• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: monitoring, circulation, mobile, industrial and trade

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: monitoring, circulation, mobile, industrial and trade"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWASAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM MENGAWASI PEREDARAN HANDPHONE DI KOTA

PEKANBARU

ZULHAJRI DAN ZAILI RUSLI

Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Riau,

Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Telp/Fax (0761) 63277

The development of electronic goods market growing rapidly, especially in the city of Pekanbaru. This is because electronic goods like hadphone has become a necessity of life for the community needs. Issues related to trade in the city of Pekanbaru, the Department of Industry and Trade of the City of Pekanbaru has a responsibility as a result of industrial quality control and guidance to smooth trade. The problems that arise in the increasingly widespread mobile phone Black Market or illegal, it should be work to be completed by the supervisor and builder markets. However, monitoring of Industry and Trade of the City of Pekanbaru circulation pretty good phone, but not maximized.

Keywords: monitoring, circulation, mobile, industrial and trade

Perkembangan perekonomian di bidang Perindustrian dan Perdagangan Nasional/Internasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan atau jasa yang ditawarkan dan diperdagangkan dengan berbagai cara dan untuk dapat dimanfaatkan atau dipergunakan oleh konsumen. Dalam kemajuan teknologi dewasa ini, handphone merupakan perangkat komunikasi yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat masa kini. Oleh karena itu, penjualan dan peredaran handphone dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup besar, salah satunya dapat dibuktikan dengan beberapa handphone yang dimiliki oleh sebagian besar masyarakat.

Besarnya daya serap pasar terhadap handphone di Pekanbaru telah memberikan banyak kesempatan bagi para distributor handphone untuk saling bersaing menyalurkan dan memasarkan handphone yang telah diproduksi oleh para produsen ke pasar dalam negeri (masyarakat). Tentu saja, hal ini telah menciptakan suatu persaingan yang tinggi bagi para distributor handphone, sehingga beberapa pengusaha distributor yang tidak mampu bersaing secara sehat, melakukan pendistribusian handphone secara ilegal seperti mendistribusikan handphone-handphone dengan cara menghindari pajak. Cara ini, dapat memberikan manfaat bagi distributor dalam melakukan penetrasi pasar handphone ke dalam masyarakat dengan cepat, mudah dan murah, tanpa mengurangi keuntungan yang diperoleh oleh para distributor itu sendiri.

Permasalahan di masyarakat lahir ketika pembeli tidak mengetahui dan memahami, bahwa handphone yang dibeli merupakan handphone Black Market atau handphone legal. Hal ini lebih diperparah dengan oknum penjual yang tidak memberikan penjelasan yang cukup terhadap para calon pembeli mengenai handphone Blackmarket yang sering disingkat dengan BM. Hanphone Black Market merupakan keadaan suatu barang yang sama persis dengan aslinya tapi bukan merupakan barang original atau seperti replikanya saja atau banyak orang

(2)

menyebutnya barang reject. Terkait dalam masalah perdagangan dan perindustrian yang ada dikota pekanbaru, maka yang menangani dan mengurus masalah perdagangan beserta masalah perindustrian di kota Pekanbaru Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Apabila meninjau hukum yang berlaku dari pandangan perlindungan konsumen terkait dengan status handphone Black Market, maka sebenarnya keberadaan handphone Black Market, telah berlawanan dengan UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, karena pada hakikatnya konsumen memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa yang digunakannya (Pasal 4). Walaupun demikian, setiap konsumen harus memiliki itikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa, karena salah satu perlindungan konsumen, ditujukan untuk dapat mengangkat harkat dan martabat konsumen itu sendiri, dengan cara menghindarkannya dari dampak buruk dari pemakaian barang dan jasa, selain menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen yang dapat menumbuhkan sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha (Pasal 2–3). Selaras dengan hal ini, Pasal 7 telah menegaskan bahwa, penjual harus memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

Apabila kita meninjau peredaran handphone Black Market di masyarakat, maka peredaran handphone Black Market tidak hanya bertentangan dengan hukum yang terkait dengan perlindungan konsumen, karena apabila kita meninjau pada UU No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, khususnya Pasal 32, maka telah menjelaskan bahwa, perangkat telekomunikasi yang dibuat, dirakit, dimasukkan, diperdagangkan serta digunakan di dalam negeri, harus memenuhi persyaratan teknis dan izin yang ditentukan. Berikut hasil temuan handphone yang tidak sesuai dengan standar:

Tabel 1. Data Temuan Handphone yang tidak sesuai dengan Standar di Kota PekanbaruTahun 2010 s.d Mei 2012

No Tahun Jumlah Lokasi Jumlah Temuan

1 2010 21 472

2 2011 28 560

3 2012 35 703

Sumber:Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat temuan DISPERINDAG terhadap sarana distribusi/pelaku usaha yang menunjukan bahwa masih banyaknya peredaran handphone yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dilihat dari jumlah temuannya yang terus meningkat setiap tahun, hal ini menunjukkan bahwa kurangnya pengawasan yang dilakukan DISPERINDAG terhadap peredaran handphone di Kota Pekanbaru. Selain itu, beberapa kasus yang di temukan peneliti berdasarkan media cetak salah satunya adalah masih banyak Konter Handphone di Pekanbaru menjual Blackberry palsu, Persebarannya Blackberry palsu di berbagai tempat, termasuk yang berada di pusat perbelanjaan,

(3)

dan masih banyaknya Produk Ilegal yang Menjamur masuk melalui pasar gelap (Black Market) ke kota Pekanbaru, sebagai konsumen sebaiknya agar lebih cerdas memilih produk yang bagus dan aman, karena diyakini produk-produk yang peredarannya melalui Sejauh ini, produk ilegal ini masih banyak sekali ditemukan di setiap toko yang ada di Pekanbaru.

Banyaknya kasus peredaran handphone yang tidak sesuai dengan ketentuan standar yang berlaku, tentunya merugikan bagi masyarakat yang menggunakan handphone tersebut karena mempunyai kualitas yang rendah. Tidak hanya masyarakat yang dirugikan tetapi juga mengurangi pemasukan negara yaitu berupa pajak yang merupakan salah satu pendapatan bagi daerah kota Pekanbaru. Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang dan jasa yang di tawarkan kepadanya sesuai dengan UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Oleh sebab itu, pemerintahnya selayaknya mengadakan pengawasan secara ketat. Pemerintah juga bertugas untuk mengawasi berjalannya peraturan serta undang-undang tersebut dengan baik.

Dari survey yang dilakukan peneliti dapat dilihat Masih banyaknya di temukan peredaran handphone blackberry tidak memiliki kartu jaminan/ garansi dalam bahasa Indonesia jadi secara tidak langsung memang tidak sesuai dengan standar berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dan masih kurangnya pengawasan dan sanksi yang tegas oleh DISPERINDAG terhadap peredaran handphone blackberry yang tidak sesuai dengan standar berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini membuat, DISPERINDAG harus lebih ekstra untuk melakukan pengawasan dan memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku usaha yang tidak memenuhi standar berdasarkan ketentuan yang berlaku, agar pelaku usaha sadar atas kesalahan yang dilakukan.

Berpedoman pada masalah diatas maka selanjutnya penulis akan mengemukakan beberapa teori yang penulis anggap relevan dengan permasalahan, konsep teori ini juga sebagai acuan dalam membahas penelitian ini. Teori-teori yang digunakan merupakan rangkaian penelitian yang akan disandingkan pada permasalahan untuk memperoleh hasil yang baik.

Strong dalam Brantas (2009:189) mengatakan bahwa pengawasan adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu prusahaan, agar suatu pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana. Sedangkan Menurut Siagian (1997:135) pengawasan ialah proses pengamatan dari pada pelaksanaan dari seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Handoko (2003:359), mengatakan bahwa pengawasan dapat didefenisiskan sebagai proses untuk “menjamin” bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai.

Terry dalam Brantas (2009:188) mengatakan pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apa perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Sedangkan Manulang (2001:173) berpendapat pengawasan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, dan bila perlu mengkoreksi dengan maksud pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

(4)

Kemudian Herujito (2004:96) langkah-langkah pengawasan adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan standar pelaksanaan dan metode yaitu berupa standar waktu, fisik/kualitas atau standar keuangan.

b. Mengukur prestasi kerja yaitu dapat dilakukan melalui observasi, pengujian atau laporan tertulis.

c. Membandingkan standar dengan hasil atau pelaksanaan kegiatan yaitu menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat.

d. Mengambil tindakan koreksi.

Menurut Robin dalam Kencana (1999:83) mengatakan pengawasan didefenisiskan sebagai proses mengikuti perkembangan kegiatan untuk menjamin jalannya pekerjaan dengan demikian dapat selesai dengan sempurna sebagaimana yang direncanakan sebelumnya dengan pengoreksian beberapa pemikiran yang saling berhubungan.

Menurut Satrohadiwiryo (2002:26) bahwa pengawasan adalah suatu proses dalam rangkaian kegiatan untuk mengusahakan agar sesuatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik dengan rencana yang telah ditetapkan. Arti pentingnya pengawasan adalah :

1. Pengawasan dilakukan untuk menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan aman, dan mengikuti setiap proses dan petunjuk mengenai karya yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

2. Setiap orang diawasi dengan tingkat kemampuan mereka dengan tingkat resiko tugas.

3. Pengawasan diikut sertakan dalam melaporkan dan menyelidiki pelaksanaan pekerjaan dan membuat laporan, saran-saran kepada pengurus.

4. Pengawas ikut serta dalam mengidentifikasi penyimpangan kerja

Jadi pengawasan secara singkat dilakukan untuk mengarahkan segala kegiatan agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai. Dengan adanya suatu pengawasan yang baik dan efektif, maka diharapkan bahwa penyimpangan yang tejadi dapat ditekan, sehingga kemungkinan timbulnya kerugian dan kerusakan yang lebih besar lagi dapat dihindarkan atau minimal dapat diperkecil. Sebab kalau tidak adanya control atau pengawasan, maka dikhawatirkan akan mendorong orang-orang untuk melakukan penyimpangan-penimpangan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Pengawasan yang efektif baru bisa terlaksana kalau sebelum pengawasan terlebih dahulu telah dilakukan perencanaan. Sebab tidak mungkin melakukan pengawasan tanpa memahami perencanaan.

Manullang (2001:184), mengatakan ada beberapa proses pengawasan : a. Menetapkan alat pengukuran (Standar).

Alat penilai atau pengukuran harus terlebih dahulu ditetapkan sebelum melakukan pengawasan, agar pelaksanaan tugas bisa berjalan dengan efektif. Alat ukur (Standar) yang dipergunakan dalam menilai dan mengukur kegiatan pengawasan yaitu :

 kuantitas  kualitas  waktu

(5)

Fase kedua dalam proses pengawasan adalah menilai atau evaluasi ,maksudnya membandingkan hasil pekerjaan dengan alat pengukur (standar) yang ditentukan, Penilaian kegiatan dapat diketahui dari laporan tertulis dan laporan secara lisan.

c. Mengadakan tindakan perbaikan (correctivite action).

Untuk dapat melaksanakan tindakan perbaikan, maka pertama yang harus dilakukan adalah menganalisis apa penyebab terjadinya penyimpangan sehingga tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, tindakan perbaikan terhadap sebuah pelanggaran agar kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki, dan juga untuk menghindari kesalahan yang sama sesegera mungkin, sehingga tujuan yang ingin di capai dapat terwujud. setelah mendapatkan penyebab dari penyimpangan yang dilakukan maka barulah mengadakan tindakan perbaikan seperti pemberian surat peringatan ataupun pemberian sanksi yang tegas.

Sementara itu Sukanto (2002:65) pengawasan yang efektif dapat dilakukan dengan 3 cara, yakni :

a. Menetukan ukuran dan standar

b. Penilaian pekerjaan yang dilakukan atau melakukan tindakan penilaian c. Pembetulan penyimpangan atau melakukan tindakan perbaikan.

Brantas (2009:191) dalam bukunya mengatakantujuan pengawasan adalah a. Suatu proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan

dari rencana.

b. Melakukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (deviasi).

c. Supaya tujuan yang di hasilkan sesuai dengan rencananya.

d. Menghentikanatau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakadilan.

e. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakadilan.

f. Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang lebih baik. g. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisispasi dan akuntabilitas

organisasi.

h. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi. i. Memberi opini atas kinerja organisasi.

j. Mengarakan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kinerja yang ada.

k. Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih.

Brantas (2009:195) Langkah-langkah dalam proses pengawasan adalah : 1) Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengawasan. 2) Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.

3) Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada.

4) Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai rencana.

Siagian (1997:139) ada dua macam teknik pengawasan yaitu: a. Pengawasan langsung (Direct Control)

(6)

Pengawasan langsung adalah apabila pimpinan organisasi mengadakan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan. Pengawasan langsung ini dapat berbentuk :

a. Inspeksi langsung b. On-the-spot observation c. On-the-spot report

b. Pengawasan tidak langsung (Indirect Control) b. Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan tidak langsung ini dapat berbentuk :

a. Tertulis b. Lisan

Dengan demikian tujuan utama pengawasan adalah untuk memahami apa yang salah demi memperbaiki dimasa yang akan datang dan mengarahkan seluruh kegiatan-kegiatan dalam rangka pelaksanaan dari pada suatu rencana sehingga dapat diharapkan suatu hasil yang maksimal. Jadi keseluruhan pengawasan adalah aktivitas membandingkan apa yang sedang atau yang sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Kerena perlu kriteria, norma, standar dan ukuran.

METODE

Penelelitian ini tergolong dalam analisa deskriptif kualitatif mengenai Pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam Mengawasi Peredaran Handphone di Kota Pekanbaru. Adapun Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru di jalan Teratai No. 83 Pekanbaru. Sementara informan penelitian adalah informan yang mengetahui dan memberikan informasi maupun kelengkapan mengenai objek penelitian yang terdiri dari kepala bidang pengawasan dan perlindungan Dinas perindustrian dan perdagangan kota Pekanbaru, Kasi Pembinaan dan Pengawasan, Staff Bidang Pembinaan dan Perlindungan dan bagian Penyuluh Perindustrian, dengan menggunakan Snowball Sampling. Adapun teknik pengumpulan Data menggunakan Interview, Observasi dan Studi kepustakaan

A. Pelaksanaan Pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam Mengawasi Peredaran Handphone di Kota Pekanbaru

Pengawasan terhadap perdaran Handphone dilakukan oleh Perindustrian dan Perdagangan melalui Bidang Pebinaan dan Perlindungan. Dimana dalam melakukan pengawasan Perindustrian dan Perdagangan melalui Bidang Pebinaan dan Perlindungan mengadakan penelitian pasar terhadap produk-produk handphone di distributor dan pedagang handphone yang mengacu pada standar, klausa baku, pelayanan purna jual, cara menjual dan pengiklanan. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan peredaran handphone dalam peningkatan perlindungan konsumen, maka penulis menggunakan indikator sebagai berikut : 1. Standar teknis dan standar administrasi

. Standar administrasi yang ditetapkan oleh dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah melihat kelengkapan data-data yang dimiliki distributor handphone seperti surat rekomendasi.

(7)

Kuantitas pengawasan adalah jumlah pengecekan handphone yang dillakukan petugas dalam melalukan pengawasan terhadap peredaran handphone di Kota Pekanbaru. Kuantitas pengawasan berupa jumlah pengecekan handphone pada outlet penjualan handphone dan banyaknya toko yang dilakukan pengecekan dalam sebulan. Untuk mengetahui kuantitas pengawasan Handphone yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru berikut wawancara penulis dengan seksi pengawasan dan perlindungan:

“Untuk pemantauan dan pengecekan barang yang beredar dipasar merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai pengawas peredaran barang dan jasa. Mengenai banyaknya kita mengadakan pengecekan handphone di pasaran disesuaikan dengan jadwal pengawasan lainnya mengingat tugas pengawasan tidak hanya pada produk elektronik saja. Biasanya kita melakukan pengawasan secara langsung terhadap perdagangan handphone diadakan sebulan 4 kali dan untuk setiap toko kami mengadakan kunjungan 2 sampai tiga kali dalam satu toko”. (wawancara dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 16 Juli 2013)

Untuk melihat perbandingan dilapangan berikut kutipan wawancara penulis dengan penjual handphone:

“Setahu saya biasanya pihak dinas mengadakan kujungan sebulan sekali datang kesini liat-liat, tapi kadang juga tidak terlihat kesini ya biasanya si mereka datangnya rame. Ya kami sering diberi arahan agar selalu memperhatikan standar yang harus dilepkapi sebagai syarat dalam menjual handphone khusus pada penjualan blackberry”. (wawancara dengan pemilik Ponsel, 7 Mei 2013)

Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa untuk kuantitas pengawasan yang dilakukan oleh Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru cukup baik terlihat dari jumlah pengawas yang di tugaskan hanya kenyataannya belum berjalan maksimal. Hal ini terlihat masih terdapat perbedaan yang ditemukan dilapangan selain jumlah yang seharusnya dilapangan begitu pula intensitas pegawasan belum bisa dihitung jumlah dan masih memerlukan perbaikan. Upaya pengawasan yang dilakukan lebih ditekankan pada aspek legalitas dan jaminan produk terhadap masyarakat, karena tidak jarang pengusaha lalai dalam memberikan hak-hak konsumen.

b. Kualitas Pengawasan Handphone

Untuk mengethui kualitas pengawasan berikut hasil wawancara penulis dengan Kepala Bidang Pembinaan dan Perlindungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan:

“Kegiatan pemeriksan yang dilakukan oleh tim pengawas dilapangan dengan mengadakan penilaian kesesuaian handphone dengan peraturan yang berlaku, kegiatan ini dilakukan dengan melihat kondisi handphone dari sisi luar terlebih dahulu semisal box yang lengkap, buku pedoman penggunaan dengan dua bahasa Indonesia, memiliki garansi resmi sementara handphone dalam kondisi baru sesuai dengan SNI dan aspek penjualan yang memberikan penjelasan secara detail. Setelah semua diperiksa kami melakukan pertanggungjawaban dinas dengan membuat laporan pemeriksaan yang kemudian akan dillaporkan sebagai bahan pertimbangan”. (wawancara dengan Kepala Bidang Pembinaan dan Perlindungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 16 Juli 2013)

(8)

Pernyataan tersebut juga diungkapkan oleh Seksi Pengawasan dan Pembinaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan, berikut kutipan wawancara:

“Kegiatan pengawasan dilakukan dengan mengadakan survei langsung dengan ke lapangan dengan melihat kualitas handphone yang dijual pedagang biasanya menyanakan kondisi barang beserta kelengkapan data-data semisal kartu garansi, kelengkapan petunjuk penggunaan, kondisi barang, terkadang mereka menanyakan bagaimana prosedur pengajuan garansi. Hasilnya kami menemukan temuan-temuan yang belum sesuai dengan ketentuan tetapi hanya di toko-toko tertentu saja”. (seksi Pengawasan dan Pembinaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru, 22 Maret 2013)

Berdasarkan penjelasan kegiatan yang dilakukan oleh dinas Perindustrian dan Perdagangan di atas diketahui bahwa kulitas pengawasan yang dilakukan oleh petugas sudah cukup baik. Hal ini terlihat bahwa petugas melakukan pengawasan secara langsung maupun tidak langsung, walaupun untuk hasil masih jauh dari yang diharapka. Para petugas masih mendapati outlet penjualan yang menjual handphone tidak sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku. Untuk itu perlu pembenahan di semua lini agar pengawasan memperoleh hasil yang optimal dan untuk menindaklanjuti temuan-temuan yang diperoleh maka dibutuhkan kerja sama dari pihak-pihak terkait.

c. Waktu

Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Waktu disini dimaksudkan kepada waktu pengawasan yang dilakukan oleh Dinas perindustrian dan perdagangan dalam mengawasi peredaran handphone di kota Pekanbaru. Kegiatan pengawasn dilakukan di setiap toko-toko penjualan handphone baik lama pengawasan dan jumlah pengawasan perbulan maupun mingguan, berikut hasil wawancara dengan Seksi Pembinaan dan Pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru:

“Waktu pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan perdagangan dilakukan setiap empat kali satu bulan dengan menempatkan pengawas yang tidak menampakkan ia sedang bertugas, sehingga diharapkan pengawasan yang maksimal dan memperoleh hasil yang bisa membuat kebijakan baru”. (wawancara dengan wawancara dengan Seksi Pembinaan dan pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 16 Juli 2013)

Berikut kutipan wawancara penulis dengan pemilik ponsel:

“Kami selalu didata oleh pihak dinas perindustrian dan perdagangan kota pekanbaru dan kami selalu berusaha melakukan perbaikan terhadap dokumen-dokumen yang harus dilengkapi dalam melakukan penjualan handphone hanya waktu pengawasan tidak bisa dipastikan pihak dinas datang”. (wawancara dengan pemilik Ponsel, 7 Mei 2013)

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa standar waktu yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Pekanbaru dalam mengawasi peredaran handphone telah dilakukan dengan memperhatikan kondisi lapangan dan dapat dikatakan pembagian waktu pengawasan dalam kategori cukup baik yaitu empat kali dalam sebulan atau seminggu sekali untuk mengadakan sidak dan penelitian di lapangan. Kurangnya tenaga pengawasan

(9)

tersebut yang menyebabkan kurang maksimalnya pengawasan terhadap peredaran handphone yang tidak sesuai dengan undang-undang.

d. Biaya

Berkenaan dengan pengawasan handphone biaya yang harus dikeluarkan harus sesuai dengan ketetepan dan undang-undang agar tidak terjadi tindak kejahatan yang dilakukan oleh oknum pengawas di lapangan. Sudah menjadi rahasia publik bahwa kejelasan pengurusan administrasi di lembaga pemerintah belum sepenuhnya berjalan, untuk itu biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, berikut hasil wawacara mengenai biaya:

“Dalam mengadakan pengawasan terhadap peredaran handphone di setiap toko kami tidak melakukan pungutan biaya sedikitpun, karena ini merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai pengawas. Tujuan kami hanya untuk pengabdian dan kepedulian terhadap masyarakat agar dapat mengurangi kecurangan pedagang dalam menjual produk kita kan sama-sama tahu handphone sekarang bukan menjadi barang mewah lagi siapa saja sekarang mampu membeli handphone”. (wawancara dengan seksi Bimbingan Usaha dan penyuluhan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 16 Juli 2013)

Untuk melihat penerapan di lapangan berikut kutipan wawancara penulis dengan pemilik ponsel mengenai biaya:

“Setiap pengecekan handphone di sini oleh pemerintah kota tidak ada kewajiban untuk membayar mereka, tapi kita kadang tidak tega juga sih tuk kasih apa-apa untuk dia ya minimal rokok si kita kasih. Tapi kalo untuk bayar ke dinas paling-paling mengenai retribusi, dan pengurusan izin saja ya sesuai dengan ketetapanya lah yang penting selesainya cepat”. (wawancara dengan pemilik ponsel, 7 Mei 2013)

Pengaturan standar biaya yang dikenakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru dalam memberikan pelayanan pengawasan telah disesuaikan dengan kondisi dan sistem kerja yang dilaksanakan. Untuk pengecekan barang tidak dipungut biaya sedikitpun, kewajiban pedagang adalaah melengkapi semua dokumen perizinan dan kelengkapan dokumen produk handphone yang dijual serta biaya yang dikeluarkan adalah berkenaan dengan retribusi bulanan saja. Pada kenyataanya masih terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh oknum petugas dalam menjalankan pengawasan.

2. Melakukan Tindakan penilaian

Untuk melihat penilaian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Pekanbaru berikut penjelasan idikator tindakan penilaian:

a. Pemantauan/pengawasan kualitas handphone

Pada dasarnya pemantauan kualitas handphone yang dilakukan oleh pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan tidak seperti pemantauan perusahaan yang melihat perkembangan pasar melainkan untuk mengawasi perlakuan perusahaan terhadap konsumen, berikut pemaparan penilaian kualitas handphone oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru:

(10)

”untuk mengawasi peredaran handphone di kota Pekanbaru agar sesuai dengan aturan yang berlaku, kami mengadakan pengecekan di setiap distributor besar handphone yang terdaftar, dengan cara melihat dan memantau secara langsung kegiatan penjualan handphone, penerimaan pengajuan garansi, selain itu kami mengadakan pengecekan fisik untuk menilai bagaimana kualitas handphone yang akan dijual dengan memperhatikan dokumen pelengkap didalam box handphone seperti petunjuk penggunaan yang harus memiliki petunjuk dengan bahasa Indonesia, kartu garansi dan melihat kondisi handphone dengan menggunakan sampel, kalo semua dicek tentu sangat merugikan distributor”. (wawancara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 16 Juli 2013)

Untuk menegaskan bahwa pengecekan terhadap kualitas handphone menjadi objek yang sangat penting dalam pengecekan oleh pengawas pasar, berikut wawancara penulis dengan pemilik toko penjualan handphone:

“Hampir setiap bulan tapi tidak bisa dipastikan, pengecekan handphone dilakukan dengan melihat kelengkapan produk dan yang menunjang produk seperti pelayanan pengajuan garansi dan banyak lagi, pengecekan banyak dikhususkan untuk kategori smartphone.” (wawancara dengan pemilik Ponsel, 1 Mei 2013)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam pemantauan dan pengecekan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengenai kualitas handphone yang diperjualbelikan tidak dapat dipastikan waktu pengecekan hanya perbulan pihak toko mendapat pengawasan oleh petugas lapangan. Pengecekan yang dilakukan oleh Dinas perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru secara keseluruhan telah sesuai dengan yang diamanatkan dalam undang-undang yang berlaku yang mengatur perdagangan harus memiliki standar, lebel, klausula baku, pelayanan purna jual, cara menjual dan pengiklanan. sementara dari sisi non fisik mengenai pelayanan yang diberikan dengan cara melihat secara langsung proses penjualan dan mwngadakan wawancara dengan konsumen. Melihat cara yang dilakukan dalam menilai kualitas produk, pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru cukup baik.

b. Melakukan pembinaan

Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam mengawasi peredaran barang elektronik khususnya handphone adalah dengan melakukan sosialisasi dan pengawasan dalam pengecekan terhadap kelengkapan data dan kejelasan sistem penjualan serta pelayanan purna jual. Berikut hasil wawancara dengan Kepala Dinas perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru mengenai pebinaan terhadap pedagang handphone:

“Bila ternyata di lapangan terdapat pelanggaran atau terdapat produk yang tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan maka kami memberikan teguran secara lisan agar tidak mendistribusikan secara menyeluruh bila berkenaan dengan produk dan memperingatkan segera memperbaiki pelayanan apabila yang berkenaan dengan pelayanan yang diberikan atau bahkan kami menyita produk dan memberikan sanksi pidana bila terbukti illegal”. (wawancara dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 16 Juli 2013)

Berikut wawancara penulis dengan pengusaha mengenai pembinaan yang diberikan oleh Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru :

(11)

“Dinas perindustrian dan perdagangan sering memperingatkan kepada penjual handphone agar selalu mentaati peraturan yang berlaku dengan mengedepankan kepentingan konsumen dan melindungi hak-hak mereka sebagai konsumen, tetapi akhir-akhir ini kurang nampak lagi kemungkinan karena kami telah mengikuti prosedur yang diarahkan”. (wawancara dengan pemilik ponsel, 1 Mei 2013)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam pembinaan yang dilakukan Dinas Perindustrian Kota Pekanbaru masih kurang maksimal, hal ini ditandai dengan kurangnya aktifitas pembinaan yang dilakukan. Efeknya semakin banyaknya produk handphone khusus kategori smartphone yang beredar tidak memiliki kejelasan lebel dan tidak terdaftar dalam garansi perusahaan. Namun secara keseluruhan upaya pembinaan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur yaitu dengan memberikan pemahanan, peringatan dan pemberian sanksi kepada pihak penjual yang masih kedapatan bandel.

3. Melakukan tindakan koreksi

Tindakan koreksi dilakukan apabila terjadi ketidaksesuaian antara rencana dengan kenyataan yang terjadi. Tindakan koreksi harus segera dilakukan agar sistem operasi kembali kepada standar.

a. Peringatan lisan

Peringatan lisan berupa teguran langsung kepada distributor handphone yang melakukan kesalahan pada saat proses pengawasan dilakukan, tindakan peringatan harus segera dilakukan disaat terjadinya kesalahan. Peringatan lisan dilakukan seperti melakukan pembinaan atau pengarahan bagi pelanggar peraturan seperti pengusaha tidak melengkapi dokumen dan masih kurangnya standar yang harus dipenuhi dalam menjual handphone. Peringatan lisan oleh pengawas dilakukan agar pengusaha yang memperbaiki sistem penjualan handphone agar pemberian sanksi yang lebih besar tidak akan terjadi. Untuk melihat upaya pembinaan terhadap distributor atau pengusaha handphone berikut hasil wawancara dengan seksi Pembinaan dan Perlindungan tentang pemberian peringatan secara lisan:

“Peringatan lisan atau teguran lisan yang kami lakukan terhadap sering kami lakukan kepada toko yang masih memiliki stock handphone dengan kategori lama yang tidak memiliki legalitas produk, izin edar dan pendaftaran, kartu garansi, serta buku manual berbahasa Indonesia. Syarat-syarat tersebut merupakan salah satu pengukuran kualitas barang dijamin oleh vendor atau perusahaan handphone”. (wawancara dengan seksi Pembinaan dan Perlindungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 16 Juli 2013)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa peringatan lisan telah dilakukan oleh petugas pengawas dalam melaksanakan sidak terhadap peredaran handphone di outlet penjualan. Kegiatan ini merupakn bgin dari sosialisasi berkenaan dengan undang-undang perlindungan konsumen yang menjadi prioritas pelaku pasar dalam menjalanan usahanya. Pengetahuan ini sangat penting diketahui oleh semua pihak, sehingga konsumen sebagai pengguna produk dapat terhindar dari kerugian yang cukup besar dari penggunaan suatu produk. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan koreksi dengan

(12)

menggunakan peringatan secara lisan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagang cukup baik dan dan mendapat respon yang cukup positif dari masyarakat khususnya para penjual handphone.

b. Peringatan tertulis

Peringatan tertulis dilakukan apabila terjadi kesalahan secara terus-menerus mengenai standar yang harus dimiliki handphone untuk selanjutnya didistribusikan kepada konnsumen. Peringatan tertulis ini diberikan kepada pedagang merupakan penekanan dari peringatan sebelumnya yakni peringatan secara lisan. Berikut hasil wawancara mengenai peringatan tertulis oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru:

“Bila teguran lisan juga tidak berpengaruh dan tidak mampu membuat mereka jera, kami berikan kepada pedagang handphone dengan peringatan lanjutan yakni peringatan secara tertulis agar bisa melakukan kerjasama dengan baik dan melakukan perbaikan demi terciptanya ketertiban serta kenyamanan bagi pembeli”. (wawancara dengan seksi Pembinaan dan Perlindungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 16 Juli 2013)

Berikut kutipan wawancara penulis dengan pemilik outlet penjualan handphone di kota Pekanbaru:

“Teguran yang diberikan oleh Dinas perindustrian dan perdagangan cukup beragam dan menggunakan lisan maupun tulisan, hanya kepada kami belum pernah diberikan peringatan tertulis, kemungkinan besar peringatan tertulis untuk pengusaha yang nakal dan tidak mau diatur. Kami berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik untuk konsumen dan selalu mentaati peraturan yang telah diatur dalam undang-undang”. (wawancara dengan pemilik Ponsel, 1 Mei 2013)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa peringatan tertulis yang diberikan oleh Dinas perindustrian dan Perdagangan Kota pekanbaru terhadap penjual dan distributor belum sepenuhnya diberikan kepada pengusaha. Hal ini menandakan bahwa belum adanya pelanggaran yang berat sehingga pemerintah mengeluarkan peringatan tertulis kepada pemiliki outlet penjualan Handphone. Dengan belum adanya peringatan tertulis yang ditemui dillapangan menandakan bahwa penjual telah patuh terhadap aturan perundangan, hanya saja di pasaran masih banyak ditemui outlet-outlet penjualan handphone menjual secara bebas produk yang tidak memenuhi syarat penjualan. Temuan ini menandakan belum optimalnya peran pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam menjalankan pengawasan terhadap penjual handphone, dengan demikian pelaksanaan pemberian teguran secara lisan dalam kategori cukup baik mengingat upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah.

c. Pecabutan Izin

Pencabutan izin sendiri belum pernah terjadi dikota pekanbaru khusus pada perdagangan handphone, hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi dilapangan yakni belum adanya pelanggaran yang cukup memberatkan pengusaha sehingga pencabutan izin tidak perlu terjadi. Kemungkinan kedua adalah belum adanya ketegasan pemerintah dalam menangani pelanggaran yang terjadi pada penjualan handphone. Hal ini disebabkan karena banyak dan masih bebas beredarnya handphone/smartphone tidak memiliki garansi yang jelas atau biasa

(13)

dikenal dengan black market, peredaran handphone yang tidak terdaftar akan merugikan banyak pihak baik perusahaan, pemerintah dan masyarakat sebagai pengguna handphone.

Dari hasil temuan dilapangan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru secara keseluruhan cukup baik, hal ini terlihat bahwa standar pengawasan yang terdiri dari kuantitas, kualitas pengawasan handphone, waktu pengawasan dan biaya dilakukan dengan cukup baik. Tindakan penilaian juga dilakukan dengan cukup maksimal hal ini terlihat dari pemantauan kualitas sesuai dengan standar yakni legalitas produk, izin edar dan pendaftaran, kartu garansi dan buku manual berbahasa Indonesia, kemudian melakukan tindak pembinaan. Sementara pelaksanaan tindakan koreksi juga telah dilakukan dengan memberikan peringatan lisan, tulisan dan upaya pencabutan rekomendasi.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pengawasan Peredaran Handphone di Kota Pekanbaru

1. Faktor Internal

Dalam pengawasan peredaran handphone di kota Pekanbaru banyak mengalami hambatan dilapangan, faktor penghambat yang ditemui berasal dari dalam organisasi. Faktor tersebut adalah faktor sumber daya manusia (SDM), sumber daya memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan tindakan. Sumber daya yang dimiliki oleh Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru dalam pengawasan peredaran handphone di kota Pekanbaru memang masih kurang. Hal tersebut seperti apa yang dikatakan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru berikut ini :

“Untuk pelaksanaan pengawasan handphone di kota Pekanbaru Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota pekanbaru menunjuk seksi perlindungan dan pembinaan untuk mengawasi semua toko penjualan handphone di kota Pekanbaru sehingga bila kita lihat jumlah toko dan pengawas yang kami miliki tidak sebanding. Jadi maklum saja bila tidak semua outlet penjualan dapat diawasi dengan maksimal dan ini akan menjadi pekerjaan rumah yang harus kami kerjakan untuk kedepannya mengingat handphone telah menjadi kebutuhan pokok di masyarakat luas. Selain itu faktor dana juga masih tergolong terbatas untuk anggaran pengawasa mengingat banyaknya produk-produk komoditi lain yang harus diawasi”.(wawancara dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 15 Maret 2013)

Berikut kutipan wawancara penulis mengenai kendala dalam melakukan pelaksanaan pengawasan peredaran handphone di Kota Pekanbaru:

“Dalam pelaksanaan pengawasan jumlah anggota sangat menentukan hasil hasil pengecekan di setiap toko, sementara jumlah yang kami miliki masih cukup minim untuk melakukan pengawasan terhadap peredaran handphone di kota Pekanbaru. Untuk itu perlu kerja sama semua pihak tidak hanya kami yang mengadakan pengawasan, selain jumlah dana yang diberikan juga tergolong minim jadi susah untuk membaginya. Kami teleh berusaha maksimal namun bila masih terdapat kekurangan kami minta maaf dan akan segera mungkin untuk memperbaikinya”. (wawancara dengan seksi Pembinaan dan Perlindungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 7 Mei 2013)

(14)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pengawasan peredaran handphone oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki kendala yang berasal dari internal organisasi yaitu kurangnya sumber daya manusia (SDM) untuk melakukan pengawasan disetiap outlet penjualan di kota Pekanbaru serta kurang pengabdian yang dimiliki petugas sehingga tidak memiliki kreativitas dalam membagi tugas. Selain itu berkenaan dengan dana yang diberikan dalam mengawasi perdaran handphone sangat minim, sehingga pengawasan yang dilakukan belum berjalan dengan maksimal dan menyeluruh. 2. Faktor eksternal

Dalam pengawasan peredaraan handphone di Kota Pekanbaru Oleh Dinas Perindustrian dan Pedagang Kota Pekanbaru juga menemui penghambat yang berasal dari luar organisasi. Faktor penghambat tersebut berasal dari pengusaha handphone yang selama ini belum menunjukkan kerja sama yang baik untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat, terbukti masih banyaknya toko yang menjual handphone tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku padahal mereka telah mengetahui syarat dan ketentuannya. Selain itu masih banyaknya pedagang yang belum memiliki legalitas usaha, sehingga pembinaan terhadap pedagang tidak berjalan. Hal tersebut didasarkan atas apa yang disampaikan oleh staf Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota pekanbaru di bawah ini:

“kendala lain dari keterbatasan orang adalah masih banyaknya pedagang yang bandel tidak mengikuti aturan yang telah disepakati. Terkadang ketika kami mengadakan pengecekan saja semua sesuai dengan aturan. Akan tetapi bila pengawas tidak ditempat barang yang seharusnya tidak dijual kembali di jual dengan alasan untuk menambah keuntungan. Ini dilakukan oleh para pedagang yang belum memiliki kemitmen terhadap pelayanan dan tidak semua outlet penjual seperti itu”. (wawancara dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota pekanbaru, 15 Maret 2013)

Berikut kutipan wawancara penulis dengan seksi Pembinaan dan Perlindungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru:

“kendala dalam mengadakan pengawasan terhadap peredaran handphone adalah masih banyaknya pelaku usaha yang tidak memiliki perizinan lengkap dari dinas terkait mengenai usaha yang dimilikinya. Hal inilah yang membuat proses pengawasan dan pembinaan terhadap pedagang mengalami hambatan karena tidak ada komunikasi yang sejalan dengan kami, ketika mengadakan sidak banyak yang terganggu olehnya dan yang jelas adalah faktor kesadadaran pengusaha terhadap peegakan hukum masih kurang”. (wawancara dengan seksi Pembinaan dan Perlindungan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru, 26 mei 2013)

Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan pengawasan peredaran handphone oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan mendapatkan kendala dari faktor eksternal yaitu berasal dari belum banyaknya kesadaran pengusaha dalam mentaati peraturan dan masih kurangnya komunikasi antara pedagang dengan dinas dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran handphone dikota Pekanbaru. Selain itu pegusaha merasa terbebani ketika harus memiliki izin usaha yang lengkap, karena pengusaha diwajibkan membayar retribusi dan pelaporan penjualan setiap bulannya. Untuk itu dibutuhkan

(15)

penegakan aturan yang tegas dan kerja sama dengan instansi lain untuk menertibkan pengusaha-pengusaha yang tidak memiliki legalitas usaha. Hanya dengan cara penegakan peraturan secara tegas yang dapat menghambat pelanggaran aturan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan dari indikator yang peneliti gunakan untuk melihat bagaimana pelaksanaan pengawasan terhadap peredaran handphone di Kota Pekanbaru, yaitu menetapkan standar teknis dan standar administrasi, melakukan tindakan penilaian dan melakukan tindakan koreksi. Pelaksanaan pengawasan peredaran handphone oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru cukup baik. Pengawasan dilakukan sesuai standar pengawasan kemudian melakukan tindakan penilaian dengan standar yakni legalitas produk, izin edar dan pendaftaran, kartu garansi dan buku manual berbahasa Indonesia serta melaksanakan tindakan koreksi terhadap toko yang di awasi. Adapun kekurangannya adalah intensitas pengawasan handphone, transparannya biaya pengecekan serta tempat pengawasan dilakukan pada toko dan distributor resmi atau terdaftar, sehingga tindakan koreksi belum optimal. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengawasan peredaran handphone di kota Pekanbaru yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan minimnya dana anggaran pengawasan. Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh kurangnya kesadaran pemilik usaha dalam menegakkan aturan serta kurangnya komunikasi yang seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

Brantas. 2009. Dasar-Dasar Manajemen. Bandung. Alfabeta.

B. Siswanto Sastrohadiwiryo. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Handoko, T , Hani. 2003. Manajemen Edisi 2. Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta. Herujito, yayat.2004. Dasar- Dasar Manajemen. Jakarta. PT Bumi aksara.

Manullang, Drs, M. 2001. Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

R. Terry, George. 2006. Asas-asas Manajemen. Bandung. PT Alumni. Siagian, SP. 2006. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1. Data Temuan Handphone yang tidak sesuai dengan Standar di Kota Pekanbaru Tahun 2010 s.d Mei 2012

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak : Peningkatan Efektivitas Belajar Peserta Didik Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Menggunakan Media Tepat Guna Di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 02

Dengan kata lain, diharapkan paradigma berfikir masyarakat Islam khususnya, pada akhirnya akan menjadi lebih terbuka dan progresif sehingga bahasa Arab tidak sekedar untuk

Suatu partai politik juga harus mampu bersaing untuk dapat berkompetisi secara baik dan sehat apalagi dalam suatu pemilihan umum yang bebas dan demokratis, ditentukan oleh dua

Pembagian urusan yang dijabarkan oleh PP No.38/2007 ini, antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota sebagai dasar dalam restrukturisasi organisasi dinas kesehatan

Hasil uji regresi berganda diperoleh 0,000 < 0,05, maka regresi dapat menentukan kualitas website yang terdiri dari kualitas pengguna, kualitas, informasi,

Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan, bahwa kepailitan seorang suami atau isteri mengakibatkan juga pailitnya isteri atau suami yang kawin dalam persatuan harta kekayaan

Produk ini diangkat didasari atas indikasi bahwa Indonesia adalah pemasok karet terbesar kedua dunia serta memiliki potensi yang besar untuk pasar produk sarung