• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran VFX Artist Dalam Mendukung Mise Scene Pada Film Dia Yang Kami Tunggu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran VFX Artist Dalam Mendukung Mise Scene Pada Film Dia Yang Kami Tunggu"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) BAB IV ANALISIS Peran VFX artist dalam mendukung dan memvisualisasikan script, tidak hanya menyangkut hal teknis, namun juga konsep sebuah visual yang ingin diciptakan lewat visual effect, sehingga tercipta mise en scene yang sesuai dengan kebutuhan cerita, secara umum, dalam penerapan visual effect terdapat beberapa teknik penerapan visual effect seperti masking, rotoscoping, camera tracking, dan lainnya, kemudian penulis menerapkan beberapa teknik tersebut dalam memanipulasi beberapa elemen visual pada film Dia yang Kami Tunggu dan menganalisa konsep dan teknik visual effect tersebut. Meskipun digunakan sebagai alat manipulasi, visual effect tetap dibuat berdasarkan konsep dan ide dari penulis dan sutradara, serta memiliki pesan dan maksud dalam bentuk-bentuk visual, seorang VFX Artist tidak hanya membahas persoalan teknis, namun juga harus memikirkan bagaimana VFX Artist membuat suasana yang sesuai dengan kebutuhan cerita, dan membuat konsep yang mendukung dalam memperkuat suasana tersebut. Konsep visual yang akan dibahas penulis ini, memiliki peran menciptakan sebuah mise en scene pada film Dia yang Kami Tunggu, sehingga mise en scene dalam film Dia yang Kami Tunggu tidak hanya tercipta dari komposisi cahaya, pergerakan kamera, aktor maupun set dan property, melainkan terbentuk juga dari elemen-elemen visual yang diciptakan melalui visual effect.. 18 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(3) 4.1.! Environment (Suasana Hujan Malam, Scene 15) 4.1.1.! Script Berikut ini adalah cuplikan dari script, scene ini adalah sebuah bentuk visual yang akan menggambarkan perasaan dari karakter Anni dalam film ini.. Gambar 4.1. Cuplikan Script, Untuk Scene 15, Di Luar Rumah (Dokumen Pribadi, 2015). 4.1.2.! Konsep Konsep visual ini tercipta dari hasil buah pikir antara penulis dan director dalam mendukung suasana cerita dan terciptanya mise en scene, tentang bagaimana penonton akan menangkap apa yang disampaikan filmmaker dan bagaimana filmmaker “mengundang” penonton, untuk melihat apa yang ingin disampaikan melalui elemen visual Gibbs (2003), konsep kreasi suasana hujan malam (scene 15) ini adalah cerminan perasaan dari sosok Anni yang sangat merindukan Anton suaminya yang telah mati, serta kesedihan dan kemarahanya yang belum bisa menerima hal tersebut.. 19 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(4) 4.1.3.! Analisa Pada scene 15 di Ruang Tengah (kreasi konsep visual 1), penulis menambahkan sebuah elemen visual berupa hujan dan kilatan petir yang terdapat pada luar jendela malam hari.. Gambar 4.2. Visual Effect Hujan Malam Scene 15 (Kreasi Konsep Visual Effect 1) (Screenshoot, 2015). Seperti yang diketahui cuaca bisa melambangkan mood atau cerminan dari perasaan seseorang menurut Denissen, Butalid, Penke dan Van Aken (2008), jika seseorang sedang senang bisa dilambangkan dengan cuaca yang didukung langit yang cerah, begitu juga sebaliknya jika seseorang sedang dalam suasana hati yang kacau, dapat dilambangkan dengan cuaca yang tidak bersahabat seperti hujan dengan serangkaian petir yang mendukungnya. Hal tersebut yang mendasari penulis untuk mewujudkan visual hujan dan kilatan petir pada malam hari, pada scene 15 yang terlihat dari ruang tengah, elemen ini juga mendukung mise en scene 20 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(5) yang menggambarkan kekelaman hati seorang istri yang sangat merindukan suaminya, serta kemarahannya yang tidak dapat menerima hal tersebut, konsep ini juga didukung oleh scene 3, pada awal film yang menunjukkan kesedihan yang dirasakan oleh Anni yang merindukan suaminya dengan mencium baju suaminya.. Gambar 4.3. Scene 3, Menunjukkan Kerinduan dan Kesedihan Sosok Istri (Screenshoot, 2015). Kilatan petir yang menjadi salah satu elemen visual effect pada film juga menjadi indikator pemicu bahwa ada sesuatu yang akan terjadi pada scene berikutnya, kilatan petir dan suaranya juga bisa melambangkan sesuatu yang akan terjadi secara tiba-tiba, karena kebanyakan orang ketika melihat kilatan petir, akan siap-siap menutup telinga dan lebih mempersiapkan diri atau siaga untuk menghadapi kekagetan yang akan terjadi, petir juga bisa berupa representasi dari kemarahan seseorang. 21 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(6) Gambar 4.4. Kilatan Petir dan Hujan Lebat Scene 15 (Kreasi Konsep Visual Effect 1) (Screenshoot, 2015). Seperti yang diketahui petir terjadi akibat adannya gesekan, hal itu juga menunjukkan bahwa sesuatu sedang terjadi antara karakter Timo dan Anni, yang didukung oleh scene sebelumnya scene 14, karakter Anni yang merindukan suaminya, menampar Timo karena kepolosan Timo yang sangat ingin mengetahui keberadaan ayahnya dan sangat ingin bertemu ayahnya yang sudah tiada.. 22 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(7) Gambar 4.5. Adegan pada Scene 14, yang Mendukung Konsep Visual Scene 15 (Screenshoot, 2015). 4.1.4.! Penerapan Teknis Pada proses pengambilan gambar (scene 15) ini, penulis menggunakan segayung air yang disiram ke atap rumah, sehingga rintisan air terlihat seperti air yang jatuh dari atap, kemudian bantuan dari lighting juga membantu untuk mencapai karakter air hujan yang realis, yang nantinya karakter air hujan ini akan dimanipulasi lagi dengan visual effect sehingga terlihat tampak seperti hujan deras.. 23 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(8) Gambar 4.6. Diagram Visual Proses Hujan Malam, Scene 15 (Kreasi Konsep Visual Effect 1) (Dokumen Pribadi, 2015). Penerapan proses penambahan hujan melalui visual effect dibuat menggunakan teknik masking dan particle system seperti yang dikatakan Rickit (2007) untuk menirukan sebuah gambaran ataupun materi yang bergerak seperti debu, air ataupun salju. Footage mentah yang sudah dipilih akan di tracking menggunakan camera tracker untuk mendapatkan point track three axis X,Y,Z dari footage tersebut. Hal tersebut dilakukan agar effect hujan yang telah dibuat dan dimasking dapat mengikuti point track pada frame, sehingga hujan yang diciptakan tampak berada di luar ruangan tersebut dan terlihat menyatu mengikuti pergerakan kamera.. 24 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(9) Gambar 4.7. Proses Tracking dan Masking Hujan Malam, Scene 15 (Kreasi Konsep Visual Effect 1) (Screenshoot, 2015). Setelah melalui proses tracking dan masking hujan, penulis kemudian melakukan penambahan layer pada kaca, lalu menggunakan digital lighting agar hujan yang diciptakan lebih menyatu dan terlihat realis, seperti yang dikatakan Rickit (2007) dan environment di luar ruangan terlihat malam dan gelap, lalu ditambah lagi layer solid putih yang opacitynya dianimasikan sehingga tampak seperti kilat, sebagai langkah akhir penulis melakukan color correction agar hujan terlihat menyatu dengan suasana sekitarnya dan menambah kesan dingin.. 25 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(10) Berikut adalah perbandingan sebelum dimanipulasi (Gambar 4.8. atas) dan sesudah dimanipulasi (Gambar 4.8. bawah).. Gambar 4.8. Perbandingan Scene 15, Hujan Lebat yang Terlihat Dari Ruang Tengah (Kreasi Konsep Visual Effect 1) (Screenshoot, 2015). Pada Gambar 4.8. bagian bawah, sudah terlihat hujan berada di luar dan terdapat kilatan petir yang menyambar.. 26 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(11) 4.2.! Make Up Effect (Mata Putih, Scene 21) 4.2.1.! Script Pada scene 21 yang terdapat di ruang tengah ini, penulis mewujudkan sebuah visual sesuai kebutuhan script, bahwa Timo mengalami perubahan.. Gambar 4.9. Cuplikan Script Scene 21, Timo Berubah dengan Mata yang Putih (Screenshot, 2015). Pada script, scene 21 menceritakan Timo mengalami perubahan, kemudian pada visual, mata karakter anak ini menjadi putih kosong dan tak berpupil. 4.2.2.! Konsep Perubahan pada mata Timo adalah simbol yang menunjukkan bahwa Timo telah kehilangan rasa percaya terhadap Anni, yang terus menerus menyembunyikan keberadaan ayahnya, konsep diperkuat dengan sosok misterius yang lebih sering dilihatnya pada beberapa scene sebelumnya, (scene 8, 14, dan 17), sosok yang lebih nyata dari pada perkataan ibunya sehingga karakter anak lebih memilih menyerupai apa yang dia lihat dan percayai.. 27 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(12) 4.2.3.! Analisa. Gambar 4.10. Tatapan Kosong Karakter Anak (Kreasi Konsep Visual Effect 2) (Screenshoot, 2015). Konsep ini juga didukung scene 8, scene yang sekaligus menunjukan sosok misterius yang sering dijumpai Timo pada malam hari dan juga menunjukan karakter Anni, yang mencoba menutupi kepergian suaminya dengan hanya mengatakan “Papa mungkin tidak akan pernah pulang”, seperti yang ada pada script dan Gambar 4.11. berikut.. Gambar 4.11. Cuplikan Script pada Scene 8 (Screenshoot, 2015). 28 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(13) Gambar 4.12. Visualisasi Scene 8, Anni Berbohong (Screenshoot, 2015). Gambar 4.12. merupakan visualisasi scene 8, ketika Anni mencoba menutupi keberadaan Anton, sementara Timo masih merengek karena rindu dengan sosok ayahnya, sementara pada scene yang sama yaitu scene 8, Timo merasa dirinya diawasi oleh ayahnya lewat cermin namun Anni menutupi.. 29 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(14) Gambar 4.13. Timo Bersentuhan Tangan dengan Sosok Misterius (Screenshoot, 2015). Kemudian pada scene 14 (Gambar 4.13.), Timo melihat sosok misterius yang diduga ayahnya pada cermin yang terlihat lebih nyata dan dipercayai oleh Timo karena Timo tidak merasa takut untuk bersentuhan tangan dengan sosok misterius ini karena Timo merasa sosok tersebut adalah ayahnya yang meninggal. 4.2.4.! Penerapan Teknis Kreasi konsep visual effect 2 ini, diterapkan dengan melakukan manipulasi penggantian mata asli dengan gambar mata lain, melalui tahap tracking dan masking, penulis sempat mengalami kendala saat proses tracking mata, dikarenakan gangguan cahaya senter yang sangat mengganggu point track dari gelap ke terang pada mata, sehingga point track yang didapat tidak sempurna meskipun dilakukan dengan frame by frame, karena point track itu sendiri sifatnya menyeleksi warna. 30 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(15) pada pixel, Jadi, jika warna hitam pada mata bergeser maka point track pun akan mengikuti pergeseran tersebut.. Gambar 4.14. Kendala Tracking, Point Track Ikut Bergeser. (Screenshoot, 2015). Penulis akhirnya menggunakan software khusus dalam proses tracking yaitu, menggunakan PFTrack, melalui proses penggunaan geometry head face 3D object sebagai bantuan proses trackingnya, penulis mendapatkan point track yang lebih teratur.. 31 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(16) Gambar 4.15. Tracking Menggunakan Geometry Head Face. (Screenshoot, 2015). Bagian merah pada mask (Gambar 4.15.) merupakan daerah yang tidak ingin ditrack, sebaliknya, bagian yang tidak ditandai warna merah merupakan bagian wajah yang ingin ditrack, sehingga mask dapat mengikuti pergerakan wajah secara halus dan detail, penulis melakukannya berulang kali sampai mendapatkan point track yang diinginkan. Setelah point track camera didapat dan diexport ke Adobe After Effect, tahap selanjutnya adalah melakukan masking gambar mata, yang disesuaikan pada bentuk mata Timo, sehingga tampak menyatu dan mengikuti arah gerak kelopak mata Timo, gambar mata yang digunakan pun haruslah terlihat nyata, seperti pada gambar mata dibawah, agar visual mata yang diciptakan terlihat real dan seolah – olah mata asli dari si anak.. 32 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(17) Gambar 4.16. . Proses Masking Gambar Mata (Screenshoot, 2015). Tahap akhir, sama seperti tahap visual effect lainnya, penulis melakukan color correction dan curve agar kedua elemen gambar, dapat terlihat menyatu dengan baik sehingga tampak real dan tercipta suasana mencekam.. 33 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(18) Berikut adalah perbandingan sebelum dimanipulasi (Gambar 4.17. bagian atas) dan sesudah dimanipulasi (Gambar 4.17. bagian bawah), kreasi konsep visual effect 2 ini juga untuk mendukung dan mewujudkan mise en scene dalam cerita.. Gambar 4.17. Perbandingan Sebelum dan Sesudah Manipulasi Mata (Kreasi Konsep Visual Effect 2) (Screenshoot, 2015). 4.3.! 3D Set (Set Taman Bermain 3D, Scene 4) Tidak sedikit VFX Artist pemula yang memiliki keterbatasan saat mewujudkan sebuah visual dengan visual effect, keterbatasan tersebut bisa berupa, skill, bahan 34 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(19) footage yang tidak sesuai dan juga ketidakmampuan teknologi hardware, ataupun software dalam proses pembuatan, berikut ini adalah salah satu kegagalan penulis dalam mewujudkan sebuah visual yang menggunakan teknik 3D dalam mengaplikasikannya ketika menciptakan sebuah set berupa taman bermain. 4.3.1.! Script Sebelum melihat hasil set 3D yang gagal diaplikasikan oleh penulis, berikut ini adalah cuplikan script adegan Timo dan Hantu Anak di Taman Sekolahan.. Gambar 4.18. Cuplikan Scene 4, Timo Bermain dengan Hantu Anak di Halaman Sekolah (Screenshoot, 2015). 35 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(20) 4.3.2.! Konsep Konsep visual effect pada scene 4 ini adalah menunjukkan seorang anak laki-laki yang membutuhkan teman bermain, yang ingin digambarkan melalui suasana taman bermain yang terlihat suram namun, kreasi konsep visual effect 3 ini gagal direalisasikan. 4.3.3.! Analisa. Gambar 4.19. Set 3D Taman Bermain yang Gagal Dieksekusi pada Scene 4 (Kreasi Konsep Visual Effect 3) Di Halaman Sekolah TK (Screenshoot, 2015). Dari hasil analisa penulis mengenai kegagalan kreasi konsep visual effect 3 ini, pertama, kurangnya perencanaan yang matang seperti, mempersiapkan refrensi gambar dari object 3D yang akan dibuat, penulis menyadari bahwa refrensi gambar yang didapat dari internet tidaklah cukup dan hanya mengimajinasikanya saja, akan lebih baik untuk meneliti object yang akan dibuat secara langsung, agar mengetahui 36 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(21) dengan benar bentuk, tekstur dan ukuranya, sehingga object yang diciptakan terlihat asli dan nyata, lalu melakukan sketsa antara 3D yang akan dibuat dengan lokasi untuk menentukan mana point track yang akan diambil, seperti yang dikatakan Finance dan Zwerman (2010) agar komputer dapat secara otomatis memperkirakan tata letak kamera dan objek yang diletakkan, sehingga pengguna tidak perlu mengatur objek 3D secara frame per frame. Kedua,. mengenai. kegagalanya. adalah. kurangnya. penulis. dalam. memperhatikan arah cahaya yang akan mengenai object 3D, sehingga object 3D yang dibuat dianggap kurang realis, dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah memantau aktifitas cahaya matahari tiap beberapa jam, agar mengetahui jumlah cahaya yang jatuh ke lokasi seperti apa tiap jamnya, sehingga cahaya yang diolah mengenai object 3D yang telah dibuat nanti, sesuai dengan cahaya pada lokasi pada scene. Ketiga, kemampuan penulis dalam melakukan modeling yang masih kurang, akan lebih baik bagi para VFX Artist yang awam dalam menggunakan teknik 3D ini, mempelajari dan melatih skill modeling dari object 3D yang akan dibuat terlebih dahulu, karena modeling harus dibuat sedetail mungkin sesuai dengan bentuk aslinya, karena keterbatasan penulis inilah membuat benda yang telah diciptakan seperti, ayunan, jungkat-jungkit dan lainnya terlihat kurang real.. 37 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(22) Gambar 4.20. Diagram Visual Penerapan Teknik 3D yang Harus Dilakukan, Scene 4 (Kreasi Konsep Visual Effect 3) Di Halaman Sekolah TK (Screenshoot, 2015). Lalu berikut ini adalah salah satu studi visual yang harus dilakukan, penulis dianggap masih kurang karena hanya memanfaatkan refrensi dari poto saja, model 3D yang dibuat tidak sama persis melainkan sebuah variasi bentuk dari penulis.. 38 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(23) Gambar 4.21. Refrensi Visual Dari Mainan Tempurung 1, Scene 4 (Kreasi Konsep Visual Effect 3) Di Halaman Sekolah TK (http://rooang.com/2014/08/membangun-taman-bermain-di-rumah/, 2014). Gambar 4.22. Tempurung 3D yang telah diciptakan berdasarkan refrensi diatas, Scene 4 (Kreasi Konsep Visual Effect 3) Di Halaman Sekolah TK (Screenshoot, 2015). 39 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(24) Gambar 4.23. Refrensi Visual Dari Mainan Ayunan 1, Scene 4 (Kreasi Konsep Visual Effect 3) Di Halaman Sekolah TK (http://blogs.babycenter.com/mom_stories/06282012-8-playground-etiquette-rules/, 2012). Gambar 4.24. Refrensi Visual Dari Mainan Ayunan 2, Scene 4 (Kreasi Konsep Visual Effect 3) Di Halaman Sekolah TK (http://www.endofiberglass.com/2011/05/perosotan-produksi-berbagai-model.html, 2011). 40 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(25) Gambar 4.25. Ayunan 3D yang telah diciptakan berdasarkan refrensi diatas, Scene 4 (Kreasi Konsep Visual Effect 3) Di Halaman Sekolah TK (Screenshoot, 2015). Beberapa 3D object lain seperti jungkat – jungkit dan ban yang diciptakan penulis hanya berdasarkan imaginasi, guna sebagai object pendukung layaknya sebuah taman bermain, oleh sebab itu penulis banyak mengalami kegagalan dan kesalahan saat mewujudkan visualisasi ini, karena kurangnya perencanaan yang matang dari yang disudah dijelaskan diatas. 4.3.4.! Penerapan Teknis Konsep visual pada scene 4 menggunakan teknik manipulasi penambahan elemen, berupa elemen 3D, proses tahap pertama, penulis menggunakan Autodesk Maya sebagai software pembuatan atau modelling object yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab 3 tentang software yang digunakan.. 41 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(26) Gambar 4.26. Modelling 3D Object (Screenshoot, 2015). Setelah melalui proses modeling, object kemudian diexport dalam format .obj. Setelah itu file .obj ini diimport ke software Cinema 4D, yang fungsinya untuk menyesuaikan object 3D dengan tracking pada footagenya.. 42 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(27) Gambar 4.27. Penyatuan Modelling dan Tracking (Screenshoot, 2015). Meskipun terlihat still, footage tetap harus ditracking karena tidak menutup kemungkinan bahwa footage tersebut bergoyang, meskipun hanya sedikit goyang akibat getaran tanah yang disebabkan oleh kendaraan ataupun langkah kaki, setelah itu pengaplikasian texture pun juga wajib diperhatikan supaya bentuk dan texture realistic pada object 3D bisa tercapai.. Gambar 4.28. Pemberian Texture pada Object 3D (Screenshoot, 2015). Setelah melalui proses modelling, tracking dan texturing, langkah selanjutnya adalah membuat object 3D terlihat real dengan menambahkan effect lighting, 43 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(28) shadow dan ambient oclusion yang mengenai object 3D, setelah object 3D dan footage terlihat menyatu, hasil dari penggabungan tersebut diimport lagi ke Adobe After Effect, disinilah proses dimana object 3D dan footage dibuat tampak menyatu, melalui pengaturan color correction, contrast and brightness, curve, maupun pengaplikasian blur effect pada object 3D untuk memperlihatkan posisi jauh dekatnya object 3D dari kamera, berikut adalah perbandingan sebelum dimanipulasi (Gambar 4.29. bagian atas) dan sesudah dimanipulasi (Gambar 4.29. bagian bawah).. Gambar 4.29. Sebelum dan Sesudah Manipulasi (Screenshoot, 2015). 44 Peran FVX... Yuda Difarni, FSD UMN, 2016.

(29)

Gambar

Gambar 4.1. Cuplikan Script, Untuk Scene 15, Di Luar Rumah  (Dokumen Pribadi, 2015)
Gambar 4.2. Visual Effect Hujan Malam Scene 15 (Kreasi Konsep Visual Effect 1)  (Screenshoot, 2015)
Gambar 4.3. Scene 3, Menunjukkan Kerinduan dan Kesedihan Sosok Istri  (Screenshoot, 2015)
Gambar 4.4. Kilatan Petir dan Hujan Lebat Scene 15 (Kreasi Konsep Visual Effect 1)  (Screenshoot, 2015)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis juga berhasil memperluas wawasan lewat pengalaman membuat berbagai jenis konten motion graphic selama tiga bulan, mulai dari bumper, flyer promosi, hingga konten-konten

Profil kawasan “Ou Matahora “ kondisi karangnya mulai sehat, dijadikan sebagai Bank Ikan, terletak antara Desa Matahora dan Pulau

Langkah selanjutnya adalah pembuatan produk model permainan futsal dengan permainan Bottle Shoot. Dalam pengembangan pembuatan produk, peneliti merancang produk berdasarkan

Beberapa hal yang menjadikan permainan ini menarik dan mudah dilakukan siswa antara lain: (1) bentuk pemukul yang lebar, dapat mempenga- ruhi keaktifan siswa karena dengan

(4) Pengkuan utang Retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang

Hasil data yang diperoleh dari pembelajaran lompat jauh gaya jongkok melalui pendekatan bermain loncat katak pada siswa kelas V SD Negeri Duwet yaitu siswa pada awalnya yang

Analisis penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa depresi memiliki hubungan bermakna dengan efikasi diri dan kepatuhan, hal ini menjelaskan bahwa pasien DM

Tuturan (a) merupakan tindak tutur perlokusi dimana guru mengucapkan kata horotokono tersebut disela pembelajaran untuk mengibur siswa supaya tidak bosan. Efek