• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI SISTEM STANDAR MUTU PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI SISTEM STANDAR MUTU PENDIDIKAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI SISTEM STANDAR MUTU

PENDIDIKAN KEPELAUTAN INDONESIA

PROGRAM STUDI NAUTIKA DI AKADEMI MARITIM DJADAJAT

Tukiyo

Akademi Maritim Djadajat Jakarta

E-mail: tukiyokasman@gmail.com

Abstrak: Dewasa ini mutu dan daya saing serta indeks prestasi para lulusan akademi Maritime di Indonesia masih rendah. Pemerintah Indonesia pada tahun 2003 telah menetapkan Sistem Standar Mutu Maritim Indonesia untuk diimplementasikan pada pendidikan Maritim di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan mengetahui efektifitas, faktor faktor pendukung, dan penghambat implementasi Sistem Standar Mutu Maritim pada program studi nautika Akademi Maritim Djadajat. Penelitian menggunakan pendekatan evaluasi sistem analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tingkat efektifitas implementasi Sistem Standar Mutu Maritime pada Program Studi Nautika Akademi Maritim Djadajat, secara kuantitatif telah mencapai 83%. (2). Faktor pendukung yaitu: (a) program studi telah memiliki visi, misi, tujuan yang jelas dan realistik (b) memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, dosen yang prosesional dan staf administrasi berpengalaman, (c) menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang diakui secara internasional, (d) lulusannya sangat dibutuhkan pasar kerja di bidang pelayaran dalam dan luar negeri, (e) peluang bekerja dibidang pelayaran niaga sangat terbuka.(3). Faktor penghambat yaitu: (a) Belum seluruh staf memahami visi, misi dan tujuan program studi, dan standar operasional prosedur (SOP) (b) Koordinasi, komunikasi dan kerjasama antar unit kerja belum optimal, (c) pengembangan sumber daya manusia masih terbatas karena keterbatasan sumber dana.

Kata kunci: evaluasi, efektifitas, swot analisis, implementasi, sistem standar mutu.

Abstract: Nowadays quality and competitiveness as well as an index of the achievements of the graduates the Academy of Maritime in Indonesia is still low. The Government of Indonesia in 2003 has set the standard for quality Maritime System to be implemented in Indonesia's maritime education in Indonesia. This study aims to measure the effectiveness of, and to know the factors supporting factors, and a barrier to the implementation of a standard system of quality Maritime on nautical Maritime Academy courses Djadajat. This research uses evaluation approach to SWOT analysis system. The results showed that: (1) the level of effectiveness of implementation of a standard system of quality Maritime on Nautical Maritime Academy Courses Djadajat, quantitatively has reached 83%. (2) supporting factor, namely: (a) courses have had the vision, mission, goals are clear and realistic and (b) have qualified human resources, faculty and administrative staff are experienced prosesional,(c) implementing competency-based curriculum that is recognized internationally, (d) graduates desperately needed job market in the field of domestic and foreign shipping, (e) opportunities to work in the field of commercial shipping is very open.(3) the factors restricting namely: (a) Not all staff understand the vision, mission and objectives of the program of study, and standard operational procedures (SOP) (b) Coordination, communication and cooperation between work units have not been optimal, (c) the development of human resources is still limited due to the limited funds.

Key words: evaluation, effectivity, swot analysis, implementation, quality standard system.

PENDAHULUAN

Latar belakang penelitian ini adalah fenomena tentang mutu daya saing serta indeks prestasi lulusan lembaga kependidikan Maritim di Indonesia yang rendah. Dampak mutu lulusan yang rendah ini sangat besar yaitu: (1) meningkatkan terjadinya kecelakaan kapal laut, (2) lemahnya daya saing memperebutkan peluang pasar kerja untuk pengawakan kapal laut oleh perusahaan pelayaran di dalam dan luar negeri, (3) pemberian upah yang rendah, serta (4) meningkatnya pengangguran di sektor kepelautan.

Tingkat terjadinya kecelakaan kapal laut di dalam negeri relatif tinggi yaitu rata rata 35 kasus. Menurut hasil penelitian Rudiana (2011) bahwa sejak tahun 2006

sampai dengan 2008, Mahkamah Pelayaran telah menyidangkan 104 kasus kecelakaan kapal di dalam negeri, dimana 48% diakibatkan oleh faktor kelalaian manusia.

(2)

Perhubungan, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Nomor: 05/KB/U/2003, Nomor: Kep-208/MEN/2003, Nomor: 41 Tahun 2003, tanggal 11 September 2003. Dalam hal itu semua pendidikan kemaritiman wajib mengimplementasikan sistem standar mutu kepelautan pada pendidikan kemaritiman di Indonesia, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan: (1) mutu, (2) daya saing, (3) indek prestasi, dan (4) serapan lulusan oleh perusahaan perusahaan pelayaran di dalam dan luar negeri atau industri jasa Maritim lainnya. Demikian pula dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia di bidang kepelautan ini akan dapat meminimalisir hal-hal sebagai berikut: (1) terjadinya resiko kecelakaan kapal laut yang diakibatkan oleh faktor kesalahan manusia (human error), (2) pemberian upah/gaji yang rendah, dan (3) menurunnya kepercayaan atau permintaan lulusan program studi oleh perusahaan pelayaran asing.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem standar mutu kepelautan, pada program studi Nautika Akademi Maritim Djadajat Jakarta ditinjau dari beberapa aspek yaitu: (1) tingkat efektifitas, (2) faktor faktor pendukung, dan (3) faktor faktor penghambat.

Metode penelitian yang digunakan yaitu studi kasus dan secara deskriptif mengungkapkan objek penelitian, serta menggali informasi secara mendalam. Metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung

(observation), pengisian daftar cek (checklist), studi dokumentasi, serta wawancara secara mendalam (In-depth interview) dengan mahasiswa, dosen, karyawan, Ketua program studi.

PEMBAHASAN Evaluasi

Evaluasi merupakan proses sistematis, direncanakan secara matang, memiliki tujuan yang jelas, dilaksanakan melalui kegiatan yang mencakup: (1) pengukuran, (2) penilaian, dan (3) pengambilan keputusan terhadap objek evaluasi. Objek evaluasi mencakup semua kegiatan atau aktivitas manusia sebagai individu dan aktifitas manusia

secara kelompok. Evaluasi aktifitas manusia sebagai individu maupun pada organisasi disebut evaluasi diri. Namun demikian sebuah organisasi atau institusi juga dapat melakukan evaluasi secara internal yang dikenal dengan evaluasi diri. Evaluasi aktifitas manusia dalam kegiatan berkelompok atau organisasi yang memiliki dan melaksanakan program dengan tujuan yang sama, disebut evaluasi program. Program adalah suatu aktifitas yang direncanakan dan harus dilaksanakan pada masa yang relatif lama, sebagai akibat adanya kebijakan. Misalnya program pendidikan, program pengentasan kemiskinan, dan lainnya. Tujuan mengevaluasi sebuah program adalah untuk mengukur beberapa aspek yaitu: (1) efektifitas, (2) efisiensi, (3) faktor pendukung dan (4) penghambatnya, dan selanjutnya diikuti pengambilan keputusan terhadap proyek atau program yang dievaluasi yaitu: (1) dihentikan, (2) didesain ulang, atau (3) dilanjutkan.

Evaluasi Hasil Pendidikan

Menurut Gronlund dan Linn (1985:5), evaluasi adalah proses yang sistematis, mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi, untuk menentukan sejauh mana tujuan pengajaran yang berhasil dikuasai siswa. Tilaar (2008:43) menyebutkan bahwa evaluasi dalam proses pendidikan, berkaitan dengan kegiatan mengontrol sejauh mana hasil yang telah dicapai, sesuai dengan program yang telah direkayasa dalam kurikulum pendidikan, sedangkan Djaali dan Pudji Mulyono (2008:1) menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses menilai sesuatu berdasarkan kriteria atau tujuan dan sasaran yang ditetapkan, dan selanjutnya diikuti dengan pengambilan keputusan dari objek yang dievaluasi. Tujuan evaluasi dibidang pendidikan yaitu: (1) untuk mengukur atau mengetahui secara umum sejauh mana tujuan pendidikan yang direncanakan sesuai dengan tujuan institusi telah dapat dicapai, (2) untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar yang direncanakan telah berhasil dikuasai siswa.

(3)

(input), (2) proses (process), (3) keluaran (output), (4) dampak (outcome), dan (5) pengaruh (impact). (Rossi dan Freeman dalam Wirawan, 2008:107).

Gambar 1. Desain Model Evaluasi Sistem. Keterangan:

Dalam sistem standar mutu kepelautan termasuk aspek:

1. Input terdiri dari: (a) organisasi dan staf yang terdiri dari 19 butir standar mutu, (b) Sarana dan prasarana belajar, (c) peralatan pembelajaran (equipment). 2. Proses terdiri dari : (a) pembelajaran navigasi pada tingkat operasional, (b) pembelajaran tentang pemuatan dan pembongkaran muatan, (c) olah gerak/pengendalian kapal serta kepedulian atau kerjasama personil diatas kapal.

3. Keluaran (output) yaitu lulusan program studi, indek prestasi, masa studi, hasil penelitian, dan karya ilmiah lainnya.

4. Dampak (Outcomes)mencakup: (a) Kebutuhan tenaga kerja pelaut secara nasional dan internasional dapat dipenuhi, (b) Tingkat pengangguran tenaga kerja terdidik menurun.

5. Pengaruh (Impact) mencakup: (a) meningkatnya kesejahteraan lulusan program studi karena upah/gaji pelaut yang lebih tinggi dibanding lulusan program studi lainnya, (b) meningkatnya jiwa kemandirian lulusan program studi, dalam kehidupan sosial masyarakat.

Analisis SWOT

Pendekatan analisis SWOT(Strength, Weakness, Opportunity, Threat) atau Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman (KPPA) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang merupakan faktor-faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal. Dalam penelitian ini analisis SWOT

disertai dengan strategi penyelesaian yang mencakup: (1) strategi pengembangan atau perluasan, dan (2) strategi konsolidasi berdasarkan pada faktor-faktor dominan hasil analisis keempat elemen SWOT di atas. Dengan demikian terdapat 4 (empat) strategi yaitu: (1) Strategi Strength Opportunity (SO), (2) Strength Threat (ST), (3) Waekness Opportunity (WO), dan (4) Weakness Threat (WT)

sebagaimana terlihat pada desain gambar 2 berikut:

Gambar 2. Desain Analisis SWOT, dan Prioritas Strategi Pengembangannya.

Sistem Standar Mutu Pendidikan

Menurut Cleland dan King ( 1968:10), sistem adalah sebuah keteraturan dari keseluruhan bagian bagian, atau gabungan dari bagian bagian pembentuk sebuah kesatuan yang komplek. Sejalan dengan pendapat tersebut, Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2004:5), menyebutkan bahwa sistem adalah kesatuan dari beberapa bagian atau komponen program yang saling terkait, dan bekerja sama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pendidikan merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari beberapa sub sistem yang memiliki elemen-elemen yang lebih kecil, saling berkait untuk mewujudkan tujuan bersama. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kesatuan dari beberapa sub sistem yang saling terkait untuk mewujudkan tujuan bersama yang lebih efektif. Sebuah sistem dapat berupa sebuah program, yang didalamnya terdapat sub sub program, dan didalam sub program tersebut, terdapat beberapa unsur atau elemen program, yang saling membentuk ikatan energi yang sinergis.

Mutu

(4)

jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau tersirat. Menurut Sallis (2008:7) bahwa standar mutu mencakup standar produksi dan pelayanan yang dapat diukur dengan kriteria, sesuai dengan spesifikasi, tujuan pembuatan dan penggunaan, tanpa cacat, dan baik sejak awal. Mutu secara operasional ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu terpenuhinya spesifikasi yang ditentukan sebelumnya, dan memenuhi spesifikasi yang diharapkan pengguna.

Djam’an Satori (1999:3) menjelaskan bahwa sebuah sistem jaminan kualitas (quality) adalah sebuah sistem yang secara konsisten mendemontrasikan atau menunjukkan produk dan jasa yang dihasilkan, telah memenuhi standar spesifikasi atau standar kriteria yang ditetapkan dan memenuhi harapan konsumen. Dapat disimpulkan bahwa sistem standar mutu, adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan yang secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, dan pihak yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Pada pendidikan tinggi, pihak yang berkepentingan adalah mahasiswa, orang tua, dunia kerja, pemerintah, dosen, dan tenaga penunjang lainnya, serta perusahaan pengguna lulusan.

Sistem penjaminan mutu atau standar mutu pada bidang pendidikan tinggi harus mempunyai rumusan tujuan yang jelas, untuk menciptakan sinergi dan sasaran. Oleh karena itu untuk mengimplementasikan sebuah sistem standar mutu harus melalui tahapan tahapan yaitu: (1) penetapan kelembagaan penjamin penetapan sistem mutu, (2) menyusun manual mutu, (3) menyusun dokumen pelengkap (manual prosedur, instruksi kerja, borang), (4) sosialisasi standar mutu, kelembagaan, (5) manual kepada stakeholder, dan (6) implementasi standar mutu. Sistem Standar Mutu Kepelautan Indonesia Pendidikan kepelautan merupakan sebuah sistem, bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi atau kecakapan sebagai pelaut. Seorang pelaut sangat dibutuhkan untuk melaksanakan tugas pekerjaan di atas kapal, sesuai dengan tingkat pendidikan yang ditempuhnya. Sistem standar mutu pendidikan kepelautan Indonesia disusun berdasarkan hasil konvensi internasional, oleh

Organisasi Maritim Internasional (International Maritime

Organization atau disingkat IMO). Organisasi tersebut

memiliki Sub Komisi Keselamatan Kemaritiman yang

telah menghasilkan Konvensi Standar Pendidikan,

Pelatihan dan Sertifikasi Dinas Jaga Pelaut tahun 1978

(Standard of Trainning and Certification Watchkeeping

for Seafarer’s tahun 1978, disingkat STCW-1978).

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi konvensi

tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 60 tahun

1986, sehingga sertifikat kepelautan yang diperoleh

melalui ujian kompetensi kepelautan diakui secara

internasional. Hingga saat ini, STCW 1978 tersebut, telah

diamandemen pada tahun 1995, karena perbedaan

penafsiran terhadap implementasinya oleh negara anggota

IMO. Hal ini menyebabkan bervariasinya mutu lulusan,

serta adanya kecenderungan penurunan standar kompetensi

lulusan yang dipersyaratkan.

Sistem Standar Mutu Kepelautan Indonesia adalah

sebuah sistem, yang menjadi pedoman dasar

penyelenggaraan semua lembaga pendidikan Maritim di

Indonesia, untuk menghasilkan lulusan yang memiliki

standar kompetensi sesuai persyaratan yang ditetapkan.

Sistem standar mutu kepelautan Indonesia, merupakan

alat, yang implementasinya bergantung banyak faktor

yaitu: (1) komitmen para stakeholder, (2) ketersediaan

sumber daya manusia, (3) ketersediaan sarana dan

prasarana, serta (4) dukungan masyarakat luas termasuk

pemerintah dan perusahaan pengguna lulusan.

Akademi Maritim Djadajat

Akademi Maritim Djadajat sebagai sebuah sistem

yang terdiri dari sub sub sistem yaitu, Yayasan

penyelenggara, Institusi atau Akademi, Pemerintah, Dosen,

Karyawan, Perusahaan pengguna lulusan, kurikulum

pendidikan, sarana dan prasarana belajar, dan peraturan

atau perundangan yang mengatur pendidikan itu, yang

kesemuanya itu saling berkait. Oleh karena itu apabila

salah satu sub sistem tidak berfungsi dengan baik, maka

akan mengganggu dan mempengaruhi pencapaian tujuan

(5)

Hasil Evaluasi Implementasi Sistem Standar Mutu Kepelautan Indonesia pada Program Studi Nautika Akademi Maritim Djadajat

Berdasarkan pendekatan model evaluasi sistem analis

(system analysis model), yang mencakup aspek aspek input, proses, keluaran, dampak, dan pengaruh, yaitu: 1. Evaluasi aspek Input; Pada dasarnya mengevaluasi tingkat efektifitas, faktor pendukung, dan pengaruh aspek input pada sistem standar mutu kepelautan Indonesia yang mencakup 3 elemen yaitu, (1) organisasi dan staf, (2) sarana dan prasarana pembelajaran (Infrastruktur),

(3) peralatan dan bahan pendukung pembelajaran

(equipment),

Sesuai dengan persyaratan standar mutu yang ditetapkan seperti terlihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Data Skor Hasil Evaluasi Aspek Input

Sumber: Hasil Internal Audit Tahun 2012.

Dari tabel 1 tersebut, dapat diketahui bahwa rata rata tingkat efektifitas implementasi sistem standar mutu kepelautan Indonesia pada program studi nautika di Akademi Maritim Djadajat secara kuantitatif dapat dinyatakan sebesar 84,8%.

2. Evaluasi Proses; bertujuan mengevaluasi keterlaksanaan dan ketuntasan proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan meneliti realisasi penyampaian materi kompetensi setiap matakuliah, dibandingkan dengan standar minimal yang seharusnya diberikan, sesuai sistem standar mutu kepelautan Indonesia. Evaluasi proses mencakup 3 (tiga) fungsi navigasi pada tingkat operasional yang terdiri dari: (a) fungsi navigasi pada tingkat operasional, (b) fungsi penanganan dan pengaturan muatan, dan (c) fungsi pengendalian/olah gerak kapal dan kepedulian serta kerjasama di kapal.

Fungsi navigasi pada tingkat operasional ini dijabarkan menjadi 8 standar kompetensi, yaitu

(1) merencanakan, melaksanakan pelayaran dan

menentukan posisi kapal, (2) melaksanakan dinas jaga,

(3) menggunakan radar dan arpha, (4) melakukan

pertolongan di laut, (5) mengenal tanda tanda jarak di

laut, (6) komunikasi bahasa Inggris, (7) mengirim dan

menerima informasi bahasa isyarat, dan (8) mengolah

gerak kapal. Kedelapan standar kompetensi tersebut

dijabarkan menjadi 21 matakuliah.

Fungsi penanganan dan pengaturan muatan

dijabarkan menjadi 2 (dua) kompetensi yaitu: (1)

memonitoring pemuatan, pembongkaran, menjaga ABK

selama dalam pelayaran, dan (2) memeriksa, mendeteksi

kerusakan dan melaporkan kerusakan ruang muat, dan

tangki ballast. Kedua standar kompetensi tersebut

dijabarkan menjadi 2 matakuliah.

Fungsi pengendalian kapal dan kepedulian atau

kerjasama di atas kapal, terdiri dari 6 kompetensi yaitu:

(1) menerapkan persyaratan pencegahan polusi/

pencemaran di laut, (2) memelihara kelaik lautan kapal,

(3) pencegahan dan pemadaman kebakaran di kapal, (4)

mengoperasikan alat alat keselamatan kapal, (5)

menerapkan pertolongan pertama di kapal, dan (6)

memonitoring ketidak sesuaian dengan persyaratan

perundangan. Keenam standar kompetensi tersebut

dijabarkan menjadi 9 matakuliah.

Berdasarkan uraian tersebut, sesuai persyaratan

sistem standar mutu kepelautan Indonesia, jumlah program

studi nautika sebanyak 34 matakuliah. Setiap matakuliah

dilengkapi silabus perkuliahan, berdasarkan persyaratan

kompetensi mahasiswa. Silabus matakuliah diajarkan

kepada mahasiswa melalui kegiatan perkuliahan teori

atau praktik dengan tuntas. Tingkat efektifitas proses

pembelajaran diukur berdasarkan ketuntasan tersebut.

Tingkat efektifitas implementasi standar proses,

secara kuantitatif dibandingkan antara realisasi silabus

yang diajarkan, dengan standar silabus minimal yang

ditetapkan maka data skor hasil penelitian Standar Proses

seperti terlihat pada tabel 2 berikut: No Aspek Input Skor Skor Tingkat

Perolehan Maksimal Implementasi (%) 1. Organisasi dan Staf 960 1000 96

2. Sarana dan Prasarana 105 130 81,0 Belajar/ITF

3. Peralatan/equipment 1215 1556 78,0 pembelajaran/komputer/

pustaka/VCD

(6)

Tabel 2. Data Skor Hasil Penelitian Standar Proses.

Sumber: Hasil Internal Audit 2012

Berdasarkan hasil data penelitian, dari ketiga fungsi

tersebut diperoleh rata rata skor sebesar 1045 dari skor maksimal 1259 atau 83,0%.

3. Evaluasi aspek keluaran (output); bertujuan untuk

mengevaluasi tingkat produktifitas dan efektifitas keluaran program studi yaitu : (a) jumlah lulusan per tahun, (b)

rata rata indeks prestasi kumulatif, (c) produk ilmiah/karya ilmiah dosen, mahasiswa, dan (d) prestasi akademik dan

non akademik lainnya. Data hasil penelitian evaluasi keluaran (output) seperti terlihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Data Hasil Evaluasi Keluaran (Output) Tahun 2012.

Sumber: Hasil Internal Audit 2012

Dari tabel 3 di atas, dapat di ketahui(1) lulusan pada tahun akademik 2011/2012 sejumlah 76 dibandingkan

dengan jumlah saat masuk 90 orang, maka tingkat kelulusannya sebesar 84%, (2) rata rata Ipk 2,75 perlu ditingkatkan, (3) jumlah hasil penelitian ilmiah dosen

pertahun 5 buah, dibandingkan dengan jumlah dosen aktif yang dimiliki program studi 68 orang, maka tingkat

produktifitasnya secara kuantitatif hanya sekitar 7,3%. Ditinjau dari kulitasnya semua hasil penelitian dosen

belum ada yang masuk ke jurnal ilmiah. (4) produk ilmiah berupa pembuatan bahan ajar, baru tersedia 20 modul

bahan ajar, dari jumlah 44 matakuliah. Maka tingkat pemenuhan modul baru mencapai 45% dari jumlah

matakuliah.

4. Evaluasi dampak (ou tcom es); bertujuan untuk mengevaluasi dampak dari sistem standar mutu kepelautan Indonesia terhadap aspek keluaran atau lulusan program studi dalam kehidupan sosial masyarakat. Lulusan program studi, telah dibekali dengan pengetahuan, keilmuan dan keterampilan atau kompetensi agar dapat hidup mandiri

di dalam kehidupan masyarakat. Mampu bekerja sesuai dengan profesinya sebagai pelaut profesional, serta dapat mengembangkan dirinya secara optimal.

Menurut data di atas bahwa implementasi sistem standar mutu kepelautan telah memberikan dampak positif terhadap lulusan program studi, dalam kehidupan sosial

masyarakat yaitu terpenuhinya kebutuhan pelaut, bagi perusahaan pelayaran, instansi pemerintah, dan perusahaan jasa kemaritiman lainnya. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari penyebaran lulusan di berbagai perusahaan/instansi pemerintah, bahkan sebagian bekerja di perusahaan pelayaran asing, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4 berikut:

Ta b e l 4 . D a t a P e n y e b a r a n L u l u s a n / Ta h u n 2 0 1 0

Sumber: Hasil Internal Audit 2012

Dari tabel 4 di atas, diketahui bahwa lulusan program studi sebagian besar bekerja pada perusahaan pelayaran

nasional (59,2%), sedangkan mereka yang bekerja di perusahaan asing baru sebesar (19,7%), bekerja pada BUMN ( Biro Klasifikasi Indonesia, Pertamina, Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan/ASDP, dan lain lain) sebesar 13,2%, dan sisanya masuk TNI/POLRI/PNS, masing masing 3%.

5. Evaluasi pengaruh (im pact); bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh implementasi sistem standar mutu kepelautan Indonesia terhadap lulusan program studi dalam kehidupan sosial masyarakat. Dan bagaimana pengaruh kemandirian dan tingkat kesejahteraan lulusan program studi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para lulusan memiliki kemandirian No Komponen/Fungi Skor Skor Tingkat

(7)

yang cukup baik, yang ditunjukkan dengan rata rata hasil penilaian kemandirian oleh perusahaan tempat mereka bekerja sebesar 100% sesuai dengan bidangnya.

Analisis SWOT dan Strategi Kekuatan (Strengths)

1. Memiliki visi, misi yang jelas dan realistik untuk mewujudkannya.

2. Memiliki struktur organisasi yang disesuaikan keputusan Menteri nomor 85.

3. Menerapkan sistem seleksi mahasiswa baru, dosen, dan karyawan.

4. Melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi yang diakui secara internasional dan disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja kompetensi dan objektif. 5. Melaksanakan sistem pendidikan kredit semester (SKS), beban belajar 120 sks, tatap muka perkuliahan minimal 16 kali. Manerapkan sistem penilaian kompetensi dan objektif.

6. Memiliki sarana dan prasarana pendidikan/pembelajaran berupa laboratorium, pustaka, fasilitas internet. 7. Lulusan sangat dibutuhkan perusahaan pelayaran di dalam dan luar negeri, serta instansi/kementerian teknis lainnya.

8. Upah/gaji rata rata lulusan sebagai pelaut cukup tinggi dibanding lulusan program studi lainnya.

Kelemahan (Weakness)

1. Sistem organisasi belum berjalan efektif.

2. Belum semua staf memahami Standar Operasioal Prosedur (SOP) yang berlaku.

3. Koordinasi antara unit dan personil lemah. 4. Implementasi kerjasama belum maksimal. 5. Sumber pendanaan terbatas.

6. Pembinaan SDM terbatas.

7. Belum melaksanakan pengelolaan tamatan (tracer study) secara profesional.

Peluang (Opportunities)

1. Merupakan program studi yang langka sehingga berpeluang menjadi besar.

2. Kebutuhan tenaga pelaut di dalam negeri dan luar negeri sangat besar.

3. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan di bidang kepelautan seluas luasnya.

4. Minat masyarakat terhadap pendidikan Maritim semakin meningkat.

5. Kondisi bangsa sebagai bangsa maritim akan terus berkembang dengan pesat

6. Perekonomian di dunia sebagian besar memerlukan jasa angkutan laut.

Ancaman (Threats)

1. Mahasiswa program studi yang belum memenuhi sistem standar mutu kepelautan Indonesia, tidak diperkenankan mengikuti ujian kompetensi/sertifikasi kepelautan 2. Lulusan program studi yang tidak memiliki sertifikat kompetensi, tidak dapat bekerja di kapal sebagai pelaut. 3. Persaingan kesempatan dengan lulusan program studi Institusi lain untuk mengisi kebutuhan pelaut di dalam dan luar negeri.

4. Adanya kualitas lulusan program studi dari diklat kepelautan luar negeri yang lebih siap.

Strategi-strategi

1. Strategi Strength Opportunity (SO); Melakukan perluasan atau pengembangan, dengan menggunakan keunggulan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang dimiliki program studi yaitu:

a. Membangun kerjasama dengan intansi atau perusahaan pelayaran pengguna lulusan, untuk peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

b. Membangun dan mengembangkan sistem manajemen mutu yang handal untuk memperoleh informasi yang

akurat dari kebutuhan kebutuhan stakeholder.

2. Strategi Strength Threat (ST); Melakukan konsolidasi dengan menggunakan kekuatan untuk menghindarkan ancaman:

(8)

3. Strategi Weakness Opportunity (WO); Meniadakan kelemahan dan memanfaatkan peluang yaitu: a. Meningkatkan pemahaman visi, misi, organisasi, dan Standar Operasional Prosesur kepada semua lapisan pegawai, dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia b. Meningkatkan pelatihan/diklat bagi semua pegawai/dosen, dan mengoptimalkan implementasi kerjasama dari beberapa yang telah dimiliki. 4. Strategi Weak n ess T h reat (W T ); Melakukan konsolidasi dengan meminimalkan kelemahan untuk menghindarkan ancaman:

a. Melakukan pelatihan sumberdaya dosen/karyawan, di bidang implementasi sistem standar mutu kepelautan Indonesia.

b. Meningkatkan pelatihan kompetensi dan mendorong semua mahasiswa untuk mengikuti ujian keahlian kepelautan, agar dapat diterima pada perusahaan pelayaran didalam dan luar negeri sebagai pekerja kapal.

Hasil Temuan dan Pembahasan Hasil temuan antara lain dari aspek:

1. Aspek input; (a) telah memiliki visi, misi dan tujuan yang realistik, namun belum semua personil memahami dengan baik, karena sosialisasinya belum maksimal. (b) Telah memiliki sumberdaya dosen, karyawan, sarana dan prasarana walaupun secara keseluruhan belum memenuhi persyaratan minimal yang ditentukan.

2. Aspek proses: (a) secara administratif proses pembelajaran telah dilengkapi dengan kurikulum, silabus, jadual perkuliahan, sistem penilaian atau panduan akademik lainnya, namun belum semua dosen pengampu matauliah melaksanakan secara efektif. (b) pembelajaran simulator navigasi sebagai persyaratan pembelajaran utama belum dimiliki, sehingga pembelajaran dilakukan di tempat lain melalui kerjasama. Hal ini menimbulkan biaya tambahan bagi mahasiswa yang cukup mahal. 3. Aspek keluaran (output); (a) rata rata indek prestasi lulusan hanya sebesar 2,75 dan hal ini dapat menyulitkan lulusan bersaing dalam memperebutkan pasar kerja, (b) rata rata lulusan per tahun 76 orang dinilai masih sangat kecil kontribusinya terhadap kebutuhan pelaut nasional

dan internasional yang mencapai 80.000 orang per tahun. 4. Aspek dampak (outcomes); lulusan program studi telah memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosial masyarakat, dengan telah bekerja di berbagai perusahaan pelayaran di dalam dan luar negeri, instansi pemerintah, BUMN/BUMD, TNI/POLRI, konsultan atau wira usaha lainnya.

5. Aspek pengaruh (impact); lulusan program studi telah menunjukkan kemandirian yang tinggi, dengan memperoleh penghasilan atau gaji yang cukup tinggi dibanding lulusan program studi lainnya, pada jenjang pendidikan yang sama yaitu diploma 3.

PENUTUP Kesimpulan

1. Efektifitas implementasi Sistem Standar Mutu Kepelautan pada Program Studi Nautika Akademi Maritim Djadajat, secara kuantitatif telah mencapai 83%. 2. Faktor pendukung implementasi sistem standar mutu kepelautan yang telah dimiliki yaitu: (a) program studi telah memiliki visi, misi, tujuan yang jelas dan realistik untuk dapat mewujudkannya, berdasarkan sumber daya yang tersedia, (b) memiliki sumber daya dosen yang berlatar belakang profesi, staf administrasi berpengalaman, (c) menerapkan kurikulum berbasis kompetensi yang diakui internasional, (d) lulusan program studi sangat dibutuhkan pasar kerja dibidang pelayaran didalam dan luar negeri, (e) peluang bekerja dibidang pelayaran niaga sangat terbuka.

3. Faktor penghambat yaitu: (a) Belum seluruh staf memahami visi, misi dan tujuan program studi, (b) Sosialisasi visi, misi, tujuan, dan standar operasional prosedur belum maksimal sehingga koordinasi, komunikasi dan kerjasama antar unit kerja belum maksimal, (c) pengembangan sumberdaya manusia masih terbatas karena keterbatasan sumber dana atau biaya.

Saran-saran

(9)

standar mutu kepelautan Indonesia secara penuh dapat diimplementasikan secara utuh.

2. Ketua program studi sebaiknya: (a) mengoptimalkan dan mengefektifkan peran dan fungsi seluruh sumber daya yang dimiliki, untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang berkualitas dan menghasilkan lulusan program studi yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan pasar kerja dibidang pelayaran niaga. (b) mengoptimalkan manfaat kerjasama dengan beberapa institusi pendidikan dan perusahaan yang telah dimiliki, untuk meingkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran.

3. Pimpinan akademi perlu terus mengembangkan kompetensi atau kemampuan sumber daya dosen dan tenaga kependidikan lainnya, melalui pelatihan keterampilan dan diklat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Cleland, David I dan William R. King, System Analysis, McGraw-Hill Book Company, New York, 1990.

Djam’an Satori, Pengembangan Sistem”Quality Assurance”Pada sekolah, Pentaran Kepala Sekolah, Bogor: 23 September - 2 Oktober 1999. Farida Yusup. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi Untuk Program

Pendidikan dan Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

Fitzpatrick, Jodi L., James R. Sander, Blaine R.Worthen, Program Evaluation, 3rdEdition, Pearson Education Inc, New York, 2004

Gronlund, Norman E., dan Robert L.Linn, Measurement and Evaluation in Teaching, 6thEdition, Macmillan Publishing Company, New York, 1990.

Moleong, Lexy J, Prof.DR.M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006.

Rudiana, Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Kecelakaan Kapal, STIP, Jakarta, 2012.

Rudi Palilingan, Saefudin Wijaya, Pelatihan Interpretasi Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu ISO, Yogyakarta, 16-19 Desember 2002.

Suharsimi Arikunto dan Safruddin, Evaluasi Program Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta , 2008

Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, Rodakarya, Bandung, 2008. Wirawan, Evaluasi:Teori, Model,Standar,Aplikasi dan Profesi, Rajawali press,

Gambar

Gambar 1. Desain Model Evaluasi Sistem.
Tabel 1. Data Skor Hasil Evaluasi Aspek Input
Tabel 2. Data Skor Hasil Penelitian Standar Proses.

Referensi

Dokumen terkait

(6) Rincian rencana pengembangan sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan pada Lampiran I.1 Gambar 1 Rencana Struktur Ruang Wilayah

tersebut sesuai dengan penelitian ini, dimana pemberian pupuk fosfor dosis (T 2 ) 25 g/ polybag atau 50 kg/ha menunjukkan pertambahan tinggi terbaik, jika

Ditinjau dari Tabel 3 di propinsi DKI Jakarta masih terdapat tenaga kerja pendidikan tinggi yang mismatch sebanyak 8,4 persen dengan latar belakang pendidikan D1/D2,

Indikator kinerja program adalah: (1) jumlah masyarakat yang mengakses perpustakaan; (2) jumlah koleksi perpustakaan; (3) jumlah perpustakaan di Indonesia yang dikelola

“Ketentuan pidana dalam perundang- undangan Indonesia berlaku nahkoda dan penumpang perahu Indonesia, yang di luar Indonesia, sekalipun di luar perahu, melakukan salah satu

Upacara Adat Ala Baloe (Makan Baru Padi) merupakan upacara syukuran setelah panen kebun atau ladang yang dilakukan oleh masyarakat di Kampung Bampalalo,

Elemen berspasi diperbolehkan terdiri dari dua atau lebih bagian yang mempunyai ketebalan tidak kurang dari 76 mm di mana diganjal secara padat di seluruh

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekonometrika merupakan cabang dari ilmu ekonomi dengan menggunakan dan menerapkan matematika dan