BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) DAN
IMPLIKASINYA TEHADAP SERAPAN BERAS BULOG
DAN PENGELOLAAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH
Tim :
Benny Rachman Adang Agustian
Sumedi Chairul Muslim
PENDAHULUAN
PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN Bantuan Sosial berbasis Individu, Rumah Tangga PKH Raskin/ Rastra BPNT 29% konsumsi beras Konsumsi makanan Konsumsi lainEvolusi Raskin/Rastra - BPNT
2002-2006
2007-2008 2013-2016
Data Penerima Raskin dari BKKBN
Data yang dipakai RTM BPS. RTM yang tercatat 19,1 juta dan baru 15,8 juta
yang diberikan
Jumlah penerima manfaat sebesar 19,1
juta RTS pada tahun 2008-2012
Jumlah penerima manfaat 15.530.897 RTS
berdasarkan Data Basis Terpadu oleh TNP2K hasil
pemutakhiran
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) program BPNT 1,2 juta, Rastra 14,3 juta 2008-2012 2017 2018 - 2019 Sasaran 2018 - 2019 BPNT: 10-12,5 juta Rastra: 5,5-3.0 juta
PENDAHULUAN Lanjutan ….. T O T A L
15,5
Harga Tebus Rp. 0/kg 10 Kg KOMPONEN BANTUAN PANGAN 2018 - 2019 RASTRA BPNT Juta KPMPENDAHULUAN Lanjutan ….. E-WARONG Bumdes Bulog Gapoktan KPM DISTRIBUTOR Mekanisme Penyaluran BPNT
TUJUAN
1 MMMe 2 3 4Mengkaji pergeseran Rastra ke BPNT
Mengkaji unsur penghambat pelaksanaan BPNT dan upaya perbaikan
Mengkaji implikasi BPNT terhadap Sergap Bulog dan Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah/CBP
Merumuskan saran dan tindak lanjut kebijakan
PERGESERAN RASTRA - BPNT
2
Arahan Presiden: Rastra Menjadi BPNT
26 April 2016
Bantuan sosial dan subsidi disalurkan secara non tunai
(Ratas tentang Keuangan Inklusif) 17 September 2016
Peraturan Presiden (Perpres) no. 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif:
strategi penyaluran program bantuan sosial dilaksanakan secara non tunai
16 Maret 2016
Mulai T.A 2017 penyaluran Rastra/Raskin dilakukan melalui kupon elektronik/e-voucher (Ratas tentang Program
Penanggulangan Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi )
Alasan Pergeseran
Transisi Rastra Menjadi BPNT
Rastra
15,5 JutaBPNT
0 JutaRastra
14,3 JutaBPNT
1,2 JutaRastra
5,5-3,0 JutaBPNT
10-12,5 Juta 2016 2017 2018 - 2019INFRASTRUKTUR BPNT, HAMBATAN dan
UPAYA PERBAIKAN
Infrastruktur dan Agen Penyalur
• Database RTS-PM basis
data dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) th 2011
• Pengelola Data dari
TNP2K
Mesin Electonic
Data Capture (EDC)
utk e-warong
Signal GPRS untuk mesin EDC di kabupaten/ kota
Rumah Pangan Kita/RPK
Pemanfaatan Informasi
2
1 3 4
5 6 7 8
Agen Laku Pandai/ALK
binaan dari Himpunan Kelontong yang Warung/ Toko Kartu Keluarga
Sejahtera/KKS untuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM)
DATABASE KKS MESIN EDC
ALK SIGNAL GPRS RPK WARUNG TRADISIONAL WARONG KUBE E-WARONG e-warong KUBE PKH
Hambatan BPNT
Data KPM bermasalah
Tidak ditemukan, meninggal, data ganda, sehingga capaian tidak bisa 100%
1
2
3
4
Kontrol masih kurangHarga di Agen diatas HET, perebutansupplier masih terjadi
Jumlah e-Warong dan EDC belum cukup
Beberapa wilayah jumlah e-warong dan EDC belum cukup
Sistem transaksi error
Saldo NOL, time out, kekuatan jaringan/signal di daerah masih rendah
Upaya Perbaikan 1: Data BPNT
1.Sosialisasi intensif pada beberapa kabupaten/kota yang
tertunda atau belum siap:
Cara mengakses SIKS-NG, melakukan verifikasi/validasi, dan proses penggantian KPM Rastra atau KPM graduasi PKH.
Koordinasi intensif bank pusat dengan Kemsos, dan KCP dengan Dinsos untuk penanganan kartu tercetak ganda, atau tidak
terdistribusi.
2. Konsolidasi data PKH, BPNT dan SIKS-NG untuk integrasi pemutakhiran
data secara berkala (internal Kemsos berkoordinasi dengan Tim Pokja Data).
Data KPM bermasalah:
Terdapat beberapa versi data BPNT di daerah.
Meninggal, data ganda, tidak ditemukan.
Upaya Perbaikan 2: Kesiapan Jaringan dan Sinyal
Kabupaten/ Kota Desa Bukan Site Fiber Optic
Untuk Sementara, dapat dilakukan penyaluran off-line(telah dilakukan untuk PKH), namun perlu diperhatikan akuntabilitasnya.
Perlu dukungan Kominfo melalui:(a) pengarahan lokasi universal service obligation (USO) ke daerah perluasan BPNT;
(b) kerja sama dalam pemanfaatan satelit milik Telkom untuk penguatan sinyal di lokasi BPNT.
Upaya Perbaikan 3 : Jumlah e-Warong dan EDC
Kabupaten/ Kota Desa Bukan Site Fiber Optic
Kebutuhan e-warong : 25.033,
jumlah e-warong :16.670,
jumlah desa : 11.363 (Rata-rata 1,47 e-warong/desa).Upaya Perbaikan 4: Pemantauan Intensif dan Berkelanjutan
PERBAIKAN PELAKSANAAN 2020
1. Instrumen pemantauan bersama
2. Dilaksanakan oleh seluruh K/L anggota tim
pengendali
3. Dapat dilakukan untuk cross-check temuan dan
penanganan pengaduan yang bersumber dari
sistem aplikasi
4. Bekerjasama dengan Pemda dan Pendamping 1. Dashboard Bansos Non Tunai: berisi informasi
sebaran agen, distribusi KKS, penyaluran dan penarikan bantuan, dll
2. Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS-NG): berisi informasi jumlah KPM dan status
Verifikasi dan Validasi data
3. Sistem Pengaduan
Penyiapan metode yang lebih sistematis untuk pemantauan, di Pusat dan Daerah
PEMANTAUAN RUTIN MELALUI SISTEM APLIKASI
UJI PETIK PELAKSANAAN BPNT
Implikasi BPNT Terhadap Sergap Bulog
dan Pengelolaan CBP
Implikasi BPNT terhadap Sergap Bulog
Kabupaten/ Kota Desa Bukan Site Fiber Optic
Agregat nasional
2016 Sergap : 2,96 juta ton (
Rastra
)
2017 Sergap : 2,16 juta ton (
Transisi Rastra-BPNT
)
2018 Sergap : 1,48 juta ton (
Transisi Rastra-BPNT
)
2019 Sergap : 0,95 juta ton (
Transisi Rastra-BPNT
)
hanya 2-3% dari produksi nasional
Penurunan Sergap berpengaruh pada stok publik dan stabilisasi harga
beras.
Kabupaten/ Kota Desa Bukan Site Fiber Optic
Implikasi BPNT terhadap Pengelolaan CBP
Kabupaten/ Kota Desa Bukan Site Fiber Optic
Penyaluran Rastra turun drastis: Rataan 2,8 jt ton (2014-2017) menjadi 0,35 jt ton (2019) penyaluran PSO hanya 10%.
Pasca transformasi, praktis tidak ada lagi penyaluran beras bersubsidi,
sebelumnya 2,5-3,3 juta ton/tahun.
Tanpa outlet penyaluran yang jelas dan pasti (Captive market), CBP selain maintenance cost tinggi juga mengalami penurunan mutu.
Permentan No.38/2018 tentang CBP: Beras yang disimpan lebih dari 4
bulan atau mutunya turun harus dilepaskan. Masalahnya: belum
ada sistem disposal perputaran stok yang cepat dan pasti agar kualitas beras tidak turun dan stok tidak melimpah.
SARAN KEBIJAKAN
Kabupaten/ Kota Desa Bukan Site Fiber Optic
1. Untuk mempertahankan eksistensi Bulog sebagai stabilisator harga pangan, pemerintah perlu memberi ruang lebih luas dalam penyediaan beras dan pangan lainnya melalui e-warong program BPNT.
2. Stabilisasi harga sangat bergantung pada kekuatan CBP, volumenya pada level 2-2,5 juta ton. CBP terdiri dari beras medium dan premium yang digunakan untuk kepentingan OP dan kepentingan program pemerintah.
3. Penetapan standarisasi spesifikasi beras yang digunakan untuk BPNT guna memudahkan penyiapan, penyaluran dan mengawasi pelaksanaannya.
4. Sentra produksi padi tidak menyebar merata, khusus untuk wilayah non-sentra padi, dan wilayah yang jaringan internet belum memadai, sebaiknya Rastra tetap dipertahankan.
TINDAK LANJUT KEBIJAKAN
Bulog sebagai supplier dan penyalur (Opsi ini memberikan kesempatan kepada Bulog sebagai penyedia beras, sekaligus sebagai penyalur melalui RPK)
1 Peluang Implementasi
a. Dalam pedum BPNT dinyatakan RPK merupakan salah satu e-warong yg dapat melayani BPNT. b. Bulog memiliki 70 ribu RPK yg siap mendukung program BPNT.
c. Bulog memiliki unit pengolahan untuk memproduksi beras sesuai preferensi konsumen. 2 Kebijakan Pendukung Yang Diperlukan
a. Penetapan RPK sebagai agen pelaksana BPNT.
b. Penunjukkan/ penetapan RPK oleh Bank sebagai e-warong BPNT dan melengkapi EDC 3 Operasional/ Pelaksanaan
a. Pembukaan outlet RPK pada lokasi BPNT/ menjadikan e-warong yg telah ada menjadi RPK. b. Pelaksana program BPNT di desa/kelurahan mengkoordinasikan kepada RPK rencana penyaluran
BPNT, meliputi: waktu pemesanan, waktu pelayanan, jenis dan kualitas beras.
Lanjutan…..
4 Tantangan
a. Sebaran dan jangkauan RPK menjadi sangat luas.
b. Preferensi konsumen merupakan aspek subjektif yang berbeda disetiap lokasi. c. Ketersedian mesin EDC untuk RPK masih sangat terbatas.
5 Keuntungan
a. Tidak banyak merubah mekanisme pelaksanaan, karena dalam pedum BPNT, RPK dinyatakan dapat menjadi e-warong sehingga Bank hanya melengkapi EDC.
a. e-Warong menjadi lebih berdaya guna sebagai salah satu ujung tombak pemerintah dalam pelaksanaan ketersediaan pasokan dan stabilitas harga pangan.
6 Kekurangan