BAB VII
TROUBLESHOOTING dan MAINTENANCE ROLLING MILL
7.1 Problem Pada Rolling Mill
Pada proses rolling mill, banyak sekali problem – problem yang muncul dan membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Penanganan yang cepat saja tidak cukup karena bisa mengakibatkan problem kembali terulang dan semakin memperbesar waktu breakdown. Oleh karena itu pengetahuan tentang parameter – parameter pengoperasian rolling mill mutlak dikuasai agar problem bisa cepat dan tepat diatasi.
Adapun beberapa problem yang dijumpai pada proses rolling mill di PT ISPATINDO adalah sebagai berikut.
A. Section adjustment
Section adjustment breakdown adalah problem dimana quality product yang dihasilkan tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan PT ISPATINDO, problem – problem tersebut meliputi.
A.1 Section Fin One Side
Section fin one side yaitu section coil yang dihasilkan bentuknya tidak bulat (round) tetapi terdapat fin pada satu sisinya.
A.2 Section Oval
Section oval yaitu section yang dihasilkan bentuknya lonjong (oval). Artinya coil kawat baja yang dihasilkan setelah dicek qualitynya tidak berbentuk bulat silindris melainkan oval.
A.3 Section Variasi
Yaitu section yang dihasilkan dimensinya bervariasi artinya jika satu unit rolling billet telah diproses finishing dan dicek quality dimensinya, dihasilkan dimensi yang tidak merata/ tidak sama bisa dikatakan terlalu terpaut jauh dari toleransi yang ada
A.4 Section Scratch
Section scratch yaitu section yang dihasilkan permukaannya tidak mulus tetapi timbul luka pada permukaan coil kawat baja.
A.5 Section Overlap
Section overlap yaitu section yang tidak solid dimana ketika di upset (ditekan) section coil mengalami pecah (scratch).
B. Cobble box
Cobble box yaitu cobble yang terjadi di cobble box atau expantion channel ( penghubung antara delivery stand 26 dengan through). Cobble box ini memang di desain jika ada problem loop atau tension bar setelah keluar stand finish akan terjadi cobble di area ini agar material / bar tidak berada di stand – stand block mill.
C. Guide failure
Guide failure yaitu problem yang disebabkan kegagalan atau keausan selama mengalami proses rolling. Guide failure dapat berupa :
Guide roll mengalamai kemacetan
Guide roll pecah
Static entry guidebox aus
Funnel line mengalami keausan ( wear)
Nozzle mengalami keausan
Wear insert turn forming hea (TFH) mengalami keausan
Trough mengalami keausan
Guide roll entry box mengalami keausan D. Coil shape breakdown
Coil shape breakdown yaitu problem dimana bentuk coil tidak bagus dan biasanya pada bagian ujung depan coil slip atau tergelincir pada area conveyor atau ujung coil posisinya overlap sehingga tidak masuk tresttle. E. Bar tidak masuk stand
Yaitu jenis problem dimana ujung bar tidak masuk stand. Penyebabnya bermacam – macam seperti ujung bar mengalami pendinginan cepat sehingga slip ( tergelincir), entry guide box problem, salah clearance, guide timbul skrap (shaving), dan lain – lain.
F. Problem di pinch roll dan thf
Problem di pinch roll kebanyakan adalah ujung bar yang macet ( stuck up) di wear insert ( turn forming head).
G. Roll/TC ring pecah
Selama proses mill berjalan lancar dan normal, tiba – tiba roll atau TC ring mengalami retak atau pecah karena suatu sebab misalnya karena suhu TC ring yang telalu tinggi akibat pendinginan yang kurang maksimal. Hal ini sangat berbahaya dan sebisa mungkin untuk dihindari karena bisa merusak shaft mandril yang fungsinya sangat kristis dan jika memerlukan pergantian akan memakan waktu yang lama.
Dari sekian problem yang terjadi selama proses produksi pengerolan ( rolling), terdapat penyebab terjadinya problem tersebut dan bagaimana cara mengatasinya, sehingga proses roduksi dapat berjalan kembali seperti semula
tanpa ada waktu breakdown yang terlalu lama yang nantinya akan menyebabkan kerugian biaya produksi. Berikut adalah pembahasan mengenai penyebab dan cara mengatasi problem – problem yang ada pada proses rolling mill.
7.2 Troubleshoot Problem Rolling Mill 7.2.1 Section Fin One Side
7.2.1.1 Analisa Penyebab
Section fin one side disebabkan karena center line guide roll entry box tidak segaris dengan center line pass (groove) TC ring pada stand finish. Sehingga volume bar dari entry box ketika masuk ke atas pass (groove) TC ring tidak seimbang antara satu sisi 1 dengan sisi 2 yang mengakibatkan section yang dihasilkan bentuknya seperti sirip (fin) pada salah satu sisinya.
Factor –faktor yang menyebabkan kondisi seperti ini adalah
1. Kesalahan fitter blok mill pada saat set up entry box di mill ( optic box terhadap pass tc ring tidak center ).
2. Alat untuk melihat posisi center line guide roll terhadap pass TC ring problem ( alat optik).
3. Leaf spring entry box elastisitasnya antara leaf 1 dengan leaf 2 tidak sama sehingga pada saat bar masuk center line guide roll posisinya berubah.
7.2.1.2 Cara Menanggulangi
1. Memperhatikan ketelitian dan ketepatan fitter block mill pada saat memposisikan center line guide roll terhadap pas TC ring.
2. Melakukan kalibrasi optic sebelum dipakai untuk memastikan bahwa optic tidak bermasalah karena jika ada masalah pada optic meskipun entry box diset up pada posisi tengah pass TC ring, produk yang dihasilkan akan timbul sirip (fin) pada salah satu sisinya
3. Melakukan penggantian leaf spring entry box jika elastisitasnya tidak seimbang antara leaf 1 dan leaf 2.
7.2.2 Section Oval
7.2.2.1 Analisa Penyebab
Factor – factor yang menyebabkan section coil bentuknya oval antara lain adalah
1. Guide roll entry box mengalami keausan. Apabila guide roll entry box aus, maka billet yang melewati guide roll akan mengalami twist atau terpuntir sehingga ketika masuk ke pass (groove) TC ring karena posisinya terpuntir ( twist) akan mengakibatkan bentuk billet yang berbentuk oval.
2. Bentuk groove TC ring stand finish yang tidak sesuai dimensinya.
3. Set up TC ring antara sisi 1 dan sisi 2 ketinggiannya tidak sama atau cross. Hal ini berdampak pada bentuk section yang berbentuk oval. Pass TC ring cross bisa diakibatkan karena :
Set up TC ring yang salah
Gaya aksial shaft yang terlalu besar
Internal gear yang gigi – giginya tidak presisi sehingga pada saat mill berjalan posisi tc ring mengalami perubahan.
7.2.2.2 Cara Menanggulangi
1. Mampu membedakan bentuk oval dengan bentuk round karena cross roll atau TC ring atau karena entry box longgar.
2. Set up entry guide box sesuai standart stock size. Melakukan cross check kembali bar sample yang digunakan dengan standartnya 3. Memilih atau mendevelop material yang guide roll yang tahan
terhadap keausan. Untuk guide roll stand 25 dan 26 menggunakan guide roll carbide dengan wear resistant yang cukup baik, tetapi untuk roll stand 17 s/d 24 masih menggunakan steel.
4. Menginspeksi lebih teliti pada saat check cross roll atau tc ring. 5. Melakukan regular check gaya axial shaft mandrill, terutama untuk
stand finish.
6. Penandaan posisi awal internal gear jika melakukan pengechekan seal untuk menghindari terjadinya perubahan posisi vertical internal gear.
7. Sebelum pemasangan TC ring harus dipastikan bahwa groove tc ring dimensinya sesuai standart yang ada.
7.2.3 Section Variasi
7.2.3.1 Analisa Penyebab
Section variasi disebabkan oleh putaran TC ring yang eksentris ( tidak sentris), sehingga section yang dihasilkan diameternya ( posisi 5 Gambar 6.2 Section oval
top/side) bervariasi melebihi standart yang diijinkan. Factor – factor yang menyebabkan putaran TC ring eksentris adalah.
Gaya radial dari shaft mandrill
Dimensi tapper shaft dan kontak area out standart
Bentuk groove TC ring yang kelilingnya tidak bulat ( round ) melainkan oval.
Sleeve atau bush yang diassembling dengan TC ring bentuknya oval
Dimensi tapper dan kontak area sleeve out standart.
7.2.3.2 Cara Menanggulangi
1. Melakukan analisa yang tepat pada section variasi apa disebabkan oleh TC ring stand genap atau ganjil. Cara membedakannya adalah sebagai berikut.
Jika dimensi top ( hasil reduksi dari TC ring stand genap finish) bervariasi, tetapi sidenya ( hasil reduksi dari TC ring stand ganjil finish ) baik maka sudah pastinya problemnya ada di stand finish ganjil.
Jika side-nya variasi, problemnya ada di stand finish ganjil.
Jika top dan side-nya bervariasi problemnya ada di stand finish ganjil dan genap.
2. Pengontrolan yang ketat terhadap gaya radial dan dimensi shaft, dimensi dan roundness TC ring dan sleeve ( bush), dengan cara.
Regular check gaya radial shaft tiap weekly shutdown ganti shaft jika gaya aksialnya ou of standart ( maksimal 0,55 mm)
Regular check dimensi tapper dan kontak area shaft, ganti shaft jika out of standart
standart dimensi tapper : minimal 11.9 mm ( BGV 160)
standart kontak tapper : minimal 60 %
Kalibrasi eksentrisitas TC ring assembly sebelum dipakai. Standart maksimal 0.03 mm ( sleeve 160 ).
Regular check dimensi tapper dan kontak area sleeve, ganti jika tidak standart.
standart dimensi tapper : minimal 6.4 mm ( sleeve 160)
standart kontak area : minimal 60 %.
7.2.4 Section Scratch 7.2.4.1 Analisa Penyebab
Section scratch merupakan problem yang disebabkan oleh banyak factor dan biasanya cukup sulit untuk memastikan penyebabnya. Tetapi minimal harus membedakan penyebab dari jenis scratch –scratch yang terjadi.
Contoh jenis scratch :
1. Scratch memanjang, biasanya sepanjang coil, bentuknya seperti lipatan akibat proses sebelum proses finish mengalami masalah. Penyebabnya antara lain :
Ada stand yang sectionnya fin.
Ada stand dimana bar saat masuk entry box mengalami twist ( meluntir).
Billet di vertical lopper mengalami gesekan yang besar atau timbul sparking.
Ada nozzle - nozzle atau funnel line saat dilewati billet mengalami sparking.
Dimensi groove TC ring ada yang tidak sesuai standart di stand blockmill sebelum proses finish.
2. Scratch dimana ada defect yang timbul dan muncul tipa sekeliling TC ring stand finish. Hal ini disebabkan groove TC ring stand finish ( ganjil / genap) cacat atau terjadi korosi (kropos) sehingga section yang dihasilkan akan mencul tonjolan yang timbul.
3. Pada permukaan coil terdapat luka – luka, hal ini disebabkan oleh sayatan atau goresan guide setelah proses stand finish, seperti delivery guide stand finish, cobble box, trough, entry dan delivery pinch roll, entry forming dan turn forming head (TFH).
7.2.4.2 Cara Menanggulangi
1. Memastikan bahwa stock size billet tiap stand dimensinya sesuai standart yang ada.
2. Memastikan bahwa entry guide box yang dipasang disetting sesuai ukuran section yang diproduksi, bar sample yang digunakan sesuai dengan standart yang ada.
3. Mengecheck semua vertical looper ( 1-7 ), pastikan tidak ada sparking saat billet berjalan.
4. Regular check nozzle – nozzle dan funnel line, ganti jika ada yang mengalami keausan atau tidak sesuai standart.
5. Mengecheck groove TC ring sebelum dipasang menggunakan template ( manual book / standart baku), pastikan dimensinya sesuai standart.
6. Mengecheck permukaan groove TC ring sebelum dipasang untuk memastikan tidak ada cacat.
7. Mengecheck guide antara block mill samapi dengan forming untuk memastikan bahwa material stand roll tc ring finish tidak mengalami sparking yang dapat menimbulkan luka pada permukaan coil.
7.2.5 Section Over Lap 7.2.5.1 Analisa Penyebab
Section over lap banyak terjadi karena miss aligment antar stand (arah horizontal dan vertical), stock size dari billet yang tidak standart dan entry guide box yang mengalami keausan. Penyebab lain hampir sama dengan section scratch diatas.
1. Miss aligment antar stand
Miss aligment mengakibatkan guide roll entry box keausanya tidak simetri antara guide roll 1 dengan guide roll 2. Hal ini akan mengakibatkan billet meluntir ( twist) saat masuk pass sehingga reduksi material akan mengalami lipatan.
Stock size dari billet yang tidak standart disebabkab karena groove yang tidak sesuai, clearance yang salah, miss aligment arah vertikal antar entry box dengan pass dan lain – lain.
3. Entry guide box yang mengalami keausan.
Problem ini biasanya disebabkan jika guide roll yang mengalami keausan akan menyebabkan bentuk bar tidak normal sehingga akan timbul lipatan – lipatan yang menyebabkan section tidak homogen atau pecah jika di uppset.
7.2.5.2 Cara Menanggulangi
1. Realignment arah horizontal dan vertical antar stand, khususnya stand untuk finishing ( blockmill).
2. Realignment arah horizontal dan vertical antara center line entry guide box dengan pass TC ring, khususnya stand finishing.
3. Regular check groove TC ring, clearance untuk memastikan sudah memenuhi standart .
4. Meningkatkan kulitas material tahan aus pada guide roll.
7.2.6 Cobble box
7.2.6.1 Analisa Penyebab
Secara umum cobble box disebabkan oleh guide stand finish sampai dengan guide TFH yang abnormal pada saat produksi section 5.5 mm, antara lain adalah sebagai berikut.
Entry guide box stande finish problem ( guide roll macet, guide roll pecah, dan lain –lain).
Miss aligment ( arah vertical dan horizontal ) antara delivery stand 26 – coblle box – trough depan block mill no 1.
Miss aligment antar trough ( arah vertical dan horizontal ) antara trough depan block mill sampai dengan trough sebelum pinch roll.
Wear insert turn forming wheel mengalami keausan
Pemasangan wear insert yang tidak standart ( ada gap antara insert tapper no 1 dengan tail piece pipa spiral )
Factor lain penyebab cobble box adalah.
Masalah pada material
Aliran air water box colling mengalami masalah atau terlalu besar debitnya senhingga hambatan yang diterima billet ikut besar yang menyebabkan bar mengalami looping.
7.2.6.2 Cara Menanggulangi
1. Melakukan regular check system lubrikasi dan pendingin guide roll ( tiap pasanag entry box).
2. Regular check tiap weekly shutdown aligment cobble box dan trough, diperbaiki jika ada miss aligment.
3. Menggunakan material wear insert yang lebih baik atau menggunakan material bahan wear insert yang lebih tahan terhadap keausan.
4. Meningkatkan ketelitian dan kehati – hatian saat melakukan pemasangan wear insert.
7.2.7 Guide Failure 7.2.7.1 Analisa Penyebab
1. Guide roll mengalami keausan atau longgar,khususnya untuk stand finishing menyebabkan section dari coil kawat baja yang dihasilkan berbentuk oval.
2. Bearing guide roll tidak berfungsi dengan baik (macet) yang disebabkan oleh system lubrikasinya yang abnormal.
3. Guide roll pecah akibat sistem pendinginan yang abnormal atau stock size billet yang masuk tidak sesuai dengan standart.
4. Guide roll yang mengalami pengkisiskan atau keropos setelah digunakan (dioperasikan)
5. Leaf pin entry box yang putus atau patah.
6. Terdapat geram – geram rolling yang masuk ke entry box ( static / guide roll).
7. Clamp guide yang mengalami retak atau mengalami fatigue.
7.2.7.2 Cara Mengatasi
1. Menggunakan material guide roll yang memiliki ketahanan aus tinggi dan mengatur entry box sesuai standart.
2. Melakukan regular check up setiap mengganti entry box pada sistem pelumasan dan pendinginan.
3. Melakukan inspeksi pada guide roll yang telah diproses grinding. 4. Melakukan regular over haul entry box.
5. Melakukan regular inspeksi tiap weekly shutdown pada rest billet (bracket), clamp dan part lain yang berhubungan dengan guide.
7.2.8 Coil Shape
7.2.8.1 Analisa penyebab
Coil shape merupakan problem yang paling sulit untuk diatasi karena banyak factor – factor yang mempengaruhi, factor tersebut diantaranya.
1. Adanya unbalance atau ketidakseimbangan dari rotor turn forming head ( TFH).
2. Temperature coil yang keluar dari TFH bervariasi. 3. Adanya variasi kecepatan pada turn forming head
4. Pengaturan over speed dari turn forming head yang cenderung berubah ubah.
5. Wear insert turn forming head yang mengalami keausan.
6. Adanya human error dimana terlalu cepat merubah parameter convenyor jika ada pergantian grade high carbon ke low carbon atau sebaliknya ( tidak menunggu coil habis masuk trestle).
7.2.8.2 Cara Menanggulangi
1. Melakukan balancing pada rotor turn forming head.
2. Menggunakan material yang memiliki ketahanan terhadap keausan yang tinggi
3. Melakukan standarisasi pergantian parameter jika ada pergantian grade coil kawat baja.
7.2.9 Billet yang tidak masuk stand 7.2.9.1 Analisa Penyebab
1. Ujung bar mengalami pendinginan yang cepat karena flow air pendingin terlalu besar, hal ini sering terjadi pada saat proses rolling high carbon steel.
2. Adanya geram yang pada guide yang disebsbkan set-up yang tidak sesuai standart
3. Adanya shaving yang disebabkan oleh kesalahan material rolling.
7.2.9.2 Cara Menanggulangi
1. Mengurangi flow air, khususnya pada saat start awal setelah dilakukan maintenance.
2. Memastikan bahwa aligment terhadap pass atau groove roll atau TC ring tidak ada masalah pada saat pemasangan guide.
3. Melakukan pengecekan sistem lubrikasi bearing guide roll setiap ada maintenance.
7.2.10 Problem pada pinch roll dan turn forming head (TFH) ( trough WCB full material)
7.2.10.1 Analisa Penyebab
1. Adanya material yang tertinggal diantara trough water cooling box (WCB) sampai dengan turn forming head (TFH), pada saat terjadi cobble box.
2. Wear insert turn forming head mengalami keausan sehingga coil tertahan (stuck up) di spiral turn forming head (TFH).
3. Pemasangan wear insert turn forming head ( TFH ) yang tidak bagus, yaitu adanya gap diantara wear insert yang bisa menyebabkan ujung coil stuck up (macet).
7.2.10.2 Cara Mengatasi
1. Melakukan pengecekan guide antara trough sampai dengan turn forming head, jika ada cobble box kerena material karena rawan adanya material tertingal.
2. Menggunakan material yang memiliki ketahanan terhadap keausan yang tinggi.
3. Pemasangan wear resistance sesuai dengan standart.
7.2.11 Roll atau TC Ring Pecah 7.2.11.1 Analisa Penyebab
1. Adanya kesalahan pada saat pemasangan tc ring.
2. Dimensi poros yang tidak standart sehingga axial clamping TC ring kurang rigid (ulet).
3. Adanya internal crack TC ring yang tidak bisa terdeteksi. 4. Supply cooling water yang kurang atau terlalu sedikit.
7.2.11.2 Cara Menanggulangi
1. Pada saat melakukan pemasangan roll atau TC ring, dilkukan dengan hati – hati dan sesuai dengan standart yang ada.
2. Mengganti poros yang sudah tidak menuhi standart, khususnya stand 21 dan 23.
3. Pengadaan alat untuk melakukan pengechekan internal. 4. Melakukan regular check-up cooling water jacket.
7.3 Maintenance Rolling Mill
Maintenance terhadapa mesin - mesin produksi adalah suatu hal wajib yang harus dilakukan. Hal ini sangat berkaitan dengan umur pakai mesin dan sangat berpengaruh terhadap jalannya produksi. Perawatan terhadap mesin – mesin produksi dilakukan secara berkala sesuai dengan anjuran pada manual book atau standart yang ada. Pada PT ISPATINDO, dalam agenda maintenance, dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, diantaranya para teknisi dan penanggung jawab maintenance rolling mill yang dilaksanakan setelah mendapat laporan atau informasi dari :
1. Department terkait sesuai koordinasi antar department 2. Perbaikan terhadapa unit billet reheating furnace (BRF)
3. Pergantian pass atau roll sesui usianya oleh operation department 4. Pergantian diameter wire rod sesuai dengan permintaan customer
7.3.1 Fungsi dan Tujuan Maintenance
Maintenance merupakan usaha untuk memelihara daya mesin – mesin produksi serta melakukan perbaikan pada mesin – mesin yang mengalami kerusakan agar pada waktu dipakai dapat menghasilkan suatu produksi yang bermutu dan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tujuan dari maintenance antara lain :
1. Mempertahankan mesin dan sistem pabrik yang ada dalam kondisi kerja yang optimal
2. Untuk menggaransi perbaikan yang dilakukan dan melaksanakan perbaikan tersebut dalam waktu singkat.
3. Untuk usulan atau anjuran studi perbaikan, untuk menambah efisiensi mesin dan menghindari biaya tak perlu, karena perbaikan dan kegagalan pemakaian.
4.
7.3.2 Alokasi Waktu Maintenance
Alokasi waktu maintenance dapat digolongkan menjadi 3 yaitu : 1. Idle operating hours, yaitu :
Maintenance untuk pergantian pass roll sesuai usianya dan atau sesuai permintaan dari PPC yang dilakukan setiap hari memakan waktu kurang lebih 45 – 90 menit. Pengecekan equipment sesaat pada shift sore dan malam juga termasuk alokasi waktu maintenance ini. Setiap bulan maintenance dilakukan ±5% dari operation hours.
2. Weekly maintenance
Maintenance mingguan ini dilaksanakan sesuai koordinasi antara department. Bisanya memakan waktu diatas 1 hari. Hal ini biasanya maintenance untuk billet reheating furnace (BRF). Semua jenis maintenance diatas juga dilakanakan bersamaan dengan preventive maintenance oleh mechanical dan electrical.
7.3.3 Preventive Maintenance
Preventive maintenance adalah perawatan yang sudah terencana sebelumnya dengan jadwal tertentu ( mingguan, bulanan, tiga 13
bulanan, atau tahunan ) sehingga watu yang diperlukan untuk perbaikan maupun pergantian komponen – komponen mesin dapat terencana sesuai dengan program. Maintenance terencana meliputi : 1. Billet Reheating Furnace (BRF)
Pengontrolan saluran aliran bahan bakar (IDO/residu) Pengechekan temperature BRF
Pembersihan sisa pembakaran 2. Blower BRF
Pengechekan aliran dan tekanan udara untuk pembakaran Pembersihan air filter
Pemerikasaan motor blower 3. Charging Bed
Pelumasan pada rol mekanis Penggantian roda
Pemeriksaan rantai Pengechekan motor 4. Charging Pusher
Pelumasan pada rol mekanis Pengechekan motor penggerak 5. Kick off hydrolik system
Memeriksakan system hydrolik dari kerusakan Pengechekan awal level oil
Pemeriksaan motor hydrolik Penggantian selang
Penggantian oli
6. Pencucian filter oil kick off pneumatic system
Memeriksakan system pneumatic dari kerusakan Pemerikasaan motor pneumatic
Penggantian silinder
Pengechekan tekanan udara 7. Camera BRF
Memeriksa kerja kamera
Pembersihan lensa kamera dari kotoran 8. Discharge roll table
Pelumasan mekanik
Penggantian motor dan roll Pembersihan dari kerak billet 9. Pinch roll
Pelumasan pada pinch roll Pengechekan motor 10. Cellar no. 1
Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas
Pengechekan motor untuk pelumas Penggantian selang
Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian filter
11. Cellar no. 2
Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas
Penggantian minyak pelumas Pengechekan motor untuk pelumas Penggantian selang
Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian filter
12. Cellar no. 3
Pemeriksaan volume minyak pelumasan Pemeriksaan aliran pelumas
Penggantian motor untuk pelumas Pengantian selang
Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian filter oli
13. Hydrolic system
Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumasan
Pengechekan motor untuk pelumas Penggantian minyak pelumas Pengantian selang
Pemeriksaan kebocoran oli Pencucian filter oli
14. Water pass cooling stand 5 – 12 Pemeriksaan tekanan air Pemeriksaan system aliran air Pemeriksaan water system 15. Water pass cooling stand 13 – 14
Pemeriksaan tekanan air Pemriksaan system aliran air Pemeriksaan water system 16. Descaler
Pengechekan level oli pada gear box Pemeriksaan tekana air
Pengechekan motor 17. Flying shear CVS
Pemeriksaan panjang hasil pemotongan awal dana akhir oli
Pemeriksaan ketajaman shear Pengechekan motor
Pemeriksaan gear box Penggantian oli
18. Crop shear before block mill
Pemeriksaan panjang hasil pemotongan awal dan akhir oli Pemeriksaan ketajaman shear
Pengechekan motor Pemeriksaan gear box Penggantian oli
Pemeriksaan level oli Pencucian filter oli 19. Vertical looper 1, 2, 3
Penggantian roll
Pemeriksaan sistem kerja 20. Block mill
Penggantian roll untuk mendapatkanukuran coil yang diinginkan
Pemriksaan motor Pengechekan gearbox Penggantian oli Pemeriksaan level oli Pencucian filter oli 21. Main lubricant system
Pemeriksaan volume minyak pelumas Pemeriksaan aliran pelumas
Penggantian minyak pelumas Pencucian filter pelumas 22. Control cooling
Pemeriksaan tekanan air Pemeriksaan system aliran air Pemeriksaan water filter 23. Coil forming W. Finger
Pemeriksaan kerja blower
Pemeriksaaan kerja motor penggerak cooling conveyor Penggatian kerja hidrolik dari finger
Penggantian selang Penggantian silinder Penggantiankebocoran oli Penggantian level oli 24. Rel lifting table
Pemeriksaan kerja hydrolik dari lifting table Penggantian selang
Penggantian level oli 25. Tilting table
Pemeriksaan kerja motor dari lifting table Penggantian oli
Pelumasan roll 26. Coil compactor
Pemriksaan kerja hydrolik dari compactor Penggantian selang
Penggantian silinder Penggantian kebocoran oli Penggantian level oli Pencucian filter oli
Penyediaan kawat pengikat coil 27. Hook conveyor
Pemeriksaan kerja motor penggerak hook Pemeriksaan rantai
Penggantian roda
Pemeriksaan lntasan hook
Pada saat pelaksanaan praktek kerja, di pt ispat indo sendang dilakukan Annual shutdown unit billet reheating furnace ( brf). pada tahun ini ada beberapa bagian BRF yang akan diperbaiki adalah
1. Langkah pertama ketika maintenance bagian vital BRF adalah dengan mematikan BRF/cooling down yang bisa memakan waktu 2-3 hari untuk mendinginkan ruangan BRF yang temperaturnya tinggi dan mengosongkan isinya dari billet-billet yang ada di dalamnya. Cooling down dilakukan dengan membuka 10 - 12 pintu BRF dan diberi beberapa blower agar pendinginan lebih cepat. Jika temperatur tidak lebih dari 35 derajat Celsius maka ruangan BRF siap dilakukan perbaikan. 2. Breacking, merupakan aktivitas yang dilakukan oleh kontraktor
yang memenangkan tender. Waktu yang diperlukan untuk tahap ini antara 3-4 hari. Ada beberapa bagian yang diperbaiki diantaranya adalah roof soaking zone, roof heating zone, screen zone, hearth preheating dan recuperative diperbaiki dengan di casting, dan burner tile mendapat penggantian part yang baru.
3. Repair konstruksi diantaranya dengan melakukan penggantian konstruksi-konstruksi yang rusak maupun konstruksi yang rawan rusak. Waktu yang diperlukan pada tahap ini antara 1-2 hari.
4. Bagasting, memperbaiki bagian penyangga dengan cara di casting. Waktu yang diperlukan pada tahap ini adalah 5 – 7 hari. 5. Ramming, perbaikan yang dilakukan dengan di casting. Waktu
yang diperlukan pada tahap ini antara 5 – 7 hari.
6. Finishing, proses akhir pada maintenance dengan cara pembersihan. Waktunya menghabiskan 1 hari untuk proses ini. 7. Heating up merupakan proses pemanasan awal BRF sampai
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
7.1 Problem Pada Rolling Mill...91
7.2 Troubleshoot Problem Rolling Mill...93
7.2.1 Section Fin One Side...93
7.2.1.1 Analisa Penyebab...93 19
7.2.2.1 Analisa Penyebab...95 7.2.2.2 Cara Menanggulangi...96 7.2.3 Section Variasi...97 7.2.3.1 Analisa Penyebab...97 7.2.3.2 Cara Menanggulangi...97 7.2.4 Section Scratch...98 7.2.4.1 Analisa Penyebab...98 7.2.4.2 Cara Menanggulangi...99
7.2.5 Section Over Lap...100
7.2.5.1 Analisa Penyebab...100 7.2.5.2 Cara Menanggulangi...100 7.2.6 Cobble box...101 7.2.6.1 Analisa Penyebab...101 7.2.6.2 Cara Menanggulangi...101 7.2.7 Guide Failure...102 7.2.7.1 Analisa Penyebab...102 7.2.7.2 Cara Mengatasi...102 7.2.8 Coil Shape...102 7.2.8.1 Analisa penyebab...102 7.2.8.2 Cara Menanggulangi...103
7.2.9 Billet yang tidak masuk stand...103
7.2.9.1 Analisa Penyebab...103
7.2.9.2 Cara Menanggulangi...103
7.2.10 Problem pada pinch roll dan turn forming head (TFH) ( trough WCB full material)...104
7.2.10.1 Analisa Penyebab...104
7.2.10.2 Cara Mengatasi...104
7.2.11 Roll atau TC Ring Pecah...104
7.2.11.1 Analisa Penyebab...104
7.2.11.2 Cara Menanggulangi...104
7.3 Maintenance Rolling Mill...105
7.3.1 Fungsi dan Tujuan Maintenance...105
7.3.2 Alokasi Waktu Maintenance...105
praktek kerja nyata – PT ISPATINDO
... 94 Gambar 6.2 Section oval...96 Gambar 6.3 Kalibrasi posisi TC ring dengan dialindicator...97