Analisa Penentuan Alat Bongkar Muat Kapal dan Unitisasi Muatan
untuk Meningkatkan Kinerja Operasional Kapal : Studi Kasus
Cement Bag
* Chandra Kurniawan, ** Ir. Setijoprajudo, M.SE.
* Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan ** Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
Transportasi Laut – Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, 60111
ABSTRACT
The increasing national demand for cement caused the national cement industry to make various efforts to meet them. Fulfillment in quantity will not run properly without offset by an increase in the quality of the distribution system. The main highlights are the loading and unloading system for cement bags that run less efficiently, thereby reducing the operational performance of ships.
By using the tool loading and unloading of ships and cargo unitization is selected, can improve the operational performance of the ship. Improved these ships operational performance has an impact on the increasing number of distributed loads and to reduce distribution costs.
Keywords: Cement Bag, Ship Loading Unloading Equipment, Load Unitization, Ship
Operational Performance
ABSTRAK
Semakin bertambahnya permintaan semen nasional mengakibatkan industri semen nasional melakukan berbagai upaya untuk dapat memenuhinya. Pemenuhan secara kuantitas tidak akan berjalan dengan baik tanpa diimbangi dengan peningkatan kualitas sistem distribusi. Sorotan utama terdapat pada sistem bongkar muat untuk cement bag yang berjalan kurang efisien sehingga mengurangi kinerja operasional kapal.
Dengan menggunakan alat bongkar muat kapal dan unitisasi muatan yang terpilih, dapat meningkatkan kinerja operasional kapal. Peningkatan kinerja operasional kapal ini berdampak pada meningkatnya jumlah muatan yang terdistribusi dan mengurangi biaya distribusi.
Kata kunci: Cement Bag, Alat Bongkar Muat Kapal,Unitisasi Muatan, Kinerja Operasional
Kapal
1. PENDAHULUAN
Saat ini, pendistribusian semen dibagi menjadi 2 (dua) jenis. Pertama secara curah yang dilayani oleh kapal jenis bulk carrier. Kedua secara pack dalam bentuk cement bag yang dilayani oleh kapal jenis general cargo. Dalam penerapan proses bongkar muat semen yang dilakukan di pelabuhan industri semen, terdapat perbedaan waktu yang sangat jauh antara proses bongkar muat curah dan
proses bongkar muat cement bag. Menurut data yang di dapat dari perusahaan, waktu bongkar muat
curah sekitar 15 jam untuk kapasitas 6.000 ton sedangkan waktu bongkar muat cement bag bisa mencapai 3 hari untuk kapasitas 2.500 ton, bahkan bisa lebih dari itu bilamana kondisi cuaca yang tidak mendukung (misalnya hujan). Hal ini terjadi karena perbedaan penanganan muatan.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut, maka tugas akhir ini akan melakukan analisa terhadap penerapan sistem bongkar muat yang dapat mengatasi masalah tersebut. Sistem bongkar muat yang dimaksud adalah cara penyatuan (unitisasi) muatan dan alat bongkar muatnya. Diharapkan sistem bongkar muat tersebut lebih baik ditinjau dari segi teknis dan ekonomis untuk mengatasi kekurangan yang ada pada sistem bongkar muat cement bag yang ada saat ini. Sehingga dapat meningkatkan kapasitas distribusi semen secara nasional dan meningkatkan kinerja operasional kapal di pelabuhan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Transportasi
Transportasi merupakan salah satu esensi penting dalam proses pembangunan suatu negara. Bisa dikatakan tanpa transportasi yang memadai, pembangunan di segala bidang akan terhambat. Untuk itu diperlukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pengelolaan transportasi secara sistematis.
Gambar Bagan Alir Transportasi
Dari bagan diatas tampak bahwa di dalam transportasi tersangkut 5 (lima) unsur pokok yakni : manusia yang membutuhkan, barang yang dibutuhkan, kendaraan sebagai sarana angkut, jalur sebagai prasarana angkutan dan organisasi yaitu pengelola angkutan. Kelima unsur ini masing-masing memiliki ciri-ciri yang perlu dipertimbangkan dalam menelaah masalah transportasi. Pada dasarnya, dalam mengadakan dan melangsungkan transportasi harus ada jaminan bahwa penumpang dan/atau barang yang diangkut akan sampai ditempat tujuan dalam keadaan baik seperti keadaannya pada saat awal diangkut. Jaminan ini tidak mungkin dapat terpenuhi tanpa diketahui lebih dahulu ciri penumpang dan barang serta kondisi dan konstruksi sarana, prasarana dan pelaksanaan transportasi.
2.2 Biaya Transportasi
Karena jalur distribusi yang digunakan ialah melalui laut maka harus terdapat definisi yang jelas mengenai biaya transportasi laut. Pada pelayaran tidak terdapat standart cost classification yang dapat diterima secara internasional, sehingga digunakan pendekatan untuk mengklasifikasikannya, biaya ini dibagi menjadi 4 kategori :
1. Biaya modal (capital cost)
Capital cost adalah harga kapal pada saat dibeli atau dibangun. Biaya modal disertakan dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga pinjaman dan pengembalian modal tergantung bagaimana pengadaan kapal tersebut. Pengembalian nilai kapital ini direfleksikan sebagai pembayaran tahunan.
2. Biaya operasional (operational cost)
Operational cost adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan untuk aspek-aspek operasional sehari-hari kapal untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap berlayar. Yang termasuk biaya operasional adalah biaya ABK, perawatan dan perbaikan, stores, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi. Sumber
daya Konsumen
Lokasi Produksi Pasar
C = M + ST + MN + I + AD Dimana:
OC = Operating Cost
M = Manning
ST = Stores
MN = Maintenence and repair
I = Insurance
AD = Administrasi
a. Manning cost
Manning cost yaitu biaya untuk anak buah kapal atau disebut juga crew cost
adalah biaya-biaya langsung maupun tidak langsung untuk anak buah kapal termasuk didalamnya adalah gaji pokok dan tunjangan, asuransi sosial, uang
pensiun. Besarnya crew cost ditentukan oleh jumlah dan struktur pembagian
kerja, dalam hal ini tergantung pada ukuran-ukuran teknis kapal. Struktur
kerja pada sebuah kapal umumnya dibagi menjadi 3 departemen, yaitu deck
departement, engine departement dan catering departement.
b. Store cost
Disebut juga biaya perbekalan atau persediaan dan dikategorikan menjadi 2 macam, yaitu untuk keperluan kapal (cadangan perlengkapan kapal dan peralatan kapal) dan keperluan crew (bahan makanan).
c. Maintenance and repair cost
Merupakan biaya perawatan dan perbaikan mencakup semua kebutuhan untuk mempertahankan kondisi kapal sesuai standar kebijakan perusahaan maupun persyaratan badan klasifikasi, biaya ini dibagi menjadi 3 kategori : d. Insurance cost
Merupakan biaya asuransi yaitu komponen pembiayaan yang dikeluarkan sehubungan dengan resiko pelayaran yang dilimpahkan kepada perusahaan asuransi. Komponen pembiayaan ini berbentuk pembayaran premi asuransi kapal yang besarnya tergantung pertanggungan dan umur kapal. Hal ini menyangkut sampai sejauh mana resiko yang dibebankan melalui klaim pada perusahaan asuransi. Makin tinggi resiko yang dibebankan, makin tinggi pula premi asuransinya. Umur kapal juga mempengaruhi rate premi asuransi yaitu rate yang lebih tinggi akan dikenakan pada kapal yang lebih tua umurnya. Ada dua jenis asuransi yang dipakai perusahaan pelayaran terhadap kapalnya, yaitu :
e. Administrasi
Biaya administrasi diantaranya adalah biaya pengurusan surat-surat kapal, biaya sertifikat dan pengurusannya, biaya pengurusan ijin kepelabuhan maupun fungsi administratif lainnya, biaya ini disebut juga biaya overhead
yang besarnya tergantung dari besar kecilnya perusahaan dan jumlah armada yang dimiliki.
3. Biaya pelayaran (voyage cost)
Biaya pelayaran (voyage cost) adalah biaya-biaya variabel yang dikeluarkan
kapal untuk kebutuhan selama pelayaran. Komponen-komponen biaya pelayaran adalah bahan bakar untuk mesin induk dan mesin bantu, ongkos-ongkos pelabuhan, pemanduan dan tunda.
Dimana :
VC = Voyage Cost
BB = Biaya Bahan Bakar
BP = Biaya Pelabuhan
a. Biaya Bahan Bakar
Konsumsi bahan bakar kapal tergantung dari beberapa variabel seperti ukuran, bentuk dan kondisi lambung, pelayaran bermuatan atau ballast, kecepatan, cuaca (gelombang, arus laut, angin), jenis dan kapasitas mesin induk dan motor bantu, jenis dan kualitas bahan bakar. Biaya bahan bakar tergantung pada konsumsi harian bahan bakar selama berlayar dilaut dan dipelabuhan dan harga bahan bakar. Jenis bahan bakar yang dipakai ada 3 macam : HSD, MDO dan HFO.
b. Biaya Pelabuhan
Pada saat kapal dipelabuhan biaya-biaya yang dikeluarkan meliputi port dues
dan service charges. Biaya Pelabuhan adalah biaya yang dikena-kan atas penggunaan fasilitas pelabuhan seperti dermaga, tambatan, kolam pelabuhan dan infrastruktur lainnya yang besarnya tergantung volume cargo, berat cargo, GRT kapal dan NRT kapal. Service charge meliputi jasa yang dipakai kapal selama dipelabuhan termasuk pandu dan tunda.
4. Biaya bongkar muat (cargo handling cost)
Dengan mengetahui sistem kedatangan maka akan mudah merencanakan
sistem antrian yang digunakan. Biaya bongkar muat (Cargo handling cost) mempengaruhi juga biaya pelayaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran. Kegiatan yang dilakukan dalam bongkar muat terdiri dari stevedoring, cargodoring, receiving/delivery. Kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan bongkar muat ( PBM) yang mempekerjakan tenaga kerja bongkar muat ( TKBM).
2.3 Model Transportasi
Secara kusus model transportasi berkaitan dengan masalah pendistribusian barang-barang dari pusat-pusat pengiriman atau sumber ke pusat-pusat penerimaan atau tujuan. Persoalan yang ingin dipecahkan oleh model transportasi adalah penentuan distribusi barang yang akan meminimumkan biaya total distribusi.
GambarMasalah dasar yang hendak dipecahkan model transportasi
S1 S2 Sm T1 T2 Tn
?
Min ∑∑bijDimana :
Si : Sumber-sumber dari mana barang akan diangkut, untuk i; 1,2,…,m
Tj : Tujuan-tujuan hendak kemana barang akan diangkut, untuk j;1,2,…,n
Bij : Biaya distribusi dari Si ke Tj
Alogaritma transportasi mengenal 4 (empat) macam motode untuk menyusun tabel awal, yaitu :
1. Metode Biaya Terkecil atau Least Cost Method
2. Metode Sudut Barat Laut atau North West Corner Method
3. RAM atau Russell’s Approximation Method
4. VAM atau Vogell’s Approximation Method
Praktik bisnis dalam dunia nyata seringkali menghadapi masalah rumit yang tidak terduga sebelumnya dan memerlukan pemecahan dengan segera. Microsoft Excel dilengkapi dengan perangkat atau piranti canggih tingkat lanjut untuk memecahkan kasus-kasus rumit yang dinamakan Solver. Solver merupakan salah satu perangkat tambahan (add-in) yang digunakan untuk memecahkan kasus yang rumit yang terdapat dalam program aplikasi Microsoft Excel. Perangkat atau piranti Solver memungkinkan menghitung nilai yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang terdapat pada suatu sel atau sederetan sel (range).
3. METODOLOGI
Gambar Diagram Batas Perencanaan Pergerakan Muatan
Gambar Diagram Alur Berpikir 1 (Perencanaan Pengerjaan Secara Umum)
Pabrik Produksi
Pelabuhan (Muat dan Bongkar)
Gudang Penyangga
4. GAMBARAN UMUM
Proses bongkar muat cement bag dilakukan dengan bantuan TKBM untuk memindahkan mualan
dari truk ke jala dan dari jala ke palka. Untuk memindahkan jala dari truk ke palka, digunakan alat bongkar muat dari kapal. Alat bongkar muat itu umumnya adalah derrick.
Berikut adalah penjelasan gambar mengenai proses muat cement bag di pelabuhan :
Gambar Proses Memindahkan Cement Bag dari Truk ke Jala
Gambar Proses Pengangkutan dari Truk ke Palka
Gambar Proses Memindahkan Cement Bag dari Jala ke Palka
Untuk proses bongkar dipelabuhan tujuan merupakan proses sebaliknya dari proses muat di pelabuhan asal.
Perhitungan waktu dilakukan dengan pencatatan manual langsung ditempat proses bongkar muat
cement bag. Maksudnya dilakukan dengan bantuan mesin penghitung waktu (stopwatch). Pengukuran waktu dilakukan berulang-ulang, kemudian dibandingkan untuk mendapatkan catatan waktu yang paling optimum. Total waktu untuk muat atau bongkar tiap kapasitas 2 ton menggunakan alat bongkar muat dan unitisasi muatan yang ada saat ini adalah sama yaitu 7,5 menit.
5. ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Perhitungan
Alat Unitisasi yang direncanakan Berat (Kg)
Jala - Unit Jala 15 Pallet 25 Wire Net 22,75 Sling Net 16,25 Container -
Rumusan perhitungan biaya per sak ialah sebagai berikut :
Biaya Distribusi per Sak =Total Biaya Distribusi per Tahun Total Jumlah Sak per Tahun
Skenario Unit Jala Pallet Biaya Distribusi per Sak Wire Net Sling Net Kontainer
Skenario 1 Pelsus Tuban - Pel. Tj. Priok Rp 16.980 Rp 15.558 Rp 15.542 Rp 15.137 Rp 21.390 Skenario 2 Pelsus Tuban - Pelsus. Biringkasi Rp 15.348 Rp 14.230 Rp 14.218 Rp 13.886 Rp 21.390 Skenario 3 Pelsus Tuban - Pel. Banjarmasin Rp 17.993 Rp 16.505 Rp 16.489 Rp 16.061 Rp 21.390 5.2 Desain Konseptual
Perencanaan ini membahas mengenai rencana model dari alat unitisasi yang dipilih, yaitu sling net. Pada prinsipnya, model yang dibuat ini serupa dengan alat unitisasi jala.
Desain Konseptual Sling Net
Berikut adalah data mengenai dimensi dari 2 (dua) tipe cement bag :
Ukuran Utama OPC (50 Kg) Tipe Semen PPC (40 Kg)
Panjang 78,0 cm 68,0 cm
Lebar 41,2 cm 41,2 cm
Gambar Rencana Penumpukan Cement Bag Tipe OPC Kapasitas 2 Ton
Gambar Rencana Penumpukan Cement Bag Tipe PPC Kapasitas 2 Ton
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Alat bongkar muat kapal yang sesuai dengan unitisasi muatan yang terpilih adalah
Derrick Boom.
2. Unitisasi muatan yang terpilih untuk meningkatkan kinerja operasional kapal sehingga
mampu meningkatkan kapasitas distribusi dan mengurangi biaya distribusi adalan Sling
Net.
3. Berikut disampaikan mengenai peningkatan kinerja operasional kapal dengan
menggunakan unitisasi muatan yang telah ditentukan untuk menggantikan unitisasi yang ada saat ini.
Pebandingan Waktu Port Time dan Jumlah Trip per Tahun
4. Adapun perbandingan jumlah muatan dan biaya distribusi per tahun dari unitisasi muatan yang saat ini digunakan yaitu Jala dengan unitisasi muatan yang dipilih yaitu
Sling Net yang telah disesuaikan penggunaan armadanya.
Pebandingan Jumlah Muatan dan Biaya Distribusi per Tahun
5. Sebagai tindak lanjut agar jumlah muatan yang didistribusikan tidak lebih besar dari batasan permintaan yang telah ditentukan di setiap wilayah karena adanya peningkatan kinerja operasional kapal, maka solusinya ialah penentuan armada. Berikut adalah armada yang digunakan dari skenario yang direncanakan :
Skenario 1, 2 dan 3
− KM. KAMANDALU
− KM. KARISMA
− KM. KENCANA
− KM. KINTAMANI
6.2 Saran
a. Diharapkan hasil studi ini menjadi pertimbangan dalam upaya untuk menekan harga
cement bag dari sisi biaya distribusi.
b. Penerapan alat bongkar muat dan unitisasi muatan terpilih tidak hanya untuk muatan
cement bag, tetapi juga dapat digunakan untuk jenis kemasan sejenis. Seperti, tepung dan beras yang dikemas dalam karung.
7. DAFTAR PUSTAKA
Adjie, P. D. (2008). Perlengkapan Kapal Peralatan Bongkar Muat. Surabaya: Hang Tuah
University Press.
Aminudin. (2005). Prinsip-prinsip Riset Operasi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Arifin, J. (2010). Mengungkap Kedahsyatan Pivotable dan Solver Microsoft Excel. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Kosasih, E. (2007). Manajemen Keuangan dan Akuntansi Perusahaan Pelayaran. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Kramadibrata, S. (2002). Perencanaan Pelabuhan. Bandung: Penerbit ITB.
Salim, A. (1993). Manajemen Transportasi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Siswanto. (2007). Operations Research Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Suyono, C. R. (2007). Shipping : Pengangkutan Intermoda Ekspor Impor Melalui Laut. Jakarta: PPM.
Tamin, O. Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi Edisi Kedua. Bandung: Penerbit
ITB.
Warpani, S. (1990). Merencanakan Sistem Perangkutan. Bandung: Penerbit ITB.