• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jakarta, 24 Februari 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jakarta, 24 Februari 2015 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Jakarta, 24 Februari 2015

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tahun 2015

(2)

1. Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia, dengan :

a. meningkatkan konservasi dan rehabilitasi DAS, lahan kritis, hutan

lindung, dan hutan produksi; serta

b. mengembangkan sistem pengendalian bencana alam banjir dan

kebakaran hutan;

2. Lumbung energi nasional dengan :

a. pengembangan hilirisasi komoditas batu bara,

b. pengembangan energi baru terbarukan berbasis biomassa dan

c. air atau matahari atau sesuai dengan kondisi SDA masing-masing

provinsi;

3. Pengembangan industri berbasis komoditas :

a. kelapa sawit, karet,

b. bauksit, bijihbesi, gas alam cair, pasir zirkon dan pasir kuarsa;

4. Menjadikan Kalimantan sebagai salah satu lumbung pangan nasional.

(Perpres Nomor 2 Tahun 2015)

Buku III RPJMN 2015-2019 Hal. 1-10 (28)

(3)

Arah Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Pulau

Kalimantan

1) Kebijakan mewujudkan kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45 persen dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia meliputi:

a. Pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati, tumbuhan dan satwa endemik kawasan;

b. Pengembangan koridor ekosistem antarkawasan konservasi;

c. Pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; dan

d. Pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung;

e. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis DAS; f. Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan

DAS dengan mempertimbangkan morfologi tanah, curah hujan, kondisi geologi, dan jenis tanamannya.

g. Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) yang sudah disahkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan

(Perpres Nomor 2 Tahun 2015) Buku III RPJMN 2015-2019, Hal. 352

(4)

2) Kebijakan mewujudkan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional melalui

pengembangan sentra pertanian tanaman pangan dan sentra perikanan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

3) Kebijakan mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang

negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

4) Kebijakan mewujudkan pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional:

Sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kepala sawit, karet, dan hasil hutan; dan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi; serta kota tepi air (waterfront city); dan prasarana dan sarana

perkotaan berbasis mitigasi bencana banjir.

5) Kebijakan mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan

antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah dilakukan melalui

pengembangan jaringan transportasi antarmoda yang terpadu dan efisien untuk menghubungkan kawasan produksi komoditas unggulan menuju bandar udara dan/atau pelabuhan, dan

antarkawasan perkotaan, serta membuka keterisolasian wilayah.

6) Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan Pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.

(5)

Program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(Perpres Nomor 2 Tahun 2015)

1.

Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem

2.

Penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan

3.

Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan

4.

Pengelolaan sampah, limbah dan bahan beracun berbahaya

5.

Pengendalian DAS dan Hutan Lindung

6.

Pengendalian perubahan iklim

7.

Perhutanan sosial dan kemitraan lingkungan

8.

Planologi dan Tata Lingkungan

9.

Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

10. Penelitian dan pengembangan LH dan Kehutanan

11. Peningkatan penyuluhan dan pengembangan SDM

12. Pengawasan dan peningkatan akuntanbilitas aparatur bidang lingkungan

hidup dan kehutanan

13. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan tugas teknis lainnya Kemen LHK

Matrik Kementerian dan Lembaga RPJMN 2015-2019, Kementerian LHK Hal. 573-623

(6)

SASARAN STRATEGIS KEGIATAN PEMBANGUNAN LHK

WILAYAH KALIMANTAN (Perpres Nomor 2 Tahun 2015)

1. Penanganan DAS yang meliputi: pemulihan kesehatan dan peningkatan

perlindungan mata air di 4 DAS Prioritas, salah satunya DAS Kapuas;

2. Mengurangi luasan lahan kritis, melalui rehabilitasi di dalam Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH);

3. Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST)

yang sudah disusun ke dalam RTRW;

4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pemulihan kesehatan DAS

melalui pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan

Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), pengembangan ekowisata skala

kecil, serta hasil hutan bukan kayu (HHBK);

5. Meningkatnya populasi satwa terancam punah;

6. Optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi termasuk perlindungan

kawasan karst, gambut, dan mangrove;

7. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dengan cepat dan baik

serta menurunkan jumlah hot spots kebakaran hutan;

(7)

8.

Penyelesaian pengukuhan/penetapan kawasan hutan 100 persen (s/d 2014

50,33 % terhadap kawasan hutan di Kalimantan);

9.

Tata batas /rekonstruksi batas kawasan hutan (40.000 km seluruh

Indonesia, Kalimantan = 13.320 km) ;

10. Operasionalisasi KPH (21 KPH Model yang terdiri dari 17 KPHP dan 4 KPHL,

dari 111 KPH yang sudah ditetapkan);

11. Peningkatan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan

hutan melalui pola HTR/HKm/HD, Hutan Adat dan HR (dari 500.000 ha pada

tahun 2014 menjadi 12.700.000 ha pada tahun 2019 untuk seluruh

indonesia).

12. Peningkatan produksi kayu bulat dari hutan tanaman , hutan alam dan

hutan rakyat dalam periode 2015-2019 (5 tahun);

13. Meningkatnya penanganan perubahan iklim, baik berupa kegiatan mitigasi

untuk menurunkan emisi GRK Nasional sebesar mendekati 26 persen pada

tahun 2019, maupun kegiatan adaptasi untuk meningkatkan ketahanan

masyarakat terhadap dampak perubahan iklim.

14. Dalam rangka mendukung program surplus beras sebesar 10. juta ton,

Kemen LHK menyiapkan pencadangan lahan seluas 307.700 ha : di Kalteng

178.572 ha, Kaltim 9.922 ha, Kalbar 119.376 ha

(8)

Substansi Kehutanan Dalam Tata Ruang

Perubahan kawasan hutan dalam Revisi RTRWP Kalimantan Selatan,

Kalimantan Timur Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat telah

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kehutanan dengan masing masing

nomor :

 SK. 435/Menhut-II/2009 (Kalimantan Selatan)

 SK. 529/Menhut-II/2012 (Kalimantan Tengah)

 SK. 554/Menhut-II/2013 (Kalimantan Timur)*

 SK. 936/Menhut-II/2013 (Kalimantan Barat)

Keterangan : *) Kalimantan Utara masih menginduk dengan Kalimantan

Timur

Instrumen penyelesaian RTRWP :

1. Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2013 tanggal 18 September 2013

tentang Penyelesaian Penyusunan RTRWP dan Kabupaten/Kota;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tanggal 2 Januari 2013

tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang

(9)
(10)

Latar belakang Peraturan Bersama 4 Kementerian/Lembaga

a. Bahwa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor

34/PUU-IX/2011,

penguasaan

hutan

oleh

negara

harus

memperhatikan dan menghormati hak-hak atas tanah masyarakat.

b. Bahwa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor

45/PUU-IX/2011, pengukuhan kawasan hutan harus dituntaskan

untuk menghasilkan kawasan hutan yang berkepastian hukum dan

berkeadilan;

c. Bahwa sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor

35/PUU-X/2012, hutan adat bukan merupakan hutan negara;

d. Bahwa pada tanggal 11 Maret 2013 telah ditandatangani Nota

Kesepakatan Bersama (NKB) tentang Percepatan Pengukuhan

Kawasan Hutan Indonesia oleh 12 Kementerian/Lembaga Negara

(11)

 Penyelesaian penguasaan tanah yang berada dalam kawasan hutan

(Fasos, Fasum dan Permukiman)

 Pemohon

adalah

orang-perorangan,

pemerintah,

badan

sosial/keagamaan, masyarakat hukum adat yang memiliki bukti hak

atas tanah atau bukti penguasaan atas tanah

 Inventarisasi

Penguasaan,

Pemilikan,

Penggunaan

dan

Pemanfaatan

Tanah

(IP4T)

adalah

kegiatan

pendataan,

penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah yang

diolah dengan sistem informasi geografis sehingga menghasilkan

peta dan informasi mengenai penguasaan tanah oleh pemohon

 Tim IP4T diketuai oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota

atau Kepala Kantor Wilayah Pertanahan Provinsi untuk lintas

Kabupaten/ Kota.

(12)

Pemohon

Pemerintah

Kabupaten/ Kota

BPN Kementerian Kehutanan Penegasan/ Pengakuan Hak dari

BPN Peta Penggunaan, Penguasaan Tanah dan tekstual. Penerbitan Tanda Bukti Hak Penelitian Data Fisik dan Data Yuridis ** Ya Tidak Perubahan Batas Kawasan Hutan/RTRW

Pemohon

Sumber: Perber 4 K/L Tgl 17 Okt 2014 Surat pernyataan penguasaan fisik tanah

secara sporadik (kades + 2 saksi)

Pembuktian Klaim Pihak Ketiga

- Peta Kawasan Hutan

- Peta penggunaan tanah saat ini - Surat Keterangan yg dimiliki

Hak Akses/Ruang Kelola Bersama

(HKm, HD, Kemitraan)

(13)

Pemohon

Pemerintah

Kabupaten/ Kota

BPN+KEHUTANAN Kementerian Kehutanan Penegasan/ Pengakuan Hak dari

BPN

Penerbitan Tanda Bukti Hak

Penelitian Data Fisik dan

Data Yuridis

Perubahan Batas Kawasan Hutan

Sumber:

SKB 3 Menteri dengan Ka. BPN

MODEL REKONSTRUKSI

Surat dari Kemenhut kepada BPN akan disampaikan dalam bentuk peta kerja yang diberi baju SK

Ya Tidak

Pembuktian Klaim Pihak Ketiga

- Peta Kawasan Hutan

- Peta penggunaan tanah saat ini - Surat Keterangan yg dimiliki

IP4T

 + 20 th, diberikan SP2BFT  - 20 Th, masuk

(14)
(15)

6.7.4 Pelestarian Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana PENINGKATAN KONSERVASI DAN TATA KELOLA HUTAN

SASARAN

1. Konservasi Hutan

a. Meningkatnya populasi 25 spesies satwa terancam punah (sesuai red list of threatened

IUCN) sebesar 10 persen sesuai baseline data tahun 2013 dalam rangka pengawetan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

b. Optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi seluas 20,63 juta ha termasuk perlindungan kawasan karst, gambut, dan mangrove;

c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dengan cepat dan baik serta menurunkan jumlah hot spots kebakaran hutan; dan

d. Peningkatan kualitas data dan informasi keanekaragaman hayati.

2. Tata Kelola Hutan

a. Penyelesaian pengukuhan/penetapan kawasan hutan 100 persen;

b. Penyelesaian tata batas kawasan dan tata batas fungsi sepanjang 40.000 km;

c. Operasionalisasi 629 KPH yang terdiri dari 347 KPHP, 182 KPHL, 50 Taman Nasional, dan 100 KPHK bukan Taman Nasional (TN); dan

d. Peningkatan kemitraan dengan masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui pola HTR/HKm/HD, Hutan Adat dan HR (dari 500.000 ha pada tahun 2014 menjadi 12.700.000 ha pada tahun 2019).

(16)

6.7.2 Ketahanan Air SASARAN

• Sasaran utama pembangunan ketahanan air adalah sebagai berikut:

1. Penanganan DAS yang meliputi: penyelesaian status DAS lintas negara, pemulihan kesehatan dan peningkatan perlindungan mata air di 4 DAS

Prioritas (DAS Ciliwung, DAS Citarum, DAS Kapuas, dan DAS Siak) dan 26 DAS Prioritas lainnya melalui konservasi sumber daya air secara vegetatif,

pembangunan embung, pembangunan dam pengendali dan penahan, gully

plug, serta sumur resapan di daerah hulu DAS;

2. Mengurangi luasan lahan kritis, melalui rehabilitasi di dalam KPH seluas 5,5 juta hektar;

3. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pemulihan kesehatan DAS

melalui pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), pengembangan ekowisata skala kecil, serta hasil hutan bukan kayu;

4. Internalisasi 108 Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) yang sudah disusun ke dalam RTRW;

(17)

PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

SASARAN

• 1. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup,

yang tercermin di dalam Indeks Kualitas

Lingkungan Hidup (IKLH) menjadi sebesar

66,5-68,5 pada tahun 2019; dan

• 2. Meningkatnya role model sikap dan perilaku

hidup masyarakat yang peduli terhadap alam

dan lingkungan.

(18)

PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM DAN PENYEDIAAN INFORMASI IKLIM DAN INFORMASI KEBENCANAAN

SASARAN

• Adapun sasaran yang ingin dicapai pada penanganan perubahan iklim dan

penyediaan informasi iklim dan informasi kebencanaan adalah sebagai berikut: • 1. Meningkatnya penanganan perubahan iklim, baik berupa kegi-atan mitigasi

untuk menurunkan emisi GRK sebesar mendekati 26 persen pada tahun 2019 di lima sektor prioritas, yaitu: kehutanan dan lahan gambut, pertanian, energi dan transportasi, industri dan limbah, maupun kegiatan adaptasi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim di 15 (lima belas) daerah rentan;

• 2. Meningkatnya sistem peringatan dini cuaca dan iklim, serta kebencanaan;

• 3. Tersedianya data dan informasi untuk mendukung penanganan perubahan iklim; dan

• 4. Meningkatnya kecepatan dan akurasi data dan informasi meteorologi, klimatologi, dan geofisika (MKG)

(19)

PENINGKATAN KONSERVASI DAN TATA KELOLA HUTAN PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM DAN PENYEDIAAN INFORMASI IKLIM DAN INFORMASI KEBENCANAAN

(20)

Strategi yang ditempuh adalah:

1. Melakukan percepatan pengukuhan kawasan hutan melalui penataan batas, pemetaan dan penetapan, yang melibatkan berbagai pihak;

2. Membentuk dan mewujudkan unit manajemen yang handal di tingkat tapak pada seluruh kawasan hutan dalam bentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) untuk mendukung fungsi produksi, lindung dan konservasi dikelola secara optimal, efisien, dan efektif;

3. Meningkatkan kapasitas pengelola KPH sehingga mampu melakukan kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati dalam ekosistem hutan; dan

4. Meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara masyarakat, termasuk masyarakat adat, dengan pemerintah dalam pengelolaan kawasan hutan

(21)

• Peningkatan produksi kayu dalam periode 2015-2019 (5

tahun) adalah:

• a. Meningkatnya produksi kayu bulat dari hutan alam

menjadi 29 juta m3;

• b. Meningkatnya produksi kayu bulat dari hutan tanaman

menjadi 160 juta m3;

• c. Meningkatnya produksi kayu hutan rakyat menjadi 100

juta m3;

• d. Meningkatnya nilai ekspor produk kayu menjadi

USD40,37 miliar.

(22)

A. Arah Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Pulau Kalimantan

1. Kebijakan mewujudkan pusat pengembangan kawasan perkotaan nasional:

a. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kepala sawit, karet, dan hasil hutan;

b. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertambangan mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi;

c. Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai kota tepi air (waterfront city); dan d. Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan berbasis mitigasi bencana banjir.

2. Kebijakan mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yangdapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah dilakukan melalui pengembangan jaringan

transportasi antarmoda yang terpadu dan efisien untuk menghubungkan kawasan produksi komoditas unggulan menuju bandar udara dan/atau pelabuhan, dan antarkawasan perkotaan, serta membuka keterisolasian wilayah.

3. Kebijakan mewujudkan kelestarian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis basah paling sedikit 45 persen dari luas Pulau Kalimantan sebagai Paru-paru Dunia meliputi:

a. Pelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati tumbuhan dan satwa endemik kawasan; b. Pengembangan koridor ekosistem antarkawasan konservasi;

c. Pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; dan d. Pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggukawasan berfungsi lindung;

e. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan berbasis DAS;

f. Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan DAS dengan mempertimbangkan morfologi tanah, curah hujan, kondisi geologi, dan jenis tanamannya.

g. Internalisasi Rencana Pengelolaan Daerah Aliran SungaiTerpadu (RPDAST) yang sudah disahkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan.

(23)

6-46

4. Kebijakan mewujudkan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional melalui

pengembangan sentra pertanian tanaman pangan dan sentra perikanan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

5. Kebijakan mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara Malaysia dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup meliputi:

a. Percepatan pengembangan Kawasan Perbatasan negara dengan pendekatan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian lingkungan hidup; dan

b. Pemertahanan eksistensi 4 (empat) pulau kecil terluar yang meliputi Pulau Sebatik, Pulau Gosong Makassar, Pulau Maratua, dan Pulau Sambit sebagai titik-titik garis pangkal kepulauan Indonesia. 6. Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) meliputi:

a. Pengembangan KSN Perbatasan dalam rangka peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; dan

b. Pengembangan KSN untuk meningkatkan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.

Referensi

Dokumen terkait

Langkah untuk menyelesaikan transaksi diatas ke dalam Zahir yaitu pilih Modul Pembelian > Pembayaran Hutang Usaha > Isi data sesuai dengan transaksi >

Metode yang dapat digunakan dalam salah satu solusi pemberian bantuan alat industri kepada unit usaha mikro ialah metode SMARTER teknik didasarkan pada teori

Kebangkrutan dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai suatu keadaan atau situasi dalam hal ini perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-

Dalam pembuatan interface ini, data yang dipakai berasal dari data-data yang diinputkan oleh user sendiri.. Interface ini hanya dapat digunakan oleh

Sasaran utama pengelolaan anestesi untuk pasien dengan cedera otak adalah optimalisasi tekanan perfusi otak dan oksigenasi otak, menghindari cedera sekunder dan

3. Peneliti memberikan tes karakteristik kemampuan berpikir lntuitif kepada siswa gaya tipe juding. Peneliti memberi kesempatan kepada subjek untuk menyelesaikan lembar

saja yang masih bertahan. Ada pula yang mencoba meningkatkan outlet mereka dengan cara lebih mengembangkan produk-produk batik yang mereka jual. Pemilihan lokasi

Bagi nilai indeks korelasi pula, keseluruhannya telah mencatat nilai r=0.205 dimana ini menunjukkan hubungan yang lemah di antara gaya pembelajaran Pragmatis, Reflektor, Aktivis