DEFINISI
Suatu pemeriksaan radiologis colon dengan memakai kontras bubur
barium.
Pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang terdapat pada colon (usus
besar) dengan teknis fluoroskopi-radiografi.
Pemotretan Colon in Loop adalah pemotretan dengan menggunakan
sinar-X dan fluoroscopy untuk membantu menegakkan diagnosa dengan
melihat kelainan di daerah usus besar dengan menggunakan media
kontras positif yaitu Barium Sulphat (BaSO4) yang dimasukkan lewat
anus.
TUJUAN PEMERIKSAAN
1.
Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma
kolon dan penyakit inflamasi kolon.
2.
Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan
struktural pada kolon.
Resiko dan Tindakan Pencegahan :
3.
Pemeriksaan ini berbahaya jika dikerjakan pada
penderita tachycardia atau colitis berat.
4.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan hati-hati
pada penderita ulcerative colitis, diverticulitis, berak
darah akut atau kecurigaan pneumatosis cytoides
intestinalis.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasi
Hematochezia
Diare Persisten
Kecurigaan massa daerah
kolon
Gejala-gejala obstruksi
kolon
Kelainan kongenital
Kelainan pada mukosa
(ulkus), divertikel,
inflamasi)
Degeneratif
Kontra indikasi
Susp. Perforasi usus
Peritonitis
Ileus paralitik
Alergi bahan kontras
media
Obstruksi total dari
saluran cerna
PERSIAPAN PASIEN
•
Hari Pertama:
•
Pagi : Makan bubur kecap + telur rebus 2 biji + minum air banyak.
•
Siang : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
•
Malam : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
•
Hari Kedua:
•
Pagi : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
•
Siang : Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
•
Pukul 21.00 minum garam inggris (Magnesium Sulfat) (1 bungkus + ¼
gelas air putih). Selanjutnya pasien hanya boleh minum air putih.
•
Jam 12 malam puasa, kurangi bicara, dan tidak merokok.
•
Hari ketiga:
•
Pukul 05.00 masukkan dulcolax 1 supp melalui lubang dubur.
•
Pukul 06.00 pasien di klisma tinggi ( untuk pasien di opname).
PERSIAPAN BAHAN
•
Bahan
kontras
yang
digunakan
dalam
pemeriksaan
colon
ini
menggunakan
barium
sulfat dan air sebagai
pelarut,
dengan
perbandingan
antara
barium
sulfat
yang
digunakan adalah 1 : 8
dengan
jumlah
larutan
sebanyak 800 ml.
a. Kontras Positif
•
Barium Sulfat (BaSO
4)
(
water insoluble
)
•
Iodium (
water soluble
)
b. Kontras Negatif
•
Udara
•
CO
2TEKNIK PEMASUKAN MEDIA KONTRAS
Metode Kontras Tunggal
•Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
•Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden sampai
daerah sekum.
•Dilakukan pemotretan full fillng •Evakuasi, dibuat foto post evakuasi
Metode Kontras Ganda Satu Tingkat
•Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong barium melapisi kolon
•Selanjutnya dibuat foto full filling
Kontras Ganda Dua Tingkat
•Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum •Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon
•Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon •Pasien disuruh BAB
•Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 – 2000 ml, tidak boleh berlebihan karena
akan timbul komplikasi : reflex fagal (wajah pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing )
TAHAP PEMOTRETAN
•
Posisi PA atau AP
•
Tujuan : Untuk menggambarkan seluruh colon dengan
Central Point (CP) setinggi Crista Iliaca
•
Pasien : Supine atau prone, Central Ray (CR) vertical
•
Kriteria gambar
•
Seluruh usus besar tergambar termasuk semua flexura tampak.
•
Columna vertebralis pada pertengahan film.
•
Posisi LAO (Left Anterior Oblique)
•
Tujuan : Untuk menggambarkan flexura linealis dan colon
descendens
•
Pasien : LAO 45 derajat, CR vertikal, CP kira-kira 2 inci ke
arah kanaari msl setinggi crista iliaca
•
Kriteria gambar :
•
Posisi RAO (Right Anterior Oblique)
•
Tujuan : Untuk menggambarkan flexura hepatika,colon ascenden dan
colon sigmoid.
•
Pasien : RAO 35 – 45 derajat
•
CR vertikal, CP : kira-kira 2 inci ke arah kiri dari MSL setinggi crista
iliaca
•
Kriteria gambar :
• Tampak gambaran flexura hepatika,colon ascendens,cecum,colon sigmoid.
•
Posisi PA axial
•
Tujuan : Untuk menggambarkan daerah rectosigmoid
•
Pasien : prone
•
CR : 30 – 40 derajat, CP : pada MSL setinggi sias
•
Film : 24 cm X 30 cm
•
Kriteria gambar :
• Tampak daerah rectosigmoid dengan superposisi yang lebih kecil di bandingkan gambaran posisi PA
•
Posisi AP Axial
•
Tujuan : Untuk menggambarkan daerah rectosigmoid
•
Pasien : supine
•
CR : 30 - 40 derajat, CP : tepi bawah syimpisis pubis
•
Film : 24 X 30 cm
•
Kriteria gambar :
•
Tampak gambaran daerah rectosigmoid dengan superposisi lebih kecil
di bandingkan dengan posisi AP
•
Posisi Lateral
•
Tujuan : untuk menggambarkan rectum dan daerah rectosigmoid
•
Pasien : Lateral recumbent padasisi kiri atau kanan
•
CR vertikal, CP : pada mid Axilari plane 5 – 7 cm di atas syimfisis pubis
•
Film : 24 X 30 cm
•
Kriteria gambar :
•
Tampak rectum pada pertengahan kaset
SINGLE
DEFINISI
Suatu pertumbuhan tumor
yang bersifat ganas dan
merusak sel DNA dan
jaringan sehat disekitar
kolon (usus besar)
ETIOLOGI
•
Secara umum kanker selalu dihubungkan dengan:
bahan-bahan kimia, bahan-bahan radioaktif, dan
virus.
•
Umumnya kanker usus besar terjadi dihubungkan
dengan factor genetic dan lingkungan. Serta
dihubungkan juga dengan factor predisposisi diet
rendah serat, kenaikan berat badan, intake
alcohol.
TIPE KARSINOMA KOLON DAN
REKTUM
Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma
kolon dan rektum, yaitu:
•
Tipe
polipoid
atau
vegetatif
Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus,
berbentuk bunga kol dan ditemukan terutama di sekum dan
kolon ascendens.
•
Tipe
skirus
atau
infiltratif
Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan
sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama
ditemukan pada kolon descendens, sigmoid dan rektum.
•
Tahap
ulserasi
Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan
terletak di daerah rektum. Pada tahap lanjut, sebagian
besar tumor kolon akan mengalami ulcerasi menjadi tukak
yang maligna.
KLASIFIKASI DUKES
Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes:
•
Tahap A: Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding
usus (
survive for 5 years
97 %)
•
Tahap B: Infiltrasi karsinoma sudah menembus
lapisan muskularis mukosa (80 %)
•
Tahap C: Terdapat metastasis ke dalam kelenjar
limfe
•
C1: Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer
(65 %)
•
C2: Dalam kelenjar limfe jauh (35 %)
•
Tahap D: Metastasis jauh (< 5 %)
KLASIFIKASI TNM
•
T
–
Tumor primer
Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai T0 - Tidak ada tumor primer
T1 - Invasi tumor di lapisan sub mukosa T2 - Invasi tumor di lapisan otot propria
T3 - Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke perikolik yang
tidak dilapisi peritoneum atau perirektal
T4 - Invasi tumor terhadap organ atau struktur sekitarnya atau peritoneum viseral
•
N
–
Kelenjar limfe regional
Nx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai
N1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal N2 - Metastasis di ≥ 4 kelenjar limfe perikolik atau perirektal
N3 -Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah atau pada
kelenjar apikal
•
M
–
Metastasis jauh
Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai M0 - tidak ada metastasis jauh
GEJALA KLINIS
•
Early symptoms and sign not clear
•
Diarrhea, Hematoschezia
•
Weight lost
•
Chronic obstruction
•
Right Colon presented with Palpable Mass
•
Left Colon presented with Obstruction
LOKASI
•
Kanker kolorektal dapat ditemukan di mana saja
dari sekum ke rektum, dalam distribusi berikut:
Recto-sigmoid: 55%
Sekum dan kolon asenden: 20%
Katup ileosekal: 2%
Usus besar melintang: 10%
Kolon desenden: 5%
METASTASIS CA COLON
•
Liver (25%)
•
Retroperitoneal and mesenteric nodes (15%)
•
Hydronephrosis (13%)
•
Adrenal (10%)
•
Ovarian mets
•
Ascites
BEBERAPA MODALITAS PEMERIKSAAN
RADIOLOGI PADA KOLON
•
Ultrasonografi (USG)
•
CT-Scan dan MRI
•
Foto Polos Abdomen
•
Colon in Loop
GAMBARAN RADIOLOGI KANKER
KOLON
•
Pada
foto rontgen abdomen
akan nampak gambaran
tumor yang menonjol ke dalam lumen dan menyebabkan
penyempitan lumen kolon yang sering disebut dengan
gambaran “apple core” atau “napkin-ring”.
•
Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan foto rontgen dengan memakai zat
kontras seperti barium yang dimasukkan melalui rektum.
Pada foto nanti akan tampak lapisan tipis barium di
mukosa kolon.
•
Pemeriksaan ini disebut dengan
foto kontras ganda
,
yaitu kontras negatif udara dan kontras positif bubur
barium, tetapi cara ini tidak dapat melihat rektum pada
duapertiga distalnya.
COLONIC CARCINOMA, APPLE-CORE SIGN. AN ENCIRCLING MASS IN THE MID-TRANSVERSE COLON (RED ARROW) MOSTLY OBSTRUCTS THE RETROGRADE FLOW OF THE BARIUM IN THIS SINGLE-CONTRAST BARIUM ENEMA. THE
SHELF-LIKE DEFECT CAUSED BY THE DISTAL END OF THE MASS (WHITE ARROWS) PRODUCES HALF OF THE "APPLE-CORE" SIGN OF COLON CARCINOMA.
KOLITIS ULSERATIF
•
Kolitis ulseratif merupakan suatu penyakit inflamasi
pada usus besar, ditandai oleh kerusakan mukosa
difus yang disertai ulserasi. Reaksi inflamasi
terbatas padamukosa dan submukosa.
•
Keadaan autoimun tampaknya merupakan faktor
penyebab, namun etiologi pasti dari penyakit ini
tetap belum diketahui.
•
Onset usia biasanya 20-40 tahun, atau puncak pada
usia 60-70 tahun
•
Ratio prevalensi antara perempuan dan laki-laki
sama
GEJALA KLINIS
•
Diare berdarah berulang
•
Deplesi elektrolit
•
Nyeri perut
•
Demam
•
Periode eksaserbasi dan remisi
•
Iritis, eritema nodosum, pioderma gangrenosum
•
Pericholangitis, hepatitis kronis aktif, sclerosing
cholangitis, fatty liver
•
Spondylitis, arthritis perifer, RA (10-20%)
•
Komplikasi trombotik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGIS
Suatu film polos abdomen kadang-kadang menunjukkan segmen yang
abnormal pada usus besar, terutama jika terdapat komplikasi
megakolon toksik. Kolonoskopi lebih akurat untuk menilai penyakit,
namun evaluasi dengan barium enema tetap banyak dilakukan.
Gambaran Radiologis
Kolon yang terkena, hampir selalu melibatkan rectum dan
sigmoid, memperlihatkan pengaburan batas yang pada
keadaan normalnya tampak tegas. Mukosa tampak granular
disertai ulserasi yang dangkal dan berlanjut dari rectum
hingga kejauhan yang bervariasi dari kolon proksimal, dan
mungkin melibatkan seluruh kolon (pankolitis). Hilangnya pola
haustrae yang diakibatkannya dengan perubahan fibrotic
dapat menimbulkan gambaran menyerupai tuba pada usus,
disebut dengan kolon “lead pipe / pipa timah” atau “hose
pipe / pipa karet”.
KOMPLIKASI
•
Kolon
:
•
Megakolon toksik : suatu film polos abdomen dapat
mendemostrasikan distensi usus yang jelas dengan batas iregular,
terutama pada kolon transversa. Barium enema merupakan
kontraindikasi jika terdapat komplikasi ini.
•
Perforasi usus : baik pada penyakit yang parah maupun sekunder
akibat megakolon toksik.
•
Perdarahan : sering hebat.
•
Karsinoma : insidensinya meningkat terutama jika terdapat
pankolitis dan penyakit telah terjadi lebih dari 10 tahun.
•
Pembentukan struktur : dapat multiple dengan tepi yang rata.
•
Ekstrakolon
:
•
Sakroilitis
•
Arteritis
•
Uveitis
Ulcerative colitis:
barium enema examination demonstrates loss of
haustral folds in the entire descending colon with small ulcerations
suggested. The colon has a "lead-pipe" appearance. The distribution and
Extensive diffuse mucosal ulceration in the large
bowel, with loss of the normal haustral pattern in
Double-contrast barium enema studies in a 44-year-old
man known to have long history of ulcerative colitis.
Images show total colitis and extensive
pseudopolyposis
DIVERTIKEL
•
Penyakit diverticular merupakan kelainan umum
yang ditandai oleh hipertrofi otot polos kolon yang
menyebabkan terbentuknya penonjolan menyerupai
kantung diantara serat-serat otot yang menebal.
•
Terdapat herniasi pada mukosa dan submukosa
pada tempat-tempat yang lemah pada dinding usus.
Sigmoid merupakan daerah yang paling sering
terkena (> 90%) namun dapat terbentuk diverticula
dari setiap bagian kolon. Diet rendah serat
tampaknya merupakan penyebab dari keadaan ini.
GEJALA KLINIS
•
Pain and tenderness
•
Mass in LLQ
KOMPLIKASI
Diverticulitis : proses inflamasi yang menyebabkan serangan nyeri abdomen dan demam.
Abses perikolik : perforasi pada diverticulum sering menyebabkan abses perikolik terlokalisasi. Barium enema dapat menunjukkan jalur sinus yang berasal dari
sigmoid hingga ke abses. Ultrasonografi atau CT dapat menunjukkan pengumpulan cairan terlokalisasi, yang dapat didrainase secara perkutan.
Perforasi : perforasi bebas pada diverticulum atau abses ke dalam rongga peritoneum dapat menyebabkan peritonitis fekal.
Pembentukan fistula : dapat disebabkan oleh abses yang rupture atau diverticulum yang meradang ke dalam organ terdekat, yang paling sering adalah kandung
kemih (fistula vesikokolik), dengan pneumaturia sebagai keluhan gejala. Fistula dapat mengarah ke vagina, ureter, usus halus, kolon, atau kulit.
Perdarahan : kemungkinan akibat erosi pada arteri dinding usus halus, sering dari diverticulum sebelah kanan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGIS
1.
Barium enema
2.
Ultrasonografi, CT, dan angiografi mesentrika
untuk mengetahui komplikasi
Gambaran Radiologis
•
Pemeriksaan barium enema akan memperlihatkan kantung
yang keluar seperti penonjolan bulat yang rata dari dinding
usus. Divertikula memiliki ukuran yang bervariasi, dari mulai
hanya terlihat hingga berupa kantung oval atau bulat
berdiameter beberapa sentimeter.
•
Barium dapat menetap pada diverticula untuk beberapa
minggu karena tidak adanya mekanisme pengosongan.
Kolon sigmoid dapat sempit dan irregular, dan
kadang-kadang penampakannya sangat sulit dibedakan dari
karsinoma.
Single-contrast barium enema
study in a patient with
diverticulitis demonstrates an
intramural abscess filling with
barium.
Single-contrast barium enema
study demonstrates sigmoid
diverticulitis with an intramural
sinus tract. Fistula formation in
Single-contrast barium enema study in a patient with diverticulitis demonstrates tethering of the sigmoid colon as a result of a diverticular abscess.
Single-contrast barium enema study
demonstrates mild sigmoid
diverticulitis with thickening of the mucosal folds and luminal narrowing
DIVERTICULITIS, BARIUM ENEMA. THERE IS AN ABSCESS IN THE LEFT LOWER QUADRANT WHICH IS PRODUCING COMPRESSION ON THE BARIUM-FILLED SIGMOID (RED ARROW),
AND THERE IS EVIDENCE OF EXTRALUMINAL CONTRAST (RED ARROW) FROM A PERFORATED DIVERTICULUM
ULKUS GASTER
•
Ulkus lambung terjadi paling umum di lekukan
yang lebih rendah, tetapi mungkin timbul di
bagian manapun dari lambung. Endoskopi adalah
teknik yang lebih disukai meskipun studi barium
juga akurat.
•
Faktor predisposisi termasuk merokok, stres
psikologis, analgesik non-steroid dan steroid.
Beberapa ulkus lambung ditemukan pada
sindrom Zollinger-Ellison.
GEJALA KLINIS
•
Mual
•
Anoreksia
•
Muntah
•
Penurunan berat badan
•
Nyeri perut bagian atas
•
Komplikasi seperti perforasi, hematemesis dan
LOKASI
•
Aspek kurvatura yang lebih rendah dari badan dan
antrum biasanya untuk ulkus jinak
•
Ulkus jinak juga terjadi di dinding posterior; jarang
terjadi di dinding anterior
•
Dapat ditemukan di proksimal setengah dari perut
pada pasien geriatri
•
Hampir semua ulkus lambung kelengkungan yang
lebih rendah <1cm jinak
•
Ulkus jinak kurvatura yang lebih besar berhubungan
dengan efek massa yang cukup besar yang kadang
menimbulkan keliru mengarah pada kesimpulan
keganasan
GAMBARAN RADIOLOGI
•
Pada pemeriksaan barium, tampilan pada permukaan
dapat menunjukkan barium terkumpul di dasar ulkus
pada dinding tergantung, dengan lipatan mukosa
memancarkan langsung ke ulkus. Pada tampilan
profil, ulkus muncul sebagai outpouching dari dinding
lambung.
•
Ulkus jinak: memancarkan lipatan halus , dan
proyeksi ulkus keluar dari dinding lambung.
•
Ulkus ganas: ulkus dangkal, kontur tidak teratur,
yang tidak menonjol di luar batas-batas lambung.
Mungkin ada massa terkait dengan perusakan pola
mukosa
Giant gastric ulcer with
mucosal folds radiating into
the ulcer
Gastric ulcer: profile view
showing an outpouching from
Gastric Ulcer, Benign. Both images are close-ups of the stomach from a double contrast (i.e. air and barium) upper gastrointestinal series. They demonstrate radiating folds (green arrow) coursing to the base of a persistent collection of barium (white arrows) on the posterior wall of the body of the stomach. There is no significant mass effect and the folds radiate right to the base of the ulcer, both