ABSTRAK
Kecemasan berkomunikasi merupakan salah satu hambatan berkomunikasi. Orang yang mengalami kecemasan berkomunikasi akan sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi. Dalam konteks kecemasan berkomunikasi, orang dewasa dapat berusaha untuk mengatasi kecemasan berkomunikasi. Namun lain halnya dengan anak-anak yang belum memiliki banyak pengalaman dalam mengalami situasi komunikasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk kecemasan berkomunikasi pada anak usia dini dan dampak kecemasan berkomunikasi anak terhadap interaksi sosial anak di lingkungannya, agar kebiasaan kecemasan berkomunikasi anak nantinya dapat diminimalisir. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang dilakukan di TKK Thomas Aquino kelompok B1 dengan melakukan observasi di TKK Thomas Aquino khususnya pengamatan pada lima orang anak yang cukup sering mengalami kecemasan berkomunikasi, wawancara pada orang tua/wali dan guru, serta dokumentasi. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bentuk-bentuk kecemasan berkomunikasi pada anak diantaranya, tidak aktif dalam kegiatan, over communication, hanya diam, murung, tidak bersemangat, tidak mau mengikuti kegiatan, bergantung pada guru, tidak mau menjalankan perintah, menangis, tidak mau ditinggal orang tua, tidak mau bersama teman-teman, tidak mau menyampaikan pendapat dan tidak mau bicara di depan umum. Kecemasan berkomunikasi pada anak usia dini berdampak pada interaksi anak, terutama di lingkungan sosialnya diantaranya, menjauh dari percakapan dengan teman-temannya, tidak ikut bermain dan jarang keluar kelas, tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain serta terkadang mengganggu kegiatan atau mengganggu orang-orang di sekitarnya.
ABSTRACT
Communication Apprehension is one of the obstacles to communicating. People who experience communicate apprehension will as much as possible avoid communication situations. In the context of communication apprehension, adults can strive to overcome communication anxiety. Yet another case with children who have not had much experience in experiencing communication situations. This research aims to know the forms of communication apprehension on early childhood and the impact of the anxiety the child communicate towards social interaction of children in her environment, so that the habit of communication apprehension children can eventually minimized. The design of this research uses qualitative research conducted at TKK Thomas Aquino B1 group with conducting observations at TKK Thomas Aquino particular observations on the five children are quite often experience communication apprehension, interview on parents/carers and teachers, and documentation. From the results of the study found that other forms of child’s communication apprehension among them, are not active in the activities, over communication, just silent, brooding, not excited, did not want to follow the events, depending on the teacher, did not want to run the command, crying, unwilling to be left to parents, not want to with friends, do not want to convey opinions and didn't want to talk in public. Communication apprehension on early childhood have an impact on the interaction of the child, especially in the social environment, away from the conversation with his friends, does not come into play and rarely get out of class, can‘t socialize with others and sometimes disrupt or interfere with the activities of the people in the vicinity.
Keywords: communication apprehension, early childhood, impact, social interaction
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PENGESAHAN………... ii
HALAMAN PERNYATAAN……….. iii
KATA PENGANTAR……… iv
ABSTRAK……….. vi
ABSTRACT……… vii
DAFTAR ISI……… viii
DAFTAR TABEL………... x DAFTAR LAMPIRAN……… xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1 1.2 Rumusan Masalah……….. 5 1.3 Batasan Masalah………. 6 1.4 Tujuan Penelitian……… 7 1.5 Manfaat Penelitian……….. 7 1.6 Sistematika Penulisan……….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka……….. 10
2.2 Kerangka Konseptual……….. 12
2.2.1 Komunikasi Antarpribadi………..………….... 13
2.2.2 Kecemasan Berkomunikasi ……… 15
2.2.4 Anak Usia Dini……… 21
2.2.5 Multiple Intelligence……… 23
2.3 Kerangka Pemikiran……… 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………. 29
3.2 Sumber Data……… 30
3.3 Unit Analisis………. 31
3.4 Teknik Penentuan Informan………... 31
3.5 Teknik Analisis Data……….. 32
3.6 Teknik Pengumpulan Data……… 33
3.7 Teknik Penyajian Data……… 35
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian………... 37
4.1.1 TKK Thomas Aquino……… 37
4.1.2 Kelompok B1……… 40
4.2 Hasil Temuan………. 41
4.3 Analisis Penelitian……… 48
4.3.1 Bentuk Kecemasan Berkomunikasi Anak Usia Dini…. 48 4.3.2 Dampak Kecemasan Berkomunikasi pada Interaksi Sosial Anak Usia Dini……… 58
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………... 66
5.2 Saran……….. 69 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
2.1 Kajian Pustaka………. 10
4.2.1 Bentuk Kecemasan Berkomunikasi………. 42
4.3.1 Karakter Kecemasan Berkomunikasi Anak Usia Dini………… 49
4.3.1 Penyebab Kecemasan Berkomunikasi………. 51
4.3.1 Jenis-jenis Kecemasan Berkomunikasi……… 54
4.3.2 Tanda dan Gejala Isolasi Sosial………..……… 59
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Pernyataan Melakukan Observasi Lampiran 2 : Instrumen Penelitian
Lampiran 3 : Data-data TKK Thomas Aquino Kelompok B1 Lampiran 4 : Tabel Observasi
Lampiran 5 : Transkrip Wawancara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang, baik di masyarakat, keluarga, bahkan diri sendiri. Menurut Profesor Wilbur Schramm (dalam Cangara, 2004:1), tanpa komunikasi, tidak mungkin terbentuk suatu masyarakat. Sebaliknya tanpa masyarakat, manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Berkomunikasi dengan baik akan memberi pengaruh langsung terhadap struktur keseimbangan seseorang dalam masyarakat.
Suatu komunikasi dengan ruang lingkup yang lebih luas, dimulai dari komunikasi antarpribadi atau yang disebut dengan komunikasi interpersonal (Rastika, 2013:4). Devito (dalam Aswid, 2012:1) menegaskan bahwa karena sifat yang interpersonal dalam komunikasi antarpribadi, maka komunikasi menjadi unsur paling penting dalam membentuk pribadi, menggerakkan partisipasi, dan memodifikasi sikap perilaku individu.
Aswid (2012:1) berpendapat bahwa dalam berbagai situasi kehidupan, individu membutuhkan komunikasi, baik verbal maupun non-verbal. Dalam hal ini individu dituntut untuk berbicara, mengemukakan pendapat dan ide-idenya secara lisan di depan orang banyak. Namun, tidak semua manusia mampu mengungkapkan pikirannya, sehingga individu tersebut mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Salah satu hambatan berkomunikasi adalah kecemasan
dalam berkomunikasi. Menurut McCroskey (dalam Aswid, 2012:2), kecemasan berkomunikasi merupakan suatu level ketakutan atau kecemasan seseorang, baik nyata maupun hanya prasangka, berkaitan dengan komunikasi dengan orang lain ataupun dengan orang banyak. Menurut Wallechinsky (dalam Aswid, 2012:1) meranking sepuluh besar ketakutan manusia, sebanyak 41% menyatakan bahwa berbicara di depan umum merupakan ketakutan tertinggi.
Menurut Horwitz (dalam Winarni, 2013:8) kecemasan berkomunikasi merupakan suatu jenis fobia sosial, yang ditandai dengan adanya suatu pemikiran bahwa dirinya akan dikritik atau dinilai jelek oleh orang lain. Seperti yang dikemukan oleh Rakhmat (dalam Nelawati, 2010:5) bahwa orang yang mengalami kecemasan berkomunikasi akan sedapat mungkin menghindari situasi komunikasi, hal ini karena ia takut orang lain akan mengejeknya atau menyalahkannya. Kecemasan adalah faktor predisposisi bagi munculnya depresi dan berujung pada usaha bunuh diri. Karena tidak dapat berinteraksi sosial dengan efektif akibat kecemasan berkomunikasi, kecemasan lain yang seharusnya dapat diringankan dengan komunikasi akhirnya tidak dapat teratasi dan menyebabkan depresi.
Dalam konteks kecemasan berkomunikasi, orang dewasa dapat berusaha untuk mengatasi kecemasan berkomunikasi dalam bersosialisasi. Namun lain halnya dengan anak-anak. Pemikiran ini membawa kepada objek penelitian yaitu anak usia dini yang diasumsikan masih sangat polos dan tidak memiliki kecemasan pada masa-masa bermainnya. Bagaikan kertas putih yang siap ditulis sehingga segala yang diperoleh di lingkungan sosialnya akan membentuk karakter
dan kepribadian anak saat tumbuh dewasa. Maka dari itu perkembangan anak usia dini sangat perlu diperhatikan.
Menurut Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 14 (Kemendiknas,2003), menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dimulai dari pendidikan non formal yaitu pada jenjang Taman Kanak-Kanak. Jenjang pendidikan di Taman Kanak-Kanak merupakan awal terjadinya proses komunikasi pada saat pembelajaran perilaku anak karena anak mulai diajarkan untuk patuh pada aturan (Pratiwi, 2012:79).
Pada jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak, kurangnya keberanian anak dalam berkomunikasi dan menyampaikan pendapat akan memengaruhi keseharian dan kepribadian anak dalam menghadapi masalah komunikasi serta menjadi kebiasaan saat beranjak dewasa. Maka diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap kehidupan sosial pada anak usia dini untuk melihat lebih dalam bentuk kecemasan berkomunikasi (communication apprehension) yang terjadi di lingkungan sosial anak usia dini serta dampaknya terhadap interaksi yang terjadi di lingkungan anak usia dini.
Dalam hal ini peneliti bermaksud meneliti kehidupan sosial anak usia dini di sekolah yaitu di jenjang Taman Kanak-Kanak. Di mana peneliti akan
melakukan penelitian di TKK Thomas Aquino Tuka yang merupakan salah satu Taman Kanak-Kanak Katolik di Provinsi Bali. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di TKK Thomas Aquino Tuka, ditemukan permasalahan seperti disampaikan oleh wali kelas B1 dan B3, Wayan Mustikawati, M.Pd, yaitu kurangnya keberanian anak dalam menyampaikan pendapat di dalam kelas dan hanya beberapa anak yang terbiasa aktif di dalam kelas.
TKK Thomas Aquino merupakan sekolah swasta yang berdiri pada tahun 1969 dibawah naungan Yayasan Swastiastu yang mengalami perubahan menjadi Yayasan Insan Mandiri pada tahun 2002. Tidak jauh berbeda dengan pendidikan anak usia dini pada umumnya, aktivitas di TKK Thomas Aquino diantaranya adalah pendidikan anak usia dini di dalam kelas, di lapangan serta di kolam renang dan beberapa kegiatan ekstra kulikuler seperti menari, menggambar, marching band, dan beleganjur. Namun yang membuat sedikit berbeda, TKK Thomas Aquino yang berada di bawah naungan Yayasan Katolik, di mana pada hari-hari tertentu mengadakan acara misa bagi yang beragama Kristen dan Katolik serta persembahyangan (doa) bagi yang beragama Hindu, Budha, dan Islam. Kegiatan yang ada di TKK Thomas Aquino diakukan dari hari Senin sampai dengan Sabtu dengan pembagian jam mengajar untuk sebagian kelas pada pagi hari dan sebagian kelas lagi pada siang hari.
TKK Thomas Aquino Tuka Dalung memiliki sembilan kelas, dengan jumlah keseluruhan 192 anak diantaranya, kelas anak usia empat tahun yaitu kelas A yang terdiri dari A1(30 anak) dan A2 (30 anak), kelas anak usia 5 tahun yaitu kelas B yang terdiri dari B1 (25 anak), B2 (23 anak), B3 (24 anak), B4 (23 anak
dan B5 (24 anak) serta kelas anak usia tiga tahun yaitu playgroup (13 anak)di mana pada TKK Thomas Aquino terutama pada kelompok B1 memang masih ditemukan permasalahan kurangnya keberanian anak dalam berkomunikasi dan mengungkapkan pendapat saat mengikuti pendidikan didalam kelas.
Selain itu, berbeda dengan kelompok A yang berusia 4 tahun, kelompok B1 merupakan kelas anak usia lima tahun di mana pada kelas ini wali kelas masih menemukan permasalahan terkait kurangnya keberanian dan kemandirian anak dalam menyampaikan pendapat di mana sebagian dari siswa di kelas B1 sebelumnya telah mengikuti pendidikan di kelas A namun masih belum berani ditinggal orangtuanya selama awal-awal pembelajaran. Kelas B1 memiliki jumlah siswa paling banyak diantara kelas B lainnya serta memiliki latar belakang siswa yang lebih beragam dari kelas-kelas yang lainnya. Faktor-faktor ini diharapkan dapat lebih memperkaya hasil penelitian. Sehingga dengan mengetahui lebih dalam tentang bagaimana kecemasan berkomunikasi akan berdampak buruk bagi suatu individu, kecemasan berkomuikasi dapat diminimalisir sejak usia dini.
1.2 Rumusan Masalah
Kecemasan berkomunikasi yang sering dialami oleh anak usia dini akan membawa anak jauh dari interaksi sosial bersama teman sebaya karena kekhawatiran tidak dapat mengikuti pembicaraan yang ada di lingkungan sosial hingga akhirnya menarik diri dari interaksi dan kehidupan sosial. Hal ini nantinya akan membawa kebiasaan ketika anak tumbuh dewasa terhadap kepribadian anak yang berkaitan dengan komunikasinya dalam kehidupan sosial dan diri sendiri.
Untuk meminimalisir kebiasaan komunikasi saat anak beranjak dewasa maka ada baiknya untuk mengetahui bagaimana kecemasan berkomunikasi anak sejak usia dini terutama saat berinteraksi dengan lingkungan sosial yang sebenarnya, yaitu lingkungan sekolah (PAUD). Oleh karena itu, rumusan masalah dari penelitian ini antara lain:
a. Bagaimana bentuk kecemasan berkomunikasi yang terjadi di lingkungan sosial anak usia dini?
b. Bagaimana dampak kecemasan berkomunikasi (communication apprehension) terhadap interaksi sosial anak usia dini di lingkungannya?
1.3 Batasan Masalah
Permasalahan yang berkaitan dengan kecemasan berkomunikasi (communication apprehension) tidak akan ada habisnya terlebih lagi bila permasalahan dilihat dari segi anak usia dini yang masih memiliki masa tumbuh kembang yang sangat panjang.
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penelitian ini dibatasi hanya pada permasalahan mengenai bagaimana kecemasan berkomunikasi (communication apprehension) yang terjadi pada anak usia dini dan bagaimana dampaknya terhadap interaksi anak di lingkungan sosial.
Penelitian ini nantinya akan dilakukan di lingkungan TKK Thomas Aquino Tuka khususnya pada anak usia dini kelompok B1 di mana akan dilakukan observasi pada masalah yang ada di lingkungan sosial anak yaitu di
lingkungan kelompok dan di lingkungan bermain anak yang mengarah pada rendahnya keberanian anak dalam berkomunikasi dan menyampaikan pendapat.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain untuk mengetahui bagaimana bentuk kecemasan berkomunikasi yang terjadi di lingkungan sosial anak usia dini dan dampaknya bagi perilaku, dalam interaksi di lingkungan sosialnya.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, diantaranya :
a. Dari segi teoritis
Hasil penelitian dapat memberikan wawasan keilmuan dan gambaran yang jelas mengenai komunikasi antarpribadi khususnya communication apprehension dan dampak dari kecemasan terhadap perilaku individu di lingkungan sosialnya terutama anak usia dini.
b. Dari segi praktis
Bagi pendidik, dapat mengetahui dan memahami gejala kecemasan berkomunikasi yang terjadi pada anak usia dini dan sejak dini membantu dan melatih siswa untuk terbiasa berkomunikasi di depan umum.
Bagi orang tua murid usia dini, dapat mengatasi kecemasan-kecemasan berkomunikasi anak dan membiasakan anak untuk aktif dalam
kehidupan sosial sehingga kebiasaan kecemasan berkomunikasi dapat diminimalisir.
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini keseluruhan yang akan dibahas terdiri dari beberapa bagian bab dan sub bab diantaranya bab 1 hingga bab 5 yang keseluruhannya menguraikan tentang apa yang mendasari dan bagaimana penelitian ini dilakukan serta hasil dari penelitian.
Pada bab 1 mencakup beberapa sub bab di mana akan diuraikan mengenai Latar belakang, rumusan permasalahan, batasan masalah, tujuan dan manfaat yang berkaitan dengan penelitian kecemasan berkomunikasi anak usia dini.
Bab selanjutnya menuliskan tentang tinjauan pustaka yang mencakup sub bab mengenai kajian pustaka, kerangka konseptual serta kerangka pemikiran yang di dalamnya dijelaskan mengenai permasalahan yang ada dalam penelitian serta teori-teori yang dapat mendukung dan menjelaskan fenomena dan permasalahan dalam penelitian serta alur berpikir peneliti.
Bab 3 berisikan metodologi penelitian di mana dalam bab ini akan menguraikan bagian-bagian diantaranya jenis penelitian, sumber data dari penelitian, unit analisis yang digunakan, teknik penentuan informan untuk mendukung data penelitian, teknik pengumpulan data saat penelitian berlangsung, teknik analisis data yang dikumpulkan oleh peneliti serta teknik penyajian data hasil dari penelitian.
Bab 4 mengenai pembahasan yang terdiri dari tiga bagia sub bab diantaranya gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian di lapangan serta analisis hasil penelitian berdasarkan teori komunikasi yang digunakan.
Bab 5 membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang terkait dengan penelitian dan hasil penelitian.