• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK DI KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR PENGELOLAAN YANG MEMENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK

DI KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Ruzkiah Asaf, Erna Ratnawati, dan Utojo Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan

E-mail: qiaasaf@gmail.com

ABSTRAK

Potensi sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Probolinggo merupakan sumber pendapatan yang potensial bila digarap secara maksimal, akan tetapi sampai saat ini belum ada informasi tentang pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pengelolaan yang mempengaruhi produktivitas tambak. Penelitian dilakukan dengan metode survei melalui wawancara dengan responden menggunakan kuisioner terstruktur. Sebagai peubah tidak bebas adalah produksi total tambak dan peubah bebas adalah faktor pengelolaan tambak yang terdiri dari 40 peubah. Data dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dalam SPSS versi 16.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produksi total tambak adalah sebesar 1498.889 kg/ha/panen yang merupakan produksi udang dan ikan bandeng. Ada tiga peubah pengelolaan yang mempengaruhi produktivitas tambak yaitu padat penebaran udang vaname, ukuran windu (PL), dan lama pemeliharaan bandeng. Upaya peningkatan produktivitas tambak dapat dilakukan melalui pengelolaan tambak meliputi peningkatan padat penebaran udang vaname, menggunakan ukuran windu yang seragam, dan memperhatikan lama pemeliharaan benih ikan bandeng yang sesuai ukuran tebar benih sehingga diperoleh berat bandeng hasil panen yang sesuai dengan harapan pembudidaya tambak.

KATA KUNCI: pengelolaan, produktivitas, tambak, Kabupaten Probolinggo

PENDAHULUAN

Rata-rata warga Kota Probolinggo di Jawa Timur sejak lama melakukan usaha perikanan, sebagai nelayan atau pengolah ikan skala kecil. Potensi tersebut berkembang seiring dengan penetapan Kota Probolinggo sebagai kawasan minapolitan sejak 2010. Status sebagai Minapolitan ditetapkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), dengan tujuan menjadikan Kota Probolinggo sebagai kawasan pengembangan sektor perikanan.

Batas administrasi Kabupaten Probolinggo secara geografis adalah di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan, sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lumajang dan Jember. Luas wilayah Kabupaten Probolinggo ± 1.696.166,90 ha yang terdiri dari 24 kecamatan, 325 desa dan 5 kelurahan dengan jumlah penduduk berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2012 adalah 1.229.948 jiwa. Lokasi tambak hanya terdapat di beberapa kecamatan diantaranya: Kecamatan Tongas, Sumber Asih, Dringu, Gending, Kraksan, Pajarakan, dan Paiton. Komoditas yang banyak dibudidayakan di tambak Kabupaten Probolinggo, adalah bandeng dan udang vaname baik secara monokultur maupun polikultur, dengan jumlah produksi pada tahun 2012 untuk bandeng adalah 1.143.56 ton dan untuk udang vaname sebesar 1.700.50 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan Probolinggo, 2012).

Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Sulawesi, telah dilaporkan oleh beberapa peneliti. Pengelolaan budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya di tambak Kabupaten Pinrang (Provinsi Sulawesi Selatan) telah dilaporkan oleh Mustafa & Ratnawati (2007) yang hasilnya menunjukkan produktivitas tambak dipengaruhi oleh pemberantasan hama baik awal maupun susulan, keduk teplok (perbaikan pematang), pengapuran serta penurunan dosis pupuk urea. Ratnawati et al. (2009)melaporkan bahwa pengelolaan tambak di Kabupaten Bulukumba dipengaruhi oleh lama pengeringan, tinggi air selama pemeliharaan dan remediasi.

(2)

Penelitian mengenai pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Kabupaten Probolinggo, belum pernah dilaporkan. Pengelolaan tambak merupakan faktor penting setelah penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan budidaya tambak berkelanjutan (Karthik et al., 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan pengelolaan tambak yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, dalam upaya untuk meningkatkan produksi.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di daerah pertambakan Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Informasi awal tentang kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Probolinggo diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Probolinggo. Posisi titik-titik pengamatan ditentukan dengan Global Positioning System (GPS). Peta dari titik-titik pengamatan dibuat dengan bantuan teknologi penginderaan jauh (Inderaja) dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei. 40 responden dipilih secara acak dari tambak yang terseleksi. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden menggunakan kuesioner terstruktur.

Data hasil survei dianalisis menggunakan regresi bergandamenurut Tabachnick & Fidell(1996). Sebagai peubah tidak bebas adalah total produksi. Sedangkan peubah bebas adalah pengelolaan tambak, yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Kabupaten Probolinggo, yang terdiri atas 40 peubah. Sebagai peubah boneka dalam penelitian ini adalah: sistem budidaya, waktu penebaran, dan sumber air. Untuk memilih persamaan regresi ganda ‘terbaik’ maka digunakan metode langkah mundur (backward) menurut Draper and Smith (1981). Seluruh data dianalisis dengan bantuan Pro-gram Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16,0.

HASIL DAN BAHASAN

Kota Probolinggo memiliki tambak seluas 165,5 ha, yang terdiri dari 9,68 ha tambak Dinas Kelautan dan Perikanan yang terbagi atas sebelas petak, dan 154,82 ha tambak masyarakat dengan produksi rata-rata 1498,889 kg/ha/panen (Tabel 1). Jenis ikan yang dibudidaya adalah, ikan lele, nila, bandeng dan udang vanamei. Rata-rata petak tambak di Kabupaten Probolinggo lebih luas dari

(3)

Peubah Minimum Maksimum Rata-rata Simpangan baku

Total Produksi (Kg/ha/panen) 0,000 15000,000 1498,889 3503,727

Luas (Ha) 1,000 5,000 2,778 1,593

Tinggi Pematang (m) 1,000 5,000 2,111 0,896

Lebar Atas Pematang (m) 0,500 6,000 2,389 1,346

Lebar Bawah Pematang (m) 2,000 7,000 4,444 1,294

Cara Remediasia) 0,000 5,000 2,167 1,043

Pengeringan (hari) 0,000 30,000 15,444 11,439

Saponim Awal (kg/ha) 0,000 200,000 32,000 49,613

Tinggi Air Saponim Awal (cm) 0,000 80,000 30,389 31,814

Akodan Awal (L/ha) 0,000 1,000 0,083 0,257

Tinggi Air Akodan Awal (cm) 0,000 70,000 6,667 19,704

Bentang (kg/ha) 0,000 1,000 0,214 0,371

Tinggi Air Bentang (cm) 0,000 70,000 13,611 25,077

Drusban (L/ha) 0,000 2,000 0,389 0,583

Tinggi Air Drusban (cm) 0,000 70,000 13,167 25,215

Dolomit (kg/ha) 0,000 300,000 51,389 89,735

Urea Awal (kg/ha) 0,000 200,000 46,389 66,195

SP36 Awal (kg/ha) 0,000 100,000 13,889 29,978

Brestan (kg/ha) 0,000 300,000 16,872 70,660

Lama Pengangkutan (jam) 0,100 5,000 1,325 1,377

Sistem Budidayab) 1,000 2,000 1,500 0,515

Padat Penebaran Windu (Ind) 0,000 50000,000 4166,667 12862,394

Padat Penebaran Udang Vaname (Ind) 0,000 975000,000 87083,333 228306,183

Padat Penebaran Ikan Bandeng (Ind) 2000,000 20000,000 6444,444 4671,216

Ukuran WIndu (PL) 0,000 12,000 1,889 4,364

Ukuran Ikan Bandeng (hari) 0,000 75,000 23,389 15,614

Ukuran Udang Vaname (hari) 0,000 75,000 8,056 17,548

Waktu Penebaranc) 1,000 7,000 2,667 1,847

Sumber Aird) 1,000 6,000 2,500 1,383

Tinggi Air (cm) 1,000 200,000 72,389 48,313

Pergantian AIr (kali/bulan) 0,000 30,000 12,944 14,090

Urea Susulan (kg/ha) 0,000 150,000 25,111 49,202

Terjadi Serangan Penyakite) 0,000 1,000 0,333 0,485

Waktu Terjadi Penyakit (hari) 0,000 120,000 16,111 30,368

Lama Pemeliharaan Windu (hari) 0,000 120,000 11,667 34,343

Lama Pemeliharaan Bandeng (hari) 0,000 160,000 105,000 39,742

Lama Pemeliharaan Vaname (hari) 0,000 160,000 55,833 59,613

Bobot Rata Rata Windu (ekor/kg) 0,000 100,000 9,444 27,965

Bobot Rata Rata Bandeng (ekor/kg) 0,000 8,000 3,722 2,191

Bobot Rata rata Udang Vaname (ekor/kg) 0,000 120,000 28,889 39,241

Tabel 1. Nilai rata-rata peubah pengelolaan tambak yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur (n = 40)

Keterangan :

a) 0 = Tidak melakukan pengeringan

1 = Menaikkan kemudian diberi obat bentang+akodang dan melakukan pengeringan 2 = Melakukan pengeringan

(4)

tambak di beberapa Kabupaten Sulawesi Selatan diantaranya Kabupaten Pangkep yang rata-rata luas petakannya hanya 2,44 ha dan Kabupaten Maros 2,53 ha(Mustafa et al., 2008), Kabupaten Pinrang 1,80 ha (Mustafa & Ratnawati, 2007) dan Luwu Utara 1,94 ha (Ratnawati et al., 2008). Potensi budidaya air payau di Kabupaten Probolinggo, tempatnya tersebar di Pantai Tongas, Dringu, Pajarakan, Kraksan dan Kecamatan Paiton. Komoditas yang dikembangkan untuk usaha tambak adalah udang dan bandeng. Untuk meningkatkan produksi, pembudidaya memelihara dua komoditas dalam satu petak tambak dengan sistem polikultur. Menurut Ranoemihardjo et al. (1979) udang windu dan ikan bandeng sesuai untuk sistem polikultur di tambak. Kedua komoditas tersebut secara umum menuntut kondisi lingkungan yang relatif sama, tetapi menempati relung ekologi yang berbeda dalam tambak. Perbedaan habitat makanan dari kedua komoditas tersebut yang menyebabkan tidak terjadi kompetisi di antaranya (Eldani & Primavera, 1981). Konsep dasar dari polikultur adalah jika dua atau lebih spesies ikan yang cocok dipelihara secara bersama-sama akan meningkatkan produksi (Shang, 1986).

Produktivitas total tambak di Kabupaten Probolinggo rata-rata 1498,889 kg/ha/panen (Tabel 1). Jumlah produksi yang dihasilkan merupakan total produksi udang dan bandeng. Sistem budidaya yang dilakukan adalah monokultur dan polikultur. Tinggi dan rendahnya hasil produksi ditentukan oleh faktor pengelolaan yang dilakukan oleh pembudidaya tambak. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tambak diduga sebagai akibat kondisi petakan tambak yang cukup luas. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas tambak yang dikelola oleh seorang pembudidaya tambak, maka semakin berkurang tingkat pengelolaan yang dilakukan, karena dibatasi oleh tenaga dan waktu serta ketersediaan dana. Demikian pula sebaliknya, dengan ukuran tambak yang lebih kecil, pembudidaya tambak cenderung dapat memaksimalkan penggunaan sumberdaya lahan untuk memperoleh produksi yang lebih banyak. Hal ini sejalan dengan pendapat Milstein et al. (2005) yang menyatakan bahwa tambak yang lebih kecil akan lebih mudah dikelola dan produktivitasnya akan lebih tinggi daripada yang berukuran lebih luas.

Hasil analisis menunjukkan bahwa peubah pengelolaan tambak yang berperan dalam menentukan produktivitas tambak di Kabupaten Probolinggo, digambarkan dalam persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 579,389 + 0,14X1+ 20,562 X2 – 3,023 X3 di mana :

Y = Produksi total (Kg/Ha/Panen) X1 = Padat Penebaran Udang Vaname X2 = Ukuran windu (PL)

X3 = Lama pemeliharaan bandeng (hari)

3 = Menggunakan sistem flasteran dan tidak melakukan pengeringan

4 = Menaikkan lumpur kemudian diberi obat brestan, kaporit, kapur, saponim dan drusban 5 = Menggunakan kincir dan melakukakan pengeringan

b) 1 = Monokultur 2 = Polikultur c) 1 = Pagi

2= Siang 3 = Pagi dan sore 4 = Sore dan malam 5 = Bebas 6 = Sore 7 = Pagi dan malam d) 1 = Laut dan sungai

2 = Laut

3 = Laut, sungai dan tandon 4 = Laut, sungai dan air tanah 5 = Laut dan tandon 6 = Laut dan sawah e) 0 = Tidak

(5)

Koefisien konstanta sebesar 579,389 menunjukkan produktivitas total tambak dapat diprediksi mencapai 579,389 kg/ha/panen kalau tidak ada kontribusi dari peubah pengelolaan tambak. Hal ini menunjukkan bahwa peubah pengelolaan tambak yang meliputi: padat penebaran vaname, ukuran windu dan lama pemeliharaan bandeng berpengaruh cukup besar terhadap produktivitas total tambak di Kabupaten Probolinggo (Tabel 2).

Dari persamaan tersebut, menerangkan bahwa produktivitas tambak di Kabupaten Probolinggo dipengaruhi oleh tiga peubah yaitu padat penebaran, ukuran windu dan lama pemeliharaan bandeng. Padat penebaran udang vaname berpengaruh terhadap peningkatan produksi sebesar 0.14 (X1). Hal ini dijelaskan oleh beberapa penelitian yaitu : Kepadatan tebar sangat mempengaruhi produksi budidaya udang (Jackson & Wang, 1998). Savolainena et al., (2004) menyatakan bahwa peningkatan kepadatan akan meningkatkan biomas total. Dari beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepadatan berpengaruh terhadap peningkatan produksi, tetapi kepadatan juga berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup organisme yang dipelihara selama kualitas airnya tetap dijaga dengan baik. Menurut Sandifer et al., (1991), kepadatan tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup selama kualitas air dikelola dengan baik. Pada batas-batas tertentu, daya dukung satuan luas tidak berbeda untuk padat penebaran yang berbeda-beda, yang menentukan adalah daya tumbuh dari jaringan udang untuk mengubah makanan menjadi biomas (Sastrakusumah, 1988). Jumlah tebar juvenil yang padat akan menghasilkan banyak udang dewasa yang berukuran kecil, sedangkan kepadatan tebar yang rendah akan menghasilkan sedikit udang yang berukuran besar. Peningkatan kepadatan menyebabkan penurunan panjang dan berat individu (Gomes et al., 2000). Penurunan tingkat pertumbuhan karena faktor tingkah laku seperti kompetisi dan interaksi sosial antara individu. Meningkatnya interaksi dan antagonisme dapat menyebabkan kerusakan kondisi sedimen dan meningkatnya bahan buangan. Penurunan pertumbuhan akibat kepadatan yang tinggi juga dapat disebabkan faktor ketersediaan pakan alami (Allan & Maguire, 1992).

Ukuran windu (PL) pada persamaan tersebut diatas berpengaruh terhadap total produksi yaitu 20.562 (X2). Hal ini dapat dipahami karena benih merupakan salah satu faktor produksi yang sangat memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan budidaya di tambak, meskipun lahan untuk budidaya baik dan ideal, serta pengelolaan yang sangat intensif akan sia-sia jika tanpa diimbangi dengan pemilihan benih yang baik. Teknik memilih benih udang windu yang baik harus diketahui secara benar oleh para pembudidaya tambak, karena rata-rata mereka mengandalkan perasaan dalam memilih benih yang akan ditebar, sehingga tidak ada ukuran yang secara kualitatif dan kuantitatif sebagai acuan dalam membuat keputusan yang standar dalam memilih benih yang baik.

Pertumbuhan benur yang berukuran kecil lambat dibandingkan dengan yang lebih besar karena sering mendapat makanan yang paling akhir, sehingga akan mempengaruhi ukuran udang saat panen,karena ukuran tersebut termasuk dalam kategori under size. Leonardo Bong Tiro Jr dalam trobos 2011 mengatakan “Benur yang tidak seragam akan mempengaruhi tingkat kematian, ukuran, Tabel 2. Analisis ragam dalam penentuan faktor pengelolaan yang mempengaruhi nilai produksi

tambak di Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

a. Dependent Variable: Total Produksi (Kg/Ha/Panen)

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 579,389 1402,104 0,413 0,686

Padat Penebaran Udang

Vaname (Ind) 0,014 0,002 0,897 6,303 0,000 Ukuran Windu (PL) 20,562 88,358 0,026 0,233 0,819 Lama Pemeliharaan Bandeng (Hari) -3,023 11,704 -0,034 -0,258 0,800 1 Model Unstandardized Coefficients t Sig.

(6)

pertumbuhan,dan berat panen udang. Imbasnya, akan mempengaruhi harga udang di tambak “misalnya petambak menginginkan size (ukuran) udang 50 (1 kg isi 50 ekor) tapi masih ada size 90 dan 100. Benur yang tidak seragam membuat populasi udang cenderung ukurannya bervariasi. Kelompok populasi udang yang berukuran besar akan menguasai sumber pakan (feeding area) dan perairan yang mengandung O2 tinggi (di batang arus). Untuk kelompok populasi udang yang berukuran kecil akan semakin lemah dan pada akhirnya mati atau dikanibal oleh kelompok populasi udang yang berukuran besar. Hal ini akan menyebabkan SR (Survival Rate/tingkat kelangsungan hidup) menurun dan FCR (Feed Convertion Ratio/rasio konversi pakan) meningkat.

Lama pemeliharaan bandeng (hari) akan mengurangi total produksi 3.023(X3). Menurut Cahyono (2007) dalam Anonim (2013), ikan bandeng dengan berat awal atau berat saat penebaran benih pertama dengan berat 40 gram dengan lama pemeliharaan 4-6 bulan akan mengalami peningkatan berat tubuh sebesar 250 gram. Rata-rata lama pemeliharaan yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Kabupaten Probolinggo adalah 3.5 bulan, hal ini dapat menjelaskan bahwa lama pemeliharaan yang dilakukan berpengaruh terhadap total produksi, karena lama pemeliharaan berpengaruh terhadap ukuran bandeng yang dihasilkan. Lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran di atas 300 g dengan benih berukuran sekitar 3 g adalah 120 hari. Adapun lama pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) dengan berat benih 20 g selama 5 bulan.

KESIMPULAN

Rata-rata produksi total tambak Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur sebesar 1498.889 kg/ha/panen yang merupakan produksi udang dan ikan bandeng.

Produktivitas total tambak Kabupaten Probolinggo masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak yang meliputi peningkatan padat penebaran udang vaname, menggunakan ukuran windu yang seragam dan memperhatikan lama pemeliharaan benih ikan bandeng yang sesuai ukuran tebar benih sehingga diperoleh bobot bandeng hasil panen yang sesuai dengan harapan pembudidaya tambak.

DAFTAR ACUAN

Allan, G.L. & G.B. Maguire. 1992. Effects Of Stocking Density On Production Of Penaeus monodon Fabricius In Model Farming Ponds. Aquaculture 107:49-66.

Anonim, 2013. Teknik Pembenihan Ikan Bandeng.

http://mjakfaramir.wordpress.com/2013/12/02/teknik-pembenihan-ikan-bandeng/. Diakses tanggal 15 Oktober 2013.

Dinas Kelautan dan Perikanan Probolinggo, 2012. Laporan Tahunan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Probolinggo.

Draper, N.R. and Smith, H. 1981. Applied Regression Analysis. Second Edition. John Wiley & Sons, New York. 709 pp.

Eldani, A. and Primavera, J.H. 1981. Effect of different stocking combination of growth, production and survival rate of milkfish (Chanos chanos Forskal) and prawn (Penaeus monodon Fabricius) in polyculture in brackishwater ponds. Aquaculture 23: 59-72.

Gomes, L.C., B. Baldisserotto & J.A. Senhorini. 2000. Effect of stocking density on water quality, survival, and growth of larvae of the matrinxa, Brycon cephalus Characidae, . in ponds. Aquacul-ture 183 : 73-81.

Jackson, C.J. & Y.G. Wang. 1998. Modelling Growth Rate Of Penaeus Monodon Fabricius In Intensively Managed Ponds: Effects Of Temperature, Pond Age And Stocking Density. Aquaculture Research 29 : 27-36.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N. and Biradar, R.S. 2005. Brackish water aquaculture site selection in Palghar Taluk, Thane district of Maharashtra, India, using the techniques of remote sensing and geographical information system. Aquacultural Engineering 32: 285-302.

Milstein, A., Islam, M. S., Wahab, M. A., Kamal, A. H. M. and Dewan, S. 2005. Characterization of water quality in shrimp ponds of different size and with different management regimes using multivariate statistical analysis. Aquaculture International 13, 501-518.

(7)

Mustafa, A. dan Ratnawati, E. 2007. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi produktivitas tambak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 2(1): 117-133.

Mustafa, A., Paena, M., Tarunamulia dan Sammut, J. 2008. Hubungan antara faktor kondisi lingkungan dan produktivitas tambak untuk penajaman criteria kesesuaian lahan: 2.kualitas tanah. Jurnal Riset Akuakultur 3(1): 105-121.

Ranoemihardjo, B.S., Kahar, A. and Lopez, J.V. 1979. Results of polyculture of milkfish and shrimp at the Karanganyar provincial demonstration ponds. Bulletin of Brackishwater Aquaculture Development

Center 5(1&2): 334-350.

Ratnawati, E., Mustafa, A. dan Rachmansyah. 2008. Faktor status pembudidaya, kondisi dan pengelolaan tambak yang berpengaruh terhadap produksi rumput laut (Gracilaria verrucosa) di tambak tanah sulfat masam Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 3(2): 275-287.

Ratnawati, E., Mustafa, A. dan Utojo. 2009. Faktor pengelolaan yang mempengaruhi produksi udang windu di tambak Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam: Prosiding Seminar

Nasional Perikanan 2009: Teknologi Penangkapan Ikan, Permesinan Perikanan, Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Sosial Ekonomi Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah

Tinggi Perikanan, Jakarta. hlm. 617-626.

Sandifer, P.A., J.S. Hopkins., A.D. Stoke & G.D. Pruder. 1991. Technological Advances in Intensive Pond Culture of Shrimp in The United States in P.F. Deloach, W.J. Dougherty and M.. Davidson. Editors. Frontiers of Shrimp Research. Elsevier Science Publisher D.V. Netherland.

Savolainena, R., K. Ruohonenb & E. Railoc. 2004. Effect Of Stocking Density On Growth, Survival And Cheliped Injuries Of Stage 2 Juvenile Signal Crayfish Pasifastacus leniusculus Dana. Aquaculture 231 : 237-248.

Sastrakusumah, S. 1988. Biologi dan Tingkah Laku Udang. Makalah disajikan dalam Seminar Memacu Keberhasilan dan Pengembangan Usaha Pertambakan Udang. Fakultas Perikanan. Institut PertanianJJogor. Bogor, 16-17 September 1988.

Shang, Y.C. 1986. Pond production systems: stocking practices in pond fish culture. In: Lannan, J.E., Smitherman, R.O. and Tchobanoglous, G. (eds.), Principles and Practices of Pond Aquaculture. Oregon State University Press, Corvallis, Oregon. pp. 85-96.

SPSS (Statistical Product and Service Solution). 2006. SPSS 15.0 Brief Guide. SPSS Inc., Chicago. 217 pp.

Tabachnick, B.G. and Fidell, L.S. 1996. Using Multivariate Statistics. Third edition. Harper Collins Col-lege Publishers, New York. 880 pp.

(8)

DISKUSI

Nama Penanya: Tatam Sutarmat Pertanyaan:

Persamaan X (produksi) = 579.389 + 0,14 + 20... harusnya ada faktor “padat penebaran” karena merupakan faktor penting dalam produksi. Karena meski semua dibuat “nol” akan tetap menghasilkan produksi persamaan karena harus diperbaiki.

Tanggapan:

Persamaan awal Y = a + b1x1 + b2x2 + … ada konstanta “a”, dimana akan sangat menentukan tingkat produksi.

Nama Penanya: Retna Utami Pertanyaan:

(Saran) (1) Ada faktor a = 579.389, sehingga akan pasti ada produksi senilai tersebut berapapun nilai X dan Y. (2) Supaya dipertimbangkan dan didiskusikan kembali di tim-nya.

Nama Penanya: Hasnawi Pertanyaan:

(Saran) Produksi perkomoditas supaya dipisahkan persamaan dan produksinya. Tanggapan:

Gambar

Gambar  1. Lokasi  penelitian  di  Kabupaten  Probolinggo,  Provinsi  Jawa  Timur

Referensi

Dokumen terkait

Kedua : Kepada peserta terbaik 1, 2, 3 dan Harapan pada Porseni XIV Tingkat MI, MTs dan MA Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar diberikan penghargaan berupa Tropi dan sedikit

pembelajaran ini diukur dengan lembar penilaian kemampuan guru merencanakan pembelajaran. Setiap komponen dinilai dengan skala 1- 3. Kelengkapan komponen dalam RPP seperti KI,

12) Khusus untuk barang milik Pusat dalam hal ini Departemen Lain kalau sudah ada aturan/petunjuk dari Departemen yang bersangkutan, maka

Sebagai Tokoh yang sentral dalam pembaharu, Muhammad Fathullah Gulen mempunyai sebuah pemikiran mengenai pembaharuan Islam, yaitu mereformasi paradigma masyarakat

Tampak jelas sekali kalau Pandan Wangi terkejut mendengar jawaban Rangga barusan Sungguh tidak sempat terpikir kalau Pendekar Rajawali Sakti baru saja bertarung melawan