• Tidak ada hasil yang ditemukan

askep astigmatisma.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "askep astigmatisma.docx"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak sekali ditemukan berbagai macam kelainan yang terjadi pada indra penglihatan kita yaitu mata. Hal ini disebabkan oleh tingkat kehidupan saat ini telah jauh berbeda dengan zaman dahulu. Kebiasaan seperti terlalu banyak menghabiskan waktu di depan TV atau komputer menyebabkan efek yang kurang baik pada mata kita. Sehingga hal ini menyebabkan gangguan kesehatan,seperti timbulnya kelainan refraksi pada mata. Salah satu jenis kelainan tersebut adalah astigmatisma.

Astigmatisma adalah kelainan refraksi mata dimana didapatkan bermacam- macam derajat refraksi pada berbagai macam meridian sehingga sinar sejajar yang datang pada mata akan difokuskan pada berbagai macam fokus pula. Setiap meridian mata memiliki titik fokus tersendiri yang mungkin letaknya teratur (pada astigmatisma regularis) ataupun tak teratur (pada astigmatisma iregularis).

Astigmatisma (cacat mata silindris) adalah ketidaksempurnaan ringan, dan umumnya mudah ditangani, yang terjadi pada kelengkungan mata. Astigmatisma menyebabkan penglihatan seseorang menjadi kabur. Kondisi ini terjadi ketika permukaan depan mata (kornea) atau lensa memiliki lengkung permukaan yang tidak sama. Bukannya halus dan sama, kornea atau lensa memiliki beberapa daerah yang datar atau terlalu lengkung. Astigmatisma menyebabkan penglihatan kabur pada semua jarak. Kondisi ini bisa merupakan bawaan lahir atau terjadi pada orang yang mengalami rabun jauh atau rabun dekat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari astigmatisma?

2. Bagaimana etiologi dari astigmatisma? 3. Apa saja macam-macam astigmatisma?

4. Bagaimanakah patofisiologi dari astigmatisma? 5. Apa saja manifestasi klinis dari astigmatisma?

6. Pemeriksaan apasajakah yang dilakukan pada mata astigmatisma? 7. Apasajakah komplikasi pada mata astigmatisma?

(2)

2

9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus astigmatisma? C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi astigmatisma 2. Untuk mengetahui etiologi dari astigmatisma 3. Untuk mengetahui macam-macam astigmatisma 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari astigmatisma 5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari astigmatisma

6. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada mata astigmatisma 7. Untuk mengetahui komplikasi pada mata astigmatisma

8. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada astigmatisma

(3)

3 BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi

Astigmatisma adalah suatu kelainan dimana pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan lebih dari satu titik. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan titik atau garis fokal multiple. Orang dengan astigmatisma tetap merasa tidak nyaman walaupun sudah dikoreksi, karena bayangan yang terbentuk bukan berupa titik, melainkan berupa garis.

Astigmatisme adalah cacat mata dengan gejala jika melihat sebuah titik (bintik cahaya) akan terlihat garis terang menyebar. Hal ini terjadi karena lensa mata (kornea) tidak mempunyai permukaan yang bulat benar. Kelainan kornea ini mengakibatkan pembiasan sinar pada satu meridian berlainan dengan meridian lain. Mata astigmat dapat ditolong dengan kacamata berlensa silindrik negative, yang berfungsi melemahkan pembiasan terkuat pada satu meridian, atau dapat juga dengan lensa silindris positif untuk memperkuat pembiasan terlemah pada satu meridian.

Astigmatisme adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Astigmatisme adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan garis vertikal dengan horizotal secara bersamaan.cacat mata ini dering di sebut juga mata silinder.

Mata astigmat atau mata silindris adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis. Astigmatisma merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina di dua garis titik api yang saling tegak lurus.

B. Etiologi

Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan

(4)

4

kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal.

Astigmatisme juga sering disebabkan oleh adanya selaput bening yang tidak teratur dan lengkung kornea yang terlalu besar pada salah satu bidangnya. Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi datangnya cahaya, merupakan contoh dari lensa astigmatis.

Selain itu daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan astigmatisma karena pada akomodasi, lengkung lensa mata tidak berubah sama kuatnya di semua bidang. Dengan kata lain, kedua bidang memerlukan koreksi derajat akomodasi yang berbeda, sehingga tidak dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa dibantu kacamata. Adapaun bentuk-bentuk astigmat adalah sebagai berikut:

1. Astigmat Reguler yaitu astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian meridian berikutnya.

2. Astigmat Irreguler yaitu astigmat yang terjadi tidak mempunyai dua meridian yang saling tegak lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma ireguler terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat selaput bening. C. Macam-macam Astigmatisma

Pembagian astigmatisma menurut Ilyas (2009) yaitu sebagai berikut.

1. Astigmatisma lazim (Astigmatisma with the rule), yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. Pada keadaan astigmatisma lazim ini diperlukan lensa silinder negatif dengan sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi.

2. Astigmatisma tidak lazim (Astigmatisma againts the rule), suatu keadaan kelainan refraksi astigmatisma dimana koreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-150 derajat). Keadaan ini terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian horizontal lebih kuat dibandingkan kelengkungan kornea vertikal.

(5)

5

Bentuk astigmatisma menurut Ilyas (2009) dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut. 1. Astigmatisma Regular

Astigmatisme dikategorikan regular jika meredian – meredian utamanya (meredian di mana terdapat daya bias terkuat dan terlemah di sistem optis bolamata), mempunyai arah yang saling tegak lurus.

2. Astigmatisma Iregular

Pada bentuk ini didapatkan titik focus yang tidak beraturan/tidak saling tegak lurus. Penyebab tersering adalah kelainan kornea seperti sikatrik kornea, keratokonus. Bisa juga disebabkan kelainan lensa seperti katarak imatur. Kelainan refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder (Vaughan, 2009).

D. Patofisiologi

Mata seseorang secara alami berbentuk bulat. Dalam keadaan normal, ketika cahaya memasuki mata, itu dibiaskan merata, menciptakan pandangan yang jelas objek. Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. Mata seseorang dengan silindris berbentuk lebih mirip sepak bola atau bagian belakang sendok. Untuk orang ini, ketika cahaya memasuki mata itu dibiaskan lebih dalam satu arah daripada yang lain, sehingga hanya bagian dari obyek yang akan fokus pada satu waktu. Objek pada jarak pun dapat muncul buram dan bergelombang.

Pada kelainan mata astigmatisma, bola mata berbentuk ellips atau lonjong, seperti bola rugby, sehingga sinar yang masuk ke dalam mata tidak akan bertemu di satu titik retina. Sinar

(6)

6

akan dibiaskan tersebar di retina. Hal ini akan menyebabkan pandangan menjadi kabur, tidak jelas, berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat.

E. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis secara umum pada astigmatisme adalah: - Gangguan penglihatan/ketajaman penglihatan

- Ketegangan pada mata - Kelelahan pada mata

- Pandangan berbayang serta kabur - Mata berair

- Fotofobia

1. Pada astigmatisma rendah, manifestasi klinisnya sebagai berikut.

a. Mata cepat terasa lelah, terutama pada saat melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak fiksasi.

b. Terasa kabur sementara pada saat melihat dekat. Biasanya dikurangi dengan menutup mata atau mengucek-ucek mata seperti pada hypermetropia. Gejala seperti ini mungkin juga terjadi pada hypermetropia tingkat rendah. Penderita astigmatism rendah biasanya tidak menunjukkan keluhan/gejala jika mereka tidak bekerja dengan keletihan yang tinggi.

c. Sakit kepala bagian frontal.

2. Pada astigmatisma tinggi, manifestasi klinisnya sebagai berikut.

a. Penglihatan kabur, sedikit atau jarang ada keluhan sakit kepala maupun

asthenopia, tapi dapat terjadi setelah memakai lensa yang kurang lebih/mendekati koreksi astigmatsm tingginya. Keluhan ini mungkin ditimbulkan oleh akomodasi, karena akomodasi tidak dapat memberi power cylinder sehingga tidak dapat membantu astigmatism tinggi dalam mengkoreksi kekaburan penglihatannya. Adalah tidak selalu mungkin untuk menetralisir astigmatism sepenuhnya, sehingga astigmatism yang tersisa dapat menimbulkan ketidaknyamanan, paling tidak di tahap awal pemakaian lensa koreksi.

b. Memiringkan kepala adalah keluhan kedua yang paling sering pada astigmatism oblik yang tinggi.

(7)

7

c. Memutar-mutar kepala agar melihat lebih jelas, kadang juga pertanda akan adanya astigmatism tinggi.

d. Menyipitkan mata seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic. Namun, penderita astigmatisma juga menyipitkan mata pada saat melihat dekat, tidak hanya pada waktu melihat jauh. e. Memegang bacaan lebih mendekati mata, seperti pada myopia.

F. Pemeriksaan Astigmatisma

Pada astigmatisme ada perbedaan dalam kekuatan reflaksi berbagai meridian disebabkan oleh perubahan pada lensa derajat ringan arismatisme sangat sering dan mungkin tidak

menyebabkan keluhan dengan makin tingginya derajat astigmatisme dapat terjadi distori penglihatan dalam upaya untuk memperoleh penglihatan yang lebih jelas orang dengan astigmatisme melakukan akomodasi atau mengerut atau menjuling untuk memperoleh efek lubang kecil gejala meliputi tegang mata nyeri kepal dan ras lelah menggosok-gosok mata dan kemerahan konjungtiva kurang perhatian terhadap tugas sekolah dan memegang objek dekat-dekat adalah manifestasi yang lazim pada masa anak lensa silinder atau sferosilinder digunakan untuk mengoreksi digunakan bila perlu kacamata mungkinndiperlukan terus menerus atau sebagian waktu tergantung derajat astigmatisme dan tingkat beratnya keluhan yang ada pada beberapa kasus digunakan lensa kontak. Bayi dan anak dengan ketidakteraturan kornea akibat dari luka hemangioma periorbia dan kelopak mata dan ptosis mempunyai peningkatan resiko astigmatisme dan amblipia yang menyertai.

Selama akomodasi muskulus siliaris berkontraksi serabut penyangga lensa mengendor dan lensa mengambil bentuk lebih bundar untuk membawa bekas sinar berfokus ke retina. Amplitude akomodasi adalah terbesar selama masa anak dan bertahap mengurang selam umur penurunan fisiologis pada kemampuan akomodasi yang terjadi bersama umur disebut presbiopia.

Gangguan akomodasi pada anak relative jarang presbiopia premature kadang-kadang terjadi pada anak muda.penyebab yang paling lazim paralisis akomodasi pada anak adalah penggunaan bahan siklopegia secara sengaja atau tidak sengaja secara sistemik atau topical termasuk semua obat dan racun antikolinergik serta tumbuh-tumbuhan dan bahan tumbuhan yang mempunyai khasiat ini penyebab neurogenik paraliris akomodasi meliputi lesi mengenai saraf okulomotoris (syaraf cranial ke 3) pada bagian manapun pada lintasannya diagnosis banding meliputi tumor penyakit degenerasi, lesi vascular, trauma, dan penyakit infeksi

(8)

8

gangguan akomodasi mungkin terjadi pada botulismus, difteria, penyakit wilson, diabetes militus, dan sifilis dan pasca beberapa penyakit jarang ketidakmampuan akomodasi disebabkan oleh defek kongengetal oto siliare defek pada akomodasi yang nyata mungkin berpangkal dari kejiwaan tidak jarang anak berpura-pura tidak mampu membaca ketika dapat diperagakan bahwa tajam penglihatan dan kemampuan memfokuskan normal.

a. Refraksi Subyektif Alat :

 Kartu Snellen  Bingkai percobaan  Sebuah set lensa coba  Kipas astigmat Prosedur :

Astigmat bisa diperiksa dengan cara pengaburan (fogging technique of refraction) yang menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba, dan kipas astigmat. Pemeriksaan astigmat ini menggunakan teknik sebagai berikut yaitu: 1. Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter,

2. Pada mata dipasang bingkai percobaan, 3. Satu mata ditutup,

4. Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, 5. Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S + 3.00) untuk

membuat pasien mempunyai kelainan refreksi astigmat miopikus, 6. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat,

7. Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat,

8. Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S( + 3.00) diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat menentukan garis mana yang terjelas dan terkabur,

9. Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya dengan garis yang terjelas sebelumnya,

(9)

9

10. Bila sudah dapat melihat garis-garis pada kipas astigmat dengan jelas,lakukan tes dengan kartu Snellen,

11. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa (+) yang diberikan terlalu berat,sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau menambah lensa ( - ),

12. Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah perlahan-lahan hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6 (Ilyas, 2003)

Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-) yang dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas (Ilyas, 2003).

b. Refraksi Obyektif

Karena sebagian besar astigmatisma disebabkan oleh kornea, maka dengan mempergunakan keratometer, derajat astigmatisma dapat diketahui. Cara obyektif semua kelainan refraksi, termasuk astigmatisma dapat ditentukan dengan skiaskopi, retinoskopi garis (streak retinoscopy), dan refraktometri (Ilyas et al, 2003).

G. Komplikasi

Komplikasi dari astigmatisma adalah: - Myopia ( Rabun jauh )

- Hypermetropia ( Rabun dekat ) H. Penatalaksanaan

Astigmatisme dapat dikoreksi dengan memberikan lensa silinder. Seseorang dapat mengalami kombinasi kelainan astrigmatisma dengan rabun jauh (myopia) atau rabun dekat (hypermetropia).

Astigmatism reguler, diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa sferis. Astigmatism ireguler, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras, tetapi bila berat bisa dilakukan tranplantasi kornea (Ilyas, et al., 2003).

(10)

10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS MATA ASTIGMATISMA

1. PENGKAJIAN

a. Identitas pasien

Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan, status, suku bangsa, tanggal pemeriksaan, dan lain-lain.

b. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat oftalmik

Sebelum melakukan pengkajian fisik mata, perawat harus mendapatkan riwayat oftalmik, medis, dan terapi pasien, dimana semuanya dapat saja berperan dalam kondisi oftalmik sekarang. Informasi yang harus diperoleh meliputi informasi mengenai penurunan tajam penglihatan dan upaya keamanan dan tergantung pada alasan melakukan pemeriksaan oftalmik.

Riwayat keadaan oftalmik sangat penting saat mengumpulkan data dasar. Kita harus menyelidiki setiap riwayat kelainan mata, seperti pandangan kabur, objek tidak begitu jelas, pandangan berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat.

Ringkasan riwayat oftalmik bagi setiap pasien harus meliputi pertanyaan berikut:

 Kapan sakit mata mulai dirasakan

 Apakah gangguan penglihatan ini mempengaruhi ketajaman penglihatan

 Bagaimana gangguan penglihatan terjadi ( perlahan/tiba-tiba).

 Apakah pasien merasakan ada perubahan dalam matanya ( kemerahan, bengkak, berair ).

 Apakah perubahan yang terjadi sama pada kedua matanya

 Apakah pasien sedang berobat tertentu ( sebutkan ) dan sudah berapa lama menggunakannya.

 Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit serupa  Apakah pasien menderita : Hipertensi, DM

(11)

11 2) Riwayat psikososial

Daerah pengkajian penting lainnya meliputi psikologis, demografis, dan keprihatinan lingkungan rumah.

c. Pemeriksaan

Astigmatisma bisa diperiksa dengan cara pengaburan (fogging technique of refraction) yang menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba, dan kipas astigmat. Pemeriksaan astigmat ini menggunakan teknik sebagai berikut yaitu: 1) Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter, 2) Pada mata dipasang bingkai percobaan, 3) Satu mata ditutup, 4) Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, 5) Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S + 3.00) untuk membuat pasien mempunyai kelainan refreksi astigmat miopikus, 6) Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat, 7) Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat, 8) Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S( + 3.00) diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat menentukan garis mana yang terjelas dan terkabur, 9) Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya dengan garis yang terjelas sebelumnya, 10) Bila sudah dapat melihat garis-garis pada kipas astigmat dengan jelas,lakukan tes dengan kartu Snellen, 11) Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa (+) yang diberikan terlalu berat,sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau menambah lensa (-), 12) Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah perlahan-lahan hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6.

Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-) yang dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retina

b. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha memfokuskan mata

(12)

12

c. Resiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan 3. INTERVENSI

a. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retinsa.

Tujuan :

- Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat.

- Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan.

Intervensi:

1) Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan.

Rasional: Pengetahuan tentang penyebab mengurangi kecemasan dan dalam tindakan keperawatan.

2) Lakukan uji ketajaman penglihatan.

Rasional: mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan.

3) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak / kacamata bantu atau operasi (keratotomi radikal), epikeratofakia, atau foto refraktif keratektomi (FRK) untuk miopia.

Pada FRK, laser digunakan untuk mengangkat lapisan tipis dari kornea, sehingga dapat mengoreksi lingkungan kornea yang berlebihan yang mengganggu pemfokusan cahay yang tepat melalui lensa. Prosedur ini dilakukan kurang dari satu menit. Perbaikan visual tampak dalam 3-5 hari. b. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha memfokuskan

mata Tujuan :

Rasa nyaman klien terpenuhi. Kriteria hasil :

 Keluhan klien (pusing, mata lelah, berair, fotofobia,) berkurang / hilang.  Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi

terhadap perubahan yang terjadi. Intervensi :

(13)

13

1) Jelaskan penyebab pusing, mata lelah, berair, fotofobia.

Rasional : mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.

2) Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus.

Rasional : mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.

3) Gunakan lampu/ penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca.

Rasional : Mengurangi silau dan akomodasi mata yang berlebihan.

4) Kolaborasi pemberian kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.

c. Resiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan. Tujuan: tidak terjadi cedera

Kriteria Hasil :

 Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cedera.

 Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan. Intervensi :

1) Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan. Rasional : perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan resiko cedera sampai klien belajar untuk mengompensasi.

2) Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktifitas. 3) Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari.

Rasional : mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.

4) Gunakan kacamata koreksi /pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari cedera

(14)

14 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Astigmatisma adalah kelainan refraksi mata dimana didapatkan bermacam- macam derajat refraksi pada berbagai macam meridian sehingga sinar sejajar yang datang pada mata akan difokuskan pada berbagai macam fokus pula. Terdapat berbagai macam astigmatisma, antara lain simple astigmatisma, mixed astigmatisma dan compound astigmatisma. Terdapat 2 etiologi, yaitu kelainan pada lensa dan kelainan pada kornea. Koreksi dengan lensa silinder akan memperbaiki visus pasien.

Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal.

Pada kelainan mata astigmatisma, bola mata berbentuk ellips atau lonjong, seperti bola rugby, sehingga sinar yang masuk ke dalam mata tidak akan bertemu di satu titik retina. Sinar akan dibiaskan tersebar di retina. Hal ini akan menyebabkan pandangan menjadi kabur, tidak jelas, berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat.

B. Saran

1. Kepada mahasiswa agar dapat lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada organ penglihatan.

2. Dengan mengetahui kelainan-kelainan yang dapat terjadi pada organ penglihatan (mata), tanda serta gejalanya, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada penderitanya.

3. Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang proses pembelajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Dari sistem tersebut didapatkan nilai tension terbesar yang dialami tali tambat pada struktur platform katamaran PLTAL diakibatkan oleh beban gelombang ekstrim

Peran undang undang dan peraturan untuk memeper baiki kelancaran oprasi mekanisme pasar di uraikan dalam beberapa point. Diantaranya, untuk menentukan aturan permainan, menciptakan

Nasabah bertanggung jawab untuk memeriksa, atau menyebabkan diperiksanya, laporan rekening atau pemberitahuan lainya pada saat diterima, yang berkaitan dengan hubungan

Penelitian ini menemukan bahwa variabel coupon berpengaruh terhadap Unplanned Purchases, variabel display berpengaruh terhadap Unplanned Purchases, variabel hedonicity

Geostrategi merupakan strategi dalam memanfaatkan kondisi geografi negara untuk menentukan tujuan dan kebijakan negara. Geostartegi merupakan pemanfaatan lingkungan untuk

Fokus observasi aktivitas belajar siswa adalah aspek oral activities, visual activities, listening activities, motor activities, mental activities, emotion activities

Hafazan adalah proses yang digunakan untuk menyimpan pengetahuan (Fatah Hasan:15). Menghafaz memerlukan suatu kekuatan fikiran pada orang yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas penggunaan antibiotik berdasarkan lama hari rawat inap pasien di rumah sakit, dan rasionalitas