• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika Bisnis dalam perspekti islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etika Bisnis dalam perspekti islam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM Muhammad Ardi

Alumni Sekolah Tinggi Agama Islam negri Watampone Muhammad_ ardiii@yahoo.com

Abtracs : The aim of this study is to give the perception of business ethics in Islam and to reveal the western secular values and thoughts about ethics. We have presented a variety of repeatedly verses from the Holy Quran and the teachings of the prophet. Here Islam see also from the value-niali penerapaan Islam, trasedental, the afterlife, and as well as the blessing of Allah that he had hoped. While non-Muslim or secular here he simply apply the values of materialism, because he's ukuranya only when its needs are met Muslim kebahagiaanya.Terutama pinansial therein lies the struggle for a lot of advantages and they ignore the ethical standards of business, what Islam prohibits and what it allows them does not matter. Being Muslims we must follow the rules and regulations for business affairs expressed by Islamic law business will maintain the image and will be able to survive because of the business ethics of Islam he is also viewed in terms of axioms there are a few things such as monotheism, equilibrium, free will and accountability and in Islamic business here are very concerned in terms of halal and haram.

Kata Kunci : Etika Bisnis, Islam, Barat, Quran

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan persepsi etika bisnis dalam islam dan untuk mengungkap nilai-nilai sekuler barat dan pikiran tentang etika. Kami telah menyajikan berbagai berulang kali ayat-ayat dari quran Suci dan ajaran nabi. Disini islam melihat juga dari sisi penerapaan nilai-niali islam, trasedental, dunia akhirat dan sebagai serta keberkahan dari Allah SWT yang dia harapkan. Sedangkan non muslim atau sekuler disini dia hanya menerapkan nilai-nilai materialisme, karna dia ukuranya hanya dunia ketika kebutuhanya terpenuhi secara pinansial disitulah letak kebahagiaanya.Terutama Muslim berjuang untuk banyak keuntungan dan mereka mengabaikan standar etika bisnis, apa yang Islam melarang dan apa yang memungkinkan mereka tidak peduli. Muslim Menjadi kita harus mengikuti aturan dan peraturan untuk urusan bisnis yang dinyatakan oleh hukum Islam bisnis akan mempertahankan citra dan akan mampu bertahan karena dalam etika bisnis islam dia juga melihat dari segi aksiomanya ada beberapa hal seperti tauhid, kesetimbangan, kehendak bebas dan pertanggung jawaban dan dalam bisnis syariah disini sangat memperhatikan dari segi halal dan haram.

(2)

Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi etika. Salah satu sebabnya, etika menjadi bagian yang integral dari pribadi seseorang sehingga tidak lagi dipersoalkan oleh yang bersangkutan dan artinya sekali memikirkan etika yang dimilikinya, kecuali bila ia merasa bahwa dalam hubunganya dengan orang lain etika tersebut mendapat tantangan, ada saat tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi dengan orang yang memiliki etika yang dimilikinya.

Bukanlah seorang muslim terbaik dan terhormat memiliki kekayaan dan hebat yang memiliki kekayaan berlimpah dan kedudukan tinggi di maysarakatnya, tapi muslim yang terbaik dan hebat adalah muslim yang paling indah ahlak dan budi pekertinya, muslim yang menjadikan muslim lainya lainya merasa tenang, tenteram dan nyaman hatinya saat bersamanya.1 Demikian pula dengan kehormatan dan

kewibawaan kita di hadapan sesame bukan karena banyaknya harta yang kita miliki, bukan pula karena tingginya kedudukan, akan tetapi terletak pada budi pekerti yang baik maka itulah yang membuat orang lain segan dan menghargai kita, begitupun dalam konteks berbisnis kita membutuhkan sebuah etika, agar orang merasa nyaman. Karena ada pula muslim yang tidak menerapkan etika dalam berbisnis, penerapan nilai- nilai islam yang hanya mengejar keuntungan semata, dia tidak memikirkan sebuah keberkahan dan ridoh dari sang khalik..Yang mebedakan islam dengan non muslim dalam berbisnis ialah kalau islam melihat juga dari sisi keberkahan dalam berbisnis, maka banyak muslim berbisnis berhasil karena penerapan nilai-nilai islam di dalamnya yang di terapkan dalam aktipitas usaha sehari-harinya sedangkan non muslim berbisnis dia hanya mencari keuntungan semata, karna kadang tanpa memerhatikan dari segi etikanya karna barometernya keberhasilan itu hanya mencapai keuntunggan sebanyak-banyaknya.

Agama kerap kali dianggap sebagai pandangan hidup yang me-nomordua-kan urusan kehidupan duniawi karena sebagian ajaranya banyak mengulas perkara kehidupan setelah mati. Karena itu lah maka agar lebih sering dilihat dalam aspek sakralitas dan ritual sosialnya yang menyentuh maysarakat. Padahal munculnya kesadaran ke agamaan tidak hanya berkenaan dengan ritual ketuhanan dan menggapai keselamatan akhirat, namun agama juga dibutuhkan sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia. Agama juga menjadi rujukan dalam menyikapi dan menyelesaikan problem hidup. Bahkan secara historis agama telah banyak mendorong nilai-nilai emansipasi bagi pemeluknya, dimana sejarah telah mencatat bahwa agama juga menempatkan dirinya sebagai penggerak perubahan maysarakat.2

PENGERTIAN ETIKA DAN BISNIS

Etika adalah suatu cabang dari filsafat yang berkaitan dengan “ kebaikan (rightness)” atau moralitas (kesusilaan) dari prilaku manusia. Dalam pengertian ini etika di artikan sebagi aturan-aturan mengenai prilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan mengenai prilaku yang oleh maysarakat dianggap sebagai perilaku yang baik, karena itu aturan-aturan tersebut tidak boleh di langgar. Etika adalah studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan setinggi apakah standar moral yang telah diberikan, masih kurang, sudah cukup atau bahkan sangat benar. Sedangkan penentuan baik dan buruk itu sendiri adalah suatu masalah yang selalu berubah. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan

1 Haryanto Al- fandi, Etika Bermuammalah berdasarkan Alquran dan Sunnah, (Jakarta: Amzah, 2011) hlm. 1

(3)

mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis

Etika ialah suatu studi mengenai perbuatan yang salah dan benar dan pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang, keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai pengalaman standar dan etika bisnis adalah kadang-kadang disebut pula etika manajemen ialah penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis. Jadi prilaku yang etis yang sebenarnya ialah prilaku yang mengikuti Allah SWT dan menjahui laranganya.3Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etik adalah

kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak. Etik juga bisa di pahami sebagai nilai benar dan salah yang di anut suatu golongan atau maysarakat. Sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Beranjak dari sini, kita mencoba mendefinisikan etika bisnis atau etiak usaha. Secara mudah bisa kita katakana, etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan para pelaku bisnis, mulai dari pemilik usaha, manajer dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan serta mengoperasikan bisnis yang etis. Etika bisnis atau etika juga bisa dipahami sebagai ilmu yang mengatur hubungan antar pereorangan dengan kelompok/organisasi dengan pihak yang berkepentingan (stakeholders) serta dengan maysarakat luas.

Dari definisi sederhana di atas, ada dua cara pandang yang sangat berbeda. Yaitu cara pandang yang melekat dalam kata “bisnis” dan cara pandang yang bersifat “etika”. Pada saat kita menyebut kata “bisnis”, maka yang terlintas dalam benak adalah bagaimana usaha yang tengah di jalankan mendapat keuntungan setingi-tinginya. 4 Salah satu aksioma etika adalah bahwa filsafat etika islam dapat dengan

tepat diiktisarkan oleh empat aksioma etika: Tauhid, Kesetimbangan, Kehendak Bebas dan Pertanggung jawaban, yang bersama-sama membentuk suatu ‘perangkat pertentangan. Bidang ini tak perlu harus unik dalam arti satu-satunya yang mungkin sebagai dasar generalisasi sah mengenai system ekonomi islam.5

Etika islam didasarkan antara lain atas prinsip kemerdekaan ini, yang merupakan dasar dari hak asasi manusia. Dalam berbagai ayat al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah itu maha kaya dan Allah itu adalah pemberi rezeki. Ayat-ayat itu mengandung beberapa implikasi makna. Pertama, menolak pendakuan bahwa sumber rezeki itu adalah tiran atau despot. Dalam system politik tradisional yang telah lebih berkembang sering dinyatakan melalui undang-undang penguasa bahwa bumi dan air serta kekayaan tersimpan di dalamnya. Kedua, merupakan pernyataan bahwa apa yang diperoleh seseorang sehingga orang tersebut menjadi kaya, adalah pemberian tuhan. 6

Banyak definisi tentang bisnis yang telah dikemukakan oleh para ahli, tetapi pada dasarnya semua, definisi tersebut tidak jauh berbeda . Perbedaanya hanya terletak pada waktu, kondisi, dan pandangan masing-masing.

a) R.W. Griffin (2022) memberikan definisi sebagai berikut :

Bisnis (perusahaan) adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud untuk mendapatkan laba.

3 Buchari Alma, Manajemen Bisnis Syariah (Bandung: Alfa Beta, 2009), hlm. 202

4 Muhammad Arief Mufriani, Etika Bisnis Islam, (Depok: Gramata Publishing, 2011) hlm. 2

5 Syed Nawab Haider Naqvi, Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, (Bandung: Mizan, 1993) hlm. 71

(4)

Pengertian laba disini, adalah perbedaan antara penerimaan bisnis dan biaya-biayanya.

b) Jeff Madura (2001) mengemukakan bahwa bisnis adalah suatu badan hukum yang menghasilkan barang atau jasa yang diperlukan pelanggan.

c) Boone & Kurtz (2002) memberikan defenisi, yaitu bisnis adalah semua aktifitas yang bbertujuan mencapai laba dan perusahaan yang menghasilkan barang serta jasa yang di butuhkan oleh system ekonomi.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa bisnis adalah suatu serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku bisnis . Para pelaku bisnis memiliki kecenderungan untuk melakukan tabrakan kepentingan, keuntungan sebanyak mungkin, bahkan saling membunuh, sehingga pelaku bisnis yang kuat kian mendominasi, sementara yang lemah terperosok disudut-sudut ruang bisnis.7 Sebagaiman disampaikan pada bagian

sebelumnya bahwa bisnis di dalam islam merupakan kegiatan muammalah yang pertama kali menanggalkan etika, kemudian disusul oleh bidang politik, dan terakhir adalah persoalan seks. Bisnis yang sehat adalah bisnis yang berlandaskan pada etika. Oleh karena itu, pelaku bisnis muslim hendaknya memiliki kerangka etika bisnis yang kuat, sehingga dapat mengantarkan aktivitas bisnis yang nyaman dan berkah. Bisnis adalah suatu kata popular dalam kehidupan sehari-hari. Tiap hari jutaan manusia melakukan kegiatan bisnis sebagai produsen, perantara maupun sebagai konsumen. Kaum produsen dan orang-orang lain yang bergerak dalam kegiatan bisnis berhasil membuat keuntungan dan memperbesar nilai bisnisnya yang makin lama makin meningkat.8

Binis ialah suatu kegiatan usaha invidu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan maysarakat. Secara umum kegiatan dalam maysarakat, dan ada dalam industry.9 Setiap manusia memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan

hidupnya, karenanya, manusia akan selalu berusaha memperoleh harta kekayaan itu. Salah satunya melalui bekerja, sedangkan salah satu dari ragam bekerja adalah berbisnis. Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan, untuk “bekerja” merupakan salah satu seba pokok yang memungkinkan manusia memilikiharta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, Allah SWT melapangkan bumi serta menyediakan eragai fasilitas yang dapat dimanfaatkan manusia untuk mencari rezeki.10.

Pengertian bisnis islami setiap manusi memerlukan harta untuk mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu manusia akan selalu berusaha memperoleh harta kekayaan itu. Salah satunya melalui bekerja, dan salah satu dari ragam bekerja adalah berbisnis.

Islam mewajibkan setiap muslim, khususnya yang memiliki tanggungan untuk “bekerja”. Merupakan salah satu sebab pokok yang memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia memiliki harta kekayaan . Untuk

7Muhammad dkk, Etika & Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam, (Jogyakarta: BPFE, 2005) hlm 67

8 Ibid, hlm 115

9 H. Buchari Alma, Pengantar Bisnis, (Bandung: Alfa Beta, 2012) hlm. 21.

(5)

memungkinkan manusia berusaha mencari nafkah, Allah SWT. Melapangkan bumi serta menyediakan berbagai fasilitas yang dapat di manfaatkan manusia untuk mencari rezaki.



















































































 

 































 









 



























 







Artinya:.. “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya..” (Q.S. Ibrahim [14]:32-34)















 











































Artinya: Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (Q.S. Al-Mulk [67]: 15)





 























 







10. Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. Al-A’ raf [7]: 10)

Disamping anjuran untuk mencari rezeki, islam sangat menekankan (mewajibkan) aspek kehalalanya, baik dari perolehan maupun pendayagunaan (pengelolaan dan pembelajaran).




















(6)

Artinya:..Tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S Al-An’ am [6]: 141)

Dari paparan diatas, bisnis islami dapat di artikan sebagai serangkaian dalam berbagai bentuknya yang tidak kuantitas kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, tetapi di batasi dalam cara perolehan dan pendayagunaan hartanya terdapat aturan halal dan haram.

HARTA DALAM BISNIS ISLAM

Secara bahasa, sebagaimana dijelaskan dalam Al- Muhith karya Al-Fairuz Abadi, dalam bahasa Arab, harta disebut al-mal atau jamaknya al-amwal. Secara harfiah, harta (al-mal) adalah ma malaktahu min kulli syai. Artinya segala sesuatu yang kamu miliki. Adapun dalam istilah syar’i, harta diartikan sebagai sesuatu yang dimanfaatkan dalam perkara yang legal menurut hukum syara’ (hukum islam), seperti bisnis, pinjaman, komsumsi, dan hibah (pemberian). Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa apapun , baik barang maupun jasa oleh manusia dalam kehidupan dunia merupakan harta. Uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil kelautan, dan pakaian termasuk dalam kategori al-amwal, harta kekayaan. 11 Sejalan dengan kaidah ushul “aslufi al-afal at-taqayyud bi huhmi asy-syar’I”yang berarti bahwa hukum asal suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum syara’: wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram, pelaksanaan bisnis harus tetap berpegang pada ketentuan syariat. Dengan kata lain, syariat merupakan nilai yang menjadi payung strategis ataupun taktis organisasi bisnis.

Dengan kendali syariat, bisnis bertujuan mencapai empat hal utama yaitu: 1. Target hasil: profit-materi dan benefit-non materi.

2. Pertumbuhan, artinya terus meningkat. 3. Keberkahan atau keridahan Allah.

Target hasil: profit-materi dan benefit non-materi. Tujuan perusahaan tidak hanya untuk mencari profit (qimah madiyah atau nilai materi) setinggi-tinginya, tetapi juga memperoleh dan benefit (keuntungan atau manfaat) non materi keapada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan, dan sebagainya.

Benefit yang dimaksudkan tidak semata-mata memberikan manfaat kebendaan, taetapi juga dapat bersifan nonmateri. “Islam memandang bahwa tujuan suatu amal perbuatan tidak hanya beriorientasi qimah insaniyah,qimahkhulukiyah dan qima ruhiyah. Dengan orientasi al insaniyah berarti pengelola perusahaan juga dapat memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan kwrja, sedekah, dan bantuan lainya. Qimah Khuluqiyah mengandung pengertian bahwa nilai-nilai akhlaqul karimah (akhlak mulia) menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalm setiap aktifitas pengelolaan perusahaan, sehingga dalam perusahaan tercipta hubungan persaudaraan yang islami, bukan sekedar hubungan fungsional atau professional. Sementara itu, qimah ruhiyah berarti perbuatan tersebut dimksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. 12

Bisnis merupakan kegiatan yang berhubungan dan berkepentingan dengan lingkunganya. Lingkunganya merupakan suatu system, terdapat variable-variabel atau factor-faktor yang tersedia di lingkungan dan yang terkait dengan bisnis. Dengan kata

11 Ibid, hlm 266.

(7)

lain , bisnis pada dasarnya adalah upaya untuk mengelola sumber-sumber ekonomi yang disediakan oleh lingkunganya. Oleh karena itu, interaksi antara bisnis dan lingkunganya atau sebaliknya menjadi suatu kajian yang menarik. Didalamnya tentunya tidak dapat dipisahkan dengan etika yang melandasinya. Sebagai suatu system bisnis terdiri atas komponen-komponen yang saling kait-mengkait satu dengan yang lainya untuk mencapai tujuan. System bisnis berjalan dari tahap input – Proses -output.

Sebagaimana digambarkan oleh Yusanto dan Wijaya Kusuma, bahwa perbedaan system bisnis islami dengan non islami memang sangat jauh berbeda, itu dapat dilihat dari karakteristik yang dimiliki oleh bisnis yang islami sebagaiman digambarkan sebagai berikut:

Bisnis Islami Karakteristik Bisnis Bisnis Non-Islami Aqidah islam

(nilai-nilai trasedental) Asas Sekularisme (Nilai-nilaimaterialism)

Dunia-akhirat Motivasi Dunia

Profit, zakat dan benefit (Non materi) Pertumbuhan,

Keberlangsungan keberkahan

Orientasi Profit Pertumbuhan

Keberlangsungan

Tinggi,

Bisnisadalah bagian dari ibadah

Etos Kerja Tinggi, bisnis adalah kebutuhan duniawi

Maju dan produktif, konsukuensi, keimanan dan manifestasi kemusliman

Sikap Mental Maju dan Produktif sekaligus konsumtif, Konsukuensi aktualisasi diri

Terpercaya dan

tanggung jawab tujuan tidak menghalalkan segala cara

Amanah Tergantung kemauan

individu (Pemilik kapital) Tujuan menghalalkan segala cara

Halal Modal Halal dan haram

Sesuai dengan akad kerjanya

Sumber daya

manusia

Sesuai dengan akad kerjanya atau sesuai keinginan pemilik modal

Halal Sumber daya Halal dan haram

Visi dan misi oraganisasi terkait

dengan misi

penciptaan manusia di dunia

Manajemen strategic Visi dan misi organisasi ditetapkan berdasarkan pada kepentingan materi belaka

Jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran keuangan mekanisme dengan bagi hasil

Manajemen operasi Tidak ada jaminan halal bagi setiap masukan, proses dan keluaran mengedpankan

produktivitas dalam koridor manfaat

Jaminan halal bagi setiap masukan, proses

Manajemen keuangan

(8)

keluaran keuangan mekanisme keuangan dengan bagi hasil

proses dan keluaran keuangan Mekanisme keuangan dangan bunga Pemasaran dalam

koridor jaminan halal

Manajemen pemasaran

Pemasaran menghalalkan segala cara

SDM professional dan berkeperibadian islam SDM adalah pengelola

bisnis SDM

bertanggung

jawabpada diri, majikan dan Allah

Manajemen SDM SDM professional, SDM adalah factor produksi SDM bertanggung jawab pada diri dan majikan

Gambaran table di atas menunjukan, bahwa bisnis Islami selalu dikendalikan oleh Syaria’h sebagai etika dalam kerangka ekonomi dan bisnis islam harus selalu menonjol. 13

Dengan demikian, bisnis yang dikendalikan oleh syaria’h, ia bertujuan mencapai empat hal utama, yaitu: 1. Target hasil: Profit-materi dan benefit-nonmateri, 2. Pertumbuhan, artinya terus meningkat, 3. Keberlansungan, dalam kurun waktu selam munkin, dan 4. Keberkahanatau keridahan Allah. Bisnis islami di kendalikan oleh aturan syaria’h, seperti berupa halal dan haram, baik dari cara memperolehnya maupun pemanfaatanya. Sementara bisnis non-Islami dilandaskan pada sekularisme yang bersendikan pda nilai-nilai material. Bisnis non- islami dilandaskan pada sekulirisme yang bersendikan pada nilai-nilai material. Bisnis non-islami tidak memperhatikan aturan halal dan haram dalam perencanaan, pelaksanaan dan segala usaha yang dilakukan dalam meraih tujuan-tujuan bisnis.

Adanya aturan atau ketentuan halal dan haram dalam bisnis islami, maka ia lebih menekankan adanya optimalitas dari pada maksimalitas. Sebab optimalitas merupakan tindakan yang masih dikendalikan oleh aturan tertentu yang menjadi kendali untuk mewujudkan tujuan yang sebanyak-banyaknya. Sebagai contoh, hasil penjualan daging yang haram tentu akan memberikan jumlah yang banyak. Namun karena adanya unsur haram, maka daging tersebut tidak diperbolehkan dalam aktiviitas bisnis yang islami. Bisnis islami merupakan bisnis yang hanya akan hidup secara ideal `dalam system dan lingkungan yang islami pula. Dalam lingkungan yang tidak islami, maka pelaku bisnis akan mudah sekali terseret dan sukar verkelit dalam kegiatan yang yang dilarang agama. Mulai dari ruang pelican saat perizinan usaha, menyimpang uang dalam rekening koran yang berbunga, hingga iklan yang tidak senonoh, dan aktivitas semacamnya.Dengan demikian jelas, bahwa tumbuh tidaknya jenis kegiatan bisnis akan sangat bergantung, pada macam system dan lingkungan yang ada.14

AKSIOMA BISNIS YANG BERETIKA

Aksioma bisnis yang beretika yang dikonstruksika dari prinsip-prinsip etika bisnis (al-Quran), di jelaskan secara normative dan sederhana dapat di jelaskan bahwa dalam aspek ekonomi dan bisnis, al-Qur’an telah menwarkan prinsip keadilan dan “kesucian” pada tiga aspek sekaligus. Ketiga aspek tersebut adalah pertama, melarang pemilikan atau pengelolaan harta yang terlarang haram (dzatihnya). Kedua, terlarang dalam cara proses memperoleh atau mengelola dan mengenbankanya.

Ketiga, terlarang pada dampak pengelolaan dan pengembanganya jika merugikan

13Ibid, hlm70.

(9)

pihak lain (ada pihak yang menganiaya atau teraniaya). Namun, penjelasan itu cenderung parsial dari sudut pandang filosofis. Oleh karena itu agar mendapatkan suatu cakrawala yang luas dan mendalam akan dipaparkan prinsip-prinsip etika bisnis yang harus melandasi suatu bisnis. Paparan ini merupakan suatu pardigma bisnis yang dibangun dan dilandasi oleh aksioma-aksioma sebagai berikut.15

a. Kesatuan (Unity)

Kesatuan disini adalah kesatuan sebagaimana tereflesikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, social, menjadi suatu “homogeneus whole” atau keseluruhan yang homogeny, sreta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Dari konsep ini, maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosisal demi membentuk kesatuan. Atas dasar pemandangan ini pula etika dan ekonomi atau etika dan bisnis menjadi terpadu, vertical maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam system islam yang homogen yang tidak mengenal kekusutan dan keterputusan.

Berdasarkan aksioma ini maka pengusaha muslim dalam melakuka aktivitas maupun entitas bisnisnya tidak akan melakukan, paling tidak tiga hal:

Pertama deskriminasi diantara pekerja, penjual, pembeli, mitra kerja atas dasar pertimbangan ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama. Kedua

terpaksa atau melakukan praktek-praktek mal bisnis hanya Allah lah yang semestinyadi takuti dan dicintai. Oleh karena itu, sikap ini akan terefleksikan dalam seluruh sikap hidup dalam berbagai dimensinya. Ketiga, menimbun kekayaan atau serakah, karena hakikatnya kekayaan merupakan amanah Allah. b. Kesetimbangan

Kesetimbangan (equilibrium) atau keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran islamyang berhubungan dengankeseluruhan harmoni pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan kestimbangan yang harmonis. Tatanan ini pula disebut

sunnatullah. Sifat kesetimbangan ataua keadilan bukan hanaya sekedar karateristik alami, melainkan merupakan karakteristik dinamis yang harus diperjuangkan oleh setiap muslim dalam kehidupanya. Kebutuhan sikap akan sikap kesetimbangan atau keadilan ini ditekankan oleh allah dengan menyebut umat islam sebagai ummatun wasathan. Ummatun wasathan adalah umat yang memiliki kebersamaan, kedinamisan dalam gerak, arah dan tujuanya serta memiliki aturan-aturan kolektifyang berpungsi sebagai penengah atau pembenar.

Pada struktur ekonomi dan bisnis, agar kualitas kesetimbangan dapat mengendalikan semua tindakan manusia, maka harus memenuhi beberapa persyaratan.

c. Kehendak Bebas/ikhtiyar

Kehendak bebas merupakan kontribusi bislam yang paling orisinal dalam filsafat social tentang konsep manusia “bebas”. Hanya tuhan yang bebas, namun dalam batas-batas skema penciptaanya manusia juga secara relative mempunyai kebabasan. Manusia sebagai khalifa dimuka bimi sampai batas tertentu mempunyai kehendak bebas atau mengarahkan kehidupanya kepada tujuan pencapaian kesucian diri. Berdasarkan aksioma kehendak bebas ini,

(10)

dalam bisnis, manusia mempunyai kebbasan untuk membuat suatu perjanjian, termasuk menepati atau mengingkarinya.

d. Pertanggung jawaban

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil di lakukan olehmanusia karena tidak menuntut adanya pertanggung jawaban dan akuntabilitas. Untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusi perlu mempetanggung jawabkan tindakanya.

Aksioma pertanggung jawaban ini secara mendasar akan mengubah perhitungan ekonomi dan bisnis karena sesuatunya harus mengacu pada keadilaan.

e. Kebenaran, Kebajikan dan Kejujuran

Kenaran adalah nilai kebenaran yang di anjurkan dan tidak bertentangan dengan ajaran islam. Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan prilaku yang benar, yang meliputi, proses akad (transaksi), proses mencari atau memperoleh komoditas, proses pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan margin keuntungan laba.

Termasuk ke dalam kebajiakan bisnis adalah sikap kesukarelaan dan keramahtamahan. Kesukarelaan dalam pengertian, sikap suka rela anatar dua belah pihak yang melakuakan transaksi, kerja sama atau perjanjian bisnis Keramhatamahan merupakan sikap ramah, toleranbaik dalam menjual, membeli maupun menagih. Adapun kejujuran adalah sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan tanpa adanya penipuan sedikitpun. Sikap ini dalam khazanah islam dapat dimaknai dengan amanah.16

Sedangkan menurut Muhammad amin Aksioma bersal dari bahasa latin ialah suatu yang tidak perlu di buktikan kebnaranya secara pasti. Hal-hal yang bersifat pasti yang tidak perlu diragukan, atau tidak perlu di uji lagi kebenaranya, disebut aksiomatis. Dalam islam, seperti di kemukakan Haedar Naqvi, ada pokok-pokok aksioma etika yang melandasi etika-etika selanjutnya. Agara dapat bertahan dan bermanfaat, system semacam ini harus memenuhi persyaratan umumsebagai berikut: 1. Aksioma-aksioma itu haruslah merupakan refresentasi yang cukup dan sah dari pandangan etika islam, 2. Perangkat aksioama-aksioma itu haruslah merupakan represntasi yang cukup dan sah dari pandangan etika islam, 3. Anasir perangkat yang dimaksudkan harus konsisten secara internal, 4. Sistem aksioma yang digunakan harus memiliki daya meramal.Pandangan yang padu, seimbang, relistismengenai alam manusia alam manusia dan peran sosialnya, yang khas islam, dapat di ikhtisarkan dengan tepat oleh aksioma etika, yakni: tauhid, keseimbangan, kehendak bebas dan pertanggung-jawaban.17

a. Tauhid

Sistem etika islam, yang meliputi kehidupan manusia di bumisecara keseluruhan, selalu tercermin dalam konsep tauhidullah (pemahesaan Allah) yang dalam pengertian absolute, hanya hubungan dengan tuhan. Meskipun demikian, karena manusia bersifat teomorfis, ia juga mencerminkan sifat ilahia ini. Allah berkalam:



































16 Ibid, hlm. 18.

17 Muhammad Amin, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan Islam,

(11)



























 





  

Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (fushilat (41): 53)

Tauhid merupakan konsep serba ekslusif dan sekaligus serba eklusif. Dan sekaligus serba inklusif. Pada tingkat absolute ia membedakan al-khaliq

dengan mahluk, memerlukan penyerahan tanpa syarat oleh semua mahluk kepada kehendaknya. Dalam pengertian yang lebih dalam, konsep tauhid merupakan dimensi vertikal islam.

b. Kesetimbangan

Sebagai tambahan terhadap dimensi vertical adalah al-‘adl

(kesetimbangan), yang dalam pengertian lebih mendalam menunjukan suatu imbangan daya kesetimbangan. Pada sifat mutlak, ini merupakan sifat yang tertinggi Allah; yang mengingkarinya berarti merupakan pengingkaran pula terhadapnya. Berikutnya pada tingkat relatife, keseimbangan juga harus menandai semua ciptaan Nya yang mesti mencerminkan sifat-sifatNya. Maha benar Allah dalam kalamnya.

























































 















 



















Artinya : Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?. kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah. (Q.S. Al-Mulk(670: 3-4)

c. Kehendak bebas

Salah satu kontribusi islam yang paling orisinal dalam filsafat social-termasuk social ekonomi-adalah konsep mengenai manusia bebas/merdeka. Maksudnya, hanya tuhanlah yang mutlak bebas, tetapi dalam batas skema-skema penciptaaNya manusia juga relative bebas. Berlawanan dengan apa yang disebar luaskan oleh non kalangan non muslim, menurut islam, manusia tidak diikat dengan takdir dalam kata arfiah. Setelah diberi kecakapan untuk memilih, ia memiliki kemerdekaan untuk menjadi seperti tuhan dengan mewujudkan sifat teomorofisanya

guna memanfaatkan kehendak bebasnya. Tentu saja kebebasan yang tetap di pandu oleh kebenaran mutlak kalam Allah dan sunnatullah.

(12)

Yang secara logis berhubungan dengan kehendak bebas adalah aksioma pertanggung jawaban. Allah mentapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan membuatnya bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan:18































































Artinya: “.. Barangsiapa yang memberikan syafa'at yang bai], niscaya ia akan memperoleh bahagian (pahala) dari padanya. dan Barangsiapa memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan memikul konsekuensinya…” (Annisa (4): 85)

BERBISNIS DENGAN MODEL SYARIAH

Dalam islam di kenal syaria’h, sebagai God’s Laws atau Islamic, yang mengatur persoalan ibadah dan muammalah. Syaria’h adalah seperangkat do’s and

don’ts, mengatur yang diperbolehkan dan yang dilarang. Landasan syaria’ah adalah kebijaksanaan dan kebahagian manusia di dunia dan di akhirat. Kesejahteraan ini terletak pada keadilan, kasih saying, kesejahteraan, dan kebijaksanaan. Sementara apapun yang bergeser dari keadilan, menjadi ketidak adilan, kasih saying menjadi penindasan, kesehjeteraan menjadi kesengsaraan, dan kebijaksanaan menjadi kebodohan, tidak ada sangkut pautnya dengan syaria’h. tujuan syaria’h yang paling benar adalah memajukan kesejahteraan manusia yang terletak pada jaminan atas keyakinan, intelektual, harta dan masa depanya.

Dalam menjalankan bisnis yang bimbing oleh kebenaran wahyu Allah (Syariah Islam) maka aktivitas bisnis sperti :

1. Membuat dan mendistribusikan produk (barang atau jasa). 2. Memasarkan Produk.

3. Perencanaan (recruit,latih,penempatan pembinaan), pengendalian dan evaluasi SDM .

4. Manajemen (mengelola)

Adapun dalam islam yang dilarang yang diperjual belikan dalam bentuk bisnis, Karena islam diatur oleh syariat di dasarkan pada ketentuan Allah Swt. Yang sumber utamnya adalah Al-Quran. Islam mengatur secara jelas apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam kehidupan atau dalam bisnis. Al-quran menyebutkan yang hak dan yang batil; antar yang hak dengan yang batil juga jangan di campur. Jika masih ada yang di ragukan, maka dianjurkan untuk ditinggalkan. Jadi, laksanakan sesuatu yang diyakini benar dan halal. Islam mengenal jenis perbuatan yang di klsifikasikan dalam bentuk berikut. Wajib (sesuatu yang harus dilakukan dan berdosa jika tidak dilaksanakan); halal (sesuatu yang harus dilakukan dan berdosa jika tidak dilaksanakan); makruh (tidak sepenuhnya dilarang, tetapi sebaiknya ditinggalkan); dan haram (semua yang dianggap merusak dan merugikan serta harus ditinggalkan).19

Muhammad yusup Qardawi menjelaskan beberapa prinsip islam menegnai penentuan halal dan haran sebagai berikut.

1. Prinsip dasarnya semua kegiatan muammalah diperbolehkan.

18 Ibid, hlm 308.

(13)

2. Hanya allah yang berhak melarang dan mengesahkan sesuatu itu boleh atau tidak.

3. Melarang yang halal dan membolehkan haram adalah syirik. 4. Larangan atas sesuatu didasrkan pada sifat najis dan merusak. 5. Apa yang halal diperbolehkan dan yang haram dilarang 6. Yang mendorong menuju yang haram adalah haram. 7. Menganggap yang haram halal di larang.

8. Niat yang baik tidak membuat yang haram menjadi halal. 9. Hal yang meragukan di anjrkan dihindari.

10. Yang haram terlarang bagi siapapun.

11. Suatu keharusan menuntut perlunya kekecualian.

Diluar prinsip di atas, sebenarnya juga diwajibkan atau di anjurkan melakukan suatu untuk mendukung kegiatan yang wajib atau yang di anjurkan (sunah) yang sesuai dengan syariat islam, kepentingan umum, dan ibadah, misalnya membuat kapal terbang, tekstil, parfum, kosmetik, computer, pendidikan dan sebagainya.

Berikut beberapa ketentuan yang ditetapkan dalam islam yang jelas dan tetap hukumnya adalah

1. Dibenarkanya pemilikan pribadi dan jamaah serta memeliharanya; 2. Ketentuan tentang pewarisan diatur secara jelas;

3. Adanya perbedaan tingkat manusia dan resekinya. 4. Kewajiban berinfak dijalan Allah.

5. Haramnya berprilakukikir, mubazir, dan hidup bermewah-mewah. 6. Haramnya riba.

7. Tidak dibenarkan melakukan penimbunan barang dan mempermainkan harga.

8. Larangan memakan harta orang lain secara batil, termasuk harta anak yatim.

9. Mengahalalkan yang baik. 10. Mengharamkan yang buruk. 11. Anjuran bekerja.

12. Anjuran berjalan di muka bumi dan sebagainya.

Sejalan dengan kaidah ushul “al-aslu fi al-af al at-taqayyud bi hukmi asy-syr’i”, yang berarti bahwa hukum asala suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum syara: wajib, sunnah, mubah, makruh,atau haram, maka pelaksanaan bisnis harus tetap berpegan pada ketentuan syariat. Dengan kata lain, syariat merupakan nilai utama yang menjadi paying strategis maupun taktis orgabisasi bisnis. Dengan kendali syariat, bisnis bertujuan untuk mencapai empat hal utama: 1. Target hasil: Profit-materi dan benefit non materi, 2. Pertumbuhan artinyaterus meningkat, 3. Keberlangsungan, dalam kurun waktu selama munkin dan 4. Keberkahan atau keridahan Allah.20

KESIMPULAN

Etika bisnis dalam islam sangat berbeda dengan non muslim, kalau muslim sangat memperhatikan penerapan nilai-nilai agama dalam berbisnis seperti aqidah islam (nilai-nilai trasedental), melihat dari segi dunia – akhirat, Profit,zakat benegit (non materi) Pertumbuhan, dan keberlangsungan keberkahan, sedangkan non muslim atau sekularsime dia hanya melihat dari segi (nilai-nilai materialisme), dunia, profit sebagai pertumbuhan keberlangsungan. Muslim dalam berbisnis menerapkan beberapa aksioma yang beretika utility, kesetimbangan, kehendak bebas dan

(14)

pertanggung jawaban. Dalam berbisnis pun disini sangat melihat bisnis jalankan karna dalam islam tidak semuanya bisa diperjual belikan karna ada hal-hal yang tidak dapat seperti halnya barang haram yang dilarang agama karna muslim sangat melihat juga dari segi maqasid syriah.

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari Pengantar Bisnis. Bandung: Alfa Beta, 2012

Harahap, Sofyan s. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Ismail, Muhammad, Menggagas Bisnis Islami, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Mufriani, Muhammad Arief, Etika Bisnis Islam, Depok: Gramata Publishing, 2011.

Rahardjo, M. Dawam, Etika Ekonomi dan Manajemen, Jogyakarta: PT. Tiara Wacan, 1990.

Haider Naqvi, Syed Nawab, Etika dan Ilmu Ekonomi Suatu Sintesis Islami, Bandung: Mizan, 1993.

Amin, Muhammad Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi & Keuangan Islam, Jakarta:Kholam Publishing, 2008.

Muhammad, Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan bisnis, Jogyakarta: Salemba Empat, 2002

Rahardjo, M. Dawam, Etika Ekonomi dan Manajemen, Jogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1990

Referensi

Dokumen terkait

Dasar teoritis manajemen publik baru perlu dipertimbangkan lebih detail, terutama seperti teori di belakang model administrasi tradisional yang dikritik dalam bab

Sabun mandi padat dapat dibuat dari bahan baku minyak jelantah, karena minyak jelantah ini mengandung asam lemak (trigliserida) yang merupakan bahan baku dari sabun.. Dalam

bakar bensin melalui pipa kapiler bersirip transversal di dalam upper tank radiator dan variasi putaran mesin akan cenderung menurunkan kadar gas buang CO dan

gambut) dapat dilakukan dengan proses adsorpsi, karena asam humus mempunyai. kandungan senyawa

Burung beo Alor di penangkaran Oilsonbai, NTT, memiliki tiga perilaku utama, yaitu perilaku diam, bergerak, dan ingestif dengan 13 aktivitas (istirahat, stationer,

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gayas atau larva hama Oryctes rhinoceros , cendawan Isolat Lokal Lombok Metarrhizium anisopliae dalam bentuk

Sasarannya dari kegiatan ini adalah diperolehnya 1 paket alat deteksi gas (gas Metana dan gas karbonmonoksida) yang terintegrasi dengan sistem kabel dan telemetri dalam

[r]