• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG PEMBINAAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 40 TAHUN 2009

TENTANG

PEMBINAAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri sebagai lembaga pendidikan tinggi kepamongprajaan perlu dilakukan pembinaan secara terarah dan berkelanjutan kepada praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

b. bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pembinaan Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan pendidikan tinggi kepamong prajaan, sehingga perlu diganti;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pembinaan Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3890);

2. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008, Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3149);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3176);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4263);

8. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Ke Dalam Institut Ilmu Pemerintahan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

(2)

Nomor 1 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri Ke Dalam Institut Ilmu Pemerintahan; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Institut Pemerintahan Dalam Negeri;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEMBINAAN PRAJA INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan :

1. Institut Pemerintahan Dalam Negeri selanjutnya disingkat IPDN, adalah pendidikan tinggi kepamongprajaan di lingkungan Departemen Dalam Negeri.

2. Rektor, adalah Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri. 3. Kampus, adalah kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

4. Calon Praja, adalah calon peserta didik Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang telah dinyatakan lulus seleksi oleh pejabat yang berwenang.

5. Praja, adalah Peserta didik program diploma dan program sarjana.

6. Praja Ikatan Dinas, adalah Peserta didik program diploma dan program sarjana semester I sampai dengan semester VI.

7. Praja Tugas Belajar, adalah Peserta didik program diploma dan program sarjana semester VII sampai dengan semester VIII atau Praja yang mendapat penugasan dari instansi pemerintah.

8. Calon Pegawai Negeri Sipil disingkat CPNS, adalah Praja yang sudah diberikan status calon pegawai negeri sipil pusat yang ditugasbelajarkan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

9. Pegawai Negeri Sipil disingkat PNS, adalah Praja yang sudah diberikan status sebagai pegawai negeri sipil pusat yang ditugasbelajarkan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

10. Peraturan Disiplin Praja, adalah ketentuan yang mengatur kewajiban, hak, dan larangan bagi Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

11. Pelanggaran Disiplin Praja, adalah pelanggaran berupa ucapan, tulisan, dan perbuatan Praja yang melanggar ketentuan disiplin Praja.

12. Peraturan Kehidupan Praja, adalah ketentuan yang mengatur kehidupan praja di dalam dan di luar kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

13. Hukuman akademis, adalah ancaman sanksi yang dijatuhkan kepada peserta didik dalam kedudukannya sebagai Praja IPDN.

14. Hukuman Disiplin, adalah ancaman sanksi yang dijatuhkan kepada peserta didik dalam kedudukan sebagai calon pegawai negeri sipil dan atau pegawai negeri sipil karena melanggar ketentuan peraturan disiplin dan tata kehidupan praja.

15. Pemberhentian Praja, adalah pemberhentian peserta didik dari statusnya sebagai Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri.

(3)

16. Pemberhentian Praja sebagai CPNS atau PNS, adalah pemberhentian peserta didik dari statusnya sebagai calon pegawai negeri sipil atau pegawai negeri sipil.

BAB II STATUS

Pasal 2 Status Praja IPDN terdiri atas:

a. Praja ikatan dinas; atau b. Praja tugas belajar.

Pasal 3

(1) Praja ikatan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, berasal dari hasil seleksi calon Praja yang telah dinyatakan lulus seleksi sampai dengan Praja semester IV.

(2) Praja tugas belajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, terdiri atas: a. Praja semester VII sampai dengan lulus; dan

b. Praja yang ditugasbelajarkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah. BAB III

DISIPLIN PRAJA Pasal 4 Disiplin Praja terdiri atas:

a. kewajiban; b. hak; dan c. larangan.

Pasal 5

Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:

a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara dan Pemerintah;

b. mentaati Peraturan Disiplin Praja; c. mentaati Peraturan Kehidupan Praja;

d. mentaati peraturan perundang-undangan; dan

e. menyelesaikan pendidikan paling lama 10 (sepuluh) semester. Pasal 6

Hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b meliputi: a. pelayanan pendidikan;

b. penghargaan akademis;

c. fasilitas asrama, uang saku, makanan dan minuman, olahraga, ibadah, dan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, perawatan kesehatan dasar;

d. cuti akademis; dan

e. advokasi, perlindungan hukum dan pembelaan dalam proses hukum. Pasal 7

Larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c meliputi: a. larangan melanggar tata krama;

b. larangan melanggar kode kehormatan;

(4)

d. larangan melanggar Peraturan Disiplin Praja; dan

e. segala perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh praja di dalam dan di luar kampus. Pasal 8

Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban, hak, dan larangan praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 diatur dengan Peraturan Rektor.

BAB IV

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN Pasal 9

(1) Menteri mengangkat dan memberhentikan Praja IPDN.

(2) Pengangkatan dan pemberhentian Praja IPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didelegasikan kepada Rektor IPDN.

Pasal 10 Praja berhenti karena:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri; atau c. diberhentikan.

Pasal 11

(1) Praja yang meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, diberhentikan dengan hormat.

(2) Praja yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, diberhentikan dengan hormat dan tidak diperkenankan mengikuti dan atau melanjutkan pendidikan program magister dan program doktor di lingkungan IPDN.

(3) Praja diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf c, dapat berupa: a. diberhentikan dengan hormat; atau

b. diberhentikan tidak dengan hormat.

Pasal 12

Proses pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3), dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Inspektorat Jenderal, Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Dalam Negeri, Biro Hukum, dan Biro Kepegawaian.

Pasal 13

(1) Praja diangkat menjadi CPNS dengan pangkat/golongan ruang Pengatur Muda (II/a) pada Sekretariat Jenderal Departemen Dalam Negeri, setelah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengangkatan Praja menjadi CPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada akhir semester IV (empat) dengan Indeks Prestasi Kumulatif minimal 2,00 (dua koma nol nol) dan lulus semua mata kuliah sampai semester IV (empat).

Pasal 14

(1) Praja diangkat menjadi PNS dengan pangkat/golongan ruang Pengatur Muda (II/a) pada Sekretariat Jenderal Departemen Dalam Negeri, setelah memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengangkatan Praja menjadi PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lambat 1 (satu) tahun setelah Praja diangkat menjadi CPNS.

Pasal 15

Pengangkatan Praja menjadi CPNS dan PNS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

(5)

Pasal 16

Praja belum berstatus CPNS yang diberhentikan sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, tidak diangkat menjadi CPNS.

Pasal 17

(1) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a, dikembalikan kepada pemerintah daerah asal pendaftaran Praja dan tidak diberhentikan sebagai CPNS.

(2) Praja berstatus CPNS yang diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf b, diberhentikan sebagai CPNS.

Pasal 18

(1) Praja berstatus PNS yang diberhentikan dengan hormat sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a, kenaikan pangkat/golongan ruangnya ditunda selama 1 (satu) tahun.

(2) Praja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembalikan kepada pemerintah daerah asal pendaftaran Praja.

(3) Praja berstatus PNS yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Praja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf b, dapat:

a. diberikan sanksi disiplin berupa penurunan pangkat 1 (satu) tingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun;

b. diberhentikan dengan hormat sebagai PNS, apabila dihukum penjara dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan ancaman pidana kurang dari 4 (empat) tahun; atau

c. diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS, apabila dihukum penjara dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan ancaman pidana paling singkat 4 (empat) tahun.

Pasal 19

Pengangkatan dan pemberhentian CPNS dan PNS Praja IPDN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 16, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pasal 20

(1) Praja yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 wajib mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan oleh Negara selama mengikuti pendidikan di IPDN. (2) Dalam hal praja diberhentikan karena meninggal dunia tidak dibebani kewajiban

mengembalikan semua biaya yang telah dikeluarkan oleh Negara selama mengikuti pendidikan di IPDN.

(3) Pengembalian biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disetor melalui Kas Negara atau Rekening IPDN pada Bank yang ditunjuk paling lambat 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal penerimaan keputusan tentang pemberhentian sebagai Praja. (4) Bukti setor pengembalian biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan

kepada Rektor dan ditembuskan kepada Kepala Biro Kepegawaian Sekretariat Jenderal Departemen Dalam Negeri.

BAB V

PEMERIKSAAN PELANGGARAN DISIPLIN PRAJA Bagian Pertama

IPDN Pasal 21

(6)

(1) Pemeriksaan pelanggaran disiplin Praja IPDN dilakukan oleh Sub Bagian Pengasuhan. (2) Hasil pemeriksaan Sub Bagian Pengasuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

disampaikan Dekan.

(3) Dekan menyampaikan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Rektor melalui Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan.

Pasal 22

(1) Rektor menugaskan Komisi Disiplin dan Bagian Administrasi Pengasuhan untuk melakukan verifikasi atas laporan yang disampaikan Dekan.

(2) Komisi Disiplin dan Bagian Administrasi Pengasuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan kepada Rektor hasil verifikasi pemeriksaan yang disertai rekomendasi tindak lanjut.

Bagian Kedua IPDN di Daerah

Pasal 23

(1) Pemeriksaan pelanggaran disiplin Praja IPDN dilakukan oleh Sub Bagian Pengasuhan. (2) Sub Bagian Pengasuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan hasil

pemeriksaan disertai dengan rekomendasi tindak lanjut kepada Direktur melalui Asisten Direktur Keprajaan.

(3) Direktur dapat membentuk Tim Komisi Disiplin untuk melakukan pemeriksaan bersama dengan Sub Bagian Pengasuhan.

Pasal 24

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemeriksaan pelanggaran diatur dengan Peraturan Rektor.

BAB VI

PENJATUHAN HUKUMAN

Pasal 25

(1) Rektor menjatuhan hukuman akademis dan hukuman disiplin bagi Praja di lingkungan IPDN.

(2) Rektor mendelegasikan kewenangan penjatuhan hukuman akedemis jenis ringan dan sedang bagi Praja di lingkungan IPDN Daerah kepada Direktur.

Pasal 26

(1) Praja yang dijatuhi hukuman disiplin dapat mengajukan keberatan administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Hukuman disiplin yang dapat diajukan keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya hukuman disiplin tingkat berat.

Pasal 27

(1) Praja yang dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dapat mengajukan keberatan administratif kepada Ketua Badan Pertimbangan Kepegawaian dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung mulai tanggal penerimaan keputusan hukuman disiplin.

(2) Keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memuat alasan-alasan dari keberatan itu.

(3) Keberatan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan secara tertulis melalui mekanisme hierarkis jabatan.

(7)

(4) Tata cara penyampaian hukuman disiplin dan penyampaian keberatan atas hukuman disiplin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Pada saat berlakunya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pembinaan Praja Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 29

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 8 September 2009 MENTERI DALAM NEGERI,

ttd

Referensi

Dokumen terkait

Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahan- perubahan dalam tatanan lingkungan tersebut, sehingga tidak sama lagi dengan bentuk aslinya, sebagai

Sebuah sistem yang besar tidak hanya dikontrol oleh satu atau sekelompok kecil orang, oleh karena itu, proses-proses utama harus disiapkan terlebih dahulu, yaitu meliputi Business

0 artinya anda tidak suka dan 10 anda SANGAT SUKA dan angka diantaranya (2 – 8 atau 9) menunjukkan level seberapa tinggi anda bergairah dengan aktivitas itu. Pilih mana saja

Untuk mencari kerapatan beban ekivalen anggap unit pertama yang dibebani mempunyai FOR 0.1 dengan besar kapasitas 40 MW, dan selama angka kegagalan acak unit-unit pembangkit

Pernyataan yang benar tentang persamaan reaksi tersebut adalah ...!. (A) gas nitrogen disebut gas hasil reaksi (B) angka 3 dalam gas

Voluntary Auditor Switching di Perusahaan Manufaktur Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2012..

Cooling Tower : suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan suhu aliran air dengan cara memindahkan panas dari air ke udaraf. Aplikasi : mendinginkan air proses yang panas /

Sistem transportasi dan pengembangan lahan (land development) saling berkaitan satu sama lain, maka di dalam sistem transportasi, tujuan dari perencanaan adalah menyediakan