• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan membantu menerbitkan buku ini, kami ucapkan terima kasih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan membantu menerbitkan buku ini, kami ucapkan terima kasih."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka menyebarluaskan informasi mengenai rencana tata ruang, terutama yang berkenaan dengan pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang di Ibu Kota Kabupaten Tasikmalaya, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Tasikmalaya menerbitkan buku saku Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Ibu Kota Kabupaten Tasikmalaya. Dengan terbitnya buku saku mengenai Peraturan Daerah ini, diharapkan akan dapat merupakan bahan informasi yang bermanfaat baik bagi Instansi Pemerintah, Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat luas.

Kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dan membantu menerbitkan buku ini, kami ucapkan terima kasih.

KEPALA BADAN PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

(2)

SAMBUTAN BUPATI Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Alloh SWT, karena atas berkat dan Rahmat Nya, Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya telah dapat menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Rencana Detail Tata Ruang Ibu Kota Kabupaten Tasikmalaya.

Peraturan Daerah mengenai Rencana Detail Tata Ruang ini dikemas dalam bentuk buku saku, dengan harapan dapat mudah dibawa, serta diketahui dan dipahami oleh semua pihak pemerhati tata ruang, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai pedoman pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Ibu Kota Kabupaten Tasikamalaya.

Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan Rahmat serta Hidayah Nya kepada kita semua. Amin....

Tasikmalaya, 16 Februari 2006 BUPATI TASIKMALAYA

(3)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

NOMOR : 14 TAHUN 2005 TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG IBUKOTA KABUPATEN TASIKMALAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemanfaatan ruang yang serasi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung wilayah maka diperlukan adanya Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kabupaten Tasikmalaya yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari

Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Tasikmalaya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan

tersebut pada huruf a di atas, pengaturan dan penetapannya perlu dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

(4)

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960

Nomor 104, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 2043);

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967

tentang Pokok-pokok Kehutanan

(Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2823);

4. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967

tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pertambangan (Lembaran Negara

Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);

5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984

tentang Perindustrian (Lembaran

Negara Tahun 1984 Nomor 2 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992

tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaaan Lingkungan hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001

(5)

Tasikmalaya (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 4117);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002

tentang Ketenagalistrikan (Lembaran

Negara Tahun 2002 Nomor 94,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 1226);

10. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 82,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377);

11. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 4421);

12. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 4437);

13. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004

Nomor 126, Tambahan Lembaran

(6)

14. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4444);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun

1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

1985 tentang Perlindungan Hutan

(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun

1999 tentang Analisa Mengenai

Dampak Lingkungan (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun

2004 Tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Tasikmalaya dari Wilayah Kota Tasikmalaya Ke Singaparna di

Wilayah Kabupaten Tasikmalaya

(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 110);

19. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun

1990 tentang Pengelolaaan Kawasan Lindung;

20. Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun

1991 tentang Penggunaan Tanah bagi Kawasan Industri;

(7)

21. Keputusan Menteri dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1986 tentang Penentuan Batas Wilayah Kota Kecamatan;

22. Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 33 Tahun 1992 tentang

Pedoman Peraturan Daerah tentang Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Daerah Tingkat I dan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten;

23. Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 84 Tahun 1992 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penyusunan Peraturan

Daerah tentang Rencana Kota;

24. Keputusan Menteri Dalam Negeri

Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

25. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan;

26. Peraturan Daerah Kabupaten

Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2002 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil;

27. Peraturan Daerah Kabupaten

Tasikmalaya Nomor 12 Tahun 2003

tentang Kewenangan Kabupaten

Tasikmalaya;

28. Peraturan Daerah Kabupaten

Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya;

(8)

29. Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 11 Tahun 2004

tentang Tata Cara dan Teknik

Penyusunan Produk Hukum Daerah Kabupaten Tasikmalaya.

Dengan persetujuan bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

DAN

BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TENTANG RENCANA

DETAIL TATA RUANG IBUKOTA

KABUPATEN TASIKMALAYA BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Tasikmalaya;

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta

Perangkat Daerah Kabupaten Tasikmalaya;

3. Bupati adalah Bupati Tasikmalaya;

4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(9)

5. Ruang adalah wadah kehidupan yang meliputi ruang daratan, lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk hidup lainnya melakukan kegiatannya dan memelihara kelangsungan hidupnya;

6. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola

pemanfaatan ruang yang mencakup kawasan lindung dan kawasan budidaya, baik yang direncanakan maupun tidak, yang menunjukan hierarki dan keterkaitan pemanfaatan ruang;

7. Wujud struktural adalah susunan unsur-unsur

pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan lainnya;

8. Penataan ruang adalah proses perencanaan,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;

9. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata

ruang;

10. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan

geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional;

11. Kawasan lindung terbatas adalah kawasan perlindungan

setempat yang meliputi kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, kawasan terbuka hijau, dan atau hutan kota;

12. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan

dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan;

(10)

13. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan dan tempat kegiatan yang mendukung prikehidupan dan penghidupan;

14. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung prikehidupan dan

penghidupan;

15. Jalan Kolektor Primer merupakan jalan kolektor dalam skala wilayah;

16. Jalan Kolektor Sekunder merupakan jalan kolektor

dalam skala perkotaan;

17. Konservasi adalah upaya perlindungan terhadap suatu kawasan yang dilakukan secara langsung dengan cara memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun kimiawi dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak;

18. Preservasi adalah upaya melindungi suatu kawasan

tertentu secara tidak langsung dari faktor lingkungan yang merusak;

19. Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kabupaten

Tasikmalaya yang selanjutnya disingkat RDTR adalah kebijakan Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya yang menetapkan Rencana Struktur Tata Ruang, Rencana Pemanfaatan Ruang, Rencana Pengembangan Sistem

Transportasi, Rencana Pengembangan Penduduk,

(11)

BAB II

AZAS, TUJUAN, SASARAN DAN FUNGSI Bagian Pertama

Azas Pasal 2 RDTR didasarkan atas azas :

a. Manfaat yaitu pemanfaatan ruang secara optimal yang tercermin dalam pemanfaatan ruang secara terpadu sesuai potensi, dan fungsi pelayanan kegiatan pada setiap bagian wilayah kota.

b. Keseimbangan dan keserasian yaitu menciptakan

keseimbangan dan keserasian fungsi dan intensitas pemanfaatan ruang pada setiap bagian wilayah kota.

c. Kelestarian yaitu menciptakan hubungan yang serasi

antar manusia dan lingkungan yang tercermin dari pola intensitas pemanfaatan ruang.

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 RDTR bertujuan untuk :

Mewujudkan pemanfaatan ruang kota yang serasi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung, pertumbuhan dan perkembangan kota.

a. Mewujudkan keterkaitan, keseimbangan, dan keserasian

antar bagian wilayah kota sehingga tidak terjadi kesenjangan.

(12)

b. Menetapkan lokasi dan pengembangan investasi yang dilaksanakan pemerintah dan atau masyarakat di Wilayah Ibukota Kabupaten Tasikmalaya.

c. Mewujudkan lingkungan hidup dan penghidupan yang

lestari, serta seimbang.

d. Mengendalikan dan mengarahkan kegiatan

pembangunan, agar ruang yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

Bagian Ketiga Sasaran

Pasal 4 Sasaran RDTR adalah :

a. Tertatanya kawasan yang berfungsi lindung terbatas dan

budidaya.

b. Tertatanya tata jenjang sistem pusat pelayanan pada setiap bagian wilayah kota.

c. Tertatanya sistem transportasi wilayah. d. Tertatanya pengembangan utilitas dan fasilitas.

Bagian Keempat Fungsi Pasal 5 Fungsi RDTR adalah :

a. Sebagai dasar bagi Pemerintah Daerah untuk

menetapkan lokasi dalam menyusun program kegiatan pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di wilayah Ibukota Kabupaten Tasikmalaya.

(13)

b. Sebagai dasar dalam pemberian rekomendasi peruntukan lahan.

c. Memberikan arahan pengembangan kegiatan penduduk

dalam rangka pemanfaatan ruang secara optimal. BAB III

KEDUDUKAN, WILAYAH DAN JANGKA WAKTU RENCANA

Pasal 6 Kedudukan RDTR adalah :

a. Merupakan penjabaran lebih lanjut dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya.

b. Merupakan dasar pertimbangan dalam penyusunan

rencana program kegiatan pembangunan.

c. Merupakan dasar penyusunan Rencana Teknik Tata

Ruang atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Pasal 7

Wilayah perencanaan dalam RDTR yaitu Wilayah Ibukota Kabupaten Tasikmalaya seluas + 4.139,70 ha, yang meliputi 16 Desa di 6 Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Singaparna : Desa Sukaherang, Cikunten,

Singasari, Singaparna, Sukamulya, Sukaasih, Cipakat, Cintaraja, Cikunir, dan Cikadongdong

b. Kecamatan Mangunreja : Desa Mangunreja dan

Margajaya

c. Kecamatan Sariwangi : Desa Selawangi

(14)

e. Kecamatan Padakembang : Desa Cilampunghilir

f. Kecamatan Sukarame : Desa Sukarame.

Pasal 8

Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kabupaten Tasikmalaya berlaku sampai dengan Tahun 2014

BAB IV

RENCANA STRUKTUR PEMANFAATAN RUANG Bagian Pertama

Pengembangan dan Arahan Fungsi Bagian Wilayah Kota Pasal 9

Wilayah Ibukota Kabupaten Tasikmalaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 Peraturan Daerah ini meliputi 4 (empat) Bagian Wilayah Kota (BWK) dengan luas wilayah masing-masing sebagai berikut :

a. Bagian Wilayah Kota A seluas 871,00 ha, terdiri dari :

1) Blok A1 seluas 202,50 ha, meliputi Desa Sukaasih

dan Sukamulya Kecamatan Singaparna, diarahkan untuk mengemban fungsi utama sebagai Pusat Pemerintahan Ibukota Kabupaten Tasikmalaya 2) Blok A2 seluas 400,85 ha, meliputi sebagian Desa

Mangunreja dan sebagian Margajaya Kecamatan Mangunreja, diarahkan untuk mengemban fungsi perumahan, dan penunjang pusat pemerintahan.

(15)

3) Blok A3 seluas 267,65 ha, meliputi sebagian Desa

Mangunreja dan sebagian Desa Margajaya

Kecamatan Mangunreja, diarahkan untuk

mengemban fungsi perumahan, dan ruang terbuka hijau

b. Bagian Wilayah Kota B seluas 187,00 ha, terdiri dari 1

(satu) blok mencakup Desa Singaparna dan Desa Singasari Kecamatan Singaparna, diarahkan untuk mengemban fungsi sebagai Kawasan Perdagangan dan Jasa.

c. Bagian Wilayah Kota C seluas 504,40 ha, terdiri dari : 1) Blok C1 seluas 123,30 ha, meliputi Desa Cipakat

Kecamatan Singaparna dan sebagian Desa

Sukarame Kecamatan Sukarame, diarahkan untuk mengemban fungsi pendidikan, perumahan, dan industri kecil.

2) Blok C2 seluas 381,10 ha, meliputi sebagian Desa

Sukarame Kecamatan Sukarame, diarahkan untuk mengemban fungsi pendidikan dan perumahan. d. Bagian Wilayah Kota D seluas 2.577,30 ha, terdiri dari :

1) Blok D1 seluas 399,20 ha, meliputi Desa Cikunten

dan Desa Sukaherang Kecamatan Singaparna, diarahkan untuk mengemban fungsi konservasi, preservasi dan ruang terbuka hijau.

2) Blok D2 seluas 617,20 ha, meliputi Desa

Selawangi Kecamatan Sariwangi, dan sebagian Desa Arjasari Kecamatan Leuwisari, diarahkan untuk mengemban fungsi konservasi, preservasi, ruang terbuka hijau, dan industri kecil.

(16)

3) Blok D3 seluas 909,60 ha, meliputi Desa Cilampunghilir Kecamatan Padakembang, sebagian Desa Arjasari Kecamatan Leuwisari, sebagian Desa Cintaraja dan Cikunir Kecamatan Singaparna, diarahkan untuk mengemban fungsi konservasi, preservasi, ruang terbuka hijau, dan industri kecil. 4) Blok D4 seluas 651,30 ha, meliputi sebagian Desa

Cintaraja,Cikunir, dan Desa Cikadongdong

Kecamatan Singaparna, diarahkan untuk

mengemban fungsi konservasi, preservasi dan ruang terbuka hijau.

Bagian Ketiga Arahan Pemanfaatan Ruang

Pasal 10

(1) Arahan kawasan lindung terbatas di wilayah Ibukota Kabupaten Tasikmalaya meliputi sempadan sungai di tepi kiri dan kanan dengan lebar antara 10 – 25 meter ke arah darat, serta ruang terbuka hijau yang terdiri dari sawah irigasi teknis dan non teknis, taman kota, jalur hijau, dengan luas keseluruhan 2.672,60 ha.

(2) Arahan rencana kawasan budidaya di wilayah Ibukota Kabupaten Tasikmalaya seluas 1.467,10 ha meliputi :

a. Kawasan pemerintahan dan perkantoran seluas

40,00 ha

b. Kawasan perdagangan dan jasa seluas 20,40 ha

c. Kawasan pendidikan seluas 91,70 ha

d. Kawasan perumahan seluas 679,20 ha

e. Kawasan Industri non polutif seluas 8,30 ha

(17)

g. Kesehatan seluas 8,80 ha

h. Peribadatan seluas 3,20 ha

i. Rekreasi dan olah raga seluas 11,50 ha

(3) Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan budidaya

untuk masing-masing BWK di wilayah Ibukota Kabupaten Tasikmalaya mencakup :

a. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk BWK A mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas Seluas 518,30 ha

• Ruang Terbuka Hijau/Lahan Pertanian seluas 312,00 ha

• Jalur Hijau/Taman seluas 206,30 ha

- Kawasan Budidaya seluas 352,70 ha, mencakup :

• Kawasan pemerintahan dan perkantoran seluas

40,00 ha

• Kawasan perdagangan dan jasa seluas 4,30 ha

• Kawasan pendidikan seluas 22,00 ha

• Kawasan perumahan seluas 156,10 ha

• Jaringan jalan dan utilitas seluas 125,10 ha • Kesehatan seluas 2,00 ha

• Peribadatan seluas 0,70 ha

• Rekreasi dan olah raga seluas 2,50 ha

b. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk BWK B mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas Seluas 33,8 ha

• Ruang Terbuka Hijau/Lahan Pertanian seluas

15,70 ha

• Jalur Hijau/Taman seluas 18,10 ha

- Kawasan Budidaya seluas 153,20 ha, mencakup :

• Kawasan perdagangan dan jasa seluas 4,90 ha

(18)

• Kawasan perumahan seluas 96,20 ha • Jaringan jalan dan utilitas seluas 28,10 ha • Kesehatan seluas 1,90 ha

• Peribadatan seluas 0,70 ha

• Rekreasi dan olah raga seluas 2,40 ha

c. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk BWK C mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas Seluas 299,5 ha

• Ruang Terbuka Hijau/Lahan Pertanian seluas

218,40 ha

• Jalur Hijau/Taman seluas 81,10 ha

- Kawasan Budidaya seluas 204,9 ha, mencakup :

• Kawasan perdagangan dan jasa seluas 3,10 ha

• Kawasan pendidikan seluas 30,70 ha

• Kawasan perumahan seluas 97,30 ha

• Jaringan jalan dan utilitas seluas 70,20 ha • Kesehatan seluas 1,30 ha

• Peribadatan seluas 0,40 ha

• Rekreasi dan olah raga seluas 1,90 ha

d. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk BWK D mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas Seluas 1.821,0 ha

• Ruang Terbuka Hijau/Lahan Pertanian seluas

1.345,70 ha

• Jalur Hijau/Taman seluas 475,30 ha

- Kawasan Budidaya seluas 756,3 ha, mencakup :

• Kawasan perdagangan dan jasa seluas 8,10 ha

• Kawasan pendidikan seluas 20,00 ha

• Kawasan perumahan seluas 329,60 ha

• Kawasan Industri non polutif seluas 8,30 ha • Jaringan jalan dan utilitas seluas 380,60 ha

(19)

• Kesehatan seluas 3,60 ha • Peribadatan seluas 1,40 ha

• Rekreasi dan olah raga seluas 4,70 ha

(4) Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan budidaya

untuk masing-masing Blok di Bagian Wilayah Kota (BWK) di Ibukota Kabupaten Tasikmalaya mencakup :

a. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok A1 mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 56,77 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

16,37 ha seluas 16.37 ha

 Jalur hijau/taman seluas 40,40 ha seluas 40,40 ha

- Kawasan Budidaya seluas 145,73 ha, mencakup :

 Kawasan pemerintahan dan perkantoran seluas

40,00 ha seluas 40,00 ha

 Kawasan perdagangan dan jasa seluas 1,00 ha

 Kawasan pendidikan seluas 8,28 ha seluas 1,00 haawasan pendidikan seluas 8,28 ha

 Kawasan perumahan seluas 46,90 ha seluas 46,90 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 47,10 ha seluas 47,10 ha

 Kesehatan seluas 0,75 ha seluas 0,75 ha

 Peribadatan seluas 0,70 ha seluas 0,70 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 1,00 ha seluas 1,00 ha

b. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok A2 mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 275,46 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

179,51 ha seluas 179,51 ha

(20)

- Kawasan Budidaya seluas 125,39 ha, mencakup :

 Kawasan perdagangan dan jasa seluas 1,20 ha seluas 1,20 ha

 Kawasan pendidikan seluas 6,57 ha seluas 6,57 ha

 Kawasan perumahan seluas 78,91 ha seluas 78,91 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 37,36 ha seluas 37,36 ha

 Kesehatan seluas 0,60 ha seluas 0,60 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 0,75 ha seluas 0,75 ha

c. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok A3 mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 186,11 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

116,20 ha seluas 116,20 ha

 Jalur hijau/taman seluas 69,91 ha seluas 69,91 ha

- Kawasan Budidaya seluas 81,54 ha, mencakup :

 Kawasan perdagangan dan jasa seluas 2,10 ha seluas 2,10 ha

 Kawasan pendidikan seluas 7,15 ha seluas 7,15 ha

 Kawasan perumahan seluas 30,20 ha seluas 30,20 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 40,64 ha seluas 40,64 ha

 Kesehatan seluas 0,65 ha seluas 0,65 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 0,80 ha seluas 0,80 ha

d. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok B mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 33,80 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

15,70 ha seluas 15,70 ha

 Jalur hijau/taman seluas 18,10 ha seluas 18,10 ha

- Kawasan Budidaya seluas 153,20 ha, mencakup :

(21)

 Kawasan pendidikan seluas 19,00 ha seluas 19,00 ha

 Kawasn perumahan seluas 96,20 ha seluas 96,20 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 28,10 ha seluas 28,10 ha

 Kesehatan seluas 1,90 ha seluas 1,90 ha

 Peribadatan seluas 0,70 ha seluas 0,70 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 2,40 ha seluas 2,40 ha

e. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok C1 mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 19,61 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

4,78 ha seluas 4,78 ha

 Jalur hijau/taman seluas 14,83 ha seluas 14,83 ha

- Kawasan Budidaya seluas 103,69 ha, mencakup :

 Kawasan perdagangan dan jasa seluas 1,60 ha seluas 1,60 ha

 Kawasan pendidikan seluas 14,82 ha seluas 14,82 ha

 Kawasan perumahan seluas 51,63 ha seluas 51,63 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 33,89 ha seluas 33,89 ha

 Kesehatan seluas 0,63 ha seluas 0,63 ha

 Peribadatan seluas 0,20 ha seluas 0,20 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 0,92 ha seluas 0,92 ha

f. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok C2, mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 279,89 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

213,62 ha seluas 213,62 ha

 Jalur hijau/taman seluas 66,27 ha seluas 66,27 ha

- Kawasan Budidaya seluas 101,21 ha, mencakup :

(22)

 Kawasan pendidikan seluas 15,88 ha seluas 15,88 ha

 Kawasan perumahan seluas 45,67 ha seluas 45,67 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 36,30 ha seluas 36,30 ha

 Kesehatan seluas 0,67 ha seluas 0,67 ha

 Peribadatan seluas 0,21 ha seluas 0,21 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 0,98 ha seluas 0,98 ha

g. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok D1 mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 262,57 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

159,44 ha seluas 159,44 ha

 Jalur hijau/taman seluas 103,13 ha seluas 103,13 ha

- Kawasan Budidaya seluas 136,63 ha, mencakup :

 Kawasan perdagangan dan jasa seluas 1,26 ha seluas 1,26 ha

 Kawasan pendidikan seluas 3,12 ha seluas 3,12 ha

 Kawasan perumahan seluas 71,41 ha seluas 71,41 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 59,33 ha seluas 59,33 ha

 Kesehatan seluas 0,56 ha seluas 0,56 ha

 Peribadatan seluas 0,22 ha seluas 0,22 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 0,73 ha seluas 0,73 ha

h. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok D2 mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 382,01 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

263,69 ha seluas 263,69 ha

 Jalur hijau/taman seluas 118,32 ha seluas 118,32 ha

- Kawasan Budidaya seluas 235,18 ha, mencakup :

(23)

 Kawasan pendidikan seluas 7,24 ha seluas 7,24 ha

 Kawasan perumahan seluas 82,05 ha seluas 82,05 ha

 Kawasan Industri non polutif seluas 1,76 ha seluas 1,76 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 137,70 ha seluas 137,70 ha

 Kesehatan seluas 1,30 ha seluas 1,30 ha

 Peribadatan seluas 0,50 ha seluas 0,50 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 1,70 ha seluas 1,70 ha

i. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok D3 mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 712,95 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

586,43 ha seluas 586,43 ha

 Jalur hijau/taman seluas 126,52 ha seluas 126,52 ha

- Kawasan Budidaya seluas 196,65 ha, mencakup :

 Kawasan perdagangan dan jasa seluas 1,98 ha seluas 1,98 ha

 Kawasan pendidikan seluas 4,89 ha seluas 4,89 ha

 Kawasan perumahan seluas 87,74 ha seluas 87,74 ha

 Kawasan Industri non polutif seluas 6,54 ha seluas 6,54 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 93,06 ha seluas 93,06 ha

 Kesehatan seluas 0,89 ha seluas 0,89 ha

 Peribadatan seluas 0,40 ha seluas 0,40 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 1,15 ha seluas 1,15 ha

j. Arahan rencana kawasan lindung terbatas dan

budidaya untuk Blok D4 mencakup :

- Kawasan Lindung Terbatas seluas 463,31 ha,

mencakup :

 Ruang Terbuka Hijau/Lahan pertanian seluas

335,84 ha seluas 335,84 ha

(24)

- Kawasan Budidaya seluas 187,98 ha, mencakup :

 Kawasan perdagangan dan jasa seluas 1,93 ha seluas 1,93 ha

 Kawasan pendidikan seluas 4,76 ha seluas 4,76 ha

 Kawasan perumahan seluas 88,40 ha seluas 88,40 ha

 Jaringan jalan dan utilitas seluas 90,51 ha seluas 90,51 ha

 Kesehatan seluas 0,86 ha seluas 0,86 ha

 Peribadatan seluas 0,32 ha seluas 0,32 ha

 Rekreasi dan olahraga seluas 1,20 ha seluas 1,20 ha

Bagian Keempat Arahan Sistem Transportasi

Pasal 11

(1) Sistem transportasi diarahkan untuk menunjang

pertumbuhan dan perkembangan wilayah,

pemerintahan, sosial budaya, ekonomi, perdagangan dan jasa, pariwisata, serta pertahanan keamanan. (2) Rencana pengembangan sistem transportasi diperlukan

untuk memperkuat dan memperlancar mobilitas orang dan atau barang.

(3) Pembentukan jalan lingkar Utara dan jalan lingkar

Selatan untuk meningkatkan aksesibilitas dan

pergerakan orang maupun barang dari dan ke Ibukota Kabupaten Tasikmalaya.

Pasal 12 (1) Sistem Jaringan jalan terdiri dari :

a. Jalan Kolektor Primer terdiri dari :

1) Kolektor Primer I, yaitu Ruas Jalan Cikuray (Batas Garut) – Batas Kota Tasikmalaya

(25)

menghubungkan Kota Kecamatan Salawu ke Kota Tasikmalaya melalui Warungpeuteuy, Kota Kecamatan Mangunreja, dan Kota Kecamatan Singaparna.

2) Kolektor Primer II, yaitu Ruas Jalan

 Ciawi – Singaparna, menghubungkan Kota

Kecamatan Ciawi ke Kota Kecamatan Singaparna melalui Jamanis, Sukahening, Cisayong, Sukaratu, dan Padakembang.

 Mangunreja – Sukaraja menghubungkan

Kota Kecamatan Mangunreja ke Kota Kecamatan Sukaraja melalui Tanjungjaya dan Cibalanarik.

3) Kolektor Primer III, yaitu Ruas Jalan

Singaparna – Parentas (Batas Garut),

menghubungkan Kota Kecamatan Singaparna ke Parentas melalui :

 Ruas Jalan Singaparna – Leuwisari

 Ruas Jalan Leuwisari – Sariwangi

 Ruas Jalan Sariwangi – Cidugaleun

 Ruas Jalan Cidugaleun – Parentas

c. Jalan Kolektor Sekunder terdiri dari :

1) Jalan Kolektor Sekunder I, yaitu ruas jalan :

 Rencana Jalan Lingkar Utara Kota

Singaparna menghubungkan Desa

Cikadongdong ke Desa Sukaherang melalui bagian utara Desa Cikunir, Desa Cintaraja, Desa Cilampunghilir, dan Desa Arjasari.

 Rencana Jalan Lingkar Selatan Kota

Singaparna menghubungkan Desa Cintaraja ke Margajaya melalui Desa Sukarame

(26)

2) Jalan Kolektor Sekunder II, yaitu ruas jalan :

 Jalan Sukaasih – Arjasari menghubungkan

Desa Sukaasih ke Desa Arjasari melalui Desa Singasari dan Desa Singaparna.

 Jalan yang menghubungkan Desa Sukaasih

dengan Desa Sukarame sampai ke jalan lingkar selatan.

 Jalan yang menghubungkan Desa Cipakat

dengan Desa Sukarame, dari persimpangan dengan jalan Kolektor Primer I sampai dengan persimpangan jalan lingkar selatan.

 Jalan yang menghubungkan Desa

Mangunreja dengan Desa Margajaya yang berada di sebelah selatan Jalan Kolektor Primer II ke arah Sukaraja.

3) Jalan Kolektor Sekunder III, yaitu ruas jalan :

 Jalan yang menghubungkan Desa Margajaya

dengan Desa Singaparna melalui kawasan pusat pemerintahan (Desa Sukaasih), dan Desa Sukamulya.

 Jalan yang menghubungkan Desa Sukaasih

dengan Desa Sukamulya.

 Jalan yang menghubungkan Desa

Mangunreja dan Desa Margajaya.

 Jalan yang berada di Desa Singaparna

sebagai jalan alternatif untuk jalan Kolektor Primer I

 Jalan di Desa Cipakat yang menghubungkan

Jalan Kolektor Primer I dengan Jalan Kolektor Sekunder II

(27)

4) Jalan Lokal meliputi ruas jalan selain jalan kolektor

(2) Lokasi dan tipe terminal :

a. Arahan Terminal Tipe B dialokasikan sebelah Barat Wilayah Kota Singaparna, terkait dengan rencana jalan lingkar Utara kota.

b. Arahan tempat pemberhentian kendaraan/terminal angkutan kota dialokasikan pada pusat-pusat kegiatan setiap Bagian Wilayah Kota.

Bagian Kelima

Arahan Jumlah dan Persebaran Penduduk Pasal 13

Jumlah penduduk sampai dengan tahun 2014 diproyeksikan sebesar 138.503 jiwa, dengan arahan persebaran penduduk pada setiap Bagian Wilayah Kota sebagai berikut :

a. Bagian Wilayah Kota A, diarahkan untuk menampung

rata-rata kepadatan penduduk sebesar 39 jiwa/ha, dengan rincian setiap blok sebagai berikut :

1) Blok A1 Kepadatan penduduk sebanyak 41

jiwa/ha

2) Blok A2 Kepadatan penduduk sebanyak 37

jiwa/ha

3) Blok A3 Kepadatan penduduk sebanyak 36

jiwa/ha

b. Bagian Wilayah Kota B, diarahkan untuk menampung

rata-rata kepadatan penduduk sebesar 154 jiwa/ha

c. Bagian Wilayah Kota C, diarahkan untuk menampung

rata-rata kepadatan penduduk sebesar 43 jiwa/ha, dengan rincian setiap blok sebagai berikut :

(28)

1) Blok C1 Kepadatan penduduk sebanyak 56 jiwa/ha

2) Blok C2 Kepadatan penduduk sebanyak 35

jiwa/ha

d. Bagian Wilayah Kota D, diarahkan untuk menampung

rata-rata kepadatan penduduk sebesar 22 jiwa/ha, dengan rincian setiap blok sebagai berikut :

1) Blok D1 Kepadatan penduduk sebanyak 21

jiwa/ha

2) Blok D2 Kepadatan penduduk sebanyak 23

jiwa/ha

3) Blok D3 Kepadatan penduduk sebanyak 22

jiwa/ha

4) Blok D4 Kepadatan penduduk sebanyak 23

jiwa/ha

Bagian Kelima

Arahan Pengembangan Jaringan Utilitas Pasal 14

(1) Sistem jaringan utilitas meliputi air bersih, drainase, air limbah, listrik, telepon, dan pelayanannya disesuaikan dengan standar kebutuhan, sedangkan untuk pola jaringannya disinergiskan dengan struktur dan pola jaringan jalan pada setiap blok peruntukan.

(2) Arahan tempat pembuangan sampah sementara

dialokasikan di setiap bagian wilayah kota, disesuaikan dengan standar kebutuhan, meliputi :

a) 2 buah TPS di BWK A terletak di Desa Sukaasih

Kecamatan Singaparna, dan Desa Mangunreja Kecamatan Mangunreja

(29)

b) 2 Buah TPS di BWK B, terletak di Desa Singaparna dan Singasari Kecamatan Singaparna. c) 1 Buah TPS di BWK C, terletak di Desa Cipakat

Kecamatan Singaparna.

d) 3 Buah TPS di BWK D terletak di Desa

Cikadongdong Kecamatan Singaparna, Desa

Cilampunghilir Kecamatan Padakembang, dan Desa Arjasari Kecamatan Leuwisari.

Bagian Keenam Arahan Pengembangan Fasilitas

Pasal 15

Rencana pengembangan fasilitas skala pelayanan kota alokasinya sesuai dengan peran dan fungsi pelayanan pada setiap Bagian Wilayah Kota

(1) Rencana arahan pengembangan fasilitas pemerintahan

dialokasikan di Desa Sukamulya, Sukaasih Kecamatan Singaparna

(2) Rencana pengembangan fasilitas pendidikan

dialokasikan di Desa Cipakat Kecamatan Singaparna (3) Rencana pengembangan fasilitas perdagangan dan jasa

dialokasikan di Desa Singaparna dan Desa Singasari Kecamatan Singaparna

(4) Rencana pengembangan fasilitas kesehatan

dialokasikan di Desa Cikunten dan atau Desa Sukaherang

(5) Rencana pengembangan fasilitas rekreasi dan olah raga

dialokasikan di Cimanglid Desa Singaparna Kecamatan Singaparna, dan sebagian Desa Arjasari Kecamatan Leuwisari.

(30)

Bagian Ketujuh

Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Lantai Bangunan, dan Ketinggian Bangunan

Pasal 16

Arahan Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan pada Bagian Wilayah Kota, bervariasi sesuai fungsi atau jenis bangunan, sebagai berikut :

a. Bagian Wilayah Kota A, dengan fungsi dan jenis

bangunan yang dominan meliputi Pusat Pemerintahan, Perumahan, Bangunan Umum, Pertokoan, dan Ruang terbuka Hijau dengan rincian sebagai berikut :

1) Pemerintahan dan Perkantoran Koefisien Dasar

Bangunan 40 % dan Koefisien Lantai Bangunan 1,2 serta Ketinggian Bangunan 16 meter.

2) Perumahan/Rumah Tinggal Koefisien Dasar

Bangunan 60 % dan Koefisien Lantai Bangunan 1,2 serta Ketinggian Bangunan 12 meter.

3) Bangunan Umum Koefisien Dasar Bangunan 60 %

dan Koefisien Lantai Bangunan 1,8 serta Ketinggian Bangunan 12 meter

4) Pertokoan Koefisien Dasar Bangunan 70 % dan

Koefisien Lantai Bangunan 1,4 serta Ketinggian Bangunan 12 meter

5) Ruang Terbuka Hijau Koefisien Dasar Bangunan

10 % dan Koefisien Lantai Bangunan 0,1 serta Ketinggian Bangunan 8 meter

b. Bagian Wilayah Kota B, dengan fungsi dan jenis

bangunan yang dominan meliputi Bangunan Pasar, Pertokoan, Rumah Tinggal, Bangunan Umum, dan Ruang Terbuka Hijau dengan rincian sebagai berikut :

(31)

1) Bangunan Pasar Koefisien Dasar Bangunan 80 % dan Koefisien Lantai Bangunan 1,6 serta Ketinggian Bangunan 12 meter

2) Pertokoan Koefisien Dasar Bangunan 80 % dan

Koefisien Lantai Bangunan 1,6 serta Ketinggian Bangunan 12 meter

3) Rumah Tinggal Koefisien Dasar Bangunan 60 %

dan Koefisien Lantai Bangunan 1,2 serta Ketinggian Bangunan 12 meter

4) Bangunan Umum Koefisien Dasar Bangunan 60 %

dan Koefisien Lantai Bangunan 1,8 serta Ketinggian Bangunan 12 meter

5) Ruang Terbuka Hijau Koefisien Dasar Bangunan

10 % dan Koefisien Lantai Bangunan 0,1 serta Ketinggian Bangunan 8 meter.

c. Bagian Wilayah Kota C, dengan fungsi dan jenis

bangunan yang dominan meliputi Kampus, Bangunan Sekolah, Rumah Tinggal, Bangunan Umum, Pertokoan, Industri Manufaktur, dan Ruang terbuka Hijau dengan rincian sebagai berikut :

1) Kampus Koefisien Dasar Bangunan 60 % dan

Koefisien Lantai Bangunan 1,8 serta Ketinggian Bangunan 16 meter.

2) Bangunan Sekolah Koefisien Dasar Bangunan 60

% dan Koefisien Lantai Bangunan 1,2 serta Ketinggian Bangunan 12 meter.

3) Rumah Tinggal Koefisien Dasar Bangunan 60 %

dan Koefisien Lantai Bangunan 1,2 serta Ketinggian Bangunan 12 meter

(32)

4) Bangunan Umum Koefisien Dasar Bangunan 60 % dan Koefisien Lantai Bangunan 1,8 serta Ketinggian Bangunan 12 meter

5) Industri Kecil/Industri Manufaktur Koefisien Dasar

Bangunan 60 % dan Koefisien Lantai Bangunan 1,8 serta Ketinggian Bangunan 12 meter.

6) Ruang Terbuka Hijau Koefisien Dasar Bangunan

10 % dan Koefisien Lantai Bangunan 0,1 serta Ketinggian Bangunan 8 meter.

7) Bagian Wilayah Kota D, dengan fungsi Kawasan

lindung terbatas dan Ruang Terbuka Hijau arahan

kepadatan bangunan sangat rendah dengan

Koefisien Dasar Bangunan 10 % dan Koefisien Lantai Bangunan 0,1 serta Ketinggian Bangunan 8 meter.

Bagian Kedelapan Garis Sempadan

Pasal 17

(1) Garis Sempadan Pagar dan Garis Sempadan Bangunan

pada jalan Kolektor Primer I direncanakan sebesar 13 Meter dan 25 Meter

(2) Garis Sempadan Pagar dan Garis Sempadan Bangunan

pada jalan Kolektor Primer II direncanakan sebesar 6 Meter dan 13 Meter

(3) Garis Sempadan Pagar dan Garis Sempadan Bangunan

pada jalan Kolektor Primer III direncanakan sebesar 5 Meter dan 10 Meter

(33)

(4) Garis Sempadan Pagar dan Garis Sempadan Bangunan pada jalan Kolektor Sekunder I direncanakan sebesar 6 Meter, dan 13 Meter

(5) Garis Sempadan Pagar dan Garis Sempadan Bangunan

pada jalan Kolektor Sekunder II direncanakan sebesar 5 Meter dan 10 Meter

(6) Garis Sempadan Pagar dan Garis Sempadan Bangunan

pada jalan Kolektor Sekunder III direncanakan sebesar 5 Meter dan 10 Meter

(7) Garis Sempadan Pagar dan Garis Sempadan Bangunan

pada jalan Lokal direncanakan sebesar 4 Meter dan 8 Meter

(8) Garis Sempadan Sungai Ciwulan 25 meter – 50 meter, Garis Sempadan Sungai Cikunten, Cimerah, Cikupang 15 meter – 25 meter, dan Garis Sempadan jaringan sungai dalam kota 5 meter – 10 meter, Drainase 60 cm sampai dengan 3 meter.

(9) Garis Sempadan Sumber Mata Air sebesar 200 meter.

BAB V

PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN Bagian Pertama

Pelaksanaan Pasal 18

(1) Penyusunan dan pelaksanaan program kegiatan di

kawasan lindung terbatas dan kawasan budidaya, yang

diselenggarakan oleh instansi pemerintah, dan

masyarakat harus berdasarkan pada pokok-pokok kebijakan sebagaimana dimaksud dalam BAB IV Peraturan Daerah ini.

(34)

(2) Kawasan lindung terbatas pelaksanaannya diarahkan untuk :

a) Meningkatkan kesuburan tanah, untuk mendukung

kegiatan budidaya pertanian lahan basah, dan perkebunan.

b) Meningkatkan ketersediaan air tanah, dalam

mendukung kebutuhan masyarakat dan kegiatan budidaya pertanian, perkebunan, dan industri.

c) Terjaganya kualitas sungai, untuk mendukung

kegiatan pertanian, perkebunan, pariwisata dan industri

(3) Kawasan budidaya pelaksanaannya diarahkan untuk :

a) Mewujudkan keserasian, keseimbangan, dan

keselarasan lingkungan binaan dan lingkungan alam sekitarnya.

b) Menetapkan pusat pertumbuhan kegiatan

perekonomian perkotaan

c) Mengarahkan perkembangan pusat kegiatan

pelayanan dalam lingkup bagian wilayah kota.

(4) Keterpaduan pelaksanaan RDTR Ibukota Kabupaten

Tasikmalaya dikoordinasikan oleh Bupati. Pasal 19

(1) RDTR Ibukota Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari

Buku Rencana dan Peta Rencana Pemanfaatan Ruang sebagai lampiran yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(2) RDTR Ibukota Kabupaten Tasikmalaya sebagaimana

ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan skala ketelitian peta 1 : 5.000.

(35)

Bagian Kedua Pengendalian

Pasal 20

Pengendalian dan pengawasan RDTR Ibukota Kabupaten Tasikmalaya dilakukan oleh Bupati.

Pasal 21

(1) Pengendalian pembanguan di kawasan budidaya

dilakukan melalui perizinan yang pelaksanaannya oleh dinas.

(2) Pelaksanaan tindakan penertiban dilakukan oleh

Pemerintah Daerah

(3) Pemantauan dan pencegahan segala kegiatan

pembangunan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini, menjadi wewenang Camat setempat dan wajib melaporkan kepada Bupati.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT Bagian Pertama

Hak Masyarakat Pasal 22

Dalam kegiatan Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kabupaten Tasikmalaya, masyarakat berhak :

a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang

(36)

b. Mengetahui secara terbuka rencana detail tata ruang Ibukota Kabupaten Tasikmalaya.

c. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang

d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang

dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang

Bagian Kedua Kewajiban Masyarakat

Pasal 23

Dalam kegiatan Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kabupaten Tasikmalaya, masyarakat wajib :

a. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;

b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya pada proses

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang

c. Mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pasal 24

(1) Pelaksanaan kewajiban masyarakat dalam penataan

ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 Peraturan Daerah ini dilaksanakan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Kaidah dan pemanfaatan ruang yang dipraktekkan

masyarakat secara turun temurun dapat diterapkan sepanjang memperhatikan faktor-faktor daya dukung

(37)

lingkungan, estetika lingkungan, lokasi dan struktur pemanfaatan ruang serta dapat menjamin pemanfaatan ruang yang serasi, selaras dan seimbang

BAB VII

PERUBAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH Pasal 25

(1) RDTR Ibukota Kabupaten Tasikmalaya yang telah

ditetapkan dievaluasi dan atau ditinjau kembali sekurang-kurang 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal

ini ditetapkan dengan Peraturan Daerah; BAB VIII

KETENTUAN PIDANA Pasal 26

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana

diatur dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp 5.000.000,00 (Lima juta rupiah);

(2) Tindak pidana yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran

(3) Selain tindak pidana sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini, tindak pidana yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran lingkungan diancam sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(38)

BAB IX

KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 27

(1) Penyidikan terhadap pelanggaran sebagaimana

dimaksud pada Pasal 27 Peraturan Daerah ini dilaksanakan oleh Penyidik Kepolisian Republik Indonesia dan atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para Penyidik

Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut dalam ayat (1) pasal ini berwenang :

a. Menerima laporan atau pengaduan dari

seseorang tentang adanya tindak pidana.

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu

ditempat kejadian serta melakukan pemeriksaan.

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan

memeriksa tanda pengenal diri tersangka.

d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang

f. Mengambil seseorang untuk didengar dan

diperiksa sebagai tersangka atau saksi.

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam

hubungan dengan pemeriksaan perkara.

h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat

petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal

(39)

tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya.

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB X

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 28

(1) Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kabupaten

Tasikmalaya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini digunakan sebagai pedoman bagi :

a. Penyusunan Rencana Teknik Tata Ruang, dan

b. Penyusunan Zoning Regulation.

(2) Rencana Detail Tata Ruang Ibukota Kabupaten

Tasikmalaya untuk operasionalnya perlu ditindaklanjuti

dengan penyusunan rencana yang lebih rinci

sebagaimana tersebut pada ayat (1) pasal ini BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :

a. Kegiatan budidaya yang telah ditetapkan dan berada di

kawasan lindung terbatas dapat diteruskan sejauh tidak mengganggu fungsi lindung.

b. Dalam hal kegiatan budidaya yang telah ada dan dinilai

mengganggu fungsi lindung, diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

(40)

c. Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung terbatas dan dinilai mengganggu fungsi lindungnya, harus segera dicegah perkembangannya.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 30

Hal – hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati.

Pasal 31

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya Nomor 12 Tahun 1999 tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota Singaparna dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 32

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tasikmalaya.

(41)

Ditetapkan di : Tasikmalaya

Pada Tanggal : 8 Desember 2005

BUPATI TASIKMALAYA TTD

H. T. FARHANUL HAKIM

Diundangkan di Tasikmalaya Pada tanggal 9 Desember 2005

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TTD H. ASEP ACHMAD DJAELANI NIP. 070 021 212

(42)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2005 NOMOR 15

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 14 TAHUN 2005

TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG IBUKOTA KABUPATEN TASIKMALAYA A. UMUM

1. Ruang Daerah Kabupaten Tasikmalaya adalah

salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa.

Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, perlu disyukuri, dilindungi dan dikelola, ruang wajib dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya

secara optimal dan berkelanjutan demi

kelangsungan hidup yang berkualitas.

2. Daerah Kabupaten Tasikmalaya adalah seluruh

wilayah yang meliputi daratan, udara, dan lautan yang kewenangannya sesuai yuridiksi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ruang Daerah Kabupaten Tasikmalaya merupakan aset besar

bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

(43)

secara terkoordinasi, terpadu, dan seefektif mungkin dengan memperhatikan fakrot-faktor ekonomi, fisik, sosial, pertahanan keamanan, serta

kelestarian kemampuan lingkungan untuk

menopang pembangunan demi tercapainya

masyarakat Kabupaten Tasikmalaya yang sejahtera. 3. Ruang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan. Kegiatan manusia dan mahkluk hidup lainnya membutuhkan ruang sebagaimana lokasi berbagai pemanfaatan ruang, atau sebaliknya ruang merupakan wadah tempat manusia dan mahkluk hidup lainnya melakukan suatu kegiatan. Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik,

kemungkinan besar terdapat pemborosan

pemanfaatan ruang dan penurunan kualitas ruang. Oleh karena itu diperlukan penataan ruang untuk mengatur pemanfaatannya berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan.

4. Ruang Daerah Kabupaten Tasikmalaya sebagai

sumber daya alam terdiri dari berbagai ruang wilayah sebagai suatu subsistem. Masing-masing subsistem meliputi aspek politik, ekonomi, sosial, pertahanan keamanan, dan kelembagaan dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu dengan lainnya. Daerah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari 39 kecamatan yang meliputi 348 desa, yang masing-masing merupakan subsistem ruang menurut batasan administrasi.

(44)

Di dalam subsistem tersebut terdapat sumber daya

manusia dengan berbagai macam kegiatan

pemanfaatan sumber daya alam, sumberdaya buatan, dan tingkat pemanfaatan ruang yang berbeda-beda, dan apabila tidak ditata secara baik

dapat mendorong ke arah adanya

ketidakseimbangan pembangunan antar wilayah serta ketidaklestarian lingkungan hidup.

5. Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik dan daya dukungnya, serta didukung oleh teknologi yang sesuai, akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem yang berarti juga meningkatkan daya tampungnya. Penataan ruang sebagai proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.

6. Untuk menjamin tercapainya tujuan penataan ruang

di Kabupaten Tasikmalahya diperlukan peraturan daerah dalam satu kesatuan sistem yang memberi dasar yang jelas, guna menjamin kepastian hukum bagi upaya pemanfaatan ruang. Untuk itu Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tasikmalaya ini memiliki ciri sebagai berikut :

a. Sederhana tetapi dapat mencakup

kemungkinan perkembangan pemanfaaatan ruang pada masa 10 tahun kedepan sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat.

b. Menjamin keterbukaan rencana tata ruang bagi

(45)

peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang yang berkualitas dalam segala segi pembangunan.

c. Mencakup semua aspek di bidang penataan

ruang sebagai dasar bagi pengaturan lebih lanjut yang perlu dituangkan dalam bentuk peraturan.

d. Mengandung sejumlah ketentuan proses dalam

posedur perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai dasar bagi pengaturan lebih lanjut. Selain itu, peraturan daerah ini menjadi landasan untuk menilai dan menyesuaikan peraturan daerah

yang memuat ketentuan tentang segi-segi

pemanfaatan ruang di Kabupaten Tasikmalaya. B. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Istilah yang dirumuskan dalam pasal ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman pengertian atas peraturan daerah ini serta peraturan pelaksanaannya.

Angka 1 Cukup jelas Angka 2 Cukup jelas Angka 3 Cukup jelas Angka 4 Cukup jelas

(46)

Angka 5

Ruang yang diatur dalam peraturan daerah ini, adalah ruang dimana Kabupaten Tasikmalaya mempunyai hak yuridiksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang berkaitan dengan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara.

Ruang daratan adalah ruang yang terletak di atas dan dibawah permukaan daratan termasuk permukaan perairan darat dan sisi darat dari garis laut terendah.

Ruang lautan adalah ruang yang terletak di atas dan dibawah permukaan laut di mulai dari sisi garis laut terendah termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya, dimana Kabupaten Tasikmalaya mempunyai hak yuridiksi.

Ruang udara adalah ruang yang terletak di atas ruang daratan dan atau ruang lautan sekitar wilayah kabupaten dan melekat pada bumi, dimana Kabupaten Tasikmalaya mempunyai hak yuridiksi.

Ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara merupakan satu kesatuan ruang yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan tingkat intensitas yang berbeda untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Angka 6 Cukup Jelas Angka 7

Yang dimaksud wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan secara hirarkis dan

(47)

struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang.

Wujud struktural pemanfaatan ruang diantaranya meliputi hirarki pusat pelayanan seperti pusat kota, pusat lingkungan dan pusat pemerintahan; prasarana jalan seperti jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal; rancang bangun kota seperti ketinggian bangunan, jarak antar bangunan, dan sebagainya. Yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau kegiatan alam.

Wujud pola pemanfaatan ruang diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja, industri dan pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan.

Tata ruang yang dituju dengan penataan ruang ini adalah tata ruang yang direncanakan. Tata ruang yang tidak direncanakan berupa tata ruang yang terbentuk secara alamiah seperti wilayah aliran sungai, danau, suaka alam, gua, gunung dan sebagainya.

Angka 8 Cukup jelas Angka 9 Cukup jelas

Angka 10

Wilayah yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif disebut wilayah pemerintahan.

Yang dimaksud wilayah administrasi adalah daerah administrasi menurut undang-undang Dasar 1945.

(48)

Angka 11 Cukup jelas Angka 12

Kelestarian lingkungan hidup mencakup pula sumber daya alam dan sumber daya buatan yang mempunyai nilai sejarah dan budaya bangsa

Angka 13

Pembudidayaan kawasan memperhatikan asas konservasi Angka 14 Cukup Jelas

Angka 15 Cukup Jelas Angka 16 Cukup jelas Angka 17 Cukup jelas Angka 18 Cukup jelas Angka 19 Cukup jelas Pasal 2

Hurup a

Yang dimaksud dengan terpadu adalah bahwa penataan ruang dianalisis dan dirumuskan menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Penataan ruang dilakukan secara terpadu dan menyeluruh mencakup antara lain pertimbangan aspek waktu, modal, optimasi, daya dukung lingkungan, daya tampung lingkungan. Dalam mempertimbangkan aspek

(49)

waktu, suatu perencanaan tata ruang memperhatikan adanya aspek perkiraan, ruang lingkup wilayah yang direncanakan, persepsi yang mengungkapkan berbagai keinginan serta kebutuhan dan tujuan pemanfaatan ruang.

Hurup b

Yang dimaksud dengan seimbang dan serasi adalah bahwa penataan ruang dapat menjamin terwujudnya keseimbangan, keserasian, dan keselarasan struktur dan pola pemanfaatan

ruang bagai persebaran penduduk antar wilayah,

pertumbuhan dan perkembangan antar sektor, antar wilayah, serta antara sektor dan wilayah dalam satu kesatuan wilayah Kabupaten Tasikmalaya

Hurup c

Yang dimaksud dengan kelestarian adalah bahwa penataan ruang menjamin kelestarian dan berkesinambungan daya dukung sumber daya alam dengan memperhatikan kepentingan generasi penerus.

Pasal 3

Tujuan pengaturan penataan ruang dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara berbagai kegiatan dengan fungsi ruang guna tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Hurup a Cukup Jelas

Hurup b Cukup jelas Hurup c Cukup jelas

(50)

Hurup d Hurup jelas Hurup e Cukup jelas Pasal 4

Hurup a Cukup jelas Hurup b Cukup jelas Hurup c Cukup jelas Hurup d Cukup jelas Pasal 5

Hurup a Cukup jelas Hurup b Cukup jelas Hurup c Cukup jelas Pasal 6

Hurup a Cukup jelas Hurup b Cukup jelas Hurup c Cukup jelas Pasal 7

(51)

Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9

Pembagian bagian wilayah kota (BWK) bertujuan untuk menciptakan mekanisme kegiatan dan kehidupan kota yang lebih efisien dalam arti memberikan pelayanan yang merata bagi seluruh penduduk kota.

Pembagian bagian wilayah kota (BWK) ibukota Kabupaten Tasikmalaya didasarkan atas pertimbangan kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Batas wilayah berupa fisik baik alam maupun buatan yang mudah dikenali disertai dengan batas kewenangan yang tercermin dalam batasan administrasi

2. Kesatuan fungsional dalam setiap bagian wilayah kota, dalam arti :

 Memiliki keseragaman dalam pertumbuhan dan

distribusi penduduk

 Memiliki fungsi peruntukan lahan spesifik

 Memiliki citra tertentu, yang merupakan cerminan dari fungsi spesifik yang dimilikinya, berupa citra yang sifatnya alami (keindahan lansekap) ataupun citra buatan

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2)

Pasal 10

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas

(52)

Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (1) Cukup jelas Pasal 11

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Pasal 12

Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat system kota-kota atau pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.

Sistem jaringan jalan yang direncanakan dalam rencana detail tata ruang wilayah meliputi : Jalan Kolektor Primer yang terdiri dari Jalan Kolektor Primer I, Jalan Kolektor Primer II, dan Jalan Kolektor Primer III.

Jaringan jalan primer berkaitan erat dengan Struktur Pengembangan Wilayah pada Tingkat Nasional dan atau Kabupaten.

Sistem Jaringan Jalan Primer disusun mengikuti ketentuan pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional dan atau kabupaten, yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi.

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas

(53)

Pasal 13

Hurup a Cukup jelas Hurup b Cukup jelas Hurup c Cukup jelas Hurup d Cukup jelas Pasal 14

Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Pasal 15

Cukup jelas Pasal 16

Yang dimaksud dengan koefisien dasar bangunan (KDB) adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar bangunan gedung dan luas persil/kaveling/ blok peruntukan. Yang dimaksud dengan koefisien lantai bangunan (KLB) adalah koefisien perbandingan antara luas keseluruhan lantai bangunan gedung dan luas persil/ kaveling/blok peruntukan. Pasal 17

Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas

(54)

Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas

(55)

Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas Pasal 32 Cukup jelas Ditetapkan di : Tasikmalaya

Pada Tanggal : 8 Desember 2005

BUPATI TASIKMALAYA

TTD

H. T. FARHANUL HAKIM

Peraturan Daerah ini diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tasikmalaya

Nomor : 15

(56)

Diundangkan di : Tasikmalaya Pada Tanggal : 9 Desember 2005

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TTD H. ASEP ACHMAD DJAELANI NIP. 070 021 212

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian kombinasi pupuk hayati dengan pupuk organik cair memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati (persentase bobot pucuk peko, rasio

Penilaian terhadap objek wisata Bumi Kedaton Resort ini sangat diperlukan untuk mengetahui nilai ekonomi dari objek wisata yang melibatkan pengunjung sebagai penilai, maka

Dalam permainan kasti, lemparan mendatar dilakukan saat melakukan operan kepada kawan dan juga untuk mematikan lawan. Teknik dalam melakukan lemparan mendatar

(setiap akan pergi papalele diawali dengan berdoa “Tuhan saya mau pergi cari bahan untuk dijual. Jualan apapun yang didapat, adalah dari Tuhan dan pasti ada untuk

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi panti asuhan adalah memberikan pelayanan, informasi, konsultasi dan pengembangan keterampilan

Sam Ratulangi 11 14316022011208 DEFRIZON SMPS MONDIAL Kota Batam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Hotel Rina, Jl M Yatim I A Pasar Bawah 12 14316002711883 DIAN PANCAWATI SDS

Saran untuk penelitian ini adalah adanya penelitian lebih lanjut dengan MTMS-nanosilika-nanotitania yang dilapiskan pada batu andesit dengan variasi pelapisan

Salah satu upaya yang dilakukan manajemen Politeknik Unggul LP3M yaitu dengan memaksimalkan program penerimaan mahasiswa baru melalui pemberian reward atau lebih