• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B TK DAHLIA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DESKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B TK DAHLIA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DESKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

MELALUI TEKNIK MOZAIK PADA ANAK KELOMPOK B TK DAHLIA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

Femi Latama

Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini

Dr.Mohamad Zubaidi,S.Pd, M.Pd dan Samsiah,S.Pd, M.Pd

ABSTRAK

Femi Latama. 2015. NIM 153 411 099. Deskripsi Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Teknik Mozaik Pada Anak Kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Mohamad Zubaedi, S.Pd.,M.Pd. dan pembimbing II Samsiah, S.Pd.,M.Pd.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui teknik mozaik pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dua siklus.

Pada tindakan kelas siklus I kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango meningkat menjadi 12 (60%). Sedangkan pada tindakan kelas siklus II kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango meningkat lagi menjadi 18 (90%).

Kata Kunci : Motorik Halus, Teknik Mozaik

Femi Latama, Jurusan PG PAUD Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing 1 Dr.Mohamad Zubaidi, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Samsiah S.Pd, M.Pd

(3)

Setiap anak dilahirkan kedunia sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial yang mempunyai kemampuan berbeda. Kemampuan masing masing individu pada setiap anak ditentukan oleh berbagai aspek yang mempengaruhi. Setiap kemampuan anak nampak pada perkembangan kognitif, afektif dan psykomotor. Namun demikian, pekembangan kognisi, afeksi dan psykomotor anak merupakan masa munculnya berbagai potensi tersembunyi (Hidden Potency) atau suatu kondisi dimana suatu fungsi jiwa membutuhkan rangsangan tertentu untuk berkembang. Hal ini karena, anak merupakan manusia yang polos serta memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia seutuhnya. Anak memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan, meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama tetapi ritme perkembangan akan berbeda satu sama lainnya karena pada dasarnya anak bersifat individual.

Salah satu kemampuan anak yang sedang berkembang pada masa usia dini adalah kemampuan motorik. Pada anak-anak tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya sehingga menghambatnya keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu faktor genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya.

Perkembangan motorik terbagi atas dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pengkordinasian antara gerak yang dilakukan dengan otot. Karena itu, motorik kasar memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu sehingga anak mampu melakukan kegiatan melompat, memanjat, berlari, menaiki sepeda dan sebagainya. Sedangkan motorik halus gerakan kordinasi otot halus dengan pola gerakan ringan. Santoso (2012:164) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil, karena itu, gerakan-gerakan motorik halus tidak memerlukan tenaga. Namun begitu gerakan yang halus

(4)

memerlukan koordinasi yang cermat sehingga dalam mengembangkan motorik halus diperlukan latihan yang mampu memberikan rangsangan dalam mengkoordinasikan tangan dan mata melalui latihan menggambar, menulis, menggunting dan menempel. Semakin baik kordinasi gerakan motorik halus akan membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas dengan hasil guntingan yang lurus, menenpel, menggambar sederhana dan mewarnai, menggunakan kilp untuk menyatukan dua lembar kertas, menjahit, menganyam kertas serta menajamkan pensil dengan rautan pensil.

Berdasarkan hasil observasi awal pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa menujukkan bahwa kemampuan motorik halus pada beberapa anak masih rendah, hal ini nampak pada aktivitas anak dalam memegang pensil, melipat, menggunting dan menempel. Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan motorik halus anak masih rendah yakni kurangnya latihan-latihan motorik halus untuk anak. Dari hasil evaluasi dan pengamatan pada beberapa kegiatan pembelajaaran diketahui bahwa dari 20 orang anak kelompok B hanya terdapat 7 orang anak (35%) yang memiliki kemampuan motorik halus dengan kategori baik dan sebagian besar yakni 13 orang anak (65%) tergolong memiliki kemampuan yang rendah sesuai indikator motorik halus, seperti menggunting dan menempel. Sehubungan dengan masalah tersebut, peneliti menerapkan teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak yakni teknik mozaik.

Teknik mozaik adalah seni dekorasi dengan menggunakan kepingan-kepingan benda yang ditempelkan pada suatu media. Menurut Kasim (2013:9) bahwa mozaik adalah menggambar dengan teknik tempelan. Teknik mozaik ini dipilih karena dapat mengembangkan kreatifitas anak dan dapat melatih kemampuan motorik halus anak. Menurut Pamadhi dan Sukardi (2010) bahwa teknik mozaik dapat mengembangkan kreativitas anak, emosi dan sosial anak, alat dan bahan mudah didapat, langkah kegiatan mudah dimengerti anak, melatih tingkat kesabaran anak, melatih konsentrasi anak, membuat anak menjadi mandiri dan melatih motorik halus anak. Dalam

(5)

penelitian ini teknik mozaik yang akan diterapkan adalah kegiatan menggunting dan menempel bahan-bahan alam seperti daun-daun kering yang digunting dan ditempelkan ke pola gambar. Melalui teknik ini diharapkan kemampuan anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan.

1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung, perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan, otot kasar dan otot halus, yang selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan motorik halus (Suyanto, 2012:49).

Pada usia kanak-kanak 5-6 tahun, keterampilan dalam menggunakan otot tangan dan otot kaki sudah mulai berfungsi. Keterampilan yang berhubungan dengan tangan adalah kemampuan memasukan sendok kedalam mulut, menyisir rambut, mengikat tali sepatu sendiri, mengancingkan baju, melempar dan menangkap bola, menggunting, menempel, menggores pensil atau krayon, melipat kertas, membentuk dengan lilin serta mengecat gambar dalam pola tertentu.

Dari kajian tentang perkembangan fisik-motorik diatas dapat diketahui bahwa pada anak usia 5-6 tahun (kelompok B) otot kasar dan otot halus anak sudah berkembang. Anak memiliki banyak tenaga untuk melakukan kegiatan dan umumnya mereka sangat aktif. Anak sudah dapat melakukan gerakan yang terkordinasi. Keterampilan yang menggunakan otot kaki dan tangan sudah berkembang dengan baik.

2. Fase dan Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Buhler (dalam Depdiknas, 2010) bahwa fase dan ciri perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut:

(6)

“(a) Fase pertama, 0-1 tahun yang merupakan masa menghayati obyek-obyek di luar diri sendiri dan saat melatih fungsi-fungsi, terutama fungsi motorik, yaitu fungsi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan dari badan dan anggota badan. (b) Fase ke dua, 2-4 tahun, merupakan masa pengenalan dunia obyektif di luar diri sendiri, disertai penghayatan subyektif. Anak tidak mengenal dunia luar berdasarkan pengamatan obyektif, melainkan memindahkan keadaan batinnya pada benda-benda di luar dirinya. Fase ini disebut juga sebagai fase bermain, dengan subyektifitas yang sangat menonjol; (c) Fase ke tiga, 5-6 tahun, merupakan masa sosialisasi anak. Anak mulai memasuki masyarakat luas, misalnya taman kanak-kanak, pergaulan dengan teman-teman sepermainan, dan sekolah rendah. Anak juga mulai belajar mengenal sekitar secara obyektif serta mulai belajar mengenal arti prestasi pekerjaan dan tugas-tugas kewajiban.”

Sejalan dengan pendapat di atas dapat dijelaskan beberapa hal tentang fase perkembangan anak usia dini meliputi fase 0-1 tahun merupakan masa menghayati dan mulai nampak fungsi motorik, fase 2-4 tahun mulai mengenal dunia luar dari obyek diri sendiri, dan fase 5-6 tahun anak mulai berosialisasi dengan teman dan masyarakat.

Secara individual fase perkembangan anak usia dini mempunyai beberapa perbedaan, dan setiap perbedaan dipengaruhi oleh lingkungan sosial, lingkungan keluarga dan dipengaruhi genetic setiap individu

3. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini

Sujiono (2009:1.14) berpendapat bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat untuk kegiatan menggunting dan menempel. Sehingga gerakan ini tidak memerlukan tenaga melainkan membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat. Dalam melakukan gerakan motorik halus, anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik lain serta kematangan mental. Sementara itu pendapat senada juga

(7)

dikemukakan oleh Sumantri (2005:143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunakan sekelompok otot-otot kecil seperti jari jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan koordinasi mata dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan dengan alat-alat untuk bekerja dan obyek yang kecil atau pengontrolan terhadap mesin misalnya mengetik, menjahit dan lain-lain.

Sejalan dengan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa motorik halus merupakan keterampilan yang memerlukan kontrol dari otot kecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari keterampilan seperti kegiatan menempel.

4. Metode-Metode Untuk Meningkatkaan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini

Guna meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak usia dini terdapat beberapa metode yang bisa digunakan, menurut Hurlock (dalam Noorlaila 2010: 50) melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan berbaris-baris.

5. Fungsi Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini

Menurut Suyanto (2009:51) bahwa motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, menempel, melipat, merangkai, mengancing baju, menali sepatu dan menggunting. Sedangkan menurut Sumantri (2012:146) menjelaskan bahwa fungsi pengembangan keterampilan motorik halus adalah mendukung aspek lainnya seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena pada hakekatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisahkan satu sama lain.

(8)

6. Faktor Yang Mempengaruhi Motorik Halus

Dalam Perkembangan motorik halus pada setiap anak usia dini dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun demikian faktor keturunan menjadi faktor yang dominan jika dibandingkan dengan beberapa faktor lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Kartini Kartono (2012:21): “Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah (a) Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan); (b) Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan kematangan fungsi- fungsi organis dan fungsi psikis; (c) Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan, punya emosi serta mempunyai usaha untuk membangun diri sendiri”.

Menurut Rumini dan Sundari (2014:24) bahwa faktor–faktor yang mempercepat atau memperlambat perkembangan motorik halus antara lain : (a) Faktor Genetik, (b) Faktor kesehatan, (c) Faktor kesulitan Individu, (d) Kesehatan dan gizi, (e) Rangsangan, (f) Perlindungan, (g) Prematur (h) Kelainan, (i) Kebudayaan, ,

7. Karakteristik Perkembangan Motorik Halus

Karakteristik perkembangan motorik halus anak yang dijelaskan dalam Pamadhi dan Sukardi (2010:110) adalah sebagai berikut:

“(a) Pada saat anak berusia tiga tahun kemampuan gerakan halus pada masa bayi. Meskipun anak pada saat ini sudah mampu menjumput benda dengan menggunakan jempol dan jari telunjuknya tetapi gerakan itu sendiri masih kikuk; (b) Pada usia empat tahun koordinasi motorik halus anak secara substansial sudah mengalami kemajuan dan gerakannya sudah lebih cepat bahkan cenderung ingin sempurna; (c) Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak sudah lebih sempurna lagi tangan, lengan, dan tubuh bergerak dibawah koordinasi mata. Anak juga telah mampu membuat dan melaksanakan kegiatan yang lebih majemuk, seperti kegiatan proyek; (d) Pada akhir masa kanak-kanak usia enam tahun ia telah belajar bagaimana menggunakan jari jemarinya dan pergelangan tangannya untuk menggerakkan ujung pensilnya.”

(9)

8. Pengertian Teknik Mozaik

Mozaik adalah seni dekorasi bidang dengan kepingan bahan keras berwarna yang disusun dan ditempelkan dengan perekat (Depdiknas, 2010:175). Sedangkan menurut Kasim (2011:9) bahwa mozaik adalah menggambar dengan teknik tempelan. Gambar yang terbentuk bukanlah gambar jadi yang ditempelkan, akan tetapi kertas-kertas atau bahan lain yang ditempelkan. Mozaik pada dasarnya menyusun bahan-bahan warna yang ditempelkan.

Muharam (2010:9) menjelaskan bahwa mozaik adalah teknik melukis dan mempergunakan warna-warna kepingan batu, kaca, marmer, keramik, kayu, kertas yang ditempelkan. Mozaik merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan berwarna yang ditempelkan pada plesteran yang masih basah dan lunak. Selanjutnya menurut Rizal (2009:22) bahwa mozaik adalah suatu karya tempel yang bisa dibuat dari porselin berwarna-warni atau kertas-kertas berwarna tetapi bagiannya kecil-kecil.

9. Langkah-Langkah Pelaksanaan Permainan Mozaik

Dalam Depdiknas (2010:176) bahwa langkah-langkah pelaksanaan permainan mozaik yaitu :

“(a) Guru menyiapkan atau menyediakan gambar yang akan diisi dengan mozaik; (b) Guru menyediakan alat dan bahan seperti gunting, lem perekat, dan kertas origami untuk dijadikan potongan-potongan mozaik oleh anak; (c) Guru mengatur posisi duduk anak dengan kondusif; (d) Guru melihatkan kepada anak gambar yang akan ditempel potongan mozaik; (e) Guru menarik perhatian anak untuk memperhatikan dan kemudian memperkenalkan satu persatu alat yang akan digunakan; (f) Guru dengan anak membuat kesepakatan aturan untuk menggunakan alat sesuai dengan fungsinya; (g) Guru mencontohkan langkah kerja didepan anak.

Salah satu contoh dalam pembuatan mozaik yakni siapkan kertas karton/kertas tebal yang diberi pola atau motif gambar. Karena bahan dasarnya dari karton atau kertas lain, maka maaterialnya yang ditempelkan adalah potongan kertas, daun,

(10)

rumput kering, plastik.kemudian tempelkan dengan menggunakan lem disusun menurut tujuan gambar yang diinginkan. Untuk material seperti kaca, kayu, keramik, batu, biasanya ditempelkan pada dinding, tembikar, lantai atau papan yang diperuntukan untuk hiasan mozaik.

10. Kelebihan dan Kekurangan Permainan Mozaik

Permainan mozaik memiliki kelebihan dan kekurangan seperti metode atau teknik pembelajaran lainnya. Depdiknas (2010) menjelaskan kelebihan dan kekurangan permainan mozaik sebagai berikut: Kelebihan dalam permainan mozaik meliputi: (1) Dapat mengembangkan kreativitas anak, emosi dan sosial anak, (2) Alat dan bahan mudah didapat, (3) Langkah kegiatan mudah dimengerti anak, (4) Melatih

tingkat kesabaran anak, (5) Melatih konsentrasi anak, (6) Membuat anak menjadi

mandiri,

Sementara itu Kelemahan dalam pembuatan mozaik, permainan membosankan bagi anak karena memerlukan waktu yang lama sekitar 15 menit.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas), prosedur penelitian berupa : Tahap Persiapan Tindakan, pada tahap ini hal-hal yg dilakukan oleh peneliti yakni menghubungi kepala sekolah untuk memperoleh izin melaksanakan kegiatan penelitian setelah itu mempersiapkan Rencana Kegiatan Harian, instrument penelitian berupa lembar pengamatan kegiatan anak, lembar evaluasi hasil belajar anak serta mempersiapkan media yang akan digunakan pada penelitian. Tahap Pelaksanaan Tindakan, tahap ini merupakan deskripsi tindakan yang akan dilakukan, skenario kerja tindakan perbaiakan, prosedur tindakan yang akan diterapkan. Prosedurtindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Tahap Pemantauan dan Evaluasi, Pada tahap ini peneliti dibantu oleh guru mitra untuk mengamati pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dibuat, kemudian peneliti mengamati

(11)

keterampilan motorik halus anak yang muncul pada waktu pelaksanaan teknik mozaik, Hasil dari setiap siklus dibahas pada tahap analisis refleksi. Tahap Analisis dan Refleksi, Pada tahap ini semua data yang diperoleh dari hasil penelitian dan evaluasi dianalisis bersama antar pengamat dan guru secara efektif. Hasil analisis digunakan untuk merefleksi diri dan seluruh proses kegiatan. Refleksi yang digunakan adalah mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai anak pada saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil analisis dan refleksi tentang motorik halus dijadikan bahan acuan untuk merencanakan ulang tindakan pembelajaran kembali. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan dokumentasi.

HASIL PENELITIAN

Hasil pengamatan didapatkan data bahwa kemampuan motorik halus anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango masih rendah yakni dari 20 orang anak terdapat 7 orang anak (35%) yang memiliki kemampuan motorik halus dengan kategori baik sedangkan 13 orang anak (65%) kemampuan motorik halusnya masih rendah. Selain itu diketahui juga bahwa kurangnya media maupun alat yang dapat digunakan untuk membantu perkembangan motorik halus pada anak, rendahnya kesadaran para orang tua untuk memberikan berbagai latihan di rumah guna merangsang motorik halus pada setiap anak, beberapa metode yang telah dilakukan oleh guru dalam mengembangkan kemampuan motorik halus kurang menunjukkan hasil yang maksimal dan dalam aktifitas sehari-hari di sekolah, setiap anak cenderung melakukan gerakan-gerakan yang berkaitan dengan motorik kasar, seperti berlari, meloncat dan sebagainya.

PEMBAHASAN

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin seperti kegiatan menempel melalui teknik mozaik. Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda, dalam hal kekuatan maupun

(12)

ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkannya. Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya sejak dini.

Sejalan dengan hal diatas peneliti melakukan tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus melalui teknik mozaik pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango yang dinilai dari dua indikator yakni (1) Kemampuan anak untuk menggunakan jari-jarinya menggunting daun kering, dan (2) Kemampuan anak menggunakan jari-jari menempelkan daun kering.

Berdasarkan hasil kegiatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II dapat dijelaskan bahwa kemampuan motorik halus pada anak Kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango mengalami peningkatan yang baik dan dapat mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Peningkatan kemampuan motorik halus melalui teknik mozaik pada anak kelompok B ditinjau dari aspek kemampuan anak menggunakan jari-jari untuk menggunting daun kering setelah dilakukan tindakan kelas siklus I tahap I terdapat 10 anak atau 50% yang mampu, 6 anak atau 30% yang kurang mampu, 4 anak atau 20% yang belum mampu dan setelah diaksanakan kegiatan siklus I tahap II meningkat menjadi 12 anak atau 60% yang mampu, 6 anak atau 30% yang kurang mampu, 2 anak atau 10% yang kurang mampu. Peningkatan kemampuan motorik halus pada anak yang ditinjau dari aspek kemampuan menggunakan jari-jari untuk menempelkan daun kering terdapat 8 anak atau 40% yang mampu, 6 anak atau 30% yang krang mampu, 6 anak atau 30% yang belum mampu pada kegiatan tindakan kelas siklus I pertemuan I meningkat menjadi 9 anak atau 45% yang mampu, 7 anak atau 35% yang kurang mampu, 4 anak atau 20% yang belum mampu pada pertemuan II. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan motorik halus pada anak kelompok B

(13)

setelah dilakukan kegiatan tindakan kelas siklus I belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan sehingga harus dilaksankan kegiatan tindakan kelas siklus II.

Kemampuan motorik halus melalui teknik mozaik anak kelompok B pada kegiatan tindakan kelas siklus II tahap I dan II mengalami peningkatan. Ditinjau dari aspek kemampuan anak menggunakan jari-jari untuk menggunting daun kering setelah dilakukan tindakan kelas siklus II tahap I terdapat 15 anak atau 75% yang mampu, 3 anak atau 15% yang kurang mampu, 2 anak atau 10% yang belum mampu dan setelah diaksanakan kegiatan siklus II tahap II meningkat menjadi 18 anak atau 90% yang mampu, 2 anak atau 10% yang kurang mampu. Peningkatan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B yang ditinjau dari aspek aspek kemampuan menggunakan jari-jari untuk menempelkan daun kering terdapat 13 anak atau 65% yang mampu, 5 anak atau 25% yng kurang mampu, 2 anak atau 10% yang belum mampu pada kegiatan tindakan kelas siklus II pertemuan I meningkat menjadi 18 anak atau 90% yang mampu, 2 anak atau 10% yang kurang mampu pada pertemuan II. Dari hasil capaian ini dapat dikatakan bahwa setelah dilaksanakan kegiatan tindakan siklus II terjadi peningkatan yang signifikan pada kemampuan motorik halus anak kelompok B setelah diterapkan teknik mozaik dan telah mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yakni minimal terdapat 17 anak atau 85% yang memiliki kemampuan motorik halus.

Sehubungan dengan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang mengatakan bahwa “Jika guru menggunakan teknik mozaik maka kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan”bisa diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diberikan kesimpulan Teknik mozaik dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango.

(14)

Pada tindakan kelas siklus I pertemuan I kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango menjadi 10 anak atau (60%), kemudian pada siklus I pertemuan II meningkat menjadi 12 anak atau (60%). Setelah dilaksanakan tindakan kelas siklus II pertemuan I kemampuan motorik halus pada anak kelompok B TK Dahlia Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango menjadi 15 anak atau (75%) kemudian pada siklus II pertemuan II meningkat menjadi 18 anak atau (90%).

2.

Saran

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut.

a. Guru harus bisa memberikan penjelasan yang mudah dipahami anak sebelum menerapkan teknik-teknik pembelajaran.

b. Guru harus dapat menggunakan media pembelajaran yang disenangi anak

c. Guru harus memperhatikan anak-anak yang belum berkembang kemampuan motorik halusnya dengan cara memberikan tugas-tugas yang mudah terlebih dahulu sehingga kemampuan berpikirnya dapat berkembang.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Astati. 2008. Kemampuan Motorik Halus Anak Tuna Grahita. Bandung. Alfabeta Depdiknas. 2010. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta. Depdiknas

Dini, P., Daeng, Sari. 2009. Model Pengembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Terbuka

Endang Purwanti., Nur Widodo. 2012. Perkembangan Motorik Halus. Yogyakarta. UNY

Indraswari Putri. 2010. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Pada Anak Usia Dini. Jakarta. Kementrian Pendidikan Nasional

Indraswari. 2012. Peningkatan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Mozaik di TK Pembina Agam. Skripsi

Kartini, Kartono. 2012. Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Terbuka

Kasim Mohamad. 2013. Mozaik Book. Jakarta. Balai Pustaka

Lindya. 2008. Motorik Halus. Diakses dari http:wwwpresoot.co.id tgl. 12 Januari 2015

Mely Novikasari. 2012. Kemampuan Motorik Halus dan Teknik Mozaik. Yogyakarta Muharam, A. 2010. Pendidikan Usia Dini. Jakarta. Balai Pustaka

Nancy, L. 2003. Teknik Mozaik. http://teknik_mozaik.co.id diakses tgl. 12 Januari 2015

Nento. 2012. Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Teknik Mozaik Pada Anak Kelompok B TK Kihajar Dewantoro VII. Skripsi

Noorlaila. 2010. Perkembangan Motorik Halus. Jakarta. Universitas Terbuka

Pamadhi Hajar., Sukardi Evan. 2010. Hasil Karya Anak PAUD Melalui Teknik Mozaik. Bandung. CV. Remaja Rosda Karya

(16)

Rumini., Sundari. 2014. Faktor Penunjang Perkembangan Motorik Halus Pada Anak. Jakarta. Balai Pustaka

Santoso Soegeng. 2012. Implementasi Konsep Montesori Pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. PT. Indeks

Santrock, J. 2012. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik Halus. Majalengka. Nusa Media

Saputra., Rudyanto. 2010. Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini. Bandung. CV. Remaja Rosda Karya

Sudjana Nana. 2012 Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta. Balai Pustaka

Sujiono. 2009. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung. Remaja Rosda Karya Sukanti Endang Rini. 2009. Diklat Pengembangan Motorik. Yogyakarta. UNY Sukardi. 2010. Panduan Lengkap mengajar PAUD. Yogyakarta. Publisher

Sumantri. 2005. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jakarta. UPI

Sumantri. 2012. Model Pengembangan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini. Jakarta. UPI

Suyanto, Slamet. 2010. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Elizabeth Suyanto, Slamet. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Elizabeth Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Warsito, Hermawan. 2009. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta Wasik. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa jenis media perekam citra radiografi neutron antara lain adalah gabungan antara film sinar-X dengan skrin konvertcr, pial pencitraan (imaging plafe), palt track

Analisis komponen utama merupakan salah satu teknik analisis peubah ganda yang berkaitan dengan penjelasan struktur varians-kovarians peubah dengan cara

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan pembelajaran problem posing pada siswa kelas X semester II SMA Muhammadiyah 2

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor: 07/TAP/DINKES-07/POKJA/2016 tanggal 14 Juni 2016 tentang Penetapan Pemenang Lelang Paket Pekerjaan Rehab Berat Puskesmas Susoh

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode rasio konsentrasi (CRN) 4 dealaer terbesar di Yogyakarta, yang diukur berdasarkan variabel tingkat penjualan diperoleh

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA VIDEO PEMBELAJARAN DESAIN HIASAN MANIK-MANIK PADA BUSANA PESTA.. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu proses isolasi α -selulosa dari serbuk tandan kosong kelapa sawit, dan proses sintesis selulosa dengan penambahan

Meningkatkan Kelincahan Dalam Kebugaran Jasmani Melalui Permainan Ambil Bendera Dan Model Team Games Tournament.. Jurnal Mimbar