• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbatasan Indonesia Filipina

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbatasan Indonesia Filipina"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBATASAN INDONESIA DAN FILIPINA

Secara de facto Indonesia adalah Negara Kepulauan sedangkan pada kenyataannya pembangunan sektor kelautan Indonesia masih jauh dari harapan berdasarkan data luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km² dan Indonesia memiliki 17.506 pulau besar dan kecil, sekitar 6000 di antaranya tidak berpenghuni , dimana sebagian besar perbatasan negara ini dengan negara tetangga dibatasi oleh luas wilayah laut. Wilayah lautan Indonesia yang sangat luas memerlukan pengawasan secara kontinu, sehingga semua perubahan yang terjadi dapat diketahui dengan pasti. Pengelolaan pulau dan karang terluar bukan hanya bertujuan untuk menunjukkan integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia saja, akan tetapi juga mempunyai prospek di bidang ekonomi, sosial, pariwisata dan budaya. Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah terpencil, miskin bahkan tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian pemerintah. Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan pulau inilah batas negara kita ditentukan. Dalam kenyataannya pulau-pulau terluar Indonesia masih memeiliki banyak kerawanan seperti halnya Pulau Miangas. Pulau yang berbatasan dengan Filipina yang hanya berjarak 48 mil itu memiliki kerawanan-kerawanan perbatasan seperti terorisme dan penyelundupan. Hingga saat ini masyarakat di Pulau Miangas masih kurang merasakan kehadiran fisik pemerintahan Indonesia. Pulau-pulau terluar seperti Pulau Miangas seharusnya mendapatkan perhatian dan pengawasan serius agar tidak menimbulkan permasalahan yang dapat menggangu keutuhan wilayah Indonesia, khususnya pulau yang terletak di wilayah perbatasan dengan negara negara yang tidak/ belum memiliki perjanjian (agreement) dengan Indonesia.

Koordinat Titik Terluar : 5° 34’ 2” LU, 126° 34’ 54” BT Luas wilayah : 3,15 km

Jumlah Penduduk : 679 Jiwa

Wilayah Administrasi : Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara Berbatasan dengan : Filipina

Jarak pulau miangas ke gugusan pulau-pulau lain di Kepulauan Nanusa, tetangganya di Kabupaten Talaud, sekitar 145 mil. Sedangkan dengan Manado berjarak 260 mil. Pulau ini terletak pada bibir samudra pasifik yang tidak luput dari terpaan angin kencang diikuti

(2)

gelombang tinggi. Dalam kondisi bergelombang itu rakyat Miangas tak berdaya. Tak ada kapal yang berani masuk ke pulau itu. Sedangkan tiga kapal perintis yang disubsidi pemerintah untuk melayari pulau-pulau di kawasan perbatasan enggan masuk. Dengan luas sekitar 3,15 km persegi dan ketinggian sebagian besar wilayahnya cuma sekitar 1 meter itu ada kecenderungan Pulau Miangas untk tenggelam. Seandainya Miangas tenggelam, patok perbatasan dengan Filipina tentu akan bergeser jauh ke dalam wilayah Indonesia. Sebab, berdasarkan hukum laut internasional, perbatasan sebuah negara diukur berdasarkan ketentuan zona ekonomi eksklusif, 200 mil dari garis pantai. Tentu persoalan serupa tak hanya dihadapi Indonesia. Sejumlah Negara lain pun yang memiliki pulau-pulau kecil di perbatasan akan menghadapi masalah yang sama. Bahkan negara-negara kepulauan kecil di kawasan Pasifik, yang totalnya dihuni jutaan penduduk, diramalkan semuanya akan tenggelam

A. Infranstruktur

Dalam empat tahun terakhir situasi Miangas dan Marore menunjukkan perubahan. Pemerintah Provinsi Sulut membangun sejumlah prasarana di kedua pulau perbatasan tersebut, antara lain gudang penyimpanan beras. Selama ini beras dipasok dari Manado dua bulan sekali sehingga warga tidak kelaparan.

Gudang Depot Logistik yang dibangun sejak pertengahan tahun 2006 ini didukung dengan pembuatan Dermaga untuk memudahkan pengangkutan Logistik dari Kapal ke gudang mungkin menelan biaya yang tidak kecil mengingat pengiriman material bangunan yang harus dikirim menggunakan Kapal Laut.Tepat berada di bibir pantai Indah Miangas dan bersebelahan dengan Pos TNI-AD Miangas, keberadaan Gudang Depot Logistik. Selain itu ada rencana untuk membangun Bandara yang masih dalam tahap pembebasan lahan masyarakat Miangas.

Untuk infranstruktur di bidang pendidikan, sekolah yang ada sampai tingkat menengah atas. Tetapi sejumlah bangunan SD di Miangas rusak berat. Apabila hujan turun mereka pun tidak bisa belajar. Demikian juga ruangan Balai Pertemuan Umum (BPU) yang dibangun pemerintah rusak parah.

Pulau Miangas juga memiliki Miangas Center (MC) yang mencoba untuk menggali potensi yang ada serta memberikan informasi tentang objek wisata , adat istiadat serta

(3)

kerajianan khas Miangas. Saat ini MC berada di dekat kantor kecamatan. Menurut camat Miangas, Sepno R. Lantaa, SH akan didirikan bangunan khusus untuk MC letaknya di dermaga untuk memudahkan bagi pendatang yang memerlukan informasi. Selain itu juga sudah terdapat kantor bea cukai, pos imigrasi, dan PLN. Namun satu hal yang memberatkan penduduk Miangas adalah tidak adanya SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di pulau mereka.

Pada tahun 2006 telah masuk sarana telekomunikasi berupa salura telepon yaitu dari PT. Telkom dan bekerjasama dengan telkomsel untuk mendukung sarana telekomunikasi di Pulau Minangas. (Eduward. 2015) Keadaan pulau miangas. http://dokumen.tips/documents/keaadaan-pulau-miangas.html

Kondisi keamanan

Kompleksitas masalah yang dihadapi di pulau-pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan wilayah perairan Filipina adalah masalah ancaman keamanan. Untuk meminimalisir ancaman tersebut Indonesia melakukan beberapa strategi pengembangan kawasan perbatasan maritim mencakup hal-hal di bawah ini:

1. Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan Perbatasan Laut.

2. Memberikan insentif dan disinsentif investasi serta menyusun aturan ketenagakerjaan khusus

3. Meningkatkan kerapatan jalur-jalur transportasi perintis serta pengembangan system telekomunikasi khusus

4. Merumuskan aturan bersama mengenai “border trade”, pelintas batas tradisional serta sistem bea cukai, imigrasi, karantina dan keamanan terpadu.

5. Peningkatan kapasitas personil TNI dan POLRI.

6. Penambahan jumlah armada kapal dan sistem navigasi laut.

7. Melakukan operasi perbatasan bersama dan tukar menukar informasi permasalahan perbatasan laut.

8. Penegasan batas antar negara dan peningkatan patroli laut. Mendirikan pusat-pusat pelatihan ketenagakerjaan dan sosialisasi pengelolaan kekayaan laut dan pelestarian lingkungan.

9. Sosialisasi teknologi tepat guna kelautan serta pengembangan pusat riset kelautan dan kepulauan.

10. Perluasan jangkauan siaran TV/radio nasional hingga perbatasan. 11. Memberikan subsidi kesehatan, pendidikan serta listrik/energi.

(4)

12. Mensosialisasikan potensi dan model-model pengelolaan sumberdaya kelautan dan kepulauan secara lestari.

13. Memadukan berbagai aspek teknis, ekologi, sosial budaya, politik hukum dan kelembagaan dalam pengelolaan pulau-pulau di perbatasan.

14. Memasyarakatkan aktivitas pelestarian dan perlindungan lingkungan (khususnya bakau dan terumbu karang)

15. Mensinkronkan antara aturan daerah, dan nasional mengenai pengelolaan laut dan pulau-pulau perbatasan secara lestari.

Pertahanan

Salah satu wilayah yang menjadi fokus dari Indonesia adalah wilayah Miangas. Wilayah ini menjadi fokus dikarenakan berbatasan langsung dengan Filipina. Wilayah perbatasan merupakan wilayah yang dianggap cukup rawan dan kemungkinan akan mengganggu kedaulatan dan keamanan Indonesia. Morgenthau memandang kepentingan nasional merupakan kemampuan minimum negara-negara untuk melindungi dan mempertahankan identitas fisik, politik, dan kultur dari gangguan negara lain. Pendapat Morgenthau ini selaras dengan kebijakan yang dikeluarkan Indonesia yang fokus untuk menjaga wilayah perbatasan sesuai dengan kata Morgenthau tentang “melindungi dan mempertahankan identitas fisik”. Melindungi dan mempertahankan identitas fisik merupakan kewajiban bagi negara berdaulat seperti Indonesia. Ada berbagai macam ancaman yang dapat terjadi di wilayah perbatasan antara lain terorisme, illegal fishing, people smuggling, dan perdagangan narkoba. Ancaman-ancaman ini menjadi perhatian dari Indonesia dan Filipina.

Selain itu, Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Yoedhi Swastanto menyatakan bahwa kerjasama militer yang dilaksanakan oleh pihak TNI dengan negara manapun dimaksudkan untuk melindungi dan mempertahankan kedaulatan NKRI, Yoedhi Swastanto juga menyatakan bahwa pihak Indonesia mengusulkan diadakannya kerjasama militer dengan pihak Filipina guna meningkatkan penjagaan keamanan di garis perbatasan Indonesia dan Filipina.

Kepentingan Indonesia untuk melindungi wilayah NKRI dan menunjukkan eksistensi dikawasan serta mengawasi perbatasan kedua negara disambut baik oleh

(5)

Pemerintah Filipina yang melihat wilayah perbatasan sebagai hal yang penting juga. Kesamaan kepentingan ini yang membuat Indonesia dan Filipina melakukan hubungan lebih intens terkait wilayah perbatasan. Hal ini sesuai dengan konsep hubungan bilateral yang menekankan bahwa kepentingan mendasari kesepakatan antar kedua negara untuk berinteraksi dalam suatu bidang tertentu dengan cara dan tujuan yang telah disepakati bersama. Maka dari itu Indonesia menjalin hubungan kerjasama dengan Filipina di bidang pertahanan khususnya di garis perbatasan kedua negara. Kerjasama militer Filipina Indonesia dikenal dengan sebutan The Philippines Indonesia Military Cooperation (Philindo MC), kerjasama ini diawali pada tahun 1975 dalam bentuk Border Crossing Agreement. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menhankam dan Pangab Nomor: SKEP/1055/IX/1975 tanggal 29 September 1975.

Pos penjagaan di perbatasan tersebar di beberapa tempat baik Indonesia maupun Philipina, gambarannya adalah sebagai berikut:

1. Indonesian Liaison Officer (ILO) merupakan pos TNI yang berada di lokasi wilayah Philipina Selatan seperti di Batugandung dan Davao yang diawaki oleh prajurit TNI berpangkat letnan kolonel sedangkan di Tibanban dan Bungau diawaki oleh prajurit TNI berpangkat bintara.

2. 2. Philippines Liaison Officer (PLO) merupakan pos AFP di wilayah Indonesia seperti di Manado yang diawaki oleh prajurit AFP berpangkat letnan kolonel sedangkan di Tarakan, Miangas dan Marore diawaki oleh prajurit AFP berpangkat bintara.

Kondisi Sosial-Budaya

Dengan jumlah penduduk kurang lebih 120 kepala keluarga, sebagian besar 95% memeluk agama Nasrani dan lainnya 5% memeluk agama Islam. Secara khusus, masyarakat setempat mengharapkan kunjungan pejabat daerah untuk mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat di daerah perbatasan. Dana alokasi pusat yang dikhususkan untuk daerah perbatasan kiranya menjadi pemicu untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Hal ini hendaknya diberlakukan juga dalam menunjang kehidupan sosial masyarakat Pulau

(6)

Miangas. Budaya di Miangas sama halnya dengan budaya Talaud dengan rumpun bahasa yang sama, walaupun terbagi dalam sub-etnis bahasa berbeda.

Mata pencaharian penduduk yang terbesar di desa Miangas yaitu pengrajin tikar kurang lebih berkisar 105 orang (29,75%), diikuti oleh buruh tani dan nelayan sebanyak 60 orang (16,99%) kemudian petani 46 orang (13,03%), pegawai 31 orang (8,87%) dan tukan kayu dan tukang jahit masing-masing 5 dan 1 orang. Mata pencaharian pokok urutan kedua adalah perikanan yang merupakan mata pencaharian penting.

Kegiatan perikanan tidak hanya dilaut juga di pantai dan di sungai. Kegiatan perikanan di kabupaten Talaud ini antara lain menghasilkan kepiting, kerang, dan ikan. Cara-cara yang digunakan masih sangat tradisional dengan alat sederhana. Pemerintah, Gereja, dan adat istiadat merupakan tiga tatanan kekuasaan yang ada dalam masyarakat Nanusa dan menjadi pola hubungan Tripartit. Meskipun batas kekuasaan dan kewenangan diantara ketiganya berbeda-beda, tetapi dalam mengemban misi pembangunan ketiganya saling mendukung. Budaya musyawarah dan gotong royong yang didukung oleh tripartit terlihat masih melekat, peranan adat yang besar dalam menata struktuk kemasyarakatan dan ketaatan masyarakat yang tinggi terhadap agama merupakan modal dalam introduksi pembangunan. Karakter budaya masyarakat kabupaten kepulauan Talaud merupakan cerminan dari kondisi geografis dan kulturnya. Penduduk umumnya memakai bahasa Sanger dalam berdialog sehari-hari. Sekalipun begitu, mereka juga mengerti bahasa Tagalog, yang menjadi bahasa nasional Filipina. Penduduk setempat memahami hidupnya berdasarkan kesadaran bahwa setiap pulau yang mereka tempati terintegrasi dengan pulau-pulau kecil dengan karakter sosial berbeda. Dengan kondisi ekonomi buruk, miskin, fasilitas kesehatan kurang menunjang, dan sarana pendidikan serba pas-pasan, mana mungkin warga Miangas dapat menjadi penjaga perbatasan andal dan gagah berani. Sudah saatnya Miangas ditata sebagai beranda depan Indonesia di bagian utara.

Aktivitas Ekonomi

Belajar dari kasus Sipadan dan Ligitan, Indonesia harus memastikan bahwa pulau-pulau yang diklaim sebagai milik Indonesia tidak hanya berpenghuni tetapi juga pulau-pulau atau daerah-daerah terpencil itu harus memiliki nilai ekonomis. Dari pernyataan tersebut, maka ada

(7)

banyak hal yang harus diperhatikan Indonesia, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat setempat yang berada diwilayah perbatasan. Saat ini pemerintah telah gagal memenuhi kebutuhan pokok masyarakat sekitar perbatasan, kegagalan ini mengakibatkan banyak diantara mereka yang terpaksa harus melakukan kegiatan ekonomi dengan memanfaatkan kelemahan pengawasan perbatasan dengan melakukan penyelundupan barang-barang kebutuhan. Indonesia dan Filipina telah memiliki sejarah perdagangan lintas batas sejak berabad-abad yang lalu, proses perdagangan dikawasan Sangihe Talaud (Satal) ini mulai mendapat tempat yang baik dari pemerintah kedua belah pihak. Keduanya telah membuat perjanjian perbatasan yang dikenal dengan nama Border Crossing Area (BCA), dalam perjanjian tersebut telah disepakati bahwa batas minimal nilai barang yang bisa diperdagangkan secara bebas dikawasan itu adalah sebesar US$ 250 dengan jenis barang berupa keperluan rumah tangga, disebutkan pula dalam perjanjian tersebut bahwa barang-barang yang diperdagangkan dilarang keluar dari perbatasan yang telah disepakati oleh kedua negara. Jalur- jalur yang dilalui untuk beradagang yakni untuk Indonesia telah disepakati bahwa batas terjauh adalah pulau Bukide termasuk pulau Nusa, Tinakaren, Kawaluso, dan sejumlah pulau yang berangkai dari Marore dan Miangas hingga kepulauan Bukide. Sedangkan untuk wilayah Mindanao meliputi pulau Balut dan Sanggarani.

Secara singkat dapat disimpulkan bahawa kondisi perekonomian warga Miangas sebagian besar sangat memprihatinkan, sama halnya dengan penduduk yang menempati pulau-pulau terpencil di dekat perbatasan. Sebagai sedikit gambaran, masyarakat Miangas dalam setahun rata-rata hanya bisa makan beras selama delapan bulan sisa empat bulannya mereka mengkonsumsi galuga yaitu umbian keras dicampur dengan kelapa untuk air minum didapatkan dari air tadah hujan dan dari air kelapa. Orientasi kegiatan ekonomi perdagangan yang dilakukan masyarakat Miangas lebih banyak bergantung pada Filipina, dan pada umumnya masyarakat Miangas menggunakan dua mata uang untuk bertransaksi dalam perdagangan yakni mata uang peso dan rupiah. Banyak sebagian warga masyarakat yang bermigrasi ke Filipina Selatan atau tepatnya di pulau Saranggani kota General santos, Davao. Karena kegiatan perekonomian warga Miangas lebih dominan berinteraksi dengan warga Filipina maka sebagian besar masyarakat juga menggunakan mata uang peso sebagai alat tukar kegiatan ekonominya.

(8)

Kompleksitas masalah yang dihadapi di pulau-pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan wilayah perairan Filipina adalah masalah ancaman keamanan. Secara umum wilayah perbatasan laut atau perairan Indonesia dengan Filipina dihadapi dengan ancaman keamanan teritorial oleh gerakan separatisme, penyelundupan, perompakan, llegal Fishing dan berbagai tindakan kriminal lainnya.Ancaman keamanan kerap terjadi di wilayah perbatasan laut antara Indonesia dan Filipina diantaranya yaitu :

1. Kelompok Pendatang.

Menurut sensus Filipina padatahun 2000, terdapat 43.871 WNI di Filipina yang merupakan kelompokpendatang dari negara asing terbesar di Filipina. Beberapa WNI datang keMindanao pada awal 1970, menetap dan menikah dengan wanita lokal. Tetapipada awal 1980 status WNI mulai menjadi ilegal, mereka diantaranya adalahnelayan dan pedagang kecilkecilan. Para pendatang ini tetap mempertahankanidentitas mereka, sehingga pemerintah Filipina pada awal 1999 mencobamembantu menyelesaikan masalah ini. Pada tahun berikutnya atau pada tahun2000, WNI yang ada di Mindanao Selatan terhitung berjumlah 7.200 orangtinggal atau menetap sebagai WNI ilegal. Dimana ditemukan hasil beberapaingin melakukan naturalisasi menjadi warga negara Filipina tetapi terdapat 30% -35% yang berharap dapat dipulangkan ke Indonesia atau menjadi WNI yanglegal.46 Pada tahun 2004 jumlah WNI yang berasal dari Sangir danTalaud yang ada di Mindanao Selatan ini berkisar 7.946 orang.

Para WNI ini tersebar wilayah pantai danpulau, tetapi dari jumlah tersebut tidak seluruhnya masih asli Sangir danTalaud, sebagian adalah keturunan campuran sebagai hasil perkawinan denganwarga negara Filipina, baik laki-laki maupun perempuan. Keberadaanmasyarakat Indonesia asal Sangir dan Talaud di Mindanao, Filipina Selatan telah berlangsung lama sebelum Perang Dunia II sehingga diperkirakan saatini sudah generasi ketiga. Dari total jumlah masyarakat Indonesia yang berdarah Sangir dan Talaud, menurut tempat kelahiran didapatkan data bahwa897 orang lahir di Indonesia, sedangkan yang 7.049 lahir di Filipina.47 Kegiatan lintas batas di wilayah Border Crossing Area (BCA) pada Border Crossing Station (BCS)-RI Tibanban ke Miangas maupun sebaliknya masih sangat kecil, namun disinyalir banyak penyeberangan yang dibantu oleh oknum tertentu tanpa menggunakan dokumen. Penghubung WNI sangat diperlukan oleh petugas BCS RI karena

(9)

berfungsi sebagai jembatan antara petugas BCS RI dengan sebaran masyarakat keturunan WNI yang berada di wilayahnya. Selain itu, dari penghubung WNI ini juga dapat diketahui secara detail situasi, kondisi sebaran WNI dan kerawanan lainnya termasuk kelompok garis keras di wilayah Governor Generoso dan sekitarnya. Isu mengenai ribuan warga Sulawesi Utara (Sulut) yang tinggal secara ilegal di wilayah Filipina Selatan kembali mengemukan pada Tahun 2014. Status kewarganegaraan mereka tidak jelas.

Selama ini warga yang status kewarga negaraan belum jelas itu bekerja sebagai buruh, tani, dan nelayan. Pemerintah Filipinatidak akan bertindak semena-mena melakukan deportasi, sebab ada kesepakatan warga yang status kewarganegaraan belum jelas diberikan kesempatan untuk menentukan sikap memilih menjadi warga negara Indonesia atau Filipina. Diharapkan pada 2015 setelah tahap sosialisasi selesai, sudah ada kejelasan tentang status kewarganeraan 5.300 warga tersebut.

2. Pelintas Batas

Pos lintas batas Indonesia berlokasi di Miangas (untuk kepulauan Talaud), Marore (untuk kepulauan Sangihe) dan Tarakan (untuk kepulauan Nunukan), sementara pos lintas batas Filipina berlokasi di Batuganding pulau Balut merupakan reciprocal Marore, Bungao merupakan reciprocal Tarakan dan Tibanban merupakan reciprocal Miangas. Hal ini sesuai dengan kesepakatan Border Crossing Agreement, kedua negara mendirikan reciprocal building dimana Indonesia memiliki 3 (tiga) pos perbatasan di Filipina, yaitu di Bongao, Tawi-Tawi; Batu Ganding, Pulau Balut dan Tibanban. Sedangkan Filipina memiliki 3 (tiga) pos perbatasan di Indonesia, yaitu di Tarakan, Marore dan Miangas. Mobilitas penduduk di perbatasan Indonesia dan Filipina sudah berlangsung sejak lama, berbagai faktor yang menyebabkan mereka melakukan lintas batas seperti faktor berikut ini:

a. Faktor Kekerabatan.

Alasan menjenguk keluarga yang tinggal/menetap di wilayah Philipina Selatan (Balut, Sarangani, General Santos sampai Davao) banyak diungkapkan oleh WNI yang tinggal di sekitar Miangas. Meskipun secara admnistratif ada batas negara, umumnya penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan mempunyai hubungan kekerabatan seperti penduduk Sangir yang mendiami perbatasan Indonesia – Filipina di kepulauan Sangihe Talaud mempunyai ikatan kekerabatan dengan penduduk di wilayah Filipina Selatan.

(10)

Jarak yang relatif dekat dari Miangas ke General Santos dibandingkan harus ke Tahuna dan Manado adalah salah satu penyebab warga perbatasan melakukan lintas batas. Selain jarak berbagai kemudahan juga bisa di dapatkan di kota General Santos seperti rumah sakit, pusar perbelanjaan serta harga yang relatif lebih murah.

c. Faktor Ekonomi.

Warga dari Miangas dan pulau terdekat lainnya seperti Marore membawa ikan atau sirip ikan hiu untuk dijual ke General Santos maupun ditampung oleh para pemodal dari Philipina. Saat kembali dari Filipina mereka (pelintas batas dari Indonesia) membawa minuman ringan atau alat-alat elektronik untuk dijual kembali di wilayah Marore dan sekitarnya.

3. Ancaman Teroris

Di daerah Balut Saranggani terdapat kelompok bersenjata, yaitu Moro National Liberal Front (MNLF) dan Moro Islamic Liberal Front (MILF). MNLF berdiam di daerah pegunungan di dusun Kawayan dan Kepinggan Barangbay yang berjumlah sekitar 100 orang, sementara MILF berbasis di wilayah Barangay Balibo dengan jumlah personil sekitar 500 orang. Informasi dari Polda Sulawesi Utara pada masa kerusuhan di Maluku dan juga rangkaian aksi bom di Bali dan Jakarta, diketahui sejumlah orang yang diduga teroris kerap melintas di Filipina Selatan dari Balut, Sarangani, General Santos, dan transit di sekitar Talaud seperti di Pulau Miangas maupun Marore sebelum melanjutkan perjalanan ke Maluku Utara dan Maluku. Jarak itu membentang sekitar 550 kilometer atau setara Jakarta-Semarang di Pulau Jawa.Ada sejumlah orang yang dicurigai yang kemudian menghilang dari Sangihe dan Talaud pascarangkaian aksi teroris di Jawa dan Bali.

Aktifnya kegiatan lintas batas yang melalui Batuganding membuat Pemerintah Filipina melakukan penambahan berkas kelengkapan yang harus disiapkan oleh para pelintas batas dengan diadakannya security clearance. Hal ini dilakukan karena kekhawatiran adanya penyimpangan atau pemanfaatan kemudahan melintas bagi orang-orang yang memiliki kepentingan family visit.

a) Illegal Fishing,

Besarnya potensi sumber daya perikanan yang dimiliki oleh Indonesia khususnya disekitar wilayah perairan Sulawesi memicu terjadinya tindakan kriminal seperti penyusupan

(11)

nelayan asing yang disertai dengan tindakan illegal fishing, kegiatan ini semakin hari semakin semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dan dibuktikan dari jumlah nelayan yang telah berhasil ditangkap oleh aparat keamanan Angkatan Laut Republik Indonesia.Penyusupan nelayan-nelayan asing juga terjadi di sekitar perbatasan laut IndonesiaFilipina yang berada dikawasan perairan yang berbatasan dengan pulau Ambon dan sekitarnya.

b) Penyelundupan Barang - Barang Ilegal

Kawasan perairan Indonesia-Filipina diketahuni telah terjadi maraknya kegiatan penyelundupan, mulai dari penyelundupan barang-barang elektronik hingga penyelundupan senjata api secara ilegal.Luputnya kontrol dan keterbatasan sarana yang dimiliki oleh Angkatan Laut Republik Indonesia mengakibatkan jalur perairan ini digunakan sebagai jalur untuk menyelundupkan senjata api bagi kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan tertentu. Dikawasan perbatasan Sangihe Talaud-Sulawesi Utara, aksi penyelundupan senjata api dilakukan dengan cara menggunakan beberapa pulau untuk basis kegiatannya. Adanya gerakan separatisme yang terjadi di wilayah Mindanao-Filipina Selatan juga turut mempengaruhi kondisi perbatasan kedua negara. Dengan adanya gerakan Separatis di Filipina Selatan, kawasan perbatasan di perairan kedua negara dijadikan jalur penyelundupan senjata api dan aktivitas lalu 13 lintas para teroris internasional yang datang dari kamp-kamp pelatihan gerakan separatis disana.

c) Imigran Gelap

Imigran gelap juga menjadi bagian dari kegiatan kriminal yang yang terjadi di wilayah perairan perbatasan Indonesia-Filipina. Kegiatan ini terjadi juga disebabkan keterbatasan sarana dan prasarana dari aparat keamanan, selain itu minimnya SDM dan kondisi penduduk yang miskin dan terbelakang dalam berbagai bidang menjadi faktor penyebab terjadinya kegiatan-kegiatan kriminal seperti ini. Pada tahun 2001 aparat keamanan telah berhasil menangkap imigran gelap berasal dari Filipina yang masuk ke hutan-hutan Kalimantan Timur untuk bekerja dalam kegaitan illegal logging, mereka masuk ke wilayah Indonesia dengan berpura-pura sebagai nelayan melalui laut Sulawesi untuk kemudian merapat ke wilayah Kalimantan Timur. Sedangkan pada tahun sebelumnya telah dilaporkan adanya 47 nelayan asal Filipina yang

(12)

terdampar di sebuah pulau di wilayah Berau, namun pada kenyataanya mereka merupakan imigran gelap yang seorang diantaranya ketahuan membawa senjata api jenis M-16. Sebaliknya, warga negara Indonesia juga melakukan migrasi ilegal ke Filipina dengan tujuan negatif yaitu untuk mengikuti pelatihan militer dengan kelompok separatis di Filipina Selatan.

Flora dan Fauna

Filipina, seperti halnya dengan Indonesia memiliki banyak sekali jenis tumbuhan dan binatang liar. Pohon banyan dan palma tumbuh di hutan-hutan rimba yang dilindungi dengan baik. Di sini juga terdapat phon bambu serta sekitar 90.000 jenis tanaman tropis berbunga yang tumbuh di seluruh kepulauan ini. Sementara itu, pohon kelapa merupakan kekayaan pantai-pantai Filipina, terutama di wilaah Selatan. Karena itu salah satu komoditi ekspor yang cukup penting bagi Filipina Selatan adalah Kopra. Binatang liar utama yang ditemukan di kepulauan Filipina adalah berbagai jenis ular dan kera, serta jenis-jenis binatang menyusui yang lebih kecil. Filipina juga memiliki berbagai jenis burung, sementara hewan piaraan yang utama di negeri itu adalah kerbau. Seperti di Indonesia, kerbau-kerbau itu digunakan tenaganya untuk membajak sawah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009.REALITAS KONDISI PERBATASAN WILAYAH LAUT ANTARA INDONESIA-FILIPINA DAN ISU PULAU MIANGAS. Tersedia di : http://library.upnvj.ac.id/pdf/s1hi09/203613022/bab2.pdf [Diakses pada 7 Mei 2016] Syahbuddin Mangandaralam. 1988. Mengenal Dari Dekat Filipina Tanah Air Patriot Pujangga

Referensi

Dokumen terkait

Figure 5 shows the calculated critical rotational speeds for all combinations of number and length of the slots, as well as temperature differences between the rim and centre of

televisi, radio, telemarketing , dan online marketing. c) Diketahui bahwa program promosi yang dilakukan oleh pengelola objek wisata Taman Pancing Alam Mayang

Pertama, melakukan tindakan yang telah direncanakan oleh peneliti dan telah disepakati bersama kolaborator terdiri atas; (1) kegiatan awal yaitu kegiatan yang

Pada pertemuan kedua siklus II, aktivitas siswa dikategorikan amat baik karena siswa sudah terbiasa menggunakan model pembelajaran yang diberikan guru, sehingga siswa

Dalam hal ini perusahaan harus dapat menarik hati para konsumen karena perusahaan adalah penyedia produk berarti dituntut untuk memiliki strategi yang pas agar para

HARMANTO L MURDHANI AGUSTINA NICKE K LIAS SERIWATI SITEPU JULIANA KAKIAY NATALIA CRISTINA RIUPASSA ANIS SUSANTI RAHMADANI IMAN IRIANTO CHANIFAH RAYONO MDL, DRS.. H.DJONI

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sebuah LKS pada pembelajaran berbasis masalah tema bermain dengan benda-benda di sekitar di SD Negeri