• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PIL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 297

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PIL

Adelina Pratiwi1, Rhipiduri Rivanica2

Program Studi DIII Kebidanan, STIKES ‘Aisyiyah Palembang1,2

adelina.pratiwi.s.st@gmail.com1

rhipiduri@gmail.com2

DOI: 10.36729 ABSTRAK

Latar belakang: Kontrasepsi pil merupakan salah satu kontrasepsi yang paling terkenal selain kontrasepsi suntik. Umur, paritas, dan pengetahuan juga turut mempengaruhi pemilihan kontrasepsi pil. Wanita yang berumur 20-35 tahun, paritas yang kurang dari 2 orang anak, dan pengetahuan yang buruk cenderung memilih kontrasepsi pil. Tujuan: Untuk mengetahui pemilihan metode kontrasepsi pil berdasarkan umur, paritas, dan pengetahuan ibu. Metode: Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional sectional. Penelitian dilakukan pada bulan September – Desember 2020 di BPM X. Populasi penelitian ini adalah seluruh akseptor kontrasepsi dari Januari – November 2020 berjumlah 921 orang dan sampel berjumlah 30 responden yang diambil secara purposive sampling menggunakan case control dengan perbandingan 15 orang pengguna kontrasepsi pil dan 15 orang pengguna kontrasepsi hormon selain pil. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil: Berdasarkan hasil analisis univariat didapatkan responden yang memilih kontrasepsi pil sebanding dengan responden yang tidak memilih kontrasepsi pil 50%, usia reproduksi muda 63,3%, paritas rendah 76,7, dan pengetahuan baik 60%. Uji chi-square menunjukan variabel umur (p=1.000), paritas (p=1.000), dan pengetahuan (p=0,062) > α = 0,05, menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara umur, paritas, dan pengetahuan ibu terhadap pemilihan kontrasepsi pil. Saran: Diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan agar lebih berperan aktif dalam pemberian penyuluhan keluarga berencana melalui KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi) tentang manfaat, efek samping, dan jenis-jenis kontrasepsi seperti kontrasepsi pil, sehingga ibu dapat memutuskan alat kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi ibu.

Kata kunci: Pemilihan Metode Kontrasepsi Pil, Umur, Paritas, Pengetahuan ABSTRACT

Background: The Pill is one of the most famous contraceptions in addition to injection contraception. Age, parity and knowledge also affects the election of the method of pills. Woman aged 20 to 35 years old, parity is less than two children and poor knowledge are likely to choose pill contraception. Aim: This study is to know the relationship between age, parity, maternal knowledge and the choice of the Pill contraceptive method. Methode: This study uses an analytical survey method with a cross sectional sectional approach. The study was conducted in September – December 2020 at BPM X. The population of this study were all contraceptive acceptors from January to November 2020 totaling 921 people and a sample of 30 respondens who were taken by purposive sampling using case control with a comparison of 15 users of pill contraception and 15 users of hormonal contraception other than the pill. Data analysis used univariate and bivariate analysis with chi-square test. Result: Based on the results of univariate analysis, it was found that respondents who chose pill contraception were comparable to respondents who did not choose pill contraception 50%, young reproductive age 63,3%, low parity 76,7%, and good knowledge 60%. The chi-square test showed that the variables of age (p=1,000), parity (p=1,000), and knowledge (p=0,062) > α = 0,05, showed no significant relationship between age, parity, and mother's knowledge of the choice of contraceptive pill. Suggestion: It is hoped that health workers especially midwives, will have a more active role in providing family planning counseling through CIE (Counseling, Information, and Education) about benefits, side effects, and type of contraception such as pill contraception, so that mothers can decide on contraceptives according to mother health conditions.

(2)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 298

PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menghambat laju perkembangan di berbagai bidang. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) mengajak semua pihak untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk dengan metode keluarga berencana atau kontrasepsi, sehingga diharapkan laju pertumbuhan penduduk menurun menjadi 1,19 pada tahun 2019 (BKKBN, 2017). Keluarga berencana (KB) merupakan program yang bertujuan untuk mengatur dan mengontrol jumlah penduduk dengan cara mengurangi jumlah anak yang dilahirkan oleh perempuan (Marmi, 2016). KB merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), penggunaan alat kontrasepsi, pengaturan kelahiran yaitu 2 anak cukup, jarak usia anak, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil melalui promosi kesehatan, perlindungan, serta bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga kecil yang berkualitas (Kemenkes RI & Gavi, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) (2018) penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin, tetapi terus rendah di Afrika sub-Sahara. Secara global, penggunaan kontrasepsi modern

sedikit meningkat, dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2015. Secara regional, proporsi wanita berusia 15-49 tahun yang melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat secara minimal atau meningkat antara 2008 dan 2015. Di Afrika naik dari 23,6% menjadi 28,5%, di Asia naik sedikit dari 60,9% menjadi 61,8%, dan di Amerika Latin dan Karibia tetap stabil di 66,7%.

Kontrasepsi digunakan oleh sebagian besar wanita yang sudah menikah di hampir semua wilayah di dunia. Pada tahun 2015, 64% wanita usia reproduksi di seluruh dunia menggunakan beberapa bentuk kontrasepsi (Elwadood et al., 2019). Berdasarkan data dari BKKBN pada tahun 2018 jumlah peserta Keluarga Berencana (KB) aktif pada pasangan usia subur di Indonesia sebesar 63,27%. Pemilihan jenis alat kontrasepsi yang terbanyak di Indonesia yaitu suntikan 63,71 % dan pil 17,24 disusul kontrasepsi IUD 7,35 %, implan 7,2 % (Kemenkes RI, 2019).

Berdasarkan data dari profil keluarga Indonesia tahun 2017 dan badan kependudukan dan keluarga berencana nasional tahun 2018, di Indonesia pada presentase peserta KB aktif pil masih menduduki peringkat kedua sebesar 17,24% terbanyak setelah suntik, begitu juga di provinsi Sumatera Selatan 11,60%, setelah suntik (Kemenkes RI, 2019).

(3)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 299 Pil dan suntik adalah cara KB

modern yang paling diketahui oleh masyarakat di semua golongan usia termasuk pada usia risiko tinggi di atas 35 tahun, proporsinya hampir sama baik di perkotaan maupun perdesaan dan diberbagai tingkat pendidikan (Kemenkes RI, 2013). Kontrasepsi oral, yang biasa dikenal dengan Pil KB mengandung hormon, baik kombinasi hormon progestin dan estrogen maupun hormon progestin saja. Pil adalah metode kontrasepsi yang mengandung hormon steroid (progesteron dan estrogen sintetik/progesteron sintetik saja) yang digunakan peroral (Rambe, 2020).

Usia sangat berpengaruh dalam mengatur jumlah anak yang dilahirkan. Periode usia 20-35 tahun adalah periode menjarangkan kehamilan, untuk itu diperlukan metode kontrasepsi yang efektivitasnya cukup tinggi, jangka waktunya lama (2-4 tahun) dan reversibel. Prioritas kontrasepsi yang sesuai yaitu AKDR, suntikan, mini pil, pil, cara sederhana, Norplant (AKBK) dan kontap (Prawirohardjo, 2013). Berbeda dengan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh ibu yang berusia lebih dari 35 tahun. Pada usia ini merupakan fase menghentikan kehamilan sehingga dibutuhkan kontrasepsi dengan kriteria yang lebih tinggi yaitu efektivitas sangat tinggi dan tidak menambah kelainan/penyakit yang

sudah ada (Prawirohardjo, 2013). Usia mempunyai hubungan yang positif dengan pemilihan jenis alat kontrasepsi dimana seiring tingginya tingkat kematangan sistem reproduksi atau usia ibu akan diikuti kenaikkan dalam pemilihan jenis metode kontrasepsi jangka panjang (Indahwati, et

al, 2017).

Pengetahuan berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi pil. Pengetahuan ibu yang tinggi akan lebih berpengaruh terhadap pemilihan alat kontrasepsi. Tingkat pengetahuan yang berbeda-beda dari masing-masing orang, tentu akan menimbulkan persepsi yang berbeda pula tentang alat kontrasepsi. Pengetahuan yang rendah dan persepsi yang salah tentang keluarga berencana dan alat kontrasepsi menyebabkan wanita takut menggunakan alat kontrasepsi (Ngangun,

et al., 2019). Begitupun sebaliknya,

semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin jeli orang tersebut dalam menentukan pemilihan alat kontrasepsi (Prasetyawati et al, 2012).

Paritas adalah jumlah anak hidup yang dimiliki akseptor KB. Jumlah anak mempunyai kaitan erat dengan program keluarga berencana karena dengan mengetahui jumlah anak akseptor dapat diketahui pula tercapainya sasaran program keluarga berencana, selain itu juga berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi. Pada

(4)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 300 umumnya semakin besar jumlah anak yang

dimiliki kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi akan semakin tinggi, hal ini karena jumlah anak yang diinginkan sudah tercapai (Hanna, 2012). Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan penggunaan metode kontrasepsi (Yeni et

al., 2017). Menurut Indahwati, et al (2017)

diperoleh bahwa paritas sedang (2-3 anak) paling banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang dan non metode kontrasepsi jangka panjang. Hasil analisis data didapatkan p value 0,006 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan pemilihan metode kontrasepsi.

Hasil survey lapangan di BPM X tahun 2020 pada 10 peserta KB dengan sasaran Wanita Usia Subur (WUS) ditemukan informasi bahwa, WUS masih banyak yang mengkonsumsi pil KB yang diberikan secara cuma-cuma oleh tenaga kesehatan setempat. Hasil wawancara juga dengan beberapa warga yang termasuk kategori WUS, ditemukan bahwa mereka meminum pil KB setiap hari dan ada kalanya lupa meminumnya. Disamping itu, tujuan mereka mengkonsumsi pil KB hanya untuk menghambat kehamilan. Namun sebagian dari mereka mengaku belum mengetahui dengan jelas tentang tata cara atau metode kontrasepsi dengan pemakaian pil. Permasalahan tersebut

diduga sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan WUS, namun demikian hal ini belum diketahui secara jelas.

Berdasarkan masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pemilihan Metode Kontrasepsi Pil Berdasarkan Umur, Paritas, dan Pengetahuan Ibu”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional

sectional Populasi penelitian ini adalah

seluruh akseptor kontrasepsi di BPM X dari Januari – November 2020 yang berjumlah 921 peserta. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memakai kontrasepsi menggunakan case control yang berjumlah 30 responden dengan perbandingan 15 pengguna kontrasepsi pil dan 15 pengguna kontrasepsi hormon selain pil. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari tahap pertama proses proposal pada bulan September-Oktober 2020 dan tahap kedua pengambilan data serta dilakukannya penelitian pada bulan November-Desember 2020.

Data hasil penelitian didapatkan dengan menyebar kusioner yang telah disetujui dan diisi oleh akseptor KB. Prinsip etik tersebut tercantum pada lembar

(5)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 301

informed consent yang tersedia di awal

halaman. Kuesioner dengan penjelasan bila bersedia responden memberikan tanda tangan pada format yang telah disediakan. Data penelitian diambil dengan menggunakan kusioner yang diadaptasi menggunakan pertanyaan nama, usia, paritas, dan pengetahuan ibu.

Data hasil penelitian dilakukan pemeriksaan dan pengelompokan sesuai kode selanjutnya dilakukan pengkodean dari hasil jawaban pada kusioner. Hasil pengkodean selanjutnya entry data kedalam perangkat komputer dan dilakukan pemeriksaan kembali untuk meminimalisir kesalahan. Data hasil penelitian yang telah dikoreksi selanjutnya dilakukan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel

(usia, paritas, pengetahuan, pemilihan metode kontrasepsi pil), setelah itu dilakukan analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel (hubungan usia, paritas, pengetahuan dengan pemilihan metode kontrasepsi pil) dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan bila p value < α (0,05) maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, bila p value > α (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

HASIL PENELITIAN

Usia, Paritas, Pengetahuan, dan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pil

Bertujuan untuk melihat gambaran masing-masing variabel, dapat dilihat pada tabel 1, Sebagai berikut.

Tabel 1.

Pemilihan Kontrasepsi Pil KB, Umur, Paritas, dan Pengetahuan

No Variabel Frekuensi (f) Presentase (%)

1. Pemilihan kontrasepsi pil

 Ya 15 50  Tidak 15 50 2 Umur  Reproduksi muda 19 63,3  Reproduksi tua 11 36,7 3. Paritas  Paritas tinggi 7 23,3  Paritas rendah 23 76,7 4. Pengetahuan  Baik 18 60  Kurang 12 40 Jumlah 30 100

(6)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 302 Berdasarkan tabel 1 menunjukan

bahwa dari 30 responden diketahui jumlah responden dengan kategori pemilihan kontrasepsi pil sebanyak 15 responden (50%) sebanding dengan responden yang tidak memilih kontrasepsi pil sebanyak 15 responden (50%), pada variabel umur menunjukan usia reproduksi muda lebih banyak sebanyak 19 responden (63,3%) dibandingkan dengan usia reproduksi tua sebanyak 11 responden (36,7%), variabel paritas menunjukan paritas rendah sebanyak 23 responden (76,7%) lebih besar dari paritas tinggi sebanyak 7 responden (23,3%), variabel pengetahuan menunjukan

responden yang pengetahuannya baik sebanyak 18 responden (60%) lebih besar dari responden yang pengetahuannya kurang sebanyak 12 responden (40%). Hubungan Usia, Paritas, Pengetahuan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pil

Bertujuan untuk melihat hubungan bebas dan terikat menggunakan Chi-square dengan tingkat kemaknaan bila p value <α (0,05) maka keputusannya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, dan bila p value >α (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Tabel 2.

Hubungan Usia, Paritas, Pengetahuan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pil

No Variabel

Pemilihan Kontrasepsi Pil

Jumlah P-Value Ya Tidak n % n % n % 1. Umur  Reproduksi muda 9 60 10 40 19 63,3 1,000  Reproduksi tua 6 73.33 5 26,67 11 36,7 2. Paritas  Tinggi 3 20 4 80 7 23,3 1,000  Rendah 12 73,33 11 26,67 23 76,7 3. Pengetahuan  Baik 12 80 6 20 18 60 0,062  Kurang 3 40 9 60 12 40 Jumlah 15 50 15 50 30 100

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 30 responden terdapat 19 responden yang usia reproduksi muda dan

menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 9 responden (60%) sedangkan dari 30 responden terdapat 11 responden yang usia

(7)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 303 reproduksi tua dan menggunakan

kontrasepsi pil sebanyak 6 responden (73,33%). Hasil uji statistik chi-square didapatkan p value = 1,000 > α = 0,05, tidak ada hubungan antara umur dengan pemilihan kontrasepsi pil.

Berdasarkan variabel paritas, terdapat 23 responden yang paritas rendah dan menggunakan kontrasepsi pil KB sebanyak 12 responden (73,33%), serta terdapat 14 responden yang berada pada paritas tinggi dan menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 3 responden (26,67%). Hasil uji statistik

chi-square didapatkan p value = 1,000 > α

= 0,05, tidak ada hubungan antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi pil.

Berdasarkan variabel pengetahuan,

terdapat 18 responden yang

pengetahuannya baik dan menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 12 responden (80%), serta terdapat 12 responden yang pengetahuannya kurang dan menggunakan kontrasepsi sebanyak 3 responden (40%). Hasil uji statistik chi-square didapatkan p value = 0,062 > α = 0,05, tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi pil.

PEMBAHASAN

Hubungan Umur dengan Pemilihan Kontrasepsi Pil

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 30 responden terdapat 19 responden yang usia reproduksi muda dan

menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 9 responden (60%) sedangkan dari 30 responden terdapat 11 responden yang usia reproduksi tua dan menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 6 responden (73,33%). Hasil uji statistik chi-square didapatkan p value = 1,000 > α = 0,05, tidak ada hubungan antara umur dengan pemilihan kontrasepsi pil.

Umur merupakan periode

penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru, pada masa dewasa di tandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah usia seseorang maka akan semangkin bertambah keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2014). Umur responden termasuk masa produktif dan resiko tinggi kehamilan serta kelahiran sehingga berpotensi besar untuk hamil kembali, hal ini sesuai dengan teori Irianto (2014) yang menjelaskan umur ideal menjadi hamil antara 24-35 tahun. Kurang atau lebih dari umur ideal itu, ada risiko dalam kehamilan salah satunya adalah kematian ibu. Kehamilan di atas 35 tahun tergolong berisiko tinggi, sehingga pasangan usia subur (PUS) diharapkan untuk mengakhiri kehamilannya.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Fitri (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan usia dengan pemilihan kontrasepsi, dan berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifuddin

(8)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 304 (2013), Bernadus et al., (2013), dan

Indahwati, et al (2017) ada hubungan antara usia dengan pemilihan kontrasepsi. Ibu yang berusia 20-35 tahun paling banyak menggunakan Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang dan ibu yang usia diatas 35 tahun lebih banyak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang.

Peneliti berasumsi bahwa responden yang berumur 20-35 tahun lebih aman dan cocok memilih alat kontrasepsi pil, hal ini dikarenakan Pil KB mempunyai efek samping yang lebih rendah yakni masa kesuburannya cepat kembali bila dihentikan pemakaian, mudah didapatkan, lebih murah, mudah dalam penggunaan. Hubungan Paritas dengan pemilihan Kontrasepsi Pil

Berdasarkan variabel paritas pada tabel 2, terdapat 23 responden yang paritas rendah dan menggunakan kontrasepsi pil KB sebanyak 12 responden (73,33%), serta terdapat 14 responden yang berada pada paritas tinggi dan menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 3 responden (26,67%). Hasil uji statistik chi-square didapatkan p value = 1,000 > α = 0,05, tidak ada hubungan antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi pil.

Paritas adalah keadaan wanita yang pernah melahirkan anak. Salah satu hal yang mendorong seseorang untuk memutuskan akan mengikuti program KB

adalah apabila merasa bahwa banyaknya anak yang masih hidup sudah mencukupi jumlah anak yang diinginkan. Semakin besar jumlah anak hidup yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk membatasi kelahiran.

Hal ini sejalan dengan penelitian Lontoan et al., (2011) dari hasil penelitian menggunakan uji chi square didapatkan dengan jumlah sampel 303 pasangan usia subur yang ditentukan secara proportional random sampling dengan p value = 0,726 menyatakan tidak ada hubungan antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indahwati et al., (2017) bahwa paritas sedang (2-3 anak) paling banyak memilih metode kontrasepsi jangka panjang dan non metode kontrasepsi jangka panjang. Hasil analisis data didapatkan p value 0,006 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan pemilihan metode kontrasepsi. Seseorang yang berparitas lebih dari satu sudah seharusnya menjadi akseptor KB untuk mengatur atau menjarangkan kehamilannya, tetapi dewasa ini banyak akseptor KB yang masih mengalami kesulitan dalam menentukan pilihannya (Bahu et al., 2019). Umumnya semakin banyak jumlah anak, maka seorang wanita akan lebih cenderung menggunakan KB untuk membatasi jumlah anak, tetapi tidak menutup kemungkinan pula pada wanita

(9)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 305 yang memiliki jumlah anak di bawah 2

turut menggunakan KB dengan harapan dapat menunda kelahiran (Farahan, 2016).

Peneliti berasumsi bahwa tingginya minat dalam pemilihan KB pil setelah suntik mungkin dikarenakan pengalaman ibu dalam menggunakan KB pil sehingga ibu malas untuk mencoba ke metode kontrasepsi yang lain. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman diri sendiri maupun orang lain yang dapat mempengaruhi perilaku. Selain itu, jumlah anak yang dilahirkan memungkinkan seorang ibu untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkan.

Hubungan Pengetahuan dengan

Pemilihan Kontrasepsi Pil

Berdasarkan variabel pengetahuan pada tabel 2, terdapat 18 responden yang pengetahuannya baik dan menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 12 responden (80%), serta terdapat 12 responden yang pengetahuannya kurang dan menggunakan kontrasepsi sebanyak 3 responden (40%). Hasil uji statistik chi-square didapatkan p value 0,062 > α = 0,05, tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi pil.

Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melalui indra yang dimilikinya dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap satu obyek tertentu.

Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya umur, pendidikan, pekerjaan, informasi dan pengalaman. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Semakin tua umur seseorang, maka pengalaman akan bertambah sehingga akan meningkatkan pengetahuan (Priyoto, 2014).

Hasil penelitian Melani & Liberty (2020) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia subur sebagian besar dalam kategori cukup mengenai pengertian, waktu memulai minum dan cara minum kontrasepsi pil dan pengetahuan yang kurang mengenai keuntungan dan kerugian kontrasepsi pil. Pengetahuan ibu yang tinggi akan mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin jeli orang tersebut dalam menentukan alat kontrasepsi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Thapa et al., (2018) bahwa di antara responden yang pernah mendengar tentang kontrasepsi pil, sebesar 91,0% mengetahui bahwa pil harus diminum setiap hari, 68,4% mengetahui harus segera minum pil jika lupa, dan 9,60% yang mengetahui bahwa salah satu keuntungan kontrasepsi pil mencegah anemia. Hasil berbeda didapatkan dari penelitian Mulyaningsing dan Sariyati (2016) didapatkan tingkat pengetahuan akseptor KB tentang alat

(10)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 306 kontrasepsi yang terbanyak adalah kategori

kurang.

Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan responden mengenai keluarga berencana dalam kategori baik memungkinkan responden untuk memilih

kontrasepsi nyaman sehingga

memungkinkan responden dapat mengatur jarak kehamilan, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang keluarga berencana mungkin dikarenakan kurangnya responden mencari informasi dari berbagai media seperti internet, majalah, iklan, televisi dan berbagai sumber lainya hanya dari teman dan tetangga. Selain hal tersebut, responden juga takut lupa dalam meminum pil KB dan juga takut akan hamil, tetapi ibu yang berpengetahuan kurang dan ibu yang mempunyai pengetahuan baik mempunyai pendapat masing-masing untuk memilih KB yang dipakai.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 responden, usia reproduksi muda 66,7%, paritas rendah 76,7%, dan pengetahuan baik 60%.

2. Tidak ada hubungan umur dengan pemilihan kontrasepsi pil dengan p value = 1,000 > α = 0,05.

3. Tidak ada hubungan paritas dengan pemilihan kontrasepsi pil dengan p value = 1,000 > α = 0,05.

4. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi pil dengan p value = 0,062 > α = 0,05. Saran

1. Bagi BPM Mitra Mulia

Disarankan agar melakukan konseling yang baik bagi para konseptor KB sebelum klien memilih alat kontrasepsi terkhususnya pil, dan agar klien lebih memahami dengan baik apa saja manfaat dan kerugian penggunaan kontrasepsi pil.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan referensi dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang pemilihan kontrasepsi terkhususnya pil. Umur, paritas dan pengetahuan sebagai bahan bacaan bagi yang membaca dengan variabel yang berbeda.

(11)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 307

DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin, M. (2013). “Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri di Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang 2013”, Jurnal Hasanuddin University, hal. 5-7.

Bahu, R., Hasania, E. & Hilamuhu, F. (2019). “Hubungan Paritas dan Dukungan Suami dengan Rendahnya Minat Penggunaan Alat Kontrasepsi Metode Tubektomi di Puskesmas Tibawa”, Akademika, 8, hal. 67-77.

Bernadus, J.D., Madianung, A., & Masi, G. (2013). “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Bagi Akseptor KB di Puskesmas Jailolo”, Jurnal e-NERS (eNS), 1(1), hal. 1-10.

BKKBN (2017). Informasi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: BKKBN

Elwadood, Abd. A., Sayed, G., El-Snosy, E., & Zahran, K. (2019). “The Effect of Hormonal Contraception and Intrauterine Device on The Pattern of Menstrual Cycle”, Journal of

Current Medical Research and Practice, 4(2), hal. 225. doi :10.4103/jcmrp.jcmrp_28

_19.

Farahan, N. (2016). “Gambaran Tingkat Pengetahuan Penggunaan Alat Kontrasepsi pada Wanita Usia Subur dan Dukungan Petugas di Desa Bebandem Kabupaten Karangasem Bali Tahun 2014”, E-Jurnal Medika, 5, hal. 1-12.

Fitri, R. (2012). Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin, dan Faktor Penguat dengan Pemilihan Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau Tahun 2012. Skripsi. Jakarta: FKM-UI Depok.

Hanna, A. (2012). “Hubungan Beberapa Faktor Akseptor dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Suntik pada Wanita PUS Keluarga PRA Ks dan Ks1 di Kelurahan Pongangan Triwulan I 2012”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1, hal. 18751.

Indahwati, Lilik., Linda, Ratna Wati., & Devi, Trias Wulandari. (2017). “Karakteristik Ibu (Usia, Paritas, Pendidikan, Pengalaman KB) Berhubungan dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi”, Journal of Issues in Midwifery, 1(2). doi: 10.21776/ub.JOIM.2017.001. 02.2.

Iroanto, Koes. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.

Kemenkes RI. (2013). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Semester II Topik Utama Situasi Keluarga Berencana di Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia & Gavi (2015). Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kemenkes RI. Lontoan et al. (2011). “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Kontrasepsi

Pasangan Usia Subur di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud”, Jurnal Kesehatan, 4(1). Marmi (2016). Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Melani, Farunti Iga., & Liberty, Barokah. (2020). “Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Kontrasepsi Pil”, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Makassar, 9(2), hal. 1037-1043. doi: 10.35816/jiskh.v10i2.456.

(12)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 308 Mulyaningsih, S., & Sariyati, S. (2016). “Analisis Tingkat Pengetahuan Akseptor KB tentang Alat Kontrasepsi di Puskesmas Sedayu I Tahun 2014”, Jurnal Ners dan Kebidanan

Indonesia, 2(2), hal. 71-75. doi: 10.21927/jnki.

Ngangun, A. F., Susi, S.S., & Simunati. (2019). “Pengaruh Media Berbasis Video Terhadap Pengetahuan Ibu Akseptor KB tentang Pentingnya KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang”, Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 14(4), hal. 313-317.

Notoadmojo, Soekidjo. (2014). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Prasetyawati, A., Suryandari, A. E., & Retnowati, M. (2012). “Hubungan Pengetahuan

Akseptor tentang Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi dengan Kepatuhan dalam Mengkonsumsi Pil KB di Wilayah Desa Margasana Kecamatan Jatilawang Tahun 2012”, Jurnal Ilmiah Kebidanan.

Prawirohardjo, Sarwono. (2013). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.

Priyoto (2014). Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rambe, Nova Linda (2020). “Perubahan Berat Badan Akseptor KB Implant, Suntik dan Pil di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan”, Jurnal Ilmiah

Kebidanan Imelda, 6 (1), hal. 1-5. Tersedia pada : http://jurnal.uimedan.ac.id/index.

php/JURNALKEBIDANAN

Thapa, Pokharel, & Shrestha. (2018). “Knowledge, Attitude and Practices of Contraception among the Married Women of Reproductive Age Group in Selected Wards of Dharan Sub-Metropolitan City”, Journal of Contraceptive Studies, 3(3), hal. 1–8. Tersedia pada: https://contraceptivestudies.imedpub.com/knowledge-attitude-and-practices-of-contrace ption-among-the-married-women-ofreproductive-age-group-in-selected-wards-ofdharan -subme.pdf

World Health Organization (2018). WHO-Family Planning/Contraception. Tersedia pada: https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/family-planning-contraception Yeni, Y., Mutahar, R., Etrawati, F. & Utama, F. (2017). “Paritas dan Peran Serta Suami dalam

Pengambilan Keputusan terhadap Penggunaan Metode Kontrasepsi”, Media Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

178 tentang pentingnya pengelolaan sampah ASBAG, Kepala Desa Giri, Ketua RW, Ketua RT, peneliti tentang kondisi terkini permasalahan sampah dan pentingnya pengelolaan

Review pengendalian hasil pemrosesan memastikan bahwa output sistem tidak hilang, salah arah, atau rusak dan bahwa tidak terjadi pelanggaran privasi. Eksposur sejenis ini dapat

Dari perbandingan tersebut dapat dilihat bahwa untuk input dan reference yang sama, cost optimal path warpingnya akan lebih kecil dari pada cost optimal path warping yang

Bahasa pemrograman dirancang untuk komputer: well-match atau tidak dengan arsitektur komputer yang ada. • Technical Setting, memperhatikan sistem operasi, IDE (Integrated

Di era globalisasi ini, kompang masih tetap bertahan di tengah masyarakat pendukungnya, khususnya di Bengkalis, hal ini karena kompang dapat membaur ditengah globalisisasi,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 13 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran

Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan kepada 255 mahasiswa kependidikan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta yang terdiri dari angkatan 2012 dan

MAWP (Maximum Allowable Working Pressure) adalah tekanan maksimum dari dalam pipa yang diijinkan yang timbul akibat tekanan dari fluida yang mengalir di dalam pipa pada saat