• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teleportasi Kuantum Terkontrol Keadaan Dua-Qubit Sembarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teleportasi Kuantum Terkontrol Keadaan Dua-Qubit Sembarang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Teleportasi Kuantum Terkontrol

Keadaan Dua-Qubit Sembarang

Agus Purwanto,∗Lila Yuwana, I Nengah Artawan, Bayu Dwi Hatmoko, Rafika Rahmawati, dan Achmad Fatih Alqodri Departemen Fisika-FSains, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111

Intisari

Kami perlihatkan skema teleportasi terkontrol dua kubit sembarang via kanal lima kubit yang merupakan kom-binasi dari keadaan GHZ dan keadaan Bell. 30 dari 32 komkom-binasi pengukuran oleh Alice dan Charlie memberi transformasi uniter berpasangan, positip-negatip, dan hanya dua yang tidak berpasangan.

Abstract

We have shown in detail a scheme of controlled quantum teleportation of arbitrary two-qubit state via the five-qubit channel which is 30 of 32 measurements of Alice and Charlie give unitary transformations of Bob in positive and negative pairs, the two others are free and different.

Keywords: teleportasi kuantum; terkontrol; informasi dua kubit http://dx.doi.org/10.12962/j24604682.v15i1.4649

2460-4682 cDepartemen Fisika, Fakultas Sains-ITS

I. PENDAHULUAN

Perkembangan teori kuantum saat ini memungkinkan pengembangan teknik informasi berbasis fisika kuantum. Ka-jian terkait informasi yang mendapat banyak perhatian saat ini adalah teleportasi kuantum yang pertama kali diperkenalkan oleh Bennett dkk [1]. Di dalam skema teoritis teleportasi kuantum, satu keadaan kuantum yang tidak diketahui dikirim melalui pasangan dua partikel berspin 12 dengan bantuan in-formasi klasik.

Di dalam teleportasi, obyek yang dikirim adalah informasi berupa keadaan kuantum suatu partikel bukan partikelnya itu sendiri. Artinya, dengan teleportasi kita mengirim informasi dari satu partikel ke partikel lain, bukan mengirim materi seperti di dalam film Star Trek.

Sejak diperkenalkan Bennett tahun 1993, kajian aspek teoritis maupun eksperimen teleportasi kuantum terus di-lakukan. Eksperimen pertama teleportasi kuantum menggu-nakan foton terbelit dilakukan oleh Bouwmeester, dkk [2]. Kajian teoritis dapat berupa perluasan kanal tidak lagi pasan-gan dua partikel tetapi tiga [3] maupun informasi tidak lagi dari partikel tunggal tetapi dua partikel via kanal empat par-tikel [4]. Teleportasi hanya dapat terjadi via kanal terbelit [1, 5] dan mengetahui sifat keterbelitan kubit tinggi menjadi perlu dan telah diakukan [6].

Di artikel ini dikaji teleportasi keadaan dua kubit sem-barang terkontrol dengan kanal lima kubit yang merupakan

Electronic address:purwanto@physics.its.ac.id

kajian lebih lanjut dari Shi dkk [7]. Tatanan artikel adalah bagai berikut. Bagian 1 adalah pendahuluan yakni berupa se-jarah singkat teleportasi kuantum. Bagian 2 membahas secara singkat ide awal teleportasi satu kubit dengan kanal dua kubit dan tiga kubit serta perbedaan implikasi dari dua kanal terse-but. Bagian 3 uraian lengkap teleportasi terkontrol keadaan dua kubit via kanal lima kubit dengan semua pengukurannya. Bagian 4 diskusi dan simpulan.

II. TELEPORTASI QUBIT TUNGGAL

Di dalam teori kuantum kita mengenal sistem dua keadaan yang di dalam informasi kuantum dirujuk sebagai kuantum bit atau kubit.Contohnya foton terpolarisasi vertikal dan horizon-tal, keadaan left dan right molekul ammonia NH3, keadaan dasar dan tereksitasi suatu atom atau ion, serta keadaan up dan down partikel dengan spin 12 seperti elektron. Semua ini merealisasi kubit dan secara matematis ekivalen, dan ditulis dalam notasi Dirac standar|0idan|1i.

Konsep awal teleportasi satu kubit dari Benneth dkk adalah sebagai berikut. Alice mempunyai kubit tunggal sembarang yaitu

|χia =x◦|0i+x1|1i (1) dengan|x◦|2+|x1|

2

= 1. Pada saat yang sama Alice mempu-nyai kubit kedua yang terbelit dengan kubit ketiga yakni kubit milik Bob dalam bentuk keadaan Bell

|φiAB =√1

(2)

Keadaan yang berperan sebagai kanal ini tidak lain adalah keadaan EPR atau keadaan Bell yang lengkapnya

|b1i = √1 2(|00i+|11i) |b2i = √1 2(|00i − |11i) (3) |b3i = √1 2(|01i+|10i) |b4i = √1 2(|01i − |10i)

Indeks AB keadaan pada Persamaan (2) menyatakan kubit pertama milik Alice dan kubit kedua milik Bob. Tujuan dari teleportasi adalah mengirim keadaan kubit Alice A pada Per-samaan (1) ke kubit Bob B. Keadaan transmisi tidak lain adalah keadaan total dari informasi dan kanal

|ψi ≡ |ψiaAB =|χii⊗ |φi = √x◦ 2(|000i+|011i) + x1 √ 2(|100i+|111i) (4) Alice kemudian melakukan pengukuran berbasis keadaan Bell pada Persamaan (3) yang secara klasik ditandai sebagai (00, 01, 10, 11) pada dua kubit pertama keadaan pada Persamaan (4), misalkan dengan keadaan

|ΠiaA= √1

2(|01i+|10i) (5) Pengukuran tersebut tidak lain adalah proyeksi (aAhΠ| ⊗I)|ψi=|ψ0i.

Selanjutnya Alice melakukan komunikasi klasik dengan Bob menyampaikan pengukurnya (bit 1 dan bit 0) dan Bob melakukan transformasi uniterσBsehingga diperoleh replika

dari keadaan Alice (1) pada kubit Bob

|χiB =σB|ψ0i=x◦|0i+x1|1i (6) denganσB = 2σx. Teleportasi pun selesai.

Pada dasarnya informasi pada Persamaan (1) dapat ditele-portasi melalui tiga kanal Bell lainnya. Demikian juga Alice dapat mengukur dengan tiga keadaan Bell lainnya dan men-girimkan informasi pengukurannya ini secara klasik pada Bob sehingga Bob pun melakukan transformasi uniter σB yang

sesuai. Kanal dan pengukuran ini masih menggunakan qubit minimal yakni qubit ganda. Informasi pada Persamaan (1) juga dapat diteleportasi melalui kanal tiga kubit, misalkan

|φiAAB= √1

3(|001i+|010i+|100i) (7) Sehingga informasi terbawa dalam kanal|ψiaA

1A2B =|χia⊗ |χiA 1A2B |ψi ≡ |ψiaA 1A2B= x◦ √

3(|0001i+|0010i+|0100i) + √x1

3(|1001i+|1010i+|1100i) (8)

Selanjutnya, Alice melakukan pengukuran dengan basis |ΠiaA

1A2 =

1 √

6(2|000i+|010i+|101i) (9) untuk keadaan pada Persamaan (8) aA1A2hΠ| ⊗ I|ψi =

|ψ0i. Seperti dalam kasus kanal kubit dua, selanjutnya Alice berkomunikasi secara klasik tentang pengukurnya dan Bob melakukan transformasi uniterσB seperti Persamaan (6)

de-ngan|ψ0iyang sekarang sehingga diperoleh replika pada Per-samaan (1) denganσB= 3

√ 2

2 σxdan misi teleportasi selesai. Tampak bahwa pengukur pada Persamaan (9) lebih rumit dengan tingkat akurasi lebih rendah dibanding tingkat akurasi dari pengukur pada Persamaan (5). Meskipun demikian kanal tiga kubit ini memungkinkan kehadiran seseorang sebagai pengontrol -sebut saja Charlie- dalam teleportasi dan telepor-tasi dapat terjadi jika ketiganya berinteraksi [3]. Misal, kanal tiga kubit milik Alice sebagai pengirim, Charlie sebagai pen-gontrol dan Bob sebagai penerima

|φiACB = √1

2(|000i+|111i) (10) Keadaan total informasi dan kanal |ψiaACB = |χia ⊗ |φiACB, |ψi= √x◦ 2(|0000i+|0111i) + x1 √ 2(|1000i+|1111i)(11) Alisa mengukur keadaan pada Persamaan (11) ini dengan basis Bell pada Persamaan (5), (aAhΠ| ⊗I⊗I)|ψi dan

menginformasikan kepada Charlie.

Selanjutnya, Charlie mengukur kubitnya dengan |ΠiC=√1

2(|0i+|1i) (12) dan menginformasikannya kepada Bob. Setelah mendapat in-formasi dari Charlie, Bob melakukan transin-formasi uniter pada Persamaan (6) pada kubitnya denganσB = 2

2σx. Replika

keadaan pada Persamaan (1) diperoleh dan teleportasi terkon-trol selesai.

III. TELEPORTASI TERKONTROL INFORMASI DUA KUBIT

Sekarang Alice akan mengirim informasi dua kubit |χia

1a2=x◦|00i+x1|01i+x2|10i+x3|11i (13)

kepada Bob. Pengiriman ini melibatkan Charlie sebagai pen-gontrol dan ketiga orang ini mempunyai keadaan terbelit se-bagai kanal

|φi ≡ |φiA

1B1CA2B2

= 1

2(|00000i+|00011i+|11100i+|11111i)(14) Kubit pertama dan keempat dari kanal pada Persamaan (14) adalah milik Alice, kedua dan kelima milik Bob

(3)

dan kubit ketiga milik Charlie. Kanal ini merupakan kominasi dari dua keadaan terbelit yakni keadaan GHZ |φiGHZ = √1

2(|000i+|111i)dan keadaan Bell|φiBell =

1 √

2(|00i+|11i).

Keadaan transmisi yang tidak lain adalah keadaan terlebur total|χia

1a2⊗ |φi

|ψi ≡ |ψia

1a2A1B1CA2B2 (15)

= x◦

2 (|0000000i+|0000011i+|0011100i+|0011111i) + x1

2 (|0100000i+|0100011i+|0111100i+|0111111i) + x2

2 (|1000000i+|1000011i+|1011100i+|1011111i) + x3

2 (|1100000i+|1100011i+|1111100i+|1111111i)

Mengingat posisi kubit ketiga dan keempat milik Alice serta keenam milik Charlie maka sebelum pengukuran dilakukan operasi perturanan Cint

Cint1 = I⊗(|00i h00|+|01i h10|+|10i h01|+|11i h11|)⊗

(|0iI|0i h0|Ih0|+|0iI|1i h1|Ih0|+|1iI|0i h0|Ih1|+|1iI|1i h1|Ih1|)⊗I (16)

Cint2 = I⊗I⊗I⊗I⊗(|00i h00|+|00i h00|+|00i h00|+|00i h00|)⊗I

Sehingga kubit Alice dan Charlie berurutan|ψia

1A1a2A2CB1B2

|ψ0i = |ψia

1A1a2A2CB1B2

= Cint2 Cint1 |ψia

1a2A1A2B1CB2 (17)

Pengukuran Alice dengan

|Πa1i = ma|00i+m2|10i+ma|11i (18)

|Πa2i = na|00i+n2|10i+na|11i

pada empat keadaan pertama(hΠa1| ⊗ hΠa2| ⊗I⊗I⊗I)|Ψ0i=|ΨiCB1B2. Pengukuran ini disampaikan Alice kepada

Char-lie dan Bob. Selanjutnya CharChar-lie melakukan pengukuran dengan(hΠc| ⊗I⊗I⊗I)|ΨiCB1B2

|ΠiC=a◦|0i+a1|1i (19)

menghasilkan |ΠiB 1B2 = a◦ xmn 2 + x1m◦n2 2 + x2m2n◦ 2 + x3m2n2 2 |00i + a◦ xmn1 2 + x1m◦n3 2 + x2m2n1 2 + x3m2n3 2 |01i + a1 xm1n 2 + x1m1n2 2 + x2m3n◦ 2 + x3m3n2 2 |10i (20) + a1 xm1n1 2 + x1m1n3 2 + x2m3n1 2 + x3m3n3 2 |11i

Selanjutnya Charlie mengirimkan pengukuran ini kepada Bob, dan Bob pun melakukan transformasi uniter pada|ΨiB

1B2

|χiB

1B2 =σB|ΨiB1B2 =x◦|00i+x1|01i+x2|10i+x3|11i (21)

(4)

TABEL I: Tabel Pengukuran dan Transformasi Uniter. |Πa1i |Πa2i |ΠCi 4 √ 2|ΨiB 1B2 σβ/4 √ 2 0000 x◦|00i+x1|01i+x2|10i+x3|11i I⊗I 0001 x◦|00i −x1|01i+x2|10i −x3|11i I⊗σz 0010 0 x1|00i+x◦|01i+x3|10i+x2|11i I⊗σx 0011 −x1|00i+x◦|01i −x3|10i+x2|11i I⊗iσy 0000 x◦|00i+x1|01i −x2|10i −x3|11i σz⊗I 0001 x◦|00i −x1|01i −x2|10i+x3|11i σz⊗σz 0010 1 x1|00i+x◦|01i −x3|10i −x2|11i σz⊗σx 0011 −x1|00i+x◦|01i+x3|10i −x2|11i σz⊗iσy 0100 x◦|00i+x1|01i −x2|10i −x3|11i σz⊗I 0101 x◦|00i −x1|01i −x2|10i+x3|11i σz⊗σz 0110 0 x1|00i+x◦|01i −x3|10i −x2|11i σz⊗σx 0111 −x1|00i+x◦|01i+x3|10i −x2|11i σz⊗iσy 0100 x◦|00i+x1|01i+x2|10i+x3|11i I⊗I 0101 x◦|00i −x1|01i+x2|10i −x3|11i I⊗σz 0110 1 x1|00i+x◦|01i+x3|10i+x2|11i I⊗σx 0111 −x1|00i+x◦|01i −x3|10i+x2|11i I⊗iσy 1000 x2|00i+x3|01i+x◦|10i+x1|11i σx⊗I 1001 x2|00i −x3|01i+x◦|10i −x1|11i σx⊗σz 1010 0 x3|00i+x2|01i+x1|10i+x◦|11i σx⊗σx 1011 −x3|00i+x2|01i −x1|10i+x◦|11i σx⊗iσy 1000 x2|00i+x3|01i −x◦|10i −x1|11i σz⊗I 1001 x2|00i −x3|01i −x◦|10i+x1|11i -iσy⊗σz 1010 1 x3|00i+x2|01i −x1|10i −x◦|11i -iσy⊗σx 1011 −x3|00i+x2|01i+x1|10i −x◦|11i σy⊗iσy 1100 −x2|00i −x3|01i+x◦|10i+x1|11i iσy⊗I 1101 −x2|00i+x3|01i+x◦|10i −x1|11i iσy⊗σz 1110 0 −x3|00i −x2|01i+x1|10i+x◦|11i iσy⊗σx 1111 x3|00i −x2|01i −x1|10i+x◦|11i −σy⊗σy 1100 −x2|00i −x3|01i −x◦|10i −x1|11i −σx⊗I 1101 −x2|00i+x3|01i −x◦|10i+x1|11i −σx⊗σz 1110 1 −x3|00i −x2|01i −x1|10i −x◦|11i −σx⊗σx 1111 x3|00i −x2|01i+x1|10i −x◦|11i −σy⊗σy

Dari bentuk pengukur (18) dan keadaan Bell (3) serta pengukur (19) kita mempunyai 32 kombinasi pengukuran yakni

m◦ = ±m3= 1 √ 2, m1=m2= 0danm◦=m3= 0, m1=±m2= 1 √ 2 n◦ = ±n3= 1 √ 2, n1=n2= 0dann◦=n3= 0, n1=±n2= 1 √ 2 (22) a◦ = ±a1= 1 √ 2

Jika bit klasika◦ = a1 = √12,|Πci → 0, a◦ = −a1 = 1

2,|Πci →1, dan keadaan Bell seperti diberikan di depan maka semua informasi klasik Alice dan Charlie serta

transfor-masi uniter Bob untuk mendapatkan replika infortransfor-masi Alice diberikan oleh Tabel I.

(5)

IV. SIMPULAN

Di artikel ini telah diperlihatkan skema teleportasi kuantum terkontrol yakni pengiriman informasi dua kubit sembarang dari Alice kepada Bob di kejauhan dibawah kontrol dari Char-lie via kanal lima kubit. Setelah informasi dilebur dalam kanal, keadaan total ditata ulang sedemikian rupa sehingga empat kubit pertama adalah milik Alice, satu kubit berikutnya

milik Charlie dan dua kubit terakhir milik Bob. Pengukuran berbasis keadaan Bell oleh Alice dan pengkuran Charlie mem-beri 32 variasi pengukuran. Pengukuran 00xy1dan 01xy0 memberi hasil yang sama, juga pengukuran 00xy0 dan 01xy1 mempunyai hasil sama. Empat belas dari enambelas pen-gukuran kubit pertama dan kedua Alice dengan keadaan terbe-lit Bell ketiga dan keempat menghasilkan transformasi uniter pasangan positip dan negatip, dua lainnya tidak berhubungan.

[1] C.H. Benneth, G. Brassard, C. Crepeau, R. Jozsa, A. Peres, W.K. Wootters, ”Teleporting an unknown quantum state via dual clas-sical and Einstein-Podolsky-Rosen channels”, Phys.Rev.Lett., vol. 70, pp. 1895-1899, 1993.

[2] D. Bouwmeester, J.W. Pan, K. Mattle, M. Eibl, H. Weinfurter, and A. Zeilinger, ”Experimental quantum teleportation”, Nature, vol. 390, pp. 575-579, 1997.

[3] A. Karlson, and M. Bourennane, ”Quantum teleportation using three-particle entanglement”, Phys.Lett. A, vol. 58, no. 6, pp. 4394, 1998.

[4] G. Rigolin, ”Quantum teleportation of an arbitrary two-qubit state and its relation to multipartite entanglement”, Phys.Rev. A, vol. 71, no. 3, pp. 032303, 2005.

[5] A. Purwanto, H. Sukamto, and L. Yuwana, ”Formal Conditions on Quantum Teleportation”, Indian J. of Sci. and Tech., vol. 11, no. 18, pp. 1-6, 2018.

[6] A. Purwanto, H. Sukamto, and L. Yuwana, ”Quantum Entangle-ment and Reduced Density Matrices”, Int. J. of Theo. Phys., vol. 57, no. 8, pp. 1-11, 2018.

[7] L. Shi, K. Zhou, J. Wei, Y. Zhu, and Q. Zhu, ”Quan-tum Controlled Teleportation of Arbitrary Two-Qubit State via Entangled States”, Advances in Mathematical Physics (Hindawi), volume 2018, Article ID 4575438, 4 pages. [ https://doi.org/10.1155/2018/4575438].

Gambar

TABEL I: Tabel Pengukuran dan Transformasi Uniter.

Referensi

Dokumen terkait

Perancang dapat memahami tentang Kidung Rumeksa ing Wengi yang terdapat dalam buku, lalu dapat diaplikasikan ke dalam bentuk media, sehingga dapat memberikan

Mahasiswa dapat mengajukan lebih dari 1 (satu) usulan judul/topik tugas akhir dan mengisi Surat Permohanan Tugas Akhir yang dapat diunduh dari website utama Program Studi

Menurut Hisrich dan Alma faktor yang mempengaruhi minat wirausaha adalah lingkungan pendidikan, kepribadian seseorang dan lingkungan keluarga.3 Banyak dari para siswa yang

E-bisnis bisa diklasifikasikan berdasarkan karakteristik menjadi 6 jenis (Turban, 2004), yaitu: (1) Business to Business (B2B), yang hingga saat ini paling dominan dalam

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan BBM dapat diprediksi dan dievaluasi dengan memanfaatkan teknik Data Mining menggunakan

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah

Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki

Konsep bike lane tidak memerlukan lahan baru untuk jalur sepeda, tetapi memakai lahan pada jalur kendaraan bermotor yang hanya diberi marka jalan ataupun rambu- rambu seperti