PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN
MASALAH MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA
Rahayu Sri Waskitoningtyas
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya belajar terhadap
kemampuan pemecahan masalah, Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan angket. Dalam gaya belajar dan kemampuan metakognitif menggunakan metode angket. Sedangkan untuk kemampuan pemecahan masalah matematika menggunakan metode tes. Persamaan regresi Y = 0,391X + 25,65. Dari hasil analisis diperoleh bahwa gaya belajar berpegaruh secara signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah.
Kata Kunci : gaya belajar, kemampuan pemecahan masalah
PENDAHULUAN
Dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 tercantum sebagai berikut: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Matematika memuat suatu kumpulan konsep dan operasi-operasi, tetapi di dalam pengajaran matematika pemahaman peserta didik mengenai hal-hal tersebut lebih objektif dibanding mengembangkan kekuatannya dalam perhitungan-perhitungannya.
Pendidikan matematika di Tanah Air saat ini sedang mengalami perubahan paradigma. Terdapat kesadaran yang kuat, terutama di kalangan pengambil kebijakan, untuk memperbarui pendidikan matematika. Tujuannya adalah agar pembelajaran matematika lebih bermakna bagi peserta didik dan dapat memberikan
bekal kompetensi yang memadai, baik untuk studi lanjut maupun untuk memasuki dunia kerja (Sutarto Hadi dalam Hendriana:2017:8).
Pembelajaran matematika harus direncanakan dengan matang agar perkembangan pengetahuan anak didik meningkat dalam setiap satuan pendidikan. Perencanaan pembelajaran matematika yang efektif menyebabkan pengetahuan prasyarat yang dimiliki peserta didik tentang matematika dapat ke jenjang lebih lanjut demikian seterusnya.
Perencanaan pembelajaran yang objeknya adalah peserta didik harus disusun sedemikian rupa agar tidak salah langkah sesuai dengan kebutuhan peserta didik. komponen perencanaan dipilih sedemikian rupa sehingga dalam pelaksanaannya tepat sasaran, efektif, dan efesien tetapi tidak melupakan isi matematika, jenis apa yang harus dipilih untuk diajarkan kepadanya sehingga penguasaan terhadap matematika berkelanjutan.
Pembelajaran matematika menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2014:65) adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar matematika dengan melibatkan partisipsi aktif peserta didik didalamnya. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang kepada peserta didik untuk berusaha mencari pengalaman tentang matematika.
Apabila tempat belajarnya di sekolah maka peserta didik mencar i pengalaman belajar matematikanya di sekolah sesuai dengan satuan pendidikan. Guru atau dosen sebagai perancang, proses yang sengaja di rancang dengan istilah proses pembelajaran, peserta didik sebagai pelaksana kegiatan belajar dan matematika di sekolah atau matematika perguruan tinggi sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang/ program studi.
Perubahan dalam pembelajaran matematika telah mengalami perubahan, tidak hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan: (1) komunikasi matematika (mathematical communicat ion); penalaran matematika (mathematical reasoning); (3) pemecahan masalah matematika (mathematical
problem solving); (4) mengka itkan ide-ide
matemat ika (mathematical connecti ons); (5)
representasi matematika (mat hemati cal
representations) (National Council of Teaching Mathematics, 2000).
Dengan penekanan pa da kemampuan matematika mahasiswa, beberapa penelitian menyatakan jenis penyelesaian yang digunakan mahasiswa antara lain: melihat soal secara sepintas,
memutuskan dengan cepat kalkulasi apa yang digunakan untuk memanfaatkan bilangan yang diberikan pa da soal, kemudia n meneruskan perhitungan tanpa mempertimbangkan alternatif lainnya, sehingga belum ada kemajuan yang ditunjukkan pada hasil pekerjaannya (Corte et al, 1996; Greer 1992). Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa mahasiswa belum mampu menggunakan strategi penalaran dalam menyelesaikan soal aplikasi matematis.
Selain itu, dengan penekanan pada aspek afektif, beberapa penelitian berhasil mengidentifikasi bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki kekurangan dalam mendukung kemajuan pengajaran dan pembelajaran matematika serta pemecahan masalah. Sikap yang ditunjukkan ini merupakan pengaruh negatif bagi kesadaran mahasiswa untuk melibatkan diri dalam aktivitas pemecahan masalah. Ketika menghadapi soal matematika, pada jenis pengetahuan yang diujikan dalam penyelesaian soal, dan pada suatu cara untuk mengevaluasi kegagalan atau keberhasilan mahasiswa dalam memecahkan soal matematika (Corte et al, 996; Lester et al, 1989; Schoenfeld, 1988, 1992).
Tujuan utama pembelajaran pemecahan masalah matematis bukanlah untuk melengkapi mahasiswa dengan berbagai kumpulan kemampuan dan proses berpikir, tetapi lebih dari itu diharapkan maha siswa da pat memanfaatkan kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut ketika diha dapkan dengan permasalahan kehidupan keseharian (Lester, 1985).
Pada dasarnya kemampuan peserta didik untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu, siswa
seringkali menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang
sama.Dunn & Dunn dalam Sugihartono (2007 : 53)
menjelaskan bahwa “gaya belajar merupakan kara kteristik pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif untuk orang lain”. Sedangkan menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2011 : 123) “gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi”.
Menurut Nasution (2008: 93) gaya belajar adalah cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.Individu dalam belajar memiliki berbagai macam cara belajar, ada yang belajar dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar dengan cara menemukan. Menurut Drysdale dkk dalam John W. Santrock
Amir Faisal dan Zulfanah (2008: 121) macam-macam gayadan modalitasbelajar berdasarkan preferensi sensori terbagi menjadi 3 yaitu: visual, auditorial dan kinestik. Penelitian ini menitik beratkan pada pengklasifikasian gaya belajar menurut preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestik.
Orang dengan gaya belajar visual cenderung lebih menitikberatkan penggunaan ketajaman penglihatannya dalam belajar. Orang dengan kategori ini memiliki ciri-ciri; mempunyai kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum mereka memahaminya. Dapat dikatakan bahwa peserta didik lebih mudah menangkap pelajaran lewat materi gambar. Peserta didik juga memliki kepekaan yang kuat terhadap warna, disamping mempunyai pemahaman yang cukup terhadap suara
sehinnga peserta didik akan sulit mengikuti anjuran
seca ra lisa n dan sering salam dalam
menginterpretasikan. Orang dengan gaya belajar auditorial lebih mengandalkan pendengarannya untuk menerima dan memahami informasi. Untuk dapat mengingat dan memahami suatu informasi, orang tersebut harus mendengarnya terlebih dahulu. Orang dengan gaya belajar ini mengalami kesulitan dalam menyerap langsung informasi dalam bentuk tulisan, juga mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Orang dengan gaya belajar kinestetik harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar peserta didik bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua orang bisamelakukannya. Karakter pertama adalah menggunakan tangan sebagai alat penerima informasi yang utama agar dapat selalu mengingatnya. Hanya dengan memegang saja, orang dengan gaya belajar ini biasa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya. Karakter yang kedua, orang tersebut tidak tahan duduk manis berlama-lama mendengarkan penyampaian informasi. Orang dengan gaya belajar ini merasa bias belajar lebih baik jika prosesnya disertai kegiatan fisik. Kelebihan dari peserta didik memiliki gaya belajar kinestetik kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh. Seringkali, orang yang memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian belajar mengucapkannya atau memahami fakta (Arif Kurniawan, 2012).
Demikian pula pentingnya pemilikan kemampuan pemecahan masalah sejalan dengan pendapat beberapa pakar. Cooney dalam Hendriana (2017:23) mengemuka kan bahwa pemilikan kemampuan pemecahan masalah membantu siswa
berfikir analitik dalam mengambil keputusan dalam kehidupan sehari-hari dan membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi situasi baru. Branca dalam Hendria na (2017:23) mengemukaka n bahwa pemeca han masalah matematik mempunyai dua makna yaitu sebagai suatu pendekatan pembelajaran dan sebagai kegiatan atau proses dalam melakukan doing math. Pemecahan masalah matematik sebagai suatu pendekatan pembelajaran melukiskan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah kontekstual yang kemudian melalui penalaran induktif siswa menemukan kembali konsep yang dipelajari dan kemampuan matematik lainnya. Pemecahan masalah matematik sebagai suatu proses meliputi beberapa kegiatan ya itu: mengidentifikasi kecukupan unsur untuk menyelesaikan masalah, memilih dan melaksanakan strategi untuk menyelesaikan masalah, melaksanakan perhitungan, dan menginterpretasi solusi terhadap masalah dan memeriksa kebenaran solusi. Sejak lama Polya merinci langkah-langkah kegiatan memecahkan masalah sebagai berikut: (1) kegiatan memahami masalah, (2) kegiatan merencanakan atau merancang stra tegi pemecahan masalah, (3) kegiatan mela ksanaka n perhitungan, dan (4) kegiatan memeriksa kembali kebenaran hasil atau solusi.
Melengkapi langkah kegiatan yang dikemukakan polya dalam Hendriana (2017:24), pada dasarnya pada waktu melakukan langkah memahami masalah terlibat di dalamnya kegiatan, mengidentifikasi konsep matematika yang terlibat, mengidentifikasi hubungan ant ar konsep tersebut, kemudian menyatakan hubungan konsep yang bersangkutan dalam bentuk model matematika masalah yang bersangkutan. Model matematika tersebut dapat berbentuk ekspresi matematik atau gambar, diagram, atau model matemat ika la innya. Selanjutnya
berdasarkan model matematika yang sudah disusun,
dipikirkan beberapa alterna tif stra tegi
penyelesaiannya. Kemudian berdasarkan karakteristik strategi masing-masing, dapat dipilih satu strategi yang lebih sesuai untuk dilaksanakan.
METODE
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika Universitas Balikpapan. Lokasi pelaksanaan penelitian ini di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Balikpapan. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Metode Statistika I tahun akademik 2016/2017 yang ditentukan dengan menggunakan cluster random sampling. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatory dimana penelitian ini berusaha menjelaskan pengaruh antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
Metode pengumpulan data penelitian meliputi metode tes dan angket. Metode tes digunakan untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah maha siswa. Metode angket digunakan untuk memperoleh data gaya belajar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat, yakni meliputi gaya belajar (X1), dan kemampuan pemecahan masalah (Y). Sampel yang diambil data dalam penelitian ini adalah 60 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Metode Statistika I Prodi Pendidikan Matematika Universitas Balikpapan. Deskripsi dari masing-masing variabel berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 60 mahasiswa.
Hasil Uji Coba Instrumen
Uji coba instumen dilakukan pada mahasiswa yang mengikuti program Praktek Lapangan Profesi (PLP) dengan jumlah sampel uji coba 32 mahasiswa. Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang telah dilaksanakan diperoleh nilai rtabel untuk n = 32 dan taraf signifikansi á = 5% adalah 0,349.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Data Angket Variabel
Gaya Belajar Dari tabel 1 ditunjukkan bahwa pada 30 butir
pernyataan angket gaya belajar diperoleh 29 soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29.
Dengan mengurangi butir pernyataan yang tidak valid, diperoleh nilai r11 untuk kuesioner Gaya Belajardiperoleh r11 = 0,88 (Reliabilitas tinggi).
Uji Normalitas
Uji normalita s data pada penelitian ini menggunakan metode Lilliefors, dengan taraf signifikansi á = 0,05.
Tabel 2. Uji Normalitas
Karena Lhitung < Ltabel pada taraf signifikan 0,05 maka instrumen berdistribusi normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas dapat dilakukan dengan melihat gambar berupa diagram pencar, dengan bantuan Microsoft Excel
Gambar 1. Linearitas Angket Gaya Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan gambar di atas, bahwa terdapat hubungan positif yang tersebar dan diperoleh
persamaan regresi Y = 0,391x + 25,65 dan R2 = 0,148.
Model regresi berpola linear. Karena R2 = 0,148 maka
r = 0,385 dan dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi pengaruh gaya belajar siswa maka kemampuan pemecahan masalah cenderung tinggi namun tidak kuat karena r mendekati nol.
Pengujian Hipotesis
Uji Parsial (Uji-t)
Pengujian hipotesis secara parsial melalui uji t
untuk variabel gaya belajar (X1) terhadap kemampuan
pemecahan masalah (Y) dapat diketahui bahwa koefisien regresi X1 terhadap Y tidak signifikan karena 2,899 < 2,00247 atau thitung > ttabel maka H0 ditolak dan disimpulkan data dari instrumen gaya belajar berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan realitas yang ada dilapangan, bahwa gaya belajar mahasiswa terhadap kemampuan pemecahan masalah memiliki pengaruh yang signifikan, hal ini dikarenakan semakin tinggi atau
semakin rendah tingkat gaya belajar terhadap proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal.
Hal-hal yang mempengaruhi gaya belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah meliputi: 1. Melalui gaya belajar visual, mahasiswa mampu
lebih banyak membaca buku metode statistika I, tekun dan teliti dalam belajar memecahkan masalah.
2. Melalui gaya belajar auditorial mahasiswa mampu belajar dengan mendengarkan apa yang dosen sampaikan dan mengingat apa yang didiskusikan melalui belajar kelompok.
3. Melalui gaya belajar kinestetik mahasiswa mampu belajar melalui praktek langsung atau manipulasi, mampu menghafal rumus matematika kemudian dipraktekkan dengan mengerjakan latihan metode statistika I. Mahasiswa juga mampu menggunakan kalkulator ilmiah dalam mengerjakan soal metode statistika I.
Mahasiswa mampu menerapkan gaya belajar dalam proses pembelajaran. Sehingga mahasiswa mengerti gaya belajar yang ada dalam dirinya. Karena mahasiswa mampu menerapkan gaya belajaran dalam proses pembelajaran yang berakibat mahasiswa mampu menyelesaian soal pemecahan masalah matematika. Kemampuan maha siswa dalam pemecahan masalah dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam diri mahasiswa dan luar mahasiswa.
Faktor yang mendukung meningkatnya gaya belajar peserta didik adalah mengawasi peserta didik dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan, mengarahkan peserta didik untuk selalu belajar dengan teratur dan tepat waktu, menciptakan suasana didalam rumah yang kondusif untuk anak nyaman belajar, serta mendorong anak untuk belajar lebih giat. Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan semakin rendah gaya belajar peserta didik adalah kurangnya pengawasan dari orang tua dan guru terhadap peserta didik mengenai motivasi, aktivitas belajar dirumah, suasana didalam rumah/sekolah yang kurang kondusif yang menyebabkan peserta didik kurang konsentrasi dalam belajar, serta tidak adanya motivasi dari dalam diri anak untuk belajar lebih giat.
SIMPULAN
Gaya belajar mahasiswa terhadap kemampuan pemecahan ma salah memiliki pengaruh yang signifikan, hal ini dikarenakan semakin tinggi atau semakin rendah tingkat gaya belajar siswa terhadap proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap kemempuan pemecahan masalah jika diimbangi dengan kemauan peserta didik tersebut untuk belajar dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari peneliti dan dengan segala kerendahan hati, peneliti mengajukan beberapa saran. Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Guru dalam proses pembelajaran harus dapat mentransfer ilmunya, membimbing siswa, mengontrol, dan mengawasi adalah bagian terpenting dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini tidak lepas dari sulitnya anak dalam belajar khususnya dalam mata pelajaran matematika. 2. Bagi orang tua
Orang tua dalam hal ini harus lebih meningkatkan perhatiannya pada anak untuk dapat memperleh hasil belajar yang memuaskan. Orang tua dapat berperan lebih aktif dalam hal ini, contohnya dengan memberikan pengarahan, memberikan bimbingan agar anak lebih termotivasi untuk belajar matematika dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika kedepannya.
DAFTAR RUJUKAN
Ali Hamzah & Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan
Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Amir Faisal dan Zulfanah. (2008). Menyiapkan Anak Jadi Juara. Jakarta: Kompas Gramedia.
Arif Kurniawan. (2012). Analisa Gaya Belajar Peserta
Didik Progra m Akselerasi di SMA
Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Yogyakarta: FE-UNY.
DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. (2002).
Quantum Learning : Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa. Heris Hendriana & Utari Soemarmo. 2017. Penilaian
Pembelajaran Matemat ika. PT R efika
Aditama.
Nasution. (2011). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. NCTM. 2000. Principles and Standard for School
Mathematics. Resto, Virginia: The National
Council of Teachers of Mathematics, Inc. Heris Hendriana & Utari Soemarmo. 2017. Penilaian
Pembelajaran Matematika Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.
Samuel Tri Susetyo Parwoto. 2013. Pengaruh
Kemampuan Berpikir, Gaya Belajar Dan Kemampuan Adaptasi Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Smk N 3 Yogyakarta. Skripsi:
UNY
Schoenfeld, A. 1992. Learning to T hink Mathematically: Problem Solving. Metacognition, and sense Making in Mathematics. In D.A. grows (Ed. ), Handbook of Research on
Mathematics Teaching and Learning (pp.
334-370). New York: Macmillan Publishing Company. Skemp. R. Richard. 1982. The Psychology of
Learning Mathematics. New Zealand: Penguin
Book.
Solso. R.L., Otto. H.Maclin., M.Kimberly Maclin. 2007. Psikologi kognitif. Jakarta: Penerbit Erlangga. Edisi kedelapan.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta