• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate Dengan Kaidah Ergonomis"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang C. 87

Perancangan Alat Pembuat Tusuk Sate

Dengan Kaidah Ergonomis

Mujiono1,*, Erni Junita1

1 Dosen Teknik Industri, Institut Teknologi Nasional Malang *E-mail : mujiono @.fti .itn ac.id

Abstrak. Hasil penelitian yang diperoleh dari perancangan alat pembuat tusuk sate dengan bahan baku bambu ini bisa dijadikan pengrajin rumahan yang berprospek sangat cerah namun alat yang dipergunakan masih mempunyai beban kerja yang berlebihan karena masih dikerjakan dengan alat manual sehingga akan mengeluarkan energi yang sangat banyak dan dengan waktu yang lama sehingga akan mempengaruhi fisik dari pekerja yang mengakibatkan mudah mengalami kelelahan dan tidak produktif.

Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan adalah melakukan pengamatan dan penelitian sekaligus wawancara untuk mengetahui apa yang dibutuhkan operator terhadap alat kerja. Data yang dibutuhkan oleh penelitian ini meliputi data waktu proses dan data antropometri yang digunakan untuk merancang alat meliputi, Jangkuan tangan menganbil persentil 95% ,lebar telapak tangan dengan persentil 95% dan ,tinggi lutut, yang digunakan untuk menentukan perancangan alat pembuat tusuk sate dengan mengambil persentil 5 % agar supaya lebih ergonomis (aman dan nyaman) dan mempunyai bentuk yang lebih baik.

Maka dari hasil penelitian didapatkan peningkatan waktu proses pembuatan alat dengan waktu kerja normal dari 1.41 jam/kg menjadi 0.54 jam/kg, serta output standart nya adalah dari 4.97 kg/hari menjadi 12.95 kg/hari

Kata Kunci: Perancangan,Antropometri,Ergonomis 1. Pendahuluan

Faktor paling penting dalam meningkatkan hasil serta produktifitas dari tenaga kerja adalah kelancaran dalam melaksanakan produktifitas yang didukung oleh mesin dan peralatan yang memadahi, serta dengan adanya sarana dan fasilitas yang mendukung proses produksi tersebut secara optimal, sehingga proses dalam bekerja dapat berjalan dengan optimal dalam capaian tujuan perusahaan yang tepat waktu.

Dua prinsip konsep Human Integrated Design yang digunakan dalam merancang fasilitas kerja yaitu: 1. Seorang perancang fasilitas kerja harus menyadari benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci

kesuksesan dalam penggunaan perancangan fasilitas kerja.

2. Perlu juga menyadari bahwa setiap produk akan memerlukan informasi-informasi yang mendetail dari semua faktor yang terkait dalam setiap proses perancangan.(Wignjosoebroto, Sritomo. 1997 ) menyatakan bahwa : esensi dasar dari pendekatan ergonomi dalam proses perancangan fasilitas kerja adalah memikirkan kepentingan manusia pada saat-saat awal tahapan perancangan fokus perhatian dari kajian ergonomi akan mengarah kepada “Fitting The Task to The Man” yang berarti bahwa perancangan yang dibuat akan dipergunakan atau dioperaskan oleh manusia. Human

Engineering sendiri atau disebut juga dengan ergonomi didefinisikan sebagai sistem manusia –

mesin yang terpadu. Disiplin akan mencoba membawa kearah proses perancangan mesin yang tidak saja memiliki kemampuan produksi yang lebih canggih lagi, melainkan juga memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang mengoperasikan mesin tersebut.

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata ergos yang berarti bekerja dan

nomos yang berarti hukum alam. Pada dasarnya ergonomi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

sistimatis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem

(2)

C. 88 Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016

tersebut dengan baik yaitu untuk mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, efisien, aman dan nyaman.

Dalam melakukan desain atau perancangan sistem kerja yang ergonomis, ada lima prinsip perancangan yang perlu dipertimbangkan yaitu :

1. Membuat agar mesin disesuaikan dengan manusia

2. Meminimalisasikan prosentase yang berada diluar rancangan

3. Rancangan kerja agar semakin bersifat seimbang, serta semakin berkurangnya penggunaan fisik dan hal-hal yang kurang prosedural.

4. Menekankan pentingnya komunikasi. Menggunakan mesin dalam memperbesar kemampuan manusia

5. Menggunakan mesin dalam memperbesar kemampuan manusia Data Antropometri yang Digunakan dalam Perancangan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dimensi yang tepat berkaitan dengan produk tersebut dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan. Secara umum 90 % - 95 % dari populasi target dalam kelompok pemakaian suatu produk harus dapat digunakan secara layak.

(Sumber: Julius Panero dan Martin Zelnik, Human Factor Dimension & Interior Space)

Gambar 1

Ukuran Macam-macam Antropometri

Waktu Standart

Waktu standart bisa diperoleh dengan menambahkan kelonggaran atau allowance pada waktu normal, secara matematis sebagai berikut:

Wb = Wn x (%) % 100 % 100 allowance -b s

W

O

=

1

(3)

SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang C. 89 Dimana: Ws = Waktu Standart Wn = Waktu Normal Wb = Waktu Baku Os = Output standart 2. Metode Penelitian

Pengambilan data-data yang diperlukan untuk penelitian perancangan alat ini adalah : 1.Obsevasi

Pengamatan secara langsung pada saat pekerja atau operator melakukan kegiatan kerja sehari-hari. 2. Wawancara Penelitihan yang dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan

tanya jawab secara langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. 3. Pembahasan Data Antropometri

Data antropometri digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan ukuran dari perancangan alat kerja yang berhubungan dengan operator adalah : jangkauan tangan, lebar telapak tangan, serta tinggi lutut.

Perhitungan Pengukuran Waktu Kerja Dengan Cara Kerja Sebelum Perancangan 1. Perhitungan Waktu Normal

Waktu normal untuk proses pembuatan alat dihitung berdasarkan factor penyesuaian yang telah ditetapkan, yaitu : dengan P = 0.99 dan waktu hasil observasi 63.3 menit, Allowance = 26 %

Wn = W observasi rata – rata x P

= 63.3 x 0.99 = 62.69 menit/kg hari kg W O jam kg W O dart S Output kg jam W kg menit W W all W W baku Waktu b s b s b b b b b / 97 . 4 41 . 1 1 1 / 71 . 0 41 . 1 1 1 tan / 41 . 1 / 71 . 84 % 26 % 100 % 100 69 . 62 % % 100 % 100 69 . 62 ) ( = = = = = = = = -= -=

Perhitungan Pengukuran Waktu Kerja Dengan Cara Kerja setelah Perancangan Dengan :

Allowance = 15 % Dan

(4)

C. 90 Institut Teknologi Nasional Malang | SENIATI 2016 hari kg O jam kg W O dart S Output kg jam W kg menit W W all W W W baku Waktu W s b s b b b n b b n / 95 . 12 / 85 . 1 54 . 0 1 1 tan / 54 . 0 / 96 . 32 % 15 % 100 % 100 02 . 28 % % 100 % 100 ) ( 02 . 28 = = = = = = -= -= =

No Variabel pengukuran Mean cm Std. cm P.5 cm P.50 cm P.95 cm 1. Jangkauan tangan 65.4 2.38 60 66 68 2. Lebar telapak tangan 8.26 0.88 7 9 9 3. Tinggi Lutut 47.66 4.62 43 45 57 Hasil pengolahan data dengan program spss

No Variabel pengukuran ukuran cm

1. Panjang alat 68

2. Lebar alat 9

3. Tinggi alat 43

No Technical response Target

1 Bahan : Ø Pisau Rajang Ø Rangka Baja Besi 2 Ukuran : Ø tinggi rangka Ø panjang rangka Ø lebar rangka Ø mata pisau Ø pendorong bahan 43 cm 68 cm 20 cm 1 mili 10 cm 3 Ketahanan :

Ø Pada tekanan Tidak mudah patah (mata pisau)

4 Kecepatan pengerjaan/kapasitas Rajang 12 kg/hari 5 Hasil rajangan :

(5)

SENIATI 2016| Institut Teknologi Nasional Malang C. 91 4. Kesimpulan

Dari uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Kaidah Ergonomi

Dengan adanya alat yang baru posisi kerja jadi lebih aman nyaman dari pada posisi kerja dengan menggunakan alat yang lama

Pembuatan dengan alat kerja baru beban kerja jadi lebih ringan dikarenakan fisik pada tubuh tidak mudah lelah.

2) Kaidah Antropometri :

Ukuran tinggi siku yang digunakan untuk menentukan tinggi kerangka alat dengan persentil 5 % dan menghasilkan tinggi alat kerja sesuai dengan perhitungan yaitu 43 cm.

Ukuran lebar siku yang digunakan untuk menentukan panjang alat dengan persentil 5 % dan menghasilkan panjang alat kerja sesuai dengan perhitungan yaitu 68 cm.

Ukuran lebar bahu yang digunakan untuk menentukan lebar kerangka alat dengan persentil 5 % dan menghasilkan lebar alat kerja sesuai dengan perhitungan yaitu 20 cm

1. Waktu Baku cara kerja lama = 1.41 jam/kg Waktu Baku cara kerja baru = 0.54 jam/kg

2. Dengan alat kerja baru maka produktifitas meningkat yaitu : Output standart cara kerja lama = 4.97 kg/hari

Output standart alat kerja baru = 12.95 kg/hari 5. Daftar Pustaka

[1] Hari dan Daryanto. 1999. Ilmu Bahan. Jakarta : Bumi Aksara.

[2] Iftikar, Z Sutalaksana, DKK.1979 “Teknik Tata Cara Kerja” Bandung : Departemen Teknik Industri ITB.

[3] Julius dan Martin. 1979. Dimensi manusia Dan Ruang Interior. Jakarta : Erlangga [4] Nurmianto, Eko. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, 1996 ITS Guna Widya Surabaya [5] Sudjana. 1996. Metoda Statistik, Edisi Kedua. Bandung : Tarsito.

[6] Sularso Kiyokatsu Suga. 1997. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin. Jakarta : Pradnya Paramitha.

[7] Wigjosoebroto, Sritomo. 2000. Ergonomi, Studi Gerak Dan Waktu, Edisi Kedua. Surabaya : Guna Widya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengaruh perendaman benih saga dengan air kelapa muda dengan waktu perendaman yang berbeda dapat disimpulkan bahwa perendaman benih saga

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramandei (2009) bahwa sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan positif terhadap

Berkaitan dengan Wilmar, Greenpeace telah mendokumentasikan kebakaran di hutan lahan gambut dalam di konsesi kelapa sawit; perusakan hutan hujan besar-besaran dan perkebunan

Parameter yang diamati untuk mengetahui bagaimana pengaruh perlakuan kombinasi tersebut adalah berat endapan pati, berat kering tepung, persentase tepung lolos ayakan mesh

Pada sasaran kedua menggunakan teori yang bersumber dari penelitian Anggara dan Pramono (2018), dimana variabel yang digunakan yaitu fungsi kawasan lindung dan budidaya,

Biji dari tanaman dikotil yang lambat perkecambahnnya yaitu kacang tanah, dimana pada umur 7 hari baru menunjukan panjang radikula 1,5 cm.. Kacang Hijau menunjukan perkecambahan yang

Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan dan Kelurahan yang selanjutnya disingkat PDPM Kecamatan dan Kelurahan adalah kegiatan pembangunan infrastruktur

Antara kekuatan laman pada masa ini adalah penggunaan bahan kandungan sama ada imej, Antara kekuatan laman pada masa ini adalah penggunaan bahan kandungan sama ada imej, audio dan