Diterima: Januari 2017. Disetujui: Februari 2017. Dipublikasikan: Maret 2017
17
Pemberitaan Kerukunan Umat Beragama: Analisis Pesan Media
Farhan*
IAI Nurul Jadid Paiton Probolinggo Email : [email protected]
ABSTRACT
This paper discusses the harmony of religious communities in Indonesia through the online mass media coverage represents the reality of tri harmony of religion. The preaching of religious harmony is approached with the theory of communication through media texts. Data collection is done through online observation on the media. The media in question is a youtube audio-visual media, online print media (Metrotvnews.com, Detik.news, Republika.ac.id, Antaranews.com) that preach harmony between religious and publicized between April and June 2016. The identified data is then analyzed and presented in qualitative descriptive. The results of research are; first; social media displays news about religious tolerance as a continuous representation of the religious harmony trilogy. Second; The selection of themes or titles of news between social media represent the significant and synergic and dynamic roles of government and religious leaders between the central and regional levels. Third; Messages through their preaching are potentially 'antagonistic' and 'ambiguous' when confronted with a report based on a majority-minority, and / or peace-conflict element.
Keywords: Message, Text, Social Media, Religious Tolerance. ABSTRAK
Tulisan ini mengungkapkan kerukunan umat beragama di Indonesia melalui pemberitaan media massa online merepresentasikan realitas tri kerukunan beragama. Pemberitaan kerukunan umat beragama didekati dengan teori komunikasi melalui kajian teks media. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi online pada media. Media yang dimaksud adalah media audio-visual youtube, media cetak online (Metrotvnews.com, Detik.news, Republika.ac.id, Antaranews.com) yang memberitakan kerukunan umat beragama dan dipublikasikan antara April sampai Juni 2016. Data yang teridentifikasi kemudian dianalisis dan disajikan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian yaitu; pertama; media sosial menampilkan pemberitaan tentang perilaku toleransi beragama sebagai representasi trilogi kerukunan umat beragama secara berkesinambungan. Kedua; Pemilihan tema atau judul pemberitaan antar media sosial tersebut merepresentasikan peran pemerintah dan tokoh agama yang signifikan, sinergis dan dinamis antara pusat dan daerah. Ketiga; Pemberi pesan melalui pemberitaannya berpotensi ‘antagonistis’ dan ‘ambigu’, bila dihadapakan pada pemberitaan yang didasarkan pada unsur mayoritas-minoritas, dan atau kedamaian-konflik.
Kata Kunci: Pesan, Teks, Media Sosial, Toleransi Beragama.
* Penulis Korespondensi
JURNAL ASKOPIS
Asosiasi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 17-30 http://journal.askopis.id/ja
PENDAHULUAN
Media-media baru yang biasa disebut jejaring sosial itu merubah pola interkasi dan komunikasi masyarakat modern lebih dinamis. Jejaring tersebut tidak hanya semakin meramaikan dunia bisnis industri media melainkan juga menambah para pengguna/user media-media sebelumnya. Artinya setiap individu memiliki kecenderungan/kecocokan tersendiri terhadap media baru yang terus bermunculan. Karena, setiap media memiliki kelebihan dan kekurangan yang satu dengan lainnya saling menyempurnakan dalam fungsinya.
Fungsi dasar setiap media setidaknya untuk memberikan informasi (baik informasi itu dipahami ataupun tidak) dan fungsi untuk mempengaruhi (Littlejohn dalam Hamdan,2009:4-5). Fungsi tersebut akan berkembang sesuai dengan berkembangnya media baru dengan efisiensi dan efektifitas yang lebih baik. Misalnya, media sosial facebook yang semakin diminati penggunanya dari semua tingkatan baik kalangan remaja, orang tua, bahkan generasi anak-anak, mereka menikmati fasilitas jejaring sosial tersebut dengan beragam motif (Almansa dkk, 2013: 127-134), begitu juga menurut Ezumah media sosial dipakai untuk mengisi waktu senggang, mencari teman lama atau baru, berbagi idenditas diri baik melalui teks,video,gambar dan lainnya (Ezumah, 2013).
Media sosial di Indonesia memiliki pengguna terbanyak dengan usia rentang 18 sampai 24, bahkan menduduki rangking ke-6 dalam skala internasional sebagai pengguna berdasarkan data dari lembaga research e-marketer, populasi netter tanah air mencapai 83,7 juta orang pada tahun 2014 (Hidayat, 2014). Penggunaan media-media baru itu akan selalu diminati karena fasilitas yang tersedia memang menjanjikan efisiensi dan efektifitas dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kendati demikian, menurut Ezumah, hampir tidak mungkin
bagi seseorang untuk memanfaatkan semua jaringan media sosial yang tersedia (Ezumah, 2013).
Semua media yang ada mampu mendokumentasikan semua pesan atau teks baik melalui, visual, audio (rekaman) atau audio-visual (video), sehingga kapan pun dokumentasi tersebut dibutuhkan bisa diakses kapan saja dengan koneksi internet. Menurut andi faisal sains dan teknologi media digital telah memberikan berbagai kemudahan dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya (Faisal, 2012: 1-25).
Media sosial satu dengan lainnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, yang pasti, kesamaannya adalah terjadinya di ruang maya ‘cyberspace’ seperti yang telah diprediksikan oleh William Gibson (1984) Semua media sosial itu termasuk youtube meningkatkan jumlah pengguna dan peminat. Semua kalangan pun menikmatinya. Sebuah berita atau pesan yang terdokumentasi di media sosial youtube, kapan pun dan dimanapun penggunanya bisa menontonnya berulang-ulang tanpa mengalami kesulitan berarti. Inilah jaringan media online dalam ruang maya yang menjadi kegandrungan masyakarat teknologis masa kini dan mendatang (Richad, 2015:1) Media sosial kehadirannya memberikan pengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap gaya komunikasi bagi masyarakat (Prima, 2014), dimana interaksi individu (antar personal) akan selalu diuji apakah berkaitan dengan kehidupan sosialis atau sebaliknya, cenderung individual, dan mengalami disorientasi makna dalam kehidupannya.
Pesan sebagai bagian dari unsur komunikasi tetap menjadi objek yang ‘basah’ dalam pengembangan keilmuan. Termasuk oleh bagi para produsen media. pengunggah pesan saling berlomba memberikan pesan yang terbaik dan berharga di media. pelaku bisnis media
Jurnal Askopis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 17-30 19
radio, Koran, televisi dan lainnya menggunakan berbagai macam cara dan strategi yang lebih efektif dan efisien dalam penyajian berita-beritanya. Termasuk harus mendokumentasikannya dimedia sosil youtube. Masing-masing televisi menidentifikasi topik-topik tertentu termasuk kaitannya dengan aspek agama, ekonomi, pendidikan, politik dan seterusnya. Tak terkecuali tentang kerukunan umat beragama di Indonesia. Media televisi selalu mencari pemberitaan yang unik, istimewa bahkan kontrovesi sekalipun. Semakin kontroversi sebuah pemberitaan kesannya semakin menarik perhatian khalayak untuk terus mengikuti perkembangannya (Rozak, 2016). Hal-hal yang terjadi ditengah kehidupan masyarakat dalam aspek agama cenderung selalu ‘diintip’ oleh media massa. Pemberitaan tersebut kemudian diupload kedalam media sosial seperti youtube sebagai bagian dari ‘iklan insindental’ bagi pencari atau penikmat wacana tertentu agar mudah dicari dan dikaji ulang bila sewaktu-waktu diperlukan. Selain itu, karena bisa dibilang sebagai produk iklan maka berita tentang wacana kerukunan agama misalanya yang diunggah di yout tube tersebut juga bisa dijadikan objek penelitian bagi akademisi atau praktisi.
Ketidakadanya kerukunan penganut agama (intoleransi) menjadi konflik yang tak kunjung berkesudahan. Karena itu, menjaga dan melestarikan kesadaran menjalin kerukunan hidup beragama terhadap setiap generasi muda menjadi tantangan tersendiri. Karena dikalangan generasi muda terkadang masih labil dengan situasi dan kondisi konflik komunal dalam aktivitas sosial mereka.
Adanya konflik agama, hal itu terkadang dipicu oleh hal-hal yang tidak perlu dipermasalahkan seperti pelecehan suatu tempat ibadah misalanya. Karena didukung adanya provokasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab maka konflik antar pemeluk agama pun terjadi.
Sebagaimana yang dikemukakan Marzuki bahwa kerukunan antar umat beragama di Indonesia ini masih meyisakan masalah. Kasus-kasus yang pernah terjadi sulit untuk dilupakan. Kasus Ambon, Kupang,Poso dan Tasikmalaya, Situbondo, Sambas dan Maluku serta lainnya sewaktu waktu bisa saja terulang kembali (Arifuddin, 2010: 175-186).
Disinilah pentingnya wacana kerukunan umat beragama selalu penting untuk diperhatikan, karena ibarat bom waktu yang sewaktu-waktu bisa meledak bila pemicunya dipetik oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Peranan media massa sebagai kontrol sosial juga perlu dioptimalkan dari waktu kewaktu. Karena media, memiliki andil cukup penting pula dalam memberikan informasi dan memengaruhi khalayak untuk memahami suatu topik tertentu secara intens dan konstruktif. Kendatipun, terkadang media massa tidak sepenuhnya berada pada peran sesuai proporsinya. Apakah wacana kerukunan umat beragama yang dikumandangkan oleh media memberikan kontribusi positif dalam menciptakan toleransi beragama di Indonesia ataukah sebaliknya. Mengingat kecenderungan media massa dalam berkompetisi dengan pesaingnya -sesama pelakui industri media- cenderung ‘menciptakan berbagai cara halal’ untuk memberikan pemberitaaan yang dinamis walaupun kadang masih ambigu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan melalui observasi online pada media. Media yang dimaksud adalah media audio-visual youtube, media cetak online (Metrotvnews.com, Detik.news, Republika.ac.id, Antaranews.com) yang memberitakan kerukunan umat beragama dan dipublikasikan antara April sampai Juni 2016.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pesan Media
Pesan atau teks yang disampaikan di media baik cetak, elektronik maupun internet bisa di kaji dalam berbagai aspek meliputi analisis isi, wacana, semiotik dan analisis framing (bingkai). Semua pesan di konstruksikan berdasarkan objek atau data yang diolah oleh pengirim pesan disesuaikan dengan pemilihan kata, kalimat atau lainnya.untuk kemudian pesan tersebut dipahami oleh penerima pesan pun berdasarkan latar belakang individu yang beragama. Pemaknaan terhadap pesan melalui aneka macam media tersebut memungkinkan setiap individu memiliki kesamanaan universal ataupun perbedaaan dalam prosentase tersendiri.
Analisisi wacana sebagai sebuah pemikiran manusia, juga mengalami perkembangan dan pengembangan. Analisis wacana hadir sebagai bagian dari proses pemaknaan objek (teks/pesan) dalam merekontruksi pesan berdasarkan kajian ulang dalam memberikan makna yang selaras ataupun tidak sinergis. dalam kamus besar Indonesia analis dapat dipahami sebagai penyelidikan terhadap sesuatu atau penguraian tentang suatu pokok atau berbagai bagian. sedangkan wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan (Depdikbud, 1998: 32). Analisis wacana ini bisa dijadikan cara untuk mengungkapkan suatu makna yang disampaikan secara tutur atau lisan ditujukan kepada seseorang atau lainnya. Alex Sobur menyatakan wacana merupakan rangkaian ujar atau tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa. Wacana dipahami sebagai rekaman kebahasaan yang tutuh tentang peristiwa komunikasi, yang terdiri dari seperangkat kalimat yang memiliki hubungan pengertian antara satu dengan lainnya. Komunikasi itu bisa menggunakan bahasa lisan ataupun tulisan (Alex, 2004: 11).
Analisis Wacana dikenal beberapa tokoh yang sebutkan Eriyanto antara lain; pertama; Roger Fowler dkk (1979). Dalam pandangannya bahasa merupakan praktik sosial. Pilihan bahasa dibuat dengan perangkat seperti ideologi, politik, dan kultur. Fowler menempatkan bahasa untuk dijadikan bahan analisis karena melihat tata bahasa tertentu menjadikan kata tertentu (diksi) membawa implikasi dan ideologi. Kedua; Theo Van Leewen (1986). Menganalisis pada deskripsi tentang aktor sosial dalam wacana dengan memanfaatkan pandangan sosiosemantis, serta bagaimana aktor sosial ditampilkan dalam suatu teks atau pesan. Ketiga; Sara Mills (1992). Analisis kritits yang memperhatikan feminisme. Bagaimana wanita ditampilkan dalam teks atau berita. Millsjuga mengkaji bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan diri dalam penceritaan teks. Keempat; Norman Fairclogh (1996). Bahasa ditempatkan sebagai praktik kekuasaan. Karena itu analisis Fairclogh melihat bagaimana kajian atas teks, bagaimana teks diproduksi (analisis produksi) dan sosiokultural. Kelima; Teun Van Dijk (1998). Melihat ideologi pada wacana secara sosiokognitif. Menekankan nilai-nilai yang ada dimasyarakat menyebar dan diserap oleh kognisi pembuat teks hingga akhirnya dipakai untuk memproduksi sebuah teks (Eriyanto, 2011) Pada perkembangannya analisis wacana pada intinya diharapkan memberikan konstribusi dalam mengakomodir kajian kritis terhadap teks-teks yang dikosntruksikan tidak proposional oleh pembuat dan atau pengirimnya.
Sebagaimana dikutip dari Van jik, wacana diposisikan sebagai bangunan teoritis yang abstrak. Karena sebuah teks (baik titutur atau titulis) merupakan hasil produksi yang harus diteliti kembali (Abdul Rani, 2004:4). Artinya, suatu teks tidak mampu merepresentasikan maksud dari penyampainya secara sempurna. Pesan menjadi bermakna atau tidak berada pada pemaknaaan penerimanya atau pemberi
Jurnal Askopis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 17-30 21
makna. Pada bagian ini, Branston mengungkapkan teori ‘Meaning and Media’, bahwa ada interpretasi yang berbeda bagi setip pembaca atau penerima teks (Gill Branston, 2003: 9-33).
Sedangkan analisis wacana Van Djik dapat dipahami sebagai sebagai proses terbentuknya struktur dan terbentuknya sebuah teks. Adapun penjelasan teori tersebut meliputi tiga elemen yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Pertama; teks: teks meliputi beberapa hal yaitu; 1) Tematik. Ttema atau topik yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan. 2) Skematik. Alur atau skema yang disusun dari awal sampai akhir hingga membentuk suatu kesatuan makna. 3) Semantik. Dipahami sebagai terbentuknya makna yang terdiri dari satuan leksikal dan gramatikal. 4) Sintaktis. Struktur teks yang kemas berdasarkan adanya koherensi dan kata ganti tertentu. 5) Stilistik. Merupakan ketentuan pengirim pesan dengan menggunakan bahasa sebagai sarana menyampaikan maksud. dan 6) Retoris. Dipahami sebagai gaya menyampaikan teks/pesan yang berfungsi persuasif agar mudah difahami penerima. Kedua; Konteks sosial; ini merupakan faktor yang mempengaruhi seuatu teks atau cerita yang berasal dari luar. Biasanya berkaitan dengan struktur sosial an pengetahun yang sedang berkembang dalam ranah publik. Ketiga; Kognisi sosial; proses produksi teks dengan melibatkan kognisi individu dalam membentuk teks Struktur teks meliputi; teks struktur makro, teks superstruktur, dan teks struktur mikro (Van Djik, 2002: 352).. Secara sederhana tematik merupakan topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu teks. Skematik menekankan bangaimana urutan berita diskemakan dalam teks berita yang utuh. Semantik merupakan makna yang ingin ditekankan dalam teks berita yang meliputi; latar, detil, maksud, praanggapan. Sintaksis merupakan kalimat yang dipilih (adanya koherensi, kata ganti). Stilistik merupakan pilihan kata yang
dipakai dalam teks berita (berupa leksikan, gramatikal dan lainnya). Sedangkan retoris merupakan cara penekanan tertentu dalam intonasi berita (ada ekspresi, metafora, grafis dan seterusnya).
Kerukunan Umat Beragama
Kerukunan bisa dipahami sebagai sebuah kehidupan bersama yang damai aman dan nyaman. Terjalinnya interksi antara individu satu dengan lainnya saling mendukung terhadap kesepakatan,kerelaan bekerjasama demi kepentingan bersama yang lebih baik (Zainuddin, 2001:67). Pentingnya menjaga dan melestarikan kerukunan umat beragama bagi bangsa Indonesia ini ditengah kehidupan masyarakat yang majemuk menurut alamsyah demi terciptanya dan terpeliharanya stabilitas sosial untuk keberhasilan serta memperlancar pembangunan (Alamsyah, 1982: 46). Ridwan Lubis memaknai kerukunan adalah proses tercipta dan terpeliharannya pola-pola interaksi yang beragam diantara unit-unit atau sub sistem yang otonom. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap saling menerima, saling mempercayai, saling menghormati, menghargai, dan saling memaknai kebersamaan (Ridwan, 2005: 7).
Karena itu, negara juga memberikan andil besar dalam menciptakan suasana tertib diantara pemeluk agama melalui kebijakan-kebijakannya. Termasuk dalam undang-undang 1945 jelas dikemukan pada pasal 29 ayat 1 dan terutama ayat 2’ dimana Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Begitu pula yang ditetapkan dalam TAP MPR No. II/MPR/1978, dijelaskan “Dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Karena itulah muncul pula istilah tri kerukunan hidup umat beragama yaitu “Kerukunan antar sesama umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan umat beragama dengan pemerintah” (Depag, 1989)
Kerukunan umat beragama menurut penelitian ismail akan tumbuh dengan baik ketika agama diberi ruang untuk berdialog dalam ruang budaya tanpa ada unsur paksaan dari pihak lain. Melalui dialog pula akan tumbuh kedewasaan beragama, yakni kesanggupan untuk saling menghormati perbedaan keyakinan dalam beragama (Arifuddin, 175-186) Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam mewujudkan kerukunan kehidupan bergama di Indonesia. Pada akhinya. adanya peran pemerintah melalui pembentukan forum kerukunan umat beragama (FKUB), tataran formal ini cukup memberikan wadah kerukunan umat beragama, menempati posisi sebagai penengah, pemberi informasi, dan membawa suasana kerukunan. Kendati demikian, pemerintah harus terus berupaya mengawasi,mengevaluasi dan terus melakukan optimalisasi dalam menciptakan suasana berkehidupan antar pemeluk agama dengan penuh ketenangan dan kedamaian.
Agama Islam pada masa Rasulullah SAW. Telah mengajarkan dan mencontohkan bagaimana sebuah kerukunan antar umat beragama bisa direalisasikan dengan proporsional. Seperti yang tercatat dalam sejarah tentang piagama madinah. Piagam Madinah isinya berupa kalimat tersusun dalam Sirah Al-Nabiyy Ibnu Hidyam, yang tersusun secara bersambung dan tidak terbagi atas pasal-pasal.naskah itu dimulai dengan kalimat Basmalah yang disusul dengan rangkain kalimat berbentuk prosa (Sukarja, 1995: 45). Sebagaimana yang ditulis Marzuki pasal 25 piagam madinah menyatakan ‘kaum Yahudi dan Bani ‘Auf adalah salah satu umat dengan kaummukmin. Bagi kaum
Yahudi (bebas memeluk) agama mereka dan bagi kaum muslim (bebas memeluk) agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga” (Marzuki, 1-17) Ini merupakan jaminan masing-masing pemeluk agama untuk melaksanakan ajaran agamanya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Piagam ini senada dengan kandungan surat al-kafirun ayat keenam yang menegaskan tentang kebebasan masing-masing agama terhadap ajarannnya tanpa ada rasa saling memaksa.
Menurut, Munawir Sjadzali dalam Marzuki, bahwa ada dua halpon penting dalam piagam madinah, yaitu ; semua pemeluk agama islam merupakan satu komunitas (umat) walaupun berasal dari suku yang banyak (seperti dalam pasal 1-10, 23-35, 39-42). Kedua; hubungan islam dengan komunitas lainnya didasarkan pada prinsip untuk ‘bertetangga dengan baik’ pada pasal 11. Prinsip tentang ‘saling membantu dalam menghadapi musuh terdapat pada pasal 12,14, 15, 17, 18, 19, 20,22,36,37, 38, dan 43-47. Sedangkan ‘membela mereka yang teraniaya atau kaum lemah yang terdholimi’ terdapat pada pasal 13, 16, dan 21.‘saling menasehati’ pada pasal 37. ‘menghormati kebebasan beragama pada pasal 15, 16,25-35 dan 40 (Marzuki, 1-17). Semua aspek selain ibadah ritual bagi seorang pemeluk islam sudah diatur sedemikian rupa hubungannya dengan penganut agama lain. Inilah esensi dalam beragama yang harus dilakukan setiap pemeluknya, yakni menjalankan semua perintah dan memberikan keteladanan baik bagi sesama.
Media Internet (Online)
Sejak internet ditemukan dan dikembangkan di Amerika, di Indonesia internet tahun 1996, sejaksaat itu Internet memberikan dampakyang pesat dibidang usaha. Bisnis baru seperti warung internet pun banyak bermunculan, baik di daerah perkotaaan maupun di pedesaan.
Jurnal Askopis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 17-30 23
Perkembangan internet memunculkan berbagai macam jenis media baru atau media sosial (jaringan sosial). Setiap media sosial memiliki kelebihan dan kekurangan serta pangsa pasarnya sendiri. You tube sebagai salah satu media sosial dikembangkan kisaran tahun 2005. Steven Chen, Chad Hurley dan Jawed Karim menjadi pelopor penemuan tersebut. Melalui sebuah video berjudul “me in the zoo” yang di unggah melalui www.youtube.com kemudian menjadi perhatian masyarakat sekitar. Hingga kemudian secara resmi di upload ke publik pada april 2006 dan menarik masyarakat maya dengan mengunggahnya. Tidak kurang dari 65 ribu orang, bahkan tercatat sekitar 1 juta wibsiter berkunjung ke website tersebut.
Media jejaring sosial melalui internet memang menjanjikan banyak hal.artinya semua informasi ‘hadir dan disuguhkan dengan lengkap’ tanpa terkesan ada kendala. Masyarakat di Indoensia menurut penelitian Fazlur Rahman (2011), dari 150 informan yang diwawancarainya, terdapat beberapa poin kegiatan yang paling menonjol, yaitu; beraktivitas di jejaring sosial, membaca berita, emailing, chatting, blogging, disamping bermain game online, belanja online,mendowndload/menonton video di you tube, download ebook, mendengar/mendownload lagu, diskusi online dan seterusnya (Fadlurrahman, 2011:73-74). Dalam penelitiannya memang disebutkan bahwa orang-orang didunia maya lebih mementingkan pesan dari pada penyampainnya. Perinciannya yakni 57 % menyatakan lebih mementingkan sebuah pesan dari pada penyampainya, 11 % mementingkan penyampai pesan, dan 27 % menyatakan pesan dan penyampainya sama-sama penting (fadlurrahman, 186). Artinya, media sosial bukan hanya merubah paradigma berpikir penggunanya. Adanya pesan-pesan di media akan menjadi menarik hati pembaca atau penggunanya bila didasarkan pada olahan kata dan kalimat
yang menarik hati pembacanya. Apalagi media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dengan audio-visual yang menantang para penontonnya.
You tube merupakan salah satu hasil konvergensi media yang disebut dengan web series. Web serius ini berupa konten audio visual (video) yang menggabungkan antara televise dan internet, penyiaran broadcasting dan narrowcasting, media transmisi dan perekam,sehingga menjadikan web series ini mencakup jaungkauan luas seluas internet itu sendiri. Di Indonesia, websiries semakin marak sejak 2012, ketika web series malam minggu miko karya Raditya Dika dirrilis you tube. web series pertama yang hadir bertema LGBT (Lesbian,Gay, Biseksual dan Transgender) yang diunggah dengan judul CONQ. Web series ini lahir sebagai formai visual website melalui alamat http;www.youtube.com/user/CONQwebser ies (Danasti, 2015).
Di Indonesia, media sosial youtube juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Kelebihannya dalam menyuguhkan audio visual membuat para pengguna media online pun merasa terpuaskan. Dalam semua aspeknya, video yang diunggah oleh media-media massa seperti televisi pun kemudian mendapatkan tempat tersendiri dikalangan masyarakat, praktisi dan akademisi. Bagi industri media, youtube bisa dikategorikan sebagai media penyimpanan ‘pengiklanan’ sebuah produksi siaran televisi. Rekaman video apapun bisa diunggah dalam kurun/durasi waktu yang diinginkan. Sehingga bisa dengan mudah diakses dan ditonton oleh pengunjungnya kapan pun dan dimanapun. Disinilah tugas penyampai pesan menyajikan berita atau teks yang relevan tengan topik penting bagi kalangan masyarakat luas. Topik itu bisa berupa pendidikan, khusus tentang wacana ekonomi, kerukunan beragama di Indoensia, dan seterusnya. Semua topik disuguhkan kepada masyarakat pembaca, penonton,
pendengar dengan penyajian pesan yang bagus dan menarik. Baik itu dilakukan melalui media online yang menyajikan berita secara visual (media cetak online), atau menyajikan berita dengan audio (rekam) online, seperti radio streaming, ataupun audio-visual seperti media sosial youtube.
Analisis Pemberitaan ‘Kerukunan Umat beragama’ di Media Online
Pemberitaan atau wacana tentang ‘kerukunan hidup beragama’ di Indonesia terus menerus digulirkan baik oleh kalangan pemerintah ataupun tokoh agama bersama masyarakat. Hal itu dilakukan sebagai wujud pengamalan dari tri kerukunan hidup beragama demi menjada harmonisasi kehidupan beragama antargenerasi dimasa mendatang. Adapun pemberitaan mengenai wacana kerukunan umat beragama di Indonesia yang ada di media online penulis memilih kurun waktu antara bulan April-Juni 2016.
Pertama, Pemberitaan online 16 April 2016
Struktur Makro: Tematik
Tema yang diangkat dari pemberitaan ini adalah pihak pemerintah yang direpresentasikan melalui keberperanan pemerintah daerah kota Bekasi mendeklarasikan kerukunan umat beragam. dimana beberapa elemen baik pemerintah maupun jajaran lainnya yang ada di Bekasi dilibatkan. Tema sangat jelas terlihat dalam pragraf pertam yang ditulis pewarta, “Kota bekasi menjadi kota yang pertama mendeklarasikan kerukunan umat. Berkumpulnya mereka sebagai peringatan ‘deklarasi kerukunan umat beragama kota Bekasi’.
Struktur makro berkaitan dengan tema mengenai pemberitaan kerukunan hidup beragama yang diberitakan terkait dengan kemajemukan rakyat Indonesia. Pemberitaan selain langsung terkait dengan tri kerukunan umat beragama juga terkait dengan tema bhinneka tunggal ika. Hal itu tampak dalam kalimat ‘Acara yang juga
dihadiri oleh walikota bekasi, kapolresta bekasi, anggota dprd kota bekasi serta jajaran pejabat lainnya berlangsung meriah. Perpaduan budaya dan keragaman agama ditampilkan disini’. Beberapa pernyataan lainnya, juga mengungkapkan tema tentang pentingnya menjalin ‘persatuan dan kesatuan’. Hal ini, tampak dari kalimat ‘Kita sebagai bangsa Indonesia harus saling menghormati, mayoritas harus menghormati yang minoritas begitu pula sebaliknya yang minoritas harus menghormati yang mayoritas’.
Teks dalam paragraf tersebut jelas menunjukkan bahwa pemberitaan ini, menunjukkan keseriusan media membumikan kegiatan yang digelas pemerintah dalam mewujudkan kerukunan umat beragama bukan hanya sebatas slogan dan anjuran saja. Melainkan ada hal konkrit yang ditunjukkan dengan sebuah aksi atau kegiatan-kegiatan positif. Bahkan pemberitaan juga mengutip pernyataan dari wakil anggota dewan setempat. Sebagaimana ditulis pada paragraf ke-3 “Deklarasi ini diharapkan menjadi pemersatu umat beragama di kota bekasi. Kita sebagai bangsa Indonesia harus saling menghormati, mayoritas harus menghormati yang minoritas begitu pula sebaliknya yang minoritas harus menghormati yang mayoritas’ ujar Andrianto Hendra.
Super Struktur: Skematik
Pemberitaan pada paragraf pertama, isi beritanya dimulai dengan deskripsi mengenai kegiatan yang dilakukan distadion dengan kepesertaan yang jumlahnya ribuan orang. Bagaimana panitia penyelenggara mengumpulkan mereka dengan semangat kerukunan yang harmoni. “Kota bekasi menjadi kota yang pertama mendeklarasikan kerukunan umat beragama sekitar 62.000 orang memenuhi stadion patriot kota bekasi pada sabtu (16/4). Ribuan orang ini adalah gabungan dari berbagai sekolahan agama dan institusi keagamaan lainnya di seluruh kota bekasi.
Jurnal Askopis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 17-30 25
Berkumpulnya mereka sebagai peringatan ‘deklarasi kerukunan umat beragama kota bekasi’.
Melalui pemberitaan itu, bisa dipahami bagaimana kegigihan penyelenggara dalam mempersiapkan kegiatan deklarasi tersebut jauh hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Kalimat-kalimat yang dipilih oleh pewartanya dengan menyebutkan jumlah kehadiran peserta yang fantastis, yaitu 62.000 orang. Dimana keterwakilan institusi keagamaan dari berbagai lembaga pendidikan pun juga dilibatkan dalam deklarasi tersebut. Bahkan paragraf pertama ini diperkuat dengan pemberitaan diparagraf berikutnya mengenai jajaran pemerintahan. “Acara yang juga dihadiri oleh Walikota Bekasi, Kapolresta Bekasi, anggota DPRD Kota bekasi serta jajaran pejabat lainnya berlangsung meriah. Perpaduan budaya dan keragaman agama ditampilkan disini.” Bahkan sebagai bagian dari representasi ideologi Negara, paragraf terakhir atau paragraf keempat dalam pemberitaan ini ditutup dengan korelasinya dengan salah satu pancasila sebagai landasan ideology Negara. “Semoga apa yang diupayakan pemerintah menegakkan sila ke 3 pancasila ini dapat berjalan sesuai harapan”. Menariknya juga pewarta mencantumkan paragram sebelumnya yang ingin memberikan konstruksi positif bagi pendengar atau pembacanya dengan mengutip pernyataan yang disampaikan oleh anggota dewan dari fraksi pks Andrianto hendra. Hal ini terlihat jelas pada paragraf ketiga, yaitu “Deklarasi ini diharapkan menjadi pemersatu umat beragama di kota bekasi. Kita sebagai bangsa Indonesia harus saling menghormati, mayoritas harus menghormati yang minoritas begitu pula sebaliknya yang minoritas harus menghormati yang mayoritas”
(www.youtube.com/watch?v=pmkiGUSUp Uc). Disini menunjukkan betapa media pemberitaan online memiliki keunggulan
tertentu seperti up to date, praktis, realtime, data tersimpan diserver, memiliki akses link dan lainnya (John, 2008: 286). Ditambah realitas masyarakat masakini yang ‘berloma’ memperbarui alat komunikasi dengan mengkonsumsi produ-produk baru yang lebih canggih.
Kedua, Pemberitaan di media online tanggal 05 Juni 2016
Struktur Makro: Tematik
Pemberitaan di media online www.metronews.com ini diupload pada ahad 5 Juni 2016. pemberitaan terkait kerukunan umat beragama yang ada di malang Jawa Timur. Melalui judul pemberitaan “Sambut Ramadan, Umat Hindu dan Islam di Malang Bersih Makam”, pewarta menyampaikan engelnya melalui pernyataan kepala desa yang dikutip dan disuguhkan pada paragraf ke tiga, yaitu Menurutnya, “tradisi ini dinilai baik dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Kebersamaan membersihkan makam dan kampung diumumkan pada saat jemaah tahlil untuk umat Islam dan Pura untuk umat Hindu.” Dengan demikian, pernyataan yang dikutip oleh pemberi pesan tersebut menjadi jelas tema yang menjadi konstruksi dalam teksnya.
Selain itu, pada paragraf pertama dalam pemberitaan tersebut, pewarta mengkosntruksi beritanya dengan menyampaikan topic menarik mengenai tradisi turun temurun yang terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat. Bahwa sejak dulu kakek nenek mereka dilingkungan itu telah melakukan tradisi gotong royong setiap jelang ramadhan, sebagaimana yang ditulis pada paragraf pertama “Cipto mengakui tradisi tersebut sudah rutin dilakukan secara turun temurun, baik menjelang puasa atau sebelum Nyepi. Warga yang ikut bersih-bersih tidak hanya umat Islam, tapi juga umat Hindu.” Disinilah nilai berita ditampilkan sebagai sesuatu yang memiliki kedekatan dengan pembacanya, selain adanya kesegaran dalam peristiwa atau kejadian yang masih hangat. Baik terkait kedekatan pikiran,
perasaan dan atau kejiwaan seseorang terhadap suatu objek (Suhaemi & rulli, 2009: 31). Artinya, bahwa keberadaan teks yang mengemukakan tentang berita kerukunan menjadi penarik minat emosional masing-masing pemeluk agama, sehingga hal itu sangat mudah untuk segera dicerna dan dipahami oleh pembacanya.
Superstruktur: Skematik
Pemberitaan yang dikemukakan mulai paragraf pertama lebih menitikberatkan pada unsure who dan where serta when disbanding lainnya. Hal ini terlihat dengan kalimat yang dipilih yaitu “Jelang bulan suci Ramadan, warga Dusun Karang Tengah, Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur melangsungkan gugur gunung atau bersih-bersih makam dan kampung, Minggu 5 Juni.” Inilah salah satu bentuk kerukunan yang menjelaskan betapa masih kuat perilaku masyarakat didaerah yang memegang teguh kerukunan melalui kegiatan sosial. ”Umat Islam dan Hindu hidup rukun dan kompak, jadi saling menghormati di dusun ini,” kutipan dalampernyataan yang menguatkan kegiatan yang dilakukan antar pemeluk agama di daerah malang. Selanjutnya, skema yang dipilih oleh pewarta dalam merekonstruksi peristiwa yang telah dipahaminya, dengan menunjukkan kegigihan masyarakat dalam melakukan aktivitas tersebut.
Menurutnya, tradisi ini dinilai baik dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Kebersamaan membersihkan makam dan kampung diumumkan pada saat jemaah tahlil untuk umat Islam dan Pura untuk umat Hindu.“Kami bersyukur di desa kami kerukunan dijunjung tinggi, tidak membeda-bedakan latar belakangnya,” ujarnya.Salah satu umat muslim, Wasis, menilai, membersihkan makam tidak sekadar kegiatan tahunan. Namun erat kaitannya hubungan antar manusia,
sosial. Bahkan, Masjid dan Pura bersebelahan di dusun ini. Ia menceritakan, saat warga muslim menjalani puasa, warga Hindu menghormati. Warga muslim pun beranjangsana ke rumah umat Hindu.”Agama kan tidak memaksakan, tidak ada masalah. Gugur gunung ini jadi bukti kami hidup rukun dan saling menghormati. Jika sebelum Nyepi, kami umat muslim juga ikut bersih-bersih, dan sebaliknya. Malu jika tidak ikut gugur gunung,” ungkap dia. (san) (http://ramadan.metrotvnews.com) Melalui skematika pemberitaan itu, selain itu juga ingin menyampaikan tema tentang ‘saling mencintai, menghormati dan menyayangi antarsesama mahkluk’. Tema lainnya adalah ‘pengamalan ibadah puasa bagi muslim’. Bentuk kerukunan ini sebagaimana yang dikemukakan oleh pemerintah bahwa hidup rukun itu terciptanya suasana baik dan damai, tidak bertengkar, bersatu hati dan bersepakat antar umat yang berbeda agamanya atau antar umat dalam satu agama (Depag, 2005: 6). Sedangkan pada pemberitaan pada tanggal 05 Juni 2016, pemberitaan di media Antara.news berjudul ‘Masyarakat Gembira Awal Ramadhan Serentak’, memberitakan kondisi masyarakat di Sampit Kalimantan Tengah ini bertemakan ‘kepatuhan terhadap pemimpin’. Struktur makro (tematik) mendeskripsi mengenai gambaran pemberitaan lebih dominan mengenai harapan adanya persatuan dan kesatuan antara masyarakat di tengah perbedaaan berkepanjangan yang terjadi menjelang penetapan awal ramadhan. Ini terlihat jelas pada paragraf pertama pada pemberitaan "Syukur awal Ramadhan bisa bersamaan jadi makin terasa semaraknya. Sering itu kan berbeda, jadi terasa kurang lengkap karena ada yang sudah berpuasa, tapi ada juga yang belum. Kalau tahun ini semua serentak," kata Amelia (http://www.antaranews.com).
Jurnal Askopis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 17-30 27
wacana yang menarik bahwa kepedulian pejabat pemerintahan setempat yang diwakili oleh Wakil Bupati. Pemberitaan ini juga menjelaskan tentang makna ‘hukuman’ terhadap tempat usaha seperti warung atau rumah makan yang tetap membuka tokonya, karena hal itu sudah menjadi aturan yang ditetapkan karena ingin menghargai bulan puasa. Sebagaimana yang dijelaskan melalui superstruktur (skematik) mengenai pemberitaan yang dibahasakan dengan gaya bahasa simpatik dan diplomatik.
"Mudah-mudahan awal Ramadhan dan Idul Fitri di tahun-tahun berikutnya juga bisa serentak seperti ini. Rasanya ada yang kurang saja kalau sampai terjadi perbedaan walaupun sebenarnya itu tidak masalah karena sama-sama ada dasarnya," ucap Amelia.Sementara itu, untuk menyemarakkan tibanya Ramadhan, umat Islam di Sampit menggelar pawai pada Minggu siang. Ratusan warga dari berbagai elemen masyarakat ikut berkonvoi menggunakan kendaraan roda empat dan roda dua dengan hiasan bernuansa Islami.Wakil Bupati HM Taufiq Mukri mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kerukunan hidup beragama yang selama ini sudah tercipta dengan baik. Toleransi antar pemeluk agama harus terus dijaga, tidak terkecuali saat tibanya bulan suci Ramadan ini."Rumah makan dan warung makan diharapkan tidak buka pada siang hari. Kalau pun buka di tempat tertentu maka harus tertutup. Kita hargai warga yang berpuasa," harap Taufiq.
Sedangkan pemberitaan pada 3 Juni 2016, yang berjudul JK: ramadhan tetap rukun dan saling menghormati’. Pada pemberitaan ini tema yang ingin diangkat mengenai ‘kerjasama antar organisasi keagamaan’.dimana masing-masing organisasi (NU-Muhammadiyah) saling menghargai perbedaaan prinsip dalam
menentukan awal bulan ramadhan. Paragraf pertama tersebut berupa kalimat “Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, kerukunan antar umat beragama harus tetap terjaga pada bulan Ramadan. "Saya ingin menyampaikan selamat memasuki bulan Ramadan, selamat berpuasa kepada seluruh umat Islam. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT, kepada yang tidak berpuasa tentu harus saling menghormati, juga yang puasa menghormati yang tidak puasa," ujar JK di Istana Wakil Presiden, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (3/6/2016). Melalui pemeberitaan ini JK meyakini perbedaan cara penentuan awal Ramadan yakni dengan hisab dan rukyat tidak akan mengganggu kerukunan umat. Sebab kondisi tersebut sudah pernah terjadi” (https://news.detik.com). Pewarta sangat lihai dalam mendeskripsikan tema dengan kronologi penjelasan engel yang mengantar pembaca lebih dewasa menanggapi semua perbedaan yang dimunculkan oleh organisasi masyarakat di Indonesia. Karena perbedaan tersebut bila tidak disikapi dengan serius oleh pemerintah maka tidak merefleksikan mediasi yang komprehensif dalam pemberitaan yang ada dimedia. Disinilah tampak sekali media sebagai pengontrol keadaan yang terjadi ditengah kehidupan masyarakat.
Tema lain yang ingin diangkat terkait ‘Menghormati kebijakan pemerintah melalui Kementerian Agama”. Artinya, walau bagaimanapun organisasi keagamaan yang telah menentukan hari awal ramadhan tetap menunggu keputusan siding isbat yang telah dikeluarkan oleh kementerian agama. Hal tampak pada paragraf terakhir yaitun“Itu kita mengalaminya juga sekian lama tapi tidak apa-apa karena itu ibadah soalnya. Ibadah itu susah saya berusaha untuk mengompromikannya. Lebih banyak juga pihak juga tidak setuju dikompromikan. Tak apa-apa biar ini berjalan nanti kan rukun-rukun saja. Kalau perbedaan awal Ramadan tidak terlalu kelihatan kan," imbuhnya. Terkait awal
puasa, Kementerian Agama akan menggelar sidang itsbat pada Minggu 5 Juni. Kemenag akan menerima laporan dari para petugas yang ditugaskan di sejumlah titik di seluruh wilayah untuk memantau hilal. (fdn/hri) (http://news.detik.com). Pada skemati pemberitaan pewarta mencatumkan peran pemerintah melalui keberperanan wakil presiden dalam mengawal penentuan awal ramadhan dengan baik dan serius.
Pemberitaan pada 27 Mei 2016, berita yang dikeluarkan oleh Republika.co.id, berjudul ‘Ikut Forum Islam di Dunia di Iran, Indonesia Dorong Kerukunan’. Berita ini memiliki tema penting terkait ‘keberperanan pemerintah dalam kancah Internasional’. Pemberitaan mendeskripsikan bagaimana kemajuan yang ada di Indonesia terkait kerukunan umat beragama, sehingga pemerintah bisa ikut berpartisipasi dalam memberikan tips dan trik menjaga kerukunan hidup antar pemeluk agama ditengah masyarakat yang majemuk dan pluralis. Dimana keberadaan tokoh agama menjadi kunci dalam menetralisir terjadinya konflik ditengah masyarakat.
Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya kerukunan hidup antarumat beragama pada Forum Islam Dunia ke-7 di kota Yazd, Iran, 24-25 Mei. Duta Besar RI untuk Iran Octavino Alimudin mengatakan, berdasarkan pengalaman Indonesia dalam menjaga kerukunan antar umat beragama, pemerintah, pemimpin agama dan pemangku adat harus memiliki sikap bersama mencegah berbagai bentuk kerawanan sosial. "Untuk menjamin kerukunan hidup antarumat beragama diperlukan forum komunikasi antarumat beragama, reaksi cepat dan terpadu dalam merespons dan menanggapi berbagai insiden," ujar Dubes Octavino dalam rilis yang disampaikan. http://khazanah.republika.co.id) Sedangkan pada pemberitaan 29 Mei 2016, melalui judul yang dipilih ‘ menteri
agama canangkan zona integritas kerukunan umat beragama di papua’ (http://m.okezone.com), deskripsi dalam pemberitaan ini, cenderung mengoptimalkan peran pemerintah yang amat serius dalam memberikan wujud konkrit di wilayah yang rawan konflik atau pernah memiliki sejarah yang kelam dalam kerukunan umat beragama. Bahwa penentuan wilayah papua sebagai zona integritas merupakan tema ‘spesialisasi lokasi keteladanan dalam merealisasikan tri kerukunan umat beragama tersebut. Ini juga merupakan “tupoksi tokoh agama’, artinya sebuah keberhasilan yang baik dengan melakukan kerjasama jajaran pemerintah pusat dan daerah dalam merealisasikan tugas-tugas tersebut. Disinilah kegiatan keagamaan melalui MTQ menjadi wadah dalam silaturrahmi bersama jajaran pemeluk agama.
PENUTUP
Pemberitaan yang diberitakan oleh media massa online baik melalui you tube, media cetak online; metronews, antaranews, detik.com, republika, okezone.com dan lainnya memberikan kesamaan yang sinergitas dalam menjaga toleransi beragama, sekaligus menepis intoleransi di Indonesia. Wacana-wacana yang diangkat dalam semua pemberitaan tetap mengindikasikan kekuatan tri kerukunan hidup beragama di Indonesia di seluruh wilayah, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Tradisi gotong royong dan kerjasama antara masyarakat tetap terjalin dari masa kemasa. Bahwa keberadaan masyarakat yang majemuk dengan beraneka suku, ras, etnis dan agama bukan menjadi problema yang berat bagi pemerintah untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan antar pemeluk agama dengan pemerintah. Kinerja pemerintah terwujud dalam berbagai kegiatan yang berkesinambungan secara serius baik yang dilakukan langsung oleh pemerintahan pusat maupun oleh pemerintahan di daerah.
Jurnal Askopis Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 17-30 29
Media sosial haruslah tetap menjadi prioritas dalam memberikan peran yang konstruktif bagi kemajuan masyarakat Indonesia dimasa-masa mendatang. Mengingat masih banyaknya peristiwa yang telah menjadi agenda rutin setiap agama dalam memperingati hari-hari besar agamanya. Jangan sampai terjadinya kesalahpahaman dalam memberikan dokrinasi norma agama kepada generasi muda mendatang disalahpahami hingga menimbulkan perilaku menyimpang dan mengganggu proses toleransi hidup beragama yang harmoni. Jangan sampai media-media massa yang berkembang menjadi alat bagi oknum-oknum tidak bertanggungjawab dalam memicu kerukunan hidup beragama tersebut. Disinilah pentingnya, kesadaran total bagi pemberi pesan (wartawan, penulis, reporter, kameramen dan lain-lain), dalam memberikan pesan-pesan yang dinamis, tidak ambigu dan destruktif. Demi menjaga masa depan kehidupan masyarakat yang harmonis dan sinergis antara mayoritas dan minoritas, antara pemimpin dan yang dipimpin, antara yang kuat dan yang lemah, dan seterusnya sampai masa berakhirnya Negara bangsa dan agama pada saatnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Ezumah, Bellarmine. 2013. “College Students’ Use of Social Media: Site Preferences, Uses and Gratifications; Theory Revisited” International Journal of Business and Social Science, Vo l. 4 No. 5 (May 2013), www.ijbssnet.com
Ayu Rizqi Maharani. 2014.. Prima. Media Sosia Dan Gaya Komunikasi, jurnal komunikator, vol. 5. no. 1 Mei 2014 Almansa, A., O. Fonseca and A. Castillo, “Social Network and Young People: Comparative study of facebook between Colombia and Spain,” Scientific Of Media Education, Communicar, n. 40, v. XX, (Maret 2013
http://www.comunicarjournal.com DOI: http://dx.doi.org.
Aliah Darma, Yoce. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya. 2009. Branston, Gill and Roy Stafford, The
Media Student’s Book. London and New York: Routledge, 2003.
Boyd, Richad. A minefield for youth: the internet . Dissertation: Faculty of Utica College, 2015.
Daulay, M. Zainuddin. Mereduksi Eskalasi Konflik Antarumat Beragama di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, 2001.
Departemen Agama RI, Pedoman Dasar kerukunan Umat Beragama. Jakarta: Sekretariat Jenderal Departemen Agama Republik Indonesia, 1989. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI, Kamus Besar Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS, 2011.
Faisal Bakti, Andi dan Venny Eka Meidasari, Transetter Komunikasi Era Digital: Tantangan dan Peluang Pendidikan Komunikasi dan Penyiaran Islam, vol. 02, nomor 01, Juni 2012, 1-25. Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya.
---the role of islamic media in the globalization era: between religius principles and values of globalization, the challenges and opportunities, paper presented at rabithah alam islami, Jakarta, 2012. Gibson, William. “Cyberspace: Science
Fiction einer neuen generation” (BookFi.org).
Hamdan, Moh.Yusuf. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba, 2009.
Hidayat, Wicack. “Pengguna Internet Indonesia Nomor 6 Dunia”, www.tekno.kompas.com
Haq, Hamka. Jaringan Kerjasama Antarumat Beragama: Dari
Wawancara Ke Aksi Nyata. Jakarta: Titah Andalusia, 2002.
Ismail, Arifuddin. Refleksi Pola Kerukunan Umat Beragama ; Fenomena Keagamaan Di Jawa Tengah, Bali Dan Kalimantan Barat, Jurnal Analisa volume XVII, Nomor 02 Juli-desember 2010, 175-186, dalam www.blasemarang.kemenag.go.id, diakses 01 Juni 2016.
Lubis, Ridwan. Cetak Biru Peran Agama. Jakarta, Puslitbang, 2005.
Littlejohn, Stephen W. dan Karen A. Foss, Theories Of Human Communication. California:Wadsworth, Inc. 1992. Mulyana, Dedy. Kajian Wacana ; Teori,
Metode Aplikasi, Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005.
Myers, Tony. “The Postmodern imaginary in William Gibson’s Neuromancer, Modern Fiction Studies,” Winter 2001. 47, ProQuest, 887.
Marzuki, Kerukunan Antar Umat beragama dalam wacana masyarakat madani: analisis isi piagam madinah dan relevansinya bagi Indonesia.
Oetomo, Dede. Kelahiran An Perkembangan Analisis Wacana. Yogyakarta: Kanisius, 1993.
P Parra, AJ Gordo, SA D Antonio, “Social Research applied to social network: A methodological innovation for the analysis of facebook likes,” Journal Revista Latina De Communication Social, 69 (2014) http://www.revistalatinacs.org Rani, Abdul. Analisis Wacana Sebuah
Kajian. Malang: Bayu Meia, 2004. Rahman, Fadlur. Matinya Sang Da’i,
Otonomisasi Pesan-Pesan Keagamaan di Dunia Maya. Tesis, UIN Syarif Hidayatullah, 2011. Ratu Perwiranegara, Alamsyah. Pembinaan
Kerukunan Hidup Umat Beragama. Jakarta: Departemen Agama RI, 1982.
Rizqi Nabilah, Danasti. you Tube sebagai media ekspresi alternative gay
Indonesia; analisis semiotic gay Indonesia dalam web series CONQ, Yogyakrta, UGM, 2015.
Rozak, A. 2016. Partai Keadilan Sejahtera dalam Pemberitaan Media. Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies 10(1) 1-16
Suhaemi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004. Steven W. LitleJohn, Theories Of Human Communication. Mexico: Wadsworth Publishing, 1999.
Sjadzali, Munawwir. Islam Dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, Dan Pemikiran. Jakarta: UI Press, 1993. Uchjana Efendi, Onong. Komunikasi Teori
dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Van Djik, Teun. Principles of critical Discourse Analysis. London: Sage, 2002.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008. https://www.youtube.com/watch?v=pmkiG USUpUc http://ramadan.metrotvnews.com/khas- daerah-ramadan/Wb7O0A0b- sambut-ramadan-umat-hindu-dan-islam-di-malang-bersih-makam. Miski.05 Juni 2016 13:15 WIB. warga Dusun Karang Tengah, Desa Glanggang, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Jawa Timur melangsungkan gugur gunung. (Metrotvnews.com/Miski) ilustrasi gambar