• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PENYITAAN BARANG BUKTI KEKAYAAN TERSANGKA DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kejaksaan Negri Padang) ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN PENYITAAN BARANG BUKTI KEKAYAAN TERSANGKA DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi kejaksaan Negri Padang) ARTIKEL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PENYITAAN BARANG BUKTI KEKAYAAN TERSANGKA DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

(Studi kejaksaan Negri Padang)

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

TRIO RAHMAT ALWI 1110012111181

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG 2016

(2)

1

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PERSETUJUAN ARTIKEL/JURNAL

Nama : Trio Rahmat Alwi

Nomor Pokok Mahasiswa : 1110012111181

Program Kekhususan : Hukum Pidana

Judul Skripsi : PELAKSANAAN PENYITAAN BARANG BUKTI KEKAYAAN TERSANGKA DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI(STUDI KEJAKSAAN NEGRI PADANG)

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing untuk di upload ke website

1. Dr.UningPratimaratri, SH., M. Hum. (Pembimbing I)

(3)

PELAKSANAAN PENYITAAN BARANG BUKTI KEKAYAAN TERSANGKA DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

(STUDI KEJAKSAAN NEGRI PADANG)

Trio Rahmat Alwi1 Uning Pratimaratri1 Yetisma Saini1

1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

E-mail: alwitriorahmat@gmail.com

Corruption into extraordinary crime and serious that the handling of these crimes were done specifically. Under the draft Criminal Code Article 38-46, confiscation of assets of suspected corruption by the Prosecutor. Law No. 31 of 1999 which was amended by Act No. 20 of 2001 on Corruption Eradication that the prosecution authorities investigating corruption cases, especially foreclosures. Confiscation of assets of suspects conducted by the prosecutor that the case of irregularities and misappropriation of government funds the purchase of official vehicles Padang. Problems are : (1) How is the implementation of the seizure of evidence by the prosecution against the suspect in a corruption case wealth in Padang District Attorney ?. (2) Are the constraints faced by the State Attorney Padang in the execution of the confiscation of evidence against a suspect in a corruption case wealth ? This study used socio-legal approach. Data sources include primary data and sekunder. Data were collected through interviews and documentary study. Data were analyzed qualitatively. Results: (1) The confiscation of property assets perpetrators of corruption by conducting warrant Seizure, securing the goods concerned and their witnesses, the minutes of seizure, and the approval of the court (2) Constraints do wealth of corruption that is evidence in the form of money saved in the bank, the evidence has been transferred to others and hard to determine the value of an object or treasure

Keywords: Foreclosure, Attorney, Wealth, Corruption PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran terhadap hak asasi, hak sosial dan hak ekonomi rakyat. Korupsi telah menjadi kejahatan yang luar biasa dan serius sehingga penanganan dari kejahatan korupsi ini pun harus dilakukan dengan luar biasa dan serius pula serta korupsi mempunyai

keterkaitan dengan tindak pidana lain seperti kejahatan-kejahatan yang terorganisir, sehingga dapat dikatakan bahwa korupsi merupakan kejahatan yang sangat merugikan negara dan apabila dilakukan dalam jumlah yang besar dapat merugikan keuangan dan perekonomian negara.1

1 Soewartojo Junaidi, 1995, Korupsi Pola

(4)

Penyitaan merupakan tindakan penyidik menempatkan benda di bawah kekuasaanya yang di dalam Pasal 1 angka 16 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disebut KUHAP) mengatur bahwa penyitaan dilakukan untuk kepentingan pembuktian. Kemudian dalam Pasal 38 ayat (1) KUHAP penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin Ketua Pengadilan Negeri setempat dan Pasal 32 ayat (2) KUHAP mengatur apabila tidak mungkin untuk mendapatkan surat izin terlebih dahulu, penyidik dapat melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat.

Berdasarkan dari hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat dalam sebuah tulisan yang berjudul:

“PELAKSANAAN PENYITAAN

BARANG BUKTI KEKAYAAN

TERSANGKA DALAM PERKARA

KORUPSI (Studi Di Kejaksaan Negeri Padang)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka untuk mengarahkan proses penelitian serta penulisan, penulis perlu merumuskan masalah yang harus dibahas dan ditemukan jawabannya:

Dalam Penanggulangannya, Jakarta, Restu Agung,

hlm. 22

1. Bagaimanakah pelaksanaan penyitaan barang bukti oleh jaksa terhadap kekayaan tersangka dalam perkara korupsi di Kejaksaan Negeri Padang?

2. Apakah kendala yang dihadapi oleh Jaksa dalam pelaksanaan penyitaan barang bukti terhadap kekayaan tersangka dalam perkara korupsi yang ditangani oleh Kejaksaan Negeri Padang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak ingin dicapai penulis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyitaan barang bukti oleh Jaksa terhadap kekayaan tersangka dalam perkara korupsi di Kejaksaan Negeri Padang.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Jaksa dalam pelaksanaan penyitaan barang bukti terhadap kekayaan tersangka dalam perkara korupsi yang ditangani di Kejaksaan Negeri Padang.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Pendekatan

Dalam melakukan serta penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian yang bersifat yuridis sosiologis yaitu menekankan pada aspek

(5)

hukum yang berlaku dikaitkan dengan kenyataan hukum dalam prakteknya di lapangan atau dengan cara mengumpulkan data dari perundang-undangan yang erat kaitannya dengan penelitian serta norma-norma yang berlaku tersebut dikaitkan atau dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ditemui di lapangan2.

2. Sumber Data

Di dalam penelitian yang penulis lakukan, penulis menggunakan dua sumber data sebagai berikut:

a. Data primer

Data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari lapangan dengan melakukan wawancara3. Data

primer diperoleh melalui wawancara kepada Syamsul Bahri, selaku Kepala Kejaksaan Negeri Padang, Zulfan Tanjung, selaku Kepala Sesi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejaksaan Negeri Padang, dan Beatrix Berlian Permata Sari, selaku Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Padang.

b. Data sekunder

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan

2 Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar

Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hlm. 51.

dengan obyek penelitian4. Data sekunder diperoleh dari Kejaksaan Negeri Padang berupa data penyitaan barang bukti kekayaan tersangka tindak pidana korupsi dari tahun 2011 sampai tahun 2015.

3. Teknik pengumpulan data

Dalam pengumpulan data pada penelitian dan penulisan ini, maka teknik pengumpulan yang dilakukan oleh penulis yaitu :

a. Wawancara

Wawancara yaitu cara pengumpulan data dan penelitian dengan berkomunikasi langsung dengan obyek atau sampel5. Teknik wawancara yang dipergunakan adalah wawancara semi terstruktur. Teknik wawancara semi terstruktur adalah menggunakan pedoman wawancara dan ada kalanya peneliti tidak menggunakan pedoman dalam melakukan wawancara untuk pengumpulan datanya6.

b. Studi dokumen

Studi dokumen adalah studi yang bertujuan dan kegunaannya adalah menunjukkan jalan pemecahan

7Zainuddin Ali, 2013, Metode Penelitian Hukum, Sinar

Grafika, Jakarta, hlm. 106.

5 Kartini Kartono, 1996, Pengantar Metode

dan Riset Sosial, Manjar Maju, Bandung, hlm. 162.

(6)

permasalahan penelitian7. Penulis menggunakan teknik ini untuk mengumpulkan data dari jurnal dan literatur yang berkaitan dengan Pelaksanaan Penyitaan Barang Bukti Oleh Jaksa Terhadap Kekayaan Tersangka Dalam Perkara Korupsi.

4. Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan penyelesaian permasalahan penelitian yang menjadi objek kajian penulisan8. Penulis melakukan analisa data dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif yaitu analisis yang mengkaji sebuah pemikiran, makna, cara pandang manusia mengenai gejala-gejala yang menjadi fokus penelitian9.

A. Pelaksanaan Penyitaan Barang Bukti Oleh Jaksa Terhadap Kekayaan Tersangka Dalam Perkara Korupsi Di Kejaksaan Negeri Padang

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Syamsul Bahri selaku Kepala Kejaksaan Negeri Padang bahwa praktik penegakan hukum (hand having) terhadap barang hasil kejahatan sebagai barang bukti

7 Bambang Sunggono,2013, Metodologi

Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 112.

8 Zainuddin Ali, Op.Cit, hlm. 107.

9 Burhan Ashofa, 2010, Metode Penelitian

Hukum, Rineka Cipta, Jakarta hlm. 57.

kejahatan (corpus delicti) dalam proses pidana acap kali tidak sejalan dengan tujuan hukum itu sendiri, yakni mendapatkan kebenaran yang proporsional. Tidak dipungkiri dalam suatu kasus pidana baik itu pidana umum maupun pidana khusus, seperti kasus korupsi diperlukan upaya paksa dalam bentuk penyitaan barang atau benda yang dimiliki tersangka karena akan dijadikan barang bukti. Barang bukti kejahatan ini tanpa kewenangan, standar operasional dan pengelolaan yang baik dalam praktik sering disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu, seperti hilangnya barang bukti, penyalahgunaan alat bukti, dan lain sebagainya dengan berbagai modus dan motif. kewenangan hukum terhadap barang atau benda sitaan.10.

Berdasarkan rumusan Pasal 1 butir 16 KUHAP, dapat diketahui bahwa benda yang dapat disita/benda sitaan yang dalam beberapa Pasal KUHAP yaitu Pasal 8 ayat (3) huruf b, 40, 45 ayat (2), 46 ayat (2), 181 ayat (1), 194, 197 ayat (1) huruf I, 205 ayat (2) dinamakan juga sebagai “barang bukti” yang berfungsi untuk kepentingan pembuktian dalam penyelidikan, penuntutan dan peradilan. Memperhatikan pengertian penyitaan sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1.

62 Hasil wawancara dengan Bapak Syamsul Bahri,

selaku Kepala Kejaksaan Negeri Padang pada tanggal 4 April 2016, pukul 10.00 WIB.

(7)

butir 16 KUHAP, kata “mengambil alih”, seolah-olah benda yang akan disita, semula adalah kepunyaan penyidik dan kemudian bendanya dikembalikan kepadanya dalam keadaan semula,karena itu kata “mengambil alih” kurang tepat dipergunakan dalam tindakan penyitaan pada tindak pidana, sehingga lebih tepat digunakan kata “menaruh” karena bersifat upaya paksa.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Zulfan Tanjung selaku Kepala Sesi Pidana Khusus (KasiPidsus) Kejaksaan Negeri Padang bahwa tindakan penyitaan dalam bentuk tertentu adalah tindakan hukum pemblokiran yaitu pembekuan sementara aset tindak pidana dengan tujuan untuk mencegah dialihkan atau dipindahtangankan. Sesuai dengan konsep dasar dalam KUHAP bahwa benda/aset yang dapat disita adalah benda yang berhubungan langsung dengan tindak pidana, maka penyitaan aset harus ada dugaan terjadinya tindak pidana. Prosedur penyitaan benda/aset didahului dengan adanya dugaan terjadinya tindak pidana dan benda yang diduga dipergunakan untuk melakukan kejahatan atau hasil tindak pidana dilakukan penyitaan benda tersebut. Asas hukum yang mendasari KUHAP terkait dengan penyitaan benda/aset bahwa benda/aset yang menjadi hak milik orang tidak boleh disita kecuali atas izin dari pengadilan. Oleh sebab itu, meskipun

benda/aset yang diduga dipergunakan untuk melakukan tindak pidana atau hasil tindak pidana juga tidak boleh disita, kecuali atas izin dari pengadilan. Salah satu kasus tindak pidana korupsi yang dimana harta kekayaan tersangka disita oleh Kejaksaan Negeri Padang yaitu kasus tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan mobil dinas pemerintah Kota Padang pada tahun 2007 yang diproses oleh Kejaksaan Negeri Padang pada tahun 2014. .

Kasus dugaan penyimpangan dan penyelewengan dana pembelian kendaraan dinas pada bidang aset Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset (DPKA) Kota Padang. Tersangka yang telah merugikan negara sebesar 6 Miliar rupiah yaitu dengan nama insial HW selaku mantan Kepala Bagian Umum Pemerintah Kota Padang dan nama inisial DV selaku rekanan pengadaan barang. Selain dari tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh HW. Tersangka HW juga berstatus terpidana dalam kasus pengadaan tanah untuk Sekolah Menegah Pertama Negeri 36 Kota Padang. Kasus ini bermula dari temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). BPK memberikan catatan terkait pembelian kendaraan dinas pemerintah Kota Padang. Inspektorat mempunyai kedudukan penting untuk menindaklanjuti oleh Pemerintah Kota Padang. Pengadaan kendaraan dinas ini diduga melanggar aturan. Sebelumnya sejumlah pejabat

(8)

pemerintah Kota Padang yang diduga terkait dan mengetahui proses pembelian kendaraan dinas Pemerintah Kota Padang pada tahun 2007 ini diperiksa. Pejabat tersebut yaitu CS selaku Asisten II Setko Padang dan YF selaku mantan Kepala Inspektorat Padang. Dari sekitar 6 Miliar rupiah yang dianggarkan, terealisasikan sebesar 5 miliar rupiah. Kasus ini mulai diproses oleh Kejaksaan Negeri padang yaitu pada bulan Agustus 2014 setelah adanya surat dari surat perintah untuk memproses kasus tersebut. Dalam kasus ini Kejaksaan Negeri Padang telah menyita harta kekayaan HW yang diduga berasal dari tindak pidana korupsi yaitu berupa tanah seluas 165 meter persegi yang berlokasi di Ujung Gurun Timur dan tanah seluas 2100 meter persegi di Lubuk Buaya Koto Tangah dan 20 dari 30 unit kendaraan dinas yang dibeli tahun 2007 dan tidak memiliki BPKB. Akibat daripada hal tersebut maka kendaraan tersebut tidak dapat dilelalang. Selain dari pemeriksaan terhadap CS dan YF, kejaksaan juga memeriksa dealer yang dimana mobil dinas tersebut dibeli.

Dalam kasus ini dapat dijelaskan bahwa penyitaan barang bukti yang berupa harta kekayaan tersangka tindak pidana korupsi ini dilakukan dikarenakan barang/benda yang dimiliki oleh oleh tersangka adalah berasal dari dana yang telah dikorupsi oleh tersangka jadi dalam hal ini

barang/benda hasil dari tindak pidana korupsi dapat disita oleh Kejaksaan Negeri Padang.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana mengatur dan memberikan kewenangan kepada penyidik untuk melakukan tindakan penyitaan terhadap benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud. Akan tetapi benda yang tidak dapat disita terbatas pada benda yang ada hubungannya dengan terjadinya tindak pidana. Tindakan penyitaan yang dilakukan oleh penyidik tersebut semata-mata untuk kepentingan pembuktian dalam pemeriksaan penyidikan, penuntutan dan pengadilan. Mencermati uraian tersebut, dapat diketahui bahwa tindakan penyitaan yang tidak ada hubungannya dengan tindak pidana dapat dianggap/dinilai sebagai tindakan penyitaan yang tidak sah bertentangan dengan hukum. Terhadap benda-benda yang dapat dikenakan penyitaan telah diatur secara rinci dalam Pasal 39 KUHAP. Ayat (1) yang dapat dikenakan penyitaan:

1. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana; 2. Benda yang telah dipergunakan

secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mepersiapkannya;

(9)

3. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak pidana;

4. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;

5. Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

Semua ketentuan isi Pasal dimaksud di atas, telah digariskan prinsip hukum dalam penyitaan benda. Prinsip itu menegaskan bahwa benda yang dapat disita menurut KUHAP hanya benda-benda yang ada hubungannya dengan tindak pidana. Jika suatu benda tidak ada kaitannya dengan keterlibatan dengan tindak pidana, terhadap benda-benda tersebut tidak dapat diletakkan sita. Oleh karena itu, penyitaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa pidana yang sedang diperiksa, dianggap merupakan penyitaan yang bertentangan dengan hukum, dan dengan sendirinya penyitaan tidak sah. Konsekwensinya orang yang bersangkutan dapat meminta tuntutan ganti rugi baik kepada praperadilan apabila masih dalam tingkat penyelidikan dan kepada Pengadilan Negeri apabila perkaranya sudah diperiksa di persidangan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka menurut Pasal 95 KUHAP menegaskan terhadap pejabat yang melakukan penyitaan yang tidak sah tersebut dapat dituntut untuk

membayar ganti kerugian melalui Praperadilan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Beatrix Berlian Permata Sariselaku Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Padang bahwa di dalam pelaksanaan penyitaan tindak pidana korupsi terutama aset kekayaan dari pelaku tindak pidana korupsi. Berdasarkan hasil penelitian penulis di Kantor Kejaksaan Negeri Padang bahwa penyitaan barang bukti dalam kasus Tindak Pidana Korupsi adalah melakukan Surat Perintah Penyitaan, mengamankan barang-barang yang terkait dengan Tindak Pidana Korupsi, penyitaan dilakukan dengan adanya saksi, dibuat berita acara penyitaan, dan adanya persetujuan atau izin penyitaan dari pengadilan. Dan kemudian tindakan selanjutnya terhadap barang bukti setelah dilakukan penyitaan adalah tergantung barang bukti yang disita. Jika barang bukti dalam bentuk dokumen atau benda yang susah rusak maka benda tersebut disimpan di Kejaksaan sedangkan dalam hal barang bukti dalam bentuk uang maka uang tersebut disimpan dalam rekening khusus. Rekening khusus ini sudah mendapat izin dari menteri keuangan.

Dalam melakukan penyitaan terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan agar tindakan penyitaan itu sah berdasarkan KUHAP.

(10)

Adapun prosedur pelaksanaan penyitaan barang bukti terhadap kekayaan tersangka terdiri dari11:

1. Harus ada surat izin penyitaan dari Ketua Pengadilan Negeri (Pasal 38 KUHAP)

2. Memperlihatkan atau menunjukkan tanda pengenal (Pasal 128 KUHAP) 3. Memperlihatkan Benda Yang Disita

(Pasal 129 KUHAP ayat (1)

4. Penyitaan harus disaksikan oleh kepala desa atau kepala lingkungan dan dua orang saksi (Pasal 129 KUHAP)

5. Membuat berita acara penyitaan (Pasal 129 ayat (2) KUHAP)

Pasal 129 ayat (2) KUHAP menyataka12

a. Kop berita acara penyitaan;

b. Nama petugas yang ditugaskan melakukan penyitaan;

c. Nomor dan tanggal surat perintah penyitaan;

d. Nama saksi-saksi;

e. Dokumen atau barang-barang disita; f. Nama dan alamat orang dari mana

benda itu disita; g. Tujuan penyitaan; h. Penutup;

63 Hasilwawancara dengan Bapak Zulfan Tanjung

selaku Kepala Sesi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejaksaan Negeri Padang pada tanggal 4 April 2016, pukul 11.00 WIB.

64 Hasil wawancara dengan Ibu Beatrix Berlian

Permata Sari S.H. selaku Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Padang pada tanggal 1 April 2016 pukul 10.00 WIB

i. Tanda tangan petugas yang melakukan penyitaan dan nama-nama saksi; dan j. Menyampaikan turunan berita acara

penyitaan

Turunan berita acara ini disampaikan kepada orang dari mana benda itu disita dan kepada desa tempat benda tersebut disita. Penyampaian berita acara inidimaksudkan sebagai bentuk pengawasan dan pengendalian tindakan penyidik dalam melakukan penyitaan.

6. Membuat karakteristik benda sitaan (Pasal 130 ayat (1)KUHAP)

Pasal 130 ayat (1) KUHAP menyatakan: “benda sitaan sebelum dibungkus, dicatat berat dan atau jumlah menurut jenis masing-masing, ciri maupun fisik khas, tempat, hari dan tanggal penyitaan, identitas orang lain dari mana benda itu disita dan lain-lainnya yang kemudian diberilah dan cap jabatan dan ditandatangani oleh penyidik”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Zulfan Tanjung selakuKepala Sesi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejaksaan Negeri Padang bahwa rangkaian tindakan penyitaan tidak berhenti dengan dibuatnya berita acara penyitaan. Setelah dilakukan penyitaan, maka jaksa penyidik melakukan penyimpanan barang bukti.

(11)

Tindakan penyimpanan barang bukti ini berbeda-beda. Dalam hal barang bukti berupa dokumen, maka jaksa penyidik melakukan penyimpanan dokumen sebagai benda sitaan di kantor kejaksaan. Lain halnya apabila barang bukti tersebut berbentuk benda bergerak, maka penyimpanan barang bukti dilakukan dengan menitipkannya di Rumah Penitipan Benda Sitaan Negara (Ruphasan). Dalam hal barang bukti berupa uang maka barang bukti tersebut disimpan dalam rekening khusus yang dimiliki oleh Kejaksaan yang telah mendapat izin dari menteri keuangan. Berbeda dengan barang bukti berupa benda bergerak ataupun uang, apabila barang bukti berupa benda tidak bergerak, maka status barang bukti tersebut diberitahukan kepada kepala desa ataupun kepala lingkungan dimana barang bukti tersebut berada bahwa benda tidak bergerak tersebut disita oleh penyidik. Dengan terlaksananya penyerahan tanggung jawab atas tersangka dan barang bukti dari penyidik kepada penuntut umum, maka tanggung jawab yuridis atas tersangka dan barang bukti tersebut, beralih kepada Penuntut Umum. Maka pada saat itulah pelaksanaan tugas penyidikan suatu perkara benar-benar telah tuntas dan beralih ketahap penuntutan.

B. Kendala yang Dihadapi oleh Jaksa dalam Pelaksanaan Penyitaan Barang Bukti Terhadap Kekayaan Tersangka

dalam Perkara Korupsi yang

Ditangani oleh Kejaksaan Negeri Padang

Tujuan penyitaan ialah bertujuan untuk proses pembuktian terutama sebagai barang bukti dalam proses peradilan di pengadilan. Akan tetapi dalam proses penyitaan barang bukti yang berupa kekayaan tersangka tersebut ditemui kendala-kendala, antara lain:

1. Barang bukti masih berupa uang yang tersimpan di Bank

Dalam pelaksanaan penyitaan barang bukti harta kekayaan tersangka tindak pidana korupsi terkadang masih dalam bentuk uang yang dimana uang tersebut masih tersimpan di dalam bank. Dalam penyitaan barang bukti tersebut memiliki kendala dimana kendala tersebut yaitu meminta persetujuan dari pihak bank untuk memberikan izin dalam

(12)

penyitaan barang bukti tersebut, hal ini dikarenakan bank terkadang melindungi seluruh data keuangan tersangka di dalam bank tersebut.13. 2. Barang bukti telah dialihkan kepada

orang lain

Adapun kendala penyitaan ini yaitu barang atau harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana korupsi yang tersebut adakalanya telah dialihkan kepada pihak lain seperti barang bukti tersebut telah dijual kepada orang lain atau disewakan kepada orang lain ataupun diberikan kepada orang lain ataupun keluarga tersangka. Dalam hal ini kendala dari penyidik Kejaksaan Negeri Padang yaitu dimana penyidik harus mencari baang bukti yang merupakan hasil dari tindak pidana korupsi tersebut jika barang tersebut telah dijual maka penyidik akan mencari surat perjanjian jual-beli

65Hasil wawancara dengan Ibu Beatrix Berlian

Permata Sari S.H, selaku Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Padang pada tanggal 1 april 2016 pukul 10.00 WIB

antara tersangka dengan pembeli tersebut yang dimana terkadang tersangka selalu menyembunyikan surat perjanjian jual beli tersebut dengan alasan surat tersebut hilang ataupun tersangka lupa menyimpan surat tersebut dan ketika hal itu terjadi maka penyidik Kejaksaan Negeri Padang akan mencari identitas pembeli melalui keterangan saksi yang mengetahui kejadian tersebut dan dalam hal untuk menemukan alamat pembeli tersebut terkadang pembeli tersebut tidak berada di kediamannya ataupun berada di luar kota ataupun di luar daerah tempat kediaman pembeli sehingga penyidik Kejaksaan Negeri Padang harus menghubungi pembeli tersebut dan meminta agar pembeli pulang ke kediamannya. Hal ini penyidik Kejaksaan harus menunggu pembeli untuk menemui penyidik Kejaksaan Negeri Padang agar pembeli dapat memberikan surat jual-beli tersebut

(13)

dan dapat menyita barang bukti harta kekayaan tersangka yang telah dijual kepada pembeli. Dalam kendala penyitaan barang bukti kekayaan tersangka bukan hanya barang bukti teah dijual akan tetapi adakalanya barang bukti tersebut diberikan kepada orang lain ataupun keluarga tersangka. Dalam hal pemberian hasil tindak pidana korupsi yang berupa harta kekayaan tersangka yang telah diberikan kepada orang lain ataupun keluarga tersangka itu sendiri maka kejaksaan haruslah memeberitahukan kepada penerima harta kekayaan tersangka yang telah diberikan kepada penerima agar sekiranya penerima melaporkan barang apa yang telah diberikan kepada penerima dari tersangka agar barang tersebut dapat dijadikan bukti dalam proses peradilan. Kendala yang ditemui penyidik Kejaksaan Negeri Padang yaitu tersangka tidak memberikan hanya kepada seorang saja tapi

memberikan kepada beberapa orang yang dimana Penyidik Kejaksaan Negeri Padang memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat melacak dan mengetahui penerima barang yang akan disita oleh Penyidik kejaksaan Negeri Padang.

3. Susahnya menentukan nilai barang atau harta yang disita dari pelaku tindak pidana korupsi

Dalam hal ini Jaksa selaku eksekutor tidak memiliki acuan dasar hukum dari hukum acara pidana. Berkaitan dengan hal kondisi barang rampasan yang disita oleh Kejaksaan, barang-barang hasil sitaan akan memakan waktu tunggu sangat panjang sampai dengan proses lelang barang sampai terjual.

Hal ini akan berdampak pada menurunnya kondisi barang dari hasil sitaan tersebut. Barang-barang sitaan tersebut mengalami kerusakan sehingga perlunya perawatan terhadap barang sitaan tersebut. Hal ini akan berdampak pada menurunnya

(14)

harga barang itu sendiri. Sehingga dalam keadaan seperti ini akan sulit mendapatkan harga yang sesuai dengan taksiran yang sudah direncanakan sebelumnya, yang akan memberikan pada pendapatan negara dari hasil lelang barang-barang sitaan tersebut untuk membayar ganti kerugian negara14.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sesi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejaksaan Negeri Padang bahwa dalam melakukan penyitaan yang dimana ketika kejaksaan melakukan penyitaan terhadap benda atau harta hasil tindak pidana korupsi ini terdapatnya kendala-kendala, maka kejaksaan mengatasi kendala-kendala tersebut yaitu dengan cara melakukan pengawasan terhadap benda atau harta sitaan hasil tindak pidana korupsi sehingga barang tersebut tidak rusak ataupun hilang, hal ini dilakukan sebelum dilakukannya pelelangan terhadap benda atau harta hasil tindak pidana tersebut. Adapun jika penyitaan terhadap benda atau harta hasil tindak pidana korupsi

66 Hasilwawancara dengan Bapak Zulfan Tanjung,

selaku Kepala Sesi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejaksaan Negeri Padang pada tanggal 4 April 2016, pukul 12.00 WIB.

tersebut berada di luar wilayah Kejaksaan Negeri Padang maka terlebih dahulu kejaksaan melakukan penahanan dan pengawasan terhadap pelaku serta melakukan persiapan persyaratan-persyaratan untuk mendapatkan ijin penyitaan benda atau harta hasil tindak pidana korupsi tersebut dan jika keadaan tidak memungkinkan untuk mendapatkan ijin ketua pengadilan setempat ataupun dalam kondisi mendesak maka Kejaksaan Negeri Padang tidak meminta ijin kepada Ketua Pengadilan Setempat dalam melakukan penyitaan tersebut dan setelah penyitaan selesai barulah Kejaksaan Negeri Padang memberikan pemberitahuan dan persetujuan telah dilakukannya penyitaan oleh Ketua Pengadilan Setempat.

PENUTUP A. Simpulan

Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penulis dapat menarik simpulan dari hasil dan pembahasan penelitian tersebut, antara lain:

(15)

1. Pelaksanaan penyitaan barang bukti tindak pidana korupsi terutama aset kekayaan dari pelaku tindak pidana korupsi bahwa telah sesuai dengan KUHAP. Jika barang bukti dalam bentuk dokumen atau benda yang susah rusak maka benda tersebut disimpan di rumah barang sitaan (RUBASAN) kejaksaan sedangkan dalam hal barang bukti dalam bentuk uang maka uang tersebut disimpan dalam rekening khusus. Rekening khusus ini sudah mendapat izin dari Menteri keuangan.

2. Kendala Kejaksaan Negeri Padang dalam melakukan penyitaan terhadap harta kekayaan pelaku tindak pidana korupsi yaitu Kendala melakukan penyitaanharta kekayaan tindak pidana korupsi yaitu barang bukti berupa uang yang tersimpan di bank, barang bukti telah dialihkan kepada orang lain dan susahnya menentukan nilai suatu benda atau harta kekayaan.dan susahnya menentukan

nilai suatu benda atau, harta kekayaan hasil tindak pidana korupsi.

B. Saran

Adapun dari penelitian yang dilakukan oleh penulis maka penulis memberikan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Kepada Pemerintah, agar membuat aturan yang jelas mengenai pidana pembayaran ganti kerugian keuangan negara yang dibebankan kepada terpidana korupsi, supaya ke depannya hukuman optimal menutupi kerugian negara akibat tindak pidana korupsi.

2. Kepada Kejaksaan Negeri Padang, agar dapat lebih bisa bekerjasama dengan Instansi atau penegak hukum baik di dalam wilayah hukum Kejaksaan Negeri Padang ataupun diluar wilayah hukum Kejaksaan Negeri Padang. Hal ini bertujuan agar penyitaan dapat dilakukan dengan lancar sehingga

(16)

barang atau harta hasil tindak pidana korupsi tersebut tidak hilang ataupun rusak.

3. Kepada masyarakat, agar dapat bekerjasama dengan penegak hukum dalam memberikan informasi mengenai benda atau harta hasil tindak pidana korupsi agar sekiranya penegakan hukum tindak pidana korupsi dapat dilakukan dengan baik dan seadil-adilnya.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-buku

Adami Chazawi, 2007, Kemahiran dan Keterampilan Praktik Hukum Pidana, Cet ke-2,Bayumedia Publishing, Malang.

Bambang Sunggono,2013, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo, Jakarta.

Evi Hartanti, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta.

Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana: Untuk Mahasiswa Dan

Praktisi,Penerbit Mandar Maju, Bandung.

HMA Kuffal, 2007, Penerapan KUHAP Dalam Praktek Hukum, Cet. 9, UMM Press, Malang.

Kartini Kartono, 1996, Pengantar Metode dan Riset Sosial, Manjar Maju, Bandung.

M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan

Penuntutan, Jakarta, Sinar Grafika, Cetakan kedelapan.

Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakkan Hukum, Rajawali, Jakarta.

Soewartojo Junaidi, Korupsi Pola Kegiatan dan Penindakan Serta Peran Pengawasan Dalam

Penanggulangannya, Restu Agung, Jakarta.

Zainuddin Ali, 2013, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. B. PeraturanPerundang-undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan UU No. 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

C. Sumber Lain

Salahudin Luthfie, 2011, Kewenangan

Kejaksaan Dalam Penyidikan

Tindak Pidana Korupsi, Tesis

Magister Ilmu Hukum Universitas Indonesia.

http://www.Selasar.Com/Politik/Kajari- Padang-Kasus-Rsud-Tuntas-Tahun-2015, Diakses Tenggal 17 Februari 2016

Referensi

Dokumen terkait

Bila dibandingkan dengan jumlah wisman yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau pada bulan yang sama tahun 2014, wisman yang berkunjung pada bulan September 2015

Pengelolaan usaha pembibitan ternak sapi potong secara berkelompok menunjukkan bahwa 71,54% (48 ekor) induk pada fase menyusui pada tahap kedua, sedangkan sisanya 29,85% (20 ekor)

Karena keterbatasan SDI yang ahli di bidang perbankan syariah, menyebabkan bank syariah merekrut tenaga-tenaga yang kurang ahli di bidang perbankan syariah, terutama di SDI

Transformasi sawijine karya sastra saka naskah dadi prosesi utawa ora bisa ditindakake kanthi sekabehane. Ana perangan saka karya sastra kasebut kang ditambahi

Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada mata kuliah IPA terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar mahasiswa jurusan

Analisis proses bisnis pendaftaran menggunakan usulan sistem dilakukan oleh pasien melalui website. Tahap pertama pasien membuat akun terlebih dahulu, apabila pasien

Pada tabel 1 menunjukkan beberapa penelitian berkaitan dengan metode yang digunakan untuk memprediksi hambatan pada kapal cepat.. Penelitian ini akan menganalisis

instrumen didesain menggunakan Microsoft Word 2010 yang di dalamnya memuat beberapa komponen yaitu petunjuk praktikum khususnya sistem peredaran darah manusia,