• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah Dalam Pemenuhan Jaminan Kematian Bagi Pekerja Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Direksi PT. Daya Labuhan Indah Dalam Pemenuhan Jaminan Kematian Bagi Pekerja Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Chapter III V"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KEMATIAN DALAM

KERANGKA BPJS KETENAGAKERJAAN

A. DASAR HUKUM DAN PENGERTIAN JAMINAN KEMATIAN

Dewasa ini peran serta pekerja dalam pembangunan nasional semakin

meningkat demikian pula halnya penggunaan teknologi diberbagai sektor kegiatan

usaha yang dapat mengakibatkan semakin tingginya resiko yang dapat

mengancam keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, sehingga

perlu upaya peningkatan perlindungan tenaga kerja yang dapat memberikan

ketenangan kerja sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap usaha

peningkatan disiplin dan produktivitas tenaga kerja.70

Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan

sosial tenaga kerja.71 Dari sisi pengusaha juga diwajibkan menyediakan fasilitas

kesejahteraan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan buruh/pekerja

dan keluarganya, yang mana pelaksanaanya dilihat dari kebutuhan pekerja/buruh

dan ukuran kemampuan perusahaan.72

Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk

memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga

sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang. Disamping

itu program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek antara lain:73

a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup

minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya,

70 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada,2001), hal 116.

71 Lihat Pasal 99 ayat (1), Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketengakerjaan.

72 Ibid, Pasal 100 ayat (1) dan ayat (2),. 73

(2)

b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan

tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.

Penyelenggara program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung

jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonnomi

kepada masyarakat Indonesia, mengembangkan program jaminan sosial

berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta

dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.74

Pada akhir tahun 2004, pemerintah juga meneribtkan Undang-undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Tentang Sistem Jaminan Nasional, yang

berhubungan dengan Amandemen UUD 1945 dengan perubahan pada pasal 34

ayat (2), dimana Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengesahkan

Amandemen tersebut, yang kini berbunyi, “Negara mengembangkan sistem

jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah

dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”. Manfaat perlindungan

tersebut dapat memberikan rasa aman kepada pekerja sehingga dapat lebih

berkonsentrasi dalam meningkatkan motivasi maupun produktivitas kerja.

Hal tersebut menjadi salah satu lahirnya PT. Jamsostek yang memiliki

landasan hukum Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja dan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995

ditetapkanlah PT. Jamsostek sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga

kerja. Program Jamsostek memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi

kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan keluarganya, dengan memberikan

kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga sebagai

pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang akibat resiko sosial.

75

74

(3)

Benda-Beckmann mengemukakan konsep umum tentang jaminan sosial

adalah sebagai berikut:76

Menurut imam soepomo, Konsep perlindungan tenaga kerja :

Social security refers to the social phenomena with which the abstract

domain of social security is filled, efforts of individuals, groups of

individuals and organizations to overcome insecurities relate to their

existence, that is, concering food and water, shelter, care and physical dan

mental health, education and income, to the extent that the contingencies

are not considered a purely individual responsibility, as well as intended

and unintended consequences of these efforts.

Jaminan sosial mengacu pada gejala-gejala sosial yang mengisi ranah

jaminan sosial yang abstrak, yaitu upaya-upaya individu,

kelompok-kelompok perorangan dan organisasi untuk menanggulangi ketidakpastian

yang menyangkut eksistensi mereka, yaitu, yang berkenaan dengan air dan

makanan, tempat perlindungan, pemeliharaan dan kesehatan fisik secara

mental, pendapatan dan pendidikan, selama kemungkinan itu tidak

dianggap sebagai tanggung jawab perseorangan semata, dan juga

konsekuensi-konsekuensi yang dimaksud maupun tidak dimaksud dari

upaya-upaya tersebut.

77

a. Perlindungan Ekonomis

Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk penghasilan yang cukup,

termasuk bila tenaga kerja tidak mampu bekerja diluar kehendaknya.

b. Perlindungan Sosial

Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan kesehatan kerja,

dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.

c. Perlindungan Teknis

76 Anne Friday, Hubungan Perburuhan di Sektor Informal, (Bandung: Safaria Akatiga, 2003), hal 67.

77

(4)

Yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan keselamatan

kerja.

Jaminan sosial tenaga kerja adalah jaminan yang menjadi hak tenaga kerja

berbentuk tunjangan berupa uang, pelayanan dan pengobatan yang merupakan

pengganti penghasilan yang hilang atau berkurang sebagai akibat peristiwa atau

keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,

bersalin, hari tua, meninggal dunia dan mengganggur. Oleh karena jangkauan

program jaminan sosial tenaga kerja sangat luas. Maka penyelenggaraannya

dilakukan secara bertahap, dengan sendirinya bagi perusahaan yang belum

menjadi peserta asuransi sosial tenaga kerja jaminan-jaminan tersebut tetap

menjadi tanggung jawab perusahaan itu sendiri.78

Pengusaha diizinkan untuk tidak mengikuti salah satu dari program jaminan sosial

tenaga kerja dengan syarat program jaminan sosial bagi pekerjanya telah

dilakukan dengan lebih baik dibandingkan program yang diselenggarakan oleh

pihak penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja.79

Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebuah sistem jaminan sosial yang

ditetapkan di Indonesia dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004, yang mana

jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang

diselenggarakan oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia guna menjamin warga

negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana

dalam Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1948 dan

Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952. Kehadiran Undang-undang Sistem

Jaminan Sosial Nasional tersebut untuk menggantikan program-program jaminan

sosial yang sebelumnya ada (Askes, Jamsostek, Taspen dan Asabri) yang dinilai

kurang berhasil memberikan manfaat berarti kepada penggunanya, karena jumlah

pesertanya kurang, jumlah nilai manfaat program kurang memadai, dan kurang

78 Sendjun H.Manullang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Jakarta: Rineke Cipta, 2012), hal 131.

(5)

baiknya tata kelola manajemen program tersebut. Program-program yang dikelola

oleh Sistem Jaminan Sosial Nasional tersebut antara lain adalah Jaminan Hari Tua

(JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) dan Asuransi

kesehatan nasional, yang mencakup seluruh warga negara Indonesia, tidak peduli

apakah mereka pekerja sektro formal, informal, maupun wiraswastawan.80

Sistem Jaminan Sosial Nasional dibuat sesuai dengan “paradigma tiga

pilar” yang direkomendasikan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO),

yaitu:81

a. Program bantuan sosial untuk anggota masyarakat yang tidak mempunyai

sumber keuangan atau akses terhadap pelayanan yang dapat memenuhi

kebutuhan pokok mereka. Bantuan ini diberikan kepada anggota

masyarakat yang terbukti mempunyai kebutuhan mendesak, pada saat

terjadi bencana alam, konflik sosial, menderita penyakit, atau kehilangan

pekerjaan. Dana bantuan ini diambil dari APBN dan dana masyarakat

setempat.

b. Program asuransi sosial yang bersifat wajib, dibiayai oleh iuran yang

ditarik dari perusahaan dan pekerja. Iuran ini harus dibayar oleh peserta

ditetapkan berdasarkan tingkat pendapatan/gaji, dan berdasarkan suatu

standar hidup minimum yang berlaku di masyarakat.

c. Asuransi yang ditawarkan oleh sektor swasta secara sukarela, yang dapat

dibeli oleh peserta apabila mereka ingin mendapat perlindungan sosial

lebih tinggi daripada jaminan sosial yang mereka peroleh dari iuran wajib.

Iuran untuk program asuransi swasta ini berbeda menurut analisis resiko

dari setiap peserta.

Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan

terpenuhinya kebutuhan dasar yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota

80

(6)

keluarganya.82 Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan pada

prinsip:83

a. Kegotong-royongan, maksudnya adalah peserta yang lebih mampu akan

membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang mempunyai resiko

lebih kecil akan membantu peserta yang memiliki resiko lebih besar, dan

mereka yang sehat akan membantu yang sakit.

b. Nirlaba, maksudnya adalah dana amanah ini harus bersifat nirlaba dan

dipergunakan untuk memenuhi jaminan sosial seluruh peserta.

c. Keterbukaan, maksudnya adalah pengurangan resiko, akuntabilitas,

efesiensi dan efektifitas, sehingga dana pengelolaan ini akan digunakan

sebagai dasar pengelolaan program Jamsosnas.

d. Kehati-hatian,

e. Akuntabilitas,

f. Potabilitas, maksudnya adalah peserta akan terus menjadi anggota program

jaminan sosial nasional tanpa memperdulikan besar pendapatan dan status

kerja pekerja, dan akan terus menerima manfaat tanpa memperdulikan

besar pendapatan dan status keluarga peserta sepanjang memenuhi criteria

tertulis untuk menerima manfaat program tersebut.

g. Kepersertaan bersifat wajib, maksudnya adalah seluruh penduduk

Indonesia secara bertahap akan diwajibkan untuk berpartisipasi dalam

program jaminan sosial nasional.

h. Amanat, maksudnya adalah dana yang dikumpulkan dari peserta akan

dikelola oleh beberapa badan penyelengara jaminan sosial dalam sebuah

dana amanah yang akan dipergunakan semaksimal mungkin untuk

meningkatkan kesejahteraan seluruh pesrta.

i. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial Nasional dipergunakan seluruhnya

untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan

peserta.84

82 Lihat Pasal 3, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

(7)

Adapun jenis program Jaminan Sosial meliputi :85

Jaminan kematian adalah manfaat uang tunai yang dterima oleh ahli waris

pekerja ketika pekerja tersebut meninggal dunia bukan akibat dari kecelakaan

kerja.86 Ruang lingkup kecelakaan pada waktu kerja meliputi:87

a. Pada waktu kerja

• Yang termasuk dalam kecelakaan pada waktu kerja adalah

kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju ke

tempat kerja atau pulang dari tempat kerja ke rumah melalui jalan

yang biasa di tempuh dan wajar.

• Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan pekerjaan sesuai

dengan tugas, kewajiban dan tanggungjawab sehari-hari yang

diberikan oleh perusahaan di tempat kerja maupun di luar tempat

kerja selama waktu kerja.

• Kecelakaan yang terjadi di luar jam kerja tetapi masih dalam waktu

kerja seperti jam istirahat sebagaimana diatur dalam

undang-undang.

• Kecelakaan yang terjadi dalam tugas di luar kota/negeri yaitu

selama perjalanan dari rumah/tempat kerja menuju ke tempat dan

perjalanan pulang kembali sesuai dengan surat tugas yang

diberikan dan selama menjalankan/pekerjaan di tempat tujuan.

Semua kecelakaan kerja yang terjadi di tempat

84 Wkipedia, Op Cit.

85 Ibid, Pasal 18.

86 Lihat pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

(8)

penugasan/pendidikan merupakan kecelakaan kerja, di luar itu

yang termasuk kecelakaan kerja hanya terbatas selama yang

bersangkutan berangkat dari tempat penginapan/pemondokan

menuju ke tempat kerja sampai pulang kembali, kecuali dapat

dibuktikan bahwa kecelakaan yang terjadi di luar pengertian

tersebut ada hubungannya dengan tugas dan tanggungjawab yang

bersangkutan.

• Kecelakaan yang terjadi pada waktu melakukan kerja lembur yang

harus dibuktikan dengan surat perintah lembur.

• Perkelahian di tempat kerja dapat dianggap kecelakaan kerja.

b. Di luar waktu kerja

• Kecelakaan yang terjadi pada waktu melaksanakan kegiatan

olahraga yang harus dibuktikan dengan surat tuga dari perusahaan.

• Kecelakaan yang terjadi pada waktu mengikuti pendidikan yang

merupakan tugas dari perusahaan dan haru dibuktikan dengan surat

tugas. Kecelakaan yang terjadi di sebuah perkemahan yang berda

di lokasi kerja ( basecamp, jurnal diluar jam kerja dan di luar

waktu kerja ( tidur, istirahat )). Serta yang bersangkutan bebas dari

setiap urusan pekerjaan. Jika kecelakaan terjadi di luar radius

HPH/areal/lokasi harus ada surat tugas.

c. Meninggal mendadak, suatu kasus meninggal mendadak dapat

dikategorikan akibat kecelakaan dalam hubungan kerja akibat tenaga kerja

karana suatu alasan, baik di lokasi kerja maupun dalam perjalanan menuju

dan dari lokasi kerja, tanpa sempat mengalami rawat inap atau mengalami

rawat inap, tetapi tidak melebihi 24 jam terhitung sejak pada jam di tangan

dokter/paramedis, langsung meninggal dunia.

Sehingga yang termasuk di dalam keadaan meninggal bukan pada waktu

(9)

Jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan

berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk memberikan santunan

kematian yang dibayarkan kepada ahli waris pekerja yang meninggal dunia.88

Badan penyelenggara jaminan sosial adalah badan hukum yang dibentuk

untuk menjalankan program jaminan sosial.

B. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS) SEBAGAI

PENGELOLA JAMINAN KEMATIAN.

89

Badan penyelenggara jaminan

sosial harus dibentuk melalui undang-undang.90 Pada era/jaman tersebut,

berdasarkan Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional, badan hukum yang

dibentuk untuk melakukan pengelolaan terhadap Dana Jaminan Sosial Nasional

adalah :91

a. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK)

b. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai

Negeri (TASPEN)

c. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia (ASABRI)

d. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES)

Namun undang-undang tidak memberikan batasan terhadap dibentuknya lagi

badan penyelenggara jaminan sosial tersebut, dikarenakan apabila dibutuhkan

maka dapat dibentuk badan penyelenggara jaminan sosial yang baru dengan

undang-undang.92

88

(10)

Sebelumya pada tanggal 17 Februari 1992 telah dikeluarkan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Adapun

yang menjadi pertimbangan dari dikeluarkannya Undang-undang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja tersebut antara lain dengan adanya pembangunan nasional dalam

rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat

Indonesia seluruhnya, untuk mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera, adil,

makmur, dan merata, baik materill maupun spiritual guna memberikan bagi

pekerja yang melaksanakan pekerjaannya, baik dalam hubungan kerja maupun di

luar hubungan kerja, sehingga untuk mencapai hal tersebut diperlukan

undang-undang yang mengatur tentang jaminan sosial tenaga kerja.93

Pembentukkan Undang-undang Tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial ini merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004

Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, setelah putusan Mahkamah Konstitusi

terhadap perkara Nomor 007/PUU-III/2005, guna memberikan kepastian hukum

bagi pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ini (BPJS) untuk

melaksanakan program jaminan sosial di seluruh Indonesia. Undang-undang BPJS

ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang

mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional, bangsa Indonesia telah memiliki Sistem Jaminan

Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan

sosial nasional perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum

publik berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian,

akuntabilitas, portabilitas, kepesertaan bersifat wajib, dana amanat, dan hasil

pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan

program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta sehingga pada tanggal

25 November 2011 dikeluarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

(11)

transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT

TASPEN (Persero), dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial. Transformasi tersebut diikuti dengan adanya pengalihan peserta,

program, aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban.94

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional memberikan amanat bahwa untuk melakukan pengurusan terhadap Dana

Sosial wajib dikelola dan dikembangkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial secara optimal dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,

kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai.

Dengan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS dibentuk 2

(dua) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Ketenagakerjaan yang meyelenggarakan program-program yang sebelumnya

dilaksnakan oleh PT (Persero) Jamsostek, yaitu program jaminan kecelakaan

kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pension. Dengan

terbentuknya kedua BPJS tersebut jangkauan kepesertaan program jaminan sosial

diperluas secara bertahap.

95

Sehingga terhadap

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dilakukan pengawasan terhadap

pengelolaan keuangan oleh instansi yang berwenang sesuai denga ketentuan

peraturan perundang-undangan.96

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang Tentang BPJS pasal 5, merupakan badan hukum publik yang

bertanggung jawab langsung kepada Presiden.97

94 Lihat Penjelasan Umum, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

95 Op Cit., Pasal 47 ayat (1), Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

96 Ibid, Pasal 51. 97

Op Cit., Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

(12)

BPJS ketenagakerjaan yang menggantikan peran PT (Pesero) Jamsostek

dalam melakukan pengelolaan terhadap program-program jaminan sosial tenaga

kerja, yang salah satunya adalah program jaminan kematian, bertugas untuk :98

a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta,

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja,

c. Menerima bantuan iuran dari pemerintah,

d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta,

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta jaminan sosial,

f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

dengan ketentuan program jaminan sosial,

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial

kepada peserta dan masyarakat

Dalam melakukan tugasnya, BPJS berwenang untuk:99

a. Menagih pembayaran iuran,

b. Menempatkan Dana Jaminan Sosial untuk investasi jangka pendek dan

jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas,

kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai,

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan

pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan Jaminan Sosial Nasional,

d. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan,

e. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang

tidak memenuhi kewajibannya,

f. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai

ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi

kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

98

(13)

g. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan

program jaminan sosial.

Untuk melakukan kewenangannya tersebut, maka BPJS memiliki hak

untuk :100

a. Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan program yang

bersumber dari Dana Jaminan Sosial dan/atau sumber lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,

b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program

Jaminan Sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) setiap 6

(enam) bulan

Sesuai dengan hak yang dimilikinya, maka BPJS memiliki kewajiban

untuk :101

a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta,

b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset BPJS untuk

sebesar-besarnya kepentingan peserta,

c. Memberikan informasi melaui media massa cetak dan elektronik mengenai

kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya,

d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan

Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional

e. Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk

mengikuti ketentuan yang berlaku,

f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk

mendapatkan hak dan memnuhi kewajibannya,

g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo jaminan hari tua

dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun,

h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pension 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun,

100

(14)

i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik akturia yang

lazim dan berlaku umum,

j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku

dalam penyelenggaraan jaminan sosial,

k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan,

secara berkala 6 (enam) sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada

DJSN

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang merupakan badan hukum

publik memiliki struktur/organ kepengurusan seperti badan hukum publik lainnya,

yaitu: 102

a. Dewan pengawas

1. Terdiri atas 7 (tujuh) orang dari kalangan professional yang

diangkat dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang

diketuai oleh 1 (satu) orang, memiliki masa jabatan masing-masing

selama 5 (lima) tahun dan dapat dianggkat kembali untuk 1 (satu)

kali masa jabatan.

2. Memiliki tugas untuk :

− Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS

dan kinerja Direksi,

− Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan

pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi,

− Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada

Direksi mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan

BPJS,

− Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan

Jaminan Sosial sebagai bagian dari BPJS kepada Presiden

dengan tembusan kepada DJSN,

3. Memiliki kewenangan untuk :

(15)

− Menetapkan rancangan kerja anggaran tahunan BPJS,

− Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi,

− Mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan

BPJS,

− Melakukan penelaahan terhadap data dan informasi

mengenai penyelenggaran BPJS,

− Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden

mengenai kinerja Direksi

b. Direksi

4. Terdiri dari paling sedikit 5 (lima) orang dari unsur profesional,

yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, yang diketuai oleh

1 (satu) orang Direksi Utama yang ditunjuk oleh Presiden, yang

masing-masing memiliki masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat

diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabtan.

5. Memiliki tugas untuk :

− Melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi,

− Mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan,

− Menjamin tersedianya akses dan fasilitas bagi Dewan

Pengawas untuk melaksanakan fungsinya

6. Memiliki kewenangan untuk:

− Melaksanakan wewenang BPJS,

− Menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan

fungsi, tata kerja organisasi dan sistem kepegawaian,

− Menyelenggarakan manejemen kepegawaian BPJS

termasuk mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan

pegawai BPJS serta menetapkan penghasilan pegawai

BPJS,

− Mengusulkan kepada Presiden penghasilan bagi Dewan

(16)

− Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan

memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas,

efesisensi dan efektivitas,

− Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling

banyak Rp 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah) dengan

persetujuan Dewan Pengawas,

− Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari

Rp 100.000.000.000 (seratus milyar rupiah) sampai dengan

Rp 500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah) dengan

persetujuan Presiden,

− Melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari

Rp 500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah) dengan

persetuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

PT (Persero) Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada

tanggal 1 Januari 2014, sehingga:103

a. PT (Persero) Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset

dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT (Persero) Jamsostek

diserahkan kepada BPJS Ketenagakerjaan,

b. Semua pegawai PT (Persero) Jamsostek beralih menjadi pegawai BPJS

Ketengakerjaan,

c. Menteri BUMN selaku RUPS mengesahkan laporan keuangan akhir PT

(Persero) Jamsostek setelah diaudit oleh akuntan publik dan Menteri

Keuangan mengesahkan posisi laporan keuangan pembukaan BPJS

Ketenagakerjaan dan laporan posisi keuangan pembukaan dana jaminan

ketenagakerjaan,

d. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program Jaminan Kecelakaan

Kerja, program Jaminan Hari Tua, Program Jaminan Kematian yang

(17)

selama ini dilakukan oleh PT (Persero) Jamsostek termasuk menerima

keanggotaan peserta baru sampai terselenggarnya BPJS Ketenagakerjaan

paling lama 1 Juli 2015

e. Untuk pertama kali, Dewan Komisaris dan Direksi PT (Persero) Jamsostek

diangkat menjadi Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Ketenagakerjaan

untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun setelah beroperasinya BPJS

Ketenagakerjaan.

C. JAMINAN KEMATIAN SEBAGAI BAGIAN DARI BPJS

KETENAGAKERJAAN.

BPJS Ketenagakerjaan yang merupakan pihak yang melanjutkan

program-program dari PT (Persero) Jamsostek,104

Ahli waris dari peserta yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan

kerja dalam masa aktif berhak menerima manfaat/santunan berupa:

yang salah satu diantaranya adalah

Program Jaminan Kematian, yang bertujuan untuk memberikan bantuan apabila

pekerja meninggal dunia bukan pada waktu bekerja kepada pihak keluarga/ahli

warisnya.

105

a. Santunan sekaligus sebesar Rp 16.200.000 (enam belas juta dua ratus ribu

rupiah), atau sebesar 60%(enam puluh persen) x 80x upah sebulan

b. Santunan berkala sebesar 24 x Rp 200.000 (dua ratus ribu rupiah) = Rp

4.800.000 (empat juta delapan ratus ribu rupiah), yang dibayarkan

sekaligus,

c. Biaya pemakaman, sebesar Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah)

d. Beasiswa pendidikan anak yang diberikan kepada setiap peserta yang

meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja dan telah memiliki masa

iur 5 (lima) tahun, sebesar Rp 12.000.000 (dua belas juta rupiah) untuk

setiap peserta, dengan syarat bahwa pekerja memiliki anak usia sekolah

104 Ibid., Pasal 6.

105

(18)

dengan maksimal usia 23 (dua puluh tiga) tahun dan berlaku hanya untuk

1 (satu) orang anak saja dan belum menikah.106

Manfaat atau santunan Jaminan Kematian diberikan kepada ahli waris

yang sah, meliputi : 107

a. Janda (istri) atau duda (suami), atau anak,

b. Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, manfaat/santunan Jaminan

Kematian diberikan sesuai urutan berikut:

1. Keturunan sedarah menurut garis lurus keatas dan kebawah sampai

derajat kedua,

2. Saudara kandung,

3. Mertua,

4. Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh pekerja,

5. Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pihak

perusahaan atau pihak lain yang mengurus pemakaman

106

Lihat Pasal 18, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jamina n Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.

(19)

BAB IV

TANGGUNG JAWAB DIREKSI PERSEROAN TERBATAS DALAM

PEMENUHAN JAMINAN KEMATIAN PEKERJA (Studi pada PT. Daya

Labuhan Indah)

A. SYARAT DAN MEKANISME PENDAFTARAN DAN PEMENUHAN

JAMINAN KEMATIAN BAGI PEKERJA PT. DAYA LABUHAN

INDAH

Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)

bulan di Indonesia wajib mengikuti program jaminan sosial. Bahkan terhadap

pihak pemberi kerja juga diwajibkan untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya

beserta anggota keluarganya kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai

dengan program yang diikuti. Pemberi kerja yang dimaksud adalah pemberi kerja

selain negara, yang terdiri dari: 108

a. Orang, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu

perusahaan milik sendiri,

b. Orang, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri

menjalankan perusahaan bukan miliknya ,

c. Orang, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia,

mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b

yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Terhadap pemberi kerja yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut terancam

sanksi berupa teguran tertulis, denda, dan/atau tidak mendapatkan pelayanan

publik tertentu. Pemberi kerja wajib memungut iuran jaminan sosial

ketenagakerjaan dari pekerja dan menyetorkannya kepada Badan Penyelenggara

(20)

Jaminan sosial dan kepada peserta yang bukan pekerja maka diwajibkan

membayar dan menyetorkan iuran langsung kepada Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.109

Terhadap peserta penerima upah, besaran iuran Jaminan Kematian sebesar

0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari upah sebulan, iuran tersebut disetorkan

oleh pemberi kerja selain penyelenggara negara.110 Dan apabila peserta bukan

pekerja penerima upah, maka besaran iuran Jaminan Kematian tiap bulan adalah

Rp 6.800 (enam ribu delapan ratus rupiah) yang dibayarkan langsung oleh peserta

tersebut.111

Terhadap pemenuhan Jaminan Kematian, ahli waris wajib melaporkan dan

mengajukan permohonan pembayaran manfaat Jaminan Kematian kepada pemberi

kerja dengan melampirkan :

112

a. Fotokopi kartu tanda penduduk (KTP),

b. Surat keterangan kematian dari pejabat yang berwenang,

c. Fotokopi kartu keluarga,

d. Surat keterangan ahli waris dari pejabat yang berwenang,

e. Dokumen pendukung lainnya apabila diperlukan

Berdasarkan pelaporan dan pengajuan yang diajukan tersebut, maka pihak

pemberi kerja wajib memenuhi manfaat Jaminan Kematian tersebut kepada ahli

waris pekerja paling lama 3 (tiga) hari sejak dipenuhinya persyaratan secara

lengkap dan benar kepada pemberi kerja.113

109

Op Cit., bab V, Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

110 Op Cit., Pasal 18, Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

111 Ibid,. Pasal 20 ayat (3).

112 Op Cit., Pasal 13 ayat (1), Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jamina n Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.

113 Ibid., Pasal 13 ayat (2).

Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan

tidak memenuhi kewajiban pemenuhan manfaat Jaminan Kematian sejak 3 (tiga)

(21)

kepada BPJS dikenakan ganti rugi sebesar 1% (satu persen) dari nilai nominal

manfaat untuk setiap hari keterlambatan dan dibayarkan kepada ahli waris

penerima manfaat Jaminan Kematian.114

Setiap pemberi kerja selain penyelenggara negara wajib mendaftarkan

dirinya dan pekerjanya sebagai peserta dalam program Jaminan Kecelakaan Kerja

dan Jaminan Kematian kepada Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terhadap PT Daya Labuhan Indah, berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan melalui wawancara, syarat dan mekanisme pendaftaran serta

pembayaran Jaminan Kematian sesuai dengan yang telah ditentukan oleh

peraturan yang berlaku, yaitu, terhadap pendaftarannya dilakukan oleh pihak

Direksi PT. Daya Labuhan Indah, dengan iuran sebesar 0,30% (nol koma tiga

puluh persen) dari gaji/upah yang diterima oleh pekerja tersebut. Dan untuk

pemenuhan Jaminan Kematian, pihak Direksi PT Daya Labuhan Indah

memprioritaskan pemenuhan dari pihak pemberi kerja terlebih dahulu tanpa harus

menunggu pemenuhan dari pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial terlebih

dahulu.

B. TANGGUNG JAWAB DIREKSI PT DAYA LABUHAN INDAH DALAM

PEMENUHAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEKERJA PT DAYA

LABUHAN INDAH

115

Pemberi Kerja wajib

melaporkan kepada BPJS Ketenagakerjaan apabila terjadi : 116

a. Perubahan data perusahaan,

b. Perubahan data pekerja,

114

Op Cit., Pasal 40 ayat (3), Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.

115 Ibid., Pasal 4 ayat (1).

(22)

c. Penambahan pekerja,

d. Pengurangan pekerja karena pekerja berhenti bekerja atau meninggal

dunia,

e. Perubahan upah pekerja.

Pemberi kerja selain penyelenggara negara yang belum mengikutsertakan

pekerjanya dalam program BPJS dalam hal ini program Jaminan Kematian kepada

BPJS Ketenagakerjaan, bila terjadi resiko terhadap pekerjanya, pemberi kerja

selain penyelenggara negara wajib membayar hak pekerja sesuai dengan

ketentuan peraturan pemerintah yang mengaturnya.117 Apabila dalam hal ini

pemberi kerja menunggak iuran selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dan

pekerjanya meninggal dunia bukan akibat kerja, maka pemberi kerja diwajibkan

terlebih dahulu melakukan pemenuhan Jaminan Kematian kepada pekerja dan

apabila iuran telah diselesaikan, baru pekerja dapat melakukan penagihan kepada

pihak BPJS.118

Terkait dengan PT Daya Labuhan Indah, berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh melalui wawancara dengan direksi dari perusahaan tersebut,

menyatakan bahwa terkait pendaftaran dan pemenuhan Jaminan Kematian para

pekerjanya sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Hal ini berarti pemberi kerja, dalam hal ini direksi bertanggung jawab

secara penuh apabila terjadi kesalahan dalam pengelolaan terhadap Jaminan

Kematian dari pekerjanya, terlebih apabila direksi tersebut tidak mendaftarkan

pekerjanya dalam program Jaminan Kematian dikarenakan peraturan engan jelas

mengatakan bahwa setiap pekerja wajib untuk mengikuti program Jaminan Sosial

Nasional dalam hal ini termasuk program Jaminan Kematian.

117

Op Cit., Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian serta Pasal 12 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jamina n Hari Tua Bagi Peserta Penerima Upah.

(23)

dikarenakan tiap pekerjanya langsung didaftarkan dalam program Jaminan

Kematian ketika melakukan perjanjian kerja dengan pihak perusahaan.

C. AKIBAT HUKUM BAGI PEKERJA YANG TIDAK MEMILIKI

JAMINAN KEMATIAN

Peserta Program Jaminan Kematian terdiri dari :119

a. Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain

penyelenggara negara,

b. Peserta bukan penerima upah.

Yang dimaksud penerima upah adalah :120

a. Pekerja pada perusahaan,

b. Pekerja pada orang perseorangan,

c. Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan

Sedangkan yang dimaksud dengan peserta bukan penerima upah adalah :121

a. Pemberi kerja,

b. Pekerja diluar hubungan kerja atau pekerja mandiri,

c. Pekerja diluar huruf (b) yang bukan menerima upah.

Terhadap pekerja penerima upah tidak ada resiko yang berarti ketia ia

tidak terdaftar dalam Program Jaminan Sosial Nasional terkhusus Jaminan

Kematian, dikarenakan sudah menjadi kewajiban dari pemberi kerja untuk

mengurusi hal terkait dengan Jaminan Sosial Nasional termasuk Jaminan

Kematian. Resiko timbul terhadap pekerja/peserta bukan penerima upah,

dikarenakan pendaftaran terhadap program Jaminan Sosial Nasional merupakan

119 Ibid., Pasal 5 ayat (1). 120

(24)

inisiatif dari peserta itu sendiri, sehingga ketika ia tidak mendaftarkan dirinya,

terkhusus pada program Jaminan Kematian maka ia tidak akan mendapat manfaat

dari program Jaminan Kematian, lain halnya ketika peserta hanya menunggak

iuran, ahli waris dapat memperoleh manfaat dari Jaminan Kematian ketika

tunggakan iuran dilunasi oelh ahli waris.122

(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasaran pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Kedudukan Direksi dala Perseroan terbatas adalah sebagai pihak yang

memegang kendali penuh terhadap aktivitas perusahaan di dalam

perusahaan menjalankan kegiatannya sehari-hari untuk mencapai tujuan

dari perusahaan tersebut. Direksi juga menjadi pihak yang bertanggung

jawab terhadap segala sesuatu yang timbul dari segala kebijakannya

terhadap perusahaan yang dipimpinnya baik di dalam maupun di luar

pengadilan. Dalam menjalankan fungsinya, direksi bertanggung jawab

kepada Rapat Umum Pemegang Saham disetiap akhir masa

kepengurusannya.

2. Jaminan kematian adalah manfaat uang tunai yang dterima oleh ahli waris

pekerja ketika pekerja tersebut meninggal dunia bukan akibat dari

kecelakaan kerja. Jaminan kematian diselenggarakan secara nasional

berdasarkan berdasarkan prinsip asuransi sosial dengan tujuan untuk

memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada ahli waris pekerja

yang meninggal dunia. Jaminan Kematian merupakan salah satu program

dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang hadir

menggantikan kedudukan PT (Persero) Jamsostek.

3. Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)

bulan di Indonesia wajib mengikuti program jaminan sosial. Bahkan

terhadap pihak pemberi kerja juga diwajibkan untuk mendaftarkan dirinya

dan pekerjanya beserta anggota keluarganya kepada Badan Penyelenggara

(26)

penelitian yang dilakukan melalui wawancara, syarat dan mekanisme

pendaftaran serta pembayaran Jaminan Kematian sesuai dengan yang telah

ditentukan oleh peraturan yang berlaku, yaitu, terhadap pendaftarannya

dilakukan oleh pihak Direksi PT. Daya Labuhan Indah, dengan iuran

sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari gaji/upah yang diterima

oleh pekerja tersebut. Dan untuk pemenuhan Jaminan Kematian, pihak

Direksi PT Daya Labuhan Indah memprioritaskan pemenuhan dari pihak

pemberi kerja terlebih dahulu tanpa harus menunggu pemenuhan dari

pihak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial terlebih dahulu. Terhadap

pekerja penerima upah tidak ada resiko yang berarti ketia ia tidak terdaftar

dalam Program Jaminan Sosial Nasional terkhusus Jaminan Kematian,

dikarenakan sudah menjadi kewajiban dari pemberi kerja untuk mengurusi

hal terkait dengan Jaminan Sosial Nasional termasuk Jaminan Kematian.

Resiko timbul terhadap pekerja/peserta bukan penerima upah, dikarenakan

pendaftaran terhadap program Jaminan Sosial Nasional merupakan

inisiatif dari peserta itu sendiri, sehingga ketika ia tidak mendaftarkan

dirinya, terkhusus pada program Jaminan Kematian maka ia tidak akan

mendapat manfaat dari program Jaminan Kematian, lain halnya ketika

peserta hanya menunggak iuran, ahli waris dapat memperoleh manfaat dari

Jaminan Kematian ketika tunggakan iuran dilunasi oelh ahli waris.

B. SARAN

1. Perlunya ditingkatkan pengawasan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial terhadap para pemberi kerja di dalam melakukan pemenuhan terkait

Program-program jaminan sosial kepada para pekerja dikarenakan kurang

mengertinya para pekerja dengan program Jaminan Sosial Nasional.

2. Perlunya dilakukan penyuluhan secara menyuluruh ke daerah-daerah

terpencil terkait program Jaminan Sosial terkhusus, program Jaminan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tabel 1.2 merupakan hasil survei layanan produk e-banking dari jenis mobile banking yang dilakukan oleh Top Brand Indonesia pada tahun 2014 yaitu Bank BNI

Dari dimensi yang ada pada innovation attributes seberapa jauh pengaruh sebuah inovasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dapat diadopsi oleh potential customer

Remaja sebagai bagian dari anggota masyarakat, dalam perkembangannya selalu berinteraksi dengan dunia luar. Beragam informasi yang masuk, akan menjadi pilihan bagi remaja

Penelitian yang dilakukan oleh Untung Rahardja, Muhamad Yusup dan Lilik Agustin dari Perguruan Tinggi Raharja, Indonesia pada tahun 2009 yang berjudul

1) Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda hanya variabel kerusakan rumah yang memberikan kontribusi terhadap variabel nilai

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

1) Pasang sepeda pada trainer dengan baik (tidak miring dan kuat). Tutupi warna yang menyolok pada sepeda untuk mengurangi kesalahan pengukuran pada pengolahan data

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat