• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR PERCOBAAN I PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT OLEH : NAMA : NIRMALA SARI NIM : O1A114098

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR PERCOBAAN I PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT OLEH : NAMA : NIRMALA SARI NIM : O1A114098"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR PERCOBAAN I

PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT

OLEH :

NAMA : NIRMALA SARI

NIM : O1A114098

KELAS : C 2014

KELOMPOK : IV (EMPAT)

ASISTEN : FUAD FADRIAWAN

JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI 2015

(2)

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral, rektal, dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik penggunaannya atau petunjuk pemakaiannya.

Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi, kecepatan absorpsi dan bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respons tertentu

Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan melalui rute tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang memungkinan diberikan secara intravena dan diedarkan di dalam darah langsung dengan harapan dapat menimbulkan efek yang relatif lebih cepat dan bermanfaat.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini, yaitu :

1. Bagaimana mengenal cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya?

(3)

2. Bagaimana mempraktekkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya?

3. Bagaimana membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepaan absorbsinya menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya?

4. Bagaimana mendapatkan data onset dan durasi? C. Tujuan

Tujuan dari percobaan ini, yaitu :

1. Untuk mengenal cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya.

2. Untuk mempraktekkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya.

3. Untuk membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepaan absorbsinya menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.

4. Untuk mendapatkan data onset dan durasi.

D. Manfaat

Manfaat dari percobaan ini, yaitu :

1. Mahasiswa mampu mengenal cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya.

2. Mahasiswa mampu mempraktekkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorbsinya.

3. Mahasiswa mampu membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepaan absorbsinya menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukurnya.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

Obat merupakan semua zat baik kimiawi, hewani, maupun nabati yang dalam dosis sesuai dapat menyembuhkan, meringankan, atau mencegah penyakit berikut gejalanya. Beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat pemberiannya. Rute pemberian obat terutama dipengaruhi oleh sifat obat, kestabilan obat, tujuan terapi ,kecepatan absorbsi yang diperlukan, kondisi pasien, keinginan pasien, dan kemungkinan efek samping. Pemakaian obat dikatakan tidak tepat apabila kemungkinan untuk memberikan manfaat kecil atau tidak ada sama sekali, sedangkan kemungkinan manfaatnya tidak sebanding dengan kemungkinan efek samping atau biayanya (Nasif dkk., 2013).

Absorbsi obat adalah gerakan suatu obat dari tempat pemberian masuk ke dalam aliran darah. Untuk obat-obat tertentu harus mengalami transpor aktif untuk melewati membran biologik gunaa mencapai aliran darah. Terdapat berbagai cara pemberian obat, yaitu : sublingual, per oral, per rektal, topikal (kulit, kornea, vagina dan mukosa hidung), inhalasi dan suntikan (subkutan, intramuskular, intravena, intratekal) (Rahardjo, 2008).

(5)

Faktor yang mempengaruhi absorbsi obat, antara lain : formulasi, stabilitas terhadap asam dan enzim, mobilitas usus, makanan dalam lambung, derajat metabolisme lintas pertama, kelarutan dalam lemak tergantug sekali pada pK obat da pH lingkungan. Obat yang tidak terionisasi lebih larut dalam lemak dibandingkan obat yang terionisasi, proporsi relatif untuk basa lemah (Neal, 2006).

Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat (index drug) berubah akibat adanya obat lain (precipitant drug), makanan, atau minuman. Interaksi obat dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), atau efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs) yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat di dalam plasma atau sebaliknya menurunnya kadar obat dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak optimal. Sejumlah besar obat baru yang dilepas di pasaran setiap tahunnya menyebabkan munculnya interaksi baru antar obat akan semakin sering terjadi (Gitawati, 2012).

Terapi intravena merupakan cara yang digunakan untuk memberikan cairan pada pasien yang tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok. Terapi intravena bertujuan mencegah gangguan cairan dan elektrolit. Infus merupakan cara atau bagian untuk memasukkan obat, vitamin dan transfusi darah ke tubuh pasien. Dalam terapi intravena dapat terjadi komplikasi salah satunya plebitis (Iradiyanti dan Erlin, 2013).

Fenobarbital, suatu barbiturat dengan masa kerja panjang, sampai kini masih diresepkan untuk mengobati serangan kejang grandmal dan episode akut dari serangan kejang akibat status epileptikus (serangan kejang epilepsi

(6)

yang berturut-turut dengan cepat), meningitis, reaksi toksik dan eklampsia (Kee dan Evelyn, 1996).

Efek samping fenobarbital dapat menyebabkan kondisi mudah marah, dan hiperaktivitas pada anak-anak. Dari sebuah penelitian menemukan bahwa anak yang menggunakan fenobarbital terus-menerus, 42% dari kasus yang diteliti mengalami gangguan perilaku, yang tersering adalah hiperaktivitas. Selain itu, ditemukan anak yang memakai fenobarbital memiliki kemampuan berkonsentrasi yang rendah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek samping yang sering terjadi pada pemakaian fenobarbital terus-menerus adalah hiperaktivitas, dan gangguan pemusatan perhatian (Fadila dkk., 2014).

Pemberian obat dengan injeksi intravena memberikan reaksi tercepat yaitu kurang lebih 18 detik karena obat yang dimasukkan melalui satu pembuluh darah langsung bereaksi menuju sel dan jaringan, sehingga efeknya lebih cepat dan kuat (Nasif dkk., 2013).

Suntikan intramuskular, obat-obat dalam larutan air akan diabsorbsi cukup cepat setelah penyuntikan intramuskular, bergantung pada banyaknya aliran darah ke tempat penyuntikan muskulus deltoid atau valtus lateralis lebih cepat dibandingkan suntikan pada gluteus maksimus. Absorbsi dapat dipercepat degan cara memanaska atau menggosok-gosok tempat suntikan yang akan meningkatkan aliran darah dan mempercepat absorbsi obat yang disuntikkan (Kee dan Evelyn, 1996).

B. Uraian Bahan

1. Air untuk Injeksi (Ditjen POM, 1979 : 97)

Nama resmi : Aqua Pro Injectione

(7)

Pemerian : Keasaman-kebasaan; amonium; besi; tembaga; timbal; kalsium; klorida; nitrat; sulfat; zat teroksidasi; memenuhi syarat yang tertera pada aqua destillata

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah tertutup kapas berlemak harus digunakan dalam waktu 3 hari setelah pembuatan

Kegunaan : Untuk pembuatan injeksi

2. Alkohol (Ditjen POM, 1979 : 65)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol

Rumus molekul : C2H6O

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam

kloroform P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari nyala api. C. Uraian Obat

Fenobarbital (Koper POM, 2008 : 327)

Indikasi : Epilepsi, semua jenis, kecuali petitmal status epileptikus.

Kontraindikasi : Depresi pernapasan berat, posifira

Efek samping : Mengantuk, letargi, depresi mental, ataksia nistagumus, iritabel dan hiperaktif pada anak, agitasi, resah dan bingung pada anak,

(8)

agitasi, resah dan bingung pada lansia,

reaksi alergi pada kulit,

hipoprotambenemia, anemia menyablastik. Peringatan : Lansia, anak, debil, gangguan fungsi hati

dan ginjal, depresi pernapasan, hamil, menyusui, hindari pemutusan obat mendadak.

Interaksi : Efektif untuk kejang tonik-tonik dan kejang fokal tetapi bersifat sedatif pada orang dewasa da menyebabkan gangguan perilaku dan hiperkinesia pada anak-anak.

Dosis : Oral 60-180 mg. Anak 5-8 mg/kgBB. Injeksi intramuskular/ intravena 50-200 mg ulang setelah 6 jam bila perlu, maksimal 600 mg/hari.

Mekanisme kerja : Fenobarbital adalah antikonvulsan turunan barbiturat yang efektif dalam mengatasi epilepsi pada dosis sub hipnotis. Mekanisme kerja menghambat GABA, rekaman intra sel neuron korteks atau spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor GABA dengan meningkatkan durasi ledakan arus tanpa merubah frekuensi ledakan.

(9)

Dosis : Oral, 2-15 mg/hari dalam dosis terbagi, dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan sampai maksimal 60 mg/hari. Anak, 2-40 mg/hari dalam dosis terbagi injeksi intramuskular atau injeksi intravena.

Farmakodinamik : Memberikan efek antikonvulsan dan efek utama adalah depresi, sistem saraf pusat. Depresi dapat sebanding dengan dosis. Tidak memberikan efek yang nyata pada kardiovaskular.

Farmakokinetik : Dimetabolisme hampir semua di hati sebelum diekskresikan di ginjal

Interaksi obat : Dapat mengiduksi enzim mikrosom hati yang meningkatkan proses eliminasi banyak obat.

D. Uraian Hewan Coba 1. Klasifikasi Hewan Coba

Mencit (Mus musculus) (Akbar, 2010)

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Sub filum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myoimorpha

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karakteristik Hewan Coba

Mencit (Mus musculus) (Akbar, 2010)

Lama hidup (tahun) : 1-3

Lama bunting (hari) : 19-21

Umur dewasa (hari) : 35

Umur dewasa tubuh (hari) : 36 Bobot lahir (gram/ekor) : 0,5-1,5 Bobot dewasa jantan (gram/ekor) : 20-40

(10)

Bobot dewasa betina (gram/ekor) : 18-35 Jumlah anak perkelahiran (ekor) : 6-19 Pernapasan (per menit) : 600-800

Suhu tubuh (°C) : 35-79

Suhu rektal (°C) : 37-40

Aktifitas : Nokturnal

3. Morfologi Hewan Coba

Mencit (Mus musculus) (Akbar, 2010)

Berat badan : 10-21 gram

Kepala dan badan : Hidung runcing, badan kecil 6-10 cm

Mata : Berwarna hitam

Kulit : Berpigmen

Ekor : Sama akan titik panjang sedikit dari kepala tambah badan

Bulu : berwarna abu-abu dan wara perut sedikit lebih pucat.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada hari Senin, 6 September 2015, bertempat di Laboratorium Farmasi Universitas Halu Oleo.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu : a. Spuit injeksi 1 ml, 3 ml dan 5 ml

b. Jarum tajam c. Stop watch d. Sarung tangan e. Gelas ukur f. Gelas kimia g. Tabung reaksi 2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu : a. Hewan coba mencit

(11)

Fenobarbital

Mencit

Mencit

b. Larutan injeksi Fenobarbital c. Aqua pro injeksi

d. Alkohol C. Prosedur Kerja

1. Pengenceran Fenobarbital

- Diambil 2 ml dengan spuit - Dimasukkan dalam gelas ukur - Ditambahkan 10 ml aqua pro injeksi

- Diambil lagi 5 ml dari larutan pengenceran pertama - Dimasukkan dalam gelas kimia

- Ditambahkan 10 ml aqua pro injeksi dan dihomogenkan - Diambil 3,5 ml dari pengenceram kedua

- Dimasukkan dalam tabung reaksi

- Ditambahkan 25 ml aqua pro injeksi dan dihomogekan

Larutan injeksi Fenobarbital dengan kadar 17,5 mg/25 ml

2. Pemberian Rute Intra Peritoneal

- Dipegang pada tengkuknya dan dibalikkan badannya - Diambil 1 ml larutan stok fenobarbital ke dalam kulit - Diinjeksikan pada perut sebelah kiri mencit

Hasil Pengamatan

(12)

Mencit

Mencit

- Dipegang pada ekornya dan badannya ditahan

- Diambil 0,5 ml larutan stok fenobarbital ke dalam spuit - Diinjeksikan pada vena ekor mencit

Hasil Pengamatan

4. Pemberian Rute Subkutan

- Dipegang mencit pada tengkuk dan ekornya ditahan - Diambil 0,5 ml larutan stok fenobarbital ke dalam spuit - Diinjeksikan pada bawah kulit tengkuk mencit

Hasil Pengamatan

5. Pemberian Rute Intra Muskular

- Dipegang pada tengkuknya dan badannya ditahan - Diambil 0,05 ml larutan stok fenobarbital ke dalam spuit - Diinjeksikan pada paha mencit

(13)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Tabel hasil Pengamatan

Sediaan Rute Onset Durasi

IP 1 : 11 : 24 0 : 38 : 47

Fenobarbital IV 1 : 05 : 36 0 : 08 : 17

SC 1 : 10 : 55 0 : 07 : 49

(14)

B. Pembahasan

Absorbsi obat adalah masuknya molekul-molekul obat ke dalam tubuh menuju ke peredaran darah. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi absorbsi obat, diantaranya : tingkat keasaman (pH), bentuk, konsentrasi dan dosis obat, adanya makanan dalam lambung.

Rute pemberian obat terbagi atas beberapa cara, antara lain : per oral, intra vena (IV), subkutan (SC), intra rektal, sublingual, intra peritoneal (IP) dan intra muskular (IM). Pada percobaan ini, digunakan empat macam rute pemberian obat, yaitu : intra peritoneal (IP), intra vena (IV), subkutan (SC) dan intra muskular (IM).

Intra peritoneal (IP) yaitu injeksi diberikan melalui rongga perut sebelah kiri. Keuntungan dari rute ini yaitu penyerapannya berlangsung cepat. Adapun kerugiannya yaitu tidak lakukan pada manusia karena bahaya infeksi dan radiasi terlalu besar. Intra vena (IV) yaitu injeksi diberikan langsung ke pembuluh darah. Keuntungan dari rute ini yaitu memberikan reaksi tercepat dan efeknya lebih cepat dan kuat. Kerugiannya yaitu dapat menimbulkan tekanan darah yang turun mendadak hingga terjadi syok.

Subkutan (SC) yaitu injeksi diberikan melalui bawah kulit tengkuk. Keuntungan dari rute ini yaitu absorbsi terjadi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. Adapun kerugiannya yaitu hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Intra muskular (IM) yaitu injeksi diberikan melalui otot paha. Keuntungan dari rute ini yaitu absorbsi cepat dan dapat diberikan pada pasien sadar maupun tidak sadar. Kerugianya yaitu memerlukan prosedur steril karena dapat terjadi iritasi.

(15)

Fenobarbital adalah turunan barbiturat yang merupakan antikonvulsan yang efektif dalam mengatasi epilepsi pada dosis sub hipnotis. Adapun mekanisme kerjanya menghambat kejang kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui suatu kerja reseptor GABA.

Hewan coba yang digunakan pada percobaan ini adalah Mencit (Mus musculus). Alasan dipilih mencit sebagai hewan coba adalah karena proses metabolisme dalam tubuh mencit berlangsung cepat sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai objek pengamatan.

Percobaan ini dilakukan untuk mengamati onset dan durasi dari efek yang ditimbulkan oleh sediaan obat yang diberikan pada hewan coba. Yang dimaksud dengan onset adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk permulaaan terapi, dengan kata lain periode waktu dari setelah pemberian sediaan obat hingga timbul efek. Adapun durasi adalah lamanya masa kerja obat yaitu dari timbulnya efek hingga hilangnya efek.

Setelah melakukan percobaan ini, diperoleh onset yang tercepat terjadi pada hewan coba yang diberikan sediaan obat fenobarbital melalui injeksi intra muskular (IM) dan yang terlama terjadi pada hewan coba yang diberikan sediaan obat fenobarbital melalui injeksi intra peritoneal (IP). Hal ini tidak sesuai dengan penjelasan dalam literatur yang menyatakan bahwa injeksi intra vena lah yang memberikan reaksi tercepat. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan dosis yang diberikan pada masing-masing rute pemberian.

Selain onset, diperoleh durasi dari masing-masing rute pemberian. Adapun durasi tercepat terjadi pada hewan coba yang diberikan sediaan obat melalui rute subkutan. Sedangkan durasi terlama terjadi pada hewan coba yang diberikan sediaan obat fenobarbital melalui rute intra peritoneal.

(16)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Rute pemberian obat sangat berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat.

2. Rute pemberian obat terdiri atas inta vena, intra peritoneal, intra muskular, subkutan dan per oral.

3. Rute pemberian obat yang berbeda-beda dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat sehingga berpengaruh pada onset dan durasi.

4. Onset paling cepat adalah intra muskular > intra vena > subkutan > intra peritoneal. Sedangkan durasi paling cepat yaitu subkutan > intra vena > intra muskular > intra peritoneal.

B. Saran

Saran yang dapat saya sampaikan yaitu : sebaiknya praktikan harus lebih teliti dalam melakukan percobaan dan harus lebih berhati-hati dalam

(17)

memberikan injeksi pada hewan coba agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B., 2010, Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi sebagai Bahan Anti Fertilitas, Edisi Pertama, Adaba Press : Jakarta. Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia : Jakarta

Fadila, S., Nadjmir, Rahmatini, 2014, “Hubungan Pemakaian Fenobarbital Rutin dan Tidak Rutin pada Anak Kejang Demam dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)”, Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 3(2).

Gitawati, R., 2008, “Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya”, Media Litbang Kesehatan, Vol. 18(4).

Iradiyanti, W. P., Erlin. K., 2013, “Pemberian Obat melalui Intra Vena terhadapa Kejadian Plebitis pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit”, Jurnal Stikes, Vol. 6(1).

Kee, J. L., Evelyn. R. H., 1996, Farmakologi, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Nasif, H., Monalisa. Y., Husni. M., 2013, “Kajian Penggunaan Obat Intra Vena di SMF Penyakit dalam RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi”, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 18(1).

Neal, M. J., 2006, At a Glance Farmakologi Medis, Edisi Kelima, Erlangga : Jakarta.

Rahardjo, R., 2008, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi Kedua, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait