• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pada pegawai area kantor pt. Pelabuhan indonesia iii (persero) regional Bali nusa tenggara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pada pegawai area kantor pt. Pelabuhan indonesia iii (persero) regional Bali nusa tenggara"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)library.uns.ac.id. digilib.uns.ac.id. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh manusia. Dengan jiwa dan raga yang sehat, kita akan dapat melakukan segala kegiatan dengan baik. Sumber daya manusia yang sehat tentu menjadi pendukung bagi berlangsungnya suatu sistem Negara. Dengan sumber daya manusia yang baik maka akan menjadikan suatu Negara dapat berkembang dengan baik. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, sumber daya manusia yang dimana bertindak sebagai pelaku utama memiliki peran yang sangat vital bagi pembangunan pada Negara. Peraturan perundang-undangan Republik Indonesia atau UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja tertulis bahawa setiap tenaga kerja berhak dan harus mendapat suatu perlindungan atas keselamatan dalam setiap pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produktivitas nasional. Pencahayaan yang tidak baik akan dapat menyebabkan gangguan pada alat penglihatan dan akan menyebabkan menurunnya konsentrasi dan kelelahan mental untuk para tenaga kerja. Intensitas pencahayaan yang buruk dapat menyebabkan kelelahan pada mata dan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan pegal dan berat pada mata dan sakit kepala pada area sekitar bola mata dan ini meningkatkan kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009). Sekitar 600.000 ribu manusia mengalami gangguan mata dan jumlahnya meningkat 1.000.000 setiap tahunnya. Orang yang menderita. 1.

(2) library.uns.ac.id. 2 digilib.uns.ac.id. gangguan mata ini sebagian besar memiliki pekerjaan yang membuat dia sering berinteraksi dengan komputer. (Santoso, 2011). Hampir pada setiap kegiatan atau pekerjaan, mata atau indra penglihatan adalah yang terpenting dalam melihat objek atau benda. Apabila mata mengalami gangguan atau kerusakan maka akan berpengaruh pula dalam setiap pekerjaan maupaun kegiatan yang dapat mengakibatkan produktivitas kerja menurun. Perkantoran sering memanfaatkan komputer dalam melakukan kegiatan serta menyelesaikan pekrjaan, namun tanpa disadari, efek dan dampak dari penggunaan komputer bisa sangat berbahaya. Pada pekerja pengguna komputer, kasus yang paling banyak adalah kasus keluhan kelelahan mata setelah kasus keluhan kelelahan musculoskeletal (Dewi, 2009). PT. Pelabuhan Indoensia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara merupakan pelabuhan yang terdapat di Kota Denpasar, Provinsi Bali, Indonesia. PT. Pelabuhan Indonesia III (Regional) Bali Nusa Tenggara ini merupakan pintu masuk ke Kota Denpasar melalui jalur laut yang mulai dioperasikan sejak tahun 1924. Pelabuhan ini memiliki tiga dermaga yaitu dermaga timur, dermaga selatan, dan dermaga perikanan dan memiliki beberapa fasilitas antara lain terminal penumpang internasional, terminal penumpang domestik, dan lapangan penumpukan peti kemas atau container yard. Dalam melaksanakan kegiatan administrasi, disediakan komputer guna memudahkan pekerjaan sehari-hari. Berdasarkan pada observasi dan wawancara awal, didapatkan bahwa beberapa area ruang kerja kantor.

(3) library.uns.ac.id. 3 digilib.uns.ac.id. memiliki intensitas pencahayaan yang buruk ditambah dengan beberapa pekerja sering mengeluhkan sakit mata dan pusing di area sekitar mata. Berdasar pada latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pada pegawai area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara.. B. Rumusan Masalah Adakah hubungan antara intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pada pegawai area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya hubungan intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pegawai area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui besar nilai intensitas pencahayaan umum ruang kerja kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara. b. Untuk mengetahui keluhan kelelahan mata pada pegawai di kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara..

(4) library.uns.ac.id. 4 digilib.uns.ac.id. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan a. Perusahaan Diharapkan perusahaan mendapat masukan mengenai upaya pencegahann dan pengendalian tentang keluhan kelelahan mata yang berhubungan dengan intensitas pencahayaan umum, sehingga dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. b. Program Studi D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Diharapkan dapat menambah referensi dan memberikan masukan informasi mengenai pengaruh intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pada pegawai area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara. c. Mahasiswa Mampu merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam bidang K3, serta mampu menganalisa hubungan intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pada pegawai area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara..

(5) library.uns.ac.id. digilib.uns.ac.id. BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka 1. Pencahayaan Cahaya adalah satu bagian berbagai jenis gelombang elektro magnetis yang terbang ke angkasa dimana gelombang tersebut memiliki panjang dan frekuensi tertentu yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya dalam spektrum elektromagnetis (Suhardi, 2008). Penerangan merupakan salah satu faktor fisik yang sangat penting untuk mendapatkan lingkungan kerja yang aman dan nyaman, yang memiliki kaitan yang erat dengan produktivitas kerja. Penerangan yang cukup pada objek penglihatan akan sangat membantu tenaga kerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan mudah dan cepat. Cukup tidaknya intensitas penerangan secara objektif disesuaikan dengan macam pekerjaan,yang dimana bergantung pula ketajaman penglihatan pekerja yang berbeda antara orang tua dan muda (Suma’mur, 2009). 2. Jenis Pencahayaan Berdasaar pada standar penerangan buatan dalam gedung oleh Departemen Pekerjaan Umum (1981) jenis pencahayaan dapat dibedakan menjadi tiga, antara lain: a. Pencahayaan Umum Pencahayaan umum adalah pencahayaan secara umum dengan memperhatikan karakteristik dan bentuk fisik ruangan, tingkat. 5.

(6) library.uns.ac.id. 6 digilib.uns.ac.id. pencahayaan yang diinginkan dan instalasi yang dipergunakan. Pencahayaan umum harus menghasilkan iluminasi yang merata pada bidang kerja dan pencahayaan ini cocok untuk ruangan yang tidak dipergunakan untuk melakukan tugas visual khusus. b. Pencahayaan Terarah Pencahayaan terarah berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau objek seni atau koleksi berharga lainnya. Sistem ini cocok untuk pameran atau penonjolan suatu objek karena akan tampak lebih jelas. c. Pencahayaan Setempat Pencahayaan setempat lebih mengkonsentrasikan cahaya pada tempat tertentu, misalnya tempat kerja memerlukan tugas visual dan tipe ini sangat bermanfaat bagi pekerja dengan aktivitas pekerjaan seperti, pekerjaan yang perlu ketelitian. Pekerjaan dengan mengamati bentuk dan benda yang memerlukan cahaya dari suatu arah tertentu, serta menunjang tugas visual yang pada mulanya tidak direncanakan untuk ruangan tersebut. Berdasar pada peraturan SNI 03-6575-2001 tentang Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, sistem pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: a. Sistem Pencahayaan Merata Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan yang merata di seluruh ruangan digunakan jika tugas visual yang dilakukan diseluruh.

(7) library.uns.ac.id. 7 digilib.uns.ac.id. tempat dalam ruangan memerlukan tingkat pencahayaan yang sama. Tingkat pencahayaan yang merata diperoleh dengan memasang armatur secara merata langsung maupun tidak langsung di seluruh langit-langit. b. Sistem Pencahayaan Setempat Sistem ini memberikan tingkat pencahayaan pada bidang kerja yang tidak merata. Di tempat yang diperlukan untuk melakukan tugas visual yang memerlukan tingkat pencahayaan yang tinggi, diberikan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan sekitarnya. Hal ini diperoleh dengan mengkonsentrasikan penempatan armatur pada langit-langit di atas tempat tersebut. c. Sistem Pencahayaan Gabungan Merata dan Setempat Sistem pencahayaan gabungan didapatkan dengan menambah sistem pencahayaan setempat pada sistem pencahayaan merata, dengan armatur yang dipasang di dekat tugas visual.. Gambar 1. Tipe Pencahayaan Merata , Tipe Pencahayaan Setempat dan Tipe Pencahayaan Gabungan Sumber: Artikel Pencahayaan (repository.usu.ac.id).

(8) library.uns.ac.id. 8 digilib.uns.ac.id. Pencahayaan yang baik akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja dikarenakan objek yang dikerjakan akan jelas dan kenyamanan mata akan terjaga. Berdasar pada hal tersebut maka diperlukannnya suatu perancanan sistem pencahayaan pada suatu tempat kerja. Klasifikasi sistem pencahayaan menururt Illuminating Engineering Society (IES), antara lain: a. Pencahayaan Langsung (Direct Lighting) Sistem ini, 90% hingga 100% cahaya dipancarkan ke bidang kerja sehingga terjadi efek terowongan (tunneling effect), yaitu timbulnya bagian yang gelap di langit-langit tepat di atas lampu. Kelebihan dari system pencahayaan langsung adalah efisien yang tinggi diakarekan hanya membutuhkan sedikit lampu untuk bidang kerja yang luas. Jika terjadi kerusakaan ataupun gangguan pada lampu akan sangat berpengaruh terhadap intensitas pencahayaan pada ruangan. b. Pencahayaan Tidak Langsung (Indirect Lighting) Pada sistem ini, 90% hingga 100% cahaya dipancarkan ke langitlangit ruangan sehingga yang dimanfaatkan pada bidang kerja adalah cahaya pantulan. Pantulan juga dapat diarahkan ke dinding-dinding ruangan. Sistem pencahayaan seperti ini tidak terlalu efektif jika diterapkan pada ruangan dengan pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi dikarenakan cahaya yang dihasilkan ke langit-langit adalah hasil dari pantulan lantai maupun dinding ruangan..

(9) library.uns.ac.id. 9 digilib.uns.ac.id. c. Pencahayaan Semi Langsung (Semi Direct Langsung) Pada sistem ini 60% hingga 90% cahaya diarahkan ke bidang kerja selebihnya diarahkan ke langit-langit. Sistem pencahayaan semi langsung termasuk dalam jenis pencahayan yang cukup efiaien. d. Pencahayaan Semi Tidak Langsung (Semi Indirect Lighting) Pada sistem ini 60% hingga 90% cahaya diarahkan ke langitlangit dan dinding bagian atas, selebihnya dipantulkan ke bagian bawah. Distribusi cahaya pada pencahayaan ini mirip dengan distribusi pencahayaan. tidak. langsung. tetapi. lebih. efisisen. dan. kuat. penerangannya lebih tinggi. e. Pencahayaan Menyebar / Difus (Geenral Diffused Lighting) Sistem ini, 40% hingga 60% cahaya diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Pencahayaan difus menghasilkan cahaya teduh dengan bayangan lebih jelas dibandingkan dengan bayangan yang dihasilkan pencahayaan tidak langsung dan pencahayaan semi tidak langsung.. Gambar 2. Macam Sistem Pencahayaan Sumber: PT. Indalux Enterprindo (2016).

(10) library.uns.ac.id. 10 digilib.uns.ac.id. Untuk besar nilai pantulan (reflektan) yang dianjurkan menurut Anizar (2009) adalah sebagai berikut: Tabel 1. Nilai Pantulan (Reflektan) No.. Bidang. Reflaktan %. 1.. Langit-langit. 80-90. 2.. Dinding. 40-60. 3.. Meja, kursi, mesin. 25-45. 4.. Lantai. 20. Sumber : Anizar (2009) Berdasarkan sumbernya, pencahayaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan (Tarwaka,dkk, 2004). a. Pencahayaan Alami Pencahayaan atau penerangan alami adalah penerangan yang dihasilkan oleh sumber cahaya alami yang bersumber dari sinar matahari dengan kuat tetapi bervariasi menurut jam, musim, dan tempat atau lokasi. Pencahayaan sinar matahari jika dibandingkan dengan pencahayaan buatan seperti lampu dapat dikatakan kurang efektif, hal ini dapat disebabkan karena matahari tifak memberikan intensitas cahaya yang konstan atau tetap. Pada pencahayaan alami sangat diperlukan jendela-jendela besar, dinding kaca dan dinding yang dilubangi yang dapat menyebabkan pembiayaan bangunan menjadi lebih mahal (Haeny, 2009). Pencahayaan alami memiliki keuntungan seperti mengurangi dan irit. terhadap. energi. listrik.. Pencahayaan. sebaiknya. lebih.

(11) library.uns.ac.id. 11 digilib.uns.ac.id. mengutamakan penchayaan alami dengan merencanakan jendela yang cukup pada tiap bangunan dan jika secara teknis penggunaan pencahayaan alami dirasa tidak memungkinkan, maka barulah ditambah dengan pencahayaan buatan yang harus dipasang dengan tepat untuk memenuhi intensitas cahaya yang diinginkan. Sumber cahaya alami dan buatan dapat digunakan secara bersamaan sehingga menjadi lebih efektif (Haeny, 2009). b. Pencahayaan Buatan Penerangan atau pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan dari sumber cahaya selain cahaya alami. Menurut Suma’mur. (2009),. penggunaan pencahayaan. listrik. sebaiknya. memenuhi syarat sbagai berikut: 1) Penchayaan listrik harus cukup intensitasnya sesuai jenis pekerjaan yang dilakukan 2) Pencahayaan listrik tidak boleh menimbulkan penambahan suhu udara yang berlebih pada tempat kerja. 3) Sumber pencahayaan listrik harus memeberikan penerangan dengan intensitas yang tepat, menyebar, merata tidak bekedip, tidak menyilaukan, serta tidak menimbulkan bayangan yang dapat mengganggi jalannya pekerjaan di tempat kerja. Tujuan dari penggunaan pencahayaan di tempat kerja adalah untuk tersedianya lingkungan kerja yang aman dan nyaman, maka pencahayan buatan perlu dikelola dengan baik dan dipadukan dengan.

(12) library.uns.ac.id. 12 digilib.uns.ac.id. faktor penuunjang seperti atap, kaca, jendela, dan dinding agar pencahayaan yang dibutuhkan tercapai (Padmanaba, 2006). 3. Standar Intensitas Pencahayaan Standar. intensitas. pencahayaan. yang. ditetapkan. menurut. Illuminating Engineering Society (IES) dalam Fayrina (2012), menyatakan bahwa sebuah area kerja dapat dikatakan memiliki pencahayaan yang baik apabila memiliki iluminasi sebesar 300 lux yang merata pada bidang kerja. Apabila iluminasinya kurang dari 300 lux, maka dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan pada akhirnya menurunkan kinerja pekerja yang mempengaruhi mata. Standar pencahayaan nasional yang terdapat pada Permenaker RI No. 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja tercantum pada tabel yang terlampir pada lampiran 1. 4. Pengukuran Intensitas Pencahayaan Intensitas dalam suatu penernagan dapat dinyatakan dalam satuan “lux”. Dalam pengukuran intensitas pencahayaan menggunakan alat yang bernama Lux Meter. Prinsip kerja Lux meter adalah berdasar pengubahan energy cahaya menjadi tenaga listrik yang ditangkap oleh photo cell atau bagian sensor pada alat. Intensitas pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 cara pengukuran, menurut SNI 16-7062-2004, yaitu sebagai berikut: a. Pencahayaan Umum Pada pencahayaan umum pengukuran dilakukan pada setiap meter persegi luas lantai. Penentuan titik pengukuran umum meliputi titik.

(13) library.uns.ac.id. 13 digilib.uns.ac.id. potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai. b. Pencahayaan Lokal Pada pencahayaan lokal pengukuran dilakukan di tempat kerja atau meja kerja pada objek yang dilihat oleh tenaga kerja. Pengukuran titik pengukuran lokal meliputi objek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan kerja. 5. Pengendalian Intensitas Pencahayaan Berdasar pada Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan Kerja bahwa pengukuran dan pengendalian harus dilakukan pada setiap tempat kerja. Jika hasil pengukuran pencahayaan tidak sesuai dengan standar maka dilakukan pengendalian agar intensitas pencahayaan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan serta risiko keluhan kelelahan mata akan menurun. 6. Kelalahan Mata Definisi kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka dkk, 2004), sedangkan definisi kelelahan mata adalah gangguan yang dialami mata karena otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama (Padmanaba, 2006). Kelelahan mata dapat terjadi akibat pengaruh dari kualitas, kuantitas dan distribusi cahaya. Kualitas iluminasi adalah tingkatan pencahayaan.

(14) library.uns.ac.id. 14 digilib.uns.ac.id. yang dimana dapat berpengaruh pada kelelahan mata seperti penerangan yang tidak sesuai standar atau tidak memadai akan menyebabkan bagian iris mata akan mengatur pupil sesuai intensitas pencahayaan yang ditangkap oleh mata. Distribusi cahaya yang tidak baik pada lingkungan kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Distribusi cahaya yang tidak merata sehingga menurunkan efisiensi ketajaman penglihatan dan kemampuan membedakan kontras (Padmanaba, 2006). Kelelahan mata akibat dari pencahayaan yang kurang baik akan menunjukkan gejala kelelahan mata. Kelelahan mata dapat dikurangi dengan memberikan pencahayaan yang baik di tempat kerja. Menurut Pusat Hyperkes dan Keselamatan Kerja (2015), gejala kelelahan mata yang sering terjadi atau sering muncul antara lain, kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, merasa enak kalau kelopak mata sedikit ditekan, bagian mata paling dalam terasa sakit, perasaan mata berkedip, penglihatan kabur tidak bisa difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata mudah berair, mata pedih dan berdenyut, mata merah, jika mata ditutup terlihat kilatan cahaya, kotoran mata bertambah, tidak dapat membedakan warna sebagaimana biasanya, ada sisa bayangan dalam mata, penglihatan tampak ganda, mata terasa panas dan mata terasa kering..

(15) library.uns.ac.id. 15 digilib.uns.ac.id. Gambar 3. Anatomi Mata Sumber: Pustekkom Depdiknas (2008). Mata merupakan organ untuk penglihatan dan sangat sensitif terhadap cahaya karena terdapat photoreceptor. Impuls saraf dari stimulasi photoreceptor dibawa ke otak bagian lobus oksipital di serebrum dimana sensasi penglihatan diubah menjadi persepsi (Tarwoto dkk, 2009). Bagian-bagian pada mata manusia antara lain: a. Kornea Kornea merupakan jendela mata bentuknya transparan, terletak pada bagian depan mata berhubungan dengan sklera. Bagian ini merupakan tempat masuknya cahaya dan memfokuskan berkas cahaya. b. Sklera Sklera merupakan jaringan ikat fibrosa yang kuat bewarna putih, buram dan tidak tembus cahaya, kecuali di bagian depan yang disebut kornea. Sklera memberi bentuk pada bola mata dan memberikan tempat melekatnya otot ekstrinsik..

(16) library.uns.ac.id. 16 digilib.uns.ac.id. c. Lapisan Koroid Memiliki pigmen berwarna coklat kehitaman dan merupakan lapisan berpigmen. Warna gelap pada koroid berfungsi untuk mencegah refleksi atau pemantulan sinar. d. Pupil Pupil merupakan bintik tengah yang berwarna hitam, merupakan celah di dalam iris. Pupil merupakan jalan masuknya cahaya untuk mencapai retina e. Iris Iris merupakan perpanjangan dari korpus siliaris ke anterior, bersambungan dengan permukaan lensa anterior. Iris tidak tembus pandang dan berpigmen. Fungsi iris adalah mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata dengan cara merubah ukuran pupil. f. Lensa Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang masuk ke depan retina melalui mekanisme akomodasi, yaitu proses penyesuaian secara otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek secara jelas. g. Retina Retina merupakan lapisan terdalam pada mata, melapisi 2/3 bola mata pada bagian belakang. Retina merupakan bagian mata yang sangat peka terhadap cahaya..

(17) library.uns.ac.id. 17 digilib.uns.ac.id. 7. Faktor-Faktor Lain Penentu Kelelahan Mata Terdapat. beberapa. faktor. yang. dapat. menentukan. atau. mempengaruhi kelelahan mata, antara lain: a. Usia Dikutip dari Nasional Aging Safety Databese (NASD) dalam Cahyono (2005), usia yang semakin lanjut mengalami kemunduran dalam kemampuan mata untuk mendeteksi lingkungan sekitar, dimana hal tersebut dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja. Usia juga dapat mempengaruhi kualitas mata, lensa mata lama-kelamaan akan kehilangan elastisitasnya yang menyebabkan gangguan penglihatan seperti ketidaknyamanan saat melihat pada jarak tertentu. Presbiopia atau kelainan akomodasi yang terjadi akibat dari penuaan lensa biasanya timbul setelah usia sekitar 45 tahun. Semakin tua seseorang, lensa semakin kehilangan kekenyalan sehingga daya akomodasi makin berkurang dan otot-otot semakin sulit dalam menebalkan dan menipiskan mata, begitu pula sebaliknya, semakin muda seseorang kebutuhan cahaya akan lebih sedikit dibandingkan dengan usia yang lebih tua dan kecenderungan mengalami kelelahan mata lebih sedikit (Haeny, 2009). b. Kelainan Refraksi Mata Menurut Ilyas dan Yulianti (2014), terdapat beberapa jenis kelainan mata, antara lain:.

(18) library.uns.ac.id. 18 digilib.uns.ac.id. 1) Miopia Penderitadengan miopia akan menyatakan lebih jelas bila melihat dengan jarak dekat, sedangkan melihat jauh penglihatan kabur atau rabun jauh. 2) Hipermetropia Hipermetropia dapat juga disebut sebagai rabun dekat. Pasien hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau 3) Astigmatisme Astigmatisme merupakan suatu keadaan dimana sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik. 4) Presbiopi Dengan bertambahnya usia maka akan terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut yang disebabkan oleh kelemahan otot akomodasi serta lensa mata elastisitasnya berkurang akibat sklerosis lensa. Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia 45 tahun atau lebih akan memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair dan sering terasa pedas. c. Lama Kerja Durasi terhadap lamanya waktu kerja bagi seorang tenaga kerja sangan menentukan efisiensi dan produktivitas. Lamanya tenaga kerja.

(19) library.uns.ac.id. 19 digilib.uns.ac.id. dapat bekerja secara baik umumnya antara 6-8 jam sehari. Menambah waktu kerja yang berlebih dari kemampuan biasanya disertai efisiensi yang. tinggi,. biasanya. terlihat. penurunan. produktivitas. serta. kecenderungan untuk timbul kelelahan, penyakit dan potensi kecelakaan kerja. Waktu kerja yang lama dan dalam posisi melihat objek secara terus-menerus dapat menimbulkan kelalahan mata (Erwin, 2002). d. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi atau pekerjaan yang. mengerjakan. barang-barang. kasar. berbeda. intensitas. pencahayaan yang dibutuhkan. Apabila pencahayaan tidak sesuai standar maka akan mengakibatkan kesilauan dan penerangan yang kurang sehingga akan menggangu dalam ketajaman penglihatan (Cahyo, 2008). e. Bentuk dan Ukuran Objek Kerja Dalam lingkup pekerjaan, salah satu faktor yang menentukan adalah besarnya objek kerja, derajat kontras antara objek kerja dengan sekelilingnya, iluminasi dari lapangan penglihatan yang tergantung dari intensitas pencahayaan dan pemantulan pada arah si penagamat serta durasi lamanya melihat objek (Suma’mur, 2009). f. Durasi Penggunaan Komputer Lasabon (2013), menjelaskan bahwa waktu kerja seseorang ikut menentukan kesehatan yang bersangkutan, efisien, efektivitas, serta.

(20) library.uns.ac.id. 20 digilib.uns.ac.id. produktivitas pekerjaan. Faktor penting dalam waktu bekerja meliputi, antara lain lama seseorang mampu bekerja dengan baik, hubungan antar waktu kerja dan istirahat dan lama waktu bekerja sehari menurut periode waktu yang meliputi bekerja pada siang hari (pagi, siang sore) dan bekerja malam hari. Pengelompokkan beban kerja pada pekerja pengguna computer atas dasar lama waktu bekerja menurut The University Of North Caroline Aheville, sebagai berikut: 1) Pekerja komputer dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus–menerus. 2) Pekerja komputer dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama waktu kerja antara 2–4 jam sehari secara terus– menerus. 3) Pekerja komputer dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja kurang dari 2 jam sehari dan secara terus menerus. g. Istirahat Mata Mengistirahatkan mata adalah upaya yang dapat dilakukan untuk membuat mata kembali rileks dan sejuk. Pekerjaan dengan komputer yang dilakukan scara terus menerus dapat mengakibatkan mata kering serta risiko kelelahan mata meningkat. National Institute Of Occupational Safety and Health. dalam Roestijawati (2007). menjelaskan bahwa perlu melakukan pengistirahatan mata selama.

(21) library.uns.ac.id. 21 digilib.uns.ac.id. kurang lebih 15 menit pada penggunaan komputer setelah 2 jam bekerja. Istirahat yang dilakukan secara teratur meredamkan. berguna dalam. keluhan kelelahan mata yang berdampak pula pada. kenyamanan penggunaan komputer meningkat. Menurut Anshel (1996) dalam Roestijawati (2007), ada tiga jenis istirahat bagi pengguna komputer, diantaranya: 1) Micro break, yaitu mengistirahatkan mata selama 10 detik setiap 10 menit bekerja, dengan cara melihat jauh (minimal 6 meter) diikuti dengan mengedipkan mata secara relaks. 2) Mini break, yaitu mengistirahatkan mata selama 5 menit setiap setengah jam dengan cara berdiri dan melakukan peregangan tubuh. Selain itu, lakukan juga melihat jauh dengan objek yang berbeda-beda. 3) Maxi break, yaitu mengistirahatkan mata dengan melakukan kegiatan seperti jalan-jalan, bangun dari tempat kerja, minum kopi atau teh dan makan siang. h. Jarak Terhadap Layar Monitor Jarak yang terlalu dekat dengan layar monitor dapat cepat mengakibatkan mata menjadi tegang, lelah, dan berpotensi terjadinya gangguan penglihatan. Bila seseorang bekerja melihat objek bercahaya diatas dasar yang berwarna pada jarak yang dekat dan dilakukan secara terus-menerus. dalam. jangka. waktu. yang. lama. maka. dapat. mengakibatkan mata berakomodasi dalam jangka waktu lama sehingga.

(22) library.uns.ac.id. 22 digilib.uns.ac.id. terjadinya daya akomodasi mata menurun. Kualitas penglihatan akan menurun (Roestijawati, 2007). Dikutip dari Occupational Safety and Health Association (OSHA) dalam Maryamah (2011), pada saat menggunakan komputer jarak antara mata pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah 20-40 inch atau sekitar 40-100 cm ,sedangkan menurut Hanum (2008), jarak ergonomis antara layar monitor dengan pengguna komputer berkisar antara 40 cm sampai dengan 60 cm. 8. Pengaruh Intensitas Pencahayaan Terhadap Kesehatan Mata Kurangnya pencahayaan di lingkungan kerja menyebabkan kelelahan fisik dan mental bagi para pekerjanya. Kurangnya pencahayaan akan memaksa seseorang untuk mendekatkan matanya ke arah objek yang bertujuan memperbesar ukuran objek. Sebaliknya, pencahayaan yang berlebihan juga akan menyebabkan kesilauan bagi para pekerja. Kedua hal ini menyebabkan akomodasi mata lebih dipaksa dan mungkin akan terjadi penglihatan rangkap (Fayrina, 2012). Metode pengukuran kelelahan mata dapat. dilakukan dengan. penggunaan kuesioner keluhan kelelahan mata. Kuesioner Visual Fatigue Index merupakan kuesioner yang dapat igunakan guna menentukan kelelahan mata pada sampel penelitian. VFI berisi beberapa pertanyaan mengenai keluhan kelelahan mata dengan alternative jawaban. (Chiuloto, 2011)..

(23) library.uns.ac.id. 23 digilib.uns.ac.id. B. Kerangka Pemikiran. Bekerja. Intensitas Pencahayaan Umum Buruk di Tempat Kerja. Melihat Objek Pekerjaan Secara Intensif. Mata Dipaksa Bekontraksi Secara Berlebih Faktor Intern  Usia  Kelainan Refraksi Mata. Kelelahan Mata. Keterangan: : Diuji statistik : Tidak diuji statistik. Faktor Ekstern:  Lama Kerja  Bentuk dan Ukuran Objek Kerja  Jenis Pekerjaan Faktor Ekstern:  Durasi Istirahat Mata  Jarak Pandang. Gambar 4. Kerangka Pemikiran Hubungan Intensitas Pencahayaan Terhadap Keluhan Kelelahan Mata..

(24) library.uns.ac.id. 24 digilib.uns.ac.id. C. Hipotesis Ada hubungan antara intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata pada pegawai area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara..

(25) library.uns.ac.id. digilib.uns.ac.id. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis. penelitian. ini. merupakan. penelitian. kuantitatif. yang. menggunakan metode penelitian survei analitik. Survei analitik adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menganalisis dinamika korelasi antar fenomena maupun antar faktor risiko dengan faktor efek dengan pendekatan Cross Sectional dimana penelitian berupa observasi, pengukuran dan pengumpulan data dilakukan sekaligus pada satu saat. (Notoatmodjo. 2010).. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada pegawai bagian kantor (office) PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara. Penelitian dilaksanakan dengan dasar alasan, belum pernah dilakukannya penelitian mengenai hubungan intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata pegawai pada kantor serta didukungnya penelitian ini oleh pihak baik manager maupun bagian HSEE PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara. 2. Waktu Penelitian Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2019.. 25.

(26) library.uns.ac.id. 26 digilib.uns.ac.id. C. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di area kantor (ruang keuangan, ruang divisi operasional & komersial, ruang divisi SDM umum & komersil, ruang teknik, ruang SMI dan ruang divisi properti & aneka usaha) PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara sebanyak 60 orang pegawai.. D. Subyek Penelitian 1. Sampel dan Teknik Sampling Sampel penelitian adalah pegawai di area kantor (ruang keuangan, ruang divisi operasional & komersial, ruang divisi SDM umum & komersil, ruang teknik, ruang SMI dan ruang divisi properti & aneka usaha) PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara sebanyak 30 orang pegawai. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri-ciri ataupun sifat-sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Adapun kriteria subjek penelitian yang diambil dan diteliti adalah sebagai berikut: a. Pegawai pengguna komputer b. Berjenis pekerjaan administrasi (menulis, membaca, pekerjaan arsip, seleksi surat-surat) dan menggunakan komputer.

(27) library.uns.ac.id. 27 digilib.uns.ac.id. c. Bekerja di ruang keuangan, ruang divisi operasional & komersial, ruang divisi SDM umum & komersil, ruang teknik, ruang SMI dan ruang divisi properti & aneka usaha d. Usia 25-44 e. Tidak mengalami sakit mata ataupun kelainan refraksi mata f. Lama kerja 8 jam sehari 2. Desain Penelitian Desain penelitian hubungan intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pada pegawai di area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019, dapat dilihat pada bagan desain berikut ini:. Sampel. Intensitas Pencahayaan Kurang dari Standar. Mengalami Keluhan Kelelahan Mata. Tidak Mengalami Keluhan Kelelahan Mata. Intensitas Pencahayaan Sesuai dengan Standar. Mengalami Keluhan Kelelahan Mata. Tidak Mengalami Keluhan Kelelahan Mata. Uji Statistik. Gambar 5. Desain Penelitian Hubungan Intensitas Pencahayaan Terhadap Keluhan Kelelahan Mata..

(28) library.uns.ac.id. 28 digilib.uns.ac.id. 3. Variabel Penelitian a. Variabel independen/bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas pencahayaan. b. Variabel dependen/terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keluhan kelelahan mata. c. Variabel Pengganggu Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah faktor-faktor lain penentu kelelahan mata (usia, kelainan mata, lama kerja, jenis pekerjaan, istirahat mata, jarak pandang terhadap objek pekerjaan). 4. Definisi Operasional a. Intensitas Pencahayaan Intensitas pencahayaan merupakan tingkat pencahayaan yang memungkinkan pekerja dapat melihat objek dengan jelas. 1) Alat Ukur. : Lux Meter. 2) Satuan. : Lux. 3) Hasil Pengukuran. : Besar Intensitas Cahaya, sesuai standar (≥ 300 lux) dan tidak sesuai standar (< 300 lux). 4) Skala Pengukuran. : Ordinal/Kategorikal. b. Keluhan Kelelahan Mata Keluhan kelelahan mata merupakan tingkat kelelahan mata yang dirasakan oleh karyawan setelah bekerja dengan menggunakan komputer berdasarkan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI). 1) Alat Ukur. : Kuesioner.

(29) library.uns.ac.id. 29 digilib.uns.ac.id. 2) Hasil Pengukuran. : Skoring kuesioner, berisi pertanyaan. mengenai keluhan kelelahan mata dimana hasil skor akan dikategorikan lelah apabila hasil menunjukkan ≥ 0,4 dan tidak mengalami kelelahan mata apabila hasil menujukkan < 0,4. 5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan dari penelitian. Untuk mengetahui intensitas pencahayaan dan keluhan kelelahan mata maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat lux meter dan wawancara serta pengisian kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) yang dimodifikasi oleh Chiuloto (2011). a. Intensitas Pencahayaan Pengukuran. variabel. intensitas. pencahayaan. dengan. menggunakan alat lux meter. Prinsip kerja dari lux meter adalah dengan menangkap cahaya pada bagian sensor atau photo cell lalu menghasilkan arus listrik yang mana makin kuat intensitas cahaya maka semakin besar pula arus yang dihasilkan. Dalam penelitian ini hasil pengukuran intensitas pencahayaan dikelompokkan menjadi 2, yaitu diatas standar intensitas pencahayaan yang ditentukan dan dibawah standar. intensitas pencahayaan dimana satuan yang. digunakan adalah lux. b. Keluhan Kelelahan Mata Pengukuran variabel kelelahan mata dengan menggunakan kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) yang terdiri dari 22 pertanyaan.

(30) library.uns.ac.id. 30 digilib.uns.ac.id. dengan alternative jawaban. Tidak Pernah (skor 1), Kadang-kadang (skor 2), Sering (skor 3), dan Selalu (skor 4). Dilakukan perhitungan nilai VFI, yaitu: VFI =. Total of answer for each perator Total of higher coeficient of occurence for each ailment. Keterangan: Total of Answer for each operator : Jumlah skor total yang diperoleh setiap responden. Total of higher coefficient of occurance for each ailment : Jumlah skor maksimal dari 22 pertanyaan (22 x 4 : 88) Hasil Pengukuran : a. Ya (Mengalami kelelahan kerja) VFI ≥ 0.4 b. Tidak (Tidak mengalami kelelahan mata) VFI < 0.4 (Chiuloto, 2011). E. Sumber Data 1. Data Primer Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti. Data diperoleh dengan melakukan penilaian keluhan kelelahan mata pada pegawai area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara berdasar kuesioner Visual Fatigue Index (VFI) yang dimodifikasi oleh Chiuloto (2011)..

(31) library.uns.ac.id. 31 digilib.uns.ac.id. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data dalam bentuk jadi yang dimana dikumpulkan dan telah diolah oleh pihak lain. Data sekunder yang diperoleh berupa gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, data pengukuran intensitas pencahayaan oleh PT. Envirolab Nusantara, dan data pendukung lainnya.. F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung pada pegawai saat bekerja maupun saat menggunakan komputer. 2. Kepustakaan Sumber data lain juga didapat dari studi pustaka dengan berbagai referensi yang menunjang serta mempelajari pula dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan aktivitas kerja.. G. Analisis Data Data yang diperoleh lalu dianalisis melalui proses pengolahan data yang mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi. 2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan proses entry atau memasukan data..

(32) library.uns.ac.id. 32 digilib.uns.ac.id. 3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam program komputer dan akan diolah. 4. Analysis, data-data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat. Terdapat dua analisis data, yaitu: 1. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan menjelaskan dan atau mendeskripsikan karakteristik pada setiap variabel penelitian yang disajikan dalam bentuk distribusi dan persentase dari tiap variabel. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Variabel independen dan dependen pada penelitian ini merupakan data numerik yang diubah menjadi data kategorik. Berdasarkan hal tersebut maka uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Spearman’s Rank. Uji korelasi Spearman’s Rank dapat memberikan hasil nilai besarnya koefisien korelasi, menunjukkan arah hubungan dan apakah variabel yang diuji memiliki nilai positif atau negatif. Korelasi Spearman’s Rank dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari (-1 ≤ r ≤ 1), apabila nilai r ═ -1 artinya korelasi negatif sempurna, r ═ 0 artinya tidak ada korelasi dan r ═ 1 memilki arti korelasi sangat kuat. (Riduwan, 2013)..

(33) library.uns.ac.id. 33 digilib.uns.ac.id. Nilai r akan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r sebagai berikut: Tabel 2. Correlation Coefficient No. Interval Nilai. Interval Koefisien. 1.. 0.00. Tidak Ada Korelasi. 2.. 0.01 – 0.25. Korelasi Sangat Lemah. 3.. 0.26 – 0.50. Korelasi Cukup. 4.. 0.51 – 0.75. Korelasi Kuat. 5.. 0.76 – 0.99. Korelasi Sangat Kuat. 6.. 1.00. Korelasi Sempurna. Prayitno (2009), menyatakan bahwa jika nilai signifikansi < 0.05 maka H1 diterima. Dapat disimpulkan ketentuannya sebagai berikut: a. Jika nilai signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan H1 ditolak. b. Jika nilai signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan H1 diterima..

(34) library.uns.ac.id. digilib.uns.ac.id. BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Distribusi data sampel pegawai berdasarkan pada jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Distribusi Sampel Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin di Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 Jenis Kelamin. Jumlah. %. Laki-laki. 24. 80.0. Perempuan. 6. 20.0. Jumlah. 30. 100. Sumber: Data Primer (April, 2019) Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa sampel pegawai paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 24 orang (80.0%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 6 orang (20.0%). 2. Usia Data hasil penelitian terhadap sampel sebanyak 30 pegawai area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara dimana semua sampel adalah pegawai pengguna komputer, diperoleh distribusi data berdasar usia dapat dilihat pada tabel 4.. 34.

(35) library.uns.ac.id. 35 digilib.uns.ac.id. Tabel 4. Distribusi Sampel Pegawai Berdasarkan Usia di Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 Usia (tahun). Jumlah. %. 25-30. 7. 23.3. 31-35. 6. 20.0. 36-40. 5. 16.7. 41-44. 12. 40.0. Jumlah. 30. 100. Sumber: Data Primer (April, 2019) Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa sampel pegawai pengguna komputer paling banyak berusia antara 41-44 tahun sebanyak 12 orang (40.0%), sedangkan untuk rentang usia paling sedikit adalah antara 36-40 tahun sebanyak 5 orang (16.7%). 3. Masa Kerja Distribusi data sampel pegawai berdasarkan lama masa kerja dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Distribusi Sampel Pegawai Berdasarkan Masa Kerja di Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 Masa Kerja (tahun). Jumlah. %. <5. 5. 16.7. ≥5. 25. 83.3. Jumlah. 30. 100. Sumber: Data Primer (April, 2019).

(36) library.uns.ac.id. 36 digilib.uns.ac.id. Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa masa kerja sampel pegawai paling banyak yaitu selama ≥ 5 tahun sebanyak 25 orang (83.3%) dan masa kerja < 5 tahun sebanyak 5 orang (16.7%). 4. Lama Kerja Data distribusi sampel pegawai berdasarkan pada lama kerja menggunakan komputer dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Distribusi Sampel Pegawai Berdasarkan Lama Kerja di Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 Lama Kerja (jam). Jumlah. %. <4. 0. 0. ≥4. 30. 100. Jumlah. 30. 100. Sumber: Data Primer (April, 2019) Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa semua sampel pegawai (100%) bekerja menggunakan komputer selama ≥ 4 jam dengan durasi jam kerja 8 jam sehari. 5. Durasi Istirahat Mata Distribusi data sampel pegawai berdasarkan pada durasi istiharat mata dapat dilihat pada tabel 7..

(37) library.uns.ac.id. 37 digilib.uns.ac.id. Tabel 7. Distribusi Sampel Pegawai Berdasarkan Durasi Istirahat Mata Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 Durasi Istirahat (menit). Jumlah. %. ≥ 10. 26. 86.7. < 10. 4. 13.3. Jumlah. 30. 100. Sumber: Data Primer (April, 2019) Pada tabel 7 dapat. dilihat. bahwa. sampel pegawai yang. mengistirahatkan matanya selama ≥ 10 menit per jam sebanyak 26 orang (86.7%) dan pegawai yang mengistirahatkan selama < 10 menit per jam sebanyak 4 orang (13.3%). 6. Jarak Pandang Terhadap Layar Monitor Distribusi data sampel pegawai berdasarkan pada jarak pandang terhadap layar monitor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8. Distribusi Sampel Pegawai Berdasarkan Jarak Terhadap Layar Monitor Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 Jarak. Jumlah. %. ≥ 40 cm. 27. 90.0. < 40 cm. 3. 10.0. Jumlah. 30. 100. Sumber: Data Primer (April, 2019) Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa sampel pegawai dengan jarak pandang terhadap layar monitor ≥ 40 cm sebanyak 27 orang (90.0%) dan sampel pegawai dengan jarak pandang terhadap layar monitor < 40 cm sebanyak 3 orang (10.0%)..

(38) library.uns.ac.id. 38 digilib.uns.ac.id. B. Intensitas Pencahayaan Distribusi data intensitas pencahayaan umum pada area kantor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9. Distribusi Intensitas Pencahayaan Umum Ruang Kerja Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 Intensitas Pencahayaan (lux). Jumlah Ruangan. %. ≥ 300. 1. 16.7. < 300. 5. 83.3. Jumlah. 6. 100. Sumber: Data Sekunder (PT. Pelindo Benoa, 2019) Data pada tabel 9 dapat dilihat bahwa ruangan dengan intensitas pencahayaan sebesar < 300 lux berjumlah 5 ruangan (83.3%) dimana ruangan tersebut antara lain, ruang keuangan, ruang divisi operasional dan komersial, ruang divisi SDM umum dan komersil, ruang teknik dan ruang SMI, sedangkan ruangan dengan intensitas pencahayaan ≥ 300 lux hanya 1 ruangan (16.7%), yaitu ruang divisi properti dan aneka usaha.. C. Keluhan Kelelahan Mata Distribusi data sampel pegawai berdasarkan pada keluhan kelelahan mata dapat dilihat pada tabel 10..

(39) library.uns.ac.id. 39 digilib.uns.ac.id. Tabel 10. Distribusi Sampel Pegawai Berdasarkan Keluhan Kelelahan Mata di Ruang Kerja Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 Kelelahan Mata. Jumlah. %. Ya. 23. 76.7. Tidak. 7. 23.3. Jumlah. 30. 100. Sumber: Data Primer (April, 2019) Data dari tabel 10 dapat dilihat bahwa sampel pegawai yang mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak orang 23 pegawai (76.7%) dan pegawai yang tidak mengalami keluhan kelelahan mata sebanyak 7 orang (23.3%).. D. Hubungan Intensitas Pencahayaan terhadap Keluhan Kelelahan Mata Berdasarkan hasil dari pengukuran intensitas pencahayaan umum pada ruang kerja area kantor (office) PT. Pelabuhan IndonesiaIII (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara serta pula hasil kuesioner, telah dilakukan uji Rank Spearman untuk melihat dan menentukan apakah ada tidaknya hubungan intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata pada pegawai ruang kerja kantor PT. Pelabuhan Indonesia(Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019. Hubungan intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata pegawai area kerja kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 11..

(40) library.uns.ac.id. 40 digilib.uns.ac.id. Tabel 11. Hasil Uji Spearman’s Rank Intensitas Pencahayaan Umum dengan Keluhan Kelelahan Mata Pada Pegawai Area Kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara tahun 2019 Intensitas. Keluhan Kelelahan Mata. Umum Baik. Ya. Tidak. (r). (p). N. %. N. %. N. %. 3. 10.0. 5. 16.7. 8. 26.7. (≥ 300 lux) Buruk. Sig.. Jumlah. Pencahayaan. 0,001 -0.558 20. 66.6. 2. 6.7. 22. 73.3. 23. 76.6. 7. 23.4. 30. 100. (< 300 lux) Jumlah. Sumber: Data Primer (April, 2019) Data pada tabel 11 dapat dilihat bahwa sampel pegawai yang bekerja pada intensitas pencahayaan baik (≥ 300 lux) sebanyak 8 orang (26.7%) yang terdiri dari 3 orang (10.0%) mengalami kelelahan mata dan 5 orang (16.7%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Pegawai yang bekerja pada intensitas pencahayaan buruk (< 300 lux) sebanyak 22 orang (73.3%) yang terdiri dari 20 orang (66.6%) mengalami kelelahan mata dan 2 orang. (6.7%) tidak. mengalami kelelahan mata. Hasil uji Spearman’s Rank hubungan intensitas pencahayaan umum terhadap keluhan kelelahan mata, diperoleh data sebagai berikut: 1. Nilai signifikansi (p) sebesar 0.001 atau nilai p < 0.05. Hal ini membuktikan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang berarti antara.

(41) library.uns.ac.id. 41 digilib.uns.ac.id. intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata atau H1 diterima. 2. Nilai korelasi (r) sebesar – 0.558 atau memiliki nilai yang negatif. Hal ini membuktikan bahwa intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata memiliki arah hubungan yang tidak sejalan atau asimetris. 3. Nilai korelasi (r) sebesar 0.558. Hal ini membuktikan bahwa intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata memiliki tingkat hubungan atau korelasi yang kuat..

(42) library.uns.ac.id. digilib.uns.ac.id. BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Jumlah seluruh sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang dimana sampel paling banyak adalah berjenis laki-laki dengan jumlah 24 orang sedangkan yang berjenis kelamin perempuan 6 orang. Sampel penelitian menunjukkan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki. Guyton (1991), menyebutkan bahwa daya akomodasi otot mata dipengaruhi oleh usia 45 tahun keatas bukan oleh jenis kelamin. 2. Usia Seluruh sampel penelitian ataupun sampel pegawai berusia dibawah 45 tahun. Menurut Guyton (1991), menyebutkan bahwa daya akomodasi otot mata akan mengalami penurunan pada usia lebih dari 45 tahun. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa usia subjek penelitian masih dalam keadaan normal dan tidak mengalami penurunan akomodasi otot mata atau kualitas kesehatan mata, yang berarti jika terjadi penuruan daya akomodasi otot mata maka tidak dipengaruhi oleh usia pegawai. 3. Masa Kerja Data distribusi berdasar masa kerja menunjukan bahwa pegawai dengan masa kerja ≥ 5 tahun sebanyak 25 orang sedang untuk masa kerja < 5 tahun sebanyak 5 orang. Masa kerja cenderung akan membuat seorang. 42.

(43) library.uns.ac.id. 43 digilib.uns.ac.id. pegawai lebih merasa betah dalam suatu perusahaan, hal ini disebabkan diantaranya karena telah beradaptasi dengan lingkungannya yang cukup lama sehingga seorang pegawai akan merasa nyaman dengan pekerjaannya (Mochtar, 2013). Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat diartikan bahwa masa kerja pada sampel penelitian tidak berpengaruh terhadap terjadinya keluhan kelelahan mata. 4. Lama Kerja Data distribusi berdasar lama kerja menggunakan komputer menunjukkan bahwa seluruh pegawai (100%) bekerja dengan komputer selama ≥ 4 jam per hari. Dari variabel tersebut dapat dikatakan bahwa lama kerja tidak berpengaruh terhadap variabel keluhan kelelahan mata dikarenakan seluruh sampel penelitian bekerja menggunakan komputer selama ≥ 4 jam dan memiliki jenis tugas yang sama berupa pekerjaan administrasi yang beragam, seperti menulis, membaca, pekerjaan arsip, seleksi surat-surat dan menggunakan komputer dengan jam kerja selama 8 jam sehari. Lamanya tenaga kerja dapat bekerja secara baik umumnya antara 6-8 jam sehari (Erwin, 2002). 5. Durasi Istirahat Mata Data distribusi berdasar durasi istirahat mata menunjukkan bahwa pegawai dengan durasi istirahat mata ≥ 10 menit per jam sebanyak 26 orang dan pegawai dengan durasi istirahat mata < 10 menit per jam sebanyak 4 orang. Dari data tersebut, rata-rata mayoritas pegawai.

(44) library.uns.ac.id. 44 digilib.uns.ac.id. melakukan istirahat mata selama ≥ 10 menit per jam, serta setiap harinya pegawai mendapatkan waktu istirahat selama 1 jam. Hasil uji statistik spearman’s rank antara variabel durasi istirahat mata dengan variabel keluhan kelelahan mata menunjukkan nilai signifikasnsi (p) sebesar 0.251 atau > 0.005, hal ini menandakan kedua variabel tidak memiliki hubungan yang berarti atau dapat diartikan durasi istirahat mata pada sampel penelitian tidak berpengaruh terhadap terjadinya keluhan kelelahan mata. Istirahat yang dilakukan secara teratur berguna dalam meredamkan keluhan kelelahan mata yang berdampak pada kenyamanan penggunaan komputer meningkat (Anshel, 1996) dalam (Roestijawati 2007). 6. Jarak Pandang Terhadap Layar Monitor Data distribusi berdasar jarak pandang terhadap layar monitor menunjukkan bahwa pegawai dengan jarak pandang terhadap layar monitor < 40 cm sebanyak 3 orang pegawai dengan jarak pandang terhadap layar monitor ≥ 40 cm sebanyak 27 orang. Hasil uji statistik spearman’s rank antara variabel jarak pandang pada layar komputer dengan variabel keluhan kelelahan mata menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar 0,679 atau > 0.005, hal ini menandakan kedua variabel tidak memiliki hubungan yang berarti atau dapat diartikan jarak pandang terhadap layar monitor pada sampel penelitian tidak berpengaruh terhadap terjadinya keluhan kelelahan mata. Jarak ergonomis antara layar monitor dengan pengguna komputer berkisar antara 40 cm sampai dengan 60 cm (Hanum, 2008)..

(45) library.uns.ac.id. 45 digilib.uns.ac.id. B. Intensitas Pencahayaan Umum Berdasarkan pada data hasil pengukuran intensitas pencahayaan umum pada 6 unit ruang kerja di area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara diketahui bahwa intensitas pencahayaan pada 5 ruangan dikategorikan buruk atau belum memenuhi standar dengan intensitas pencahayaan < 300 lux. Ruangan tersebut antara lain, ruang keuangan, ruang divisi operasional & komersial, ruang divisi SDM umum dan komersil, ruang teknik dan ruang SMI. Hanya terdapat 1 ruangan yang dikategorikan baik atau memenuhi standar dengan intensitas pencahayaan ≥ 300 lux yaitu ruang divisi properti dan aneka usaha. Ruang divisi properti dan aneka usaha sudah dapat dikategorikan baik dan memenuhi standar dengan intensitas sebesar 502.46 lux. Beberapa hal yang menyebabkan intensitas pencahayaan pada ruangan tersebut baik antara lain dikarenakan ruang divisi properti dan aneka usaha berada pada dekat pintu masuk dan terdapat jendela yang memungkinkan cahaya matahari dapat masuk dengan baik, sedangkan beberapa ruangan yang memiliki intensitas pencahayaan buruk yaitu ruang keuangan dengan intensitas 97.65 lux, ruang divisi operasional dan komersial dengan intensitas 216.46 lux, ruang divisi SDM umum dan komersil dengan intensitas 79.44 lux, ruang teknik dengan intensitas 92.1 lux dan ruang SMI dengan intensitas 106.96 lux. Nilai tersebut sangat berbeda jauh dari standar intensitas pencahayaan sesuai Permenaker No. 5 Tahun 2018, dimana standar yang dianjurkan yaitu minimal 300 lux..

(46) library.uns.ac.id. 46 digilib.uns.ac.id. Nilai intensitas pencahayaan yang rendah tersebut dapat disebabkan karena beberapa lampu ruangan mati dan tidak berfungsi dengan baik serta sumber cahaya alami berupa sinar matahari yang masuk ruangan terhalang oleh tiraitirai yang dipasang pada jendela. Tirai tersebut berjenis tirai vertical blind dimana berupa bilah-bilah vertical yang dapat dibuka secara horizontal, namun tirai-tirai tersebut setiap hari dibiarkan tertutup dan jarang sekali untuk dibuka. Sumber pencahayaan buatan pada semua ruangan menggunakan lampu yang berjenis LED dengan cahaya berwarna putih yang memberikan efek dingin dan sejuk (cool light). Warna yang cenderung monoton dan formal dapat membuat konsentrasi tetap stabil sehingga sering sekali digunakan pada setiap ruang kerja (Istiawan dan Kencana, 2006). Pencahayaan buatan atau lampu ruangan menggunakan sistem pencahayaan langsung, dimana 90%100% cahaya diarahkan langsung ke bidang kerja (tidak ada tunneling effect di atas lampu) dengan arah pencahayaan down light (pencahayaan ke bawah) yang berfungsi memberikan pencahayaan secara merata pada ruangan serta objek di bawahnya.. C. Keluhan Kelelahan Mata Distribusi data penelitian terhadap sampel sebanyak 30 orang pegawai didapatkan hasil sebanyak 23 orang (76.7%) mengalami keluhan kelelahan mata dan sebanyak 7 orang (23.3%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Pegawai yang bekerja pada intensitas pencahayaan yang buruk sebanyak 22 orang (73.3%) yang terdiri dari 20 orang (66.6%) mengalami keluhan.

(47) library.uns.ac.id. 47 digilib.uns.ac.id. kelelahan mata dan sebanyak 2 orang (6.7%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Pegawai yang bekerja pada intensitas pencahayaan umum yang baik sebanyak 8 orang (26.7%) yang terdiri dari 3 orang (10.0%) mengalami keluhan kelelahan mata dan sebanyak 5 orang (16.7%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. Kualitas, kuantitas dan distribusi cahaya mempengaruhi kelelahan mata dimana distribusi cahaya yang buruk di lingkungan kerja dapat mengakibatkan kelelahan mata (Padmanaba, 2006).. D. Hubungan Intensitas Pencahayaan Umum dan Keluhan Kelelahan Mata Hasil dari uji statistik hubungan intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata menunjukkan nilai signifikansi (p) sebesar 0.001 < 0.005 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima atau ada hubungan yang berarti antara intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata terhadap pegawai pengguna komputer pada area kerja kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara pada Tahun 2019, yang secara keseluruhan terdapat 23 orang pegawai (76.7%) dari 30 sampel mengalami keluhan kelelahan mata. Variabel antara intensitas pencahayaan umum dengan variabel keluhan kelelahann mata memiliki hubungan yang bersifat tidak searah atau asimetris, yang memiliki arti semakin berkurangnya intensitas pencahayaan umum maka kelelahan mata akan meningkat, sebaliknya jika intensitas pencahayaan umum bertambah maka keluhan kelelahan mata akan menurun. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil uji statistik yang menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar 0.558 atau memiliki nilai yang negatif. Angka tersebut juga menunjukkan.

(48) library.uns.ac.id. 48 digilib.uns.ac.id. bahwa intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata memiliki tingkat hubungan atau korelasi yang kuat. Hal tersebut merujuk pada nilai correlation coefficient yang dapat dilihat pada tabel nomor 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan dan pengaruh yang signifikan secara statistik antara intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata dan hasil tersebut sejalan dengan penelitian Hendrawan (2004) yang berjudul Pengaruh Penerangan Umum dan Penerangan Lokal terhadap Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja Asmad Galery di Cilacap, Program Pascasarjana Universitas Gadjah Muda Jogjakarta. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa ada pengaruh signifikan intensitas penerangan umum terhadap penuruan kelelahan kerja, memiliki nilai R2 sebesar 55.80% dan adanya pengaruh yang signifikan antara intensitas penerangan umum dan lokal dengan nilai R2 sebesar 82.10%. Hal tersebut sejalan pula dengan penelitian Siti Atangki, Budi T. Ratag, dan Johan Josephus (2016) dengan judul Hubungan Antara Penggunaan Komputer dengan Kelelahan Mata pada Pegawai di Bagian Iklan dan Umum di PT. Wenangcemerlang Press/SKH Manado, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil p value sebesar 0.004 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berkmana antara penggunaan komputer dengan kelelahan mata di PT. Wenangcemerlang Press/SKH Manado..

(49) library.uns.ac.id. digilib.uns.ac.id. BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan pada pegawai di area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara Tahun 2019 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil pengukuran intensitas pencahayaan umum pada setiap ruang kerja berbeda-beda, dengan rincian 5 dari 6 ruang kerja menujukkan intensitas pencahayaan umum yang buruk atau tidak memenuhi standar (< 300 lux) dan 1 ruang kerja menunjukkan intensitas pencahayaan umum yang baik dan telah memenuhi standar (≥ 300 lux). 2. Hasil penelitian pada responden yaitu sebanyak 30 pegawai di area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara menunjukkan sebanyak 23 orang. (76.7%) mengalami. keluhan kelelahan mata dan 7 orang (23.3%) tidak mengalami keluhan kelelahan mata. 3. Hasil uji statistik menunjukkan nilai signifikansi (p) yaitu 0.001 < 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima atau ada hubungan yang bermakna antara intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata pada pegawai di area kantor PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Regional Bali Nusa Tenggara. 4. Hasil uji statistik menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar – 0.558 atau memiliki nilai yang negatif. Hal ini membuktikan bahwa intensitas. 49.

(50) library.uns.ac.id. 50 digilib.uns.ac.id. pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata memiliki arah hubungan yang tidak sejalan atau asimetris. 5. Hasil uji statistik menujukkan nilai korelasi (r) sebesar 0.558. Hal ini membuktikan bahwa intensitas pencahayaan umum dengan keluhan kelelahan mata memiliki tingkat hubungan atau korelasi yang kuat.. B. Saran 1. Diharapkan pihak perusahaan dapat memberikan dan menambah intensitas pencahayaan umum pada beberapa ruang kerja kantor yang belum sesuai dan memenuhi standar agar intensitas pencahayaan dalam ruangan tersebut sesuai dengan standar yang telah dianjurkan yaitu minimal 300 lux. 2. Diharapkan upaya pemeliharaan fasilitas pencahayaan ruangan dapat ditingkatkan agar setiap lampu pada ruang kerja dapat menyala dengan baik dan tidak ada yang mengalami kerusakan, dan bila terdapat kerusakan untuk segera diperbaiki. 3. Diharapkan untuk mengetahui dan menghindari adanya keluhan kelelahan mata agar dilaksanakan pemeriksaan rutin terhadap kondisi penglihatan pada pegawai kantor. 4. Melaksanakan campaign lingkungan kerja yang sehat dengan mengistirahatkan mata untuk melepaskan akomodoasi mata, yaitu dengan istirahatkan mata selama 10-15 menit setiap 1 jam penggunaan komputer untuk mengurangi dan menghindari pegawai terhadap keluhan kelelahan mata..

(51)

Gambar

Gambar 2. Macam Sistem Pencahayaan  Sumber: PT. Indalux Enterprindo (2016)
Tabel 1. Nilai Pantulan (Reflektan)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Hubungan Intensitas Pencahayaan  Terhadap Keluhan Kelelahan Mata
Gambar 5. Desain Penelitian Hubungan Intensitas Pencahayaan  Terhadap Keluhan Kelelahan Mata
+7

Referensi

Dokumen terkait