265
STUDI BATUAN SEDIMEN FORMASI CINAMBO DI DAERAH SUMEDANG,
JAWA BARAT
Praptisih
---Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Kompleks LIPI, Jl. Sangkuriang Gd # 70, Bandung 40135
praptie3103@yahoo.com
ABSTRAK
Dengan dibangunnya waduk Jatigede menyebabkan Sungai Cinambo salah satu tempat Formasi Cinambo tersingkap akan terendam air waduk dan adanya perberbedaan pendapat beberapa peneliti terdahulu tentang umur Formasi Cinambo, sehingga perlu dilakukan penelitian batuan sedimen Formasi Cinambo di daerah Sumedang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik, umur dan lingkungan pengendapan Formasi Cinambo. Metode yang dilakukan adalah penelitian di lapangan dan laboratorium yaitu mikropaleontologi. Hasil analisis foraminifera plangtonik menunjukkan umur Formasi Cinambo adalah Miosen Tengah berdasarkan kandungan fosil Globorotalia peripheroacuta, Glogorotalia praefohsi, Globorotalia linguaensis, Globorotalia fohsi, Globorotalia menardii, Globorotalia praemenardii, Globorotalia mayeri dan orbulina spp. Foraminifera bentonik pada Formasi Cinambo terdiri dari Gyroidina spp., Cibicides spp., Gyroidina soldani, Bulimina spp, Uvigerina perigina dan sphaeroidina bulloides. Kumpulan fosil bentonik tersebut menunjukkan Formasi Cinambo diendapkan pada lingkungan Upper Bathyal. Berdasarkan cirri-ciri litologi dan struktur sedimen menunjukkan Formasi Cinambo merupakan endapan turbidit.
Kata kunci : Formasi Cinambo, Sumedang, umur, Foraminifera, turbidit, lingkungan pengendapan
ABSTRACT
Due to differences opinion of some previous researchers relating to age of the Cinambo Formation, it is necessary to re-examine sedimentary rock of the Cinambo Formation in the Sumedang area. Research of sedimentary rocks was carried out along the Cinambo and
266
Cisaar rivers in the Sumedang area. The purpose of this research is to study the characteristics, age and depositional environment of the Cinambo Formation. The method used in this study is emphasized on micropaleontological analysis, including research in the field and laboratory Results from the planktonic foraminifera analysis showed that age of the Cinambo Formation is Middle Miocene based on the fossil content namely: Globorotalia peripheroacuta, Glogorotalia praefohsi, Globorotalia linguaensis, Globorotalia fohsi, Globorotalia menardii, Globorotalia praemenardii, Globorotalia mayeri and Oorbulina spp. Bentonic Foraminifera of Cinambo Formation consists of Gyroidina spp., Cibicides spp., Gyroidina soldani, Bulimina spp., Uvigerina perigina and sphaeroidina bulloides. The bentonic fossils fauna shows that the Cinambo Formations was deposited within the Upper Bathyal environment. Based on lithological characteristics and sedimentary structures indicate that the Cinambo Formation represent turbidite deposit.
Keyword : Cinambo Formation, Sumedang, age, Foraminifera, turbidite, depositional environment
PENDAHULUAN
Penelitian karakteristik Formasi Cinambo dilakukan pada tahun 2015 (Kamtono dkk., 2015) sebelum sungai Cinambo direndam air waduk Jatigede. Penelitian dilakukan pada Formasi Cinambo di daerah Sumedang. Penelitian Formasi Cinambo pernah dilakukan Praptisih dkk (2016) dengan penelitian batuan induk Formasi Cinambo di daerah majalengka mempunyai potensi rendah hingga baik membentuk hidrokarbon dan mempunyai kondisi lingkungan pengendapan yang material organiknya berasal dari tanaman darat. Di daerah Sumedang Aswan dkk (2013) melakukan penelitian fosil moluska pada Formasi Kaliwangu dan dapat mengidentifikasi sembilan belas siklus sedimentasi berdasarkan karakteristik lapisan cangkang. Secara umum karakteristik sedimen di daerah ini merupakan endapan turbidit (Koesumadinata dan Martodjojo, 1974). Mulyana dkk, 2012 menyimpulkan bahwa sumber sedimen berasal dari magmatik Oligosen. Umur Formasi Cinambo menurut Djuri (1995) dalah Oligo Miosen sedangkan Djuhaeni dkk (1989) menyebutkan umur Formasi Cinambo N15 (Miosen Tengah –Miosen Akhir). Adanya perbedaan pendapat umur Formasi Cinambo perlu dilakukan penelitian batuan sedimen Formasi Cinambo di daerah Sumedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik ,umur dan lingkungan pengendapan Formasi Cinambo di daerah Jatigede, Sumedang berdasarkan analisis Foraminifera.
267
Penentuan lingkungan pengendapan dengan menggunakan fosil foraminifera pernah dilakukan Hendrizan dkk (2012) di daerah Sukabumi.
LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di daerah Jatigede, Sumedang pada 2 lokasi yaitu lintasan Sungai Cinambo dan Sungai Cisaar. Daerah penelitian dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4, namun untuk menuju sungai harus ditempuh dengan berjalan kaki.
METODE
Metode penelitan ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan karakteristik sedimen Formasi Cinambo di lapangan dan pengambilan conto batulempung untuk analisis laboratorium. Analisis laboratorium yang dilakukan adalah mikropaleontologi untuk menentukan umur dan lingkungan pengendapan berdasarkan fosil foraminifera.
Geologi daerah penelitian
Daerah penelitian termasuk dalam Peta Geologi lembar Arjowinangun skala 1 : 100.000 yang Gambar 1. Peta lokasi penelitian yaitu lintasan Sungai Cinambo (A) dan Sungai Cisaar (B)
268
telah dipetakan oleh Djuri (1995). Stratigrafi dari tua ke muda yaitu Formasi Cinambo, Formasi Halang, Formasi Subang, Formasi Kaliwungu dan Formasi Citalang yang ditutupi oleh endapan volanik Plestosen (satuan breksi terlipat) dan endapan batuan gunung api Kuarter (Djuri, 1995). Formasi Cinambo Anggota Batupasir disusun oleh batupasir grewake, batupasir gampingan, tufa, lempung dan lanau; Formasi Cinanbo Anggota Serpih disusun oleh batulempung dengan selingan batupasir, pasir gampingan dan pasir tufaan. Formasi Halang Anggota Bawah disusun oleh breksi gunungapi bersifat andesit dan basalt, tufa, lempung konglomerat; Formasi Halang Anggota Atas disusun oleh batupasir tufa, lempung konglomerat. Sedangkan Formasi Subang disusun oleh batulempung mengandung lapisan batugamping, abu abu tua. Formasi Kaliwungu disusun oleh batulempung dengan sisipan batupasir tufaan, konglomerat kadang dijumpai batupasir gampingan dan batugamping. Formasi Citalang disusun olehbatupasir tufaan, coklat muda, lempung tufaan, konglomerat, kadang dijumpai batupasir tufaan. Batuan volkanik breksi terlipat disusun oleh breksi volkanik dengan fragmen berkomposi andesit, breksi tufaan, lempung tufaan dan greywake. Endapan gunung api Kuarter terdiri dari breksi lava, lahar dan tufa.
Struktur yang berkembang di arah ini adalah lipatan dan sesar, lipatan berupa sinklin dan antiklin yang melibatkan batuan – batuan berumur Miosen dengan sumbu lipatan berarah Baratlaut – Tenggara yang dipotong oleh sesar mendatar Utara baratlaut - selatan tenggara (Gambar 2).
269
Gambar 3. A. Singkapan greywacke yang dijumpai pada sungai Cinambo, B. Perselingan antara batupasir, batulempung dengan serpih lokasi sungai Cinambo, C. Selang seling antara batupasir, serpih dan batulempung pada bagian atas Formasi Cinambo, D. Batupasir berwarna abu-abu dijumpai struktur sedimen parallel laminasi, silang siur, convolute yang menunjukkan endapan turbidit, E. Ichno fossil pada lapisan lempung di sungai Cinambo, F. Urat-urat kalsit pada lapisan batulempung di sungai Cinambo.
A
B
C
D
270
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian karakteristik sedimen Formasi Cinambo dilakukan di 2 lintasan yaitu lintasan Sungai Cinambo dan Sungai Cisaar (Gambar 2).
Lintasan Sungai Cinambo
Stratigrafi Formasi Cinambo pada lintasan Sungai Cinambo paling bawah disusun oleh greywacke (Gambar 3A) dengan perselingan antara batupasir, batulempung dengan serpih (Gambar 3B). Graywacke berwarna abu-abu, kompak, tebal lapisan antara 50 sampai 2 meter. Batupasir berwarna abu-abu, berlapis tipis dengan tebal lapisan 20-40 cm. Batulempung berwarna abu-abu kehitaman dengan tebal lapisan antara 5-20 cm. Serpih, berwarna abu-abu, tebal lapisan antara 10-30 cm, brittle. Diatasnya diendapkan perselingan antara batupasir, serpih dan batulempung (Gambar 3C). Batupasir berwarna abu-abu dijumpai struktur sedimen parallel laminasi, silang siur, convolute yang menunjukkan endapan turbidit sekuen Bouma b-c (Gambar 3D). Bagian atas dijumpai selang seling batupasir, serpih dan batulempung. Pada bagian ini batulempung berwarna abu-abu terang terdapat lebih tebal dan dijumpai ichno fossil jenis Planolites (Gambar 3E) dan urat-urat kalsit (Gambar 3F), gampingan dengan tebal lapisan batulempung sekitar 60 cm. Batupasir berwarna abu-abu, dijumpai struktur sedimen graded bedding dengan tebal lapisan 20-30 cm. Serpih berwarna abu-abu kecoklatan, brittle dengan tebal lapisan 5-20 cm.
Lintasan Sungai Cisaar
Pada lintasan Sungai Cisaar stratigrafi Formasi Cinambo terdiri dari paling bawah greywacke dengan tebal lapisan 50 cm diatasnya dijumpai perselingan antara batupasir, serpih dan batulempung (Gambar 4A). Batupasir berwarna kuning kecoklatan berlapis tipis dengan tebal lapisan 10-15 cm dijumpai urat-urat kalsit. Sepih abu-abu dengan tebal lapisan 10-30 cm. Batulempung abu-abu kehitaman dengan tebal lapisan 50-200 cm. Diatasnya diendapkan selang seling antara batupasir, serpih dan sisipan batulempung. Batupasir dengan warna abu-abu dijumpai struktur sedimen silang, convolute, graded bedding, parallel laminasi dan slump. Struktur sedimen ini menunjukkan endapan turbidit sekuen Bouma a-c. Batulempung berwarna abu-abu dengan tebal lapisan 0,5-20 cm. Pada bagian atas batupasir berwarna abu-abu, tufaan, dijumpai ichnofosil jenis Gyrolites (Gambar 4C) dan ichnofosil jenis Planolites (Gambar 4D) yang menunjukkan kondisi lingkungan yang tenang (Ekdale, et al., 1984). Selanjutnya didapatkan berselingan dengan serpih dan
271
batulempung dengan tebal lapisan berkisar 20-50 cm. Serpih berwarna abu-abu, brittle, dijumpai sisipan kalsit (Gambar 4E). Batulempung berwarna abu-abu dengan nodul-nodul batupasir berwarna kecoklatan (Gambar 4F).
Gambar 4. A. Perselingan antara batupasir, serpih dan batulempung di Sungai Cisaar, B. Stuktur parallel laminasi di Sungai Cisaar, C. Icnofosil jenis Gyrolites dan D. Ichnofosil jenis Planolites pada singkapan batupasir di sungai Cisaar. E. Singkapan serpih dengan sisipan kalsit di sungai Cisaar. F. Singkapan batulempung dengan nodul-nodul batupasir di sungai Cisaar.
A
B
C
D
272
Hasil Analisis Mikropaleontologi
Analisis mikropaleontologi yang dilakukan adalah analisis fosil foraminifera, pengambilan conto batulempung Formasi Cinambo sebanyak 20 conto yang dilakukan pada 2 lintasan yaitu Sungai Cisaar (Gambar 5 ) dan Sungai Cinambo (Gambar 6 ).
Hasil analisis foraminifera plangtonik menunjukkan umur Formasi Cinambo adalah Miosen Tengah berdasarkan kandungan fosil Globorotalia peripheroacuta, Glogorotalia praefohsi, Globorotalia linguaensis, Globorotalia fohsi, Globorotalia menardii, Globorotalia praemenardii, Globorotalia mayeri dan orbulina spp. (Gambar 7) (Blow, 1969). Umur Formasi Cinambo pada penelitian ini berbeda dengan umur Formasi Cinambo dari penelitian Djuri, 1995 yang menunjukkan umur Oligo Miosen (Gambar 2). Penulis sependapat dengan Umur Formasi Cinambo menurut Juhaeni, 1989 adalah Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Hal yang ditunjukkan hasil penelitian Formasi Cinambo pada lintasan S. Cinambo dan S. Cisaar di daerah adalah Miosen Tengah yang merupakan bagian dari Formasi Cinambo yang tersingkap di Sumedang.
Foraminifera bentonik pada Formasi Cinambo terdiri dari Gyroidina spp., Cibicides spp., Gyroidina soldani, Bulimina spp, Uvigerina perigina dan sphaeroidina bulloides (Gambar 8). Kumpulan fosil bentonik tersebut menunjukkan Formasi Cinambo diendapkan pada lingkungan Upper Bathyal (Ingle, 1980).
273
Gambar 6. Lokasi pengamatan dan pengambilan conto batuan di Sungai Cisaar
Globorotalia praemenardi Globorotalia peripheroacuta
274
Globorotalia mayeri Globorotalia praefohsi
Globorotalia menardii
Gambar 7. Foto SEM fosil plangtonik pada Formasi Cinambo di daerah Sumedang
Gyroidina soldani Cibicides spp
275
KESIMPULAN
Hasil analisa foraminifera pada Formasi Cinambo di Sungai Cinambo dan Sungai Cisaar menunjukkan umur Miosen Tengah dan diendapkan pada lingkungan Upper Bathyal. Ciri-ciri struktur sedimen pada singkapan daerah penelitian menunjukkan bahwa Formasi Cinambo merupakan endapan turbidit.
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan selesainya penelitian ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Kapuslit Geoteknologi LIPI sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dan Pejabat Pembuat Komitmen Puslit Geoteknologi LIPI yang telah memberikan kesempatan penelitian sedimen Formasi Cinambo di daerah Sumedang, Jawa Barat. Terima kasih pula kami sampaikan kepada rekan – rekan teknisi Djoko Trisuksmono dan Adde Tatang yang telah membantu pengambilan data di lapangan dan analisis laboratorium Mikropaleontologi. Juga terimakasih kepada rekan-rekan peneliti atas diskusinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aswan, S. Rijani dan Y. Rizal, 2013. Shell bed identification of Kaliwangu Formation and its
sedimentary cycle significance, Sumedang, West Java. Indonesian Journal of
Geology, Vol. 8. No. 1 March 2013 : 1-11. Geological Agency. Ministry of Energy and Mineral Resources.
Uvigerina peregrina
276
Blow, W. H., 1969. Late Middle Eocene to Recent planktonic foraminiferal biostratigraphy:
199-422. In: Proceedings of First International Conference on Planktonic
Microfossils, Geneva, 1967, Eds. Brönniman, P. & Renz, H.H.:422pp.
Djuhaeni & Martodjojo, 1989. Stratigraphy of Majalengka area and relationships with
nomenclature of lithostratigraphy units in Bogor basin, Geologi Indonesia, 12 (1),
227-252.
Djuri, 1995. Peta Geologi Lembar Arjawinangun, Jawa, Skala 1 : 100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Ekdale A. A, Bromely F. G., and Pemberto S. G., 1984. Ichnology, The use of trace fossils in
sedimentology and stratigraphy. Society of Economic and Paleontologist and
Mineralogist. Tulsa. Oklahoma.
Ingle, J. C. Jr., 1980. Cenozoic palaeobathymetry and depositional history of selected
sequences within the southern Californian continental borderland. Cush. Found.
Spec. Publ., 19: 163-195.
Kamtono, Karit L. Gaol dan Dadan Dani Wardana, Praptisih, Djoko Trisuksmono dan Adde Tatang, 2015. Pengukuran metode gayaberat dan penentuan umur Formasi Cinambo berdasarkan fosil foraminifera di daerah Sumedang. Laporan penelitian Puslit Geoteknologi LIPI.
Koesoemadinata, R. P., dan Martodjojo, S., (1974). Penelitian Turbidit di Pulau Jawa. Annual report geology, 1295/74, 12-24.
M. Hendrizan, Praptisih, and P. S., Purna. Depositional Enfironment of Batuasih Formation
on the basis of Foraminifera content : A case study in Sukabumi Region, West Java Province, Indonesia. Indonesian Journal of Geology. Vol 7 No.2 June 2012.
Geological Agency. Ministry of Energy and Mineral Resources.
Mulyana B. dan Watabane, K., 2012. Modal and sandstone Composition of Representative
Turbidite from the Majalengka sub basin, West Java Indonesia. Indonesian Journal
of Geology. Vol 4 No.1 March 2012. P 1-17. Geological Agency. Ministry of Energy and Mineral Resources.
Praptisih dan Kamtono, 2016. Potensi batuan induk hidrokarbon pada Formasi Cinambo di daerah Majalengka, Jawa Barat. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral. Vol. 17 No. 1, Februari 2016. Pusat Survey Geologi. Badan Geologi. Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral.