• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN. Universitas Kristen Satya Wacana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING SEMINAR NASIONAL MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN. Universitas Kristen Satya Wacana"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

Universitas Kristen Satya Wacana

Tema:

“Membangun Budaya Penelitian

untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia

Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia 12 Maret 2016

Pembicara:

Prof. Dr. Ali Saukah, M.A., Ph.D.

Prof. DR. Slameto, M.Pd.

Prof. Dr. Ki Supriyoko, S.D.u., M.Pd.

Reviewer:

Dr. Bambang Suteng Sulasmono, M.Si

Dr. Bambang Ismanto, M.Si.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

(3)

All rights reserved. Save Exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form or by any means electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author

Diterbitkan oleh:

Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga

Telp. (0298) 321212 Ext. 380, 229, Fax. (0298) 311995 Satya Wacana University Press

Prosiding seminar nasional magister manajemen pendidikan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas kristen satya wacana :Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia, 12 Maret 2016 / Bambang Suteng Sulasmono, Bambang Ismanto---University Press Salatigga.

x, 736 hlm; 28,5cm

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih karena atas bimbingan dan pim-pinanNya kami dapat menyelenggarakan seminar nasional dengan tema “Membangun Budaya Pene-litian Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia”. Seminar ini sebagai salah satu upaya pencapaian visi program studi Magister Manajemen Pendidikan FKIP “Menjadi Salah Satu Dari 25 Institusi Terbaik di Asean Dalam Membentuk Pengelola dan Penelitian yang Berdaya Cipta di Bidang Manajemen Pendidikan”.

Seminar ini dengan nara sumber utama tiga orang guru besar yang memiliki minat dalam bidang manajemen dan penelitian bidang pendidikan dan 64 paper yang akan disajikan pada seminar pa-ralel. Keseluruhan asal dan topik‐topik yang diangkat (dipilih para narasumber dan presenter berasal dari provinsi Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan dan Papua). Pada Kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang tidak terhingga se-jak persiapan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban seminar kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Kristen Satya Wacana 2. Dekan FKIP

3. Prof. Dr. Ali Saukah, M.A., Ph.D 4. Prof. Dr. Ki Supriyoko, S.D.U., M.Pd 5. Prof. Dr. Slameto, M.Pd

6. Para presenter seminar parallel 7. Para Dosen MMP UKSW

8. Segenap panitia seminar 9. Mahasiswa MMP UKSW

Kami berharap melalui seminar ini akan meningkatkan motivasi dan komitmen dalam mewujudkan budaya penelitian untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dalam perspektif revolusi mental guru di Indonesia. Pada akhirnya kami mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan sejak per-siapan, pemberitahuan, review hingga pelaksanaan seminar. Kiranya Tuhan memberkati segala jerih payah kita. Terimakasih.

Salatiga, Maret 2016 Ttd.

Dr. Bambang Ismanto, M.Si Kaprodi MMP UKSW

(5)
(6)

v

DAFTAR ISI

Kata Pengantar iii

iv

Daftar Isi v

v SESI PLENO

Penelitian Ilmiah dan Publikasinya Ke Jurnal Ilmiah Ali Saukah

1- 6

Membangun Budaya Penelitian Slameto

7- 16

Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia Ki Supriyoko

17- 22

SESI PARALEL

Pengembangan Rambu-Rambu Pemilihan Metode Pembelajaran Inovatif Donald Samuel, Agni Era Hapsari

23-30

Perencanaan Strategi Bersaing Sekolah Dalam Meningkatkan Jumlah Peserta Didik Baru

Di Salah Satu Sekolah Swasta Salatiga Dewa Made Dwi Kamayuda

31-44

Model Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah Di SMP Mardi Rahayu Ungaran Sophia Tri Satyawati

45-56

Perencanaan Strategi Manajemen Kesiswaan Dalam Meningkatkan Daya Saing Melalui Pro-gram Penerimaan Peserta Didik Baru Di Salah Satu Sekolah Swasta Salatiga

Mutia Ayu Krismanda

57-68

Strategi Untuk Memperbaiki Citra Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di Salah Satu Sekolah Swasta di Salatiga

Ratih Sulistyowati

69-78

Evaluasi Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga Telma Jolga Serusiay

79-92

Evaluasi Penyelenggaraan Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Jurusan Teknik Oto-motif di SMK N 1 Pabelan

Siti Zubaidah

93-104

Evaluasi Program BOS di SMP Negeri 2 Dempet Tahun Anggaran 2014 Elvira Hanum

105-118

Evaluasi Kurikulum 2013 Di Kalangan Guru SMP di Cluster 2 Kabupaten Boyolali Tahun 2015 (Analisis RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran)

Wasino

119-130

Penerapan Metode Pemecahan Masalah Kolaboratif Berscaffolding Rubrik Penilaian Ma-kalah Untuk Meningkatkan Kualitas Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa

Bambang Suteng Sulasmono

131-144

Peningkatan Mutu Guru Dalam Mengajar Matematika di SD Negeri Harjowinangun 2 Melalui Pembinaan Konsep Media Pembelajaran Numeric System

Kiswati

(7)

vi

Pengembangan Kompetensi Skill Guru Penjasorkes Melalui Pemberian Konsep Pem-belajaran Team Teaching Method (TTM) di SD Negeri Dempet 4

Tahun Pelajaran 2015/2016 Sri Sulistyowati

159-174

Peningkatan Kemampuan dan Profesionalisme Kinerja Guru Dalam Mengajar Melalui Penyelenggaraan School Based Inset di SD Negeri Kebonsari 1 Tahun Pelajaran 2015/2016

Martono

175-188

Peningkatan Mutu Guru Dalam Mengajar Melalui Pembinaan Pembelajaran Inovatif Model Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar di SD Negeri Baleromo 1

Tahun Pelajaran 2015/2016 Sujaedi

189-204

Program Supervisi Akademik Pendidikan di SMK Negeri 1 Salatiga menyongsong Program Penilaian Kinerja Guru (PKG 2016)

Wida Damayanti

205-218

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Penerapan Metode Mueller di Kelas I B SD Negeri Kuwu Kecamatan Dempet Tahun Pelajaran 2015/2016

Siti Sutriyatun

219-230

Manajemen Berbasis Sekolah Dalam Pengelolaan Pembiayaan Sekolah di SD Kristen 03 Eben Haezer Salatiga

Ria Triastuti

231-244

Peningkatan Kemampuan Penyusunan Proposal PTK Melalui Workshop di Kalangan Guru SD Gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Jawa Tengah Sugesti Kuswardani dan Bambang Ismanto

245-250

Efektifitas Program Pembinaan Kedisiplinan Dalam Proses Belajar Mengajar Terhadap Etos Kerja Mandiri Guru di SD Negeri Kebonsari 2 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2015/2016

Nurrondhi

251-264

Pendekatan Realistic Mathematics Education Tipe Think Pair Share Untuk meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika Kelas Vi SD N Mijen 2 Kebonagung Demak

Tahun Pelajaran 2015/2016 Mufarikin

265-274

Meningkatan Hasil Belajar IPS Tentang Negara Maju dan Berkembang Melalui Metode Cooperative Script Bagi Siswa Kelas IX A SMPN 28 Semarang Tahun 2014/2015 Puji Sri Winarni

275-286

Peningkatan Keterampilan Membaca Teks Descriptive Melalui Model SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Siswa Kelas 7A Semester Genap SMP Negeri 2 Dempet Tahun Pelajaran 2014/2015

Ada Pendiwati

287-296

Cef Revin Meningkatkan Hasil Belajar Kompetensi Perbandingan Suhu Pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri Glawan Semarang Tahun Pelajaran 2015/2016

Abdul Mu’in

(8)

vii Penggunaan Media Konkret Dan Metode Quantum Learning, Serta Cooperative

Learn-ing, Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pelajaran Matematika Tentang Pen-gurangan Pecahan Pada Siswa Kelas V Sd Negeri Jerukgulung Kecamatan Dempet Kabu-paten Demak

Ganti Sriyati

311-326

Optimalisasi Penggunaan Media Permainan Dakon Untuk Meningkatkan Pemahaman Tentang Penjumlahan Berbagai Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas IV Semester III SD Negeri Botosengon 1 Dempet Demak Tahun 2015

Haryanti

327-340

Meningkatkan Pemahaman Siswa Melalui Metode Demonstrasi dan Eksperimen Pada Rangkaian Listrik Secara Seri, Pararel, dan Campuran di Kelas VI Semester II Sekolah Dasar Negeri Botosengon 1 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014/2015 Sri Indriati

341-350

Peningkatan Kemampuan Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Tentang

Penjumla-han Dan Pengurangan Melalui Penggunaan Benda-Benda Kongkrit di Kelas I Semester 1 SD Negeri Baleromo 1 Tahun Pelajaran 2015/2016

Juwariyah

351-364

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Tentang Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Melalui Pendekatan Matematika Realistik di Kelas III A SD Negeri Kuwu Tahun Pelajaran 2015/2016

Noor Usdiarti

365-378

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Pengukuran Panjang Melalui Metode Konstruktivisme Di Kelas I Semester 1 Sd Negeri Kebonsari 1 Kecamatan Dempet Kabu-paten Demak Tahun Pelajaran 2015/2016

Juwariyah

379-390

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Materi Sistem Pemerintahan Kabupaten, Kota, dan Provinsi Kelas IV SD Negeri Baleromo 2 Tahun Pelajaran 2015/2016 Melalui Metode Make A Match

Nur Handayani Z

391-404

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Tentang Fungsi Alat Tubuh Manusia Melalui Teknik Mind Mapping (Peta Pikiran) di Kelas IV Semester 1 SD Negeri Baleromo 1 Tahun Pelajaran 2015/2016

Sugiman

405-420

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Pembagian Berbagai Ben-tuk Pecahan Melalui Metode Problem Solving Kelas V Semester II SD N Botosengon I Kecamatan Dempet Tahun 2014 /2015

Sunarmi

421-432

Memanfaatkan ICT Untuk Inovasi Pembelajaran Aih Ervanti Ayuningtyas

433-442

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Tentang Garis Bilangan Melalui Metode Demons-trasi di Kelas III SD Negeri Kebonsari 2 Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2015/2016

Supartini

(9)

viii

Peningkatan Hasil Belajar Ips Tentang Gejala Sosial di Indonesia dan Negara Tetangga Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT di Kelas VI A SD Negeri Kuwu Tahun Pelajaran 2015/2016

Suripta

455-469

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Tentang Benua Melalui Penggunaan Model Snowball Throwing di Kelas VI SD Negeri Jerukgulung Tahun Pelajaran 2015/2016

Wagiyanto

470-484

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Memberikan Jam Tambahan Pelajaran Siswa Kelas VII SMP Anak Terang Salatiga

Chriscahyani P Siwi

485-492

Upaya Pembiasaan Membaca Melalui Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Maha-siswa PGSD

Naniek Sulistya Wardani

493-502

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Menggunakan Metode Pembelajar-an Berbasis Schoology Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Dempet

Tahun Pelajaran 2014/2015 Tituk Nurdiana Fatmawati

503-510

Penerapan Metode Diskusi dan Pemberian Tugas Dengan Media Display

Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Materi Pokok Lambang Bilangan Romawi di Ke-las IV Semester 2 SD Negeri Gempoldenok Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2014/2015

Sumardi

511-520

Peningkatkan Hasil Belajar dan Karakter Mandiri Melalui Bermain Kerangka Layang-Layang Pada Materi Faktor Persekutuan Terbesar Mata Pelajaran Matematika Kelas VI SD Negeri Kedungori 1 Tahun Pelajaran 2015/2016

Kartono

521-530

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Bentuk dan Kedaulatan Negara Sesuai Dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Melalui Penerapan Model Problem Based Learning di Kelas X M 1 Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016

Hery Ridawati

531-546

Penerapan Metode Tutor Sebaya Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan dan Kete-rampilan Akuntasi Dalam Menyusun Laporan Keuangan Perusahaan Dagang Bagi Siswa Kelas XII Akuntansi 3 SMK Negeri 1 Salatiga Pada Semester V Tahun 2013/2014

Sri Makmuri Tkm

547-556

Peningkatkan Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Bantuan Alat Peraga Benda Kongkret Bagi Siswa Kelas IV SDN Pucangrejo Keca-matan Gemuh Kabupaten Kendal

Eko Hadiwiyatno

557-574

Utangku dan Moniku” Dalam Model Pembelajaran TGT Sebagai Upaya Peningkatan Ak-tivitas dan Hasil Belajar Pengantar Akuntansi

Nining Mariyaningsih

(10)

ix Evaluasi Program Out Door Study Wisata di SMA Kristen 2 Salatiga

Tahun Pelajaran 2015/2016 Paulus R. Hindrarto

589-594

Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Peserta Didik Melalui Penerapan Metode Talk-ing Stick dengan Bantuan Media

Setia Dwi Saputra

595-606

Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Penjumlahan Pecahan Biasa Dalam Penerapan Metode Drill dan Mencongak Kelas V Tahun Pelajaran 2015/2016 SD Negeri Mangunrejo 3 Kebonagung Demak

Sulimah

607-616

Peningkatkan Hasil Belajar IPA Tentang Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya dengan Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning Kelas IV Tahun Pelajaran 2015/2016 SD Negeri Mijen 1 Kebonagung Demak

Suyadi

617-624

Penerapan Model TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Kaloran IV Temanggung Semester II Tahun 2013/2014

Yusia Sri Prajoko

625-634

Perilaku Warga Sekolah Terhadap Perbedaan Agama di Apple Kids Preschool Salatiga Desi Kusumawati

635-640

Nilai-Nilai Pengelolaan Pembelajaran di SD Solafide School Kota Ungaran Welius Purbonuswanto

641-648

Implementasi Nasionalisme dan Karakter Bangsa Bagi Peserta Didik SMA Negeri 1 Pabelan Melalui “Perak Arloji” (Pembelajaran Aktif Kooperatif Reflektif Lagu Nasional dan Tindakan Terpuji)

Arif Kriswahyudi

649-660

Mengatasi Siswa Yang Bermasalah Dalam Pembelajaran Dengan Metode Pengajaran Disiplin dan Harga Diri

Wara Hapsari Oktriany

661-668

Implementasi Metode Drill Dalam Mempersiapkan Siswa Mengikuti Lomba di SD Negeri Tambakroto

Sugeng Harnanto

669-676

Penggunaan Model ‘F-Learn’ Sebagai Learning Management System (LMS) di Universitas Kristen Satya Wacana

Mozes Kurniawan

677-686

Evaluasi Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Pendidikan Otonomi Khusus Papua Dalam Rangka Peningkatan Akses Pendidikan di Kabupaten Biaknumfor

Mesakh N.Z . Mandowen

687-702

Evaluasi Penyelenggaraan Program Pendidikan Inklusif di Kota Palangkaraya (Studi Kasus Di SD Negeri 6 Bukit Tunggal, SMP Negeri 3 dan SMA Negeri 4)

Dwi Sartica

(11)

x

Penelitian Tindakan Sebagai Implementasi Perubahan Paradigma Sekolah Berbasis Mutu (Refleksi Penelitian Tindakan Sekolah di Kalangan Guru SD Gugus Diponegoro Ungaran Barat Kab. Semarang Jawa Tengah)

Bambang Ismanto

(12)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan) | 677

PENGGUNAAN MOODLE ‘F-LEARN’ SEBAGAI LEARNING MANAGEMENT

SYSTEM (LMS) DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Mozes Kurniawan

Program Pasca Sarjana Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana mailbox.mozeskurniawan@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini bertujuan untuk membahas secara terperinci mengenai Learning Management

System (sistem manajemen pembelajaran) / LMS yang dapat digunaan pengajar dalam

mengatasi potensi masalah manajemen pembelajaran yang ada. Dengan metode Best

Practice, subjek teliti MoodleF-Learn-LMS yang dikembangkan oleh Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga- dan perolehan data melalui wawancara semi terstruktur kepada kepala Biro Teknologi dan Sistem Informasi (BTSI) UKSW. Artikel ini menghasikan suatu ulasan dimana Moodle F-Learn dapat menjadi alternatif solusi maslaah manajemen pembelajaran dan diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pemicu bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk dapat mengembangkan sistem manejemen pembelajaran lebih baik.

Kata Kunci: Learning Manegement System, Best Practice, ManajemenPembelajaran,

F-Learn, Moodle

PENDAHULUAN

“Welcome to the future” atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai “Selamat datang di masa depan” merupkan pernyataan yang tidak asing lagi terdengar di berbagai film, televisi atau tayangan-tayangan masa kini. Pernyataan tersebut tidak secara tiba-tiba diucapkan namun memiliki dasar pemikiran. Film atau tayangan yang mengungkapkan pernyataan tersebut merupkan jenis tayangan yang memiliki tema teknologi mutakhir dimana teknologi digunakan secara umum dalam seluruh aspek kehidupan yang ada. Sama halnya dengan kehidupan manusia saat ini dimana teknologi sangat memainkan peran penting dalam mendukung aktivitas sehari-hari dalam berbagai bidang kehidupan.

Di bidang pendidikan, teknologi telah menunjukan perannya dalam memperkaya sumber-sumber belajar dengan menyediakan berbagai alternatif bahan ajar yang dapat diakses secara cepat dan luas dari berbagai belahan dunia. Selain menyediakan sumber belajar, teknologi juga mempermudah pengajar dan pelajar untuk melakukan proses belajar mengajar. Teknologi menyediakan program-program pendukung pembelajaran yang membuat pembelajaran semakin menarik (Bhvard, 2009). Tentunya dalam menggunakan teknologi di era mutakhir ini terdapat keunggulan-keunggulan yang dapat membantu manusia melakukan tugasnya sehari-hari namun terdapat pula tantangan-tantangan yang muncul dalam penerapan teknologi di dunia pendidikan tersebut. Salah satu tantangan yang perlu diperhatikan yakni pengelolaan (management) penggunaan teknologi (Kerschenbaum & Biehn, Tanpa Tahun) yang menentukan berhasil atau tidaknya teknologi tersebut diterapkan dalam mendukung proses belajar dan mengajar.

Pengelolaan penggunaan teknologi menjadi isu penting ketika berbagai jenis teknologi tersedia begitu bebasdalam kehidupan manusia. Tanpa adanya pengelolaan yang baik, teknologi yang seharusnya menjadi pendukung pendidikan akan menimbulkan kesukaran

(13)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

678 | Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan)

tersendiri dalam proses belajar dan mengajar. Pengelolaan teknologi yang dimaksud antara lain akses terhadap sumber belajar, program layanan yang digunakan dalam mengelola pembelajaran berbasis teknologi, sistem perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran, evaluasi sampai pengawasan kinerja pelajar dalam pembelajaran berbasis teknologi tersebut. Ketika hal-hal tersebut tidak terkelola dengan baik maka pengajar akan kesulitan menemukan sumber belajar otentik, kebingungan pemilihan program layanan pengelolaan, perencanaan persiapan pembelajaran yang kurang terkelola, jenis dan cara evaluasi pembelajaran yang kurang tepat guna sehingga berpotensi menimbulkan subjektifitas dan lain sebagainya (Hasibuan, 2007).

Istilah pengelolaan pembelajaran yang menggunakan teknologi sebagai sarana pendukungnya disebut sebagai Learning Management System (LMS) (Watson & Watson, 2007). LMS merupakan suatu pendekatan yang menggunakan aplikasi komputer sebagai sarana pengelolaan pendidikan yang meliputi berbagai kegiatan dari persiapan sampai pengawasan dalam proses belajar mengajar.LMS memiliki beragam bentuk dan salah satu yang kerap digunakan yakni Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment). Secara singkat, Moodle adalah sistem layanan berbasis web (internet) yang dirancang dan digunakan untuk mengelola pembelajaran, kursus atau pelatihan. Lebih lanjut, fungsi dan penggunaan Moodle ini akan dijelaskan secara mendalam pada pembahasan selanjutnya.

Berdasarkan dari gambaran latar belakang yang ada, artikel ini secara umum bertujuan untuk menanggapi tantangan yang muncul dalam manajemen pembelajaran dengan menggunakan teknologi sebagai sarana pendukungnya. Melalui paparan Best Practice, artikel ini berupaya untuk memberikan gambaran pengelolaan penggunaan teknologi berdasarkan praktek terbaik yang telah dilakukan oleh Universitas Kristen Satya Wacana, yang merupakan salah satu universitas swasta,di kota Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia, yang pernah mendapatkan akreditasi sebagai universitas yang menerapkan sistem Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) mutakhir guna melakukan pengelolaan administrasi dan pendidikan. Dengan paparan Best Practice penggunaan Moodle ‘F-Learn’ di UKSW, diharapkan pembaca artikel ini akan memperoleh manfaat teoritis, gambaran paktis penggunaan Moodledan tertantang untuk dapat menerapkan teknologi serupa sebagai sistem manajemen pembelajaran (LMS) di lembaga pendidikan terkait sehingga potensi tantangan dan kendala dalam pengelolaan pembelajaran dapat mulai ditangani dengan baik.

Seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya, Watson & Watson (2007) menyatakan bahwa sistem pengelolaan/manajemen pembelajaran (Learning Management System) merupakan suatu pendekatan yang memanfaatkan aplikasi komputer sebagai alat pendukung manajemen pembelajaran. Istilah tersebut juga dikenal sebagai Course Management System (CMS), Virtual Learning Environment (VLE) dan berbagai istilah serupa lainnya (Hunt, 2010). Hanya saja, istulah-istilah tersebut mengacu pada satu keserupaan yakni penggunaan aplikasi atau layanan pendukung manajemen pembelajaran berbasis internet sehigga dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Pengertian manajemen pembelajaran sendiri diambil dari dua kata tergabung yakni manajemen dan pembelajaran. Manajemen merupakan suatu proses khusus yang terdiri atas tindakan-tindakan perncanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Terry, 2000 dalam Aquinas, 2011). Sedangkan pembelajaran itu sendiri merupakan proses interaktifpeserta didik dengan pendidik dan sumber belajar guna meningkatkan pengetahuan. Jadi, manajemen pembelajaran dapat

(14)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan) | 679 dikatakan sebagai tindakan-tindakan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengawasan atas proses interaksi pengajar dan pelajar yang ditujukan guna peningkatan pengetahuan (Rossum & Hamer, 2011).

LMS memiliki dua tujuan utama yakni membuat pembelajaran menjadi lebih mandiri dan memungkinkan bagi pengakses LMS untuk mendaftarkan, menyimpan, mengelola, mempublikasikan pembelajaran via web dan mencetak dokumen-dokumen yang tersedia melalui LMS tersebut. Dengan kata lain LMS memberikan keleluasaan atau fleksibilitas bagi pengakses untuk dapat berkreasi dan mengelola pembelajaran sesuai dengan maksud dan tujuan pembelajaran yang ada (Hunt, 2010).

Bailey (1993, dalam Watson & Watson, 2007) memberikan beberpa karakteristik umum dari LMS dalam pendidikan. Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Tujuan pembelajaran tertanam dalam pelajaran individu siswa, 2) Pendukung pembelajaran terbagi menjadi beberapa kategori sesuai tingkat atau pelajaran, 3) Sistem manajemen mengumpulkan kinerja siswa.The American Society for Training & Development (2005, dalam Watson & Watson, 2007) menambahkan 4) Integrasi terhadap sistem Sumber Daya Manusia, 5) Menyediakan akses terhadap konten dan lingkungan pembelajaran (kelas, online), 6) Membuat bahan ajar beserta penyimpanannya, 7) Mengintegrasikan materi pembelajaran dengan third-party software (perangkat lunak pihak ketiga) guna memperkaya pembelajaran dan 8) Memberikan penilaian terhadap capaian pembelajaran yang telah dilakukan. Delapan hal tersebut merupakan beberapa karakteristik dari LMS yang dapat digunakan dalam proses belajar dan mengajar.

Salah satu LMS yang kerap digunakan oleh lembaga pendidikan dalam mengelola pembelajaran yakni Moodle (Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment) yang merupakan layanan web (internet). Melalui Moodle, siswa dapat melakukan proses pembelajaran,berdiskusi satu dengan lainnya, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pengajar, mendapatkan materi pelajaran dan lain sebagainya secara cepat, dan dapat diakses kapanpun dan dimanapun tanpa memerlukan kehadiran pada suatu tempat tertentu.Moodle ini juga memungkinkan pengajar untuk memberikan materi pelajaran, menjelaskan, menjawab pertanyaan dan melakukan penilaian tugas belajar siswa dengan mudah dan cepat (Hunt, 2010). Dengan kata lain, Moodle merupakan sarana yang dapat mengelola pembelajaran dengan baik dan tertata.

Terlebih, apabila dalam pembelajaran yang bersifat konvensional, dimana pengajar masih menggunakan rutinitas tatap muka, tugas-tugas dikerjakan dengan media kertas sehingga tak jarang siswa memperoleh banyak kertas mulai dari materi pelajaran smapai tugas yang perlu dikerjakan. Cara mengajar tersebut dipercaya dapat memberikan efek tekanan pada siswa dan Agina (2013) menegaskan bahwa cara mengajar yang memberikan beban frustasi ke siswa membuat siswa tidak memahami isi bahasan dan tidak tertarik untuk kembali mempelajari materi yang disajikan oleh guru. Tentunya hal tersebut menjadi masalah dalam mancapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, Hunt (2010) menyatakan bahwa pengajar yang menggunakan LMS terkhusus Moodle akan memberikan suatu nilai tambah dalam mengelola pembelajaran yakni fleksibilitas. Pengajar dapat merancang pembelajaran diluar kelas, tanpa menggunakann banyak kertas sebagi media pembelajaran dan juga menambahkan konten-konten bahasan menarik melalui link (tautan) dengan situs-situs pembelajaran lain yang menarik perhatian.

Gilly Salmon (2000, dalam Hunt, 2010), secara sederhana, mengungkapkan Five-Stage Model (model lima tahap) dalam proses belajar dan mengajar. Model tersebut dimulai

(15)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

680 | Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan)

dari 1) Access & Motivation (akses dan motivasi), dimana isu penting tahap ini merupakan menggunakan dan mengeksplorasi teknologi dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Moderator (pengajar) membantu pelajar untuk mengenali lingkungan belajarnya, dalam hal ini internet dengan media Moodle. Kemudian, pengajar mengkaitkan kondisi lingkungan dengan harapan yang hendak diraih dengan adanya lingkungan belajar yang ada. 2) Socialisation (sosialisasi), sembari membangun tahap pertama, tahap ini fokus pada pengenalan sosial dan membangun komunitas/kelompok belajar. Disini, pengajar berperan sebaga jembatan penghubung terbangunnya situasi sosial kelompok belajar yang ada. 3) Information Exchange (pertukaran informasi), disini pelajar mulai bertukar informasi satu dengan yang lainnya menggunakan media Moodle. Kegiatan kooperatif pun mulai dapat terbangun. Dalam proses belajar mengajar, terjadilah interaksi antara pengajar, pelajaran, isi/materi ajar dan kegiatan yang dilakukan.

Gambar 1. Five-Stage Model Gilly Salmon dalam Proses Belajar dan Mengajar

Selanjutnya, 4) Knowledge Construction (membangun pengetahun), pembangunan pengetahuan dan kegiatan disikusi merupakan hal yang penting dilakukan pada bagian ini setelah pelajar bertukar informasi. Pelajar mulai memahami bagian-bagian tugas yang diberikan kemudian membangun pengetahuan dengan melakukantugas tersebut dan/atau berdiskusi dengan kelompok belajar yang ada. 5) Development (pengembangan), disini pelajar dapat bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri dan proses yang terjadi dalam kelompok. Pada bagian ini, refleksi dan penilaian dapat dilakukan guna mengetahui sejauh mana pemahaman dan perkembangan pembelajaran.

METODE

Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang hendak memaparkan mengenai isu manajemen pembelajaran dalam pendidikan, potensi masalah yang dihadapi, uraian penggunaan LMSMoodle dengan tahap-tahapnya dalam proses belajar dan mengajar serta

(16)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan) | 681 menyajikan praktek terbaik suatu lembaga pendidikan terkait isu yang dibahas mengenai penggunaan Moodle sebagai Learning Management System (sistem manejemen pembelajaran). Artikel ini merupakanBest Practice, praktek terbaik berdasarkan pengalaman dan penelitian yang telah dilakukan oleh suatu lembaga pendidikan guna menjadi inspirasi, pemicu dan dasar pengembangan LMS pada lembaga-lembaga pendidikan yang membaca kajian ini.

Subjek yang diteliti dalam artikel ini yaitu Moodle ‘F-Learn’ (Flexible Learning) yang digunakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dalam mengelola proses belajar dan mengajar. F-Learn merupakan salah satu bentuk LMS yang dikembangan oleh UKSW dimana dapat diakses oleh pengelola F-Learn, staff pengajar (dosen), pelajar/mahasiswa, dan pihak-pihan yang memperoleh ijin khusus untuk mengaksesnya.

Informasi mengenai penggunaan, sistem tata kelola dan berbagai informasi detail lainnya diperoleh dengan teknik Semi-Structured Interview (wawancara semi terstruktur) kepada pengelola F-Learn pada Biro Teknologi dan Sistem Informasi (BTSI), UKSW. Informasi selebihnya juga diperoleh dengan melakukan Tutorial penggunaan F-Learn sembari mempelajari bagian-bagian dalam F-Learn itu sendiri.

Selanjutnya informasi yang telah didapat beserta dengan panduan pengguaan F-Learnakan dikaji dengan menggunakan Best PracticeGuideline (panduan praktek terbaik) yang diperoleh dari Griffith University(2014)dan indikator-indikator pemilihan LMSoleh Steven Kerschenbaum & Barbara T.W. Biehn (Tanpa Tahun), yang meliputi tujuh poin sebagai berikut: 1) Technical Environment (Lingkungan Teknis), 2) Formal Requirements (KetentuanResmi), 3) Standards & Technology (Standar dan Teknologi), 4) Document Planning & Property (Perlengkapan dan Perencanaan Dokumen), 5) Sharing Data (Berbagi Data), 6) Licensing for Re-Use (Ijin Penggunaan Kembali) dan 7) Additional Consideration (Pertimbangan Tambahan). Ketujuh poin tersebut akan mendasari pemilihan dan pengkajianBest PracticeMoodleF-Learn UKSW sebagai sistem manajemen pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seperti yang telah dibahas pada bagian awal bahwa MoodleF-Learn merupakan Learning Management System (LMS) yang digunakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dalam mengelola pembelajaran.Dasar pemilihan Best Practice ini merujuk pada Best PracticeGuideline dari Griffith University (2014) dan indikator-indikator pemilihan LMS oleh Steven Kerschenbaum & Barbara T.W. Biehn.

Technical Environment

Dalam menerapkan Moodle F-Learn dikalangan Universitas Kristen Satya Wacana tentunya perlu diperhatikan lingkungan teknis yang ada. Lingkungan teknis ini merupakan ada tidaknya sarana dan prasarana teknologi pendukung diterapkannya LMS tersebut. UKSW memiliki pusat-pusat data (database), tempat dimana data-data dalam pengelolaan F-Learn berkumpul. Database tersebut terkelola dalam satu server (pengelola utama) didukung dengan perangkat komputer yang memadahi ditiap unit/fakultas. Pengelola sistem ditangani langsung oleh Biro Teknologi dan Sistem Informasi (BTSI) UKSW yang berupa pengelola perangkat komputer dan pendukungnya serta pengelola aplikasi web yang ada. Oleh karena itu, indikasi lingkungan teknis di UKSW telah dipenuhi dan dapat beralih ke indikator selanjutnya.

(17)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

682 | Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan)

Formal Requirements

Dalam pemenuhan ketentuan resmi ini, UKSW melakukan berbagai kegiatan pemenuhan persyaratan antara lain: memperhatikan masalah perijinan (lisensi). Ternyata Moodle F-Learn merupakan aplikasi web open source, dimana dapat secara bebas digunakan dan dikembangkan oleh siapapun (lembaga apapun)tanpa memerlukan lisensi khusus. F-Learn juga pernah mengikuti penilaian dan sertifikasi pada tahun 2008 dan mendapat peringkat ke-3 secara nasional dalam penggunaan sistem manajemen pembelajaran elektronik dan terus berkembang hingga saat ini. Sistem F-Learn telah sanggup memenuhi kebutuhan setiap kelas (mata kuliah) yang dibutuhkan dan sampai saat ini telah melayani lebih dari 500 kelas yang tersebar pada program-program studi di UKSW. Ketentuan resmi ini telah digenapi dan masuk pada indikator selajutnya.

Standards & Tehnology

Standar dan Teknologi disini merupakan kesanggupan Moodle F-Learn untuk dapat diakses oleh pengguna pada waktu dan tempat yang berbeda. Moodle F-Learn UKSW telah dapat diakses oleh mahasiswa, staff pengajar dan pengguna lainnya dari berbagai tempat karena berbasis web pada jaringan internet. Selain itu kemampuan digunakannya kembali kelas virtual juga telah ada dalam Moodle F-Learn UKSW. Kelas yang telah usai dapat dikelola dan digunakan kembali setelah disusun penanggalan dan konten pembelajarannya kembali oleh pengelola F-Learn di tingkat program studi, fakultas atau pusat.

Document Planning & Property

Bagian ini menjelaskan mengenai jenis data yang disediakan dalam proses pembelajaran. Moodle F-Learn memungkinan pengelola untuk dapat menggunakan berbagai jenis data dalam proses belajar dan mengajar dan berbagai tipe file seperti Office, PDF dan lain sebagainya telah dapat diakses. Data berupa tugas kuliah, modul pembelajaran, dokumen-dokumen pendukung akan tersimpan dengan baik dalam sistem F-Learn itu sendiri dan dimungkinkan bagi pengajar untuk mengunduh dan menyimpan arsip dokumen-dokumen tersebut secara pribadi.

Sharing Data

Moodle F-Learn juga telah memiliki kemampuan berbagi data. Materi pelajaran yang telah dirancang oleh pengajar dapat didistribusikan pada te,pat yang tersedia tiap minggunya dan dapat diakses kapanpun dan dimanapun secara berulang. Materi lain pun dapat ditambahkan berupa link (tautan) dari situs lain guna berbagi informasi tambahan tanpa harus mencatat alamat materi ajar atau bahan tambahan pelajaran lainnya. Banyak diantara pengajar yang menambahkan link Blog (aplikasi web yang memungkinkan pengguna untuk mentimpan dan mempublikasikan hasil karya) sebagai pendukung penggunan F-Learn. Licensing for Re-Use

DikarenakanMoodle F-Learnmerupakan aplikasi web open sourse tanpa lisensi, sehingga tidak diperlukan suatu ijin khusus dalam penggunaan dan pengembangannya. Dengan demikian, Moodle F-Learn dapat digunakan secara berkelanjutan tanpa harus memusingkan masalah perijinan. Oleh karena itu proses belajar dan mengajar dapat terus berjalan dengan baik.

(18)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan) | 683 Additional Consideration

Pertimbangan lainnya yang menetukan layak tidaknya Moodle F-Learn digunakan sebagai acuan Best Practice yakni kemudahan dan keramahan untuk digunakan. Moodle F-Learn ini dapat diakses dengan mudah karena tidak memerlukan tingkatan-tingkatan penggunaan. Pengguna dapat secara langsung memasukkan user identity (identitas pengguna) dan password (kata sandi) kemudian dapat mengakses kelas dan mata kuliah yang telah tersaji secara langsung. Dengan terpenuhinya ketujuh indikator pemilihan dari Griffith University (2014) dan Steven Kerschenbaum & Barbara T.W. Biehn (tanpa tahun) sebagai panduan Best Practice yang hendak dipaparkan, maka Moodle F-Learn layak untuk meenjadi bahan Best Practice dalam sistem manejemen pembelajaran. Moodle F-Learn dapat dipaparkan sebagai praktek terbaik yang telah dikembangkan oleh Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Penyampain Best Practice penggunaan Moodle F-Learn sebagai Learning Management System di Universitas Kristen Satya Wacana akan terbagi menjadi empat bagian dari persiapan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran daan pengawasan pembelajaran. Persiapan Pembelajaran

Kerschenbaum & Biehn (Tanpa Tahun), sebelumnya, menyatakan bahwa penggunaan teknologi tanpa adanya manajemen yang baik dapat menimbulkan suatu permasalahan tersendiri. Lebih lagi, dalam persiapan pembelajaran, Hasibuan (2007) berpendapat bahwa apabila pengajar tidak tepat dalam mengelola maka yang didapati ketika proses pembelajaran adalah kurang siapnya materi ajar untuk disampaikan. Disini, Moodle F-Learn memfasilitasi pengajar dalam mempersiapkan pembelajaran.

Dimulai dari penentuan waktu/minggu efektif pembelajaran, Moodle F-Learn menyediakan bagian khusus bagi pengelola pembelajaran untuk menyiapkan berapa lama pembelajaran akan berlangsung menggunakan sarana teknologi tersebut. Dalam pendidikan tinggi, rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam pertemuan pembelajaran antara 14 sampai 16 pertemuan. Minggu efektif tersebut dapat dikelola dalam Moodle F-Learn sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang ada.

Sedangkan bagi pengajar yang kesulitan dalam membuat silabus atau rencana pembelajaran (RPP), Moodle F-Learn dapat menjadi gambaran rencana pembelajaran dalam satu semester. Hal tersebut dimungkinkan karena struktur visual Moodle F-Learn berupa lembar tunggal yang terbagi dalam minggu-minggu dimana kelas berlangsung dan dalam masing-masing minggu dapat diisi deskripsi pembelajaran, capaian pembelajaran, tugas yang hendak diberikan dan informasi-informasii pembelajaran lainnya. Tentunya hal ini memudahkan pengajar untuk menggunakan pola pembelajaran yang tersusun sebagai dasar rencana pembelajaran semester selanjutnya.

Pelaksanaan Pembelajaran

Dari sisi pelaksanan, Moodle F-Learn dilengkapi dengan sistem pengelolaan peserta didik dan pengelilaan kelas. Terdapat berbagai pilihan kelas yang tersaji dalam web tersebut setelah melakukan registrasi pada pengelola pusat web. Pengajar dapat menentukan siapa saja yang berhak bergabung dalam kelas tersebut dan mengelola peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan Moodle F-Learn. Pembelajaran pun dapat dilakukan tanpa harus bertatap muka namun pengajar dan pelajar dapat saling berhubungan dan melakukan proses pembelajaran jarak jauh.

(19)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

684 | Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan)

Moodle F-Learn juga memungkinkan pengajar dan pelajar untuk menambah referensi pelajaran yang didapat dari sumber lain (situs atau jurnal/buku rujukan). Terlebih bagi pengajar yang hendak membagikan informasii penggunaan buku atau sumber belajar, dengan mudah dapat dibagikan melalui tempat yang tersedia dalam Moodle F-Learn. Dengan fungsi yang fleksibel dan inovatif ini, apa yang dinyatakan Hasibuan (2007) mengenai tata kelola pembelajaran yang kurang baik akan teratasi karena pengajar dapat secara mudah mengelola distribusi sumber belajar tanpa terbatas pada ruang, waktu dan penggunaan kertas yang berlebihan.

Selain itu, Moodle F-Learn juga memotivasi siswa dalam pembelajaran seperti yang dinyatakan Salmon (2000, dalam Hunt, 2010) pada tahap pertama Five-Stage Model. Mengingat bahwa pembelajaran yang dilakukan secara konvensional- dimana tatap muka pengajar dan pelajar begitu intensif, penggunaan banyak sumber belajar berupa cetak kertas- dipercaya memberikan efek bosan dan tekanan pada pelajar, Moodle F-Learn memberikan alternatif dan inovasi lain dengan menyuguhkan pola pembelajaran berbasis elektronik dimana pelajar dapat mengaksesnya melalui komputer, tablet bahkan smartphone mereka kapanpun dan dimanapun. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bhvard (2009) sebelumnya mengenai teknologi yang memberikan daya tarik tersendiri bagi pelajar yang menggunakanannya dalam proses pembelajaran.

Disisi lain, pengajar tetap dapat melakukan pendampingan bagi pelajar yang ingin bertanya mengenai topik bahasan yang ada. Dalam kelas konvensional, diketahui bahwa pelajar dapat merasa bosan bahkan menolak untuk berpastisipasi karena merasa takut pada pengajarnya, situasi belajar mengajar yang membosankan dan metode mengajar guru yang tidak menarik. Hal tersebut dialami oleh Suwartono&Mayaratri (2011) dimana pelajar merasa tidak nyaman terhadap pengajar karena berbagai hal seperti yang dinyatakan sebelumnya. Dengan adanya Moodle F-Learn, hal-hal tersebut dapat dikelola karena pelajar dapat berkomunikasi kepada pengajar dengan cara yang berbeda yakni menggunakan chatting box (percakapan jarak jauh melalui internet secara langsung dan cepat). Hal tersebut sudah menjadi hal yang menarik bagi pelajar dewasa ini karena smartphoneyang banyak digunakan telah dibekali dengan sistem komunikasi serupa yang ternyata sejalan dengan tahap kedua Five-Stage Model Salmon (2000, dalam Hunt, 2010).

Penilaian Pembelajaran

Dari segi penilaian, pengajar tidak perlu merasa kewalahan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa. Pengguna dapat menggunakan fitur dari Moodle F-Learn untuk menyiapkan tes baik itu dalam bentuk pilihan ganda, isian, uraian bahkan tes tersebut dapat diberi batas wakktu mengerjakan. Pengajar tidak perlu khawatir memantau dan memberi batas waktu penyelesaian tugas siswa. Moodle F-Learn dapat memberikan batasan waktu pengumpulan tugas dan/atau batas waktu mengerjakan tes melalui web tersebut. Hal tersbut tentunya mendukung pengajar dalam melakukan evaluasi hasil belajar siswa.

Selanjutnya, pengajar dapat pula melakukan evaluasi proses belajar siswa dengan melihat struktur tugas yang dikumpulkan, keaktifan pelajar dalam berdiskusi dan/atau memanfaatkan Moodle F-Learn sebagai sarana pembelajaran mereka. Proses tersebut dapat dinilai tanpa harus secara langsung melihat pelajar mengerjakan atau mengakses web tersebut karena sebagian besar kegiatan mahasiswa terekam dalam Moodle F-Learn.

(20)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan) | 685 Pengawasan Pembelajaran

Bagian terakhir yang tidak kalah pentingnya yakni pengawasan pembelajaran. Pengawasan disini dapat berupa pemantauan kinerja siswa, pokok bahasan siswa dan keterlibatan siswa dalam kelas atau mata kuliah yang ada. Pengajar dapat saja terkecoh dengan siswa yang berkata bahwa mereka telah mengerjakan tugas, telah berdiskusi dengan kelompoknya dan lain sebagainya pada kelas konvensional. Disini, pengajar dapat memantau siswa ketika sedang berdiskusi, mengakses layanan Moodle F-Learn bahkan tanggal dan jam siswa mengakses atau berdiskusi melalui Moodle F-Learn tercatat dengan baik. Pemantauan serupa juga dapat dilakukan pengajar kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam pemahaman. Apabila dijumpai siswa kurang aktif atau memiliki gagasan yang kurang terbangun, pengajar dapat secara langsung menghubungi siswa yang bersangkutan dan memberikan tutorial pribadi guna meningkatkan pemahaman mengenai topik bahasan yang ada. Pada bagian ini tiga tahapan terakhir Five-Stage ModelSalmon (2000, dalam Hunt, 2010) terbangun yakni pertukaran informasi, pembangunan pengetahuan dan pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran dengan perantara elektronik.

Selanjutnya mengenai pelaporan pengajar atas tugas belajar dan mengajar di kelas dapat tersusun dengan baik. Jika dalam melakukan pembelajaran di kelas secara konvensional, pengajar mengedarkan daftar hadir, daftar evauasi pembelajaran dan penilaian pelajar terhadap proses belajar mengajar, melalui Moodle F-Learn, pengajar dapat menyusun laporan kehadiran siswa yang telah terekam. Pengajar juga dapat memberikan laporan hasil belajar dan mengajar dengan memperhatikan materi bahasan pada waktu tertentu dan sumber belajar yang digunakan.

Berdasarkan paparan Best Practice penggunaan Moodle F-Learn sebagai Learning Management System, ditemui bahwa dalam proses pembelajaran dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian sampai pengawasan telah tercakup dalam penggunaan jenis LMS ini. Potesi-potensi masalah dalam proses belajar dan mengajar yag sempat disebutkan pada bagian awal dapat ditemukan alternatif solusi yang baik dalam mengurangi bahkan mengatasi potensi masalah yang muncul. Hanya saja, dalam menggunaan Moodle F-Learn masih bisa dijumpai masalah terkait dengan hal teknis dalam manajmen pembelajaran. Kualitas jaringan internet sangat mempengaruhi penggunaan Moodle F-Learn ini. Apabila jaringan yang tersedia kurang optimal, penggunaan F-Learn ini pun juga terkendala.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penggunaan Moodle F-Learn dalam manajemen pembelajaran yang terpapar dalam Best Practice di Universitas Kristen Satya Wacana, didapati suatu kesimpulan bahwa dalam mengelola pembelajaran dari persiapan bahan ajar, pengaturan kelas dan peserta didik, pembuatan rencana pembelajaran, mengelola dan memotivasi siswa dalam belajar, penilaian hasil belajar dan proses pembelajaran sampai pemantauan keaktifan serta keterlibatan siswa, dapat dijumpai kendala-kendala yang membuat proses pembelajaran tidak secara optimal terlaksana. Namun, ada satu alternatif pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan Learning Management System yakni Moodle F-Learn sebagai pendukung yang dapat meminimalisir bahkan mengatasi per-masalahan manajemen pembelajaran dalam lembaga pendidikan.

Moodle F-Learn dapat membantu pengajar dan pelajar dalam mempersiapkan pem-belajaran dari penyediaan tempat berbagi bahan ajar, penentuan waktu/minggu efektif pembelajaran dan membantu pengajar dalam menetapkan rencana pembelajaran semester.

(21)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL MMP 2016

“Membangun Budaya Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Indonesia Dalam Perspektif Revolusi Mental Guru di Indonesia” Universitas Kristen Satya Wacana Sabtu, 12 Maret 2016

686 | Penggunaan Moodle ‘F-Learn’ SebagaiLearning Management System (LMS)… (Mozes Kurniawan)

Disana, pengajar dapat mengelola peserta didik dalam hal keterlibatan dalam kelas, membantu peserta didik yang membutuhkan tutorial pribadi dan tersediannya sarana berkomunikasi via chatting box yang dewasa ini sedang populer di kalangan penguna smartphone.

Pelaksanaan evaluasi hasil belajar pun dapat dilaksanakan dengan baik dan terpantau dengan adanya berbagai fitur seperti batasan waktu bagisiswa untuk mengerjakan dan/atau mengumpulkan tugas mereka. Hasil belajar pun dapat dipaparkan melalui bagian nilai tersendiri dalam Moodle Learn. Hal-hal tersebut menjadi titik kekuatan jenis LMS Moodle F-Learn yang telah lama digunakan oleh Universitas Kristen Satya Wacana.

Hanya saja, Moodle F-Learn masih memiliki keterbatasan salah satunya dari segi ketergantungan pada kualitas jaringan internet. Apabila terjadi gangguan pada jaringan internt, proses pembelajaran dengan Moodle F-Learn juga terganggu. Disini, muncul suatu gagasan mengenai penelitian lebih lanjut terkait dengan penggunaan Moodle dalam mengelola pembelajaran. Peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih detail mengenai pengambangan dan inovasi pembelajaran dengan Moodle. Peneliti selanjutnya juga dapat meneliti mengenai pengaruh penggunaan Moodle terhadap motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, disarankan bagi pembaca artikel ini untuk dapat memahami, mengembangkan bahkan meneliti lebih lagi hal-hal menarik dari Moodle(Learning Management System) serupa guna memberikan kontribusi positif dan/atau meningkatkan kekayaan dan kualitas pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA

Agina, A. M. 2013. Animation in Education.Oracle Think Quest: Education Foundation. Diakses dari:

http://library.thinkquest.org/05aug/00066/content_education.html

Aquinas, P.G. 2011. Principles And Practices Of Management. IIMS, Lovely Professional University. Bhavard, R. 2009. Audio-video Aids in Teaching English. English Language Teaching Weekly. Issue No.6. Griffith University. 2014. Best Practice Guidelines For Researchers: Managing Research Data And

Primary Materials. Australia: CRICOS No. 00233E

Hasibuan, M.S.P. 2007. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hunt, T. 2013. Moodle: Lecturer Guide Basic Concept. CreATE: Faculty of Education.

Kerschenbaun, S. & Biehn, B.T.W. _______. LMS Selection: Best Practices. ADAYANA

Rossum, E.V.J. & Hamer, R. 2011. The Meaning of Learning and Knowing. Rotterdam: Sense Publishers.

Suwartono,T. and Mayaratri, P. (2011). Handling the EFL Students’ Crisis of Self-Confidence to Ask Questions. Sino-US English Teaching , pp.24-31.

Watson, W.R. & Watson, S.L. 2007. An argument for clarity: what are learning management systems, what are they not, and what should they become? TechTrends, Springer Verlag, 2007, 51(2),

pp.28-34.

BIODATA PENULIS

Mozes Kurniawan lahir di kota Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia pada tanggal 02 Januari

1990. Dia meraih gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Bahasa Inggris dan Magister dalam bidang Manajemen Pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Pria yang memiliki passion di dunia pendidikan ini adalah salah satu dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dia dipercaya untuk mengajar pengembangan bahasa dan pendidikan. Salah satu ketertarikannya dalam penelitian Manajemen Pendidikan yakni mengenai Instructional Management.

(22)

Gambar

Gambar 1. Five-Stage Model Gilly Salmon dalam Proses Belajar dan Mengajar

Referensi

Dokumen terkait

[r]

KUDUS-PURWODADI NO.93 MENGUMUMKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA UNTUK PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013, SEPERTI TERSEBUT DIBAWAH INI. NON LELANG/

Pengetahuan fisis adalah suatu pengetahuan yang menunjukkan karakteristik fisik (ukuran, bentuk, warna, tekstur dsb) dari suatu objek/benda dan interaksi maupun

Apabila Saudara membutuhkan keterangan dan penjelasan lebih lanjut, dapat menghubungi kami sesuai alamat tersebut di atas sampai dengan batas akhir pemasukan Dokumen

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan: (1) Jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal materi Termodinamika

• Asumsi yang digunakan adalah bahwa balok tak akan tertekuk, karena bagian elemen yang mengalami.. tekan, sepenuhnya terkekang baik dalam arah sumbu kuat ataupun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengetahuan ibu-ibu yang tergabung sebagai anggota Ikatan Keluarga Besar Ibu-ibu Kebun Sei Rokan

Sehubungan dengan hasil evaluasi dokumen kualifikasi saudar a, per ihal Penawar an Peker jaan Pembangunan Pagar.. kecamatan Sebuku, maka dengan ini kami mengundang