• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK (Round Up) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum L.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APLIKASI HERBISIDA SISTEMIK (Round Up) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN LADA (Piper nigrum L."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

(Piper nigrum L.)

Oleh :

ADITYA AHMAD

NIM. 100500097

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

(Piper nigrum L.)

Oleh

ADITYA AHMAD

NIM. 100500097

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Sambutan Ahli Madya Pada Program Diploma III

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

(Piper nigrum L.)

Oleh :

ADITYA AHMAD

NIM. 100500097

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli

Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(4)

Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Pengendalian Gulma Pada Tanaman Lada (Piper nigrum L), (dibawah bimbingan F. Silvi Dwi Mentari)

Untuk meningkatkan produksi tanaman Lada perlu adanya penyiangan gulma atau tanaman pengganggu karena gulma akan tumbuh disekitar tanaman utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati seberapa besar pengaruh perbedaan konsentrasi penggunaan herbisida sistemik (Round Up) terhadap gulma tanaman Lada. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percontohan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu pelaksanaan dalam penelitian ini adalah selama 3 bulan, dimulai pada tanggal 1 Desember 2012 sampai 28 Februari 2013, terhitung dari persiapan alat dan bahan hingga 10 hari pengambilan data awal dan terakhir sampai pembuatan Laporan.

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan yang mana masing-masing perlakuan p1 dilakukan penyemprotan Round Up dengan konsentrasi 4 ml/liter air, p2 dilakukan penyemprotan Roond Up dengan konsentrasi 5ml/liter air, p3 dilakukan penyemprotan Round Up dengan konsentrasi 6 ml/liter air, p4 dilakukan penyemprotan Round Up dengan konsentrasi 7 ml/liter air.

Dari perhitungan rataan sederhana diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa perlakuan p4 yaitu penyemprotan herbisida Round Up dengan konsentrasi 7 ml/liter air lebih cepat mematikan gulma dengan rata-rata tingkat kematian gulma berada pada skala 3 dan mematikan gulma pada hari ke 8, dibandingkan dengan perlakuan p1, p2, p3 yaitu penyemprotan herbisida

Round Up rata-rata tingkat kematian gulma berada pada skala 2 dengan

rata-rata kematian gulma pada hari ke 10.

(5)

Samarinda, Kecamatan Samarinda Ulu, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan putra kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Suyanto dan Ibu Suryani.

Pada tahun 1997 memulai pendidikan dasar pada Sekolah Dasar Negeri 008 Samarinda, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003 melanjutkan ke Madrasah Tsanawiah di MTS Negeri AL-Muna di Samarinda dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 melanjutkan ke Sekolah Pertanian Menengah Atas di Sekolah SPP-SPMA Negeri Samarinda, Jurusan Perkebunan dan lulus pada tahun 2009. Pendidikan tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan pada tahun 2010.

Pada tanggal 1 Maret sampai dengan tanggal 30 April 2013 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT. Sawit Sukses Sejahtera, Desa Senyiur, Kecamatan Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.

(6)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tentang “Aplikasi Herbisida Sistemik (Round Up) Dengan Konsentrasi yang berbeda terhadap Pengendalian Gulma Pada Tanaman Lada (Piper nigrum L.). Penelitian dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik moril maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu F. Silvi Dwi Mentari,S. Hut, MP selaku dosen pembimbing.

2. Ibu Riama Rita Manulang, SP, MP dan Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku dosen penguji I dan penguji II.

3. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budi daya Tanaman Perkebunan.

4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

6. Seluruh staf dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Tanaman Pekebunan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

7. Orang tua dan para keluarga yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi serta do’a kepada penulis selama ini

8. Rekan-rekan mahasiswa dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selalu mendukung, membantu dan memberikan semangat.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, dan penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Penulis.

(7)

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... Viii DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA... 3

A. Tinjauan Umum Tanaman Lada... 3

B. Tinjauan Umum Gulma... 8

C. Tinjauan Umum Herbisida... 18

III. METODE PENELITIAN ... 21

A. Tempat Dan Waktu Penelitian... 21

B. Alat Dan Bahan... 21

C. Prosedur Penelitian... 21

D. Perlakuan... 22

E. Pengambilan Data... 23

F. Pengolahan Data... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Hasil... 24

B. Pembahasan... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

A. Kesimpulan... 28

B. Saran... 28 DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Tubuh Utama Halaman

1. Grafik Garis Persentase Kematian Gulma Dengan Penyemprotan

Herbisida Round Up... 25 2. Diagram Rata-Rata Persentase Tingkat Kematian Gulma Untuk

(9)

1. Denah Petakan Perlakuan Yang Ada Di Kebun Percontohan

Tanaman Lada... 31

2. Persentase Tingkat Kematian Gulma... 32

3. Beberapa jenis gulma yang menjadi pesaing bagi tanaman...……… 33

4. Solo Sprayer...……….. 34

5. Penentuan Dosis Herbisida... 34

6. Gambar Penyemprotan... 35

7. Gambar Petak Perlakuan 1 Hari Ke 3 Setelah Aplikasi Herbisida.... 35

8. Gambar Petak Perlakuan 2 Hari Ke 3 Setelah Aplikasi Herbisida.... 36

9. Gambar Petak Perlakuan 3 Hari Ke 3 Setelah Aplikasi Herbisida.... 36

10. Gambar Petak Perlakuan 4 Hari Ke 3 Setelah Aplikasi Herbisida.... 37

11. Gambar Petak Perlakuan 1 Hari Ke 6 Setelah Aplikasi Herbisida.... 37

12. Gambar Petak Perlakuan 2 Hari Ke 6 Setelah Aplikasi Herbisida.... 38

13. Gambar Petak Perlakuan 3 Hari Ke 6 Setelah Aplikasi Herbisida.... 38

14. Gambar Petak Perlakuan 4 Hari Ke 6 Setelah Aplikasi Herbisida.... 39

15. Gambar Tampak Jauh Lahan Lada Yang Dilakukan Aplikasi Herbisda Hari Ke 6... 39

16. Gambar Petak Perlakuan 1Hari Ke 10 Setelah Aplikasi Herbisida... 40

17. Gambar Petak Perlakuan 2 Hari Ke 10 Setelah Aplikasi Herbisida... 40

18. Gambar Petak Perlakuan 3 Hari Ke 10 Setelah Aplikasi Herbisida... 41

19. Gambar Petak Perlakuan 4 Hari Ke 10 Setelah Aplikasi Herbisida... 41

(10)

No. TubuhUtama Halaman

1. Dosis Anjuran Pemakaian Herbisida Round Up Yang Tertera Di

Dalam Kemasan... 20 2. Tingkat Kematian Gulma Setelah Penyemprotan Dengan

(11)

I. PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan produksi tanaman Lada perlu adanya penyiangan gulma atau tanaman pengganggu karena gulma akan tumbuh disekitar tanaman utama. Jika dibiarkan gulma ini akan menghabiskan persediaan unsur hara tanah, sehingga pertumbuhan tanaman utama akan terganggu.Para petani kadang kurang memperhatikan gulma sehingga dalam kurun waktu tertentu populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma gulma ini akan berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara yang diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyian hama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hama yang dapat menyerang tumbuhan. Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha mengubah salah satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan, pengolahan tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan dengan masalah baru karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu akibat dari perubahan tersebut. Umumnya kemampuan gulma menyerap unsur hara sangat tinggi sehingga pertumbuhannya sangat pesat. Penyiangan dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun mekanis (Sutarno, 2005).

Penyiangan secara kimiawi adalah menyemprotkan zat pembunuh tanaman pengganggu atau biasa disebut dengan herbisida. Beberapa merek herbisida yang telah tersebar luas dipasaran antara lain Round Up, Gramoxone, Paracol, dan Herbazol. Zat kimia pembunuh tanaman didalam setiap merek bekerja efektif untuk jenis tanaman tertentu. Karenanya, harus diperhatikan jenis

(12)

gulma yang tumbuh dilahan untuk menentukan jenis atau merek herbisida apa yang akan dibeli. Jika salah penerapan tentu hanya akan menyebabkan pemborosan.

Menurut Sukman (2004), herbisida merupakan bahan yang canggih dalam pengendalian gulma, serta memberikan keuntungan lebih dalam pemakaiannya. Adapun keuntungan tersebut yang diberikan herbisida adalah Dapat mengendalikan gulma sebelum mengganggu tanaman utama, lebih efektif membunuh gulma tahunan dan semak belukar, dapat menaikan hasil dan mutu panen tanaman dibandingkan dengan perlakuan penyiangan biasa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati seberapa besar pengaruh perbedaan konsentrasi penggunaan herbisida sistemik (Round Up) terhadap gulma pada tanaman Lada.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini yaitu agar dapat memberikan informasi kepada petani maupun siapa saja yang menggunakan herbisida sistemik khususnya Round Up sebagai suatu cara mengendalikan gulma atau tumbuhan pengganggu.

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Lada

Tanaman lada berasal dari India dan sudah dikenal pada tahun 600-1000, ditemukan tumbuh secara liar disekitar Malabar sampai daerah Gahat barat pada tahun 600-1500 pedagang-pedagang arab mengangkut biji lada dari pantai Malabar India kenegara lainnya. Tanaman lada masuk ke Indonesia sekitar tahun 1547 (abad 16) dibawa oleh koloni Hindu dan kemudian membuat kebun didaerah Cirebon dan sekitar tahun 1847 Indonesia telah mengembangkan usaha tani lada dalam skala besar, dengan pusat produksi didaerah Lampung (Lada Hitam) Bangka dan Blitung (Lada putih) dalam perkembangannya di Indonesia sebelum tahun 1950-an produksi lada Indonesia merajai dunia perdagangan lada yaitu 80% dari total produksi lada dunia. Tanaman lada termasuk family Piper Raceae yang terdiri dari 10-12 marga. Dengan banyak jenis 1400 dengan bentuk beraneka ragam dan herba, semak, tanaman menjalar hingga pohon (Anonim, 2010).

1. Sistematika Tanaman Lada Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Klas : Dicotiledonae Ordo : Piperales Family : Piperaceae Genus : Piper

(14)

2. Morfologi Tanaman Lada

Lada (Piper nigrum L) termasuk keluarga piperaceae, berkerabat sangat dekat dengan sirih dan cabe jawa. Sehingga, jika di suatu daerah sirih dan cabe jawa bisa hidup subur, biasannya lada juga akan tumbuh baik (Sutarno, 2005).

a. Akar

Menurut (Sutarno, 2005). Akar tanaman lada terdiri atas akar yang terdapat di atas permukaan tanah dan akar yang berada dalam tanah.

1). Akar di permukaan tanah

Akar lada yang tumbuh di atas permukaan tanah disebut juga dengan akar panjat atau akar lekat karena fungsinya untuk melekatkan batang tanaman dari tajar atau tiang kayu tempat melilit (memanjat). Akar lekat ini hanya tumbuh pada buku-buku batang utama dan cabang ortrotop, sedangkan di cabang produksi (cabang plagiotrop) tidak muncul akar.

2). Akar dalam tanah

Akar lada yang tumbuh di dalam tanah biasa disebut akar utama, muncul di buku-buku batang utama baik dalam tanah maupun dekat pangkal tanaman. Akar ini muncul mengelilingi buku-buku batang. Pada akar utama ini tumbuh akar-akar samping yang masing-masing dilengkapi dengan akar rambut yang berfungsi menyerap hara dalam tanah yang dibutuhkan tanaman.

Akar lada di dalam tanah ini akan menembus tanah dengan kedalaman tergantung dari kegemburan tanah. Bisa mencapai dua

(15)

meter danmenyebar ke samping mencapai empat meter, tapi pada umumnya bisa mencapai 50 cm dan menyamping sekitar 1 m.

b. Batang

Batang tanaman lada bisa disebut juga stolon. Yaitu batang pokok yang tumbuh ke atas dan dari batang akan tumbuh cabang-cabang ortotrop dan cabang plagiotrop. Batang lada berbentuk agak pipih dan beruas-ruas dengan panjang setiap ruas 7-12 cm. Di setiap buku di antar ruas keluar akar rekat untuk melekatkan diri di tajar. Tanaman yang relatif masih muda atau berumur sekitar satu tahun, memiliki batang yang panjang sekitar 1,5 meter dengan jumlah ruas sekitar 20 buah (Sutarno, 2005).

c. Cabang

Menurut(Sutarno, 2005). Cabang lada terdiri dari atas 4 jenis yaitu cabang ortotrop, cabang plagiotrop, cabang gantung, dan cabang tanah 1). Cabang ortotrop

Kedudukan cabang ortotrop sama dengan batang primer karena sama-sama memanjat ke atas dan memiliki akar lekat untuk melekatkan diri di tajar, sehingga sering dinamakan cabang panjat. Disetiap buku muncul sehelai daun yang menghadap cabang plagiotrop dan akar-akar lekat.

2). Cabang plagiotrop

Cabang plagiotrop adalah cabang atau ranting yang muncul, baik dari batang utama maupun dari cabang ortotrop dengan jumlah sangat banyak. Cabang plagiotrop ini relatif berukuran pendek, agak kecil, dan tidak dilengkapi dengan akar di buku-bukunya, sehingga

(16)

tidak melekat di tajar seperti halnya di batang utama dan cabang ortotrop. Cabang plagiotrop ini selalu tumbuh menyamping atau bersifat lateral dan dari cabang ini masih bisa muncul beberapa ranting. Cabang-cabang plagiotrop merupakan bagia tanaman yang mengeluarkan malai bunga yang bisa menjadi buah, sehingga sering disebut dengan cabang buah atau cabang produktif. Malai bunga akan muncul di setiap buku ruasnya dan berhadap-hadapan dengan sehelai daun yang tumbuh menjelang pembungaan.

3). Cabang gantung

Cabang gantung sebenarnya sama dengan cabang ortotrop. Yaitu tumbuh ke atas, tetapi akar lekatnya tidak mendapat tempat untuk melekatkan diri di tajar, sehingga posisinya menggantung. Karenannya, cabang ini oleh petani lada lebih dikenal dengan sulur gantung.

4). Cabang tanah

Cabang tanah sama dengan cabang gantung atau sulur gantung, tetapi merambat di permukaan tanah, sehingga bisa dinamakan sulur tanah.

d. Daun

Daun tanaman lada merupakan daun tunggal dengan tekstur kenyal, panjang 12-18 cm, dan lebar sekitar 3 cm dengan tangkai sepanjang 4 cm. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua mengkilat dan bagian bawah berwarna hijau pucat tidak mengkilat. Daun lada agak unik karena bentuknya berbeda-beda, tergantung dari mana daun tersebut tumbuh. Daun yang keluar bagian atas berbentuk

(17)

panjang, sedangkan daun yang tumbuh di bagian bawah cendrung membulat. Penampila daun yang muncul dari cabang-cabang ortotrop lebih simetris dengan warna hijau lebih lengkap dibandingkan dengan daun dari cabang plagiotrop yang simetris dan berwarna terang.

Daun di cabang ortotrop muncul di buku-buku dan berhadapan dengan tumbuhnya kuncup cabang. Sementara itu, di cabang plagotrop, daun muncul berhadap dengan malai bungga. Kuncup daun di cabang ini terbungkus oleh kelopak atau semacam sisik yang akan tinggal saat daun berkembang (Sutarno, 2005).

e. Bunga

Bunga lada muncul pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Desember hingga Januari, dan merupakan bunga majemuk yang tumbuh mengelilingi malai bunga. Setiap malai bunga terdiri dari 100 - 150 bunga yang kelak akan menjadi buah. Malai bunga hanya keluar dari cabang plagiotrop, persisnya di buku-buku yang berhadapan dengan daun. Bunga lada tergolong bunga lengkap yang terdiri dari tajuk. Mahkota bunga, putik, dan benang sari (Sutarno, 2005).

f. Buah

Buah lada merupakan produk utama dari budidaya tanaman ini. Buah lada berbentuk bulat dengan biji keras dan berkulit lunak, saat masih muda, kulit buah lada berwarna hijau tua, kemudian berangsur-angsur menguning dan berwarna merah cerah jika sudah saatnya dipetik. Buah lada terbentuk sekitar bulan Februari dan akan matang atau siap panen sekitar bulan Oktober. Buah lada terdiri dari biji yang

(18)

berkulit keras dengan diameter 3-4 mm dan dilindungi oleh daging buah yang tebalnya sekitar 2 cm.

Keadaan kulit buah : kulit buah atau pericarp terdiri dari 3 bagian, ialah Epicarp ( kulit luar), Mesocarp (kulit tengah) dan Endocarp (kulit dalam) (Sutarno, 2005).

3. Syarat Tumbuh Tanam Lada

Curah hujan beberapa sentra tanaman lada di Indonesia adalah 2.371 mm/tahun optimalnya 2.000-2.500 mm/tahun. Ketinggian tempat 10-500 mdpl. Suhu berkisar antara 20°-30° C.Kelembapan udara 50-100%.pH yang dikehendaki 5,5-7.Tanah gembur dan subur banyak mengandung bahan organik dengan aerasi dan drainase baik. Solum tanah dalam laterit (Anonim, 2010).

B. Tinjauan Umum Gulma 1. Definisi Gulma

Definisi gulma yang terpendek adalah yang dikemukakan oleh Prof.Beal yaitu sebagai “a plant out of place atau Tumbuhan yang salah tempat” (King, 1974).

Gulma adalah semua tumbuhan yang berada secara alamidan kehadirannya tidak dikehendaki oleh tanaman utama karena menghalangi kelancaran dan pertumbuhan tanaman (Sukman, 2004).

Selain hama dan penyakit yang menyerang tumbuhan dan merugikan petani, gulma juga perlu mendapat perhatian khusus. Pada petani kadang kurang memperhatikan gulma sehingga dalam kurun waktu tertentu populasi gulma sudah melebihi batas. Gulma-gulma ini akan berkompetisi dengan tanaman utama dalam mendapatkan unsur hara yang

(19)

diperlukan pertumbuhannya. Gulma dapat menjadi tempat persembunyian hama. Pembersihan gulma sangat penting untuk menekan perkembangan hama yang dapat menyerang tumbuhan (Sukman, 2004).

Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha mengubah salah satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan, pengolahan tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan dengan masalah baru karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu akibat dari perubahan tersebut.Berbagai batasan (definisi) gulma bersifat temporer (sementara) bergantung pada tempat dan waktu. Beberapa definisi untuk gulma antara lain, gulma adalah tumbuhan yang tidak sesuai dengan tempatnya, gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki, gulma adalah tumbuhan yang bernilai negatif (Sukman, 2004).

Gulma juga menyebabkan kesulitan dalam praktek budidaya, seperti dalam pengolahan tanah, penyiangan, dan pemanenan yang menyebabkan peningkatan biaya produksi. Gulma pada saluran irigasi menghambat aliran air sehingga pemberian air ke sawah terhambat. Gulma dapat menjadi inang bagi hama atau patogen penyakit. Gulma harendong (Melastoma sp) menjadi inang hama teh Helopeltis antonii, gulma jajagoan (E. crusgalli) menjadi inang penggerek padi (Tryphoriza

innotata), gulma babadotan (Ageratum conyzoides) menjadi inang hama

lalat bibit kedelai (Agromyza sp), gulma Eupathorium adenophorum menjadi inang penyakit pseudomozaik virus pada tembakau Deli, gulma

(20)

ceplukan (Physalis angulata) menjadi inang penyakit virus pada kentang. Selain sebagai inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi parasit bagi tanaman budidaya. Sebagai contoh, gulma rumput setan (Striga asiatica) dapat menjadi parasit pada tanaman jagung dan padi ladang, gulma Orobanche spp. pada padi, jagung, tebu, gandum, dan tembakau. Gulma juga dapat menimbulkan alelopati pada tanaman yang menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman(Anonim, 2012).

2. Penggolongan Gulma

a. Berdasarkan Habitat (ekologi)

Berdasarkan habitatnya, gulma digolongkan menjadi dua yaitu gulma obligat dan fakultatif. Gulma obligat yaitu gulma yang hidup pada tempat yang sudah ada campur tangan manusia, seperti pada daerah pemukiman dan pertanian. Sebagai contoh, gulma babadotan (Ageratum conyzoides) dan gulma ceplukan (Physalis

angulata) hidup pada habitat pertanian. Gulma fakultatif adalah

gulma yang hidup pada tempat yang sudah ataupun belum ada campur tangan manusia. Sebagai contoh, gulma bawang liar (Allium

sp.), pakis-pakisan (Ceratoptoris sp.dan Nephrolepsis sp.)

(Moenandir, 2003).

b. Berdasarkan Sifat Hidup (umur)

Berdasarkan sifat atau umur hidupnya, gulma digolongkan menjadi gulma semusim (annual), gulma tahunan (perennial), dan gulma dwitahunan (biannual). Gulma semusim adalah gulma yang siklus hidupnya tidak lebih dari satu tahun (annual), contohnya gulma gulma babadotan (Ageratum conyzoides). Gulma tahunan adalah

(21)

gulma yang dapat hidup lebih dari satu tahun hingga beberapa tahun (perennial). Beberapa contoh gulma perennial adalah Chromolaena

odorata, Lantana camara danImperata cylindrica. Gulma dwitahunan

gulma yang memiliki siklus hidup dua tahun (Moenandir, 2003). c. Berdasarkan Daerah Asal

Berdasarkan daerah asal, gulma dibedakan menjadi gulma domestik dan gulma eksotik. Gulma domestik adalah gulma asli di suatu tempat/daerah, contohnya gulma alang-alang (Imperata

cylindrica) di Indonesia. Gulma eksotik yaitu gulma yang berasal dari

daerah (negara) lain, contohnya gulma eceng gondok (Eichhornia

crassipes) dan gulma kiambang (Salvinia molesta) berasal dari

negara lain (Moenandir, 2003).

d. Berdasarkan Kesamaan Respon terhadap Herbisida

Berdasarkan kesamaan respon terhadap herbisida, gulma dibedakan menjadi tiga golongan yaitu gulma rumput-rumputan (grasses ), gulma berdaun lebar (broadleave), dan gulma teki (sedges). Gulma rumputan atau disebut sebagai gulma berdaun pita merupakan gulma dari kelompok graminae yang memiliki ciri-ciri tulang daun sejajar tulang daun utama, panjang dan lebar daun jelas berbeda. Contoh gulma golongan rumput antara lainCynodon

dactylon, Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, dan masih

banyak lagi. Gulma golongan teki merupakan gulma dari famili Cyperaceae dengan ciri utama penampang batangnya segitiga. Gulma berdaun lebar sebagian besar merupakan dikotil tetapi ada

(22)

beberapa golongan monokotil, seperti eceng gondok dan lidah buaya (Moenandir, 2003).

e. Berdasarkan Tempat Tumbuh

Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma digolongkan menjadi gulma darat(terestrial) dan gulma air (aquatic). Gulma terrestrial adalah gulma yang tumbuh di daratan, seperti Cyperus

rotundus. Gulma aquatic adalah gulma yang tumbuh di air/perairan,

seperti eceng gondok (Eichornia crassipes), kayu apu (Pistia

stratiotes)(Moenandir, 2003).

f.Berdasarkan Sifat Gangguannya (Kompetisinya)

Berdasarkan sifat gangguannya, gulma digolongkan menjadi gulma biasa (common weed) dan gulma ganas (noxius

weed). Gulma biasa (common weed) adalah gulma yang

menyebabkan gangguan kurang nyata pada tanaman budidaya. Gulma ganas (noxious weed) adalah golongan gulma yang gangguannya nyata.Beberapa ciri gulma ganas yang Menimbulkan kemerosotan pada tanaman budidaya. propagula (alat perkembangbiakannya) mempunyai dormansi yang ekstrim. Mampu bertahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan(Moenandir, 2003).

g.Berdasarkan Jenis/Kelompok Tanaman Budidaya

Berdasarkan jenis tanaman budidaya yang menjadi tempat tumbuhnya, gulma digolongkan menjadi gulma tanaman pangan, gulma tanaman perkebunan, dan gulma tanaman padi sawah. Namun, penggolongan ini kurang jelas. Misalnya

(23)

gulma Borreria alata, dijumpai pada lahan tanaman perkebunan, tetapi juga dijumpai pada lahan tanaman pangan (Moenandir, 2003). h. Berdasarkan Kondisi (sifat) Lahan Tempat Tumbuh

Berdasarkan sifat lahan tempat tempat tumbuhnya, gulma dapat digolongkan menjadi gulma pada pH tinggi atau pH rendah, gulma pada tanah berlengas tinggi atau rendah, gulma yang tahan pada kadar garam tinggi, dan gulma yang tumbuh baik pada tempat terlindung cahaya atau sebaliknya. Sebagai contoh, gulma Imperata

cylindricamampu tumbuh dengan baik pada tanah sangat masam

selama kondisi cahaya terbuka penuh. Gulma harendong (Melastoma

malabathricum) merupakan indikator gulma di tanah masam.Gulma

dari golongan pakis akan tumbuh subur pada areal yang lembab dan ternaungi. Seringkali gulma golongan pakis ini mendominasi areal perkebunan yang telah menghasilkan, karena kondisi ekologinya yang cocok (Moenandir, 2003).

2. Kerugian Akibat Gulma a. Bidang Pertanian

Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan. Pada bidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman. Penurunan kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara, ruang tumbuh dan udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Pertumbuhan tanaman yang terhambat akan menyebabkan hasil menurun. Besarnya penurunan hasil tanaman tergantung pada

(24)

varietas tanaman, kesuburan tanah, jenis dan kerapatan gulma, lamanya kompetisi dan tindakan budidaya. Di Indonesia penurunan hasil akibat gulma diperkirakan mencapai 10-20%. Gulma juga dapat menurunkan kualitas hasil pertanian akibat tercampurnya biji-biji gulma dengan hasil panen pada saat panen maupun akibat tercampurnya biji-biji gulma sewaktu pengolahan hasil. Sebagai contoh, biji-biji gulma Ambrosia sp. Brassica spdan Agrostemma githag bila tercampur sewaktu pengolahan biji gandum akan menyebabkan bau dan rasa tepung tidak enak dan tidak disukai sehingga menyebabkan harga menurun (Sukman, 2004).

Gulma juga menyebabkan kesulitan dalam praktek budidaya, seperti dalam pengolahan tanah, penyiangan, dan pemanenan yang menyebabkan peningkatan biaya produksi. Gulma pada saluran irigasi menghambat aliran air sehingga pemberian air ke sawah terhambat. Gulma dapat menjadi inang bagi hama atau patogen penyakit. Gulma harendong (Melastoma sp.) menjadi inang hama teh Helopeltis antonii, gulma jajagoan (E. crusgalli) menjadi inang penggerek padi (Tryphoriza innotata), gulma babadotan (Ageratum

conyzoides) menjadi inang hama lalat bibit kedelai (Agromyza sp.),

gulma Eupathorium adenophorum menjadi inang penyakit pseudomozaik virus pada tembakau Deli, gulma ceplukan (Physalis

angulata) menjadi inang penyakit virus pada kentang. Selain sebagai

inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi parasit bagi tanaman budidaya. Sebagai contoh, gulma rumput setan (Striga

(25)

gulma Orobanche spp.Gulma juga dapat menimbulkan alelopati pada tanaman yang menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman(Sukman, 2004).

b. Bidang Peternakan

Pada bidang peternakan, gulma menyebabkan penurunan produksi pakan ternak akibat adanya kompetisi ataupun alelopati gulma yang menyebabkan mutu hasil ternak menurun. Sebagai contoh, gulma Allium sp. Hymenoxys odorata dan Ambrosia trifida bila termakan sapi perah akan menyebabkan susu yang dihasilkan berbau tidak enak dan mutu wol juga menurun. Terdapat spesies gulma tertentu beracun dan menyebabkan kematian pada ternak. Gulma kirinyuh (Eupathorium sp.) di Flores dilaporkan dapat mematikan sapi(Sukman, 2004).

c. Bidang Perikanan

Gulmaairmempercepathilangnyaair(evapotranspirasi). Adanya gulma di perairan juga menyebabkan menurunnya kapasitas waduk atau danau karena massa gulma air. Gulma di permukaan air juga dapat menghambat penetrasi cahaya matahari sehingga menyebabkan menurunnya pertumbuhan algae dan plankton yang berakibat menurunnya produksi ikan. Gulma yang tumbuh lebat di dalam perariran menyebabkan penurunan kadar oksigen sehingga menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu. Pada kegiatan penangkapan ikan, gulma yang hidup di permukaan maupun di dalam air dapat menyulitkan penangkapan ikan(Sukman, 2004).

(26)

d. Bidang Lain

Keberadaan gulma dapat menyebabkan kerugian pada beberapa bidang lainnya. Gulma menyebabkan hambatan pada bidang transportasi dan rekreasi sungai, waduk, dan danau. Gulma yang tumbuh di taman pekarangan menyebabkan penurunan nilai estetika taman. Biaya pemeliharaan taman, lapangan golf, pekarangan, rel kereta api meningkat dengan adanya gulma. Gulma tertentu mengganggu kesehatan manusia, seperti serbuk sari gulma Artemisia

vulgaris menyebabkan selesma, serbuk sari gulma Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Eleusine indica, dan Mimosa pudica menimbulkan

alergi(Sukman, 2004). 3. Klasifikasi Jenis Gulma

Menurut Sukman (2004),berdasarkan karaktristik yang dimiliki, gulma dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu teki, rumput, dan gulma daun lebar.

a. Teki

Kelompok teki-tekian memiliki daya tahan luar biasa terhadap pengendalian mekanis, karena memiliki umbi batang di dalam tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Contohnya adalah teki ladang (Cyperus rotundus).

b. Rumput

Gulma dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah berbentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contohnya adalah

(27)

alang-alang (Imperata cylindrica), (Paspalum conjugatum) Rumput pahit,

Eulesine indica (Rumput jampang).

c. Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini adalah daun sendok.Asystasia

intrusa(Pengorak), Mikania micrantaha (Mikania).

4. Mengapa Gulma Tidak Dikehendaki Keberadaannya

Menurut Sastroutomo (2000). Pengaruh negatif gulma terhadap tanaman adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai daya kompetisi yang tinggi, alasan yang penting mengapa gulma gulma dianggap merugikan manusia adalah daya kompetisinya yang tinggi dapat menurunkan hasil panen. Kometisi ini dapat berupa ruang, air, hara, maupun cahaya.

b. Sebagai rumah atau inang sementara hama dan penyakit atau parasit bagi tanaman utama.

c. Mengurangi mutu hasil panen karena bebrapa bagian dari gulma yang ikut terpanen akan memberi pengaruh yang negatif terhadap hasil panen. Misalnya dapat meracuni, mengotori, menurunkan kemurnian, atau pun memberikan rasa atau bau yang tidak asli.

d. Menghambat kelancaran aktivitas pertanian, adanya gulma dalam jumlah populasi yang tinggi akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan kegiatan pemeliharaan dan pemanenan.

(28)

5. Manfaat Dari Gulma

Selain merugikan, beberapa gulma juga memberikan manfaat bagi manusia. Beberapa manfaat yang diperoleh dari tumbuhan gulma antara lain sebagai bahan penutup tanah dalam bentuk mulsa yang kemudian akan meningkatkan bahan organik setelah melapuk, mengurangi atau mencegah bahaya erosi, sebagai bahan makanan ternak, sebagai penghasil bahan bakar (biogas, arang), sebagai bahan baku industri/kerajinan (kertas, anyaman), sebagai media tumbuh jamur merang (gulma air), danbahan obat-obatan tradisional(Sukman, 2004). C. Tinjauan Umum Herbisida

Penyiang gulma atau herbisidadari bahasa Inggris (herbicide) adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan "asing" ini(Anonim, 2013).

Dari cara kerjanya herbisida ada 2 macam, herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak adalah herbisida yang berguna untuk menyiang gulma dengan cara langsung mengganggu tanaman untuk berfotositensis, gulma yang secara langsung terkena herbisida kontak akan mati. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya mudah menyerap ke seluruh jaringan tanaman, gulma akan mati sampai akar-akarnya (Novizan, 2002)

(29)

1. Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas-tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif Cuaca cerah waktu menyemprot. Tidak menyemprot menjelang hujan. Keringkan areal yang akan disemprot. digunakan air bersih sebagai bahan pelarut. Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan biaya aplikasi (Cramer, 2002). 2. Herbisida Round Up 486 SL dengan teknologi biosorb adalah herbisida purma tumbuh sistemik berbentuk larutan dalam air berwarna kuning keemasan, untuk mengendalikan gulma.

(30)

Tabel 1. Dosis anjuran pemakaian herbisida (Round Up)yang tertera di dalam kemasan.

Gulma Sasaran Dosis liter /Ha Alang-alang di tempat terlindung 3-6

Alang-alang di tempat terbuka 6-10

Gulma keras 4-6

Gulma sedang 2-3

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu 1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Kebun Percontohan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

2. Waktu

Waktu pelaksanaan dalam penelitian ini adalah selama 3 bulan,dimulai pada tanggal 1 Desember 2012 sampai 28 Februari 2013, terhitung dari survey lapangan,persiapan alat dan bahan hingga 10 hari pengambilan data awal dan terakhir sampai pembuatan laporan.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Alat tulis menulis, hand sprayer, masker, sepatu boot, sarung tangan, kamera, gelas ukur, ember, gayung, meteran rool, rafia.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Herbisida Round Up,gulma pada tanaman lada, air.

C. Prosedur Penelitian

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penyiapan areal

Areal yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebun percontohan budidaya tanaman perkebunan.

(32)

2. Pemberian patok kayu yang berukuran 1 meter untuk batas tiap patok kemudian ditancapkan kedalam tanah.

3. Kemudian dibuat petakan persegi empat dengan ukuran 2 meter x 2 meter menggunakan tali rafia, masing-masing perlakuan terdapat 4 ulangan sehingga petak penelitian berjumlah 16 buah.

4. Ditentukan dosis herbisida Round Uppada tiap perlakuan p1 : penyemprotan dengan konsentrasi 4 ml/liter air. p2 : penyemprotan dengan konsentrasi 5 ml/liter air. p3 : penyemprotan dengan konsentrasi 6 ml/liter air. p4 : penyemprotan dengan konsentrasi 7 ml/liter air.

5. Dicampurkan herbisida Round Up dengan air sesuai perlakuan yang ada. 6. Dilakukan penyemprotan pada tiap petak dengan konsentrasi yang telah

ditentukan.

7. Waktu penyemprotan dilakukan pada saat pagi menjelang siang hari, tepatnya pukul10.00-11.00 wita pada saat cuaca cerah.

D. Perlakuan

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan yang mana masing-masing perlakuan :

p1 : dilakukan penyemprotan dengan konsentrasi 4 ml/liter air. p2 : dilakukan penyemprotan dengan konsentrasi 5 ml/liter air. p3 : dilakukan penyemprotan dengan konsentrasi 6 ml/liter air. p4 : dilakukan penyemprotan dengan konsentrasi 7 ml/liter air.

(33)

E. Pengambilan Data

Pengambilan data dihitung dari persentase layu, kering hingga matinya gulma dan identifikasi hari kematian gulma yang terdapat disetiap petak penelitian untuk setiap perlakuan, sampai 10 hari pengamatan.

F. Pengolahan Data

Perhitungan persentase berdasarkan skala tingkat kematian gulma yaitu 0-25% skala 1, 25-50% skala 2, 50-75% skala 3, 75-100% skala 4. Pengolahan data menggunakan rataan sederhana, untuk mengetahui rata-rata persentase layu, kering hingga matinya gulma campuran yang diamati pada tiap perlakuan dalam penelitian (Nugroho, 1995).

?x

X =

n

X = Rata rata hitung n = Banyaknya data x = Variasi yang diteliti ? = Jumlah

(34)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tingkat Kematian Gulma Pada Tiap Perlakuan

Berdasarkan lampiran 2, hasil pengamatan penggunaan herbisida sestemik (Round Up) terhadap pengendalian gulma tanaman lada dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Tingkat kematian gulma setelah penyemprotan dengan herbisida Sistemik (Round Up).

Perlakuan Persentase Skala

P1 2,3 2 P2 2,3 2 P3 2,4 2 P4 2,7 3 Ket: Skala 1 : 0-25% Skala 2 : 25-50% Skala 3 : 50-75% Skala 4 : 75-100%

Dari perhitungan rataan sederhana diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa perlakuan p4 yaitu penyemprotan herbisida Round

Up dengan konsentrasi 7 ml/liter air lebih cepat mematikan gulma

dengan rata-rata tingkat kematian gulma berada pada skala 3 dan mematikan gulma pada hari ke 8, dibandingkan dengan perlakuan p1, p2, p3 yaitu penyemprotan herbisidaRound Up rata-rata tingkat kematian gulma berada pada skala 2 dengan rata-rata kematian gulma pada hari ke 10.

2. Daya Berantas Herbisida Round Up

Untuk daya berantas herbisida Round Up dapat diketahi melalui pengamatan terhadap tubuh bagian gulma dari daun, batang, dan akar tamnaman. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa perlakuan

(35)

penyemprotan gulma dengan herbisida Round Up menggunakan masing-masing perlakuan hanya berbeda sedikit dari persentase tingkat kematian gulma yaitu p1 (skala 2), p2 (skala 2), (p3 skala 2), (p4 skala 3). Perbandingan atau perbedaan persentase kematian gulma untuk masing-masing perlakuan dengan perbandingan penyemprotan herbisida Round Up p1, p2, p3, p4 dapat terlihat pada grafik berikut :

Gambar 1. Grafik garis persentase tingkat kematian gulma dengan penyemprotan herbisida Round Up.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Hari Pengamatan (Hari)

Nilai Perbandingan Penyemprotan

persentase Tingkat Kematian Gulma Penyemprota Herbisida Round Up

p1 p2 p3 p4

(36)

Gambar 2. Diagram rata-rata persentase tingkat kematian gulma untuk masing-masing perlakuan.

B. Pembahasan

Dari hasil pengamatan yuang diperoleh bahwa Untuk p4 penyemprotan herbisida Round Up konsentrasi 7 ml/liter air lebih cepat mematikan gulma dengan rata-rata tingkat kematian berada pada skala 3. Kemudian p3 dengan konsentrasi 6 ml/liter air menunjukkan bahwa penyemprotan herbisida mematikan gulma dengan rata-rata berada pada skala 2. Kemudian p2 penyemprotan herbisida Round Up dengan konsentrasi 5 ml/liter air menunjukkan rata-rata tingkat kematian gulma berada pada skala 2 . Dan p1 penyemprotan herbisida Round Up dengan konsentrasi 4 ml/liter air menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kematian gulma berada pada skala 2.

Pengendalian gulma dari setiap perlakuan perbedaannya hanya pada waktu lamanya gulma itu mengalami kematian, karena gulma pada lahan lada adalah gulma campuran. Berdasarkan hasil pengamatan, mengendalikangulma campuran pada tanaman lada cukup dengan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 1 2 3 4

skala

Perlakuan

(37)

konsentrasi 4 ml/liter air gulma sudah dapat mematikan gulma secara total dengan demikian dapat mengurangi biaya pada budidaya tanaman.

Pengendalian atau pemberantasan gulma secara kimia dapat bereaksi apabila terjadi perubahan lingkungan, iklim dan tanggapan gulma terhadap perlakuan zat kimia serta daya residu gulma terhadap herbisida yang digunakan (Moenandir, 2003).

Peranan lingkungan dan cara aplikasi dapat menunjang keberhasilan tingkat kematian gulma. Peranan lingkungan (cahaya, suhu, air, tanah dan angin) dapat memodifikasi semua faktor yang mempengaruhi selektifitas herbisida (Sukman, 2004).

(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil pengamatan yang diperoleh bahwa untuk p4 penyemprotan herbisida Round Up konsentrasi 7 ml/liter air lebih cepat mematikan gulma dengan rata-rata tingkat kematian berada pada skala 3 yaitu 50- 75%.

2. Perlakuan p1, p2, p3 yaitu penyemprotan herbisida Round Up rata-rata tingkat kematian gulma berada pada skala 2 yaitu 25-50%.

B. Saran

1. Herbisida Sistemik (Round Up) cocok untuk diaplikasikan untuk gulma campuran pada suatu lahan.

2. Untuk mengendalikan gulma campuran pada tanaman lada cukup dengan konsentrasi 4 ml/liter air gulma sudah mengalami kematian total.

3. Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk mengamati waktu tumbuhnya kembali gulma yang telah mati.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. http;//Matematika Cerdas. Wordpress.com/2010/01/25 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Lada.

, 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Herbisida

, 2012. http://mustikatani.wordpress.Com/pengertianherbisidasistemik. Cramer, 2002. www.http//Tanijaya.co@ww//blog.com

King, L.J. 1974. Weed of the worldbiology and control. New Delhi.

Moenandir, J. 2003. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Rajawali Pers. Jakarta.

Nugroho, 1995. Rumus-rumus Statistik Serta Penerapannya. CV. Rajawali, Jakarta.

Novizan, 2002. Petunjuk Pemakaian pestisida. Agromedia Pustaka. Jakarta. Sastroutomo, Soetikno S. 2000. Ekologi Gulma. Gramedia. Jakarta.

Sukman, Y. 2004.Gulma Dan Teknik Pengendaliannya. Penerbit CV.Rajawali, Jakarta.

Sutarno, 2005. Budidaya Lada Siraja Rempah-rempah. Agromedia Pustaka. Jakarta.

(40)
(41)

Lampiran 1. Denah Petakan Perlakuan yang Ada di Kebun Percontohan Tanaman Lada.

Keterangan :

(p1) : dilakukan penyemprotan dengan konsentrasi 4 ml/liter air. (p2) : dilakukan penyemprotan dengan konsentrasi 5 ml/liter air. (p3) : dilakukan penyemprotan dengan konsentrasi 6 ml/liter air. (p4) : dilakukan penyemprotan dengan konsentrasi 7 ml/liter air.

(p1)2 (p1)1 (p1)4 (p3)1 (p2)3 (p4)2 (p3)3 (p2)2 (p1)3 (p2)4 (p3)4 (p4)4 (p4)3 (p4)1 (p3)2 pP2)1

u

(42)

Lampiran 2. Persentase Tingkat Kematian Gulma.

Keterangan tingkat kematian gulma dihitung dari sekala persentase layu, kering hingga matinya gulma.

Sekala 1 : 0-25% Sekala 2 : 25-50% Sekala 3 : 50-75% Sekala 4 : 75-100% Perlakuan(1)

Persentase tingkat kematian gulma (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata 1 1 1 1 1 2 2 3 3 4 4 2,2 2 1 1 1 1 2 2 3 4 4 4 2,3 3 1 1 1 1 2 2 3 4 4 4 2,3 4 1 1 1 1 2 2 3 4 4 4 2,3 Jumlah 9,1 rata rata 2,3 Perlakuan(2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata 1 1 1 1 1 2 2 3 3 4 4 2,2 2 1 1 1 1 2 2 3 3 4 4 2,2 3 1 1 1 1 2 2 3 4 4 4 2,3 4 1 1 1 1 2 2 3 4 4 4 2,3 Jumlah 9,0 rata rata 2,3 Perlakuan(3) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata 1 1 1 1 2 2 2 3 3 4 4 2,3 2 1 1 1 2 2 2 3 3 4 4 2,3 3 1 1 1 2 2 2 3 4 4 4 2,4 4 1 1 2 2 2 3 3 4 4 4 2,6 JUMLAH 9,6 rata rata 2,4 Perlakuan(4) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata 1 1 1 1 2 2 2 3 3 4 4 2,3 2 1 1 2 2 2 3 4 4 4 4 2,7 3 1 2 2 2 3 3 4 4 4 4 2,9 4 1 2 2 2 3 3 4 4 4 4 2,9 Jumlah 10,8 rata rata 2,7

(43)

Lampiran 3.Beberapa jenis gulma yang menjadi pesaing bagi tanaman NAMA BOTANI NAMA UMUM

Adiantum, spp. Pakis Tiang

Bracharia mutica.Rumput Bambu raksasa

Choromolaena odorata.Putihan,krinyuh,babanjaran Clidemia hirta.Linggi, Herendong

Dicranopteris linearis.Pakis Kawat

Eleus ine indica.Rumput angsa/Lulangan Hedyotis vertic illata.Borreria berkayu Imperata c ylindrica.Lalang

Ischaemun muticum .Rumput Bambu Lantana Camara.Lantana , Tembelekan

Melastoma malab athricum.Senduduk,karimunting Merremia umb ullata.Greader malayan Bindweed Mikania mic ranta.mikania

Mimosa pigra.Kucingan Hijau Mimosa invisa.Kucingan Merah

Ottochloa nodosa.Rumput sarang Buaya Paspalum pic ticulatum.paspalum raksasa Pass iflora foetida.Gambutan

Pennisetum polystachyon.Rumput ekor kucing Roetb ollia exallata.Rumput Gatal

Scleria sumantrensis .Krisan

Stenochlaena pulus tris.Pakis Kresek Tetracera scandens.Gulma api

(44)

Lampiran 4. Solo sprayer.

(45)

Lampiran 6. Gambar Penyemprotan.

(46)

Lampiran 8. Gambar petak perlakuan 2, hari ke 3 setelah aplikasi herbisida.

(47)

Lampiran 10. Gambar petak perlakuan 4, hari ke 3 setelah aplikasi herbisida.

(48)

Lampiran 12. Gambar Petak Perlakuan 2, hari ke 6 setelah aplikasi herbisida.

(49)

Lampiran 14. Gambar petak perlakuan 4, hari ke 6 setelah aplikasi herbisida.

Lampiran 15. Gambaar tampak jauh lahan lada yang dilakukan aplikasi herbisida hari ke 6.

(50)

Lampiran 16. Gambar petak perlakuan 1, hari ke 10 setelah aplikasi herbisida.

(51)

Lampiran 18. Gambar petak perlakuan 3, hari ke 10 setelah aplikasi herbisida.

(52)

Gambar

Tabel 1. Dosis anjuran pemakaian herbisida (Round Up)yang tertera               di dalam kemasan
Tabel 2.  Tingkat kematian gulma setelah penyemprotan dengan herbisida       Sistemik (Round Up)
Gambar 1.  Grafik garis persentase tingkat kematian gulma dengan     penyemprotan  herbisida Round Up
Gambar 2.  Diagram rata-rata persentase tingkat kematian gulma untuk   masing-masing perlakuan

Referensi

Dokumen terkait