• Tidak ada hasil yang ditemukan

ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI Juni 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil (Yoh. 3 : 30) EDISI Juni 2014"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30) EDISI Juni 2014

Saudara-saudari seiman yang dikasihi Kristus,

Selamat bertemu kembali di awal musim dingin ini. Hari pertama winter tahun ini sungguh ditandai dengan kekhasan musim dingin, yaitu cuaca mendung disertai hujan sepanjang hari. Semoga semua kita tetap aktif menjalankan kegiatan sehari-hari dan tetap bugar menghadapi cuaca Melbourne yang bertambah dingin.

Dua perayaan penting dalam Gereja Katolik sesudah Hari Raya Paskah adalah Hari Raya Kenaikan Yesus (Ascension) dan Hari Raya Pentakosta, masing-masingnya pada tanggal 29 Mei dan 8 Juni di tahun 2014 ini. Hari Kenaikan dirayakan 40 hari sesudah Paskah, di Indonesia ditetapkan sebagai hari libur umum. Dalam Kitab Suci, peristiwa Kenaikan Yesus dapat kita baca dalam Injil Lukas 24:51: “Sementara Ia melakukan itu, Ia terangkat ke surga, lalu terpisah dari mereka”. Selain itu kita juga dapat membaca peristiwa ini di dalam Markus 16:19, serta Kisah Rasul-Rasul 1:9-11.

Hari Pentakosta dirayakan sepuluh hari sesudah Hari Kenaikan atau lima puluh hari sesudah Hari Raya Paskah. Peristiwa turunnya Roh Kudus ke atas para Rasul dan semua yang berkumpul dalam doa di rumah Yerusalem, dapat kita baca dalam Kisah Rasul-Rasul 2: 1- 13. Para rasul dan murid yang dipenuhi Roh Kudus mulai tampil di depan umum mewartakan Kerajaaan Allah. Begitu pentingnya peristiwa turunnya Roh Kudus ini sehingga Pentakosta sering dilihat sebagai hari lahir Gereja. Berkumpulnya para rasul dan Bunda Maria, seperti yang disampaikan Kisah Rasul-Rasul, dalam doa selama sembilan hari di Upper Room terhitung sejak Jumat sehari sesudah Kenaikan sampai hari Pentakosta, adalah asal mula Novena ( novem = sembilan) dalam tradisi Gereja Katolik.

Berita yang mungkin mengejutkan banyak dari anggota kita adalah pemanggilan pulang chaplain kita Romo Wahyu O Carm oleh Pimpinan Ordo Karmel Indonesia di Malang untuk diberi tugas pelayanan baru. Sebagai seorang biarawan yang menghayati kaul kebiaraannya, Romo Wahyu menerima keputusan ini, seperti yang kita baca dari email yang dikirimkannya kepada umat KKI Melbourne. Kita merasa kehilangan, apalagi Romo Wahyu baru satu tahun empat bulan menjalankan masa pelayanannya di KKI Melbourne. Marilah kita, lewat Warta KKI ini, mengucapkan terima kasih kepada Romo Wahyu atas pelayanannya untuk KKI Melbourne dan mendoakan Romo dalam tugas pelayanannya yang baru. Sebuah tulisan singkat sebagai penyampaian terima kasih dan ucapan selamat jalan kepada Romo Wahyu dapat Anda ikuti dalam edisi ini.

Dalam edisi ini Anda juga dapat membaca tulisan Bp Marcus Soema yang berjudul “Extra Ecclesiam Nulla Salus” yang intinya mengenai perkembangan dalam ajaran Gereja mengenai makna keselamatan. Juga dalam tulisan ini diuraikan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi sesudah Konsili Vatikan II. Juga dalam edisi ini Anda dapat mengikuti tulisan Romo Waris, mantan chaplain KKI Melbourne, yang berjudul “Joseph”. Tulisan Romo Waris ini diambil dari kumpulan karangannya yang diberinya

judul “Ngopi Bareng MoRis” yang dapat diakses lewat website Karmel Indonesia http://www.karmelindonesia.org/index. php/ngopi-bareng-moris. Atas ijin Romo Waris, secara berkala Warta KKI akan menampilkan tulisan Romo Waris dari link ini, tetapi kalau Anda berminat membaca tulisan-tulisan lain dari Romo Waris dari kumpulan ini, silakan mengaksesnya lewat website tersebut.

Akhirnya, saudara-saudari, selamat membaca dan sampai jumpa dalam kegiatan-kegiatan KKI.

MISA KKI Minggu, 6 Juli 2014 St Martin de Porres 25 Bellin Street Laverton VIC Pukul: 11.30 Minggu, 13 Juli 2014 St. Joseph Church 95 Stokes Street Port Melbourne VIC

Pukul: 11.00 Minggu, 20 Juli 2014 St Francis’ Church 326 Lonsdale St Melbourne VIC Pukul: 14:30 Minggu, 27 Juli 2014 St. Paschal 98-100 Albion Rd

Box Hill VIC Pukul: 11.00 MISA MUDIKA Sabtu pertama Monastry Hall St. Francis Church 326 Lonsdale Street Melbourne VIC Pukul: 12.00 PDKKI Setiap Sabtu St. Augustine’s City Church

631 Bourke Street Melbourne VIC

(2)

TERIMA KASIH DAN SELAMAT JALAN, ROMO WAHYU!

Oleh Rufin Kedang

Pertemuan pertama saya dengan Romo Wahyu terjadi beberapa hari sesudah beliau tiba di Melbourne pada tanggal 19

Januari 2013. Kami bertiga yang mengasuh Warta KKI, Istas Hidayat, Ben Sugija dan saya (Rufin Kedang) mengajak

Romo Wahyu untuk makan malam bersama. Tujuan kami selain untuk berkenalan dengan romo, juga memberinya masu-kan tentang Warta KKI dan meminta kesediaannya untuk menyumbangmasu-kan tulisan rohani dan renungan untuk Warta kita. Pilihan kami malam itu adalah restoran Indonesia Garamerica di South Melbourne yang tidak jauh letaknya dari kediaman Romo Wahyu di Port Melbourne. Saya lupa, apa pilihan menu Romo Wahyu malam itu, tetapi yang pasti, makan malam bersama kami berlangsung dalam suasana menyenangkan dengan banyak ceritera dan tertawa. Kesan saya, Romo Wa-hyu seorang yang ramah, mudah bergaul dan cepat menyesuaikan diri.

Kali kedua saya bertemu dengan Romo Wahyu adalah pada tanggal 3 Februari 2013 ketika Wilayah Angela mengadakan rekoleksi di gereja St Martin de Porres, Laverton, dengan topik “New Year, New Hope, New Life in Christ”. Banyak peserta rekoleksi bersyukur kepada Romo Wahyu atas renungan yang disampaikannya dalam rekoleksi tersebut. Bulan Februari tahun itu juga merupakan awal masa Prapaskah sehingga Romo Wahyu mulai langsung sibuk dengan persiapan-persia-pan menyambut hari raya Paskah.

Selanjutnya Romo Wahyu terlibat dan sibuk menjalankan tugas chaplaincy-nya, seperti perayaan misa, kunjungan ke wilayah, kunjungan orang sakit, persiapan baptis, krisma dan perkawinan, untuk menyebut beberapa di antaranya. Salah satu peristiwa penting yang terjadi selama masa chaplaincy Romo Wahyu adalah pemberkatan Rumah Doa KKI di tempat ziarah Our Lady of Ta Pinu, Bacchus Marsh. Pemberkatan Rumah Doa itu diadakan pada tanggal 1 Desember 2013 den-gan misa konselebrasi yang dipimpin oleh Mgr Greg Bennet, Vicar General Archdiocese of Melbourne, didampingi oleh Romo Wahyu O Carm dan Romo Wenz MGL. Rumah Doa KKI ini didedikasikan kepada Santa Perawan Maria Bunda Rahmat Ilahi (Virgin Mary Mother of Divine Grace).

Setahun lebih, tepatnya enam belas bulan, Romo Wahyu melayani KKI Melbourne. Kita berterima kasih atas karya pelay-anannya dan mengenangnya sebagai pribadi dengan sense of humor yang tinggi dan ramah dalam pergaulan. Sekali lagi, Romo Wahyu, terima kasih dan selamat jalan! May The Lord continue to bless you in your new ministry and all your efforts. Salam dari Melbourne.

(3)

2 3

EXTRA ECCLESIAM NULLA SALUS

Oleh : Marcus Soema

Judul tersebut di atas merupakan doktrin dari Gereja Katolik yang berarti :

Di luar GerejaKatolik tidak ada keselamatan. Doktrin ini sudah dipertahankan sepanjang berdirinya Gereja Katolik dan baru dalam rangka pembaruan sikap Gereja, dalam tahun 1960 saat berlangsungnya Konsili Vatikan II di bawah inisi-atif Paus Yohannnes XXIII yang ditindak-lanjuti oleh Paus Paulus VI, Gereja merubah doktrin tersebut menjadi : “ di luar Gereja Katolik juga ada keselamatan”.Gereja Katolik mengakui bahwa ajaran-ajaran lain juga mengandung keselamatan seperti yang diwartakan dalam Injil.

Di dalam Gereja Katolik sendiri, masuklah gerakan karismatik yang dianggap merupakan bagian aktivitas dari Gereja. Sebelumnya gerakan karismatik ini dianggap bagian dari ajaran gereja Pantekosta. Gereja Katolik dapat menerima aliran karismatik ini karena Gereja melihatnya sebagai satu aliran yang banyak pengikutnya dan Tahta Suci tidak ingin terjadi perpecahan besar-besaran seperti jamannya Martin Luther di abad ke 16.

Perubahan lain yang juga menyolok adalah perubahan cara umat Katolik beribadah. Kalau pra Konsili Vatikan, bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa Latin dan imam menghadap ke altar maka dengan reformasi Gereja, tata cara beribadah juga dirubah. Imam tidak lagi menghadap altar tetapi imam menghadapi massa umat dan bahasa pengantar yang dipakai adalah bahasa local, demikian juga dengan lagu lagu ibadahnya.

Namun ada juga Uskup yang ingin mempertahakankan doktrin tersebut di atas, antara lain Uskup Marcel Lefabre, yang tetap mempertahankan tradisi kuno Gereja dengan cara yang lama, berbahasa Latin dalam membawakan Misa dan imam menghadapi altar. Beliau membangun Serikat Santu Paus Pius X untuk mempertahankan dan melatih imam-imam muda yang masih ingin mempertahankan tradisi Misa Latin ini dan tidak dicemari oleh perubahan-perubahan yang dilakukan dalam Konsili Vatikan II(1962-1965). Gerakan yang dipimpinnya ini masih dalam lingkungan hierarki Gereja Katolik. Beliau diekskomunikasi oleh Paus Joanes Paulus II karena melantik 4 orang uskup tanpa persetujuan Paus dengan pertimbangan karena usianya sendiri sudah lanjut maka perlu ada pemimpin/uskup pengganti yang mengepa-lai kongregasi SSPX ini. Tetapi uskup Lefabre membelot dan tetap melaksanakan pelantikan dan ibadah seperti masa pra Konsili Vatikan II. Uskup Lefebre meninggal pada tgl 25 Maret 1991 dalam usia 85 tahun. Paus Benedictus XVI membatalkan dekrit ekskomunikasi bagi para pengikut gerakan SSPX pada 24 Januari 2009 tetapi pembatalan tersebut belum diikuti dengan merestorasi para uskup yang diekskomunikasi sehingga mereka tetap belum bisa menjalankan jabatan jabatan imamat mereka.

Pembaruan lain yang dilakukan oleh keputusan Konsili Vatikan adalah para imam tidak lagi terikat pada sumpah jabatan seumur hidup tetapi tergantung dari hati nuraninya/conscience. Manakala suara hati mengatakan jabatan imam tidak cocok, maka imam yang bersangkutan dapat mengundurkan diri. Konsekuensi perubahan ini yang dapat kita saksikan pada periode 1960an adalah banyaknya imam-imam yang mengundurkan diri di negara negara Eropa,

Perubahan lain yang dimulai di Amerika Latin adalah ajaran Teologi Pembaharuan, sebuah aliran atau paham tentang peranan agama dalam lingkup ruangan sosial. Dengan kata lain Teologi Pembebasan melihat masalah konkrit yang diha-dapi adalah situasi ekonomi dan politik yang dinilai menyengsarakan rakyat. Father Gustavo Gutierrez dari Peru dalam tahun 1971 menerbitkan sebuah buku berjudul Teologia de La Liberation yang mengandung isi yang kontroversial karena pendekatan yang dianjurkan dalam menangani masalah politik dan ekonomi adalah sama dengan sistim kaum komunis, yaitu bergerilya. Sebelum terbitnya buku ini, bebeapa imam sudah menjadi korban kekerasan antara lain Fr. Camillo Torres, imam, sosiolog dan gerilyawan dibunuh pada 15 Pebruari 1966 di Kolombia; Fr. John Bosco Burnier SJ ditembak mati di Brasilia Selatan 11 Oktober 1976 karena mencoba membela 2 wanita yang dianiaya seorang kopral tentara di Brasil Selatan dan terakhir Fr. Rutillo Grande SJ dibantai di San Salvador pada tanggal 12 Maret 1977. Para imam yng dibunuh adalah pengikut aliran Teologi Pembaruan yang tata kerjanya seperti kaum komunis malah ikut jadi gerilyawan tetapi menyangkal komunisme dan tetap mempertahankan iman Katoliknya.

Pengertian “di luar Gereja Katolik juga ada keselamatan” mencakup pengertian semua aliran kepercayaan lain di luar gereja Katolik sendiri. Karena umat manusia itu mempunyai kebebasan berpikir dan berpendapat maka banyaklah yang

(4)

yang salah atau dengan sengaja salah menafsirkan pengertian ini dan membentuk group dengan tujuan yang sama. Banyak tuntutan-tuntutan supaya Gereja lebih melonggarkan peraturan-peraturan dalam Gereja, antara lain terbentuknya ikatan imam Katolik ( yang sudah mengundurkan diri dari jabatan imamat dan menikah), menuntut supaya statusnya tetap diakui sebagai imam yang berkeluarga. Tuntutan lain datang dari golongan gaylesbian yang menuntut diizinkannya perkawinan sesama jenis di gereja. Pressure group yang lain menuntut supaya Gereja mentahbiskan wanita menjadi imam.

Referensi : Lex orandis, lex credenda, 24 Januari 2009 FPPPI Mamuju, Maret 2010

Ucan Indonesia, 30 January 2009 Carmel of St. Elijah, 18 Okt.2008 Carmel of St. Elijah, 18 November 2008

JOSEPH

Oleh Romo Waris O Carm

Joseph adalah seorang mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Melbourne. Saya mengenalnya beberapa tahun yang lalu. Meskipun berasal dari kota yang sama, saya tidak mengenal dia sebelumnya. Perkenalan kami dimulai saat ibunya menitipkan dia pada saya. Saya juga tidak mengenal ibunya. Teman ibunyalah yang kenal dengan saya, dan mem-perkenalkan dia pada saya. Singkat cerita, akhirnya saya berkenalan dengan Joseph dan keluarganya.

Dia lama belajar di luar negeri, bahkan sejak lulus SMP dia sudah merantau. Awalnya di Singapura dan kemudian Mel-bourne. Kesukaannya adalah bermain piano selain matematika dan bermain game. Sayang bahwa masa remajanya banyak diganggu sakit. Mulai dari tulang yang tumbuhnya tidak sesuai kapasitas, dll. Hal itu membuat dia kerap bertanya, “mengapa hal yang buruk kerap datang pada saya?” Saya tidak pernah menjawab pertanyaan itu. Karena saya juga tidak tahu.

Saat berada di Melbourne, dia sering mengunjungi saya di Port Melbourne. Dia tahu bahwa Gereja Port Melbourne memi-liki piano, dia ingin bermain piano. Di asramanya tidak ada piano sedangkan dia kangen bermain piano, maka dia datang ke Port Melbourne untuk bermain piano.

Ada satu kejadian yang tidak pernah saya lupakan. Waktu itu kami sedang mengadakan pelajaran untuk persiapan Kris-ma. Dia ikut di dalamnya. Saat itu adalah pertemuan pertaKris-ma. Dia bertanya bagaimana caranya suapaya bisa ke tempat belajar. Saya memberi keterangan, tuntunan melalui sms. Pertama harus naik apa, turun di mana, jalan ke mana, dst. Pelajaram sudah dimulai tetapi dia belum datang. Beberapa kali dia menelfon, memberitahukan bahwa dia sedang dalam perjalanan. Demikian hingga pelajaran usai. Dia belum datang. Saya terus menghubungi dia, dan dia dengan suara parau menjelaskan bahwa dia tersesat. Dia salah mengambil jalan, harusnya ke kiri dan dia berjalan ke kanan. Sekarang dia berada di suatu tempat yang dia tidak tahu.

Dia bertanya bagaimana bisa kembali ke kota. Saya pada awalnya bingung, bagaimana menjelaskan kalau dia tidak tahu sedang berada di mana. Tetapi kemudian muncul ide, yaitu mencari gedung yang tinggi. Apakah dari tempatnya berada dia bisa memandang gedung tertinggi di Melbourne, Eureka Tower? Dan dia menjawab bisa. Maka saya menyuruh dia un-tuk mengikuti petunjuk itu. Saya meminta dia berjalan mendekati Eureka Tower. Karena di sanalah pusat kota. Dia mengi-kuti saran saya, dan akhirnya sampai kembali di asrama.

Jalan kebenaran

Kisah ini menjelaskan beberapa hal. Pertama, kalau kita salah menempuh jalan, kita akan mendapatkan banyak masalah. Ketika masalah muncul, kita harus menemukan satu pedoman untuk melangkah dan keluar dari masalah.

(5)

4 5

Benar atau salahnya suatu jalan ditentukan oleh tujuannya. Tujuan menentukan jalan mana yang akan kita pilih. Jika tujuan kita bersatu dengan Bapa, jalan manakah yang harus kita pilih? Jalan itu adalah Yesus. Hanya melalui Dia sajalah kita akan sampai kepada Bapa.

Artinya, Yesus adalah contoh. Kita berjalan seperti Yesus dan bersama Yesus. Jalan yang dilakukan Yesus adalah melakukan kehendak Bapa. Maka jalan yang harus kita lakukan adalah melakukan kehendak Yesus. Kehendak Yesus sangat jelas. Kasihilah seorang akan yang lain, love one another.

Perintah ini sulit kalau kita lakukan sendirian. Kalau kita melaksanakannya bersama Yesus, semua menjadi lebih ringan.

Pertanyaan?

Sebelum kita memulai perjalanan, ada baiknya kita bertanya kepada diri kita sendiri. Apakah kita sungguh-sungguh ingin bersatu dengan Bapa. Apakah kita sungguh-sungguh ingin ambil bagian dalam rumah Bapa? Kalau iya, maka kita harus menentukan jalan yang tepat. Kalau tidak, ya tidak perlu repot-repot.

Kedua, apakah kita sungguh mengikuti Yesus sebagai jalan kebenaran dalam hidup kita? Kalau iya berarti menjadikan Yesus sebagai panutan dan teman dalam perjalanan. Panutan seperti Eureka Tower yang dipakai Joseph sebagai panutan agar bisa kembali ke rumah. Yang tahu kebenaran jawaban ini adalah diri kita sendiri.

Hong Kong, 16 Mei 2014

Dari “Ngopi Bareng MoRis” yang dapat diakses lewat website Karmel Indonesia http://www.karmelindonesia.org/index. php/ngopi-bareng-moris

Pemilu & Paus Fransiskus

Politik sering diartikan sebagai sesuatu yang kotor. Tak terkecuali politik di Indonesia. Pemilu sebagai salah satu manifesto politik sering memperoleh persepsi negatif. Beberapa kalangan berpendapat bahwa ikut mencoblos di Pemilu itu percuma karena hasilnya toh tidak akan membawa perubahan yang berarti. Walhasil kita mengenal istilah golput.

Saya sendiri penasaran dan ingin tahu bagaimana sih pendapat gereja Katolik mengenai politik. Apa iya gereja Katolik juga melihat bahwa politik itu kotor? Nah saya mendapat sedikit jawaban dari dialog antara Kardinal Jorge Mario Ber-goglio (yang sekarang menjadi Paus Fransiskus) dengan Rabbi Abraham Skorka yang direkam dalam sebuah Audio CD. Salah satu topik dalam dialog itu adalah mengenai politik. Di sini Kardinal Bergoglio mengatakan bahwa “the loss of credibility in politics must be reversed because politics is an elevated form of social charity”.

Saya tertegun dan berpikir. Mungkin politik itu dianggap kotor karena sudah kehilangan kredibilitasnya tetapi di satu sisi politik itu bisa dilihat sebagai suatu bentuk pelayanan sosial. Saya lalu ingat bahwa di bulan Juli yang akan datang bangsa Indonesia sedang menyongsong Pemilihan Presiden. Mungkin pendapat ini bisa dijadikan bahan referensi bagi kita-kita yang punya hak pilih untuk mempertimbangkan ikut nyoblos sebagai bentuk pelayanan sosial kita. Salam,

Referensi

Dokumen terkait

tertulis atau cetak yang berisi materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran, petunjuk kegiatan belajar, dan latihan yang disusun secara sistematis dan menarik untuk

Dari definisi di atas kiranya dapat di tarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang

Dalam mengeksiskan Pesantren sebagai organisasi Islam modren di masa penjajahan penuturan Azyumardi Azra tersebut diperkuat oleh Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh

Pondok merupakan tempat tinggal bersama antara kyai dengan para santrinya.Di Pondok, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan – peraturan yang diadakan, ada

Cultural transform dan jenis konteks arkeologi di situs Benteng Putri Hijau Berdasarkan laporan penelitian tahun 2008 dan 2009, data artefaktual yang diperoleh dari

Teknik wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moloeng, 2007:186). Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

Public INIFileName As String Public pathload As String Public Sub getisistr() Dim iSa1 As String * 20 Dim iSa2 As String * 20 Dim iSa3 As String * 20 Dim iSa4 As String * 20

Konversikan 3 digit Data RF dan 3 digit Data biaya ke dalam nilai.