• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS UNJUK KERJA PERBANDINGAN PROTOKOL ROUTING REAKTIF ARAMA TERHADAP PROTOKOL ROUTING PROAKTIF

DSDV PADA JARINGAN MANET

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Program Studi Teknik Informatika

Oleh :

Young Queen Putra Nugraha 125314052

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2016

(2)

ii

PERFORMANCE COMPARISON OF A REACTIVE ROUTING PROTOCOL ARAMA AND A PROACTIVE ROUTING PROTOCOL

DSDV IN MANET

A THESIS

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain Sarjana Komputer in Informatics Engineering

By :

Young Queen Putra Nugraha NIM : 125314052

INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF INFORMATICS ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2016

(3)

iii

SKRIPSI

ANALISIS UNJUK KERJA PERBANDINGAN PROTOKOL ROUTING REAKTIF ARAMA TERHADAP PROTOKOL ROUTING PROAKTIF

DSDV PADA JARINGAN MANET

Oleh :

Young Queen Putra Nugraha NIM : 125314052

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing,

(4)

iv

SKRIPSI

ANALISIS UNJUK KERJA PERBANDINGAN UNJUK PROTOKOL ROUTING REAKTIF (ARAMA) TERHADAP ROUTING

PROAKTIF (DSDV) PADA JARINGAN MANET

Oleh :

Young Queen Putra Nugraha NIM : 125314052

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal ……….

dan dinyatakan memenuhi syarat.

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap Tanda Tangan

Ketua : Henricus Agung Hermawan, S.T., M.Kom. ………...

Sekretaris :Iwan Binanto, M.Cs. ……….

Anggota : Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. ……….

Yogyakarta, 2016

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

v

HALAMAN MOTTO

“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan

keluar baginya, dan Memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah baginya, Sesungguhnya Allah

melaksanakan kehendaknya-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya”.

(QS. Ath Thalaq: 2-3)

“Jika kau mempunyai waktu untuk memikirkan akhir yang indah, mengapa tidak hidup dengan indah hingga akhir itu”.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian milik orang lain,terkecuali yang sudah tertulis pada kutipan daftar pustaka, sebagimana layaknya sebuah karya ilmiah

Yogyakarta, ... Desember 2016 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Young Queen Putra Nugraha

NIM : 125314052

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpusatakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ANALISA UNJUK KERJA PERBANDINGAN PROTOKOL ROUTING REAKTIF ARAMA TERHADAP PROTOKOL ROUTING PROAKTIF

DSDV PADA JARINGAN MANET.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan kedalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yang menyatakan,

(8)

viii

ABSTRAK

Mobile ad hoc network (MANET) adalah sebuah jaringan berbasis wireless yang terdiri atas sekumpulan node yang mobile serta memiliki topologi jaringan yang dapat berubah dengan cepat kemudian pada MANET setiap node bisa menjadi source node,destination node serta intermediete node.Pad tugas akhir ini akan dilakukan pengujian perbandingan unjuk kerja dari dua routing protokol yakni routing protokol reaktif (ARAMA) dengan routing protokol proaktif (DSDV) dengan menggunakan simulator OMNET++. Parameter unjuk kerja yang diukur dalam pengujian antara lain througphut ,end to end delay, dan overhead

ratio.Kemudian skenario yang akan digunakan berdasarkan penambahan jumlah

node serta penambahan waktu pause time dengan luas area tetap dengan menggunakan UDP sebagai koneksi.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa protokol routing proaktif (DSDV) lebih unggul jika dibandingkan dengn protokol reaktif (ARAMA) pada pengujian

throughput dan end to end delay baik itu pada saat dilakukan penambahan jumlah

node maupun saat penambahan waktu pause time hal tersebut dikarenakan pada DSDV dia bersifat proaktif yang akan selalu update routing informasi sehingga ketika ada node yang berpindah maka DSDV akan lebih cepat mengetahuinya sehingga hal tersebut akan membuat nilai througphut lebih baik dibandingkan dengan ARAMA kemudian DSDV juga mempunyai jalur cadangan yang lebih banyak daripada ARAMA ditambah dengan sifat proaktif maka nilai nilai end to

end delay pada DSDV lebih rendah daripada ARAMA, namun dari segi overhead ratio ARAMA lebih baik daripada DSDV karena pada ARA dia hanya mengirim

FANT dan BANT serta hanya akan update berdasarkan probabilitas jalur dibandingkan dengan DSDV yang dia akan selalu update routing informasi secara periodik sehingga akan membebani jalur

Kata Kunci: Mobile ad hoc Network,ARAMA,DSDV, throughtput,delay,overhead

(9)

ix

ABSTRACT

Mobile ad hoc network (MANET) is a network wireless consist of mobile node and have network topology that can change quickly and then in MANET each node can be source node,destination node and intermediete node.In this final project will be comparing performance of reactive protocols (ARAMA) with proactive protocols (DSDV) using OMNET++ simulator.The measurement of network performance are average througphut,end to end delay, and overhead ratio.Then the scenario are based on increased node and pause time with fixed area than using UDP connection.

The result show that proactive protokols (DSDV) is better than reactive protokols (ARAMA) in througphut and end to end delay case with increased node and increased pause time because DSDV is proactive protokols so DSDV is always update the routing information if see that node is move,DSDV can be quick to know the movement so that reason prove DSDV have better througphut than ARAMA,DSDV also have more backup path than ARAMA adding DSDV is proactive protokols so in end to end delay DSDV is better than ARAMA,but in overhead ratio ARAMA is better than DSDV because in ARAMA only send FANT and BANT than update based on a route probability compared in DSDV are always update the information routing periodically so it can overload the route.

Keywords: Mobile ad hoc Network,ARAMA,DSDV, throughtput,delay,overhead

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT serta junjungan kita Nabi Muhammad SAW atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Unjuk Kerja Perbandingan Protokol

Routing Reaktif ARAMA Terhadap Protokol Routing Proaktif DSDV Pada Jaringan MANET” ini dengan lancar.

Penulis juga menyadari bahwa ada pihak pihak lain yang membantu penulis dalam proses penelitian serta penyusunan tugas akhir ini baik bantuan dalam bentuk dukungan,semangat,kritik,saran,maupun doa.Terima kasih karena hal tersebut telah membantu penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.Pada kesempatan ini penulis ingin

Mengucapkan terima kasih sebesar besarnya, antara lain kepada :

1. Bapak Bambang Soelistijanto, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing tugas akhir, atas kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing penulis, meluangkan waktunya, memberi semangat, dukungan, serta saran yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Sudi Mungkasi. S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, atas bimbingan,kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

3. Bapak Iwan Binanto, M.Cs. selaku Dosen Pembimbing Akademik,atas segala bimbingan dan nasihatnya selama ini kepada penulis.

4. Dr.Anastasia Rita Widiarti,M.Kom. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika, atas bimbingan,kritik dan saran yang telah diberikan kepada penulis.

5. Ayahku Heri Nugraha dan Ibuku Antik Sutarni serta Adikku Farel Bramasta Putra Nugraha atas segala doa, semangat, nasihat, dukungan, kasih sayang yang luar biasa selama ini untukku, serta selalu ada untukku entah dalam keadaan apapun.

6. Teman – teman Teknik Informatika 2012 (Kuro,Ecca,Theo,Ari,Dinda) dan semua TI angkatan 2012 yang selama ini memberikan inspirasi dan motivasi hingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

(11)

xi

7. Seluruh teman teman Jarkom Koplo 2012 dan tim manet (Lukas,Bani,Abed,Ahok,Chandra) yang selalu memberikan dorongan serta dukungan untuk agar segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman – teman kampung (Wahyu,Tomo,Jondit,Dedi,Soblem,Bayu,Indra) yang selalu bertanya kapan lulus,sehingga hal tersebut menjadi motivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak Angkatan (Drajad,Ius,Ari) yang ikut membantu memotivasi penulis agar cepat selesai.

10. Ganool,Oploverz,Awsubs,Tonansubs,Nekonime,Shaanig yang telah

memberikan hiburan dengan film serta Anime ketika penulis sedang pusing mengerjakan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu,mendukung dan mensukseskan baik secara langsung maupun tidak langsung,Penulis mengucapkan terimakasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini.Penulis terbuka untuk segala kritik dan saran demi untuk memberikan perbaikan di kemudian hari.Akhir kata,semoga tugas akhir ini dapat berguna dan bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa sekarang maupun masa mendatang.

Yogyakarta, .... November 2016

(12)

xii

DAFTAR ISI

ANALISIS UNJUK KERJA PERBANDINGAN PROTOKOL ROUTING REAKTIF ARAMA TERHADAP PROTOKOL ROUTING PROAKTIF DSDV

PADA JARINGAN MANET ... i

PERFORMANCE COMPARISON OF A REACTIVE ROUTING PROTOCOL ARAMA AND A PROACTIVE ROUTING PROTOCOL DSDV IN MANET ... ii

SKRIPSI ... ii

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Rumusan Masalah ... 3 1.3. Tujuan Penelitian ... 4 1.4. Batasan Masalah ... 4 1.5. Metodologi Penelitian ... 4 1.5.1. Studi literatur ... 4 1.5.2 Perancangan ... 4

1.5.3 Pembangunan simulasi dan Pengumpulan data ... 5

1.5.4 Analisis data dan Simulasi. ... 5

(13)

xiii

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Jaringan Nirkabel (Wireless) ... 6

2.2 Mobile Adhoc Network (MANET) ... 6

2.2.1 Karakteristik MANET ... 7

2.2.2 Protokol Routing ... 8

2.2.4 Routing Reaktif ... 9

2.3 ARAMA (Ant Routing Protocol Algorithm for Mobile Ad hoc Networks) ... 10

2.4 DSDV (Destination Sequenced Distance Vector) ... 15

BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN ... 19

3.1 Parameter Simulasi ... 19

3.2 Skenario Simulasi ... 19

3.3. Tabel Skenario ... 20

3.4 Parameter Kinerja ... 21

3.4.1 End to End Delay ... 21

3.4.2 Throughput ... 21

3.4.3 Overhead Ratio... 22

3.5 Topologi Jaringan ... 22

BAB IV ... 25

PENGUJIAN DAN ANALISIS ... 25

4.1 ARAMA ... 25

4.1.1 Througput Jaringan ... 25

4.1.2 End to End Delay ... 27

4.1.3 Overhead Ratio... 29

4.2 DSDV ... 31

4.2.1 Througput Jaringan ... 31

4.2.2 End to End Delay ... 33

4.2.3 Overhead Ratio... 35

(14)

xiv

4.3.1 Througput Jaringan ... 37

4.3.2 End to End Delay ... 39

4.3.3 Overhead Ratio... 40

BAB V ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Wireless Infrastructure ... 6

Gambar 3.1 Posisi node secara acak dengan koneksi udp 10 ... 22

Gambar 3.2 Snapshoot Jaringan dengan 30 node ... 23

Gambar 3.3 Snapshoot Jaringan dengan 40 node ... 23

Gambar 3.4 Snapshoot Jaringan dengan 50 node ... 24

Gambar 4.1 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap Througput pada ARAMA ... 26

Gambar 4.2 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap End to End Delay pada ARAMA ... 28

Gambar 4.3 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap Overhead Ratio pada ARAMA ... 30

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Parameter tetap dalam skenario ... 19 Tabel 3.2 Skenario dengan Pause Time 0 s sampai 60 s (ARAMA dan DSDV) .. 20 Tabel 4.1 Hasil dari pengujian Througput dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA ... 25 Tabel 4.2 Hasil dari pengujian End to End Delay dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA ... 27 Tabel 4.3 Hasil dari pengujian Overhead ratio dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA ... 29 Tabel 4.4 Hasil dari pengujian Througput dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol DSDV ... 31 Tabel 4.5 Hasil dari pengujian End to End Delay dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol DSDV ... 33 Tabel 4.6 Hasil dari pengujian Overhead Ratio dengan Penambahan Jumlah Node dan Penambahan Pause Time pada protokol DSDV ... 35

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pada era saat ini perkembangan pada jaringan komputer sangat pesat karena adanya tuntutan untuk meningkatkkan kebutuhan akan akses informasi secara cepat kapan dan dimana saja, maka muncul ide untuk membuat sarana dan prasarana komunikasi pada jaringan dengan dua cara yaitu jaringan kabel (wired network) dan jaringan nirkabel (wireless). Salah satu jenis dari jaringan nirkabel tersebut adalah jaringan adhoc, pada jaringan adhoc mempunyai tipe model jaringan yang bervariasi,salah satunya yang sedang berkembang saat ini adalah Mobile Ad hoc

Network (MANET).

MANET adalah sebuah jaringan ad hoc yang dapat berpindah lokasi dan dapat mengkonfigurasi sendiri secara cepat. Karena MANET adalah mobile maka MANET menggunakan jaringan wireless untuk dapat terhubung ke berbagai jaringan,pada MANET terdapat banyak node yang memiliki otonomi sendiri sehingga ketika node tersebut bergerak secara spontan akan mempengaruhi topologi jaringan maka topologi tersebut dapat berubah ubah secara cepat dan tidak dapat untuk diprediksi.Pada MANET mempunyai 3 protokol routing yaitu

Table-Driven routing protocols (proactive),On-Demand routing protocols (reactive) dan Hybird. MANET mempunyai beberapa tipe karakteristik umum yaitu ;

1. Multi hop routing

Pada MANET ketika node mencoba untuk mengirimkan informasi kepada

node lain yang berada diluar jangkauan komunikasi,maka paket tersebut

harus diteruskan via satu atau lebih node perantara [1]. 2. Topologi yang dinamis (Dynamic topology)

Pada jaringan MANET tidak membutuhkan infrastruktur jaringan(Access

Point),kemudian setiap node dapat bebas bergerak dengan kecepatan yang

berbeda beda,dengan demikian topologi jaringan mungkin akan berubah secara random dan tidak dapat diprediksi [1].

(18)

3. Autonomous terminal

Pada MANET setiap node merupakan indepenent node yakni dapat menjadi penerima paket atau menjadi penerus paket [1].

Selain memiliki karakteristik yang berbeda MANET juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan wired networks yakni :

1. Disaster relief yakni ketika wired network tidak berfungsi setelah bencana maka komunikasi akan dilakukan melalui jaringan ad hoc [2].

2. Scalable yakni dapat mengakomodasi penambahan node yang lebih banyak [1]. 3. Self configuring network yakni mampu mengkonfigurasikan node menjadi

client sekaligus router untuk node yang lainnya secara otomatis [1].

Pada Protokol routing MANET dapat dibedakan menjadi 3 karakteristik berdasarkan sebaran table routing namun kali ini protokol hybrid tidak akan dijelaskan:

a) Protokol routing proaktif (Table Driven Routing Protocol)

Protokol routing proaktif merupakan protokol routing yang berdasarkan informasi pada routing table yang terus di-update dalam waktu berkala. Semua informasi mengenai perubahan akan dikirim sesuai dengan periodik pengiriman update dari routing table. Sehingga, pada protokol routing ini akan terjaga routing table yang terus update tanpa menghilangkan fungsinya untuk memilih jalur terbaik untuk mengirimkan data. Sifat protokol ini memungkinkan delay yang lebih rendah dalam mengirimkan data melalui jaringan karena jalur data sudah dikenal

Beberapa contoh protokol proaktif yaitu:

DSDV (Destination Sequenced Distance Vector Routing

Protokol)

HSR (Hierarchial State Routing Protocol)

(19)

b) Protokol routing reaktif (On-Demand Routing Protocol)

Protokol routing reaktif merupakan protokol routing yang memilih jalur maupun melakukan update jalur hanya ketika terdapat rute baru atau ketika suatu rute terputus. Pada protokol routing ini, perhitungan jalur dilakukan sekali saja, kemudian di-update hanya ketika ada perubahan. Informasi yang dimiliki setiap router pada protokol routing ini sangat terbatas dan akan dihapus ketika tidak lagi dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu. Pada beberapa protokol routing reaktif, setiap router bahkan hanya memiliki informasi tentang nexthop saja. Oleh karena karakteristiknya, protokol routing reaktif sering juga disebut dengan On

Demand Routing Protocol.

Beberapa contoh protokol reaktif yaitu:

ARAMA (Ant Routing Algorithm for Mobile Ad-Hoc

Networks)

AODV (Ad Hoc On Demand Distance Vector )

DSR (Dynamic Source Routing)

DYMO (Dynamic MANET On-demand)

Jaringan MANET terbagi menjadi 3 dan ketiganya memiliki banyak jenis protokol dan semua jenis protokol tersebut mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing baik itu protokol proaktif, reaktif, maupun hybrid. Namun dari segi battery consumtions dan bandwidth routing reaktif jauh lebih baik dibandingkan dengan jenis protokol proaktif karena protokol reaktif hanya akan mencari routing jika membutuhkan paket data sehingga akan menghemat pemakaian bandwidth dan baterai. Namun Kelebihan protokol proaktif ada pada

delay sehingga paket pengiriman data dapat dilakukan secara maksimal. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka di dapat rumusan masalah berupa perbandingan antara unjuk kerja protokol routing reaktif (ARAMA) terhadap protokol routing proaktif (DSDV) pada jaringan MANET.

(20)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memberikan hasil perbandingan unjuk kerja routing protokol reaktif (ARAMA) terhadap routing proaktif (DSDV) pada jaringan MANET.

1.4. Batasan Masalah

Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, masalah dibatasi sebagai berikut :

1. Trafik data yang digunakan adalah protokol UDP (User Datagram Protocol)

2. Parameter yang digunakan sebagai uji performansi unjuk kerja

adalah throughput,delay,dan overhead ratio.

3. Penelitian hanya dilakukan di routing protokol ARAMA dan DSDV

1.5. Metodologi Penelitian

Metodolologi dan langkah-langkah yang digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

1.5.1. Studi literatur

Mengumpulkan referensi dari berbagai narasumber untuk mempelajari topik tugas akhir tentang MANET :

Teori MANET.

a. Teori yang membahas tentang protokol routing ARAMA(Ant Routing

Algorithm for Mobile Adhoc Networks) dan teori DSDV( Dynamic Sequence Distance Vector).

b. Teori tentang delay,throughput,dan overhead ratio. c. Teori yang membahas OMNET++.

1.5.2 Perancangan

Dalam tahap rancangan suatu skenario untuk menjalankan simulasi sebagai berikut:

a. Luas area simulasi.

b. Penambahan dalam jumlah node. c. Penambahan jumlah pause time.

(21)

1.5.3 Pembangunan simulasi dan Pengumpulan data.

Simulasi jaringan MANET ini menggunakan simulator OMNET++ .

1.5.4 Analisis data dan Simulasi.

Untuk melakukan analisis data yang sudah diperoleh dari proses simulasi dapat dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dari parameter yang sudah ditetapkan,yaitu digunakan untuk menarik kesimpulan dari proses routing protokol antara ARAMA dengan DSDV.

1.5.5. Penarikan Kesimpulan dan Saran.

Penarikan kesimpulan dan saran berdasarkan pada beberapa performance

metric yang diperoleh pada proses analisis data simulasi jaringan. 1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini perlu membagi sistematika penulisan menjadi 5 bab,yang lebih jelas dapat dilihat dibawah ini :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang yang diambil dari judul Tugas Akhir,batasan masalah,tujuan penelitian,manfaat penelitian,metode penelitian, dan sistematika penulisan Tugas Akhir yang menjelaskan secara garis besar substansi yang diberikan pada masing-masing bab.

BAB 2: LANDASAN TEORI

Bab ini membahas dan menjelaskan teori yang berkaitan dengan judul/masalah di tugas akhir.

BAB 3 : PERANCANGAN PENELITIAN

Bab ini membahas bagaimana cara perancangan infrasturktur dalam melakukan penelitian ,serta parameter-parameter yang digunakan sebagai bahan penelitian.

BAB 4 : PENGUJIAN DAN ANALISIS

Bab ini berisi tahap pengujian simulasi dan analisia data hasil simulasi

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran berdasarkan simulasi dan hasil analisa data jaringan.

(22)

6

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Jaringan Nirkabel (Wireless)

Jaringan Nirkabel atau dikenal dengan nama Wireless, merupakan salah satu media transmisi yang menggunakan gelombang radio sebagai media transmisinya.Topologi jaringan wireless dapat dibagi menjadi 2 yaitu jaringan topologi wireless berbasis infrastructure dan ad hoc.Pada jaringan wireless

infrastructure,user akan yang terkoneksi secara wireless terhadap akses point yang

artinya setiap node dapat mengakses jaringan dengan cara mengakses central

node.Meskipun ada 2 node yang posisinya saling berdekatan kedua node tersebut

tidak bisa secara langsung saling terhubung akan tetapi tetap membutuhkan Akses Point untuk tetap terkoneksi.Wireless bersifat broadcast karena polanya akan memancar ke segala arah sehingga semua user akan dapat menerima sinyal dari

akses point [3].

Gambar 2.1 Wireless Infrastructure

2.2 Mobile Adhoc Network (MANET)

MANET adalah sebuah jaringan wireless yang bersifat dinamis dan setiap mobile host dalam MANET bebas untuk bergerak ke segala arah. Di dalam jaringan MANET terdapat dua node (mobile host) atau lebih yang dapat berkomunikasi dengan node lainnya namun masih berada dalam jangkauan node tersebut. Selain itu node juga dapat berfungsi sebagai penghubung antara node yang satu dengan node yang lainnya [4].

(23)

MANET tidak mengandalkan infrastruktur yang ada. Hal ini sangat bermanfaat untuk situasi pemulihan pasca bencana maupun perang dan dapat diletakan pada daerah yang mengalami kerusakan prasarana jaringan komunikasi fisik,pada MANET node bebas bergerak selama masih berada dalam jaringan. Selain itu node dapat mengirim dan meneruskan paket ke node lain, sehingga dibutuhkan sebuah aturan berupa protokol routing untuk menentukan rute pengiriman paket [5].

Gambar 2.2 MANET

2.2.1 Karakteristik MANET

Berikut beberapa karakteristik jaringan MANET : 1. Multi hop routing

Pada MANET ketika node mencoba untuk mengirimkan informasi kepada node lain yang berada diluar jangkauan komunikasi,maka paket tersebut harus diteruskan via satu atau lebih node perantara [1].

2. Topologi yang dinamis (Dynamic topology)

Pada jaringan MANET tidak membutuhkan infrastruktur jaringan(Access Point),kemudian setiap node dapat bebas bergerak dengan kecepatan yang berbeda beda,dengan demikian topologi jaringan mungkin akan berubah secara random dan tidak dapat diprediksi [1].

(24)

3. Autonomous terminal

Pada MANET setiap node merupakan indepenent node yakni dapat menjadi penerima paket atau menjadi penerus paket [1].

4. Sumber daya yang terbatas

Sumber daya yang terbatas, baterai yang dibawa oleh setiap mobile node mempunyai daya terbatas, kemampuan untuk memproses terbatas, yang pada akhirnya akan membatasi layanan dan aplikasi yang didukung oleh setiap node[4].

2.2.2 Protokol Routing

Jaringan MANET adalah suatu jaringan wireless yang memiliki karakteristik yang dinamis dan node pada jaringan tersebut dapat saling berkomunikasi satu sama lain,karena setiap node memiliki kemampuan routing sehinngga dapat mengirim data melalui node lain.Dengan demikian setiap node akan bertindak sebagai router,karena setiap node bertindak sebagai router maka diperlukan suatu protokol untuk keperluan routing [6].

Kualitas dasar protokol routing pada MANET adalah protokol tersebut harus mampu beradaptasi secara dinamis terhadap topologi jaringan dan mampu untuk menelusuri perubahan topologi jaringan dan menemukan rute baru ketika topologi tersebut berubah [6].

2.2.3 Routing Proaktif

Routing Proakfif atau disebut juga dengan routing bertipe

table driven,pada routing ini semua node secara terus menerus akan

mencari routing information didalam jaringan,jadi ketika node membutuhkan rute untuk mengirimkan paket maka rute akan lebih cepat ditemukan karena sebelumnya rute sudah diketahui,pada routing proaktif akan memiliki delay yang rendah karena ketika rute sudah diketahui maka proses pengiriman paket akan lebih cepat,akan tetapi karena terjadi pergerakan node secara terus menerus untuk mencari routing information maka nilai overheadnya

(25)

akan tinggi,beberapa contoh routing proaktif antara lain Destination

Sequenced Distance Vector (DSDV) , Optimized Link State Routing Protocol (OLSR) , Better Approach to Mobile Ad hoc Network

(B.A.T.M.A.N) , Intrazone Routing Protocol (IARP) , Witness

Aided Routing (WAR) , Linked Cluster Architecture (LCA) [7].

2.2.4 Routing Reaktif

Routing Reaktif atau disebut juga dengan routing bertipe on

demand,pada routing ini node akan melakukan route discovery

terlebih dahulu sebelum melakukan pengiriman paket ke node tujuan sehingga ketika tidak dibutuhkan maka node tidak akan melakukan route discovery,proses route discovery sendiri dilakukan oleh node sumber dengan node tujuan jadi isi dari routing table pada

node hanya berisi informasi rute menuju tujuan,pada protocol reaktif

akan cenderung untuk mengurangi routing overhead akan tetapi

trade off yang dihasilkan adalah akan meningkatkan delay karena node akan melakukan proses pencarian jalur terlebih dahulu

sebelum melakukan pengiriman paket,beberapa contoh protokol reaktif antara lain Ant Routing Algorithm for Mobile Adhoc

Networks (ARAMA) , Dynamic Source Routing (DSR) , Adhoc On demand Distance Vector (AODV) , Associativity Based Routing

(ABR) [7].Berdasarkan hal tersebut diatas maka tugas akhir ini akan membahas tentang Analisis Unjuk Kerja ARAMA (Ant Routing

Protocol Algorithm for Mobile Ad hoc) dengan DSDV(Destination Sequenced Distance Vector) yang menggunakan simulator

(26)

2.3 ARAMA (Ant Routing Protocol Algorithm for Mobile Ad hoc Networks)

Ide dasar dari routing ARAMA adalah terinspirasi dari pola pergerakan semut ketika sedang mencari makanan,mereka memulai dari sarang dan berjalan menuju sumber makanan.Ketika semut mencapai persimpangan mereka akan memutuskan akan melewati cabang untuk meneruskan jalan mereka.Saat mereka berjalan semut akan meninggalkan

pheromone untuk menandai rute yang sudah dilewati.Konsentrasi pheromone pada suatu rute menandakan indikasi penggunaan pheromone

tersebut.Seiring waktu konsentrasi pheromone pada rute akan perlahan menurun dengan efek difusi [8].

Gambar 2.3 Shortest Path ARAMA

Pada gambar 2.3 menunjukkan scenario dengan dua rute dari sarang menuju tempat makanan.Pada saat di persimpangan semut pertama akan memilih jalur secara acak.Sejak mengetahui rute atas lebih pendek daripada rute bawah semut akan melewati jalur tersebut untuk mengambil makanan.Pada saat kembali ke sarang semut akan kembali memilih rute.Setelah beberapa waktu konsentrasi pheromone pada jalur terpendek akan lebih tinggi daripada rute yang lebih panjang,karena semut menggunakan jalur terpendek untuk meningkatkan secara cepat konsentrasi pheromone.Jalur terpendek akan teridentifikasi dan akhirnya semua semut akan melewati jalur tersebut [8].

(27)

Tingkah laku semut tersebut dapat digunakan untuk mencari jalur terpendek pada jaringan.Khususnnya memungkinkan adapatsi yang tinggi pada perubahan yang dinamis di topologi jaringan MANET,karena pada jaringan MANET keberadaan link tidak dijamin dan perubahan link terjadi sangat cepat [8].

Pada ARAMA setiap node pada jaringan dapat berfungsi sebagai

source node,destination node atau sebagai intermediate node. Ketika

sebuah node sumber ingin mencari jalur untuk mencapai tujuan, maka node tersebut akan mengirim semut FANT(Forward Ant) atau semut yang mencari rute. Semut Fant akan menggunakan perantara untuk mencari tujuan berdasarkan routing tabel dan informasi lokal. Semut FANT akan mengumpulkan informasi dari node perantara yang mereka lalui. Ketika semut FANTsudah mencapai tujuan, informasi yang dikumpulkannya akan dinilai. Semut FANT akan dihapus, semut BANT(Backward ant) atau semut yang me-replay akan dibuat. Semut Bant akan membawa nilai yang dikumpulkan oleh semut FANT yaitu berupa table pheromone (sisa battery dan jumlah node) dan mengidentifikasi node perantara pada jalur. Semut BANT akan mengikuti jalur kebalikan dari semut FANT dengan membandingkan table pheromone terkecil [4].

Keuntungan routing protokol ARAMA

 Pada routing protokol ARAMA akan memanfaatkan

pheromone ketika mencari rute dari node sumber menuju destination node sehingga ketika jalur terpendek putus

maka tidak perlu lagi untuk mencari rute baru karena semua rute pada ARAMA sudah teraliri pheromone sehingga rute akan dialihkan menuju jalur terpendek alternatif atau

(28)

Kerugian routing protokol ARAMA

 Pada routing protokol ARAMA node akan terus mengirimkan Forward Ant (FANT) untuk mencari jalur sehingga energy consumption yang dikeluarkan akan lebih besar daripada routing protokol yang lainnya.

Route Discovery Phase

Berikut contoh sederhana tentang Route Discovery Phase pada ARAMA.Apabila node S sebagai soure node akan berkomunikasi dengan

node D yang akan bertindak sebagai node tujuan (Destination Node)

Gambar 2.4 Source node mengaliri node tetangga dengan FANT untuk mencari rute menuju Destination node

Tahap awal dari proses Route Discovery adalah saat S sebagai source node akan mengirim FANT kepada node V , K , dan J. Kemudian aliran FANT menuju node V akan diberi nama FANT1, untuk aliran FANT menuju node K akan diberi nama FANT2,untuk aliran FANT menuju node J akan diberi nama FANT3.Setiap FANT akan menghitung table pheromone untuk mengecek sisa battery dan node.Setelah itu FANT akan kembali bergerak menuju node berikutnya yang belum dikunjungi,pada FANT1 node V akan

(29)

bergerak menuju node B sedangkan FANT2 node K akan bergerak menuju

node L dan FANT3 node J akan bergerak menuju node U.Selanjutnya

semua FANT akan kembali menghitung table pheromone.Karena FANT2 sudah sampai ke node D sebagai destination node maka node D sebagai

destination node akan mengirimkan Back Ant(BANT) dan akan melakukan

update table pheromone dari FANT2.Selanjutnya node D akan menghapus FANT1 dan akan ganti mengirimkan sebuah BANT ke jalur yang dilalui oleh FANT 1.Saat FANT 2 dan FANT 3 baru sampai ke destination

node,maka node D sebagai destination node akan membandingkan table pheromone yang diterima dari FANT1 dengan yang dimiliki oleh FANT 2

dan FANT 3 kemudian posisi FANT 2 dan FANT 3 juga akan dihapus dan akan digantikan BANT untuk menuju ke source node,setelah semua BANT sampai menuju source node maka source node akan membandingkan table

pheromone yang dibawa oleh masing masing FANT dan akan digunakan

untuk mencari jalur terpendek menuju destination node.

Gambar 2.5 Ketika Source node menemukan jalur terpendek menuju Destination node

(30)

Tahap selanjutnya karena FANT 1 adalah yang memiliki jarak terpendek menuju

destination node maka FANT 1 akan dijadikan sebagai jalur komunikasi antara source node dan destination node,kemudian karena FANT 2 dan FANT 3 memiliki

tabel pheromone yang lebih panjang daripada FANT 1 sehingga jalur FANT 2 dan FANT 3 tidak dijadikan jalur komunikasi antara source node dengan destination

node,akan tetapi ARAMA menyiapkan subpath sehingga untuk mendukung hal

tersebut maka jalur FANT 2 dan jalur FANT 3 akan tetap dialiri oleh FANT sehingga ketika sewaktu waktu jalur terpendek terputus maka ARAMA akan menggunakan subpath sebagai penggantinya.

Gambar 2.6 Pencarian Jalur alternatif apabila jalur terpendek terputus

Kemudian ketika jalur terpendek terputus maka node B akan mengirimkan informasi menuju source node bahwa jalur yang dilewati terputus,sehingga source

node akan mengganti jalur terpendek tersebut dengan subpath,sehingga jalur

komunikasi antara source node dengan destination node akan berubah dari FANT 1 atau melewati node V-B-D akan digantikan oleh FANT 2 atau melewati node K-L-M-D.

(31)

2.4 DSDV (Destination Sequenced Distance Vector)

Destination Sequenced Distance Vector merupakan salah satu ketegori table driven routing protocol pada jaringan MANET.DSDV sendiri memanfatkan metode distance vector akan tetapi pada DSDV sudah dilengkapi dengan sequence number.Pada dasarnya sequence number pada DSDV sendiri digunakan untuk menyelesaikan masalah loop yang terjadi pada metode routing distance vector [9].

Pada DSDV sequence number terdapat pada setiap node dan

sequence number akan dihasilkan ketika ada perubahan topologi pada

jaringan tersebut,perubahan topologi jaringan bisa terjadi ketika adanya

triggered update.Triggered update sendiri terjadi seperti ketika ada node

yang tiba tiba datang atau pergi dalam hal ini node tersebut posisinya berubah,kemudian ketika node tetangga akan mengirimkan pesan yang ditandai dengan nilai sequence number yang baru[6].

Pada DSDV setiap node akan mempunyai sebuah tabel forwarding dan akan menyebarkan tabel routing kepada semua node tetangga.Tabel routing pada DSDV terdiri atas :

1. Jumlah hop menuju destination node 2. Alamat destination node

3. Sequence number yang berasal dari destination node

Tabel routing akan update secara periodik untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan topologi pada jaringan tersebut.Kemudian sequence

number baru akan dihasilkan oleh node ketika adanya update tabel

routing[6].

Ketika tabel routing tersebut sudah diupdate maka rute menuju

destination node akan ditentukan dengan ketentuan yaitu :

1. Tabel routing dengan nilai sequence number yang lebih besar akan terpilih daripada sequence number yang lebih kecil

(32)

dengan Menggunakan nilai matriks,nilai matriks terkecil lah yang akan terpilih.

Kemudian pada DSDV memiliki dua cara dalam melakukan update tabel routing,cara yang pertama adalah dengan menggunakan full dump yakni akan memperbaharui seluruh isi tabel routing.Cara kediua adalah dengan Incremental update yakni dia hanya akan memuat informasi yang berubah sejak pembaharuan terakhir.

Gambar 2.8 Broadcast Tabel Routing Node W

Pada gambar diatas adalah gambar dari setiap tabel routing setiap node setelah node W melakukan broadcast ke node Q dan Node E,kemudian setiap node akan mencatat Destination Next Hop,Matriks dan seq number.Setiap node akan saling bertukar informasi secara periodik,perubahan tabel routing juga bisa terjadi saat ada jalur terputus atau ketika pergerakan node yang akan menyebabkan perubahan topologi.

(33)

Gambar 2.9 Memilih Jalur Terpendek

Pada gambar diatas ketika DSDV sudah mengetahui semua jalur maka dengan algoritma Belmann Ford maka dia akan mengidentifikasi jalur dengan menggunakan hops terkecil,dalam hal ini node S sebagai source akan mengirim data ke destination dalam hal ini akan menuju ke node D,maka selanjutnya node S akan melewati node V dan node B kemudian baru akan dikirim menuju node D

Keuntungan routing protokol DSDV

 Pada routing protokol DSDV karena memanfaatkan penggunan sequence number maka DSDV akan menjamin bahwa jalurnya akan bebas loop.

Kerugian routing protokol DSDV

 Pada DSDV karena sifatnya proaktif dia akan selalu

membroadcast pesan kesemua node sehingga overhead

(34)

2.5 OMNET

Omnet++ atau omnetpp adalah network simulation software discrete-event yang bersifat open source .Discreate-event berarti simulasinya bertindak atas kejadian langsung didalam event . Secara analitis, jaringan komputer adalah sebuah rangkaian discrete-event. Komputer akan membuat sesi memulai, sesi mengirim dan sesi menutup. OMNet++ bersifat object-oriented berarti setiap peristiwa yang terjadi di dalam simulator ini berhubungan dengan objek-objek tertentu.OMNet++ juga menyediakan infrastruktur dan tools untuk memrogram simulasi sendiri. Pemrograman OMNet++ bersifat object-oriented. Objek-objek yang besar dibuat dengan cara menyusun objek-objek yang lebih kecil. Objek yang paling kecil disebut simple module, akan memutuskan algoritma yang akan digunakan dalam simulasi tersebut.Omnet++ menyediakan arsitektur komponen untuk pemodelan simulasi. Komponen (modul) menggunakan bahasa programing C++ yang berekstensi “.h” dan “.cc”. Omnet++ memiliki dukungan GUI (Graphical User

Interface) yang luas, karena arsitektur yang modular, simulasi kernel yang dapat di compile dengan mudah disistem anda.Omnet juga mendukung beberapa framework

yaitu : Inet, Inetmanet,Mixim,Castalica,Libara dan lain-lain. Framework tersebut yang akan membantu user untuk mampu mengembangkan sebuah simulasi jaringan. Pada tugas akhir ini Framework yang digunakan adalah Libara untuk protokol routing ARAMA dan Inetmanet untuk protokol routing DSDV [4].

(35)

19

BAB III

PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN 3.1 Parameter Simulasi

Pada penelitian ini mengunakan beberapa paramter yang bersifat konstan yang akan digunakan untuk setiap simulasi baik itu untuk ARAMA dan DSDV , tabelnya sebagai berikut :

Tabel 3.1 parameter tetap dalam skenario

Parameter Nilai

Luas Ares Jaringan 1000m X 1000m

Radio range 250m

Waktu simulasi 900s

Type mobility Random Way Point

Pause Time 0,10,20,30,40,50,60s

Banyak Koneksi 10 UDP

Traffic source UDP

Jumlah Node 30,40 dan 50 Node

Kecepatan Node 10 mps

3.2 Skenario Simulasi

Skenario simulasi antara kedua protokol reaktif ARAMA dengan protokol proaktif DSDV yaitu skenario dengan luas area yang tetap akan tetapi jumlah node dan pause time bertambah, setiap skenario pengujian akan dilakukan berulang ulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.

(36)

3.3. Tabel Skenario

Tabel 3.2 Skenario dengan Pause Time 0 s sampai 60 s (ARAMA dan DSDV)

Skenario A (0 s) Skenario B (10 s) Skenario C (20 s) Skenario D (30 s) Skenario E (40 s) Skenario F (50 s) Skenario G (60 s) Node Kecepatan (mps) Koneksi A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 30 10 mps 10 A2 B2 C2 D2 E2 F2 G2 40 10 mps 10 A3 B3 C3 D3 E3 F3 G3 50 10 mps 10 A4 B4 C4 D4 E4 F4 G4 30 10 mps 10 A5 B5 C5 D5 E5 F5 G5 40 10 mps 10 A6 B6 C6 D6 E6 F6 G6 50 10 mps 10 A7 B7 C7 D7 E7 F7 G7 30 10 mps 10 A8 B8 C8 D8 E8 F8 G8 40 10 mps 10 A9 B8 C9 D9 E9 F9 G9 50 10 mps 10

(37)

3.4 Parameter Kinerja

Ada tiga parameter kinerja dalam penelitian tugas akhir ini:

3.4.1 Delay

Delay atau yang sering disebut end to end delay adalah waktu yang

dibutuhkan paket dalam jaringan atau waktu jeda antara paket pertama dikirim dengan paket tersebut di terima .Delay merupakan suatu paramater yang dibutuhkan untuk membandingkan suatu routing protokol routing. Karena besarnya sebuah delay dapat memperlambat kinerja dari protokol routing.Rumus untuk menghitung Delay adalah:

Average Delay = 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑒𝑛𝑑𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦

𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

3.4.2 Throughput

Throughput adalah jumlah bit data per waktu unit yang

dikirimkan ke terminal tertentu dalam suatu jaringan, dari node jaringan, atau dari satu node ke yang lain. Biasanya throughput selalu dikaitkan dengan bandwidth.Throughput adalah rata-rata data yang dikirim dalam suatu jaringan, biasa diekspresikan dalam satuan bitpersecond (bps), byte persecond (Bps) atau packet persecond (pps). Throughput merujuk pada besar data yang di bawa oleh semua trafik jaringan, tetapi dapat juga digunakan untuk keperluan yang lebih spesifik.Throughput akan semakin baik jika nilainya semakin besar. Besarnya throughput akan memperlihatkan kualitas dari kinerja protokol routing tersebut.Karena itu throughput dijadikan sebagai indikator untuk mengukur performansi dari sebuah protokol. Rumus untuk menghitung throughput adalah :

Throughput = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛𝑑𝑎𝑡𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

(38)

3.4.3 Overhead Ratio

Overhead ratio adalah ratio antara banyaknya jumlah control message oleh protokol routing dibagi dengan jumlah paket (bit) yang

diterima. Jika nilai overhead ratio rendah maka dapat dikatakan bahwa protokol routing tersebut memiliki kinerja yang cukup baik dalam hal pengiriman paket. Rumus untuk menghitung overhead ratio:

Overhead ratio = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑏𝑖𝑡𝑚𝑒𝑠𝑠𝑎𝑔𝑒𝑑𝑖𝑗𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑏𝑖𝑡𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡𝑑𝑎𝑡𝑎𝑑𝑖𝑗𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛

3.5 Topologi Jaringan

Topologi dari jaringan adhoc tidak dapat diprediksi karena pergerakan topologi jaringan yang bergerak secara random.Hasil yang didapat dari simulasi baik dari segi penambahan node serta penambahan pause time akan memiliki hasil yang berbeda walaupun simulasi dilakukan berulang kali.Pergerakan topologi jaringan dapat dilihat seperti gambar 3.1 sampai 3.4

(39)

Gambar 3.2 Snapshoot Jaringan dengan 30 node

(40)
(41)

25

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Untuk memenuhi syarat dalam melakukan perbandingan antar kedua protokol yakni protokol reaktif (ARAMA) dengan protokol proaktif (DSDV) akan dilakukan pengujian sesuai skenario perencanan jaringan pada Bab III seperti parameter yang sudah ditetapkan. Hasil dari simulasi jaringan kemudian akan ditampilkan pada file bertipe .anf pada simulator OMNET++

4.1 ARAMA

4.1.1 Througput Jaringan

Tabel 4.1 Hasil dari pengujian Througput dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA

Pause Time (Skenario)

Jumlah Koneksi

Jumlah Node Hasil

Througput Kecepatan 10 mps 0 s (A) 10 UDP 30 Node 3873,17 40 Node 6325,66 50 Node 8370,58 10 s (B) 10 UDP 30 Node 4371,48 40 Node 6729,81 50 Node 8594,64 20 s (C) 10 UDP 30 Node 4696,67 40 Node 7042,47 50 Node 8780,34 30 s (D) 10 UDP 30 Node 4928,55 40 Node 7514,31 50 Node 9018,63

(42)

40 s (E) 10 UDP 30 Node 5310,94 40 Node 7742,22 50 Node 9296,99 50 s (F) 10 UDP 30 Node 5760,67 40 Node 7931,29 50 Node 9533,98 60 s (G) 10 UDP 30 Node 6043,45 40 Node 8091,15 50 Node 9785,4

Gambar 4.1 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap Througput pada ARAMA

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa ketika terjadi penambahan node (30 node,40 node,50 node) maka nilai Througput akan meningkat,hal tersebut terjadi karena pada saat semakin banyak node nya maka akan membuat pergerakan node menjadi semakin rapat,pada ARAMA penambahan node tersebut akan mempermudah dalam proses pencarian jalur dan penyebaran FANT serta mengurangi peluang node untuk terputus ketika node sedang

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Th ro u gp u t (b it/s ) Pause Time

THROUGPUT

(43)

melakukan pengiriman paket.Kemudian penambahan pause time pada ARAMA akan membuat nilai througputnya meningkat,hal tersebut karena saat terjadi pause time maka pergerakan node akan berhenti akan tetapi pengiriman paket akan terus dilakukan sehingga hal tersebut akan mengurangi resiko node untuk terputus dan semakin lama pause time nya maka akan membuat pengiriman paket menjadi lebih lancar dan juga akan meningkat nilai througputnya.

4.1.2 End to End Delay

Tabel 4.2 Hasil dari pengujian End to End Delay dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA

Pause Time (Skenario)

Jumlah Koneksi

Jumlah Node Hasil End to End Delay Kecepatan 10 mps 0 s (A) 10 UDP 30 Node 25,55 40 Node 23,97 50 Node 11,84 10 s (B) 10 UDP 30 Node 24,59 40 Node 23,24 50 Node 11,01 20 s (C) 10 UDP 30 Node 23,71 40 Node 20,78 50 Node 10,76 30 s (D) 10 UDP 30 Node 21,96 40 Node 18,94 50 Node 9,49 40 s (E) 10 UDP 30 Node 19,64 40 Node 16,95 50 Node 8,73

(44)

0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 De lay (ms ) Pause Time

End to End Delay

ARA 30 ARA 40 ARA 50

50 s (F) 10 UDP 30 Node 17,76 40 Node 13,97 50 Node 8,25 60 s (G) 10 UDP 30 Node 15,9 40 Node 12,9 50 Node 7,46

Gambar 4.2 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap End to End Delay pada ARAMA

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa ketika terjadi penambahan node (30 node,40 node,50 node) pada ARAMA akan menurunkan nilai end end delay hal tersebut terjadi karena ketika semakin banyak node maka akan mengurangi waktu tunggu ketika terjadi pengiriman paket,kemudian jika node semakin bertambah maka akan merapatkan jarak antar node,sehingga hal tersebut akan mengurangi kemungkinan node terputus ketika node tersebut melakukan proses pengiriman paket.Penambahan pause time pada ARAMA juga akan menurunkan

(45)

nilai end to end delay hal tersebut dikarenakan saat terjadi pause time kemungkinan jalur untuk terputus akan semakin kecil sehingga pengiriman paket akan lebih cepat dan berdampak pada delay yang dihasilkan,semakin lama waktu pause time akan berdampak terhadap delay yang semakin rendah.

4.1.3 Overhead Ratio

Tabel 4.3 Hasil dari pengujian Overhead ratio dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA Pause Time (Skenario) Jumlah Koneksi Jumlah Node Hasil Overhead Ratio Kecepatan 10 mps 0 s (A) 10 UDP 30 Node 17,262 40 Node 22,204 50 Node 24,010 10 s (B) 10 UDP 30 Node 17,091 40 Node 21,462 50 Node 23,887 20 s (C) 10 UDP 30 Node 16,334 40 Node 20,212 50 Node 22,922 30 s (D) 10 UDP 30 Node 15,595 40 Node 20,036 50 Node 22,120 40 s (E) 10 UDP 30 Node 14,730 40 Node 19,752 50 Node 21,057 50 s (F) 10 UDP 30 Node 14,295 40 Node 19,067 50 Node 19,972

(46)

0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Ov erh ead Rat io Pause Time

Overhead Ratio

ARA 30 ARA 40 ARA 50

60 s (G) 10 UDP 30 Node 13,981 40 Node 18,382 50 Node 19,176

Gambar 4.3 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap Overhead Ratio pada ARAMA

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada ARAMA terjadi peningkatan nilai overhead ratio ketika terjadi penambahan jumlah node (30 node,40 node,50 node) hal tersebut dikarenakan ketika jumlah node ditambah maka akan membuat jumlah control message yang dikirimkan menjadi jauh lebih banyak.Hal tersebut karena ketika source node melakukan penyebaran FANT untuk melakukan pencarian rute maka node yang lain akan memberikan request control.Penambahan pause time akan membuat nilai overhead menurun,hal tersebut terjadi karena ketika terjadi pause time pada ARAMA akan membuat pergerakan node berhenti tetapi pengiriman paket terus berjalan,hal tersebut akan membuat jalur tidak terputus selama terjadi pause time sehingga pengiriman paket akan berjalan lancar dan hal itu juga akan membuat nilai semakin menurun seiring meningkanya nilai pause time.

(47)

4.2 DSDV

4.2.1 Througput Jaringan

Tabel 4.4 Hasil dari pengujian Througput dengan Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol DSDV Pause Time (Skenario) Jumlah Koneksi Jumlah Node Hasil Througput Kecepatan 10 mps 0 s (A) 10 UDP 30 Node 10866,09 40 Node 16027,43 50 Node 21520,24 10 s (B) 10 UDP 30 Node 11095,82 40 Node 17496,32 50 Node 21891,13 20 s (C) 10 UDP 30 Node 11718,37 40 Node 17625,82 50 Node 23109,18 30 s (D) 10 UDP 30 Node 12396,79 40 Node 18374,16 50 Node 24744,59 40 s (E) 10 UDP 30 Node 13003 40 Node 19412,16 50 Node 25525,09 50 s (F) 10 UDP 30 Node 13308,44 40 Node 19730,71 50 Node 26605,73 60 s (G) 10 UDP 30 Node 14265,34 40 Node 20475,76 50 Node 27658,43

(48)

Gambar 4.4 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap Througput pada DSDV

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pada DSDV ketika terjadi penambahan node (30 node,40 node,50 node) akan membuat nilai Througput meningkat,hal tersebut dikarenakan ketika semakin banyak node maka akan membuat node tersebut semakin rapat sehingga kemungkinan node untuk terputus semakin mengecil dan pengiriman paket menjadi lebih cepat.Penambahan pause time pada DSDV akan mempengaruhi nilai througput menjadi lebih tinggi,hal tersebut dikarenakan saat pause time ditambah maka akan membuat pergerakan node menjadi lebih lama berhenti sehingga mengurangi resiko jalur terputus dan akan membuat pengiriman paket menjadi lebih lancar.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Th ro u gp u t (b it/s ) Pause Time

THROUGPUT

DSDV 30 DSDV 40 DSDV 50

(49)

4.2.2 End to End Delay

Tabel 4.5 Hasil dari pengujian End to End Delay dengan

Penambahan Jumlah Node dengan Penambahan Pause Time pada protokol DSDV Pause Time (Skenario) Jumlah Koneksi Jumlah Node

Hasil End to End Delay Kecepatan 10 mps 0 s (A) 10 UDP 30 Node 23,95 40 Node 21,23 50 Node 10,71 10 s (B) 10 UDP 30 Node 23,95 40 Node 21,23 50 Node 10,71 20 s (C) 10 UDP 30 Node 21,33 40 Node 17,26 50 Node 8,66 30 s (D) 10 UDP 30 Node 19,54 40 Node 16,52 50 Node 8,29 40 s (E) 10 UDP 30 Node 18,11 40 Node 15,39 50 Node 7,67 50 s (F) 10 UDP 30 Node 16,3 40 Node 13,2 50 Node 7,05 60 s (G) 10 UDP 30 Node 14,85 40 Node 10,63 50 Node 6,24

(50)

0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 De lay (m s) Pause Time

End to End Delay

DSDV 30 DSDV 40 DSDV 50

Gambar 4.5 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap End to End Delay pada DSDV

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pada DSDV ketika terjadi penambahan node (30,40,50) akan menurunkan nilai end to end delay,hal tersebut karena ketika node ditambah maka akan meningkatkan kerapatan node sehingga hal tersebut akan mengurangi kemungkinan node terputus sehingga tidak memerlukan banyak waktu ketika akan mengirimkan paket.Skenario penambahan pause time juga akan menurunkan nilai end to end delay hal tersebut karena penambahan pause time akan membuat pergerakan node berhenti sehingga hal tersebut akan membuat resiko node terputus semakin kecil dan seiring penambahan pause time juga akan berpengaruh dengan menurunnya nilai delay saat waktu pause time dibuat semakin lama.

(51)

4.2.3 Overhead Ratio

Tabel 4.6 Hasil dari pengujian Overhead Ratio dengan

Penambahan Jumlah Node dan Penambahan Pause Time pada protokol DSDV Pause Time (Skenario) Jumlah Koneksi Jumlah Node Hasil Overhead Ratio Kecepatan 10 mps 0 s (A) 10 UDP 30 Node 27,211 40 Node 33,899 50 Node 37,644 10 s (B) 10 UDP 30 Node 26,114 40 Node 33,047 50 Node 37,082 20 s (C) 10 UDP 30 Node 25,577 40 Node 32,784 50 Node 36,789 30 s (D) 10 UDP 30 Node 24,828 40 Node 31,787 50 Node 36,088 40 s (E) 10 UDP 30 Node 24,475 40 Node 30,057 50 Node 35,136 50 s (F) 10 UDP 30 Node 23,887 40 Node 29,227 50 Node 34,418 60 s (G) 10 UDP 30 Node 22,987 40 Node 28,965 50 Node 34,031

(52)

Gambar 4.6 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap Overhead Ratio pada DSDV

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa pada DSDV ketika skenario penambahan node (30,40,50 node) akan membuat nilai overhead meningkat karena ketika jumlah node tersebut bertambah maka akan membuat control message yang dikirim juga akan bertambah sehingga hal tersebut akan mempengaruhi nilai overhead.Penambahan pause time akan menurunkan nilai overhead,hal tersebut dikarenakan ketika melakukan pause time maka pergerakan node akan terhenti tetapi pengiriman paket akan terus berjalan,skenario tersebut akan membuat pengiriman paket menjadi lebih lancar dibandingkan jika tidak dilakukan pause time hal tersebut juga berpengaruh terhadap nilai overhead yang dihasilkan,karena semakin kecil gangguann yang terjadi maka nilai overhead ratio akan semakin menurun seiring dengan penambahan pause time.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Ov erh ead Ratio Pause Time

Overhead Ratio

DSDV 30 DSDV 40 DSDV 50

(53)

4.3 Perbandingan ARAMA dengan DSDV

4.3.1 Througput Jaringan

Tabel 4.7 Hasil dari pengujian Througput Jaringan dengan Penambahan Jumlah Node dan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA dan DSDV

Gambar 4.7 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap Througput pada ARAMA dan DSDV

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa penambahan pause time pada ARAMA dan DSDV akan membuat nilai througput meningkat,hal tersebut dikarenakan ketika terjadi penambahan pause time maka akan membuat pergerakan node berhenti tetapi pengiriman paket akan terus berjalan sehingga hal tersebut akan mengurangi resiko jalur terputus menjadi lebih kecil dan juga paket akan lebih cepat terkirim sehingga nilai througput menjadi lebih tinggi.

Kemudian untuk penambahan jumlah node (30,40,50 node) pada ARAMA dan DSDV juga akan membuat nilai througput meningkat,hal tersebut dikarenakan penambahan node akan membuat node menjadi lebih rapat dan mengurangi kemungkinan node tersebut terputus serta akan memudahkan ketika mencari jalur untuk dilalui ketika mengirim paket.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Th ro u gp u t (b it/s ) Pause Time

THROUGPUT

(54)

Pada DSDV memiliki nilai througput yang lebih tinggi dibandingkan dengan ARAMA hal tersebut karena DSDV bersifat proaktif jadi setiap node akan selalu mengupdate informasi sehingga ketika ada node yang berpindah DSDV lebih siap dan lebih cepat sehingga akan membuat nilai througput meningkat.

Sedangkan pada ARAMA walaupun hanya melakukan proses FANT dan BANT dan memiliki backup path akan tetapi memiliki nilai througput yang lebih rendah daripada DSDV karena pada ARAMA dikenal adanya pheromone yakni ketika sudah ada jalur utama yang terpilih setelah melakukan proses FANT dan BANT maka jalur tersebut yang akan digunakan untuk pengiriman paket dan jalur yang lain tadi akan ditandai dengan pheromone,ketika jalur tersebut terlalu lama tidak digunakan untuk pengiriman paket maka pheromone akan memudar dan hilang sehingga ketika jalur utama terputus dan jalur cadangan sudah tidak memiliki

pheromone maka source node akan melakukan proses FANT dan BANT lagi,hal

(55)

4.3.2 End to End Delay

Tabel 4.8 Hasil dari pengujian End to End Delay dengan Penambahan Jumlah Node dan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA dan DSDV

Gambar 4.8 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap End to End Delay pada ARAMA dan DSDV

Gambar 4.8 menunjukkan bahwa penambahan pause time pada ARAMA dan DSDV akan membuat nilai end to end Delay menurun hal tersebut dikarenakan ketika terjadi penambahan pause time akan membuat pergerakan node berhenti namun pengiriman paket akan terus dilakukan sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap nilai delay karena jika jalur tidak mudah terputus dan pengiriman paket berjalan lancar maka nilai delay yang dihasilkan juga akan semakin rendah.

Pada skenario penambahan jumlah node kedua routing protokol tersebut mempunyai tren penurunan pada nilai delay,hal tersebut karena saat node bertambah maka jarak antar node menjadi lebih rapat sehingga kemungkinan jalur terputus menjadi lebih kecil daripada saat node renggang yang memiliki kemungkinan jalur terputus lebih tinggi.

0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 En d to E n d De lay (ms ) Pause Time

End to End Delay

(56)

Pada DSDV memiliki nilai end to end delay rendah karena pada DSDV mempunyai back up path yang lebih banyak sehingga ketika ada jalur yang terputus maka DSDV akan bisa lebih mudah dalam mencari jalur yang lain,berbeda dengan ARAMA walaupun ARAMA juga mempunyai back up

path tetapi pada ARAMA jika back up path buruk maka akan membuat nilai

delay meningkat.

4.3.3 Overhead Ratio

Tabel 4.9 Hasil dari pengujian Overhed Ratio dengan Penambahan Jumlah Node dan Penambahan Pause Time pada protokol ARAMA dan DSDV

Gambar 4.9 Grafik Penambahan Jumlah Node Serta Penambahan Pause Time terhadap Overhead Ratio pada ARAMA dan DSDV

Gambar 4.9 menunjukkan bahwa penambahan pause time pada ARAMA dan DSDV akan membuat nilai overhead menurun,hal tersebut dikarenakan ketika terjadi pause time maka pergerakan node akan berhenti akan tetapi pengiriman data akan tetap berjalan,hal tersebut akan membuat kemungkinan jalur terputus menjadi lebih rendah sehingga semakin minim gangguan yang terjadi karena pengaruh pause time akan membuat nilai overhead semakin menurun

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Ov erh ead Rat io Pause Time

Overhead Ratio

(57)

Penambahan jumlah node (30,40,50 node) pada ARAMA dan DSDV juga mempengaruhi nilai overhead,semakin bertambah node maka akan membuat nilai overhead meningkat,hal tersebut karena ketika jumlah node tersebut bertambah maka akan membuat control message yang dikirim juga akan bertambah sehingga hal tersebut akan meningkatkan nilai overhead.

Pada DSDV memiliki nilai overhead yang lebih tinggi daripada ARAMA hal tersebut karena pada DSDV dia akan selalu update routing informasi sehingga ketika selalu melakukan update informasi maka akan membuat control message semakin bertambah sehingga hal tersebut akan membuat nilai overheadnya meningkat,berbeda dengan ARAMA yang hanya update informasi berdasar probabilitas jalur sehingga akan membbuat nilai overhead bisa lebih rendah daripada DSDV.

(58)

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil simulasi yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut :

1. Pada routing protokol ARAMA dan routing protokol DSDV ketika terjadi penambahan jumlah node dan penambahan pause time nilai

througput akan mengalami peningkatan hal tersebut dikarenakan

karena ketika terjadi penambahan jumlah node maka jarak antar node tersebut akan menjadi lebih rapat sehingga kerapatan node tersebut akan mengurangi resiko node untuk terputus kemudian ketika terjadi penambahan pause time akan mengurangi resiko jalur terputus sehingga akan meningkatan nilai througput karena pengiriman paket akan terus berjalan.

2. ARAMA lebih unggul dari sisi nilai overhead ratio jika dibandingkan dengan routing protokol DSDV.Routing protokol ARAMA hanya melakukan proses FANT dan BANT sehingga hal tersebut akan mengurangi nilai overhead ratio nya jika dibandingkan dengan DSDV yang melakukan pertukaran tabel routing.

3. Througput dan end to end delay DSDV lebih unggul dikarenakan pada DSDV yang bersifat proaktif yakni ketika rute menuju destination node sudah diketahui maka proses pengiriman data akan terus dilakukan walaupun destination node sudah tidak memerlukan lagi,berbeda dengan ARAMA yang bersifat reaktif dia hanya mengirimkan paket hanya jika destination node membutuhkan.

(59)

5.2 Saran

Pada routing protokol ARAMA dan DSDV diatas menggunakan skenario penambahan pause time,untuk menguji pengaruh pause

time lebih jauh bisa di ujicoba dengan cara membandingkan antara

2 skenario yakni dengan menggunakan pause time dengan tanpa menggunakan pause time,dengan 2 perbandingan tersebut bisa diketahui apakah skenario penambahan pause time bisa lebih baik dibandingkan dengan tanpa menggunakan pause time kemudian juga bisa dengan membandingkan antara penggunaan udp dengan tcp dengan routing protokol ARAMA atau dengan routing protokol DSDV.

(60)

44

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aarti, S.S. Tyagi, Study of MANET: Characteristics, Challanges, Application

and Security Attack, International Journal of Advanced Research in Computer

Science and Software Engineering,Vol. 3, 2013

[2] Schiller, Jochen H., Mobile Communications, Great Britaian 2000, Second Edition, 2003

[3] Kulla, Elis. 2013. Implementation of a Testbed and a Simulation System for

MANETs: Experiments and Simulations. Graduate School. Fukuoka: Fukuoka

Institute Of Technology.

[4] Yunanto, Drajad Aji. 2015. Analisa Perbandingan Unjuk Kerja Protokol

Routing Reaktif ARAMA terhadap Protokol Routing Reaktif DSR Pada Jaringan MANET, Tugas Akhir. Yogyakarta: Fakultas Sains Dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma.

[5] Seputra, Wahyu Edy., Sukiswa., Zahra, Ajub Ajulian. Perbandingan Kinerja

Protokol AODV Dengan OLSR Pada MANET. Semarang: Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro

[6] Ajie, Yohanes Christian. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Protokol

Destination Sequence Distance Vector (DSDV) Dengan Ad Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Mobile Ad Hoc Network. Tugas Akhir.

Yogyakarta: Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. [7] Panday, Kavita., Swaroop, Abhishek, A Comprehensive Performance

Analysis of Proactive, Reactive and Hybrid MANETs Routing Protocols,

International Journal of Computer Science Issues Vol. 8, 2011

[8] Gunes, Mesut., Sorges, Udo., Bouazizi, Imet. ARA – The Ant-Colony Based

Routing Algorithm for MANETs. Aachen: Department of Computer Science

(61)

[9] Bhatt, Jaya., Hemrajani, Naveen, Effective Routing Protocol (DSDV) for

Mobile Ad Hoc Network, International Journal of Soft Computing and

(62)

46 LAMPIRAN A.Listing Program Omnetpp.ini ARAMA UDP 10 [General] network = MobileScenario sim-time-limit = 900s seed-0-mt = 9999999 repeat = 10

# Use the high traffic per default (maybe overridden in the single configurations)

**.app[*].trafConfig = xmldoc("high_traffic.xml")

# Coba

MobileScenario.numberOfNodes = 50

MobileScenario.playgroundSizeX = 1000m MobileScenario.playgroundSizeY = 1000m

# Let node[1] be the sender and node[2] be the receiver

**.node[1].app[*].defaultTrafConfigId = 2 #**.node[1].posX = "left" #**.node[1].posY = "center" #**.node[2].posX = "right" #**.node[2].posY = "center" **.node[3].app[*].defaultTrafConfigId = 4 **.node[5].app[*].defaultTrafConfigId = 6 **.node[7].app[*].defaultTrafConfigId = 8 **.node[9].app[*].defaultTrafConfigId = 10 **.node[11].app[*].defaultTrafConfigId = 12

(63)

**.node[13].app[*].defaultTrafConfigId = 14

**.node[15].app[*].defaultTrafConfigId = 16

**.node[17].app[*].defaultTrafConfigId = 18

**.node[19].app[*].defaultTrafConfigId = 20

# Source and destination should never deplete their battery

**.node[1].battery.capacity = 84 mAh **.node[3].battery.capacity = 84 mAh **.node[5].battery.capacity = 84 mAh **.node[7].battery.capacity = 84 mAh **.node[9].battery.capacity = 84 mAh **.node[11].battery.capacity = 84 mAh **.node[13].battery.capacity = 84 mAh **.node[15].battery.capacity = 84 mAh **.node[17].battery.capacity = 84 mAh **.node[19].battery.capacity = 84 mAh

**.usage_radio_idle = 1.38mA **.usage_radio_recv = 9.6mA **.usage_radio_sleep = 0.06mA **.usage_radio_send = 9.6mA # Mobility Parameters MobileScenario.nodeSpeed = uniform(10mps)

# the pause time is defined in the scenarios below

# Configure the route discovery Kalau mati ttl sama route discovery timeout

**.ara.maxTTL = 30

**.ara.routeDiscoveryTimeout = 1000ms **.ara.nrOfRouteDiscovery = 100ms

Gambar

Tabel 3.1 Parameter tetap dalam skenario ............................................................
Gambar 2.1 Wireless Infrastructure
Gambar 2.3 Shortest Path ARAMA
Gambar 2.4 Source node mengaliri node tetangga dengan FANT untuk mencari  rute menuju Destination node
+7

Referensi

Dokumen terkait

108,25 > 3,34, artinya diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara media video dokumenter dengan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah

Terdapat perbedaan penilaian atas efektivitas iklan (perhatian, minat, keyakinan, tindakan), citra toko online, dan niat beli ditinjau dari perbedaan jumlah ponsel

Rekruitment Karyawan ini melalui proses/tahapan rekrutmen dengan seleksi berbasis kompetensi dan transparansi sehingga untuk tahapan seleksi yang menjadi tug as

pengetahuan di bidang Dana Pensiun sebagaimana diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor KEP-618/LK/2003 tentang Persyaratan Pengetahuan di Bidang Dana

Renja Dinas Pendapatan Daerah tahun 2015 merupakan rencana tahunan kedua dalam pelaksanaan RPJMD Kabupaten Bogor tahun 2013-2018 yang harus memuat rencana

(1) Penyelesaian sisa pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diberikan kesempatan untuk diselesaikan melewati Tahun Anggaran berkenaan dengan batas

Bagi pelamar untuk menjadi tenaga pendidik yang berlatar belakang professional dari kalangan birokrat/praktisi minimal berpendidikan S2 linier S1 dan S2 dan