• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN DOSEN EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PETROBIO DAN PUPUK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG. Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENELITIAN DOSEN EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PETROBIO DAN PUPUK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG. Oleh:"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN DOSEN

EFEKTIVITAS PUPUK HAYATI PETROBIO DAN PUPUK PHONSKA

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

Oleh:

Ir. Faisal Hamzah, M.P. Kaharuddin, S.P., M.P.

Dr. Ismaya N.R. Parawansa, S.P., M.Si.

SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) GOWA BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Efektivitas Pupuk Hayati Petrobio

dan Pupuk Phonska Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi

Tanaman jagung.

2. Bidang Penelitian : Pertanian

3. Ketua Peneliti :

a. Nama Lengkap : Ir. Faisal Hamzah, M.P.

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. NIP : 19611110 198803 1 001

d. Disiplin Ilmu : Sistem-Sistem Pertanian

e. Pangkat/Golongan : Penata TK I/IIId

f. Jabatan : Lektor

g. Jurusan : Penyuluhan Pertanian

h. Alamat : Jl. Malino KM 7 Romanglompoa,

Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa

i. Telpon/Fax/E-mail : (0411) 861127

j. Alamat Rumah : Griya Talasalapang B5, Makassar

k. Telpon/Fax/E-mail : (0411) 889747

4. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang

Nama Anggota : Kaharuddin, S.P., M.P.

Dr. Ismaya NR. Parawansa, M.Si

5. Lokasi Penelitian : Gowa

6. Jumlah Biaya yang diusulkan : Rp. 7.500.000.

Gowa, November 2013

Mengetahui Ketua Peneliti,

Kepala UPPM

Ir. Abd. Rahman Arinong, M.P. Ir. Faisal Hamzah, M.P.

NIP. 19660510 199903 1 002 NIP. 19611110 198803 1 001

Menyetujui Ketua STPP Gowa

Drs. Muh. Arby Hamire, M.Si.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penelitian dan pembuatan laporan yang berjudul “Efektivitas Pupuk Hayati Petrobio dan

Pupuk Phonska Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman jagung”

dapat diselesaikan sesuai dengan jadual yang telah ditentukan.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berkurangnya luas lahan pertanian serta penurunan produktivitas lahan, sehingga untuk meningkatkan produksi diperlukan input yang besar. Penggunaan pupuk hayati Petrobio yang dikombinasikan dengan pupuk phonska diharapkan dapat menjadi solusi dalam upaya peningkatan produksi, khususnya pada tanaman jagung.

Ucapan terima kasih kepada Drs. Muh. Arby Hamire, M.Si. (Ketua STPP Gowa) yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam pelaksanaan penelitian, dan juga kepada Ketua UPPM beserta seluruh stafnya atas bantuan fasilitas selama penelitian berlangsung.

Akhirnya, Penulis mengharapkan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi petani, akademisi, dan para penggiat pertanian dalam upaya peningkatan peroduksi jagung dan peningkatan kesejahteraan petani. Amin.

Gowa, November 2013

(4)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL v DAFTAR LAMPIRAN vi I . PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Tujuan Penelitian 4 D. Kegunaan Penelitian 4 II . TINJAUAN PUSTAKA 5

A. Budidaya Tanaman Jagung 5

B. Pupuk dan Pemupukan 6

C. Pemupukan Berimbang 7

D. Pupuk Hayati Petrobio 10

E. Hipotesis 10

III . BAHAN DAN METODE 12

A. Tempat dan Waktu Penelitian 12

B. Alat dan Bahan Penelitian 12

C. Metode Penelitian 12

D. Pelaksanaan Penelitian 13

E. Parameter Penelitian 14

F. Analisis Data 14

IV . HASIL DAN PEMBAHASAN 15

A. Hasil 15

1. Tinggi Tanaman 15

2. Berat 1.000 Biji 16

3. Produksi Biji Pipilan 17

4. Volume Akar 18

B. Pembahasan 19

V . KESIMPULAN DAN SARAN 23

A. Kesimpulan 23

B. Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

(5)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap

rata-rata tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif 15

2. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap

rata-rata berat 1.000 biji 16

3. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap

rata-rata produksi biji pipilan 17

4. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Denah percobaan 26

2. Hasil analisis tanah 27

3a. Hasil pengamatan tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif 28

3b. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman pada akhir fase

vegetatif 28

4a. Hasil pengamatan berat 1.000 biji 29

4b. Hasil analisis sidik ragam berat 1.000 biji 29

5a. Hasil pengamatan produksi biji pipilan 30

5b. Hasil analisis sidik ragam produksi biji pipilan 30

6a. Hasil pengamatan volume akar 31

6b. Hasil analisis sidik volume akar 31

7. Dokumentasi penelitian pada saat persiapan penanaman (a–

d) dan pada saat pemberian air (e–f) 32

8. Dokumentasi penelitian pada saat pengukuran tinggi tanaman

(a–b) dan pada fase generatif (c–d) tanaman, dan pada

(7)

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang

Perkembangan pertanian di Indonesia apabila ditelusuri dari waktu ke waktu mengalami berbagai pasang surut (Dillon, 2004). Lebih lanjut dinyatakan bahwa bidang pertanian sebagai dasar perekonomian kerakyatan pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendi-sendi pembangunan bangsa, dan pada akhirnya mengalami berbagai gejolak permasalahan. Realitas permasalahan keadaan pertanian di Indonesia sangatlah kompleks. Nuhung (2003) merinci ada beberapa permasalahan pembangunan pertanian yang dihadapi saat ini, yaitu: 1) Teknologi, 2) Kelembagaan, 3) Permodalan, 4) Pengolahan dan pasca panen, 5) Pemasaran, 6) Lahan, dan 7) Pembinaan dan penyuluhan.

Khusus mengenai penguasaan lahan, Dillon (2004) menyebutkan bahwa berdasarkan sensus pertanian 1993, sekitar 22.856.000 jiwa memiliki lahan kurang dari satu hektar. Hal ini sejalan dengan Nuhung (2003) yang menyatakan bahwa 50 % petani di Indonesia memiliki lahan dengan luas kurang dari 0,5 ha.

Selain faktor luas lahan, faktor produktivitas lahan merupakan hal yang urgen untuk saat ini, saat ini sangat jarang dijumpai lahan dengan produktivitas tinggi, yang ada hanya lahan dengan produktivitas rendah. Rendahnya produktivas lahan saat ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti penggunaan pupuk urea yang kontinu yang berdampak pada rusaknya struktur tanah dan kurangnya input bahan organik.

(8)

Produktivitas lahan/tanah merupakan gambaran kemampuan tanah berdasakan pada pertimbangan ekonomis dan bukan hanya pada sifat tanah semata. Tanah produktif harus mempunyai kesuburan yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, walaupun tanah subur tidak selalu berarti produktif. Tanah yang subur akan produktif jika dikelola dengan tepat, menggunakan teknik pengelolaan dan jenis tanaman yang sesuai. Apriyantono (2008) menegaskan bahwa, dengan kondisi pertanian di Indonesia saat ini dimana luas lahan hanya 20 juta hektar serta jumlah petani mencapai 25 juta orang, sehingga sangat sulit untuk meningkatkan produksi pertanian tanpa peran serta teknologi, dengan lahan pertanian yang tidak begitu luas, maka yang diperlukan adalah optimalisasi lahan yang ada.

Pemupukan merupakan salah satu input teknologi yang dilakukan dalam rangka peningkatan produktivitas lahan, dan pemupukan ini tidak dapat dipungkiri sangat besar artinya, sebagai contoh dalam peningkatan produksi padi, hal ini dapat dilihat pada program BIMAS yang menghantarkan Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984.

Berhubung karena kondisi kesuburan tanah yang semakin menurun, dan kebiasaan petani yang hanya menggunakan satu jenis pupuk saja, yaitu urea, maka lambat laun produktivitas tanah semakin menurun. Urea dengan dosis tinggi yang digunakan dalam waktu yang cukup lama dan kontinu berakibat pada rusaknya kondisi struktur tanah.

(9)

Struktur tanah yang rusak akan mengakibatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah akan menurun.

Untuk menghindari hal tersebut, maka konsep pemupukan berimbang sesuai dengan kebutuhan tanaman merupakan salah satu solusi dalam peningkatan produktivitas tanah dan tanaman. Pupuk dapat berasal dari pupuk organik maupun anorganik, dan untuk membantu meningkatkan ketersediaan bahan organik dalam tanah maka digunakan pupuk hayati.

Pupuk hayati ialah bahan yang mengandung mikroorganisme hidup dari mikrobia yang digunakan untuk meningkatkan jumlah mikrobia sehingga dapat menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Sugito et al, 1995 dalam Wahyuni, et al, 2009). Pupuk hayati sangat efektif dalam penyediaan nutrisi dan perbaikan sifat tanah dalam mendukung

pertumbuhan tanaman. Handayanto (1998) menyatakan bahwa

pemanfaatan pupuk hayati yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik memberikan prospek yang cukup baik dalam peningkatan produktivitas tanah.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peningkatan produksi jagung melalui penggunaan pupuk hayati petrobio yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik phonska menjadi menarik untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh dosis pupuk hayati petrobio terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

(10)

2. Bagaimana pengaruh dosis pupuk phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

3. Apakah ada interaksi antara dosis pupuk phonska dan pupuk hayati petrobio terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk hayati petrobio terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

2. Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

3. Untuk mengetahui interaksi antara dosis pupuk phonska dan pupuk hayati petrobio terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

D. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat dalam upaya peningkatan produktivitas lahan dan tanaman jagung melalui penggunaan paket pupuk hayati petrobio dan pupuk phonska.

2. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam rangka

optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan dalam usaha

peningkatan produktivitas tanah dan tanaman, khususnya dalam penggunaan paket pupuk hayati petrobio dan pupuk phonska.

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Budidaya Tanaman Jagung

Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena di beberapa daerah, jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak, khususnya pakan ayam. Dengan semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di indonesia, maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula (Bakhri, 2007).

Sugeng (2001) menjelaskan bahwa jagung merupakan tanaman monokotil berbiji tunggal dengan ciri-ciri: 1) berakar serabut, 2) batangnya beruas-ruas, 3) bijinya berkeping satu, 4) bunganya tersusun dalam karangan yang berbeda. Karangan bunga jagung terdiri dari dua macam, yaitu bunga jantan yang hanya mempunyai benang sari dan bungan betina yang hanya terdiri dari kepala putik. Penyerbukannya banyak dibantu oleh angin, serbuk sari yang telah masak akan beterbangan dan jatuh pada kepala putik, sehingga dengan demikian jagung dinamakan tumbuhan berumah satu.

Jagung pada dasarnya tidak terlalu membutuhkan persyaratan tanah yang khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan memberikan produksi yang optimal. Jagung tumbuh baik pada pH tanah antara 5,6 – 7,5, aerasi dan ketersediaan air yang baik, kemiringan tanah

(12)

kurang dari 8 %. Pada lahan yang kemiringannya lebih dari 8 % sebaiknya dilakukan pembentukan teras lebih dahulu. Jagung juga merupakan tanaman daerah panas, yang dapat tumbuh dari 1 sampai 2.000 mdpl (Sugeng, 2001). Lebih lanjut dinyatakan bahwa tanah yang baik untuk penanaman jagung adalah tanah selalu dalam keadaan kering dengan curah hujan yang tidak terlalu lebat, sehingga tanaman jagung banyak di tanaman pada akhir musim hujan.

B. Pupuk dan Pemupukan

Dalam pengertian sehari-hari, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut ke tanah agar tanah menjadi subur (Hardjowigeno, 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pemupukan dalam arti luas mencakup penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, misalnya pemberian pasir pada tanah liat, penambahan tanah mineral pada tanah organik, dan pemberian kapur pada tanah-tanah dengan pH rendah.

Pemupukan dilakukan untuk menggantikan unsur hara yang hilang akibat proses pencucian, erosi, penguapan, dan yang hilang melalui panenan. Kegiatan pemupukan sudah menjadi kebutuhan untuk mempertahankan tingkat kesuburan tanah dengan tujuan untuk kelangsungan pertumbuhan dan produktivitas tanaman (Winarso, 2005).

Hingga saat ini, petani masih lebih banyak menggunakan pupuk anorganik (pupuk buatan) untuk mencukupi kekurangan unsur hara yang

(13)

dibutuhkan tanaman. Hal ini disebabkan karena pupuk organik mudah digunakan, mempunyai kandungan hara yang tinggi, sangat larut, dan lebih mudah menyatukan beberapa unsur hara. Akan tetapi pupuk anorganik mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: 1) petani harus membeli, 2) sering tidak tersedia di pasaran saat dibutuhkan, dan 3) merusak/membahayakan dan mencemari tanah dan air apabila penggunaannya berlebihan atau tidak tepat. Pemberian pupuk anorganik pada lahan-lahan pertanian secara intensif dan jangka panjang menunjukkan adanya kecenderungan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak, dan pencemaran lingkungan. Kondisi ini jika berlanjut akan menurunkan kualitas tanah dan kesehatan lingkungan (Winarso, 2005).

C. Pemupukan Berimbang

Winarso (2005) menguraikan tentang pentingnya pengelolaan kesetimbangan unsur hara dalam tanah melalui pemupukan. pemupukan adalah hal yang mutlak dilakukan untuk mempertahankan produksi dan efisiensi pemupukan. Berdasarkan hasil penelitian di Vietnam, pemberian pupuk tunggal N saja hanya meningkatkan produksi jagung sebesar 1,03 ton/ha, sedangkan pemupukan dengan NPK memberikan 3,30 ton/ha.

Penggunaan pupuk akan lebih menguntungkan apabila

memperhatikan 5 tepat dalam pemupukan, yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat tempat pemupukan, tepat waktu, dan tepat cara/metode pemupukan. Ketidaktepatan salah satu dari 5 prinsip tersebut akan

(14)

memberikan hasil pemupukan kurang efisien yang ditunjukkan oleh rendahnya nilai efisiensi pemupukan. Efisiensi pemupukan yang rendah berarti banyak pupuk yang hilang atau tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman, yang akhirnya justru berakibat tidak baik pada lingkungan yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas tanah, kesehatan hewan dan manusia (Winarso, 2005).

Salah satu cara untuk mempertahankan kesetimbangan unsur hara dalam tanah adalah melalui aplikasi pemupukan berimbang. Pemupukan berimbang adalah suatu cara pemberian pupuk kepada tanaman dengan berdasar kepada tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman, sehingga dosis pemupukan pada setiap lokasi dan fase pertumbuhan tanaman akan menjadi berbeda (Subroto dan Yusriani, 2005).

Secara terperinci uraian tentang tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu pada penerapan sistem teknologi pemupukan berimbang adalah sebagai berikut:

a) Tepat Jenis

Hardjowigeno (2003) menjelaskan bahwa tiap-tiap jenis pupuk mempunyai jumlah kandungan unsur hara, reaksi fisiologis, kelarutan, dan kecepatan bekerja yang berbeda-beda, sehingga jumlah dan jenis pupuk serta cara dan waktu pemberiannya berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman atau jenis tanah. Pada paket teknologi pemupukan berimbang, jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36, ZA, dan KCl.

(15)

b) Tepat Dosis

Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman akan unsur hara, kandungan unsur hara yang ada dalam tanah, serta kadar unsur hara yang terdapat dalam tanah (Hardjowigeno, 2003).

c) Tepat Waktu

Hardjowigeno (2003) menjelaskan bahwa pupuk yang bekerjanya cepat diberikan setelah tanam dan sebaiknya diberikan sedikit demi sedikit dalam 2 atau 3 kali pemupukan, karena pupuk ini mudah tercuci, contoh

ZA, Urea, ASN, NH4Cl. Pupuk yang bekerjanya lambat diberikan sebelum

tanam dan sekaligus, contoh TSP dan SP-36. Sedangkan pupuk yang bekerjanya sedang dapat diberikan sebelum dan sesudah tanam, asal jangan terlalu jauh dengan saat mulainya aktivtas tanaman, contoh pupuk rustica yellow.

D. Pupuk Hayati Petrobio

Pupuk hayati adalah pupuk yang mengandung mikroorganisme hidup dari mikrobia yang digunakan untuk meningkatkan jumlah mikrobia dalam tanah, sehingga dapat menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman (Sugito et al, 1995 dalam Wahyuni, et al, 2009). Handayanto (1998) menambahkan bahwa keberadaan pupuk hayati dalam tanah dinilai sangat efektif karena dapat meningkatkan ketersediaan hara dan memperbaiki sifat tanah dalam mendukung pertumbuhan tanaman.

(16)

Sugiarto (2008) menyatakan bahwa pupuk hayati petrobio berbentuk granuler, berbahan aktif bakteri penambat N-bebas tanpa bersimbiosis dan mikroba pelarut P. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pupuk hayati petrobio bahan aktifnya terdiri dari mikroba Aspergillus niger, Penicillium sp, Pantoea sp, Azospirillum sp, dan Streptomyces sp., keberadaan mikroba-mikroba tersebut mengefektifkan serapan N dan P tanah oleh tanaman.

Bakteri penambat N dari udara berkemampuan mengikat N bebas di dalam udara tanah melalui produksi enzim reduktase urea. Bakteri tersebut bersimbiosis dengan akar tanaman dan hidup dalam bintil akar. Simbiosis ini membuat tanaman hanya perlu pasokan sedikit N, Selain itu, mikroba pelarut P yang digunakan bisa menghasilkan enzim fosfatase, asam-asam organik, dan polisakarida ekstra sel yang membebaskan unsur P dari senyawa pengikatnya sehingga P tersedia bagi tanaman (Sugiarto, 2008). Anonim (2010) menambahkan bahwa Pupuk hayati petrobio berisi mikroorganisme penghancur bahan-bahan organik (dekomposer) sehingga tanah menjadi gembur, sehingga mampu menahan air yang lebih banyak dan akar tanaman dapat berkembang lebih maksimal, sehingga serapan unsur hara akan lebih efektif.

E. Hipotesis

Untuk mencapai sasaran penelitian, maka hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

(17)

1. Terdapat pengaruh dosis pupuk hayati petrobio terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

2. Terdapat pengaruh dosis pupuk phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk hayati petrobio dan dosis pupuk phonska terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.

(18)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kab. Gowa. Waktu penelitian berlangsung dari Mei sampai Agustus 2013. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu lokasi daerah pengembangan jagung.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan, yaitu: pacul, tali, gembor, sekop, kantong plastik, ember, alat dokumentasi, dan alat tulis menulis. Sedangkan bahan yang digunakan adalah: pupuk petrobio, pupuk phonska, benih jagung hibrida varietas Buna-3 Bantimurung, air, dan contoh tanah.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini didesain dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dalam dua faktor. Faktor pertama adalah pupuk Petrobio dengan 4 taraf dosis, yaitu 0 kg ha-1 (B1), 30 kg ha-1 (B2), 60 kg ha-1 (B3), dan 90 kg ha-1 (B4). Faktor kedua adalah pupuk Phonska dengan 3 taraf dosis, yaitu 0 kg ha-1 (P1), 150 kg ha-1 (P2), dan 300 kg ha-1 (P3). Dari kedua faktor tersebut didapatkan 12 kombinasi perlakuan, dengan 3 kali ulangan.

(19)

D. Pelaksanaa Penelitian

1. Pengambilan contoh tanah

Contoh tanah diambil secara komposit pada lapisan olah (kedalaman 0–20 cm) pada beberapa titik (metode w). Sampel tanah tersebut dihaluskan kemudian dicampur secara merata dan dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diberi label, untuk kemudian di analisis di laboratorium.

2. Pengolahan tanah

Pengolahan tanah dilakukan setelah pengambilan contoh tanah. Tanah diolah sampai gembur dengan kedalaman 30 cm, yang memungkinkan akar tanaman dapat berkembang dengan baik.

3. Aplikasi pemupukan

Aplikasi pemupukan yang pertama dilakukan bersamaan dengan waktu tanam, dengan dosis 1/3 dari perlakuan, sedangkan aplikasi pemupukan yang kedua dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 5 minggu setelah tanam dengan dosis 2/3 dari perlakuan.

4. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan sistem tugal dengan jarak tanam 25 x 75 cm, luas ukuran petak perlakuan akan disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia.

(20)

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi: penyiraman, penyiangan, dan pembumbunan, dan perbaikan drainase.

6. Panen

Panen dilakukan pada saat tanaman jagung sudah tua, dengan ciri-ciri: 1) rambut buah berwarna coklat, 2) kulit paling luar berwarna kuning dan mengering, dan 3) biji keras dan tidak mudah dilukai.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah: tinggi tanaman, berat 1.000 biji, berat kering pipilan per hektar, dan volume akar.

F. Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (anova), dan dilanjutkan dengan Uji Berganda Duncan jika ada perbedaan pada setiap parameter pengamatan.

(21)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Tinggi Tanaman

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman disajikan pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa perlakuan Petrobio memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman sedangkan perlakuan Phonska memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Interaksi antara Petrobio dengan Phonska memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman.

Hasil analisis Uji Berganda Duncan 0,05 pengamatan tinggi tanaman pada Tabel 1 menunjukkan bahwa, perlakuan Phonska 300 kg ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata tinggi tanaman 122,50 cm dan hanya berbeda nyata dengan Phonska 0 kg ha-1 (P0) dengan rata-rata tinggi tanaman 91,19 cm. Untuk perlakuan Petrobio, perlakuan 60 kg ha-1 (B2) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata tinggi tanaman 110,39 cm.

Tabel 1. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap rata-rata tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif

Perlakuan 0 kg ha-1 (P0) 150 kg ha-1 (P1) 300 kg ha-1 (P2) Rata-rata (cm) 0 kg ha-1 (B0) 30 kg ha-1 (B1) 60 kg ha-1 (B2) 90 kg ha-1 (B3) 88,92 79,08 103,75 93,00 107,83 126,58 108,17 99,92 131,83 109,67 119,25 122,50 109,53 105,11 110,39 105,14 Rata-rata (cm) 91,19 b 110,63 a 120,81 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata berdasarkan uji Berganda Duncan 0,05

(22)

2. Berat 1.000 Biji

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam berat 1.000 biji disajikan pada Lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan Petrobio memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat 1.000 biji sedangkan perlakuan Phonska memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap berat 1.000 biji. Interaksi antara Petrobio dengan Phonska memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap berat 1.000 biji.

Hasil analisis Uji Berganda Duncan 0,05 pengamatan berat 1.000 biji pada Tabel 2 menunjukkan bahwa, perlakuan Phonska 300 kg ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata berat 1.000 biji 225,04 g dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Untuk perlakuan Petrobio, perlakuan 90 kg ha-1 (B3) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata berat 1.000 biji 208,56 g.

Tabel 2. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap rata-rata berat 1.000 biji

Perlakuan 0 kg ha-1 (P0) 150 kg ha-1 (P1) 300 kg ha-1 (P2) Rata-rata (g) 0 kg ha-1 (B0) 30 kg ha-1 (B1) 60 kg ha-1 (B2) 90 kg ha-1 (B3) 173,27 185,83 175,23 212,23 185,87 229,07 196,40 189,73 233,77 207,70 235,90 222,80 197,63 207,56 202,51 208,56 Rata-rata (g) 186,64 b 200,27 b 225,04 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata berdasarkan uji Berganda Duncan 0,05

(23)

3. Produksi Biji Pipilan

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam produksi biji pipilan disajikan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa perlakuan Petrobio memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi biji pipilan, sedangkan perlakuan Phonska memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap produksi biji pipilan. Interaksi antara Petrobio dengan Phonska memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi biji pipilan.

Hasil analisis Uji Berganda Duncan 0,05 pengamatan produksi biji pipilan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa, perlakuan Phonska 300 kg ha-1 (P2) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata berat produksi biji pipilan 4.763,75 kg ha-1 dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Untuk perlakuan Petrobio, perlakuan 90 kg ha-1 (B3) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata produksi biji pipilan 4.141,27 kg ha-1.

Tabel 3. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap rata-rata produksi biji pipilan

Perlakuan 0 kg ha-1 (P0) 150 kg ha-1 (P1) 300 kg ha-1 (P2) Rata-rata (kg ha-1) 0 kg ha-1 (B0) 30 kg ha-1 (B1) 60 kg ha-1 (B2) 90 kg ha-1 (B3) 1.831,20 2.683,20 3.071,40 3.678,80 3.049,60 4,652,00 3.461,80 3.639,00 5.662,00 3.690,40 4.596,60 5.106,00 3.514,27 3.675,20 3.709,93 4.141,27 Rata-rata (kg ha-1) 2.816,15 b 3.700,60 b 4.763,75 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata berdasarkan uji Berganda Duncan 0,05

(24)

4. Volume Akar

Data pengamatan dan hasil analisis sidik ragam volume akar disajikan pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa perlakuan Petrobio memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap volume akar sedangkan perlakuan Phonska memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap volume akar. Interaksi antara Petrobio dengan Phonska memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap volume akar.

Hasil analisis Uji Berganda Duncan 0,05 pengamatan volume akar

pada Tabel 4 menunjukkan bahwa, perlakuan Phonska 300 kg ha-1 (P2)

memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata volume akar 24,34 cm3

dan hanya berbeda nyata dengan perlakuan 0 kg ha-1 (P0) dengan rata-rata volume akar 12,84 cm3. Untuk perlakuan Petrobio, perlakuan 30 kg ha-1 (B1) memberikan hasil yang tertinggi dengan rata-rata volume akar 20,83 cm3.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap rata-rata volume akar

Perlakuan 0 kg ha-1 (P0) 150 kg ha-1 (P1) 300 kg ha-1 (P2) Rata-rata (cm3) 0 kg ha-1 (B0) 30 kg ha-1 (B1) 60 kg ha-1 (B2) 90 kg ha-1 (B3) 11,50 11,67 13,19 15,00 15,00 25,83 19,17 18,33 26,25 25,00 21,53 24,58 17,58 20,83 17,96 19,31 Rata-rata (cm3) 12,84 b 19,58 a 24,34 a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata berdasarkan uji Berganda Duncan 0,05

(25)

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Petrobio memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tinggi tanaman, berat 1.000 biji, berat pipilan per hektar, dan volume akar, sedangkan Phonska memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman dan pengaruh sangat nyata terhadap berat 1.000 biji, berat pipilan per hektar, dan volume akar.

Adanya pengaruh yang tidak nyata pada Petrobio lebih disebabkan karena pada dasarnya Petrobio lebih berperan dalam mengefektifkan pupuk kimia terutama N dan P. Hal ini didukung oleh Sugiarto (2008) menyatakan bahwa petrobio berbahan aktif bakteri penambat N-bebas tanpa bersimbiosis dan mikroba pelarut P, terdiri dari mikroba Aspergillus niger, Penicillium sp, Pantoea sp, Azospirillum sp, dan Streptomyces sp., keberadaan mikroba-mikroba tersebut mengefektifkan serapan N dan P tanah oleh tanaman.

Bakteri penambat N dari udara berkemampuan mengikat N bebas di dalam udara tanah melalui produksi enzim reduktase urea. Bakteri tersebut bersimbiosis dengan akar tanaman dan hidup dalam bintil akar. Simbiosis ini membuat tanaman hanya perlu pasokan sedikit N, Selain itu, mikroba pelarut P yang digunakan bisa menghasilkan enzim fosfatase, asam-asam organik, dan polisakarida ekstra sel yang membebaskan unsur P dari senyawa pengikatnya sehingga P tersedia bagi tanaman (Sugiarto, 2008).

(26)

Adanya pengaruh yang nyata dari Phonska karena pupuk phonska mempunyai keunggulan dalam memacu pertumbuhan akar dan membentuk sistem perakaran yang baik (Anonim, 2012). Terjadinya perkembangan akar yang optimal tidak hanya disebabkan oleh pengaruh phonska semata, tetapi juga disebabkan oleh pengaruh petrobio yang

mengandung mikroorganisme penghancur bahan-bahan organik

(dekomposer) sehingga tanah menjadi gembur, sehingga mampu menahan air yang lebih banyak dan akar tanaman dapat berkembang lebih maksimal, sehingga serapan unsur hara akan lebih efektif (Anonim, 2010).

Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah Alfisol sebelum penelitian (Lampiran 2) yang diambil secara komposit pada kedalaman 0–20 cm memiliki nilai pH 5,17 dengan kriteria masam, dimana pada kondisi ini ketersediaan unsur hara dalam tanah kurang baik dan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Berdasarkan kriteria CSAR (1994) dari segi kesuburan tanah, tanah lokasi penelitian untuk tanaman jagung tergolong ke dalam kelas kesesuaian lahan aktual S3 (sesuai marginal) dan masih memiliki potensi untuk ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian lahan S2 dengan input pemupukan, pengapuran, dan penambahan bahan organik yang lebih banyak sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Tanaman jagung pada dasarnya bukanlah tanaman yang memerlukan syarat tumbuh yang khusus, tanaman jagung hibrida tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5,5–7 dan membutuhkan pH yang optimal

(27)

6,8 pada saat berbunga dan pengisian biji. P tersedia pada tanah ini sangat rendah yaitu 7.88 mg kg-1 disebabkan karena pH yang rendah yang berpengaruh terhadap ketersediaan hara, hal ini sesuai dengan Syarief (1989) bahwa pada kondisi pH rendah, unsur P diikat oleh unsur Fe dan Al, sehingga tidak tersedia untuk tanaman.

Secara rata-rata, rendahnya produksi yang diperoleh memberikan gambaran bahwa pada lokasi penelitian tingkat kesuburan tanah masih tergolong rendah. Kondisi kesuburan tanah sangat berpengaruh terhadap produksi jagung yang diperoleh, pada penelitian ini produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan B3P2 dengan nilai 5.106,00 kg ha-1 masih sangat jauh di bawah kisaran produksi berdasarkan potensi genetik tanaman jagung hibrida varietas Buna-3 Bantimurung yaitu 8–9 ton ha-1 yang digunakan pada penelitian ini.

Adanya N, P, dan K yang tersedia untuk tanaman akan menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman, dimana batang, daun akan berkembang dengan baik, dan pada fase generatif pembentukan bunga dan biji akan berjalan dengan baik, hal ini sesuai dengan Soepardi (1983) bahwa unsur hara dalam tanah yang tersedia untuk tanaman terutama unsur fosfor sangat berperan dalam pembentukan bunga dan buah. Anonim (2012) merinci beberapa manfaat pupuk Phonska yang berkaitan dengan pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu meningkatkan produksi dan kualitas panen, memacu pembentukan bunga, mempercepat panen,

(28)

dan menambah kandungan protein, memperbesar ukuran buah, dan memperlancar pembentukan gula dan pati.

(29)

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemberian pupuk petrobio 30 kg ha-1 menghasilkan volume akar tertinggi, petrobio 60 kg ha-1 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi, dan petrobio 90 kg ha-1 menghasilkan berat 1.000 biji dan produksi biji pipilan perhektar tertinggi.

2. Pemberian pupuk phonska 300 kg ha-1 menghasilkan tinggi tanaman, berat 1.000 biji, produksi biji pipilan perhektar dan volume akar yang tertinggi.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada tanah-tanah yang lebih subur sehingga pengaruh optimal dari pupuk petrobio dan phonska dapat diketahui.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Petrobio. [Diakses 24 Februari 2012 pada situs http://www.lembahpinus.com].

Anonim, 2012. Pupuk Phonska/Pupuk Majemuk NPK (SIN 02-2803-2000).

[Diakses 24 Februari 2012 pada situs http://

www.petrokimia-gresik.com].

Apriyantono, A., 2008 Riset Pertanian Indonesia Kurang Diminati

Pengusaha. [Diakses 20 Juli 2008 pada situs

http://www.deptan.go.id].

CSAR, 1994. Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pertanian dan Kehutanan. CSAR, Bogor.

Bakhri, S., 2007. Petunjuk Teknis Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah, Palu.

Dillon, H.S., 2004. Pertanian Membangun Bangsa. Dalam: S.Y. Husodo et. Al (eds). Pertanian Mandiri, Pandangan Strategis Para pakar Untuk Kemajuan Pertanian Indonesia. Penebar Swadaya, Jakarta. Handayanto, E., 1998 Pengelolaan kesuburan tanah secara biologi untuk

menuju sistem pertanian sustainabel. Habitat 4 (10): 104 – 110. Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. Nuhung, I.A., 2003. Membangun Pertanian Masa Depan, Suatu Gagasan

Pembaharuan. Aneka Ilmu, Semarang.

Sarief, S.E., 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Soepardi, G., 1983 Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sugeng, H.R., 2001. Bercocok Tanam Palawija. Aneka Ilmu, Semarang. Sugiarto, Y., 2008. Petrokimia Gresik luncurkan pupuk hayati. [Diakses 24

Februari 2012 pada situs http://www.agrina-online.com.].

Wahyuni, S.T., T. Islami, H.T. Sebayang, dan B. Hariyono, 2010. Pengaruh pupuk hayati petrobio dan pupuk N, P, K pada pertumbuhan awal tanaman jarak pagar (Jatropa curcas L.).

[Diakses 24 Februari 2012 pada situs

http://Pustaka_pertanian_ub.staff.ub.ac.id/files/2012/01/jurnal.pdf]. Winarso, S., 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan Dan Kualitas

(31)
(32)

Lampiran 1. Denah Percobaan B1P0 B1P2 B3P0 B3P1 B0P0 B0P1 B1P2 B3P0 B3P2 B2P1 B1P0 B2P1 B1P1 B2P0 B0P2 B3P2 B0P1 B1P1 B0P0 B3P2 B3P1 B2P0 B2P1 B1P0 B0P2 B0P2 B2P2 B3P0 B2P3 B1P2 B0P1 B3P1 B0P0 B3P2 B1P1 B2P0

U

(33)
(34)

Lampiran 3a. Hasil pengamatan tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif

Perlakuan Kelompok Total Rata-rata

(cm) I II III B0P0 89.25 79.00 98.50 266.75 88.92 B0P1 112.75 136.50 74.25 323.50 107.83 B0P2 139.75 121.25 134.50 395.50 131.83 B1P0 68.75 99.75 68.75 237.25 79.08 B1P1 106.75 143.00 130.00 379.75 126.58 B1P2 100.75 77.75 150.50 329.00 109.67 B2P0 82.50 117.75 111.00 311.25 103.75 B2P1 83.00 113.75 127.75 324.50 108.17 B2P2 112.00 132.25 113.50 357.75 119.25 B3P0 110.00 105.25 63.75 279.00 93.00 B3P1 72.75 118.25 108.75 299.75 99.92 B3P2 132.75 99.75 135.00 367.50 122.50 Jumlah 1211.00 1344.25 1316.25 3871.50 161.31

Lampiran 3b. Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif Sumber Keragaman JK DB KT F Hitung F tabel 0,05 0,01 Kelompok 822.70 2 411.35 0.84 tn 3,44 5,72 Petrobio (B) 213.59 3 71.20 0.15 tn 3,05 4,82 Phonska (P) 5436.97 2 2718.48 5.52 * 3,44 5,72 B*P 2627.17 6 437.86 0.89 tn 2,55 3,76 Galat 10832.39 22 492.38 Total 19932.82 35

Keterangan: * = berpengaruh nyata pada taraf uji 0.05, tn = berpengaruh tidak nyata

(35)

Lampiran 4a. Hasil pengamatan berat 1.000 biji

Perlakuan Kelompok Total Rata-rata

(g) I II III B0P0 192.80 158.80 168.20 519.80 173.27 B0P1 192.80 191.70 173.10 557.60 185.87 B0P2 220.10 218.60 262.60 701.30 233.77 B1P0 150.60 181.50 225.40 557.50 185.83 B1P1 194.80 241.00 251.40 687.20 229.07 B1P2 175.00 162.60 285.50 623.10 207.70 B2P0 171.90 141.00 212.80 525.70 175.23 B2P1 173.70 186.40 229.10 589.20 196.40 B2P2 242.80 231.30 233.60 707.70 235.90 B3P0 213.40 207.90 215.40 636.70 212.23 B3P1 175.10 197.40 196.70 569.20 189.73 B3P2 234.10 224.10 210.20 668.40 222.80 Jumlah 2337.10 2342.30 2664.00 7343.40 305.98

Lampiran 4b. Hasil analisis sidik ragam berat 1.000 biji Sumber Keragaman JK DB KT F Hitung F tabel 0,05 0,01 Kelompok 5843.93 2 2921.97 4.27 * 3,44 5,72 Petrobio (B) 660.10 3 220.03 0.32 tn 3,05 4,82 Phonska (P) 9096.01 2 4548.00 6.65 ** 3,44 5,72 B*P 7221.25 6 1203.54 1.76 tn 2,55 3,76 Galat 15055.72 22 684.35 Total 37877.01 35

Keterangan: * = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata, dan tn = berpengaruh tidak nyata

(36)

Lampiran 5a. Hasil pengamatan produksi biji pipilan

Perlakuan Kelompok Total Rata-rata

(kg ha-1) I II III B0P0 1771.20 1774.80 1947.60 5493.60 1831.20 B0P1 3717.60 3492.00 1939.20 9148.80 3049.60 B0P2 4957.20 5376.00 6652.80 16986.00 5662.00 B1P0 1591.20 4867.20 1591.20 8049.60 2683.20 B1P1 3261.60 4845.60 5848.80 13956.00 4652.00 B1P2 2458.80 2719.20 5893.20 11071.20 3690.40 B2P0 2556.00 3600.00 3058.20 9214.20 3071.40 B2P1 1704.00 2935.80 5745.60 10385.40 3461.80 B2P2 3627.00 3776.40 6386.40 13789.80 4596.60 B3P0 4164.00 2264.40 4608.00 11036.40 3678.80 B3P1 1562.40 4473.00 4881.60 10917.00 3639.00 B3P2 3652.20 5400.00 6265.80 15318.00 5106.00 Jumlah 35023.20 45524.40 54818.40 135366.00 5640.25

Lampiran 5b. Hasil analisis sidik ragam produksi biji pipilan Sumber Keragaman JK DB KT F Hitung F tabel 0,05 0,01 Kelompok 16347321.68 2 8173660.84 5.60 * 3,44 5,72 Petrobio (B) 1939020.68 3 646340.23 0.44 tn 3,05 4,82 Phonska (P) 22822741.94 2 11411370.97 7.82 ** 3,44 5,72 B*P 13933709.98 6 2322284.99 1.59 tn 2,55 3,76 Galat 32118453.76 22 1459929.72 Total 87161248.04 35

Keterangan: * = berpengaruh nyata, ** = berpengaruh sangat nyata, dan tn = berpengaruh tidak nyata

(37)

Lampiran 6a. Hasil pengamatan volume akar

Perlakuan Kelompok Total Rata-rata

(cm3) I II III B0P0 12.50 15.00 7.00 34.50 11.50 B0P1 16.25 18.75 10.00 45.00 15.00 B0P2 18.75 17.50 42.50 78.75 26.25 B1P0 11.25 12.50 11.25 35.00 11.67 B1P1 30.00 17.50 30.00 77.50 25.83 B1P2 15.00 20.00 40.00 75.00 25.00 B2P0 11.25 15.00 13.33 39.58 13.19 B2P1 13.75 15.00 28.75 57.50 19.17 B2P2 21.25 20.00 23.33 64.58 21.53 B3P0 20.00 12.50 12.50 45.00 15.00 B3P1 18.75 22.50 13.75 55.00 18.33 B3P2 27.50 17.50 28.75 73.75 24.58 Jumlah 216.25 203.75 261.17 681.17 28.38

Lampiran 6b. Hasil analisis sidik ragam pengamatan volume akar Sumber Keragaman JK DB KT F Hitung F tabel 0,05 0,01 Kelompok 151.919 2 75.959 1.551 tn 3,44 5,72 Petrobio (B) 58.622 3 19.541 0.399 tn 3,05 4,82 Phonska (P) 801.394 2 400.697 8.180 ** 3,44 5,72 B*P 186.857 6 31.143 0.636 tn 2,55 3,76 Galat 1077.633 22 48.983 Total 2276.424 35

Keterangan: ** = berpengaruh sangat nyata, dan tn = berpengaruh tidak nyata

(38)

Lampiran 7. Dokumentasi penelitian pada saat persiapan penanaman (a– d) dan pada saat pemberian air (e–f)

(a) (b)

(c) (d)

(39)

Lampiran 8. Dokumentasi penelitian pada saat pengukuran tinggi tanaman (a–b) dan pada fase generatif (c–d) tanaman, dan pada pengamatan volume akar (e–f)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar

Tabel 1.  Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap rata- rata-rata tinggi tanaman pada akhir fase vegetatif
Tabel 2.  Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap rata- rata-rata berat 1.000 biji
Tabel 4.  Pengaruh perlakuan pupuk Petrobio dan Phonska terhadap rata- rata-rata volume akar

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kajian-kajian lepas yang telah dijalankan dan disokong oleh pendekatan yang kukuh menerusi aspek tingkah laku pengundi dalam pilihan raya, jelas

Kajian usaha tani ayam KUB bertujuan untuk mengetahui efisiensi kelayakan usaha ayam KUB jantan sebagai penghasil daging yang dipelihara secara intensif melalui

secara sengaja mendorong seseorang ke jalur bus yang tengah lewat. Beberapa contoh lain adalah tindakan membakar stasiun pompa bensin atau meledakkan gudang

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1)faktor-faktor yang melatarbelakangi perubahan pola hubungan sosial antara Puri Agung Klungkung dengan masyarakat

5 Penelitian terdahulu mengenai perilaku perencanaan investasi oleh (Pritazahara dan Sriwidodo, 2015) mengenai perencanaan investasi terdapat pengaruh yang signifikan

pembelajaran supaya guru tidak menyimpang dari tema yang akan disampaikan kepada anak pada saat pembelajaran berlangsung. sudah dapat memenuhi segala kebutuhan yang

Hasil penelitian menunjukkan: (1) siswa berkemampuan tinggi tidak melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal relasi dan fungsi; (2) siswa dengan kemampuan sedang

Instrumen gamelan Bali digunakan dalam musik iringan Kuda Lumping Bekso Turonggo Mudo karena mempunyai timbre yang khas dan berbeda dengan gamelan Jawa, sehingga