• Tidak ada hasil yang ditemukan

SETIA HATI SINANDI. Setia Hati Yang Tersembunyi. Terjemahan bebas oleh Agus Mulyana bersama Mochamad Ngemron. Editor & Penata Letak : Wisnu Bayu Murti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SETIA HATI SINANDI. Setia Hati Yang Tersembunyi. Terjemahan bebas oleh Agus Mulyana bersama Mochamad Ngemron. Editor & Penata Letak : Wisnu Bayu Murti"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SETIA HATI SINANDI

Setia Hati Yang Tersembunyi

Terjemahan bebas oleh Agus Mulyana bersama Mochamad Ngemron.

(2)

"SETIA HATI SINANDI"

Setia Hati Yang Tersamar

SET - thya budhya sinupeket sing - SET

Setia dengan sungguh-sungguh setia untuk berusaha mengikat erat

TI - niti sliring tindak tinga - TI

Selalu teliti dalam segala perbuatan dengan sangat hati-hati

YA - hanggayuh pandhame ngawir - YA

Untuk mencapai pandangan hidup yang luhur

HA - marsudi hanggraning wiwa - HA

Mengusahakan diri untuk bisa menguasai diri pribadi

TI - nulata ing reh mangastu- TI

(3)

" Bahwa manusia hidup harus selalu menyadari keberadaannya, bahwa hidup tidak lama "hanya mampir ngombe/ hanya untuk minum " jadi harus berserah Diri pada Yang Maha Kuasa.

Untuk direnungkan dan disampaikan sebuah Ular-ular bagi para Kadhang dimanapun ber-ada .

Singa-singas kang kagugu sayekti pan kadulu, Aja sing pra dewa kang wite tinitah luwih, Iku maneh yen tan mikatenana,

Nadyan sela utawa wreksa, yen pinuji-puji,

Pinujeng mantreng dudupa. binorehan wangi-wangi, Sayekti bakal mikatoni, berkat cipta-pangrasane dewe.

(dalam bahasa jawa kuno/kawi)

Arti-maknanya:

Barang sesuatu yang dipatuhi, niscaya akan terlihat. Para dewa sekalipun, mahluk ciptaan yang luhur, tentu akan menampakkan diri.

Batu atau kayu sekalipun, bila dipuja-puja.

Dengan pembakaran kemenyan dan dibedaki bau-bauan harum.

Tentu akan menampakkan diri pula, dikarenakan pengaruh cipta-rasanya sendiri.

(4)

1. SE - kar pucung

TI - nulis kinarya pemut, YA - marang pra kadhang, HA - naluri dhadya bhekti,

TI - las labete swarginipun Pak Soera

(Gending Pucung, ditulis sebagai pengingat-ingat, kepada para saudara SH, untuk dapat menjadikan bhakti atau berbhakti, sebagai peninggalannya almarhum Ki Ngabei Soerodiwiryo)

2. SE - thya tuhu,

TI - myang talatan hatul, YA - pamulangira,

HA - muruk dan murih lantip,

TI - tis sarta cukat ing kridaning silat

(Betul-betul setia, selalu teliti dan tekun, untuk menjadi hafal (dalam menjalani atau menempuh ilmu SH), supaya menjadi cerdas, cepat dan tepat dalam olah kanuragan atau pencak silat)

3. SE - dhyanipun,

TI - nularake sadharum, YA - sagunging langkah, HA - ywa kongsi na kacicir,

TI - nata urut runtut dhadhi jurusan

(Untuk mencapai suatu keinginan (menjadi manusia SH), dipraktekkan melalui perbuatan-perbuatan luhur, yaitu segala perilaku, jangan sampai ada yang tertinggal, dimana itu menjadi satu kesatuan yang tertata secara teratur menjadi suatu jurus)

4. SE - ne tuhu,

TI - niti sagung nging laku, YA - solah bawanya,

HA - sal saking warni-warni, TI - niru pinendetingkang pinitaya

(Betul-betul meyakini, selalu teliti dalam segala perbuatan atau perilaku, baik secara lisan atau ucapan maupun perrbuatan, yang berasal dari bermacam-macam bentuk, diambil atau dicontoh segala yang bermanfaat agar dipercaya kebaikannya)

(5)

5. SE - trusipun,

TI - nata serta cinampur, YA - kaolah samya,

HA - nambahai akal budhi,

TI - nalusur nut ilham panggilihira

(Selanjutnya, diatur serta disempurnakan, dengan diolah sedemikian rupa, ditambah pula (termasuk) dengan akal budi, yang menurut dan mengikuti ilham yang ada di dalam bathin)

6. SE – mono wus,

TI - ti cukup gunggungipun, YA - ana tri dhasa,

HA - langkung nem sampun komplit, TI - ongkok Sunda Jawa Betawen Padang

(Dengan demikian sehingga, telah mencukupi jumlahnya, yaitu ada tiga puluh, ditambah enam yang menjadi lengkap (jurus 36 SH), yang unsurnya berasal dari Tiongkok Sunda Jawa Betawi Padang)

7. SE - Nesipun,

TI - Cimande oge milu, YA - Fort de Kock Lahat, HA - Priyaman Minangkabau,

TI - nambahan singkara hanggambuh reka

(Dan lainnya adalah, dari Cimande juga ikut, juga Fort de Kock Lahat, dari Priyaman Minangkabau, dan ditambah pula dari beberapa yang lain sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat yang tak dapat dipisah-pisahkan) 8. SE - Wardhinipun kanten,

TI - nari tekadhe pra sedulur,

YA - hantebe sarana nganggo prajanji, HA - murih dhadhya rahayu,

TI - namtokna ywa padhudhon

(Dan yang terakhir, dengan mengajak semangat para saudara SH, agar lebih mantap dengan sungguh-sungguh menggunakan janji atau sumpah (sebagai hukum) untuk diikuti, supaya menjadi selamat didalam perikehidupan, ditentukan agar tidak terjadi pertengkaran)

(6)

9. SE - Dhyane hidup rukun,

TI - nebihna saking tukar padhu,

YA - yah rena lir kadhang hanunggil kapti, HA - nor raga pambekipun,

TI - naberi murih kamot

(Tujuan dalam mencapai kerukunan hidup, dengan menjauhkan diri dari segala bentuk pertengkaran, hanya dengan tujuan yang sama dan keinginan yang tinggi untuk menjadi saudara, dan dengan sunguh-sungguh mencapai keinginan, diteliti secara hati-hati untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan)

10. SE - Mrambahe mring umum, TI - lamo watak hakumalungkung, YA - areh pikolehe mamartani,

HA - yawa ngumbar hardheng kalbu, TI - was dhadi kebasturon

(Semuanya akan berkembang didalam kehidupan masyarakat, jauhkan dari watak yang sombong, kesabaran yang akan didapat, dan tidak akan pernah mengikuti hati yang rendah, karena dapat mengakibatkan lupa diri atau terbelenggu karenanya)

11. SE - Mangsa wus kacukup, TI - nampi ing trap kalih winuruk,

YA - winulang tumrap rahayu ning ngurip, ngudhi weninging kalbu, HA – ngudhi weninging kalbu

TI - nut met sihing Hyang Manon

(Setelah semuanya tercakup atau dijalankan atau diterapkan, dapat diterima didalam pelajaran keilmuan SH pada tingkat kedua, untuk dipelajari mencapai keselamatan hidup, dengan berusaha membuka hati sanubari atau setia pada diri pribadi, yang tertuntun dan selalu menghadap kepada Tuhan)

12. SE - Mangsa wus tuwajuh,

TI - niti tindhak tandhuk sidharum, YA - ntuk srana karanane ing trap katri, HA - prana pranaweng luyut,

(7)

(Setelah mencapai atau menguasai betul-betul pelajaran tingkat kedua, diteliti segala perbuatan atau tingkah laku untuk mencapai keluhuran budi, yang menjadi syarat untuk dapat mempelajari pelajaran keilmuan SH pada tingkat ketiga, untuk mencapai atau mengerti tentang keghaiban, dalam mengenal jalannya kehidupan yang sebenarnya)

13. SE - Pi ngalame suwung,

TI - nupiksa narawang hanglangut, YA - iku tapa telenging jalanidi, HA - lame winisesa wus,

TI - ngal gaibing Hyang Manon

(Sepi dalam keadaan hening atau keadaan sepi yang tidak memiliki pikiran yang beraneka ragam/ kekosongan/ kehampaan, akan sangat dapat mengenal secara jelas pemikiran atau idealis yang tanpa batas, yaitu yang betul-betul berada di dalam pusat samudera kehidupan, alam semesta sudah dikuasainya, sehingga betul-betul dapat melihat keghaiban Tuhan)

14. SE - Ngadine kang sampun, TI - ti ing reh bangkit mikat, YA - kukutane rubedane ati, HA - nanging mungguhto ingsun, TI - tigane kudhu manggon

(Barangsiapa yang sudah mencapai kepada keghaiban Tuhan, akan selalu sangat hati-hati didalam perilaku yang telah terikat kepada Tuhan, yang menghasilkan segala perbuatan diri, ketiga ilmu SH yakni eerste trap-tweede trap-deerde trap harus menjadi satu)

15. SE - Dhuluran sing perlu, TI - nitik saka kodrate hidup,

YA - iku janma urip bebrayan sami, HA - na jroning jagad srawung, TI - narik mring dhayaning wong

(Persaudaraan yang penting, yang merupakan bukti kodrat hidup, yaitu manusia adalah bersaudara di dalam hidup kebersamaan, yang ada di dalam kehidupan antar manusia atau bermasyarakat, dimana orang akan tertarik oleh daya kehidupan orang SH)

(8)

16. SE - Jatine ran hidup,

TI - nata ring tatanan sadharum,

YA - muhung hangudhi rahayu basuki, HA - la becik wus kalebu,

TI - timbangan sami uwong

(Sebenarnya yang disebut hidup, diatur bertata di dalam aturan-aturan luhur, yang akan mencapai jalan keselamatan dan kedamaian yang bagus nan indah, dan yang tidak baik maupun yang baik akan dapat diterima, sehingga menjadikan pertimbangan atau keadilan di dalam kehidupan sesama manusia)

17. SE - Lajengipun banjur,

TI - namengan warananing hidup, YA - mamrih bagas kasarasan ugi, HA - nglalantih purihipun,

TI - netonging trap dwi manggon

(Dan selanjutnya adalah, dengan kekuatan-kekuatan sarana hidup, untuk mencapai kesehatan, dengan selalu berlatih sampai dapat menemukan kesehatan, yang terdapat atau ditunjukkan sampai pada tingkat kedua pelajaran ke-SH-an)

18. SE - Sampunipun nutug,

TI - naberi weewnganing kalbu,

YA - handhrawa ing trap katri mesu budhi, HA - mrih tulus kang kalimput,

TI - ti megatruhing batos

(Setelah selesai mencapai tujuan, dengan sungguh-sungguh membuka hatinya/ setia pada dirinya, yang telah sampai diteruskannya pada tingkat ketiga, untuk mencapai segala yang diinginkan, yang sampai pada pelepasan jiwa/ kesempurnaan hidup)

19. SE - Kalungkung abot mungguh lampahipun, TI - yang hidup mrih basuki,

YA - yah rungkut marganipun, HA - nanging hangger marsudi, TI - nari ing tekad manggon

(9)

(Memang sangat berat perjalanan yang harus ditempuh, bagi orang hidup untuk mencapai

kebagusan dan keindahan yang nikmat tiada tara, walaupun jalannya penuh rintangan,

tetapi kalau sungguh-sungguh menjalaninya, harus dengan kebulatan tekad) 20. SE - Mu sareh ing reh martotama kudhu,

TI - naberi murih lantib, YA – sudhane hawa napsu, HA - nor raga ywa nyenyerik, TI - narbuka ing kang momong

(Dengan penuh kesabaran untuk mencapai keutamaan, dengan kesungguhan hati untuk mencapai kecerdasan budi, yaitu dengan mengurangi keinginan hawa nafsu, keinginan jasmani dikurangi, maka akan dapat terbukanya terhadap yang dapat mengendalikan diri)

21. SE - Mangsane wus kabuka ning-nging kalbu, TI - ti met kamoting diri,

YA – yah pikantuking wahyu, HA - nrawang jamane keksi, TI - nonton tan kaliru ngong

(Ketika hati sudah terbuka, sudah sangat mengenal dan menyatu dengan diri, maka akan seperti orang yang telah menerima wahyu, dan sangat jelas tentang kehidupan dirinya/ siapa sesungguhnya aku?, terlihat tidak akan keliru akan dirinya)

22. SE - Wenehe kadhang eSHa gampang klimput, TI - lar reh kang wus jinanji,

YA - mung ngudhi silatipun, HA - gawe congkaking diri, TI -nanding silat hatanggon

(Jangan sampai saudara SH mudah terbelenggu atau terlupa, dengan meninggalkan janji atau sumpah SH-nya, hanya untuk mendapakan pencak silatnya saja, yang akan dapat menimbulkan kesombongan diri, dimana justru akan selalu bertemu tanding dengan orang yang tangguh dalam pencak silatnya)

(10)

23. SE - Tuhune tumrape pencak sadharum, TI - nitenan srana juri,

YA - eSHa kang wus pan durung, HA - tinggal glanggang kalindhih, TI - nalikung dhadhi kasor

(Sebenarnya hakekat pencak yang luhur sebagai ilmu silat yang tertinggi, yang apabila diamati oleh seorang juri, hanya SH-lah yang akan tidak pernah, meninggalkan gelanggang pertandingan, dan tidak akan pernah menjadi kalah) 24. SE - Lami wus luwih patang puluh tahun,

TI - ba unggul yen tinandhing, YA – ta kang mangkono mau, HA - ja pamer witan becik, TI - lar wewekane batos

(Selama 40 tahun yang lalu yakni antara tahun 1917 - 1930, selalu menang di dalam pertarungan, dan yang seperti itulah, jangan sampai menjadi sombong diri dan itu tidak baik, karena akan meninggalkan kewaspadaan bathin)

25. SE - Thya budhya sumarah kang murbeng hidup, TI -tinen tindhak myang kardhi,

YA - saliring reka busuk, HA - ja mawas ponang diri, TI - tenana tekaning ngong

(Selalu setia dan berusaha pasrah kepada Yang Maha Hidup, koreksi atau teliti segala perbuatan, dari tindakan yang buruk, dan selalu mawas diri, dan lihat apa yang terjadi)

26. SE - Najan ta samangkya sih hidup luhur, TI - nutupan busana-dhi,

YA – kineringan sadharum, HA - wit bisa nutup wadhi, TI - narka tan bisa mbrojol

(Walaupun sekarang hidup dalam keluhuran, yang ditutupi oleh busana kehidupan, yang diikuti pula oleh budi yang luhur, sampai dapat menutupi rahasia yang ada, maka tidak akan dapat diramal atau diterka)

(11)

27. SE - Lurane ing besok pamelehipun, TI - bane adiling widhi,

YA - wohe kang wus tinandur, HA -timun ta thukul krahi, TI - mun ya timun sayektos

(Sesungguhnya hasil dari perbuatan besok, akan menjadi keadilan Tuhan, yaitu segala hasil dari apa yang telah diperbuat, ibarat menanam buah mentimun tidak akan pernah berbuah krai atau timun suri yakni buahnya mirip timun namun bukan timun, buah mentimun yang betul-betul buah mentimun)

28. SE - Yogane urip utamane laku, TI - las labete utami,

YA - iku bebhudhen luhur, HA - ngelingi turun benjing, TI - laran hamanis kamot

(Sebenarnya hidup yang utama itu adalah laku atau perbuatan nyata, yang meninggalkan bekas-bekas keutamaan, yaitu perbuatan budi luhur, mengingat anak turun atau generasi mendatang, sehingga akan meninggalkan segala kenikmatan yang indah)

29. SE - Neting thyas hangulari pikir, TI - narbuka risaksana dhadhya, YA – panembah ring Hyang Manon, HA -was eling myang emut,

TI - thising thyas mung hamarsudhi

(Keinginan hati yang mengikuti pikir, akan terbuka menjadi, pengabdian kepada Tuhan, dengan selalu waspada dan ingat untuk tidak lupa, akan dapat memperoleh cahaya hati yang diinginkan)

30. SE - Pekete sesama, TI - nanja wus wanuh,

YA - wanuh reh kasudharman,

HA - nor raga ngenaki thyasing sesami, TI - tahipun Pangeran

(12)

(Hidup erat antar sesama, akan betul-betul mengenal atau mengerti, dan lebih mengerti terhadap segala perbuatan. Akan mendapatkan segala kebahagiaan sesama, sebagai mahluk Tuhan)

31. SE - Laras wus ing bathin myang lahir, TI - numbuke ring kridhaneng angga, YA - laku ya bebudhene,

HA - ran jenget tinelu,

TI - nalenan anggraning kapti

(Keseimbangan antara lahir dan bathin, adalah dengan menyatunya segala perbuatan jasmani, juga laku rohani dan perbuatan budi, yang telah terikat erat, dan menjadi satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan antara ketiganya tersebut) 32. SE - Laminya tan wudar,

TI - nrus rosing hidup, YA - wranane kasat mripat,

HA - winahya ngalami nunggil sawiji, TI - niti wus tan kewran

(Selamanya tidak akan pernah lepas, sampai pada inti hidup, yaitu segala apa yang tak dapat dilihat oleh mata, hanya dapat dirasakan adanya penyatuan (dengan Tuhan) dan sangat tidak akan pernah dapat diragukan lagi)

33. SE - Najan ngrekaos hamiwiti, TI - nabiri ywa suweleng gita, YA - kudhu ngantepi lakon, HA - ywa gumampang keguh, TI - narik hardhane kang kapti

(Walaupun sangat berat untuk mengawalinya, lakukan dengan telaten atau rajin tanpa perasaan ragu didalam diri, dan harus mantap di dalam segala perbuatan jalan kehidupan, dan dengan tidak mudah terpancing goyah, terhadap segala sesuatu yang tampak)

34. SE - Daya kahanan dhonya, TI - ti tan langgeng wus, YA - owah gingsir sanjata,

HA - mung budhi prapteng run tumurun wuri, TI - ninggal selaminya

(13)

(Semua keadaan dunia, dirasakan tidak akan langgeng, ada perubahan-perubahan yang nyata, hanya budi luhur yang indah yang akan turun temurun, sepanjang masa)

35. SE - Mono dingin wus hanyukupi, TI - nulis karya pemut pra kadhang, YA – uga sembuh bekti ngong, HA - sungkem sujud trenyuh, TI - ntising reh Pak Soera swargi

(Begitulah sudah mencakup, ditulis sebagai pengingat-ingat, para saudara SH, juga hormat bhakti kami, dan sembah sujud yang dalam, terhadap peninggalan pelajaran yang sangat luhur dari almarhum Ki Ngabei Soerodiwiryo)

36. SE - Kar sinandhi asma, TI - nata kagung-gung, YA - pada kehe jurusan,

HA - na tigang dhasa nem Setya Hati, TI - ti wus srahing hangga

(Sandi yang tersamar ini, disusun dengan penuh keagungan, yang sama jumlahnya, dengan jurus SH sebanyak 36 jurus, dan sampailah pada penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Hidup).

Referensi

Dokumen terkait