• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEMASAN SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEMASAN SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMASAN SIMPAN TERHADAP VIABILITAS

BENIH KEDELAI (

Glycine max

(L.) Merrill)

Lince R. Panataria

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia e-mail: meddy.siregar@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the form of the dynamic aspects of soybean seed viability of seeds and finding an effective way to maintain the save soybean seed quality. This study was designed using a completely randomized design (CRD) with two (2) treatment factors, namely the first varieties trdiri factor of 2 levels: Varieties Kaba and Anjasmoro, the second factor is the packaging store consists of 3 levels: polyethylene plastic bag (size 15 cm x 15 cm), Flour bag (size 15 cm x 15 cm), tin (size 8 cm tall x 7.5 cm diameter) were repeated 3 times. Variables observations include water content (%), germination (%), electrical conductivity (%). The results showed that varieties, store packaging and packaging interaction between varieties with significant savings on water content, germination and electrical conductivity at the age of 3, 6, 9, 12, 15 weeks of storage.

Keywords: Soybean, Packaging Store.

1. PENDAHULUAN

Kedelai merupakan tanaman pangan yang berasal dari Cina dan telah dibudidayakan di Indonesia sekitar abad ke-16 di pulau Jawa dan Bali. Masuknya kedelai disebabkan oleh perkembangan perdagangan internasional, yang kemudian meluas ke seluruh wilayah dunia pada abad ke-19 (Adisarwanto, 2005).

Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya, aman dikonsumsi, maupun harganya yang relatif murah dibandingkan dengan sumber protein hewani. Di Indonesia, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai bentuk makanan ringan (Damardjati et all, 2005).

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri pangan olahan berbahan baku kedelai, maka kebutuhan kedelai di dalam negeri terus meningkat. Data statistik dari FAO dan BPS menunjukkan bahwa kebutuhan kedelai rata-rata pada tahun 2001-2005 sebesar

0,81 juta ton. Kekurangannya harus diimpor sebesar 1,12 -1,36 juta ton. Gambaran di atas mencerminkan bahwa Indonesia masih mengalami defisit yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri (Sudaryanto dan Swastika, 2007).

Saat ini ada beberapa varietas unggul kedelai yang telah dilepas ke masyarakat seperti; Sinabung, Anjasmoro, Mahameru, Penderman, Ijen, Tanggamus, Sibayak, Kaba, Nanti, Ratai, dan Seulawah, Varietas unggul baru yang dilepas tersebut mempunyai potensi hasil rata-rata 2,5t/ha. Namun di tingkat petani, yang dicerminkan oleh rataan produktivitas nasional, baru mencapai 1,28 t/ha. Sementara di Propinsi Sumatera Utara produktivitas kedelai masih dibawah rata-rata nasional yaitu sekitar 1,0 – 1,15 ton/ha.

Ini berarti bahwa masih terdapat potensi dan peluang yang sangat besar untuk meningkatkan produksi kedelai melalui peningkatan produktivitas. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui introduksi inovasi teknologi.

(2)

MAJALAH ILMIAH METHODAVolume 5, Nomor 1 , Januari-April 2015 : 72-77 | 73 tinggi, karena kontribusi varietas unggul dalam

meningkatkan produktivitas paling mudah dilihat dan dipahami oleh petani.

Oleh karena itu, perakitan varietas unggul baru yang mempunyai karakter produktivitas tinggi serta toleran terhadap cekaman lingkungan biotik dan abiotik sangat diperlukan dalam rangka peningkatan produksi kedelai( Darman et all, 2007).

Permasalah yang sering dihadapi dalam penyimpanan benih adalah penurunan mutu dan kerusakan benih. Penurunan mutu dan kerusakan benih selama penyimpanan tidak dapat dihentikan, akan tetapi dapat diperlambat dengan mengatur kondisi penyimpanan. Tidak tepatnya penanganan selama penyimpanan akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu dengan cepat, walaupun penanganan panen telah dilakukan dengan baik dan tepat waktu serta teknologi produksi telah diterapkan dengan baik.

Oleh karena itu tantangan yang dihadapi adalah bagaimana caranya mempertahankan viabilitas dan menghambat laju kerusakan benih-benih tersebut selama penyimpanan sehingga masih tetap baik ketika digunakan atau ditanam kembali. Pengadaan benih sering dilakukan beberapa waktu sebelum musim tanam sehingga benih harus disimpan dengan baik agar mempunyai daya tumbuh yang tinggi saat ditanam kembali. Bertolak dari permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan pengujian penyimpanan benih kacang kedelai.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek benih kedelai berupa dinamika viabilitas benih dan menemukan cara simpan yang efektif untuk mempertahankan mutu benih kedelai.

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan tanggap dari 2 varietas terhadap kondisi simpan.

2. Ada perbedaan viabilitas benih kedelai yang disimpan dengan menggunakan kemasan simpan plastik, kemasan kantong terigu dan kaleng.

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mempertahankan mutu benih kedelai:

1. Dapat diperoleh varietas dan kemasan simpan yang tepat untuk mencegah kerusakan benih selama penyimpanan. 2. Dapat digunakan sebagai rekomendasi

penyimpanan benih kedelai sehingga kualitas benih dapat dipertahankan.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih IV Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, yang terdiri dari dua faktor yaitu: Faktor 1: Varietas (V) yang terdiri atas V1= Var. Kaba; V2= Var.

Anjasmoro; dan faktor 2: Kemasan simpan (K) yang terdiri atas: K1: Kantong plastik polietilen

(ukuran 15 cm x 15 cm); K2: Kantong Terigu

(ukuran 15 cm x 15 cm); K3: Kaleng (ukuran

tinggi 8 cm x diameter 7,5 cm). Dengan demikian diperoleh 6 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, maka diperoleh keseluruhan 18 kombinasi perlakuan pada setiap ruang simpan. Jika pengaruh perlakuan berbeda nyata pada sidik ragam (ANOVA) maka dilakukan uji lanjutan dengan Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) pada taraf 5%.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air

Untuk melihat pengaruh jenis kemasan terhadap kadar air benih kedelai varietas Kaba dan Anjasmoro umur simpan 15 minggu dapat dilihat pada Gambar 1.

(3)

85,13 81,47 82,65 84,49 80,47 81,46 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

K.Plastik K.Terigu Kaleng K.Plastik K.Terigu Kaleng

D ay a B er ke ca m b a h ( % )

Var. Kaba Var. Anjasmoro Gambar 1.Pengaruh Kemasan Simpan terhadap

Kadar Air Benih Kedelai Varietas Kaba dan Anjasmoro Umur Simpan 15 Minggu Daya Kecambah

Untuk melihat pengaruh jenis kemasan terhadap daya kecambah benih kedelai varietas Kaba dan Anjasmoro umur simpan 15 minggu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh Kemasan Simpan terhadap Daya Kecambah Benih Kedelai Varietas Kaba dan Anjasmoro Umur Simpan 15

Minggu. Daya Hantar Listrik

Untuk melihat pengaruh jenis kemasan terhadap daya hantar listrik benih kedelai

9,78 11,11 9,98 9,85 11,65 10,35 0 2 4 6 8 10 12 14

K.Plastik K.Terigu Kaleng K.Plastik K.Terigu Kaleng

K ada r A ir ( % )

Var. Kaba Var. Anjasmoro

0,97 0,97 0,97 0,98 0,98 0,98 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1

K.Plastik K.Terigu Kaleng K.Plastik K.Terigu Kaleng

D ay a H an ta r L is tr ik ( µ M h o s. co m -1 .g -1 )

Var. Kaba Var. Anjasmoro

81,46

Kaleng Var. Kaba Var. Anjasmoro Pengaruh Kemasan Simpan terhadap Kadar Air Benih Kedelai Varietas Kaba dan

Untuk melihat pengaruh jenis kemasan kecambah benih kedelai varietas Kaba dan Anjasmoro umur simpan 15 minggu

Pengaruh Kemasan Simpan terhadap Daya Kecambah Benih Kedelai Varietas Kaba dan Anjasmoro Umur Simpan 15

Untuk melihat pengaruh jenis kemasan terhadap daya hantar listrik benih kedelai

Gambar 3. Pengaruh Kemasan Simpan terhadap Daya Hantar Listrik Benih Kedelai Varietas Kaba dan Anjasmoro Umur Simpan 15

Minggu Pembahasan

Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Anjasmoro memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kaba. Semakin lama penyimpanan maka kadar air sem meningkat dan menurunkan viabilitas benih. Oleh karena benih bersifat higroskopis (Yani, 2008), maka bila kelembaban nisbi udara tinggi, benih akan menyerap air dari udara, sehingga semakin lama penyimpanan, kadar air benih meningkat. Kadar air benih yang meningkat ini akan meningkatkan respirasi, sehingga cadangan makanan benih habis dan viabilitas benih menurun (Sutopo, 2004).

Benih kedelai yang disimpan dalam kemasan terigu (K2) memiliki kadar air yang

lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan kantong plastik etilen (K1) dan kaleng (K

Kemasan kantong terigu yang terbuat dari kain lebih porous daripada plastik, sehingga kadar air benih menjadi meningkat. Kadar air benih yang meningkat ini akan meningkatkan respirasi, sehingga cadangan makanan benih habis dan viabilitas benih menurun (Sutopo, 2004).

Menurut Justice dan Bass (2002), kadar air 10,35

Kaleng

0,98

Kaleng Var. Kaba Var. Anjasmoro

Pengaruh Kemasan Simpan terhadap Daya Hantar Listrik Benih Kedelai Varietas Kaba dan Anjasmoro Umur Simpan 15

Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Anjasmoro memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Kaba. Semakin lama penyimpanan maka kadar air semakin meningkat dan menurunkan viabilitas benih. Oleh karena benih bersifat higroskopis (Yani, 2008), maka bila kelembaban nisbi udara tinggi, benih akan menyerap air dari udara, sehingga semakin lama penyimpanan, kadar air benih yang meningkat ini akan meningkatkan respirasi, sehingga cadangan makanan benih habis dan viabilitas Benih kedelai yang disimpan dalam ) memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan ) dan kaleng (K3).

Kemasan kantong terigu yang terbuat dari kain lebih porous daripada plastik, sehingga kadar air benih menjadi meningkat. Kadar air benih yang meningkat ini akan meningkatkan respirasi, habis dan Menurut Justice dan Bass (2002), kadar air

(4)

MAJALAH ILMIAH METHODAVolume 5, Nomor 1 , Januari-April 2015 : 72-77 | 75 Proses respirasi akan menghabiskan cadangan

makanan dalam benih, sehingga benih menjadi cepat mengalami kemunduran. Proses respirasi ini juga akan meningkatkan suhu, sehingga cendawan akan mudah tumbuh. Kondisi demikian menyebabkan daya simpan benih menjadi rendah, yang ditunjukkan dengan rendahnya daya berkecambah benih.

Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa adanya perbedaan daya kecambah benih antara varietas Kaba dan Anjasmoro. Varietas Kaba memiliki daya kecambah yang lebih tinggi dibandingkan varietas Anjasmoro. Penyimpanan sampai 15 minggu menyebabkan daya kecambah varietas Anjamosor menurun. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dapat menyebabkan turunnya daya kecambah benih karena suhu dapat mempengaruhi kondisi benih yang disimpan yang mengakibatkan kadar air benih dapat meningkat sehingga mempercepat terjadinya metabolisme atau perombakan cadangan makanan dalam benih tersebut. Hal ini sekaligus dapat mengakibatkan hilangnya daya berkecambah sebelum persediaan sumber energi dalam benih habis.

Selama penyimpanan benih sangat mudah mengalami deteriorasi atau kemunduran benih sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan daya kecambahnya. Salah satu faktor penyebab menurunnya viabilitas benih adalah adalah kadar air lingkungan tempat penyimpanan. Kadar air lingkungan penyimpanan dapat menyebabkan naik atau turunnya kadar air benih. Kadar air lingkungan maupun kadar air benih dapat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban ruang penyimpanan, kemasan simpan benih, sehingga benih menyerap air yang ada di luar dan melakukan keseimbangan lingkungan karena benih bersifat higroskopis. Kemasan simpan harus dapat menahan masuknya uap air atau air dalam kemasan, serta membatasi pertukaran gas-gas selama benih disimpan.

Penurunan daya berkecambah benih berlangsung seiring dengan lamanya penyimpanan benih. Hal ini disebabkan akan semakin banyak cadangan makanan dalam benih (antara lain karbohidrat, lemak dan protein) yang digunakan untuk proses

metabolisme yang seharusnya belum diperlukan. Dengan demikian kondisi fisik dan fisiologis benih akan semakin menurun disertai dengan penurunan viabilitas benih. Kadar air yang tinggi kemudian sekaligus juga akan memacu tumbuhnya mikroorganisme dalam ruang simpan benih.

Benih yang disimpan akan mengalami penurunan daya kecambah setelah disimpan selama 15 minggu. Fluktuasi kelembaban nisbi udara yang cukup tinggi mendorong terjadinya deteriorasi benih lebih cepat pada benih yang disimpan lebih lama. Pada kondisi demikian, daya berkecambah benih lebih tinggi dalam kemasan plastik dan kaleng dibandingkan dengan kemasan kantong terigu. Artinya benih yang disimpan dengan kemasan kantong terigu lebih cepat meningkat kadar airnya dibandingkan dengan wadah plastik dan kaleng, sehingga mengakibatkan daya berkecambah benih lebih cepat menurun.

Sutopo (2004) menjelaskan bahwa energi perkecambahan merupakan hasil asimilasi dari bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein kemudian ditranslokasikan ke titik tumbuh sehingga terjadi perkecambahan dan pertumbuhan. Daun belum berfungsi sebagai organ fotosintesis, maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada cadangan makanan yang ada dalam benih. Perkecambahan terjadi dari perombakan cadangan makanan sehingga cadangan makanan yang tersisa dalam benih semakin sedikit sampai pada titik tertentu yang meyebabkan benih tidak mampu berkecambah lagi secara normal. Hal ini berarti daya kecambah benih akan semakin menurun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan jenis kemasan memberikan ketahanan benih yang berbeda yang dapat dilihat dari daya kecambah benih yang disimpan, dimana benih yang disimpan pada kantong terigu memiliki daya kecambah yang lebih rendah dibandingkan dengan kantong plastik polietilen dan kaleng. Pada kondisi penyimpanan yang baik, panas hasil respirasi tidak mempengaruhi kondisi benih di penyimpanan. Tetapi pada kondisi lembab, peningkatan panas hasil respirasi menimbulkan kerusakan benih simpan. Hal tersebut sesuai

(5)

dengan Hertiningsih (2009) yang menjelaskan bahwa bahan kemasan yang baik yaitu yang dapat menahan masuknya air, menahan masuknya udara dan menahan masuknya pertukaran gas. Kemasan plastik polietilen dan kaleng merupakan kemasan yang dapat menahan masuknya air, udara dan gas ke dalam kemasan, sehingga dapat mencegah kerusakan benih yang disimpan.

Pada umumnya viabilitas benih mengalami penurunan setelah melewati masa penyimpanan, karena setiap organisme hidup selalu mengalami penuaan. Sadjad (1980) menyatakan bahwa periode simpan akan berpengaruh terhadap viabilitas benih, dimana penurunan viabilitas seiring dengan pertambahan waktu.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada penyimpanan terjadi penurunan daya kecambah benih pada seluruh jenis kemasan simpan setelah umur penyimpanan benih 15 minggu. Hal ini disebabkan karena enzim yang terdapat di dalam benih akan aktif dan dapat merombak cadangan makanan yang terdapat di dalam benih, sehingga akan menyebabkan penurunan viabilitas benih. Hal ini didukung oleh pendapat Justice dan Bass (2002) bahwa suhu penyimpanan yang lebih tinggi dari 28°C akan menyebabkan enzim aktif, dan ini akan meningkatkan laju respirasi benih, karena respirasi merupakan proses oksidasi maka harus ada suatu substrat. Dalam hal ini benihnya sendiri yang dapat bergabung dengan oksigen, dengan semakin lamanya proses respirasi berlangsung, semakin banyak pula cadangan makanan benih yang digunakan. Sehingga pada waktu benih dikecambahkan cadangan makanan sudah berkurang, yang mana perombakan cadangan makanan tersebut sudah dilakukan pada saat benih disimpan. Hal tersebutlah yang menyebabkan vigor lebih cepat mengalami kemunduran. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field emergence), terhambatnya pertumbuhan dan

hantar listrik yang lebih rendah dibandingkan dengan kemasan kantong terigu (K2) dan

kaleng. Hal ini dipengaruhi oleh kemasan simpan dan ruang simpan. Kemasan simpan plastik akan memiliki daya hantar listrik benih yang lebih rendah dari pada menggunakan kemasan simpan kantong terigu. Hal ini tentu disebabkan oleh kemampuan benih dalam mempertahankan kadar air terhadap penetrasi air dari lingkungannya selama disimpan dalam kemasan.

Daya hantar listrik merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk mengetahui kemunduran benih. Daya hantar listrik ini berbanding terbalik dengan daya berkecambah benih, dimana dengan semakin meningkatnya nilai daya hantar listrik maka nilai daya berkecambah benih akan menurun. 4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Varietas benih kedelai berpengaruh nyata terhadap kadar air, daya kecambah dan daya hantar listrik benih. Varietas Kaba memiliki kadar air dan daya hantar listrik yang lebih rendah dibandingkan varietas Anjasmoro, tetapi memiliki daya kecambah yang lebih tinggi.

2. Perlakuan kemasan berpengaruh nyata terhadap kadar air, daya kecambah dan daya hantar listrik. Kemasan simpan kantong plastik polietilen (K1) memiliki kadar air dan

daya hantar listrik yang lebih rendah dibandingkan dengan kemasan kantong terigu (K1) dan kaleng (K3), tetapi memiliki

daya kecambah yang lebih tinggi. Selama penyimpanan terjadi penurunan daya kecambah benih kedelai.

Saran

1. Untuk mencegah terjadinya kerusakan benih selama penyimpanan dapat dilakukan dengan menggunakan kemasan simpan plastik polietilen atau dengan menggunakan kaleng.

(6)

MAJALAH ILMIAH METHODAVolume 5, Nomor 1 , Januari-April 2015 : 72-77 | 77 DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. 2005. Kedelai. Cetakan ke-1. Penebar Swadaya. Jakarta. 108 hal.

Hertiningsih, A., 2009. Daya simpan benin kedelai pada berbagai kadar air. [diakses 28

Februari 2014 pada situs:

http://fp.ustjogja.ac.id/

jurnaldetail.php/act=view&id=10].

Damardjati, D.S., Marwoto., D.K.S. Swastika., D.M. Arsyad dan Y. Hilman. 2005. Prospek dan arah pengembangan agribisnis kedelai. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Darman, M, Arsyad, M, Muchlish Adie dan H, Kuswantoro. 2007. Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi, Dalam Kedelai Tehnik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Justice, O.L. and Bass, L.N. 2002. Prinsip dan praktek penyimpanan benih. Edisi I. Roesli, R (penerjemah). Grafindo Persada. Jakarta. 446p

Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Proyek Pusat Perbenihan Kehutanan Direktorat Reboisasi dan Rehabilitasi. Dirjen Kehutanan. Jakarta.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Sudaryanto,T dan D.K.S. Swastika. 2007.Ekonomi Kedelai di Indonesia. Dalam Kedelai Tehnik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Gambar

Gambar 2.  Pengaruh Kemasan Simpan  terhadap Daya Kecambah Benih Kedelai  Varietas Kaba dan Anjasmoro Umur Simpan 15

Referensi

Dokumen terkait

ISSN. Behavioral Art Program adalah suatu intervensi yang bertujuan meningkatkan Interaksi sosial anak dengan ASD yang terdiri dari 6 strategi pengajaran, yakni: 1) memberikan

Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah disajikan pada Bab IV, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) kebutuhan perangkat pembelajaran dengan

Pembelajaran dengan menggunakan model cooperative integrated reading and composition (CIRC) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang digunakan dalam

Sebagai paduan suara pemula yang hanya berlatih ketika akan mengikuti sebuah event, PS INTAN sudah cukup baik dalam mengikuti segala program latihan yang

Sedangkan golongan ulama Zaidiah menerima hadis mudallas karena hadis ini eksistensinya sama dengan hadis Mursal (Hadis mursal diterima oleh jumhur). Sedangkan ulama

in patients with recent stroke or transient ischemic attack and no coronary heart disease, only lower baseline HDL-C predicted the risk of recurrent stroke.. substantial amount

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh parameter perautan terhadap kekasaran permukaan hasil perautan menggunakan mesin bubut CNC dan mendapatkan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nusa Tenggara Barat No 8 Tahun 2013 Tentang Pajak Daerah Pajak Kendaraan Bermotor adalah Kendaraan beroda dalam semua jenis