• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II Kajian Pustaka"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakekat Pendidikan Matematika

1. Definisi Matematika

Setiap manusia mempunyai ide yang berbeda akan hal yang mereka

lihat, begitu pula dengan definisi matematika, ada banyak pendapat

mengenainya, menurut Herman Hudojo definisi matematika adalah

“matematika berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun

secara hierarkhis dan penalaran deduktif”.1 Dan menurut Russeffendi,

“matematika itu adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran dan konsep berhubungan lainnya yang jumlahnya banyak”.2 Menurut

Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa “matematika adalah pola

berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, didefinisikan

dengan cernat, jelas dan akurat”.3

Dan untuk melengkapi pengertian di atas, secara lebih lengkap R.

Soedjadi memberikan beberapa definisi tentang matematika sebagai berikut :

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logic dan berhubungan dengan bilangan.

1 Herman Hudojo, Strategi Mengalar Belajar Matematika, (Malang: IKIP Malang, 1990), 4 2 Russefendi, Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan PGSD, (Bandung, Tarsito, 1990), 1

(2)

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

2. Karakteristik Matematika

Dari pengertian di atas dapat diambil karakteristik matematika antara lain :

a. Memiliki obyek kajian yang abstrak

Dalam matematika obyek dasar yang dipelajari adalah abstrak. Obyek

dasar tersebut meliputi: fakta, definisi, operasi dan prinsip.4

Yang dimaksud dengan fakta adalah semua konvensi dalam

matematika, misalnya lambang bilangan, tanda-tanda operasi dan lain-lain.

Konsep adalah pengertian abstrak yang memungkinkan kita untuk

mengklasifikasikan obyek, apakah obyek tersebut adalah contoh atau bukan

contoh dari pengertian tersebut. Operasi/relasi adalah pengerjaan hitung,

pengerjaan aljabar dan pengejaan matematika lain. Sebagai contoh misalnya

penjumlahan, perkalian, gabungan dan irisan. Prinsip adalah obyek

matematika yang kompleks. Prinsip dapat terdiri atas beberapa fakta, beberapa

konsep yang dikaitkan oleh suatu relasi ataupun operasi, aksioma, teorema,

termasuk prinsip.

b. Bertumpu pada kesepakatan

4 Soedjadi, Kiat Pembelajaran Matematika di Indonesia, (Direktorat Jendral Pendidikan

(3)

Kesepakatan sangat diperlukan dalam matematika. Misalnya lambang

angka tiga dinotasikan dengan angka 3. Dasar dari notasi tersebut adalah

kesepakatan.Kesepakatan yang paling mendasar adalah aksioma dan konsep

primitif. Aksioma diperlukan untuk menghindari berputar-putar dalam

pembuktian.

Aksioma adalah pernyataan yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya.

Sedangkan konsep primitif adalah pengertian pangkal yang tidak perlu

didefinisikan. Aksioma juga disebut sebagai postulat. Sedangkan konsep

primitif disebut sebagai undefined term.

c. Berpola pikir deduktif

Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang “

berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada

hal-hal yang bersifat khusus”. Rumus persamaan kuadrat yaitu x² + bx + c = 0

adalah suatu bentuk umum, dari persamaan kuadrat. Apabila b dan c diganti

dengan suatu angka tertentu maka persamaan tersebut bukan bentuk umum

lagi, tetapi ada bentuk khusus. 5

d. Memiliki simbol yang kosong dengan arti

Dalam matematika banyak sekali symbol-symbol yang digunakan,

baik berupa huruf maupun bukan huruf. Makna dari symbol itu tergantung

dari permasalahan yang mengakibatkan terbentuknya model. Contohnya pada

(4)

model persamaan linear x + y = z, belum tentu x, y dan z bermakna bilangan.

Bisa saja x, y ,z bermakna lain.

Kekosongan arti dari symbol matematika adalah bahwa simbol-simbol

matematika tersebut bisa diganti dengan bilangan atau yang menjadi

pembicaraan.

e. Memperhatikan semesta pembicaraan

Sehubungan denagn kekosongan arti tentang simbol-simbol dan

tanda-tanda matematika, maka sangat diperlukan kejelasan atas lingkup

pembicaraan. Bila lingkup pembicaraanya bilangan, maka symbol-simbol

yang diartikan adalah bilangan. Dan jika lingkupnya transformasi, maka

simbol-simbol tersebut diartikan sebagai transformasi. Lingkup pembicaraan

inilah yang disebut dengan semesta pembicaraan.

f. Konsisten dalam sistemnya.

Obyek matematika yaitu fakta, konsep dan prinsip itu terkait dengan

sistem. Inti matematika terletak pada sistem. Matematika dikatakan sebagai

sekumpulan sistem simbolik abstrak yang saling berkaitan.

Dalam matematika terdapat banyak sistem. Sistem tersebut

mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi ada juga sistem yang terlepas satu

sama lain. Misalnya sistem-sistem aljabar dan sistem-sistem geometri. Sistem

aljabar dan geometri tersebut bisa dipandang terlepas satu sama lain, tetapi

(5)

yang terkait satu sama lain. Demikian juga dalam sistem geometri, juga

terdapat beberapa sistem yang lebih “kecil” yang berkaitan satu sama lain.

Dalam aljabar terdapat sistem aksioma dari group, sistem aksioma dari

ring, sistem aksioma dari field dan sebagainya. Sedangkan dalam geometri

terdapat sistem geometri netral, sistem geometri Euclides, sistem geometri

non-euclides dan sebagainya. Didalam masing-masing sistem dan struktur

tersebut berlaku ketaat azasan atau konsistensi. Konsistensi artinya tidak ada

satupun dari beberapa aksioma yang bertentangan atau kontradiksi dengan

aksioma yang lain.6 Konsistensi itu baik dalam makna maupun dalam hal nilai

kebenarannya. Jika telah ditetapkan atau disepakati bahwa a + b = x dan x + y

= p, maka a + b + y haruslah sama dengan p.7

3. Kebenaran Matematika

Kebenaran merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan,

maupun diluar ilmu pengetahuan. Didalam keilmuan terdapat tiga jenis kebenaran

yaitu :

a. Kebenaran koherensi atau konsistensi, yaitu kebenaran satu pernyataan yang

didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang diterima terlebih dahulu.

Contohnya : kebenaran yang ada dalam matematika adalah kebenaran

konsistensi. Kebenaran suatu teorema dalam matematika dibuktikan dengan

(6)

menggunakan kebenaran-kebenaran pernyataan terdahulu yang sudah diterima

kebenarannya.

b. Kebenaran korelasional adalah kebenaran kebenaran suatu pernyataan

berdasarkan “kecocokannya” dengan kenyataan yang ada. Contoh :pernyataan

“logam jika dipanaskan memuai”. Pernyataan ini diyakini kebenarannya

melalui kecocokan dengan realitasnya, bahwa suatu “logam benar benar

dipanaskan”.

c. Kebenaran pragmatik adalah kebenaran suatu pernyataan yang didasarkan atas

manfaat atau kegunaan dari intensi pertanyaan. Contoh : logam yang

dipanaskan juga merupakan kebenaran pragmatik, karena pernyataan itu dapat

dimanfaatkan, misalnya untuk pemasangan rel kereta api.8

Berdasarkan uraian diatas bahwa hakim atau penentu kebenaran suatu

pernyataan dalam matematika adalah “struktur yang disepakati untuk digunakan“.

Jelas bahwa jika struktur A atau model A disepakati maka bisa dikatakan bahwa

pernyataan b adalah salah. Jadi bisa disimpulkan bahwa “hakim tertinggi

matematika adalah strukturnya”.9

B. Proses Belajar Mengajar Matemaika

Dalam pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan yang diinginkan

diperlukan suatu proses yang tepat dan untuk itu maka ada berbagai

(7)

macam/model untuk belajar dan mengajar matematika. Sebelum kita melangkah

lebih jauh, sebaiknya kita uraikan dahulu tentang belajar dan mengajar

matematika.

1. Pengertian Belajar Matematika

Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu atau

manusia untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku

hasil belajar bersifat positif, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti. Oleh karena itu orang dikatakan belajar, bila

diasumsikan bahwa dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang

mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku, berubahnya pengetahuan,

pemahaman sikap, ketrampilan, kecakapan dan kemampuannya serta

aspek-aspek lain ada pada individu yang belajar.10

Belajar bisa dikatakan berhasil manakala seseorang mampu

mengulangi kembali materi yang telah diajarkan serta mampu menyampaikan

materi tersebut dengan menggunakan bahasanya sendiri.11

Menurut Mohammad Ali, dalam proses belajar mengajar terdapat tiga

unsur penting yang memberi pengaruh terhadap keberhasilannya, yaitu :12

1. Pengalaman belajar yang dimiliki seseorang sebelum melakukan proses belajar tertentu.

(8)

2. Situasi lingkungan yang memberi rangsangan untuk terjadinya proses belajar.

3. Respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan tersebut. Dalam proses belajar

Adapun prinsip – prinsip belajar menurut (Paul Suparno : 1997),

antara lain:13

a. Belajar berarti mencari makna. Makna yang diciptakan dari siswa dari yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

b. Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

c. Belajar bukanlah kegiatan, mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

d. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan lingkungan.

e. Hasil belajar tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, tujuan mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Sedangkan belajar matematika sendiri merupakan suatu proses seorang

siswa untuk mengerti dan memahami tentang matematika. Tujuan belajar

matematika adalah :

1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan

kesamaan, perbedaan konsistensi dan inkonsisten.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, institusi dan

penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa

ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah

(9)

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,

catatan grafik, peta, diagram di alam menjelaskan gagasan.14

2. Pengertian Mengajar Matematika

Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan

belajar. Dapat dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha

mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan

pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.15

Di samping terpusat pada siswa yang belajar pada hakikatnya mengajar

merupakan suatu proses, yaitu proses yang dilakukan guru dalam

menumbuhkan kegiatan belajar siswa. Sehingga guru dituntut untuk mampu

sebagai organisator siswa supaya mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang

terdapat dalam kelas maupun di luar kelas.

Menurut Alvin W. Howard mendefinisikan :

“Mengajar sebagai suatu aktifitas untuk mencoba, menolong, membimbing sesorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude ideals (cita-cita), appreciation (penghargaan) dan knowledge.”16

Di sini guru harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang

baik atau berkecenderungan langsung untuk mengubah tingkah laku siswanya.

14Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika (Jakarta, Depdiknas, 2003), 2 15Moh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bahan Kajian PKG, MGBS, MGMP), (Bandung ,Remaja Rosda Karya, 1993) 6

(10)

Mengajar matematika diartikan sebagai upaya memberikan

rangsangan bimbingan, pengarahan tentang pelajaran matematika kepada

siswa agar terjadi proses belajar yang baik. Sehingga dalam mengajar

matematika dapat berjalan lancar, seorang guru diharapkan dapat memahami

tentang makna mengajar tersebut, karena mengajar matematika tidak hanya

menyampaikan pelajaran matematika melainkan mengandung makna yang

lebih luas yaitu terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspek yang

mencakup segala hal dalam pelajaran matematika.

Mengajar juga dilukiskan sebagai suatu proses interaksi dimana guru

mengharapkan siswanya untuk dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan,

dan sikap yang benar-benar dipilih oleh guru.17 Pengetahun, ketrampilan dan

sikap yang dipilih oleh oleh guru seharusnya relevan dengan tujuan

pembelajaran yang diberikan dan disesuaikan dengan struktur kognitif yang

dimiliki oleh siswa. Adapun struktur kognitif mengacu kepada pengetahuan /

pengalaman yang telah dikuasai seseorang siswa yang memungkinkan siswa

itu bisa menangkap ide-ide / konsep-konsep baru.

3. Proses Belajar mengajar Matematika

Keterpaduan antara konsep belajar dan konsep mengajar melahirkan

konsep baru yakni proses belajar mengajar atau dikenal dengan istilah proses

belajar mengajar.

(11)

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses belajar

mengajar adalah serangkaian kegiatan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan

kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran.

Dalam proses belajar mengajar matematika terdapat factor-faktor yang

mempengaruhinya, factor-faktor tersebut antara lain :

a. Peserta didik

Kegagalan dan keberhasilan belajar sangatlah bergantung pada peserta

didik. Faktor dari dalam diri sendiri (internal) maupun dari luar diri

(eksternal) juga mempengaruhinya :18

Faktor-faktor yang dimaksud antara lain :

 Faktor yang berasal dari dalam diri sendiri (internal)

- Faktor jasmani

Yaitu panca indra yang meliputi pendengaran, penglihatan, struktur

tubuh dsb. Jika ada salah satu yang terganggu maka akan

mempengaruhi pemahaman materi pelajaran.

- Faktor psikologi

Yaitu faktor interaktif dan non interaktif. Faktor intelektif meliputi

faktor potensial atau kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan

nyata yaitu prestasi. Sedangkan nonintelektif terdiri dari unsur-unsur

(12)

kepribadian tertentu, misalnya: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,

motivasi, emosi dan adaptasi

- Faktor kematangan fisik atau psikis

Semakin matang fisik maupun psikis seseorang dihrapkan semakin

baik pemahaman terhadap materi yang diberikan.

 Faktor yang berasal dari luar diri ( eksternal )

- Faktor social, meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan

kelompok

- Faktor budaya, seperti : adapt istiadat, IPTEK dan kesenian.

- Faktor lingkungan fisik, seperti : fasilitas rumah dan belajar.

- Faktor spiritual dan keagamaan.

b. Pengajar

Kepribadian, pengalaman dan motivasi pengajar dalam mengajar

matematika sangat mempengaruhi efektivitas proses belajar.

c. Prasarana dan Sarana

Prasarana yang mapan serta sarana yang lengkap merupakan fasilitas

belajar yang penting sekaligus menunjang tercapainya tujuan belajar

mengajar matematika.

d. Penilaian

Penilaian digunakan untuk melihat hasil belajarnya. Dan juga untuk

(13)

meningkatkan kegiatan belajar sehingga diharapkan dapat memperbaiki

hasil belajar.

e. Evaluasi

Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa, mereka

akan lebih giat belajar dan meningkatkan proses berfikirnya. Guru dapat

melaksanakan penilaian yang efektif dan menggunakan hasil penilaian

untuk perbaikan belajar mengajar. Dengan evaluasi, guru juga dapat

mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat mengetahui

prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa

mengalami kesulitan belajar.

C. Model Pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran inquiry merupakan salah satu komponen dari

pembelajaran kontekstual. Oleh karena itu, sebelum membahas tentang inquiry

sangat penting untuk kita ketahui terlebih dahulu tentang pembelajaran

kontekstual dan konstruktivis matematika.

1. Kontekstual Matematika

Model pembelajaran kontekstual adalah rancangan pembelajaran yang

dibangun atas dasar “knowledge is constructed by human”, dimana siswa

mengkontruksi sendiri secara aktif tentang pemahamannya. Model

pembelajaran kontekstual ini menekankan pada kebutuhan siswa,

(14)

ilmu-ilmu yang fungsional bagi kehidupan, dan penilaian yang mengukur

penguasaan ilmu secara tuntas.

Komponen-komponen utama yang terdapat dalam pembelajaran

kontekstual adalah sebagai berikut:

1. Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan filosofis yang mendasari

model pembelajaran kontekstual. Konstruktivisme meliputi: membangun

pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada

pengetahuan awal, pembelajaran harus dikemas menjadi proses

“mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan. Kontruktivisme

merupakan landasan berpikir kontekstual atau yang menekankan bahwa

belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi

merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif

secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur

pengetahuan yang dimilikinya.

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan (Inquiry) merupakan bagian inti dari pembelajaran

kontekstual. Inquiry meliputi (a).Proses perpindahan dari pengamatan

menjadi pemahaman, (b).Siswa belajar menggunakan ketera-mpilan

berpikir kritis.

(15)

Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh

pengetahuan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis

kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : (1). menggali informasi,

(2). menggali pemahaman siswa, (3). membangkitkan respon kepada

siswa, (4). mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5). mengetahui

hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6). memfokuskan perhatian pada

sesuatu yang dikehendaki guru, (7). membangkitkan lebih banyak lagi

pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

4. Masyarakat belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua

kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling

belajar. Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif

serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan

orang lain. Hal ini adanya pemahaman siswa terhadap bahan ajar akan

lebih baik jika peserta didik belajar bersama dalam kelompok dan

memecahkan masalah secara bersama pula. Mereka akan saling mengisi

dan siswa yang kurang lebih berani bertanya kepada anggota

kelompoknya dan penjelasan dari temannya dengan bahasa yang

sederhana lebih cepat dimengerti. Asumsi ini diambil agar hasil belajar

dapat diperoleh melalui “sharing” antar teman atau antar kelompok, dan

(16)

5. Pemodelan (Modelling)

Pemodelan adalah pemberian contoh-contoh belajar, tindakan atau

perilaku yang ditampilkan oleh guru. Pemodelan menjadi penting karena

memberikan tindakan konkret yang dapat ditiru langsung oleh siswa. 19

6. Refleksi

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari.

Fungsi berfikir refleksi adalah untuk mengevaluasi pengetahuan atau

pengalaman lama dengan pengetahuan dan pengalaman baru.

7. Penilaian

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam

pembelajaran berbasis kontekstual, gambaran perkembangan belajar siswa

perlu diketahui guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami

pembelajaran yang benar. Fokus penilaiannya adalah pada penyelesaian

tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap

proses maupun hasil.20

19Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran,( Yogyakarta : Multi Pressindo, 2009 ) hal.51

20Teroka Isjoni.2010. Komponen Pembelajaran Kontekstual. Dalam

(17)

2. Konstruktivis Matematika

Konstruktivis merupakan landasan berfikir kontekstual yang

menekankan bahwa belajar tidak hanya menghafal, dan mengingat

pengetahuan, tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa

sendiri aktif secara mental dengan membangun pengetahuan yang dilandasi

oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.21

Ide utama teori konstruktivisme menurut Pieget, Vygotsky dan Bruner

adalah sebagai berikut :

a. Siswa secara aktif membangun pengetahuannya sendiri

b. Siswa harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri supaya siswa benar-benar memahami dan menerapkan pengetahuannya.

c. Belajar adalah proses membangun pengetahuan bukan penyerapan atau absorbsi.

d. Belajar adalah proses membangun pengetahuan yang selalu diubah secara berkelanjutan melalui asimilasi dan akomodasi informasi baru.22

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam teori

konstruktivis yang terpenting adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswa

harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka sendiri dan juga harus

bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya23. Sedangkan peran guru dalam

21 Ibid, hal.49

22 Dudi Pamungkas. 2009. Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. Dalam http://www.sman1-ciamis.com/berita-dan-artikel/74-artikel-lepas/218-teori-belajar-yang-melandasi-proses pembelajaran. (diakses 16 April 2010)

23 Muhammad Zainal Abidin .2010. Teori Belajar Kontruktivisme Vigotsky dalam

(18)

proses belajar mengajar menurut teori konstruktivisme ini adalah

memfasilitasi belajar melalui proses :24

(a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa

(b)memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri.

(c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri.

3. Model Pembelajaran Inquiry

Model pembelajaran inquiry berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia

lahir kedunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri

pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam sekelilingnya

merupakan kodrat manusia sejak ia lahir kedunia. Sejak kecil manusia

memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu mengenai indra

penglihatan, pengecapan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa

keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan

menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan

bermakna (meaningfull) mana kala didasari dengan keingin tahuan. Dalam

rangka itulah strategi inquiry dikembangkan.

Inkuiri dalam bahasa Inggris adalah “inquiry” berarti pertanyaan,

pemeriksaan, atau penyelidikan.

(19)

Gulo menyatakan bahwa

“Strategi inquiry berarti suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari ndan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga mereka dpat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri”.

Sasaran utama dalam pembelajaran inquiry adalah :

 Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar,

 Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pembelajaran,

 Mengembangkan sikap percaya diri siswa.

Strategi pembelajaran inquiry lebih menekankan pada proses berfikir

secara kreatif dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban

dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir tersebut dalam inquiry

dilakukan melalui tanya jawab guru dan siswa.25

Adapun ciri-ciri utama strategi pembelajaran inquiry yaitu :26

1. Inquiry menekankan siswa pada subyek belajar, yaitu menekankan pada

aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam

inquiry siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui

penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan

sendiri dari materi yang dipelajari.

(20)

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakannya,

sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).

Aktivitas pembelajaran ini dilakukan melalui proses tanya jawab antara

guru dan siswa.

3. Mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis dan kritis

atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses

mental. Dengan demikian, siswa dituntut supaya mereka bisa

menggunakan potensi yang dimilikinya sesuai dengan tujuan inquiry yaitu

menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan

ketrampilan berfikir denagan memberikan pertanyaan dan memperoleh

jawaban atas dasar rasa ingin tahu.

Sedangkan peranan guru dalam kegiatan pembelajaran inquiry adalah

sebagai berikut :27

a. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan semangat untuk

berfikir

b. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan

c. Penanya, meluruskan siswa dari kesalahan yang telah mereka buat

d. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas

e. Pengarahan, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang

diharapkan

(21)

f. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas

g. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Secara umum proses pembelajaran inquiry bisa mengikuti

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk mebina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengkondisikan

agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Kemudian guru

merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah.

Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap orientasi adalah sebagai

berikut :

 Menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan bisa

dicapai oleh siswa.

 Menjelaskan langkah-langkah inquiry serta tujuan setiap langkah,

mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan menarik

kesimpulan.

 Menjelaskan pentingnya topik kegiatan belajar untuk memberikan

motivasi kepada siswa.

b. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah adalah menentukan persoalan yang akan

(22)

Sebelum mulai pelajaran persoalan tersebut harus jelas sehingga bisa

dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Bila persoalan tersebut

ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu bisa

dikerjakan oleh siswa dan disesuaikan dengan kemampuan siswa.

Persoalan tersebut sangat baik jika disesuaikan dengan kondisi siswa.28

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji

kebenarannya.29Pada tahap ini siswa diminta untuk mengajukan jawaban

sementara tentang persoalan yang diteliti. Sedangkan hipotesis yang

dibuat oleh siswa sangat perlu dikaji apakah sudah jelas atau belum. Bila

belum jelas, maka guru bertugas membantu memperjelas maksudnya

terlebih dahulu. Akan tetapi guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis

siswa yang salah, tetapi guru cukup memperjelas saja. Untuk hipotesis

yang salah nantinya akan kelihatan setelah pengambilan data dan analisis

data yang diperoleh.30

d. Mengumpulkan data

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan mengumpulkan

data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesisnya benar

atau salah. Yang dimaksud dengan mengumpulkan data pada pembelajaran

28 Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan Menyenangkan, (Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma, 2007), hal. 66

29 Wina Sanjaya, Strategi Berorientasi ... ,hal. 203

(23)

inquiry ini adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis yang diajukan.31 Sedangkan guru bertugas mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang bias mendorong siswa untuk berfikir mencari

informasi yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, untuk mengumpulkan

data guru mepersiapkan media pembelajaran berupa bangun limas dan

prisma dan lembar kegiatan siswa. Kemudian guru membantu jalannya

suatu eksperimen sampai siswa mendapatkan data yang diinginkan.

e. Menganalisis data

Dalam tahap ini siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang

telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah

memperoleh kesimpulan dari data percobaan diatas, maka siswa bisa

menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Jika pada kenyataannya

hipotesis tersebut salah atau ditolak, siswa bisa menjelaskan sesuai dengan

proses inquiry yang sudah dilakukan.32

f. Kesimpulan

Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian

ditarik kesimpulan dengan generalisasi. Setelah diambil kesimpulan,

kemudian dicocokkan dengan hipotesis asal, apakah diterima atau ditolak.

Dalam pengambilan kesimpulan ini, siswa akan dilibatkan secara

31 Ibid,.hal.67

(24)

langsung, sehingga mereka menjadi yakin bahwa mereka mengetahui

secara benar.

Keunggulan/kelebihan model pembelajaran inquiry adalah sebagai

berikut:33

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.

b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry.

c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, dengan guru dan daya ingat

siswa lebih kuat karena siswa dilibatkan dalam proses penemuan.

Disamping memiliki keunggulan, inquiry juga memiliki kelemahan,

diantaranya:

a. Membutuhkan waktu yang lama untuk materi tertentu

b. Tidak semua siswa bisa mengikuti pelajaran denga cara ini

c. Selam kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai pelajaran, maka inquiry akan sulit diimplementasikan oleh

setiap guru

D. Pemahaman Konsep

Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan testee

mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya.34

Kegiatan yang diperlukan untuk bisa sampai pada tujuan ini adalah kegiatan

33 Markaban, Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing, ( Yogyakarta: Depdiknas Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Matematika, 2006 ) hal. 15

(25)

mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Dalam

Taksonomi Bloom, tipe hasil belajar kognitif pada pemahaman dibedakan

menjadi 3 bagian yaitu :

1. Translasi, yaitu kemampuan untuk mengubah simbol tertentu menjadi simbol lain tanpa mengubah makna. Simbol tersebut berupa kata-kata atau verbal

yang diubah menjadi gambar, bagan atau grafik. Jika simbol berupa kata atau

kalimat, maka dapat diubah menjadi kat kalimat lain.

2. Interpretasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan makna yang terdapat didalam simbol baik simbol verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk

menjelaskan konsep atau prinsip atau teori tertentu termasuk pada kategori ini.

3. Ekstrapolasi, yaitu kemampuan untuk melihat kecenderungan atau arah atau kelajuan dari suatu temuan.

Kemampuan dalam penelitian ini adalah kesanggupan untuk mengenal

fakta, konsep, prinsip dan skill. Meletakkan hal-hal tersebut dalam komunikasi

dalam bagian yang berbeda dan mengorganisasikan secara singkat tanpa

mengubah pengertian. Untuk mengetahui hasil pemahaman belajar siswa

digunakan instrument berupa tes. Jenis tes yang digunakan adalah dalam bentuk

essay ini dibuat guna untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan siswa

dalam menguasai materi yang telah disampaikan. Siswa memahami materi

volume dan luas permukaan bangun ruang sisi datar (prisma dan limas) dengan

(26)

pemahaman belajar siswa, yaitu apabila dalam mengerjakan tes formatif 85% dari

siswa telah mencapai nilai 75.

Dalam matematika pemahaman terhadap konsep sangat diperlukan, sebab

jika konsep belum dipahami maka akan sulit untuk memahami materi selanjutya

dalam pelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Herman Hudojo

yang mengatakan bahwa: “karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang

diberi simbol, maka konsep matematika harus dipahami lebi dahulu sebelum

memanipulasi simbol-simbol itu”.35

E. Tinjauan Materi Volume dan Luas Permukaan Bangun Ruang Sisi Datar ( Prisma dan Limas)

1. Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah bidang

berhadapan yang sama dan sebangun atau kongruen dan sejajar, serta

bidang-bidang lain yang berpotongan menurut rusuk-rusuk lain yang sejajar. Prisma

diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alas maupun bidang atasnya.

Misalnya, prisma segitiga, karena alas dan atasnya berbentuk segitiga.

Perhatikan gambar berikut!

(27)

Untuk menemukan rumus luas permukaan prisma sangat diperlukan

unsur-unsur dan jaring-jaring prisma. Berikut unsur-unsur prisma ada 3 antara

lain:

1. Unsur-Unsur Prisma

a. Sisi prisma

Prisma dibatasi oleh dua buah sisi berhadapan yang sama dan

sebangun. Pada prisma ABC.DEF, terdapat lima sisi, yaitu sisi alas (ABC),

sisi atas (DEF), dan ketiga sisi tegak (ACFD, BCFE dan ABED). Sisi ABC =

DEF dan sisi ACFD = BCFE.

b. Titik sudut prisma

Titik sudut prisma adalah titik temu ketiga rusuk. Prisma

ABC.DEF terdapat 6 titik sudut yaitu ∟A, ∟B, ∟C, ∟D, ∟E, ∟F.

A B

D E

F

C

Titik sudut prisma Rusuk prisma

(28)

c. Rusuk prisma

Rusuk prisma merupakan garis potong antara sisi prisma. Prisma

ABC. DEF, terdapat 9 rusuk, yaitu:

- Rusuk alas yaitu rusuk AB, BC, CA.

- Rusuk tegak yaitu AD, BC, dan CF.

- Rusuk atas yaitu DE, EF, dan FD. 36

2. Sifat–sifat prisma

Sifat-sifat prisma adalah sebagai berikut:

- Bidang alas dan bidang atas kongruen dan sejajar.

- Bidang tegak bisa terbentuk dari persegi atau persegi panjang

- Rusuk-rusuk tegak sama panjang dan sejajar.

3. Jaring-jaring prisma

Perhatikan gambar prisma disamping!

36 Nugroho W, Ensiklopedia Matematika Bangun Ruang Referensi dan Petunjuak untuk

Pemahaman Matematika, ( Sidoarjo : Citra Adi Bangsa, 2008 ) hal. 39

A B

D E

F

(29)

Untuk membuat jaring-jaring prisma bisa dilakukan dengan cara mengiris

sepanjang rusuk prisma. Jika prisma itu prisma segitiga, irislah

rusuk-rusuk CA, CB, FC, FD dan FE, namun jangan sampai terpisah antara bidang sisi

dengan yang lainnya. Rebahkan hasil yang telah kamu peroleh sehingga

membentuk bidang datar seperti pada gambar dibawah ini !37

4. Luas permukaan prisma

Rumus luas permukaan prisma tegak, pada dasarnya sama dengan

kubus dan balok. Untuk menentukan rumus luas permukaan prisma bisa

diketahui dengan memahami jaring-jaring prisma terlebih dahulu. Oleh

karena itu, untuk mencari luas permukaan prisma tegak bisa dilakukan

dengan cara menjumlahkan semua luas bidang tegak dan alasnya.

Misal: untuk mencari luas prisma tegak segitiga adalah sebagai berikut

37 Ibid , hal.42

A B

C

D E

C

F F

F

(30)

Luas permukaan prisma tegak = luas bidang alas + luas bidang tegak + luas

bidang tegak + luas bidang tegak

= 2x luas bidang alas + jumlah luas bidang

tegak

Kesimpulan :

Luas permukaan prisma = ( 2x Luas alas ) + jumlah luas bidang tegak prisma 38

5. Volume Prisma

Perhatikan gambar kubus ABCD. EFGH, dapat dijelaskan bahwa volume

prisma tegak segitiga ABC. EFG dan prisma tegak segitiga ACD.EGH adalah

sama, karena bidang diagonal ACGE merupakan bidang simetri. Dengan

demikian,

38 Ibid., hal.39

A B

C

A B

C

D

E F H

(31)

volume prisma segitiga ABC.EFG =

Sehingga dapat disimpulkan bahwa volume prisma tegak adalah:

V = Luas alas x tinggi

2. Limas

Limas adalah bangun ruang yang tidak memiliki bidang atas dan bidang

tegaknya terbentuk segitiga yang berpotongan disatu titik puncak. Bentuk limas

dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti pada beberapa bangun

permainan kreativitas. Dan salah satu keajaiban dunia yang berbentuk limas

adalah piramida.40

Perhatikan gambar dibawah ini !

39 Tim MGMP matematika Trenggalek, Panduan Lembar Kerja Siswa Matematika SMP

semester 2, ( Trenggalek : 2007 ), hal.28

40 Nugroho W, Ensilkopedia Matematika..., hal.31

(32)

a. Sifat – sifat limas

- Bidang atas berupa sebuah titik

- Bidang bawah berupa bangun datar

- Bidang tegak berbentuk segitiga

- Rusuk-rusuk tegaknya sama panjang.41

b. Jaring- jaring Limas

Supaya lebih mudah untuk menemukan jaring-jaring limas dengan

mengiris beberapa rusuk limas. Sebuah limas T.ABCD jika rusuk TA, TB, TC

dan TD diiris maka akan terbentuk bidang datar yang disebut jaring-jaring

limas segiempat seperti pada gambar dibawah ini!42

Jaring-jaring limas

41 Ibid.,hal.32 42 Ibid ., hal.35

A B

C D

T

T T

(33)

c. Luas permukaan limas

Luas permukaan prisma bisa dicari dengan menjumlahkan luas alas dengan

jumlah luas sisi tegaknya.

Luas limas = Luas alas + jumlah sisi tegaknya

= Luas alas + 4x luas segitga

= Luas ABCD + 4x Luas segitiga TBC

= (p x l) + 4 x (

2 1

x a x t )

Kesimpulan :

Luas Permukaan Limas = ( p x l ) + 4 x (

2 1

x a x t )

d. Volume limas

Pada gambar diperlihatkan enam limas yang semua bidang ats dan sisi

tegaknya konruen sehingga keenam limas itu juga kongruen. Limas

segi-4beraturan T.ABCD

limas segi empat beraturan T.ADHE

limas segi

empat beraturan T.ABFE

limas segi empat beraturan T.CDHG

limas

segi empat beraturan T.ADHE

limas segi empat beraturan T.BCGF. Jadi

volume keenam limas tersebut adalah sama. Jika volume masing-masing

limas tersebut itu V maka jumlah volume keenam limas sama dengan volume

(34)

Maka: 6 V = volume kubus

6 V = luas ABCD x AE

6 V = luas ABCD x TT1

V =

6 2

ABCD x TT1

V =

3 1

luas alas x tinggi

Kesimpulan :

Volume kubus =

3 1

luas alas x tinggi

5. Asumsi

Asumsi atau sebagai anggapan dasar, yaitu sebuah titik tolak pemikiran

yang kebenarannya diterima oleh pendidik.43 Dalam penelitian ini

diasumsikan bahwa:

(35)

a) Bangun ruang sisi datar (prisma dan limas) diajarkan di SMP Islam Durenan kelas VIII

b) Pemahaman siswa kelas VIII SMP Islam Durenan terhadap volume bangun ruang dan luas permukaan ( prisma dan limas ).

6. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah

penelitian, yang sebenarnya masih harus diuji secara empiris.44Pertanyaan

yang diterima sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada

saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam

verifikasi. Sehingga dalam hal ini hipotesa masih merupakan keterangan

sementara dari hubungan fenomena-fenomena kompleks.

Sementara itu ditinjau dari operasinya dikenal dua jenis hipotesis yaitu :

1. Hipotesis nol, yakni hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan

antara dua variable. Dalam notasi, hipotesis ini ditulis dengan “Ho”.

2. Hipotesis alternative, yakni hipotesis kerja yang menyatakan adanya

hubungan antar dua variable. Dalam notasi hipotesis ini ditulis dengan

“Ha”.

(36)

Adapun dalam penelitian hipotesis yang dipgunakan oleh peneliti yaitu

hipotesis alternative (Ha). Sedangkan bunyi hipotesis yang penulis ajukan

adalah sebagai berikut :

1). Hipotesis Alternatif ( Ha) :

Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara penerapan model

pembelajaran inquiry terhadap pemahaman konsep matematika siswa pada

pokok bahasan bangun ruang sisi datar (prisma dan limas)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Integrasi dari perangkat keras, perangkat lunak, dan proses keputusan tersebut menghasilkan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang memungkinkan pengguna untuk

Informasi aset dalam laporan neraca menggambarkan kondisi kekayaan dan potensi ekonomi yang dimiliki pemerintah daerah, sehingga dari informasi

Yang pertama adalah dengan menjadikan satu sebuah method JavaBean untuk bertindak sebagai action handler, dan yang kedua adalah dengan membuat sebuah class instans

Perbendaan Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Ditinjau Dari Tingkat Self Efikasi Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Daaerah Dampak Bencana Gunung Kelud.. Jurnal

Dasar Terori yang digunakan adalah terori manajemen Sumber Daya Manusia, dengan hipotesis yaitu Hipotesis pertama adalah kepemimpinan demokratis dan kepemimpinan

Kemudian Proses Sanding menggunakan Orbital Sander bagian mentori bawah serta mengoleskan cat bagian mentori dan edge permukaan Berikut merupakan proses sanding

Register K8_Data memanfaatkan alamat memory 30h atau dengan nama lain BufferIn0 Command Data ini digunakan untuk mengambil kode data output yang terdapat pada buffer SPC KEYMATIC

Masalah yang akan diteliti adalah manajemen kelas oleh guru di SMK Tri Dharma Kosgoro 2 Padang yang dilihat dari : (1) dimensi pencegahan (preventif), meliputi peningkatan