Kota.Untuk keperluan penyalinan hasil snowballingdari Lembar Pembantu ke daftar SKP14-PBlok V,tambahkan (print) satu lembar kosongBlok V bolak–balik. 2) Untuk 1 (satu) desa/kelurahan yang menggunakan 2 (dua) PCL, maka Daftar SKP14-P harus di print rangkap 2 (dua).. c.. Lembar Pembantu 1) Lembar Pembantu dicetak di BPS Kabupaten/Kota. 2) Setiap informasi narasumber tentang keberadaan calon responden hasil. 36Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(43) snowballingsebelum disalin ke daftar SKP14-Pwajib ditulis di Lembar Pembantu. d.. Daftar SKP14-S 1) Daftar SKP14-S di cetak di BPS. 2) Daftar SKP14-S digunakan pada saat melakukan pendataan karakteristik pada usaha konstruksi perorangan terpilih.. 5.5. Mekanisme Pendataan Adapun tahapan/proses pendataan SKP14 oleh PCL sebagai berikut: 1) Setiap petugas dibekali dengan instrumen yang diperlukan, yaitu peta desa (SP2010-WA), Daftar SKP14-P (pre-printed), Lembar Pembantu, Daftar SKP14-DS, dan SKP14-S. 2) Kunjungi Kepala Desa/Lurah untuk mendapatkan izin bertugas di wilayah ini dengan membawa surat tugas dari BPS kabupaten/kota.. 3) Identifikasi keberadaan pengusaha/usaha konstruksi dimulaidari Blok Sensus pertama yang tercantum pada Daftar SKP14-P Blok V Kolom (1) yang merupakan bagian dari Alamat Lengkap.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan37.

(44) 4) Lakukan identifikasi keberadaan pengusaha/usaha konstruksi dan identifikasi pengusaha/usaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP14-P untuk setiap Blok Sensus dengan menanyakan kepada narasumber (prioritas utama adalah ketua/pengurus SLS setempat). 5) Apabila diperoleh informasi keberadaan pengusaha/usaha konstruksi, selanjutnya pencacah melakukan kunjungan ke alamat pengusaha/usaha tersebut dan melakukan pendataan dengan Daftar SKP14-P. Jika pengusaha/usaha yang dikunjungi termasuk usaha konstruksi perorangan, maka katakan pada respondendilain waktu kemungkinan pendataan akan dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih rinci. 6) Setelah selesai melakukan pendataan pada responden tersebut, tanyakan tentang keberadaan usaha konstruksilainnyabaik yang perorangan maupun yang berbadan usaha yang berada di Blok Sensus/SLS tersebut atau SLS lainnya dalam desa/kelurahan tersebut.Catat nama responden sebagai narasumber dan semua informasi keberadaan calon responden lainnya menggunakan Lembar Pembantu. 7) Cek informasi yang telah di catat di Lembar Pembantu dengan daftar nama pengusaha/usaha konstruksi yang tercantum pada Daftar SKP14PBlok V. Jika tidak ada, tuliskan nama pengusaha konstruksi tersebut pada Daftar SKP14-PBlok Vdi baris kosong setelah baris terakhir yang tercetak. 8) Selanjutnya kunjungi pengusaha/usaha konstruksi yang baru diperoleh informasinya tersebut, dan lengkapi pula dengan informasi lainnya yang diperlukan pada Daftar SKP14-PBlok V. 9) Lakukan lagi proses identifikasi seperti pada butir 5) hingga 8) sampai pendataan selesai dalam satu desa/kelurahan yang menjadi wilayah tugasnya.. 38Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(45) Ilustrasi metode snowballing dapat dilihat seperti padaGambar 3.. Gambar 3. Identifikasi responden dengan metode snowballing. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan39.

(46) 40Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(47) BAB VI 6.1.. TATA CARA PENGISIAN DAFTAR. Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-P Daftar SKP14-P digunakan untuk memutakhirkan dan mendata semua. usaha konstruksi perorangan yang berada di desa/kelurahan terpilih. 1). Struktur Daftar SKP14-P BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, berisi kode dan nama wilayah administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan)sertaAngka Random (AR) Gedung. BLOK II. RINGKASAN, berisi hasil rekapitulasi populasi usaha dan jumlah sampel usaha. BLOK III. KETERANGAN PETUGAS DAN PENGESAHAN, berisi identitas petugas, waktu pelaksanaan dan pengesahan oleh Kepala Desa/Lurah atau yang setara. BLOK IV. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan pada saat pelaksanaan lapangan. BLOK V. DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI, terdiriatas 15kolom dengan uraian masing-masing kolom adalah sebagai berikut: Kolom (1) : NomorBlok Sensus Nomor yang tercantum pada kolom ini adalah nomor urut blok sensus dalam desa/kelurahan. Kolom (2) : Nomor Urut Nomor yang tercantum pada kolom ini adalahnomor urut rumahtangga/usaha dalam desa/kelurahan.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan41.

(48) Kolom (3):. KIP berisi 9 digit Kode Identitas Perusahaan. Masing-masing digit KIP ini memiliki arti sebagai berikut. Kode Propinsi *). Kode Skala. Kode Kab/Kota. Usaha. *). Nomor urut usaha di dalam Kab/Kota. Kode Skala Usaha :. 1:. Gred 1. ,. 2:. Gred 2 – 4,. Perorangan/Mikro Badan usaha bersertifikasi dari LPJKN berskala kecil. 3:. Gred 5. Badan usaha bersertifikasi dari LPJKN berskala sedang. 4:. Gred 6 – 7,. Badan usaha bersertifikasi dari LPJKN berskala besar. 5:. Non –Gred,. Badan usaha dan belum bersertifikasi dari LPJKN. Kolom (4) :. Calon Responden Nama-nama yang tercetaktercantum pada kolom ini adalah nama pengusaha/usahahasil pemutakhiranpendataan usaha konstruksi tahun sebelumnya yangteridentifikasi sebagai pengusaha/usaha di sektor konstruksi.. Kolom (5):. Alamat Lengkap Alamat yang tercetak tercantum pada kolom ini adalah alamat tempat tinggal pengusaha atau tempat domisili badan usaha hasil pemutakhiranpendataan usaha konstruksi tahun sebelumnya.. Kolom (6):. Identifikasi keberadaan calon responden, Ada bila berkode ‘1’, Tidak ada bila berkode ‘0’.. 42Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(49)  Ada, adalah kondisi dimana nama pengusaha/badan usaha konstruksi dan alamat pada saat pendataan sama dengan nama kepala rumahtangga atau nama badan usaha dan alamat pada. hasil. pemutakhiranpendataan. usaha. konstruksi. perorangan tahun sebelumnya. Termasuk dalam kondisi ini adalah bila nama pengusaha/badan usaha konstruksi berbeda yang dikarenakannama. yang tercantum. adalah nama. panggilan atau alias dan kesalahan dalam penulisan dalam pendataan. usaha. konstruksi. tahun. sebelumnya,. dan. perbedaan alamat akibat kesalahan penulisan pada saat pendataan usaha konstruksi tahun sebelumnya. Termasuk pengusaha/badan usaha konstruksi yang pindah tetapi masih dalam satu desa/kelurahan, dan pengusaha/badan usaha konstruksi yang baru (yaitu pada saat pendataan usaha konstruksi. tahun. sebelumnya. bukan. sebagai. pengusaha/badan usaha konstruksi, tapi pada saat pendataan SKP14merupakan usaha konstruksi).  Tidak ada, adalah kondisi dimana pengusaha/badan usaha konstruksi pada saat pendataan tidak dapat ditemukan dan setelah. dikonfirmasikan. memang. tidak. pengusaha/badan. ada. dengan yang. usaha. tetangga. disekitarnya. mengenalnya.. konstruksi. yang. Termasuk pindah. keluardesa/kelurahan, dan tidak usaha lagi. Kolom (7):. Ditanyakan kepada calon responden apabila menurut narasumber usaha ini keberadaannya Adaatau Kolom (6) berkode ‘1’. Apakahberusaha di sektor konstruksi selama setahun yang lalu, Ya bila isian berkode ‘1’, dan kode ‘0’ bila Tidak.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan43.

(50) Ya, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2013 s.d. April 2014) usaha ini masih merupakan usaha konstruksi meskipun pada saat pencacahan tidak aktif/berubah sektor usahanya. Tidak, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2013 s.d. April 2014) usaha ini telah tutup atau berubah sektor usahanya. Kolom (8):. Ditanyakan kepada calon responden : apabila usaha ini berusaha di sektor konstruksiatau Kolom (7) berkode ‘1’. Apakah alamat kantor usaha ada di desa ini, berkode ‘1’ bila Ya, berkode ‘0’bila Tidak. Ya, adalah kondisi dimana alamat kantor usaha berada dalam satu desa/kelurahan. Tidak, adalah kondisi dimana alamat kantor usaha tidak berada dalam satu desa/kelurahan.. Kolom (9):. Ditanyakan kepada calon responden: apabila alamat kantor usaha ini berada dalam satu desa/kelurahan atau Kolom (8) berkode ‘1’, Apakah berusaha dengan sistem borongan dan aktif selama setahun yang lalu, isian bila Ya kode ‘1’, kode ‘0’ bila Tidak. Ya, apabila selama setahun yang lalu (Mei 2013 s.d. April 2014) berusaha dengan sistem borongan meskipun pada saat pencacahan tidak aktif/berubah sektor usahanya. Tidak, apabila usaha konstruksi ini selama setahun yang lalu order pekerjaannya tidak ada yang menggunakan sistem borongan.. 44Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(51) Kolom (10): Tuliskan Kode Gred usaha ini Kualifikasi Usaha. Batas Nilai Satu Pekerjaan(Rp). Kode. Perorangan. 0 s.d 100 juta. 1. Gred 2. 0 s.d 500 juta. 2. Gred 3. 0 s.d 1 Milyar. 3. Gred 4. 0 s.d 2,5 Milyar. 4. Gred 5. 0 s.d 10 Milyar. 5. Gred 6. 0 s.d 50 Milyar. 6. Gred 7. 0 s.d Tak Terbatas. 7. Non-Gred*). -. 9. *). Non- Gred adalah badan usaha non perorangan yang. belum me-registrasi-kan usahanya di LPJKN. Kolom (11) – Kolom (15): ada isian bila Kolom (10) berkode ‘1’ Kolom (11): Nomor Urut Usaha Kolom (12): Jenis Kegiatan/Pekerjaan Utama Kolom (13) – (15): Kode Bidang Pekerjaan Utama Kode Bidang Pekerjaan Utama terbagi menjadi 3 jenis: 1.. Konstruksi Gedung; mencakup rumah tempat tinggal, gedung. perkantoran,. gedung. kesehatan,. gedung. pendidikan, gedung hiburan, dan gedung lainnya. 2.. Konstruksi Sipil; mencakup jalan, jembatan, rel KA, landasan, pengairan, dermaga, lapangan olahraga, lapangan parkir, bangunan pengolah, penyaluran dan penyimpan air limbah, minyak dll.. 3.. Konstruksi Khusus; mencakup konstruksi bangunan elektrikal. dan. bangunan. sipil,. komunikasi,. instalasi. penyelesaian. konstruksi. penyewaan alat berat konstruksi dll.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan45. gedung. dan. gedung,.

(52) Tabel 1. Ringkasan tugas pengisian Daftar SKP14-P Uraian Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V Blok VI. Diisi oleh. Pre printed. Pencacah Rincian 1 & 3 √. Pengawas √ Rincian 2 √ Memberi lingkaran Kolom (1), Kolom Nomor halaman, Kolom (2), Kolom (11) dan nomor di samping Kolom (1) s.d (5), Identitas (6) s.d (15), Jumlah a,b,c tanda √ di salah satu Kolom (13) s.d Kolom (15) yang terpilih sampel √ √. 2). Pengisian Daftar SKP14-P BLOK I. KETERANGAN TEMPAT Blok ini isiannya telah tercetak (pre-printed) mulai dari nama Provinsi,. Kabupaten/Kota,. Kecamatan,. Desa/Kelurahan,. Klasifikasi. Desa/Kelurahan, dan Angka Random (AR) Gedung. BLOK II. RINGKASAN Tujuan pengisian Blok II adalah untuk mengetahui rekapitulasi hasil identifikasi. calon. responden. pendataan. pengusaha. konstruksi. peroranganpada satu desa/kelurahan. Blok ini diisi setelah kegiatan pendataan selesai dalam satu desa/kelurahan. Isian Blok II disalin dari halaman terakhir Blok V yang terisi. Sebelum mengisi Blok II, petugas pendataan harus memastikan bahwa isian Blok V telah diperiksa dengan cermat kebenaran isian. Rincian 1: Populasi usaha konstruksi perorangan Isian rincian ini disalin dari Blok V Rincianc :“Jumlah kumulatif hingga halaman ini” dengan ketentuan sebagai berikut . Blok II Rincian 1 Kolom (2) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (13) pada halaman terakhir.. 46Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(53) . Blok II Rincian 1 Kolom (3) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (14) pada halaman terakhir.. . Blok II Rincian 1 Kolom (4) disalin dari Blok V Rincian c Kolom (15) pada halaman terakhir.. Rincian 2: Jumlah sampel usaha konstruksi perorangan Isiannya merupakan hasil dari penarikan sampel usaha yaitu banyaknya Ri yang terisi (Blok VI). BLOK III. KETERANGAN PETUGAS DAN PENGESAHAN Tujuannya adalah untuk mengetahui siapa yang bertanggungjawab melakukan pendaftaran dan pemeriksaan Daftar SKP14-P, serta keterangan waktu pelaksanaan pendataan dan pemeriksaan, serta pengesahan oleh Kepala Desa/Lurah atau yang setara. 1. Nama Petugas Tuliskan nama pencacah dan pemeriksa pada kolom yang tersedia. 2. Tanggal Pengawasan/Pemeriksaan Tuliskan tanggal pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan pada kolom yang tersedia 3. Tanda Tangan Sebelum membubuhkantanda-tangannya pencacah danpemeriksa diharuskan memeriksa kebenaran dan kelengkapan isian Daftar SKP14P.Bubuhkan tanda-tangan pada tempat yang disediakan sebagai bentuk tanggungjawab. pendataan. Penandatanganandilakukan. oleh. dan orang. pengawasan/pemeriksaan. yang. benar-benar. telah. melakukan tugasnya. 4. Pengesahaan oleh Kepala Desa/Lurahatau yang setara tempat dimana pendataan dilaksanakan dengan membubuhkan tanggal, nama, tanda tangan, dan cap/stempel.. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan47.

(54) BLOK IV. CATATAN Gunakan. Blok. IV. untuk. diinformasikan. dan. belum. menuliskan. tercakup. dalam. hal-hal Daftar. yang. perlu. SKP14-Pdi. desa/kelurahan tersebut. BLOK V. DAFTAR RUMAHTANGGA/USAHA KONSTRUKSI Blok ini digunakan untuk melakukan pemutakhiran seluruh pengusaha/badan usaha konstruksipada satu desa/kelurahan. Padasudut kanan atas setiap lembar Blok V tertera “Halaman ….dari ..halaman”, yang pengisiannya dilakukan setelah pendataan bangunan dan rumahtangga dalam satu desa/kelurahan selesai. Sedang sudut kanan bawahnya setiap lembar Blok V tertera identitas desa/kelurahan yang tercetak. Contoh pengisian “Halaman…dari...halaman” pada Blok VDaftar SKP14-Padalah sebagai berikut:Jika jumlah halaman Blok V yang terpakai ada 5halaman, maka pengisiannya adalah pada halaman pertama Blok V diisi “Halaman 1 dari 5 halaman”, dan halaman terakhir diisi “Halaman 5 dari 5 halaman”. Kolom (1)-(5) (No. Blok Sensus, No. urut, KIP, Calon Responden, Alamat Lengkap) Kol.(1) s.d Kol.(5) Blok V telah tercetak (Pre-printed). Bila dari hasil kunjungan ada perubahan informasi, dapat diperbaiki disampingnya dengan cara mencoret kemudian menuliskan informasi yang benar disebelahnya. Misalnya kesalahan penulisan alamat, dapat diperbaiki seperti pada contoh berikut:. 48Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(55) Nomor Blok Nomor Urut Sensus. (1). (2). 001B. 1. KIP. Alamat Lengkap. Calon Responden. (Nama jalan, blok, nomor,SLS, RT /RW) (3). (4). (5). 327210103 PEMBORONG BANGUNAN 'AGUS'. KP. JAMBU RT .10/RW.05 RT.11. Pengisian Kolom (1)-(5) untuk responden hasil snowballing Kolom (1):. Isikan. nomor. blok. sensus. calon. responden. hasil. snowballingsesuai dengan di lapangan di baris kosong setelah baris yang terisi. Kolom (2):. Isikan nomor urut calon responden hasil snowballingdi baris kosong setelah baris yang terisi. Penulisan nomor urut, usahakonstruksi hasil snowballingmeneruskan nomor urut baris terakhir yang terisi menggunakan angka biasa.. Kolom (3):. untuk KIP calon responden hasil snowballing dikosongkan.. Kolom (4):. Isikan nama lengkap calon responden dengan menggunakan huruf kapital. Contoh: 1. ADITA UTAMA (penulisan yang mempunyai nama usaha). 2. PEMBORONG AC ‘RUDI’ (penulisan pemborong AC yang tidak mempunyai nama usaha). 3. PEMBORONG GEDUNG ‘SUGI’ (penulisan pemborong bangunan yang tidak mempunyai nama usaha). 4. KONSTRUKSI GEDUNG ‘BAMBANG’ (penulisan nama usaha yang pekerjaannya tidak selalu borongan dan tidak mempunyai nama usaha). 5. USAHA TIGA, CV (penulisan nama badan usaha) Kolom (5): Isikan alamat lengkap calon responden nama jalan, blok, nomor, SLS, RT/RW. Pengisian Kolom (6)-(15) untuk responden pre-printeddan hasil snowballing Kolom (6): Identifikasi keberadaan calon responden pada narasumber. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan49.

(56) isikan kode ‘1’ bila ada, dan kode ’0’ bila tidak ada. Kolom (7): Bila Kolom (6) berkode ‘1’, Ditanyakan kepada calon responden, Apakah berusaha di sektor konstruksi selama setahun yang lalu.Isikan kode 1 bila menjawab ‘Ya”, kode ‘0’ bila ‘Tidak’. Kolom (8): Bila Kolom (7) berkode ‘1’, Ditanyakan kepada calon responden, Apakah alamat kantor usaha di desa ini.Isikan kode 1 bila menjawab ‘Ya”, kode ‘0’ bila ‘Tidak’. Perbaiki Kolom (5) bila ada perbedaan alamat lengkap rumahtangga/usaha. Kolom (9): Bila Kolom (8) berkode ‘1’, Ditanyakan kepada calon responden, Isikan kode ‘1’ untuk calon responden yang berusaha dengan sistem borongan dan aktif selama setahun yang lalu (lanjutkan ke pertanyaan kolom selanjutnya), dan kode ‘0’jika tidak (STOP pendataan pada responden ini). Kolom (10):Bila Kolom (9) berkode ‘1’, Isikan kode gred usaha Kualifikasi Usaha. Kode Gred Usaha. Perorangan. 1. Gred 2. 2. Gred 3. 3. Gred 4. 4. Gred 5. 5. Gred 6. 6. Gred 7. 7. Non-gred. 9. Kolom (11) – Kolom (15): ada isian bila Kolom (10) berkode ‘1’ Kolom (11): Isikan Nomor Urut Usaha (NUU) pada baris-baris yang termasuk usahakonstruksi perorangan, dimulai dari angka 1. Kolom (12):Tuliskan sejelas–jelasnya Jenis Kegiatan/Pekerjaan Utama:. 50Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(57) Contoh : Pembangunan tempat tinggal, Pemasangan pagar besi kantor, Pembuatan sumur bor, Pembuatan saluran irigasi untuk pertanian, Instalasi listrik untuk perumahan, Pemeliharaan jalan, Pengecatan kantor, dsb. Kolom (13)-(15): Isikan tanda cek(√) pada salah satu Kolom (13) atau Kolom (14) atau Kolom (15) sesuai uraian Kolom (12). Misal dari contoh diatas Kolom (12) isiannya ‘Pembuatan sumur bor’,maka beri tanda cek(√) Kolom (14) karena isiannya termasuk kategori pekerjaan/konstruksi sipil.. 6.2. Penggunaan dan Tata Cara Pengisian Lembar Pembantu Lembar pembantu digunakan untuk mencatat semua informasi calon responden dari narasumber hasil snowballing. Penulisan lembar pembantu wajib dilakukan, selain sebagai legalitas pemberi informasi juga diperlukan untuk mempermudah pengisian Daftar SKP14-P hasil snowballing. Tata cara pengisian Lembar Pembantu yaitu: Kolom (1): Isikan nama Narasumber (Ketua SLS, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Responden dll). Kolom (2): IsikanNama. calon. responden. hasil. rekomendasi. dari. Narasumber. Kolom (3): Isikan Alamat Lengkap (Nama jalan, blok, nomor, SLS, RT/RW). Penyalinan isian Lembar Pembantu ke Daftar SKP14-PBlok V. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan51.

(58) Salin isian Lembar Pembantu ke Daftar SKP14-P Blok V, yaitu Lembar Pembantu Kolom (2) ke Daftar SKP14-P Blok V Kolom (4) dan Lembar Pembantu Kolom (3) ke Daftar SKP14-P Blok V Kolom (5) di baris kosong setelah baris yang terisi. Sedangkan untuk penulisan nomor urut Kolom (2) Daftar SKP14-P Blok V menggunakan angka biasa dengan meneruskan nomor urut baris terakhir yang terisi.. 6.3. Tata Cara Pengisian Daftar SKP14-DS Daftar sampel survei usaha konstruksi perorangan (SKP14-DS) adalah daftar yang memuat sejumlah sampel usaha konstruksi perorangan terpilihdalam 1 (satu) desa/kelurahan. Daftar SKP14-DS digunakan oleh PCL sebagai pedoman untuk mendata dengan Daftar SKP14-S. 1). Struktur Daftar SKP14-DS BLOK I. KETERANGAN TEMPAT, berisi kode dan nama wilayah administrasi (Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Klasifikasi Desa/Kelurahan). BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN, berisi hasil rekapitulasi jumlah pendataan. BLOK III. KETERANGAN PETUGAS, berisi identitas petugas, waktu pelaksanaan dan tanda tangan. BLOK IV. CATATAN, berisi keterangan hal-hal yang perlu disampaikan dalam pelaksanaan lapangan. BLOK V. KETERANGAN USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN TERPILIH, terdiri atas 9 kolom, dengan uraian pada masing-masing kolom adalah sebagai berikut:. Kolom (1):. Nomor Blok Sensus. 52Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(59) Berisi nomor blok sensus Kolom (2):. Nomor Urut Sampel (NUS) Berisi nomor 1 sampai dengan terakhir. Kolom (3):. Nomor Urut Usaha (NUU) Berisi nomor urut usaha yang terpilih sampel. Kolom (4):. KIP berisi 9-digit kode identitas perusahaan. Kolom (5):. Nama Usaha/Pengusaha/Pemilik Berisi nama usaha atau pengusaha atau pemilik usaha. Kolom (6):. Alamat Lengkap Berisi alamat lengkap usaha konstruksi perorangan. Kolom (7):. Bidang Pekerjaan Utama Berisi kode bidang pekerjaan utama, kode ‘1’ atau ‘2’atau ‘3’. Kolom (8):. Keterangan berhasil dicacah Berisi kode ‘1’ berhasil dicacah, kode ‘0’ tidak. Kolom (9):. Keterangan alasan tidak dapat dicacah Berisi kode ‘1’ atau ‘2’ atau ‘3’ atau ‘4’. Tabel 2. Ringkasan tugas pengisian daftar SKP14-DS Uraian Blok I Blok II Blok III Blok IV Blok V. Diisi oleh Pencacah Rincian 2 s.d 4 √ √ Kolom (8) s.d (9). Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan53. Pengawas √ Rincian 1 √ √ Kolom (1) s.d (7).

(60) 2). Pengisian Daftar SKP14-DS BLOK I.KETERANGAN TEMPAT Blok ini berisi keterangan lokasi dari desa/kelurahan terpilih, yaitu nama dan kode provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan, klasifikasi desa/kelurahan. Isian blok ini disalin dari SKP14-P Blok I Rincian 1 s.d. 5. BLOK II. REKAPITULASI PENCACAHAN Blok II Rincian 2 dan 3 diisi oleh pencacah setelah selesai melakukan pencacahan pada 1 (satu) desa/kelurahan. Blok II terdiri dari 4 (empat) rincian, yaitu: Rincian 1. Rincian 2. Rincian 3.a. Rincian 3.b. : Jumlah target pencacahan Adalah jumlah sampel usaha konstruksi perorangan (diambil dari SKP14-P Blok II Rincian 2 Kol.(5)) : Jumlah realisasi pencacahan Adalah jumlah usaha konstruksi perorangan yang berhasil dicacah dengan Daftar SKP14-S. Keterangan ini diambil dari Blok V Kol.(8) Rincian Jumlah. : Bukan usaha konstruksi Isikan jumlah bukan usaha konstruksibila ternyata responden yang dicacah adalah bukan usaha konstruksi perorangan.Keterangan ini merupakan banyaknya kode ‘1’ pada Blok V Kolom (9). : Pindah keluar desa Isikan jumlah usaha konstruksi peroranganyang tidak dapat dicacah karena alasan ’pindah keluar desa/kelurahan’. Keterangan ini merupakan banyaknya kode ‘2’ pada Blok V Kolom (9).. 54Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(61) Rincian 3.c. Rincian 3.d. : Tidak ditemukan Isikan jumlah usaha konstruksi perorangan yang tidak dapat dicacah karena alasan ’tidak ditemukan’. Keterangan ini merupakan banyaknya kode ‘3’ pada Blok V Kolom (9). : Lainnya Isikan jumlah usaha konstruksi perorangan yang tidak dapat dicacah karena alasan ’lainnya’. Keterangan ini merupakan banyaknya kode ‘4’ pada Blok V Kolom (9). : Jumlah sampel pengganti Adalah jumlah usaha konstruksi perorangan yang menggantikan sampel utama yang tidak berhasil dicacah.Keterangan ini diambil dari Blok V jumlah Kol.(8) berkode ‘1’ yang di bawah garis. Rincian 4 ini harus sama dengan Rincian 3.. Rincian 4. BLOK III.KETERANGAN PETUGAS Blok III berisi keterangan nama, tanggal pencacahan/pemeriksaan dan tanda tangan dari petugas pencacah serta pengawas. Rincian 1 s.d. 4. :. Tuliskan nama, tanggal pelaksanaan dan tanda tangan pencacah serta pengawas.. BLOK IV. CATATAN Isikan keterangan dan penjelasan yang berkaitan dengan Daftar SKP14-DS. BLOK V.. KETERANGAN USAHA KONSTRUKSI PERORANGAN TERPILIH. Terdiri dari 9 (sembilan) kolom yang berisi keterangan nomor blok. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan55.

(62) sensus, nomor urut sampel (NUS), nomor urut usaha (NUU), nama usaha/pengusaha/pemilik, alamat lengkap, serta kode bidang pekerjaan utama. Kolom (1) s.d.Kolom (7) telah diisi oleh pengawas/pemeriksa yang bersumber dari Daftar SKP14-P. Sedangkan Kolom (8) s.d (9) diisi oleh petugas pencacah. Kolom (1). : Nomor Blok Sensus Isikan nomor blok sensus sesuai kondisi lapangan. Kolom (2). : Nomor Urut Sampel(NUS) Isikan nomor urut dimulai dari 1 sampai dengan terakhir. Kolom (3). : Nomor Urut Usaha (NUU) Salin nomor urut usaha dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.(11) yang dilingkari. : KIP Salin KIP yang bersesuaian dengan nama usaha/pengusaha/pemilik dari Daftar SKP14-P Blok V Kol.(3). Untuk usaha konstruksi perorangan hasil snowballing, rincian KIP tidak terisi. : Nama usaha/pengusaha/pemilik Salin nama usaha/pengusaha/pemilik dari Daftar SKP14PBlok V Kol.(4) yang Kolom (1), Kolom (2) danKolom (11) dilingkari. : Alamat lengkap Salin alamat lengkap dari Daftar SKP14-PBlok V Kol.(5) yang Kolom (1), Kolom (2) dan Kolom (11) dilingkari. : Kode Bidang Pekerjaan Utama (BPU) Salin kode bidang pekerjaan utama dari Daftar SKP14PBlok VKolom (13) atau Kolom (14) atau Kolom (15) yang nomor tanda cek(√)nya dilingkari. Kode bidang pekerjaan utama (BPU) meliputi: Kode ‘1’ : Konstruksi Gedung Kode ‘2’ : Konstruksi Sipil Kode ‘3’ : Konstruksi Khusus. Kolom (4). Kolom (5). Kolom (6). Kolom (7). 56Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan.

(63) Kolom (8). Kolom (9). : Berhasil dicacah? Ya = ‘1’, Tidak = ‘0’ Isikan kode ‘1’ jika usaha konstruksi peroranganberhasil dicacah, dan isikan kode ‘0’ jika tidak. Pencacah wajib melaporkan jumlah kolom (8) yang berkode =’0’ pada pengawas. : Jika Kolom (8) berkode ‘0’, alasan tidak dapat dicacah (kode) Isikan kode alasan tidak dapat dicacah, yaitu: Kode ‘1’: Bukan usaha konstruksi Kode ‘2’: Pindahkeluar desa/kelurahan Kode ‘3’: Tidak ditemukan Kode ‘4’: Lainnya Penjelasan: 1. Bukan usaha konstruksi (kode ‘1’) Bukan usaha konstruksi, jika responden yang terpilih sebagai sampel ini ternyata bukan usaha konstruksi perorangan. 2. Pindah keluar desa (kode ‘2’) Pindah keluar desa, jika keberadaan usaha konstruksi perorangan sudah tidak lagi di desa/kelurahan tersebut. 3. Tidak ditemukan (kode ‘3’) Jika usaha konstruksi perorangan ditemukan di lapangan.. tersebut. tidak. 4. Lainnya (kode ‘4’) Jika sampai dengan batas waktu pencacahan yangtelahditentukanternyatacontact person/pemilik/pengusaha/penanggung jawab tidak dapat diwawancarai. Jika ada sampel pengganti, maka penulisannya di Blok V adalah sebagai berikut : 1.. Tarik garis horizontal setelah baris terakhir sampel utama. Pedoman Survei Usaha Konstruksi Perorangan57.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah lulus Evaluasi Administrasi, Teknik, Harga dan Kualifikasi untuk paket pekerjaan tersebut di atas.. Sebagai

On the whole, the study showed that the integrated crop-livestock farming was an alternative to mitigate the impact of climatic change through: 1) the return of

Program Kerja Pengawasan merupakan pengejewantahan atau aktualisasi atas kewenangan pengawasan yang diberikan kepada sebuah Badan Pengawas. Penulis sebelumnya telah

STUDI KASUS TENTANG PROGRAM VOKASIONAL BUDIDAYA IKAN LELE UNTUK SISWA TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB CHAHYA PUTRA KECAMATAN CIPEUNDEUY.. Universitas Pendidikan Indonesia

Jika pandangan dan kepercayaan yang mengharamkan pajak dipungut terhadap kaum muslimin tersebut dianut oleh sebagian besar muslim di negara- negara yang masih menerapkan sistem

Pada zero derivation, kelas kata yang muncul adalah Nomina ke verba; dan Nomina ke Adjektiva; dimana dua kelas kata tersebut muncul dari morfem yang sama tetapi mempunyai makna

Berdasarkan hasil analisis uji F (Uji Serentak) menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel produk, harga, tempat dan promosi mempunyai pengaruh dan signifikan